Jurnal Tindakan Ekonomi dan Keterlekatan
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang tindakan ekonomi santri karyawan yang bekerja di unit usaha AIDRAT serta keterlekatan antara pondok pesantren dengan santri karayawan. Dengan tujuan penelitian yaitu mendiskripsikan tindakan ekonomi santri karyawan yang bekerja di unit usaha AIDRAT, dan bentuk keterlekatan antara pondok pesantren dengan santri karyawan didalam unit usaha AIDRAT.
Peneliti menggunakan landasan tiga proposisi yang dikemukakan oleh Granovetter, mengenai tindakan ekonomi serta bentuk-bentuk keterlekatan yaitu keterlekatan relasional dan struktural. Granovetter membagi tiga proposisinya yaitu: (1) tindakan ekonomi adalah tindakan sosial; (2) tindakan ekonomi disituasikan secara sosial; (3) institusi-institusi ekonomi dikontruksikan secara sosial. Tiga proposisi digunakan untuk menganalisis pola tindakan ekonomi dan tindakan sosial santri karyawan yang bekerja di unit usaha AIDRAT. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalam metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Hasil penelitian menunjukan tindakan ekonomi santri karyawan yang bekerja di unit usaha AIDRAT sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai agama yang berupa kearifan lokal dari Sunan Drajat mengenai 4 prinsip wenehono, ajaran tersebut dikondisikan secara sosial dalam hubungan yang berlangsung antara pondok pesantren dengan santri karyawan, kemudian dari ajaran empat prinsip wenehono yang dikondisikan secara sosial mampu mempengaruhi dalam pendefinisian motif-motif yang dimiliki oleh santri karyawan, adapun motif-motif yang dimilikinya yaitu motif (sosial) untuk membantu pembangunan pondok pesantren, (agama) tindakan bekerja yang ditujukan untuk mebnatu orang lain adalah tindakan yang bernilai ibadah, (ekonomi) orientasi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup santri karyawan didalam Pondok Pesantren Sunan Drajat. Tindakan bekerja santri karyawan yang dikondisikan secara sosial menciptakan relasi sosial antara pondok pesantren dengan santri karyawan dalam hubungan personal dan melekat dalam institusi unit usaha AIDRAT. sehingga dari tindakan bekerja yang berkelanjutan menciptakan keterlekatan relasional yang dihasilkan dari kondisi sosial, budaya dan agama yang berlangsung. Dengan demikian, dari keterlekatan relasional antara pondok pesantren dengan santri karyawan membentuk motivasi/semangat bekerja dengan tujuan untuk mencapai motif-motif yang dimiliki oleh kedua aktor.
Kata Kunci: Tindakan ekonomi, Pondok Pesantren, Santri karyawan, 4 prinsip wenehono dari Sunan Drajat, Keterlekatan.
ECONOMIC ACTION AND THE EMBEDDEDNESS BOARDING SCHOOL WITH STUDENTS OF EMPLOYEES (Case Studies Students Employees Working On AIDRAT Business Unit, at the Boarding School Sunan Drajat, Banjaranyar, Paciran, Lamongan)
Dliyauddin Kafi. Prof.Dr.Ir.Sanggar Kanto, MS, and A. Imron Rozuli, SE, M.Sc. Department of Sociology,
Faculty of Social and Politics Studies. University Brawijaya, Malang.
ABSTRACT
This research explains about the patterns of economic action students of the employees working at the business unit and the embedded between the Boarding School Students Employees Working in AIDRAT Business Unit. The purposes of this research are to describe the pattern of economic action of students employees working in business units AIDRAT, and form the embedded between boarding school with students AIDRAT employees in the business unit.
This research uses three proposition theories stated by Granovetter about economical act. And other forms of Relational Embeddedness; Structural Embeddedness. He divides economical act into three propositions such as: 1). Economical act as one kind of social activity; 2). Economical act is socially conditioned; 3). Economical institutions are socially constructed. Three propositions are used to analyze the pattern of economic action students of the employees who work at the business units AIDRAT. The method that used in this research is qualitative through case study.
The result of this research shows that a pattern of economic action and social action students of the employees who work at the business unit AIDRAT strongly influenced by religious values in the form of local knowledge of Sunan Drajat about 4 “wenehono” principle, so it builds a feedback between the
employee of the boarding school with students, then from the teachings of the four principles of socially conditioned “wenehono” able to influence the definition of motifs possessed by students of employees, while its motives are motives (social) to help build a boarding school, (religion) measures aimed at helping working people another is an act of worship that is worth, (economic) economic orientation to meet the needs of students living in boarding school Sunan Drajat. Actions of employees working students who are socially conditioned create social relations between the Islamic boarding school students and employees in personal relationships inherent in the institutional business units AIDRAT. so from the continuing work action creates relational embeddedness resulting from social, cultural and religious progress. Thus, from the relational emneddedness boarding school with students forming employee motivation / passion to work in order to achieve motives possessed by both actors.
Keywords: Measures of economic, social action, boarding school, employee Pupils, 4 “wenehono” principle of Sunan Drajat, embeddedness.
PENDAHULUAN
merealisasikan dari kearifan lokal dari Sunan Pondok pesantren secara umum dapat 2 Drajat mengenai empat prinsip wenehono ,
diartikan sebagai tempat untuk mencari ilmu kemudian kearifan lokal ini dijadikan sebagai tentang ajaran Agama Islam, dengan peran
landasan untuk membangun pondok pesantren penting yang dimana sangat berguna untuk
yang mandiri, dengan artian untuk biaya menjaga dan melestarikan tradisi dari ajaran
pembangunan sarana dan prasarana pendidikan Agama Islam. Tradisi yang sangat dijaga dalam
pondok pesantren tidak lagi meminta sumbangan kebiasaan pondok pesantren yaitu adanya asrama
biaya kepada wali santri melainkan Pondok yang digunakan untuk tempat tinggal bagi para
Pesantren Sunan Drajat memilih untuk santrinya.
membangun unit usaha yang digunakan untuk Dewasa ini, seiring dengan perkembangan
menopang perekonomian pondok pesantren. pondok pesantren disertai dengan sederetan kritik
Berbicara mengenai ajaran empat prinsip dan harapan. Hal tersebut, mengindikasikan
wenehono yang menjadi pedoman dasar nilai bahwa masyarakat sekarang menaruh perhatian
agama, baik di lembaga pondok pesantren maupun pada pondok pesantren mulai melemah dan
kalangan santri pondok pesantren. Ajaran tersebut berkurang yang mulai pula dirasa oleh para
memiliki dasar yang kuat sebagai nilai agama pengurus pondok pesantren. Ketika posisi pondok
didalam pondok pesantren untuk menjalankan pesantren dihadapkan dalam aturan pemerintah
institusi pendidikan maupun unit usaha yang dimana lulusanya harus memiliki ijazah, ketika itu
dibangun salah satunya unit usaha AIDRAT pula orientasi kelulusan mulai bergeser dari cita-
sebagai objek kajian peneliti.
cita untuk bisa mengamalkan ilmu yang didapat Beranjak pada fokus permasalahan dari pondok pesantren menjadi pembimbing
penelitian yakni tindakan ekonomi santri Agama Islam beralih menjadi lulusan yang lebih
karyawan sebagai salah satu santri Pondok mendapatkan material.
