Pengaruh Kepribadian dan kemampuanterhadap kinerja
Manajemen Berprestasi Tinggi: Nilai, Motif dan Sikap 1
Oleh: Ayi Karyana2
Pay attention to the effects of your plans concerning to the
values, motives and attitudes of people, because in the long
time, these factors will determine whether the plans are
successful in economic development (Perhatikanlah
pengaruh dari rencana Anda terhadap nilai, motif dan sikap
dari orang-orang karena dalam waktu yang cukup lama
faktor ini akan menentukan apakah rencana tersebut berhasil
dalam pertumbuhan ekonomi (kesejahteraan). McClelland,
The Achieving Society, 1961: 393).
Pendahuluan
Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan suatu aktivitas,
antara lain nilai. Unsur nilai yang ada dalam suatu masyarakat atau bangsa perlu
dijadikan pedoman perilaku dalam melakukan pemikiran, berpikir dan bertindak dari
setiap aktor manajemen dalam mencapai suatu tujuan atau mewujudkan harapan dan
cita-cita kehidupan yang mengarah pada kesejahteraan, bukan menimbulkan
kemiskinan.
Motif atau motive merupakan proses psikologis yang meningkatkan dan
mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan. Dengan demikian para perencana
manajemen pembangunan perlu memahami proses psikologis ini, jika mereka ingin
berhasil memandu orang-orang menuju mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Sikap adalah kecenderungan merespons sesuatu secara konsisten untuk
mendukung atau tidak mendukung dengan memperhatikan suatu objek tertentu. 3
Sikap mempengaruhi perilaku pada suatu tingkat yang berbeda dengan nilai.
Sementara nilai mewakili keyakinan yang mempengaruhi perilaku pada seluruh
situasi, sikap hanya berkaitan dengan perilaku yang diarahkan pada objek, orangorang, atau situasi tertentu. 4 Sikap biasanya dinyatakan dengan cara-cara kegiatan
yang sama dan berulang-ulang terhadap suatu objek sosial. Sikap ini dinyatakan tidak
hanya oleh individu tetapi dapat juga dilakukan oleh sekelompok orang atau
masyarakat. Terjadinya sikap biasanya didasarkan pada keyakinan yang menonjol atau
penting yang dapat berubah bersamaan dengan diterimanya informasi yang relevan.
Seperti dikemukakan McClelland bahwa nilai, motif dan sikap akan
menimbulkan kepercayaan dari keberhasilan manajemen pembangunan suatu daerah
atau negara.
Kebutuhan Manajemen Pembangunan: Untuk Prestasi
Teori Murray yang diadopsi oleh McClelland, mengambil bentuk-bentuk
kebutuhan yang sangat berbeda. Argumennya sangat sederhana dan jelas. Sebagai
1
Pencerahan matakuliah Perilaku Administrasi
Staf Akademik pada Jurusan Ilmu Administrasi FISIP Universitas Terbuka
3
M Fishbein dan I Ajzen, Belief, Attitude, Intention and Behavior.- An Introduction to Theory
and Research (Reading, MA: Addison-Wesley Publishing, 1975), p. 6.
4
Untuk pembahasan mengenai nilai dan sikap, lihat BW Becker dan PE Connor, “Changing
American Values-Debunking the Myth;” Business, Januari-Maret 1985, hal. 56-59 atau
Robert Kreitner dan Angelo Kinicki, Bab 5 Perbedaan Individu: Kepribadian, Sikap,
Kemampuan, dan Emosi, dalam Perilaku Organisasi. Penerbit Salemba Empat 2003. hal.
182-184.
2
1
Individu, kita masing-masing mempunyai banyak kebutuhan dan kebutuhan itu tidak
sesederhana yang disebutkan oleh Maslow5 dan Adler6. Kebutuhan tersebut
mengambil banyak bentuk yang berbeda-beda. Yang terkenal adalah kebutuhan untuk
berprestasi, kekuasaan, otonomi, dan afiliasi. Argumen yang diajukan adalah, jika
dalam beberapa cara Anda dapat mengkodifikasi kebutuhan individual, maka Anda
dapat mulai memprediksi kemungkinan besar cara individu itu akan bekerja. Sebagai
contoh, seseorang dengan kebutuhan prestasi yang tinggi kemungkinan besar menjadi
dimotivasi oleh diri sendiri (self motivatied). Sebaliknya, orang dengan kebutuhan
prestasi yang rendah membutuhkan lebih banyak pengawasan atau supervisi oleh
atasannya, tetapi itu saja tidak cukup.
