MAKALAH PELAKU PELAKU DOSA BESAR

MAKALAH
PELAKU PELAKU DOSA BESAR

Makalah Ini Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam
Dosen Pengampu Nur Hamid, S.Ag, M.Hum.

Disusun oleh:
1. Umma Nurul Hasanah
2. Zum’arini Juni S
3. Elma Pungky A

(133221333)
(133221334)
(133221335)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan anugerah

dan nikmat-Nya sehingga makalah tentang “Pelaku Pelaku Dosa Besar” terselesaikan tepat
waktu sesuai dengan yang diharapkan.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam,
dengan tujuan agar mahasiswa dan mahasiswi

memahami dan mengetahui materi dari

makalah tersebut.
Kami ucapakan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ilmu Kalam yang
senantiasa membimbing kami dalam penyusunanan makalah ini. Tak lupa kami mengucapkan
segenap rasa terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dan
semangatnya kepada kami.
Tentunya makalah ini masih jauh dari kata sempurna, saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini bisa menjadi bahan bacaan dan
menjadi referensi dalam pembelajaran Ilmu Kalam di dalam kelas.

Surakarta, 14 Desember 2014

Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada zaman Rasulullah SAW bahkan sampaii pada zaman sekarang ini, setiap
orang memiliki berbagai macam aliran aliran yang diantaranya adalah aliran
Khawarij, Murji’ah, Mu’tazilah, Asy-Ariyah, Maturidiyah, dan Syiah Zaidiyah.
Keenam aliran tersebut mengemukakan pendapat yang berbeda mengenai hukuman
dan balasan bagi para pelaku dosa besar, dan meningkatkannya menurut jenis dosa
yang dikerjakan atau dilakukan oleh umat manusia didunia.
Disini, penulis mencoba untuk mengemukakan pendapat-pendapat dari
keenam aliran tersebut mengenai pelaku dosa besar apa dan bagaimana cara menurut
mereka, Allah SWT menghukum dan membalas perbuatan mereka menurut tingkat
besarnya dosa yang mereka lakukan.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana para pelaku dosa besar menurut aliran Khawarij ?
2. Bagaimana para pelaku dosa besar menurut aliran Murji’ah ?
3. Bagaimana para pelaku dosa besar menurut aliran Mu’tazilah ?
4. Bagaimana para pelaku dosa besar menurut aliran Asy-Ariyah ?
5. Bagaimana para pelaku dosa besar menurut aliran Maturidiyah ?

6. Bagaimana para pelaku dosa besar menurut aliran Syiah Zaidiyah ?
C. Tujuan
1. Mengetahui seperti apa pelaku dosa besar menurut aliran Khawarij.
2. Mengetahui seperti apa pelaku dosa besar menurut aliran Murji’ah.
3. Mengetahui seperti apa pelaku dosa besar menurut aliran Mu’tazilah.
4. Mengetahui seperti apa pelaku dosa besar menurut aliran Asy-Ariyah.
5. Mengetahui seperti apa pelaku dosa besar menurut aliran Maturidiyah.
6. Mengetahui seperti apa pelaku dosa besar menurut aliran Syiah Zaidiyah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Aliran Khawarij

Ciri yang menonjol dari aliran Khawarij adalah watak ekstrimitas dalam
memutuskan persoalan-persoalan kalam. Hal ini disamping didukung oleh watak
kerasnya akibat kondisi geografis gurun pasir, juga dibangun atas dasar pemahaman
tekstual atas nas-nas Al-Qur’an dan Hadis. Tak heran kalau aliran ini memiliki
pandangan ekstrim pula tentang status pelaku dosa besar. Mereka memandang bahwa
orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim, yakni Ali, Mu’awiyah, Amr bin AlAsh, Abu Musa Al-Asy’ari adalah kafir, berdasarkan firman Allah pada surat AlMaidah ayat 44.