Pesantren Sunan Drajat, yang keseharianya Sesuai dengan yang digambarkan oleh
memiliki kegiatan interaksi dengan santri lainya Wahid (1988) bahwa, beberapa dekade pondok
dalam pendidikan non formal (ngaji dinaiyah). pesantren telah mengalami erosi nilai, ketika nilai-
Selain itu juga, kegiatan yang lebih intens yaitu nilai kemandirianya tercampur dengan pendidikan
bekerja didalam unit usaha AIDRAT. Dibalik yang berorientasi kepada ijazah, cita-cita untuk
tindakan bekerja santri karyawan yang setiap mengabdikan sebagai Pendidik Agama Islam
harinya berinteraksi didalam unit usaha AIDRAT sambil berwirausaha semakin hilang dari pikiran
ada alasan-alasan yang mendasari tindakanya. para lulusanya untuk digantikan dengan cita-cita
Ajaran yang dipaparkan diatas merupakan salah sebagai pegawai 1 . satu motif bekerja santri karyawan sebagai
Perkembangan pondok pesantren di tindakan implementasi ajaran yang sudah didapat Indonesia yang cukup pesat. Salah satunya
didalam masa pendidikanya di pondok pesantren. Pondok Pesantren Sunan Drajat (PPSD) memiliki
Adanya hubungan yang terjalin antara corak dan karakter yang membedakan dengan
pondok pesantren dengan santri karyawan dalam pondok pesantren lainya yakni Pertama sejarah
bentuk pondok pesantren memberikan bantuan atau historis kelahiran dari pondok pesantren
untuk santri karyawan, dengan menjamin tempat berasal dari garis keturunan Sunan Drajat. Kedua
tinggal, makan dan minum. Memunculkan proses Visi dan Misi Pondok Pesantren Sunan
timbal balik antara pondok pesantren dengan Drajat(PPSD)
santri karyawan. Maka dari itu, tindakan yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan
dipilih oleh santri karyawan untuk membalas budi akhirat, dalam artian pondok pesantren ini bukan
dan jasa direalisasikan melalui motif sosial untuk hanya mengajarkan kepentingan menganai ajaran
islam yang bersifat spiritual semata, namun juga
2 membekali santrinya untuk siap bekerja setelah Filosofi (taushiyah) Sunan Drajat, yaitu: a. Wenehono mangan
marang wong kang luwe (berikan makanan kepada orang
lulus dari pondok pesantren dengan bekal
kelaparan), b. Wenehono busono marang wong kang wudo (berikan
berwirausaha.
pakaian pada orang yang telanjang), c. Wenehono teken marang
wong kang wuto Selain itu juga dari visi dan misi Pondok (berikan tongkat kepada orang buta) d. Wenehono
payung marang wong kang kudanan (berikanlah payung kepada
Pesantren Sunan Drajat yaitu berusaha
orang yang kehujanan). Di kutip dari skripsi Najih Anwar. 2007. Manajemen Pondok pesantren dalam Penyiapan Wirausawan
(Studi kasus Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan). Tesis.
1 Wahid, Abdurrahman. 1988. Pesantren Sebagai Subkultural Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, Program Pasca (dalam Pesantren dan perubahan) . Jakarta: LP3ES.
Sarjana Universitas Islam Negeri malang.
membantu pembangunan pondok pesantren oleh aktor bertujuan untuk memaksimalkan dengan bekerja di unit usaha AIDRAT.
pemanfaatan (individu) dan keuntungan. Tindakan
Hubungan yang terjalin antara pondok 6 tersebut dipandang rasional cara ekonomi . pesantren dengan santri karyawan didalam
Dalam pendekatan sosiologi mengenai tindakan bekerja merupakan sebuah proses
kesatuan yang hubungan sosial yang didasarkan atas kondisi
dikontruksikan secara sosial, yaitu aktor dalam sosial, budaya, dan agama yang berlangsung
suatu interaksi atau sebagai individu yang terlibat didalamnya. Menurut Granovetter bahwa tindakan
dalam suatu interaksi dengan individu atau tersebut
beberapa individu lainya. Dilihatnya individu (embeddednes) yang berkaitan untuk mengkaji
sebagai aktor yang kreatif dalam menciptakan, tindakan ekonomi 3 . mempetahankan, dan merubah dunianya pada saat Mengadopsi pada konsep keterlekatan 7 interaksi berlangsung .
dalam tindakan ekonomi, yang dikemukakan oleh Mendefinisikan akan aktor dalam Granovetter bahwa keterlekatan perilaku ekonomi
masyarakat, dalam pendekatan sosiologi yang dalam hubungan sosial dapat dijelaskan melalui
dimaksudkan bahwa, individu yang identitas jaringan sosial yang terjadi dalam kehidupan
dirinya tidak tampil tetapi tersembunyi dalam ekonomi. Sehingga Granovetter membedakan dua
suatu kesatuan yang dinamakan masyarakat. jenis keterlekatan dalam hubungan jaringan sosial,
Tindakan ekonomi dalam pendekatan sosiologi yaitu keterlekatan lemah (underembedded) dan
diartikan oleh Weber bahwa tindakan ekonomi keterlekatan kuat (overembededded) 4 . dapat ditepakan menjadi 3 tindakan ekonomi
Selanjutnya Granovetter mengemukakan yaitu, tindakan ekonomi dapat berupa rasional, tentang tindakan ekonomi keterlekatan, juga 8 tradisional, dan spekulatif-irrasional .