Belbin dan Hartson, 1976 dalam Tyson&Tony Jackson 7 menggunakan bentuk
kepribadian tertentu yang benar-benar menyatakan kebutuhan untuk berprestasi.
Mereka membaginya menjadi empat unsur: kompetitif, pencapaian, determinasi,
dan konsistensi. Alasannya adalah, meskipun dimungkinkan untuk menentukan
tujuan dan sasaran seseorang (kebutuhan untuk pencapaian) tanpa perlu determinan
untuk melihatnya lebih jauh, kebutuhan tersebut tidak mungkin memberikan hasil
yang efektif. Dengan cara yang sama, beberapa kebutuhan manusia untuk berprestasi
dapat disederhanakan menjadi kebutuhan untuk kompetitif. Implikasinya, mereka
mempunyai kebutuhan yang tinggi untuk dapat melakukan dengan lebih baik daripada
orang lain. Cara untuk menentukan apakah itu dapat efektif atau tidak adalah dengan
melihat arah kompetitif itu ditujukan. Jika arahnya dalam kelompok individu itu
sendiri, maka jelas kemungkinan besar menjadi aspek perilaku yang disfungsional.
Bahkan konsep sederhana mengenai kebutuhan untuk prestasi dapat dibagi menjadi
banyak unsur pokok, yang pada waktunya akan menentukan apakah bentuk perilaku
tertentu itu efektif atau sebaliknya.
Penelitian McClelland mendukung suatu hubungan yang analog bagi
masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Hasil-hasilnya mengungkapkan bahwa tingkat
pembangunan ekonomi sebuah negara berhubungan secara positif dengan motivasi
prestasi seluruh warga negaranya. Memang, McClelland menekankan pentingnya
faktor motivasi. Dinyatakannya Freud telah mengajarkan bahwa berbagai motif dapat
menimbulkan perilaku dan sikap tertentu. Perilaku manusia tidak selalu rasional,
khususnya sebagaimana yang dimaksudkan Freud dengan arti rasionalitas. Misalnya
berfantasi.
Acuan McClelland adalah bahwa masyarakat yang tinggi tingkat kebutuhan
untuk berprestasi,
umumnya akan menghasilkan wiraswastawan yang lebih
bersemangat dan selanjutnya menghasilkan perkembangan ekonomi yang lebih cepat.
Bila kebutuhan untuk berprestasi berkembang pesat,
maka individu akan
menunjukkan perilaku yang tepat, mewujudkan semangat kewiraswastaan, dan
karena itu akan bersikap dan bertindak sedemikian rupa untuk memajukan
perkembangan ekonomi.
Dalam upaya untuk mengeksplorasi lebih dalam hubungan antara kebutuhan
untuk berprestasi dan pengelolaan manajemen, kita dapat mengadopsi proses yang
5
Lima unsur yang sering disebut hierarki kebutuhan Maslow adalah fisik, rasa aman, (self of
belonging), harga diri (self esteem), dan aktualisasi diri (self fulfillment).
6
Adler menyempurnakan pemikiran Maslow dengan teori ERG-nya yaitu existensi,
relationship dan growth yang menjadi satu konsep tunggal. Eksistensi dimasukkan dalam
aspek fisik dan rasa aman pada teori Maslow. Relationship atau hubungan adalah kebalikan
dari kebutuhan untuk memiliki. Aktualisasi diri dalam teori Maslow berkaitan dengan istilah
growth atau pertumbuhan pada teori Adler yang meliputi self esteem dan aktualisasi diri.
7
Tyson, Shaun&Tony Jackson., The Essence of Organizational Behaviour: Perilaku
Organisasi, Penerbit Andi, Yogyakarta: 2001, hal 23.
2
dilakukan McClelland cs. Mereka melakukan tiga jenis riset. Pertama, mereka
mencoba menemukan tindakan sekelompok untuk menemukan ukuran kebutuhan
untuk berprestasi dari kelompok. Kedua, mereka menemukan ukuran individual dari
motif, kepentingan, nilai-nilai dan pelaksanaannya. Ketiga, meneliti perilaku,
termasuk motif kegiatan para pengusaha. Kesimpulan yang diperolehnya, bahwa
hubungan antara kebutuhan untuk berprestasi dan pertumbuhan ekonomi sangat nyata.