Artinya :
“Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka
mereka itu adalah orang-orang yang kafir”.1
Khawarij memiliki berbagai macam sub-sekte yaitu
1. Al-muhakkimah
Golongan ini adalah golongan asli pengikut-pengikut asli yang memisahkan diri
dan yang menganggap bahwa semua orang yang menyetujui arbitrase bersalah dan
menjadi kafir. Orang yang melakukan hal yang keji seperti membunuh,
memperkosa dsb, menurut faham mereka orang yang melakukan itu dianggap
keluar dari Islam dan menjadi kafir.
2. Al-azaqirah
Sub-sekte tentang pelaku dosa golongan ini menggunakan istilah yang lebih
mengerikan dari pada kafir yaitu polytheist atau musyrik. Dan di dalam Islam
syirik atau polytheist merupakan dosa yang terbesar, lebih dari kufr. Mereka
memandang kafir,tidak saja kepada orang-orang yang telah melakukan perbuatan
hina, seperti membunuh, berzina, dan sebagainya, tetapi juga terhadap semua
orang Islam yang tak sepaham dengan mereka. Bahkan, orang Islam yang

sepaham dengan mereka, tetapi tidak mau berhijrah ke dalam lingkungan mereka
juga dianggap kafir, bahkan musyrik. Dengan kata lain, orang Azaqirah sendiri
yang tinggal di luar lingkungan mereka dan tidak mau pindah ke daerah
kekuasaan mereka, dipandang musyrik.
3. Al-Najdat
Mereka menganggap musyrik kepada siapapun yang secara berkesinambungan
mengerjakan dosa kecil. Akan halnya dengan dosa besar, bila tidak dilakukan
1

Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2001, hal. 133

secara kontinu, pelakunya tidak dipandang musyrik, tetapi hanya kafir. Namun,
jika dilaksanakan terus, ia menjadi musyrik.
4. Al-Sufriah
Subsekte Al-Sufriah membagi dosa besar dalam dua bagian, yaitu dosa yang ada
sanksinya di dunia, seperti membunuh dan berzina, dan dosa yang tidak ada
sanksinya di dunia, seperti meninggalkan shalat dan puasa. Orang yang berbuat
dosa kategori pertama tidak dipandang kafir, sedangkan orang yang melaksanakan
dosa kategori kedua dipandang kafir.2
B. ALIRAN MURJI’AH

Pandangan aliran Murji’ah tentang status pelaku dosa besar dapat ditelusuri
dari defimisi iman yang dirumuskan oleh mereka. Tiap-tiap sekte murji’ah berbeda
pendapat dalam merumuskan definisi iman itu sehingga pandangan tiap-tiap subsekte
tentang status pelaku dosa besar pun berbeda-beda pula.
Secara sub-sekte khawarij di bagi menjadi dua yakni,ekstrim dan moderat.
Menurut Harun Nasutin sub-sekte Murji’ah yang ekstrim adalah mereka yang
berpandangan bahwa keimanan terletak pada kalbu. Adapun ucapan dan perbuatan
tidak selamanya merupakan refleksi dalam kalbu. Oleh karena itu, segala ucapan dan
perbuatan

yang

menyimpang

dari

kaidah

agama


tidak

berati

merusak

keimanannya,bahkan keimanannya masih sempurna di mata Tuhan.
Di antara kalangan Murji’ah yang berpendapat serupa di atas adalah subsekte
Al-Jamiyah, As-Sahiliyah, dan Al-Yunisiah. Mereka berpandangan bahwa iman adalah
tasdiq secara kalbu saja atau dengan kata lain, ma’rifah (mengetahui) Allah dengan
kalbu; bukan secara demonstrative, baik dalam ucapan maupun tindakan. Oleh karena
itu, jika seseorang telah beriman dalam hatinya, ia dipandang tetap sebagai seorang
mukmin sekalipun menampakkan tingkah laku seperti Yahudi atau Nasrani. Menurut,
Iqrar dan amal bukanlah bagian dari iman. Kredo kelompok Murji’ah ekstrim yang
terkenal adalah perbuatan maksiat tidak dapat menggugurkan keimanan sebagaimana
ketaatan tidak dapat membawa kekufuran. Dapat disimpulkan bahwa Murji’ah
ekstrim memandang pelaku dosa besar tidak akan disiksa di neraka.
Sedangkan Murji’ah moderat ialah mereka yang berpendapat bahwa pelaku
dosa besar tidaklah menjadi kafir. Meskipun disiksa di neraka, ia tidak kekal di
dalamnya, bergantung pada ukuran dosa yang dilakukannya. Masih terbuka