membedakan dua bentuk keterlekatan, pertama keterlekatan relasional yaitu tindakan ekonomi
TIGA PROPOSISI GRANOVETTER
yang disituasikan secara sosial dan melekat Tindakan ekonomi diartikan sebagai (embedded) dalam jaringan sosial personal yang
tindakan sosial, dikarenakan tindakan ekonomi sedang berlangsung diantara para aktor, kedua
bukan semata-mata murni untuk kepentingan keterlekatan struktural adalah keterlekatan yang
ekonomi namun ada kepentingan sosial, misalnya terjadi dalam suatu jaringan hubungan yang lebih
tindakan individu tidak terlepas dari interaksi luas. Jaringan hubungan yang lebih luas, bisa
sesama individu, ada hubungan yang dijalani antar merupakan institusi atau struktur sosial 5 . individu dalam menjalankan sebuah tindakan
dikemukakan oleh Granovetter dan konsep
baru sosiologi embeddednes (keterlekatan), maka penulis tertarik
Kemunculan aliran
ekonomi, sesuai dengan berkembangnya Ilmu meneliti fenomena tindakan ekonomi dan
Sosiologi Ekonomi. Ide dasar aliran pemikiran keterlekatan pondok pesantren dengan santri
sosiologi ekonomi baru mengadopsi kepada Tiga karyawan didalam unit usaha AIDRAT, di Pondok
Proposisi Utama yang diajukan oleh Sewdberg Pesantren Sunan Drajat, Banjaranyar, Paciran,
dan Granovetter. Tiga Proposisi Utama Lamongan.
diantaranya yaitu:
1. Tindakan ekonomi adalah suatu bentuk
AKTOR DAN TINDAKAN EKONOMI
dari tindakan sosial.
2. Tindakan ekonomi disituasikan secara sebagai seperangkat pilihan dan preferensi yang
Prespektif ekonomi, aktor diasumsikan
sosial
telah tersedia dan stabil. Tindakan yang dilakukan
3. Institusi-institusi ekonomi dikonstruksikan secara sosial.
3 Keterlekatan merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial yang melekat dalam jaringan sosial personal yang
sedang berlangsung diantara aktor. Terdapat tiga proposisi utama
6 Ibid. Hal:42
mengenai tidakan ekonomi yaitu tindakan ekonomi adalah
7 Ibid. Hal: 38.
tindakan sosial; tindakan ekonomi disituasikan secara sosial; 8 Weber mengatakan tenatang tiga tipe tindakan ekonomi yaitu institusi-institusi ekonomi dikontruksikan secara sosial. (Damsar.
tindakan ekonomi rasional merupakan tindakan individu yang
mempertimbangkan alat yang tersedia untuk mencapai tujuan yang Prenada Media Group.. Hal.31)
2009. Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta:
ada; tindakan ekonomi tradisional yaitu bersumber dari tradisi atau konvensi; dan tindakan ekonomi spekulatif-irrasional yaitu
4 Ibid. Hal:144
tindakan yang berorientasi ekonomi yang tidak mempertimbangkan Ibid. Hal. 146
instrument yang ada deng tujuan hendak dicapai. (Ibid. Hal:42-43.)
Ketiga Proposisi tersebut berakar dari 13 laninya . Ditegaskan pula oleh Granovetter pemikiran Weber yang dikembangkan secara lebih
bahwa tindakan ekonomi berlangsung diantara luas dan tajam oleh Swedberg dan Granovetter.
keterlekatan lemah
(underembedded) dan Weber menjelaskan bahwa aktor selalu 14 keterlekatan kuat (overembedded). Secara
mengarahkan tindakanya kepada perilaku orang singkatnya bahwa tindakan ekonomi bukanlah lain melalui makna-makna yang terstruktur. Ini
berlangsung pada kontinum antara kutub berarti bahwa aktor selalu terkait dan
ketelekatan dengan kutub ketidakketerlekatan berhubungan dengan kebiasaan-kebiasaan, adat-
melainkan terjadi pada kontinum kontinum adat, nilai-nilai dan norma yang dimiliki dalam
keterlekatan lemah dengan keterlekatan kuat. sistem hubungan sosial yang dilakukan oleh aktor
dalam keberlangsunganya 9 .
BENTUK KETERLEKATAN
menjelaskan mengenai bahwa tindakan ekonomi tidak dipandang sebagai
Granovetter yang sejalan dengan Weber
Granovetter
keterlekatan dalam tindakan ekonomi, dan fenomena stimulus-respon yang sederhana, tetapi
membaginya menjadi dua keterlekatan yaitu lebih kepada hasil dari suatu proses yang
keterlekatan relasional dan keterlakatan struktural. dilakukan oleh individu dalam hubungan sosial
1. Keterlekatan Relasional
yang sedang berlangsung. Sehingga untuk
relasional merupakan memahami dari proposisi yang kedua bahwa
Keterlekatan
tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial tindakan ekonomi distuasikan secara sosial dan
dan melekat (embedded), dalam jaringan personal melekat dalam jaringan hubungan sosial personal 15 yang sedang berlangsung diantara para aktor .
yang sedang berlangsung dari para aktor. 10 Konsep disituasikan secara sosial bermakna Pemahaman tentang proposisi yang ketiga,
tindakan ekonomi, yakni seperti dalam suatu bahwa institusi ekonomi dikonstruksikan secara
aktivitas ekonomi yang hubungannya dengan sosial, merujuk pada tulisan Peter L. Berger,
orang lain atau dikaitkan dengan individu lain. menurutnya institusi ekonomi bukan suatu jenis
Konsep keterlekatan relasional yang dari seperangkat realitas eksternal yang kelihatan,
dikemukakan Granovetter, jika dioperasionalkan namun merupakan hasil dari kreasi sosial yang
pada objek penelitian peneliti yaitu berusaha terjadi secara perlahan. Apabila suatu institusi
melihat keterlekatan antara tindakan ekonomi muncul
santri karyawan dengan pondok pesantren yang mengarahkan tindakanya kepada seperangkat
berlangsung dalam jaringan hubungan sosial yang aktivitas yang dikenakan hukuman oleh aktor
lebih personal di unit usaha AIDRAT. Peneliti sosial lainya. Memperlakukanya sebagai sesuatu
juga berasumsi bahwa keduanya menjalin yang keberadaanya diluar waktu dan tidak dapat
hubungan sosial saling timbal balik antara menjadi sebaliknya. 11 keduanya, yang dimana pondok pesantren
memberikan bantuan kepada santri karyawan
KETERLEKATAN
berupa pembebasan biaya pendidikan non formal, Menurut
biaya makan, minum dan tempat tinggal diasrama. merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan
Granovetter,
keterlekatan
Respon balik yang dilakukan oleh santri karyawan secara sosial dalam melekat (embedded), dalam
yaitu berupa membantu pembangunan pondok jaringan sosial personal yang sedang berlangsung
pesantren melalui bekerja di unit usaha AIDRAT, diantara para aktor. Hal tesebut tidak hanya
serta hubungan sosial ini berlangsung sesuai terbatas pada tindakan aktor individual sendiri
dengan kondisi sosial yang ada di Pondok tetapi juga mencakup perilaku ekonomi yang lebih
Pesantren Sunan Drajat.