Banyaknya cerita-cerita yang berorientasi pada prestasi di dalam kepustakaan
imajinatif di zaman modern, berhubungan erat dengan laju perkembangan ekonomi
yang semakin cepat. Kesimpulan tersebut berlaku baik bagi negara Barat seperti
Amerika Serikat maupun negara komunis seperti Rusia.
Dengan mengadopsi proses di atas, dapat diasumsikan bahwa pengaruh
rencana dalam hal ini motif untuk berprestasi akan berpengaruh terhadap nilai,
motivasi dan sikap untuk meraih prestasi (keunggulan kompetitif) berupa kemajuan
dalam berbagai aspek bukan hanya sekedar kemajuan ekonomi. Jadi Amerika Serikat
dan Rusia menjadi negara maju menurut pandangan McClelland bukan hanya karena
liberalisme dan komunisme, tetapi motivasi untuk berprestasinya yang tinggi.
Bagaimana caranya menerangkan kelambatan pertumbuhan ekonomi?
Contohnya Mengapa Indonesia tidak mampu mempertahankan laju pertumbuhan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan penduduknya yang terus bertambah banyak,
pengangguran bertambah, pencari kerja yang terus bertambah? Kita tahu sumber
alamnya jelas cukup tersedia. Analoginya: tongkat kayu ditanam begitu saja, bisa
tumbuh. Tentu saja tongkat tanaman hidup, bukan tongkat yang kering. Kalau
dikaitkan dengan Premis McClelland dapat dijelaskan bahwa tingkat motivasi untuk
berprestasi dan sejenis nilai-nilai prestasi dan sikap yang dimiliki orang Indonesia
tidak memadai untuk melaksanakan tugas menaikkan tugas pertumbuhan ekonomi.
Dalam kasus Brazilia, jika dibandingkan dengan sampel orang Amerika Serikat,
Rosent memperlihatkan orang Brazilia tingkat motivasi untuk berprestasinya lebih
rendah, nilai mengenai aktivismenya lebih rendah, sikapnya kurang berorientasi ke
masa depan tetapi hanya sesaat, asal kebutuhan hari ini terpenuhi sudah cukup, kalau
kurang dicukup-cukupkan, dan penilaian atas sesuatu seperti pekerjaan dan mobilitas
pisik pun lebih rendah.8 Sikap yang terlihat dalam kenyataan, umumnya di negaranegara berkembang adalah: kepura-puraan, ketak-acuhan, minat negatif, kelengahan
dan kebutaan teknologi.
Seperti dikemukakan di atas, McClelland menyatakan wiraswastawan secara
emosional nampaknya jauh lebih stabil dan sehat, didorong oleh hasrat untuk
berprestasi,
tetapi identitasnya berasal dari nilai-nilai dominan yang diakui
lingkungan sosialnya. Kesimpulan yang dikemukakannya adalah ada hubungan positif
antara tingkah laku seseorang (nilai, motif, dan sikap) yang memiliki motif prestasi
tinggi dengan tingkah laku wirausaha. Ada hubungan positif antara karakteristik
seseorang (nilai, motif, sikap) dengan motif prestasi yang tinggi, artinya:
Memilih resiko moderat, maksudnya bahwa dalam tindakannya memilih
melakukan sesuatu yang mengandung tantangan dengan kemungkinan berhasil;
Mau mengambil tanggungjawab pribadi, maksudnya bahwa kegagalan yang
terjadi tidak dialihkan tanggungjawabnya pada pihak lain;
Mencari dan mau menerima umpan balik;
Berusaha mencari dana baru untuk melakukan sesuatu.9
8
Bernard C. Rosent, “Achievement and Economic Growth in Brazil”, Sosial Forces 42,
1964:341-354 dan Lauer, Robert H, “Perspektif Tentang Perubahan Sosial”, Jakarta, Rineka
Cipta, 2001:141.
3
Dikaji dari bidang Administrasi Publik dikaitkan dengan cara berpikir yang
dikemukakan oleh McClelland dengan suntikan virus mental berupa kebutuhan untuk
berprestasi tinggi, perlu dikemukakan enam “dosa mati” yang biasa dilakukan aktor
pertumbuhan (birokrat) yang dikemukakan Peter Drucker10 dan enam penyakit
manajemen pembangunan menurut W. E. Deming.11.