kemungkinan bahwa Tuhan akan mengampuni dosanya sehingga ia bebas dari siksaan
2

http://copast-master.blogspot.com/2012/11/pelaku-dosa-bersar-menurut-semua-aliran.html (diakss pada
tanggal 6 Desember, Pukul : 12.55 WIB)

neraka. Di antara subsekte Murji’ah yang masuk dalam kategori ini adalah Abu
Hanifah dan pengikutnya. Pertimbangannya, pendapat Abu Hanifah tentang pelaku
dosa besar dan konsep iman tidak jauh beda dengan kelompok Murji’ah moderat
lainnya. Ia berpendapat bahwa pelaku dosa besar masih tetap mukmin, tetapi dosa
yang diperbuatnya bukan berarti tidak berimplikasi. Seandainya masuk neraka, karena
Allah menghendakinya, ia tak akan kekal di dalamnya.3
C. ALIRAN MU’TAZILAH
Kemunculan aliran Mu’tazilah dalam pemikiran teologi Islam diawali oleh
masalah yang hampir sama dengan kedua aliran yang telah dijelaskan diatas, yaitu
mengenai status pelaku dosa besar apakah masih beriman atau menjadi orang kafir.
Perbedaannya, bila Khawarij mengkafirkan pelaku dosa besar dan

Murji’ah


memelihara keimanan pelaku dosa besar, Mu’tazilah tidak menentukan status dan
predikat yang pasti bagi pelaku dosa besar, apakah ia tetap mukmin atau kafir, kecuali
dengan sebutan yang sangat terkenal, yaitu al-manzilah bain al-manzilatain. Setiap
pelaku dosa besar menurut Mu’tazilah, berada diposisi tengah diantara posisi mukmin
dan kafir. Jika pelakunya meninggal dunia dan belum sempat bertaubat, ia akan
dimasukkan ke neraka selama-lamanya. Walaupun demikian, siksaan yang
diterimanya lebih ringan daripada siksaan orang kafir. Dalam perkembangannya, ada
beberapa tokoh Mu’tazilah, seperti Wasil bin Atha dan Amr bin Ubaid memperjelas
sebutan itu dengan istilah fasik yang bukan mukmin atau kafir.
Mengenai perbuatan apa saja yang dikategorikan sebagai dosa besar, aliran
Mu’tazilah merumuskan secara lebih konseptual ketimbang aliran Khawarij. Yang
dimaksud dosa besar menurut padangan Mu’tazilah adalah segala perbuatan yang
ancamannya disebutkan secara tegas dalam nas, sedangkan dosa kecil adalah
sebaliknya, yaitu segala ketidakpatuhan yang ancamannya tidak tegas dalam nas.
Tampaknya Mu’tazilah menjadikan ancaman sebagai kriteria dasar bagi dosa besar
maupun kecil.
D. ALIRAN ASY’ARIYAH
Terhadap pelaku dosa besar, agaknya Al-Asy’ari, sebagai wakil Ahl AsSunnah, tidak mengkafirkan orang-orang yang sujud ke Baitullah (AhlaQiblah)walaupun melakukan dosa besar, seperti berzina dan mencuri. Menurutnya,
mereka masih tetap sebagai prang yang beriman dengan keimanan yang mereka
3


Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2001, hal. 135-136

miliki, sekalipun berbuat dosa besar. Akan tetapi, jika dosa besar itu dilakukannya
dengan anggapan bahwa hal ini diperbolehkan (halal) dan tidak meyakini
kebenarannya, ia dipandang telahh kafir.
Adapun balasan di akhirat kelak bagi pelaku dosa besar apabila ia meninggal
dan tidak sempat bertaobat, maka menurut Al-Asy’ari, hal itu bergantung pada
kebijakan Tuhan Yang Maha Berkehendak Mutlak. Tuhan dapat saja mengampuni
dosanya atau pelaku dosa besar itu mendapat syafaat Nabi SAW, sehingga terbebas
dari siksaan neraka atau kebalikannya, yaitu Tuhan memberinya siksaan neraka sesuai
dengan ukuran dosa yang dilakukannya. Meskipun begitu, ia tidak akan kekal di
neraka seperti orang –orang kafir lainnya. Setelah penyiksaan terhadap dirinya selesai,
ia akan dimasukkann kedalam surga. Dari paparan singkat ini jelaslah bahwa
Asy’ariyah sesungguhnya mengambil posisi yang sama dengan Murji’ah, khususnya
dalam pernyataan yang tidak mengafirkan para pelaku dosa besar.4

E. ALIRAN MATURIDIYAH
Aliran Maturidiyah, baik Samarkand maupun Bukhara, sepakat menyatalan
bahwa pelaku dosa besar masih tetap sebagai mukmin karena adanya keimanan dalam

dirinya. Adapun balasan yang diperolehnya kelak di akhirat bergantung pada apa yang
dilakukannya di dunia. Jika ia meninggalkan tanpa taubat terlebih dahulu,
keputusannya

diserahkan

sepenuhnya

kepada

kehendak Allah

SWT.