luas, seperti penetapan harga dan institusi-institusi
2. Keterlekatan Struktural
ekonomi, yang semuanya terpendam dalam suatu
struktural merupakan jaringan hubungan sosial. 12 keterlekatan yang terjadi dalam suatu jaringan
Keterlekatan
Granovetter menegaskan dalam kaitanya hubungan yang lebih luas, bisa merupakan dengan tingkat atau drajad dari keterlekatan, yakni 16 institusi sosial atau struktur sosial . Dengan kata
tindakan ekonomi masyarakat melekat dalam lain bahwa struktur sosial adalah suatu pola jaringan hubungan sosial dan institusi sosial
10 Ibid. Hal 31-32. 14 Ibid. Hal 32-33. Ibid. Hal:144. Ibid.
12 Ibid. Hal 33.
16 Ibid. Hal:146. Ibid. Hal:149.
Ibid. Hal:139.
hubungan atau interaksi sosial yang dicirikan yaitu mereka yang terlibat langsung dalam dengan terorganisir dan stabil dalam ruang sosial.
interaksi sosial yang diteliti. 3. Informan Konsep keterlekatan struktural yang
tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan dikemukakan oleh Granovetter, jika digunakan
informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam
untuk mengakaji fenomena sosial di unit usaha 19 interaksi sosial yang diteliti . AIDRAT, maka peniliti mengasumsikan bahwa
Dalam penelitian ini peneliti memilih santri karyawan yang sudah membantu bekerja di
informan yang dikira mampu memberikan unit usaha AIDRAT, setiap bulanya akan
informasi yang sesuai dengan rancanganya, mendapat upah/bisyaroh yang sudah ditetapkan
informan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga oleh manajemen internal unit usaha AIDRAT.
macam yaitu, informan kunci, informan utama Oleh karena itu, penulis memaparkan dua konsep
dan informan pendukung, sebagai berikut: keterlekatan dari Granovetter, karena diasumsikan
1. Informan kunci adalah Pengasuh Pondok oleh penulis apakah terjadi keterlekatan relasional
Pesantren Sunan Drajat, Ketua Pondok atau katerlekatan struktural antara pondok
Pesantren Sunan Drajat, Koordinator Divisi pesantren dengan santri karyawan, ataupun bisa
Perekonomian dan Pemegang unit usaha terjadi keterlekatan keduanya yang berlangsung
AIDRAT.
didalam unit usaha AIDRAT, Pondok Pesantren
2. Informan utama adalah santri karyawan Sunan Drajat.
merupakan santri yang bekerja setiap hari didalam unit usaha Aidrat, baik bergerak pada
METODE PENELITIAN
posisi pengelola kantor, produksi dan
Subjek Penelitian
pemasaran. Serta karyawan/pekerja yang Setiap subjek adalah informan yang akan
berasal dari masyarakat luar pondok. dilihat sebagai kasus dalam suatu kejadian tertentu
3. Informan pendukung adalah santri mukim dan karenanya pendekatan kualitatif menyebutkan
pondok pesantren sunan drajat, yang bisa sebagai kasus atau informan. Tujuan pemilihan
memberikan informasi terkait dengan fokus informan sendiri yaitu merinci kekhususan terkait
penelitian penulis.
dengan temuan yang unik, sehingga maksud dari pemilihan informan akan dapat menggali
Metode Pengumpulan Data
informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan Teknik penelitian yang digunakan dalam dan temuan penelitian yang muncul 17 . memperoleh dan mengumpulkan data yang
diperlukan adalah sebagai berikut : penelitian ini yaitu pihak-pihak yang berkaitan
Untuk pemilihan
informan dalam
1. Observasi.
langsung dan bersangkutan dengan unit usaha
2. Wawancara.
Aidrat, yaitu Pengelola unit usaha AIDRAT
3. Dokumentasi.
Lamongan beserta Para Santri Karyawan yang mengelola unit usaha AIDRAT di Pondok
Prosedur Penelitian
Pesantren Sunan Drajat, Banjaranyar, Paciran Pelaksanaan penelitian ini dilakukan Lamongan.
dengan berbagai prosedur atau tahapan. Untuk Informan dalam penelitian ini dipilih
prosedur pertama yaitu tahap persiapan. Pada secara Purposive. Sesuai karakter pendekatan
tahap persiapan ini peneliti menentukan lokasi dalam penelitian kualitatif yang lebih menekankan
penelitian terlebih dahulu, peneliti melakukan sisi investigatif tidak didasarkan perhitungan
survey awal untuk menentukan lokasi dan statistik, dan dikatakan sudah cukup jika datanya
menenutukan masalah apa yang akan diangkat telah mencapai kejenuhan (tidak memperoleh
untuk penelitian. Setelah menemukan masalah dan informasi yang berulang) 18 . lokasi penelitian kemudian peneliti melakukan
Informan yang relevan dalam penelitian observasi awal. Tujuan dari observasi awal adalah kualitatif meliputi: 1. Informan kunci (key
untuk mengetahui interaksi sosial yang terjadi di informan), yaitu mereka yang mengetahui dan
lokasi penelitain, untuk selanjutnya dapat memiliki berbagai informasi pokok yang
memudahkan peneliti menentukan fokus dan diperlukan dalam penelitian. 2. Informan utama,
batasan penelitian.
17 Lexy J Moleong2010. Metodologi penelitian kualitattif. Edisi Revisi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Hal:224.
Sugiyono2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & 19 Suyanto, Sutinah. 2007. Metode Penelitian Sosial Bebagai D . Bandung : Alfabeta. Hal: 220.
Alternatif Pendekatan . Jakarta: Kencana. Hal: 156.
Prosedur tahap kedua yaitu tahap menyalurkan minat dan bakat, serta juga sebagai pelaksanaan penenlitian. Pelaksanaan penelitian
wahana praktek kerja bagi para santri. terhitung dimulai pada bulan Mei-Juni 2013.