Enam Dosa Mematikan
Enam Penyakit Manajemen
1) Ketiadaan target-target kinerja
1) Kekurangmantapan tujuan
yang jelas
2) Tekanan kepada pemikiran jangka
2) Mencoba untuk melakukan banyak
pendek dan siklus anggaran
pekerjaan sekaligus
tahunan
3) Pemecahan
masalah
dengan
3) Dampak yang menghancurkan dari
mengerahkan anak buah ke
annual “merit” review dan
masalah tersebut
evaluasi kinerja individual
4) Kekurangan sikap eksperimental
4) Mobilitas manajemen senior
5) Kekurangan evaluasi sehingga
5) Pengelolaan hanya dengan angkatidak ada yang dapat dipelajari dari
angka
yang
terlihat
atau
pengalaman
management by the numbers
6) Keengganan untuk menghentikan
6) Biaya
pengobatan
yang
program
berkelebihan dan biaya kewajiban
yang membengkak akibat ulah
para pengacara yang bekerja
dengan balas jasa yang dikaitkan
dengan hasil perkara
Kesimpulan
Kebutuhan untuk meraih hasil atau prestasi dalam upaya pertumbuhan
ekonomi memang perlu disuntikkan ke dalam tubuh manusia di tempat, daerah atau
negara manapun berada, sehingga tingkat jangkit nilai-nilai, motif dan sikapnya
bermotif meraih prestasi tinggi dan merasuk pada pikiran untuk melakukan sesuatu
dengan baik atau melakukan sesuatu dengan lebih baik. Perubahan sikap ke
pertumbuhan ekonomi model people centered development mensyaratkan juga
penedekatan psikologi tersebut demi terjadinya pembangunan manusia seutuhnya
yang sejahtera lahir dan batin.
9
Sedarmayanti., Restrukturisasi Dan Pemberdayaan Organisasi Untuk Menghadapi
Dinamika Perubahan Lingkungan: Ditinjau Dari Beberapa Aspek Esensial dan Aktual, Mandar
Maju, Bandung: 1999: hal. 176.
10
Peter Drucker, “The Deadly Sins I Public Administration”, Public Administration Review 40,
no. 2, 1980, hal. 103-106.
11
W. Edward Deming, Out of The Crisis, Cambridge: MIT Center for Advandced Engineering
Study, 1986.
4
Oleh: Ayi Karyana2
Pay attention to the effects of your plans concerning to the
values, motives and attitudes of people, because in the long
time, these factors will determine whether the plans are
successful in economic development (Perhatikanlah
pengaruh dari rencana Anda terhadap nilai, motif dan sikap
dari orang-orang karena dalam waktu yang cukup lama
faktor ini akan menentukan apakah rencana tersebut berhasil
dalam pertumbuhan ekonomi (kesejahteraan). McClelland,
The Achieving Society, 1961: 393).
Pendahuluan
Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan suatu aktivitas,
antara lain nilai. Unsur nilai yang ada dalam suatu masyarakat atau bangsa perlu
dijadikan pedoman perilaku dalam melakukan pemikiran, berpikir dan bertindak dari
setiap aktor manajemen dalam mencapai suatu tujuan atau mewujudkan harapan dan
cita-cita kehidupan yang mengarah pada kesejahteraan, bukan menimbulkan
kemiskinan.
Motif atau motive merupakan proses psikologis yang meningkatkan dan
mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan. Dengan demikian para perencana
manajemen pembangunan perlu memahami proses psikologis ini, jika mereka ingin
berhasil memandu orang-orang menuju mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Sikap adalah kecenderungan merespons sesuatu secara konsisten untuk
mendukung atau tidak mendukung dengan memperhatikan suatu objek tertentu. 3
Sikap mempengaruhi perilaku pada suatu tingkat yang berbeda dengan nilai.
Sementara nilai mewakili keyakinan yang mempengaruhi perilaku pada seluruh
situasi, sikap hanya berkaitan dengan perilaku yang diarahkan pada objek, orangorang, atau situasi tertentu. 4 Sikap biasanya dinyatakan dengan cara-cara kegiatan
yang sama dan berulang-ulang terhadap suatu objek sosial. Sikap ini dinyatakan tidak
hanya oleh individu tetapi dapat juga dilakukan oleh sekelompok orang atau
masyarakat. Terjadinya sikap biasanya didasarkan pada keyakinan yang menonjol atau
penting yang dapat berubah bersamaan dengan diterimanya informasi yang relevan.