Jika

menghendaki pelaku dosa besar itu diampuni, Ia akan memasukkannya ke neraka,
tetapi tidak kekal didalamnya.
Berkaitan dengan persoalan ini, Al-Maturidi sendiri sebagi peletak dasar aliran
kalam Al-Maturidiyah, berpendapat bahwa orang yang berdosa besar itu tidak kafir
dan tidak kekal di dalam neraka walaupun ia mati sebelum bertaubat. Hal ini karena
Tuhan telah menjanjikan akan memberikan balasan kepada manusia sesuai dengan
perbuatannya. Kekal di dalam neraka adalah balasan bagi orang yang berbuat dosa
syirik. Karena itu, perbuatan dosa besar (selain syirik) tidaklah menjadikan seseorang
kafir atau murtad. Menurut Al-Maturidi, iman itu cukup dengan tashdiq dan iqrar,
sedangkan amal adalah penyempurnaan iman. Oleh karena itu, amal tidak akan
menambah atau mengurangi esensi iman, kecuali hanya menambah atau mengurangi
sifatnya saja.5
4
5

Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2001, hal. 137-138.
Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2001, hal. 138-139.

F. ALIRAN SYI’AH ZAIDIYAH
Pengamat Syi’ah Zaidiyah percaya bahwa orang yang melakukan dosa besar
akan kekal di dalam neraka, jika dia belum tobat dengan tobat sesungguhnya. Dalam
hal ini, Syi’ah Zaidiyah memang dekat dengan Mu’tazilah. Ini bukan sesuatu yang
aneh mengingat Wasil bin Atha, salah seorang pemimpin Mu’tazilah, mempunya
hubungan dengan Zaid. Moojan Momen bahkan mengatakan bahwa Zaid pernah
belajar kepada Wasil bin Atha.
G. ANALISIS
Aliran yang berpandangan bahwa pelaku dosa besar masih tetap mukmin,
menjelaskan bahwa andaikata dimasukkan ke dalam neraka, ia tak akan kekal di
dalamnya. Sebaliknya aliran yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar bukan lagi
mukmin berpendapat bahwa di akhirat ia akan dimasukkan ke neraka dan kekal di
dalamnya. Mengenai hal ini, kita melihat bahwa Khawarij dan Mu’tazilah berada di
barisan yang sama. Meskipun demikian, terdapat perbedaan yang tegas di antara
keduanya. Khawarij memandang status pelaku dosa besar sebagai kafir, bahkan
musyrik. Oleh karena itu, ia mendapatkan siksaan serupa dengan yang diperoleh
orang-orang kafir. Sementara itu, Mu’tazilah memandang status pelaku dosa besar
sebagai fasik, yaitu suatu posisi netral di antara dua kutub; mukmin dan kafir. Oleh
sebab itu, balasan yang diperolehnya kelak di akhirat tidak sama dengan orang
mukmin dan juga tidak serupa dengan orang kafir. Pelaku dosa besar akan disiksa
selama-lamanya di neraka paling atas dengan siksaan yang lebih ringan ketimbang
yang diterima oleh orang kafir.6

6

Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2001, hal. 139.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari berbagai aliran dari makalah diatas kami dapat mengambil kesimpulan
bahwa setiap dosa yang dikerjakan atau dilakukan oleh manusia memiliki
pertanggungjawaban yang berbeda pula, dan mana yang akan berada kekal didalam
neraka dan mana yang masuk surga setelah kehidupan mereka berakhir.
Dalam aliran aliran diatas juga dibahas beberapa sub sekte yang ada dalam
masing masing aliran yang akan menggolongkan dosa dosa besar apa yang telah
dilakukan manusia dan cara untuk menbalasnya kelak saat diakhirat.