Sebuah unit usaha yang dibangun di Dengan proses, pada bulan pertama peneliti
untuk kepentingan menggunakan watunya untuk proses pendekatan
pondok
pesantren
pembelajaran bagi santri memang tidak cukup dengan informan yaitu informan yang ada di unit
banyak ditemukan dalam lembaga pendidikan usaha AIDRAT, melakukan interaksi secara
pondok pesantren. kemudian ketika unit usaha ini langsung sampai dengan menjalin hubungan yang
bertujuan pula untuk mengahasilkan materi yang bisa mendukung untuk menggali informasi yang
bisa digunakan untuk kepentingan pembangunan diharapkan. Pada
pondok pesantren demi tercapainya lembaga menggunakan waktunya untuk proses penelitian,
bulan kedua peneliti
pendidikan yang mandiri, dalam artian bisa yang dimana peneliti mulai melakukan proses
membangun pondok pesantren dengan tidak pengumpulan data dengan teknik, observasi
meminta sumbangan kepada wali santri. wawancara, dan dokumentasi dan pada bulan juni
Fenomena tersebut ditemukan pada peneliti mengisi waktunya untuk menggali lebih
Pondok Pesantren Sunan Drajat, terbangunya unit banyak data dan lebih kaya dengan dokumentasi
usaha yang dicetuskan oleh pengasuh pondok yang diperoleh dari lapangan.
pesantren yaitu KH. Abdul Ghofur. Dengan modal Pada prosedur terakhir yaitu peneliti
dan tanah yang dimilikinya pada akhirnya menggunakan waktunya untuk penulisan laporan
terbangunlah pondok pesantren yang memiliki penelitian, dengan data yang diperoleh dari
unit usaha yang cukup berkembang hingga saat ini lapangan peneliti melakukan proses pengelohan
serta dikelola oleh para santrinya. dan analisis data dengan menggunakan analisis
Tindakan ekonomi para santri karyawan bentuk dominan yaitu penjodohan pola, serta
untuk bekerja di unit usaha AIDRAT dalam untuk menvaliditas temuan penelitian yang sudah
penelitian ini akan dianalisis dengan tiga proposisi diperoleh dari lapangan, peneliti menggunakan
Granovetter yakni mengenai tindakan ekonomi. triangulasi sumber . Sehingga peneliti bisa
Hal ini dikarenakan tiga proposisi tersebut bukan menyimpulkan temuanya yaitu mengenai tindakan
hanya melihat tindakan ekonomi para santri ekonomi dan keterlekatan pondok pesantren
karyawan bekerja di unit usaha AIDRAT, tetapi dengan santri karyawan.
juga melihat kondisi yang seperti apa dibalik semua itu sehingga para santri memilih untuk
HASIL DAN DISKUSI PENELITIAN
bekerja di unit usaha AIDRAT. Berdasarkan data yang diperoleh dari
Tindakan ekonomi para santri karyawan wawancara dengan informan, bahwa pada bagian
untuk memilih bekerja di unit usaha AIDRAT kali ini peneliti melakukan proses pendiskusian
memiliki pola dan motif yang cukup beragam. hasil penelitianya. Dengan berpedoman pada
Tindakan ekonomi berupa bekerja yang dilakukan rumusan masalah yang sudah dirancang oleh
oleh santri karyawan merupakan tindakan yang peneliti, yaitu mengenai santri karyawan yang
memiliki motif untuk membantu pembangunan memilih melakukan tindakan ekonomi untuk
pondok pesantren, yang dimana dengan bekerja di bekerja di unit usaha AIDRAT, serta bentuk
unit usaha AIDRAT akan membantu produksi keterlekatan pondok pesantren dengan santri
yang bisa dipasarkan kepada konsumen, sehingga karyawan.
dari proses pemasaran unit AIDRAT akan Sebelum beranjak pada pendiskusian
menghasilkan omset dari jualanya, oleh karena itu temuan hasil penelitian, kondisi Santri yang
dari pengahasilan unit usaha AIDRAT, sebagaian memiliki aktivitas belajar dalam lembaga
dananya akan disisakan untuk membantu biaya pendidikan agama pondok pesantren tidak luput
pembangunan pondok pesantren. dari nuansa religious yang sangat kental, nilai dan
konsep pemikiran ajaran agama (spiritual) menjadi bumbu untuk
Searah dengan
Granovetter terkait dengan tiga proposisi tindakan menjalani keseharian para santri. Lebih
ekonominya yaitu selama tindakan ekonomi masih memfokuskan pembahasanya yang terkait dengan
dipengaruhi orang lain, semisal adanya interaksi aktivitas santri menuntut ilmu didalam ranah
sosial antar individu, seperti saling memandang, pondok pesantren, yaitu selain pendidikan formal
saling menyapa dan hingga berinteraksi sosial, adapula pendidikan non formal yang mendukung
maka tindakan ekonomi adalah tindakan sosial. belajar santri, yang dimana adanya wahana untuk
Selanjutnya yaitu tindakan ekonomi santri karyawan bekerja di unit usaha AIDRAT, Selanjutnya yaitu tindakan ekonomi santri karyawan bekerja di unit usaha AIDRAT,
peneliti dalam melihat tindakan ekonomi santri Drajat berupa empat prinsip wenehono yang telah
karyawan bekerja di unit usaha AIDRAT dengan diajarkan oleh KH. Abdul Ghofur melalui
tiga proposisi kegiatan pengajian kepada para santrinya
menggunakan
prespektif
Granovetter, serta juga berdasarkan kutipan dari khususnya santri karyawan, secara tidak langsung 20 kajian peneliti sebelumnya yang sejalan dengan
ajaran ini sudah bisa masuk dalam pola pemikiran kajian pemikiran peneliti saat ini bahwa, dalam santri karyawan sebagai nilai dan norma didalam
kajian kali ini sekaligus secara tidak langsung hubungan sosial yang terjadi dikalangan santri
mengkritisi dari tiga proposisi Granovetter. karyawan, yang dimana ajaran ini berisikan untuk
Menurut prespektif peneliti dalam melihat kondisi memerintahkan seseorang akan selalu berusaha
tindakan ekonomi santri karyawan bahwa dimulai mengahadapi kehidupannya dan bisa membantu
dari proposisi tindakan ekonomi disituasikan orang lain yang membutuhkanya. Maka dari itu,
secara sosial, kemudian institusi-institusi ekonomi ajaran ini dikondisikan secara sosial dikalangan
dikontruksikan secara sosial, dilanjutkan dengan santri karyawan sebagai nilai agama yang patut
kembali lagi setelah terjadi kontruksi, pada diamalkan melalui bekerja di unit usaha AIDRAT
proposisi tindakan ekonomi disituasikan secara didalam Pondok Pesantren Sunana Drajat.
sosial kemudian berlanjut pada proposisi tindakan Selain itu, tindakan ekonomi dilakukan
ekonomi adalah bentuk tindakan sosial. Demikian atas situasi dan kondisi yang ada disekitarnya,
secara singkat penjelasan bagan yang ada diatas, kemudian kondisi sosial yang terjadi didefinisikan
untuk memaparkan lebih jelasnya peneliti secara sosial oleh aktor sebelum menentukan
membagi dalam sub pembahasan selanjutnya tindakan yang akan dilakukanya, seperti kondisi
mengenai tindakan ekonomi dengan prespektif keluarga yang membutuhkan uang untuk
tiga proposisi.
kepentingan hidup, makan dan minum, serta kebutuhan biaya sekolah anak.