Seperti dikemukakan McClelland bahwa nilai, motif dan sikap akan
menimbulkan kepercayaan dari keberhasilan manajemen pembangunan suatu daerah
atau negara.
Kebutuhan Manajemen Pembangunan: Untuk Prestasi
Teori Murray yang diadopsi oleh McClelland, mengambil bentuk-bentuk
kebutuhan yang sangat berbeda. Argumennya sangat sederhana dan jelas. Sebagai
1
Pencerahan matakuliah Perilaku Administrasi
Staf Akademik pada Jurusan Ilmu Administrasi FISIP Universitas Terbuka
3
M Fishbein dan I Ajzen, Belief, Attitude, Intention and Behavior.- An Introduction to Theory
and Research (Reading, MA: Addison-Wesley Publishing, 1975), p. 6.
4
Untuk pembahasan mengenai nilai dan sikap, lihat BW Becker dan PE Connor, “Changing
American Values-Debunking the Myth;” Business, Januari-Maret 1985, hal. 56-59 atau
Robert Kreitner dan Angelo Kinicki, Bab 5 Perbedaan Individu: Kepribadian, Sikap,
Kemampuan, dan Emosi, dalam Perilaku Organisasi. Penerbit Salemba Empat 2003. hal.
182-184.
2
1
Individu, kita masing-masing mempunyai banyak kebutuhan dan kebutuhan itu tidak
sesederhana yang disebutkan oleh Maslow5 dan Adler6. Kebutuhan tersebut
mengambil banyak bentuk yang berbeda-beda. Yang terkenal adalah kebutuhan untuk
berprestasi, kekuasaan, otonomi, dan afiliasi. Argumen yang diajukan adalah, jika
dalam beberapa cara Anda dapat mengkodifikasi kebutuhan individual, maka Anda
dapat mulai memprediksi kemungkinan besar cara individu itu akan bekerja. Sebagai
contoh, seseorang dengan kebutuhan prestasi yang tinggi kemungkinan besar menjadi
dimotivasi oleh diri sendiri (self motivatied). Sebaliknya, orang dengan kebutuhan
prestasi yang rendah membutuhkan lebih banyak pengawasan atau supervisi oleh
atasannya, tetapi itu saja tidak cukup.
Belbin dan Hartson, 1976 dalam Tyson&Tony Jackson 7 menggunakan bentuk
kepribadian tertentu yang benar-benar menyatakan kebutuhan untuk berprestasi.
Mereka membaginya menjadi empat unsur: kompetitif, pencapaian, determinasi,
dan konsistensi. Alasannya adalah, meskipun dimungkinkan untuk menentukan
tujuan dan sasaran seseorang (kebutuhan untuk pencapaian) tanpa perlu determinan
untuk melihatnya lebih jauh, kebutuhan tersebut tidak mungkin memberikan hasil
yang efektif. Dengan cara yang sama, beberapa kebutuhan manusia untuk berprestasi
dapat disederhanakan menjadi kebutuhan untuk kompetitif. Implikasinya, mereka
mempunyai kebutuhan yang tinggi untuk dapat melakukan dengan lebih baik daripada
orang lain. Cara untuk menentukan apakah itu dapat efektif atau tidak adalah dengan
melihat arah kompetitif itu ditujukan. Jika arahnya dalam kelompok individu itu
sendiri, maka jelas kemungkinan besar menjadi aspek perilaku yang disfungsional.
Bahkan konsep sederhana mengenai kebutuhan untuk prestasi dapat dibagi menjadi
banyak unsur pokok, yang pada waktunya akan menentukan apakah bentuk perilaku
tertentu itu efektif atau sebaliknya.
Penelitian McClelland mendukung suatu hubungan yang analog bagi
masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Hasil-hasilnya mengungkapkan bahwa tingkat
pembangunan ekonomi sebuah negara berhubungan secara positif dengan motivasi
prestasi seluruh warga negaranya. Memang, McClelland menekankan pentingnya
faktor motivasi. Dinyatakannya Freud telah mengajarkan bahwa berbagai motif dapat
menimbulkan perilaku dan sikap tertentu. Perilaku manusia tidak selalu rasional,
khususnya sebagaimana yang dimaksudkan Freud dengan arti rasionalitas. Misalnya
berfantasi.