1. Tindakan Ekonomi disituasikan secara
Hal tersebut menyatakan bahwa tindakan
sosial
bekerja para santri di unit usaha AIDRAT Berdasakan konsep dari Granovetter memiliki banyak pola yang bisa digambarkan,
tentang proposisi utama yang sudah dipaparkan, bekerja bisa diartikan sebagai tindakan yang wajar
bahwa tindakan ekonomi di situasikan secara untuk membantu pembangunan Pondok Pesantren
sosial adalah aktor sebelum melakukan tindakan Sunan Drajat. Berdasarkan rasa ingin membalas
ekonomi mendefinisikan lingkungan disekitarnya budi dan jasa atas bantuan yang diberi oleh pihak
terlebih dahulu, menyesuaikan apa yang menjadi pondok pesantren, motif santri sangat kuat untuk
kebiasaan dilingkungan sekitarnya sehingga aktor bekerja sebagai rasa timbal balik dengan pondok
terpengaruh dan pada akhirnya akan melakukan pesantren.
apa yang menjadi tindakan ekonominya. Rasa ingin mengulurkan tangan kepada
yang berlangsung pondok pesantren sangat kuat ditemukan pada
Kondisi
sosial
dikalangan santri karyawan, seperti adanya nilai- santri karyawan, dari hal tersebut pula kondisi dan
nilai agama, hubungan, interaksi sosial yang situasi para santri karyawan untuk memilih
terjadi antara pondok pesantren dengan santri bekerja di unit usaha AIDRAT. Maka tahap awal
karyawan melalui rasa saling membantu, peneliti untuk mengkaji tindakan ekonomi para
kemudian kondisi tersebut berlangsung secara santri karyawan yang bekerja di unit usaha
sosial dikalangan santri karyawan didalam AIDRAT dengan menggunakan tiga proposisi
tindakan bekerja di unit usaha AIDRAT. Maka Granovetter untuk melihat lebih dalam. Berikut
dari itu, sejalan dengan konsep Granovetter dalam skema kajian berpikir yang digunakan untuk
tindakan ekonomi melihat tindakan ekonomi santri karyawan bekerja
proposisinya
bahwa
disituasikan secara sosial yaitu tindakan ekonomi unit usaha di AIDRAT:
tidak dipandang sebagai fenomena stimulus- respon yang sederhana, tetapi lebih kepada hasil
Tindakan Ekonomi dari suatu proses yang dilakukan oleh individu dalam proses hubungan sosial yang sedang
berlangsung 21 .
Institusi Ekonomi
20 Skripsi Ramdya angananda. 2013. Hal:114.
21 Damsar. 2009. Op cit. Hal: 32-33.
Kondisi dimana santri karyawan yang Fenomena yang dilihat oleh peneliti setiap harinya sudah dijamin kebutuhanya oleh
tentang tindakan ekonomi di unit usaha AIDRAT pondok pesantren, serta situasi dari keseharian
Pondok Pesantren Sunan Drajat merupakan hal yang diisi dengan aktivitas yang bernuansa
yang sejalan dengan pemikiran dan argumentasi penanaman ajaran agama tertutama kearifal lokal
Granovetter, bahwa fenomena stimulus-respon tentang empat prinsip wenehono Sunan Drajat
yang sederhana, tetapi lebih kepada hasil dari yang tetap terjaga didalam nilai-nilai pondok
suatu proses yang dilakukan oleh individu dalam pesantren, didefinisikan oleh para santri karyawan
pross hubungan sosial yang sedang berlangsung. sebagai nilai dan ajaran yang sudah selayaknya
Dan ini berarti bahwa aktor mendefinisika situasi diamalkan
sosialnya terlebih dahulu, sebelum aktor dimasyarakat umum. 22 melakukan tindakan ekonomi.
Sebagai media implementasi dari nilai- nilai agama dan ajaran empat prinsip wenehono
2. Institusi
Ekonomi dikontruksikan
Sunan Drajat. Santri karyawan mendefinisikan
Secara Sosial
kondisi dan situasi tersebut menjadi pilihan yang Hasil dan diskusi selanjutnya dari seharusnya bisa tertuang dan diamalkan kedalam
proposisi utama Granovetter, bahwa institusi- kehidupan bermasyarakat, dengan memilih untuk
institusi ekonomi dikontruksikan secara sosial, bekerja di unit usaha pondok pesantren, dalam hal
yang dimana bahwa institusi-institusi ekonomi ini peneliti menfokuskan kajianya pada unit usaha
merupakan hasil dari kreasi sosial yang terjadi AIDRAT, maka sebagai Hubungan timbal balik
secara perlahan-lahan, dengan proses pengerasan antara pondok pesantren dengan santri karyawan
dan pengentalan institusi ekonomi dalam presepsi yang sebenarnya hubungan ini bersifat secara
sosiologi ekonomi akan menjadi kiat dalam tidak langsung dan hubungan yang bisa dikatakan
melakukan sesuatu.
saling membantu satu sama lain, sehingga pada Institusi ekono mi “AIDRAT” merupakan akhirnya santri karyawan memilih menggunakan
wadah yang digunakan bagi para santri sebagai tenaganya untuk bekerja di unit usaha AIDRAT.
ajang untuk mencari ganjaran secara ajaran islam. Para santri mampu mendifinisikan situasi
Ajaran yang selama ini sudah tertanam dalam sosial yang ada di dalam dunia Pondok Pesantren
pemikiran para santri dan menjadi pedoman dalam Sunan Drajat, menerima dan menjalankanya apa
Pondok Pesantren Sunan Drajat. Ajaran ini yang yang menjadi sebuah ajaran nilai dan norma yang
disebut dengan empat prinsip wenehono yang berlaku, praktek bekerja yang didasarkan atas rasa
berasal dari taushiyah Sunan Drajat. Menjadi ingin membantu kepada pondok pesantren, yang
sangat kuat ajaran tersebut dikarenakan sudah dimana dari hasil pendapatan dari AIDRAT akan
dikontruksikan secara perlahan-lahan masuk diputarkan lagi untuk keperluan unit usahanya dan
dalam keseharian santri, melalui pengajian dan pastinya digunakan untuk membantu keuangan
taushiyah islami dalam Pondok Pesantren Sunan pondok pesantren dalam pembangunan gedung
Drajat.
dan sarana, prasarana. Berbicara mengenai bagaimana unit usaha Berikut adalah bagan peneliti dalam
AIDRAT digunakan sebagai tempat untuk berlatih mengkaji tindakan ekonomi disituasikan secara
bekerja bagi santri, serta prespektif yang sama sosial yaitu hubungan sosial yang terjadi antara
bahwa bekerja di unit usaha AIDRAT para santri pondok pesantren dengan santri karyawan
karyawan bisa menyalurkan bantuan kepada sehingga memilih untuk bekerja di unit usaha
pondok pesantren secara langsung. Prespektif AIDRAT, sebagai berikut:
lainya yang ditemukan oleh peneliti dari santri karywan bahwa dari unit usaha AIDRAT santri yang bekerja didalamnya merupakan sebuah tindakan yang mengandung nilai ibadah secara ajaran islam dan motif untuk mencari kepentingan spiritual (barokah) dari pondok pesantren.
Sebagai tambahan pembahasan kali ini pada proposisi institusi-institusi ekonomi dikontruksikan secara sosial, berikut bagan proses hasil proposisi institusi ekonomi yaitu unit usaha
Ibid. Hal:32-33.
AIDRAT yang dikontruksikan secara sosial dalam karyawan yang memilih untuk bekerja di unit ranah Pondok Pesantren Sunan Drajat:
usaha AIDRAT merupakan hasil proses hubungan sosial antara pihak pondok pesantren dengan santri karyawan. Dengan adanya nilai-nilai agama/religious dan kearifan lokal, empat prinsip wenehono Sunan Drajat yang diserap oleh santri karyawan sebagai ajaran yang patut diamalkan didalam dunia pondok pesantren secara khusus dan dimasyarakat luas secara umumnya.
Menghadapkan santri karyawan untuk masuk kedalam aturan-aturan yang ada didalam unit usaha AIDRAT. Pada awalnya alasan santri karyawan yang notabene lebih mengarah kepentingan spiritual (ibadah) kini dengan aturan yang diberikan unit usaha AIDRAT kepada karyawanya, alasan tersebut mulai mengalami
proses pendefinisian kembali yaitu ketika seorang Penjelasan tambahan mengenai bagan
karyawan yang sudah mampu membantu proses yang ada diatas tentang unit usaha yang
produksi dan pemasaran dari unit usaha AIDRAT dikontruksikan secara sosial yaitu unit usaha yang
akan mendapatkan pula imbalan yang setimpal dibangun oleh Pondok Pesantren Sunan Drajat.
pula. Imbalan atau Bisyaroh dalam aturan internal Ajaran yang sudah didefinisikan oleh santri
manajemen unit usaha AIDRAT pun telah karyawan dalam keseharinya didalam ranah
ditetapkan dalam kebijakannya, tentunya dengan Pondok
kadar sewajarnya yang sesuai dengan tingkat kerja diimplementasikan oleh santri karyawan kedalam
yang sudah dilakukan oleh para santri karyawan. lembaga ekonomi yaitu unit usaha AIDRAT.
Proposisi ini dalam prespektif peneliti Prespektif santri karyawan bahwa dari
bahwa, tindakan ekonomi yang pada mulanya pendefinisian kondisi nilai-nilai agama dan
merupakan hasil dari kreasi para santri karyawan kearifan lokal ajaran empat prinsip wenehono
untuk bisa mengamalkan nilai dan ajaran didalam Sunan Drajat yang disalurkan dalam unit usaha
pondok pesantren, kini dengan aturan-aturan dari AIDRAT melalui tindakan ekonomi bekerja
unit usaha AIDRAT dan kondisi sosial yang adalah sebuah tindakan yang mulia dan
berlangsung dikalangan santri karyawan ketika itu mengandung unsur ibadah.
pula mulai melakukan proses pendefinisian Sejalan dengan pernyataan yang tertera
kondisi sosial kembali bahwa tindakan bekerja diatas bahwa apa yang dinyatakan Berger sebagai
sebenarnya bukan hanya untuk mengamalkan penjelasan tentang proposisi institusi-institusi
nilai-nilai ajaran agama, dan sekedar praktek kerja ekonomi dikontruksikan secara sosial yaitu
nyata yang digunakan untuk mengasah hobi, institusi ekonomi bukan suatu jenis dari
kemampuan dan bakat. Melainkan dengan seperangkat realitas eksternal yang kelihatan,
melakukan bekerja di AIDRAT santri karyawan namun merupakan hasil dari kreasi sosial yang
akan bisa mandiri dengan tidak menggantungkan terjadi secara perlahan, cara melakukan sesuatu
kepada orang tua, serta dapat membantu pula yang “mengeras” dan “mengental” dan pada
23 beban ekonomi keluarga dengan bisa memberikan akhirnya menjadi kiat untuk melakukan sesuatu. hasil kerjanya kepada orang tuanya.
Dari kondisi sosial yang sudah didefinisikan santri Dengan demikian, kondisi dimana santri karyawan sebuah unit usaha AIDRAT
karyawan yang sudah bekerja di unit usaha dikontruksikan secara sosial didalam Pondok
AIDRAT akan lebih mandiri dikarenakan sudah Pesantren Sunan Drajat.
mendapatkan upah/bisyaroh yang bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup didalam
pondok pesantren dan bisa digunakan untuk
disituasikan Secara Sosial
membiayai kebutuhan hidup keluarga yang ada Dalam pendiskusian kali ini, berangkat
dirumah. Berikut bagan peneliti untuk proposisi sebelumnya dari kondisi dimana santri
menjelaskan proposisi tindakan ekonomi kembali disituasikan secara sosial:
23 Ibid. Hal:33.
santri
yang menggunakan upah/bisyaroh untuk membiayai kebutuhan proses belajarnya dalam dunia perkuliahan di Pondok Pesantren Sunan Drajat.
karyawan
Berikut bagan tindakan ekonomi santri karyawan bekerja di unit usaha AIDRAT yang merupakan bentuk dari kondisi sosial yang ada dibalik semua itu:
4. Tindakan Ekonomi adalah Tindakan Sosial
Prespektif peneliti mengartikan bahwa Proposisi ini merupakan proposisi tahap terakhir, tindakan ekonomi adalah bentuk tindakan sosial yaitu tindakan ekonomi santri karyawan bekerja di unit usaha AIDRAT bukan semata-mata untuk
kepentingan ekonomi semata melainkan ada kondisi lain dibalik tindakan ekonomi santri
Penjelasan mengenai bagan yang ada karyawan. Peryataan ini sejalan dengan
diatas, bahwa dari argumentasi Granovetter argumentasi dari Granovatter yang mengutip
mengenai proposisi tindakan ekonomi adalah pemikiran dari Weber bahwa tindakan ekonomi
bentuk tindakan sosial. Dalam prespektif peneliti dapat dipandang sebagai suatu tindakan sosial
bahwa proposisi ini merupakan tahapan terakhir sejauh tindakan tersebut memperhatikan orang
dari proposisi Granovetter dikarenakan dibalik lain. 24 tindakan ekonomi santri karyawan bekerja di unit
Dalam konteks ini yang terjadi adalah usaha AIDRAT, ada hubungan interaksi sosial secara prosesnya tindakan ekonomi santri
didalamnya serta kondisi sosial yang ada disekitar karyawan bekerja di unit usaha AIDRAT
santri karyawan yang mempengaruhi tindakan dilatarbelakangi kondisi sosial yang sudah ada,
ekonominya.