Acuan McClelland adalah bahwa masyarakat yang tinggi tingkat kebutuhan
untuk berprestasi,
umumnya akan menghasilkan wiraswastawan yang lebih
bersemangat dan selanjutnya menghasilkan perkembangan ekonomi yang lebih cepat.
Bila kebutuhan untuk berprestasi berkembang pesat,
maka individu akan
menunjukkan perilaku yang tepat, mewujudkan semangat kewiraswastaan, dan
karena itu akan bersikap dan bertindak sedemikian rupa untuk memajukan
perkembangan ekonomi.
Dalam upaya untuk mengeksplorasi lebih dalam hubungan antara kebutuhan
untuk berprestasi dan pengelolaan manajemen, kita dapat mengadopsi proses yang
5
Lima unsur yang sering disebut hierarki kebutuhan Maslow adalah fisik, rasa aman, (self of
belonging), harga diri (self esteem), dan aktualisasi diri (self fulfillment).
6
Adler menyempurnakan pemikiran Maslow dengan teori ERG-nya yaitu existensi,
relationship dan growth yang menjadi satu konsep tunggal. Eksistensi dimasukkan dalam
aspek fisik dan rasa aman pada teori Maslow. Relationship atau hubungan adalah kebalikan
dari kebutuhan untuk memiliki. Aktualisasi diri dalam teori Maslow berkaitan dengan istilah
growth atau pertumbuhan pada teori Adler yang meliputi self esteem dan aktualisasi diri.
7
Tyson, Shaun&Tony Jackson., The Essence of Organizational Behaviour: Perilaku
Organisasi, Penerbit Andi, Yogyakarta: 2001, hal 23.
2
dilakukan McClelland cs. Mereka melakukan tiga jenis riset. Pertama, mereka
mencoba menemukan tindakan sekelompok untuk menemukan ukuran kebutuhan
untuk berprestasi dari kelompok. Kedua, mereka menemukan ukuran individual dari
motif, kepentingan, nilai-nilai dan pelaksanaannya. Ketiga, meneliti perilaku,
termasuk motif kegiatan para pengusaha. Kesimpulan yang diperolehnya, bahwa
hubungan antara kebutuhan untuk berprestasi dan pertumbuhan ekonomi sangat nyata.
Banyaknya cerita-cerita yang berorientasi pada prestasi di dalam kepustakaan
imajinatif di zaman modern, berhubungan erat dengan laju perkembangan ekonomi
yang semakin cepat. Kesimpulan tersebut berlaku baik bagi negara Barat seperti
Amerika Serikat maupun negara komunis seperti Rusia.
Dengan mengadopsi proses di atas, dapat diasumsikan bahwa pengaruh
rencana dalam hal ini motif untuk berprestasi akan berpengaruh terhadap nilai,
motivasi dan sikap untuk meraih prestasi (keunggulan kompetitif) berupa kemajuan
dalam berbagai aspek bukan hanya sekedar kemajuan ekonomi. Jadi Amerika Serikat
dan Rusia menjadi negara maju menurut pandangan McClelland bukan hanya karena
liberalisme dan komunisme, tetapi motivasi untuk berprestasinya yang tinggi.
Bagaimana caranya menerangkan kelambatan pertumbuhan ekonomi?
Contohnya Mengapa Indonesia tidak mampu mempertahankan laju pertumbuhan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan penduduknya yang terus bertambah banyak,
pengangguran bertambah, pencari kerja yang terus bertambah? Kita tahu sumber
alamnya jelas cukup tersedia. Analoginya: tongkat kayu ditanam begitu saja, bisa
tumbuh. Tentu saja tongkat tanaman hidup, bukan tongkat yang kering. Kalau
dikaitkan dengan Premis McClelland dapat dijelaskan bahwa tingkat motivasi untuk
berprestasi dan sejenis nilai-nilai prestasi dan sikap yang dimiliki orang Indonesia
tidak memadai untuk melaksanakan tugas menaikkan tugas pertumbuhan ekonomi.
Dalam kasus Brazilia, jika dibandingkan dengan sampel orang Amerika Serikat,
Rosent memperlihatkan orang Brazilia tingkat motivasi untuk berprestasinya lebih
rendah, nilai mengenai aktivismenya lebih rendah, sikapnya kurang berorientasi ke
masa depan tetapi hanya sesaat, asal kebutuhan hari ini terpenuhi sudah cukup, kalau
kurang dicukup-cukupkan, dan penilaian atas sesuatu seperti pekerjaan dan mobilitas
pisik pun lebih rendah.8 Sikap yang terlihat dalam kenyataan, umumnya di negaranegara berkembang adalah: kepura-puraan, ketak-acuhan, minat negatif, kelengahan
dan kebutaan teknologi.