baik dari kontrol sosial melalui nilai-nilai agama Berdasarkan pemaparan yang ada diatas dan empat prinsip wenehono Sunan Drajat.
mengenai pola tindakan ekonomi dan tindakan Fenomena Santri karyawan bekerja di unit
sosial yang terjadi di unit usaha AIDRAT yang usaha AIDRAT memang terjadi bukan semata-
dimana peneliti melihatnya dengan prespektif tiga mata untuk kebutuhan ekonomi melainkan ada
proposisi Granovetter, maka bisa ditarik faktor lain, diantaranya kepentingan untuk
kesimpulan bahwa yang pertama, tindakan membantu kepada pondok pesantren, mencari
ekonomi santri karyawan bekerja dilatarbelakangi (ibadah, barokah dari pengasuh dan pondok
nilai-nilai agama dan kearifan lokal berupa ajaran pesantren) dan memenuhi kepentingan spiritual
empat prinsip wenehono dari Sunan Drajat yang bagi santri karyawan. Upah/bisyaroh yang didapat
mengajarkan untuk sesorang bisa berusaha, dan dari bekerja bukan semata-mata menjadi alasan
menjunjung tinggi ajaran dimana seseorang lebih utama untuk mendapatkan sebagai kepentingan
baik memberi dari pada meminta. Sehingga orang ekonomi, melainkan ada kondisi sosial lainya,
akan bisa membantu sesama manusia yang seperti santri karyawan yang sudah memiliki
membutuhkan bantuan.
keluarga, anak dan istri sehingga membutuhkan Kedua, dengan bekerja di unit usaha upah/bisyaroh untuk memenuhi kebutuhan makan
AIDRAT diartikan oleh santri karyawan sebagai dan minum yang ada dirumah, selain itu sebagai
media belajar bekerja secara nyata dan bisa biaya untuk menyekolahkan anak atau pun juga
membantu pondok pesantre dalam rangka pembangunanya melalui pengahasilan unit usaha
24 Ibid. Hal:31
yang sebagaian penghasilanya digunakan untuk yang sebagaian penghasilanya digunakan untuk
Relasi
usaha AIDRAT digunakan untuk kepentingan membantu meringankan perekonomian keluarga, seperti bisa memenuhi kebutuhan sehari sebagai santri dan belajar dibangku perkuliahan tanpa menggantungkan dorongan biaya dari orang tua, serta sebagai pembantu untuk memenuhi kebutuhan keluarga bagi santri karyawan yang sudah memiliki anak dan istri.
Keterlekatan antara Pondok Pesantren dengan Santri Karyawan yang Bekerja di Unit Usaha
AIDRAT
Bagan diatas merupakan penjelasan didasarkan motif adanya relasi sosial yang terjalin
mengenai keterlekatan yang terjalin antara pondok antara santri dengan kyai atau santri dengan
pesantren dengan santri karyawan yang bekerja di pemilik dari unit usaha AIDRAT dalam hubungan
unit usaha AIDRAT, keterlekatan tersebut sosial didalam pondok pondok pesantren, yaitu
merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan wujud dari relasi sosial yang terjalin berupa
secara sosial dan melekat dalam jaringan/relasi tindakan santri karyawan yang ingin mengabdikan
tersebut didalam unit usaha AIDRAT di Pondok dirinya demi mencari tindakan yang bernilai
Pesantren Sunan Drajat. Relasi tersebut menjadi ibadah (spiritual) didalam pondok pesantren,
aturan-aturan sosial yang menjaga bagaimana dengan bekerja di unit usaha AIDRAT santri
tindakan ekonomi santri karyawan yang bekerja karyawan dapat menggunakan tenaganya untuk
dapat berkelanjutan di unit usaha AIDRAT. membantu pembangunan pondok pesantren.
Terjalinya hubungan sosial antara pondok
Bentuk Keterlekatan antara Pondok Pesantren
dengan santri karyawan yang dimulai dari bantuan
dengan Santri Karyawan di dalam Unit Usaha
dari pondok pesantren, kemudian sebagai naluri
AIDRAT
manusia yang akan merespon dari apa yang sudah Keterlekatan yang terjalin antara pondok dibantu dari pondok pesantren, maka santri
pesantren dengan santri karyawan tergambar karyawan akan melakukan tindakan yang bisa
dalam tindakan bekerja yang ada didalam unit berguna untuk pembangunan pondok pesantren.
usaha AIDRAT. Kondisi dimana santri karyawan Oleh karena itu, sebenarnya terjalinlah hubungan
melakukan tindakan bekerja didasarkan atas motif saling timbal balik antara keduanya, dalam bentuk
sosial, religious dan ekonomi, menjadi alasan bagi tindakan saling membantu satu sama lain.
santri untuk melakukan bekerja didalam lingkup Tindakan keterlekatan yang terjalin antara
pondok pesantren. Dalam pembahasan selanjutnya pondok pesantren dengan santri karyawan yang
yaitu bentuk-bentuk keterlekatan yang dibagi bekerja di unit usaha AIDRAT, sehingga
menjadi dua, keterlekatan relasional dan didalamnya menciptakan relasi sosial yang kuat
keterlekatan struktural.
atau jaringan sosial, maka dari itu, penulis Dalam konteks yang yang ada dilapangan, menjelaskan dalam bentuk bagan keterlekatan
peneliti melihat katerlekatan yang paling dominan antara pondok pesantren dengan santri karyawan,
yang terjalin antara pondok pesantren dengan lebih jelasnya yaitu sebagai berikut:
santri karyawan adalah bentuk keterlekatan relasional. Hubungan personal dan kedekatan antar aktor yang sangat kuat didukung dengan adanya nilai/ajaran empat prinsip wenehono menjadi jaminan utama bagi santri karyawan untuk tetap semangat menjalankan tindakan bekerja di unit usaha AIDRAT. Hubungan ini terjalin secara sosial dan sengaja dibentuk untuk kepentingan motif-motif tindakan yang dimiliki oleh kedua aktor.