Seperti dikemukakan di atas, McClelland menyatakan wiraswastawan secara
emosional nampaknya jauh lebih stabil dan sehat, didorong oleh hasrat untuk
berprestasi,
tetapi identitasnya berasal dari nilai-nilai dominan yang diakui
lingkungan sosialnya. Kesimpulan yang dikemukakannya adalah ada hubungan positif
antara tingkah laku seseorang (nilai, motif, dan sikap) yang memiliki motif prestasi
tinggi dengan tingkah laku wirausaha. Ada hubungan positif antara karakteristik
seseorang (nilai, motif, sikap) dengan motif prestasi yang tinggi, artinya:
Memilih resiko moderat, maksudnya bahwa dalam tindakannya memilih
melakukan sesuatu yang mengandung tantangan dengan kemungkinan berhasil;
Mau mengambil tanggungjawab pribadi, maksudnya bahwa kegagalan yang
terjadi tidak dialihkan tanggungjawabnya pada pihak lain;
Mencari dan mau menerima umpan balik;
Berusaha mencari dana baru untuk melakukan sesuatu.9
8
Bernard C. Rosent, “Achievement and Economic Growth in Brazil”, Sosial Forces 42,
1964:341-354 dan Lauer, Robert H, “Perspektif Tentang Perubahan Sosial”, Jakarta, Rineka
Cipta, 2001:141.
3
Dikaji dari bidang Administrasi Publik dikaitkan dengan cara berpikir yang
dikemukakan oleh McClelland dengan suntikan virus mental berupa kebutuhan untuk
berprestasi tinggi, perlu dikemukakan enam “dosa mati” yang biasa dilakukan aktor
pertumbuhan (birokrat) yang dikemukakan Peter Drucker10 dan enam penyakit
manajemen pembangunan menurut W. E. Deming.11.
Enam Dosa Mematikan
Enam Penyakit Manajemen
1) Ketiadaan target-target kinerja
1) Kekurangmantapan tujuan
yang jelas
2) Tekanan kepada pemikiran jangka
2) Mencoba untuk melakukan banyak
pendek dan siklus anggaran
pekerjaan sekaligus
tahunan
3) Pemecahan
masalah
dengan
3) Dampak yang menghancurkan dari
mengerahkan anak buah ke
annual “merit” review dan
masalah tersebut
evaluasi kinerja individual
4) Kekurangan sikap eksperimental
4) Mobilitas manajemen senior
5) Kekurangan evaluasi sehingga
5) Pengelolaan hanya dengan angkatidak ada yang dapat dipelajari dari
angka
yang
terlihat
atau
pengalaman
management by the numbers
6) Keengganan untuk menghentikan
6) Biaya
pengobatan
yang
program
berkelebihan dan biaya kewajiban
yang membengkak akibat ulah
para pengacara yang bekerja
dengan balas jasa yang dikaitkan
dengan hasil perkara
Kesimpulan
Kebutuhan untuk meraih hasil atau prestasi dalam upaya pertumbuhan
ekonomi memang perlu disuntikkan ke dalam tubuh manusia di tempat, daerah atau
negara manapun berada, sehingga tingkat jangkit nilai-nilai, motif dan sikapnya
bermotif meraih prestasi tinggi dan merasuk pada pikiran untuk melakukan sesuatu
dengan baik atau melakukan sesuatu dengan lebih baik. Perubahan sikap ke
pertumbuhan ekonomi model people centered development mensyaratkan juga
penedekatan psikologi tersebut demi terjadinya pembangunan manusia seutuhnya
yang sejahtera lahir dan batin.
9
Sedarmayanti., Restrukturisasi Dan Pemberdayaan Organisasi Untuk Menghadapi
Dinamika Perubahan Lingkungan: Ditinjau Dari Beberapa Aspek Esensial dan Aktual, Mandar
Maju, Bandung: 1999: hal. 176.
10
Peter Drucker, “The Deadly Sins I Public Administration”, Public Administration Review 40,
no. 2, 1980, hal. 103-106.
11
W. Edward Deming, Out of The Crisis, Cambridge: MIT Center for Advandced Engineering
Study, 1986.
4