CSR Lingkungan dan Keuntungan docx

CSR : LINGKUNGAN DAN KEUNTUNGAN

UJIAN AKHIR SEMESTER
PSIKOLOGI INDUSTRI & ORGANISASI
KELAS 1
Oleh :
Tiara Veronika S

15010112120003

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
JANUARI 2015

DAFTAR ISI
Daftar isi ...................................................................................................
1. Pendahuluan .......................................................................................
2. Pembahasan ........................................................................................
3. Kesimpulan & Saran ...........................................................................
Lampiran ...................................................................................................
Daftar Pustaka ..........................................................................................


CSR : Lingkungan dan Keuntungan
1. Pendahuluan
Pertumbuhan perusahaan di Indonesia kian pesat. Perusahaan melakukan
kegiatan industri dengan mengolah bahan baku dari berbagai sumber daya alam,
seperti pohon, batu bara, minyak bumi, gas, air, tanah, yang dalam waktu singkat
berubah menjadi bahan bakar, tumpukan kertas, maupun produk makanan serta
minuman yang diproduksi secara massal. Contohnya antara lain PT Indorayon,
yakni sebuah perusahaan pabrik kertas di Sumatera Utara, PT Maeras Soputan
Mining yaitu sebuah perusahaan pertambangan di Sulawesi Utara, dan PT
Lapindo Brantas sebuah perusahaan eksplorasi minyak dan gas di Sidoarjo,
Jawa Timur.
Berbagai hal dapat terjadi jika perusahaan tidak bertanggung jawab sosial
sebagai bentuk komitmen bisnis mereka. Perusahaan yang tidak berkontribusi
positif terhadap lingkungan, sosial dan masyarakat akan berdampak negatif pada
kelangsungan bisnisnya. Hal tersebut juga mengakibatkan alam tidak lagi
seimbang seiring banyaknya eksploitasi dan pembuangan limbah yang
sembarangan. Perubahan cuaca, bencana alam serta pemanasan global
menjadi isu yang mulai ditakuti saat ini.
Kebangkrutan PT Indorayon merupakan contoh buruknya tanggung jawab

perusahaan terhadap lingkungan sekitar sehingga hutan pinus yang berada di
sekitar danau Toba yang menjadi sumber utama bahan baku perusahaan
tersebut mengalami kerusakan. Hal tersebut menimbulkan kerusakan lingkungan
hutan dan menggangu sistem tata air di sekitar danau Toba. Permukaan danau
Toba sempat mengalami penurunan sehingga mempengaruhi penghasilan
masyarakat peternak ikan di sekitar danau Toba. Masyarakat di sekitar merasa

marah dan menghentikan secara paksa aktivitas perusahaan, akibatnya PT
Indorayon tidak dapat beroperasi.
Pro dan kontra terjadi pada pembangunan Kilang Donggi Senoro di
kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Pembangunan kilang LNG di kabupaten
Banggai, Sulawesi Tengah bermasalah pada pembebasan tanah dan tanggung
jawab sosial perusahaan untuk masyarakat sekitar pertambangan yang
kehilangan lahan pertaniannya.
PT Maeras Supotan Mining telah memberikan dampak buruk sewaktu
memotong dan membelokkan arus sungai Budo. Hal tersebut menimbulkan
banjir lumpur yang melanda pemukiman warga di enam desa berbeda serta
mencemari ekosistem kepiting di hutan bakau.
Konflik antara PT Freeport Indonesia dengan rakyat Papua atas
penggunaan lahan, perusakan dan penghancuran lingkungan hidup, dan

pengikaran eksistensi penduduk Amungme merupakan kenyataan pahit yang
harus diterima rakyat Papua akibat keberadaan operasi penambangan PT.
Freeport Indonesia. Bencana kerusakan lingkungan hidup dan komunitas lain
yang ditimbulkan adalah jebolnya Danau Wanagon hingga tiga kali (20 Juni
1998; 20-21 Maret 2000; 4 Mei 2000) akibat pembuangan limbah yang sangat
besar kapasitasnya dan tidak sesuai dengan daya dukung lingkungan.
Hal yang serupa juga terjadi pada PT Lapindo Brantas. Kecerobohan PT
Lapindo Brantas dalam melakukan eksploitasi minyak dan gas di Sidoarjo bukan
saja menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup pada area yang
sangat luas, tetapi juga mematikan sumber pencaharian masyarakat sekitar.
Tujuan Utama perusahaan berdiri untuk mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya sesuai dengan prinsip ekonomi. Tujuan ini bukannya tercapai
pada perusahaan tersebut melainkan menimbulkan tuntutan hukum dan ganti
rugi yang sangat besar. Kasus-kasus tersebut terjadi karena kurangnya
perusahaan melakukan kegiatan-kegiatan CSR (Corporate Social Responbility).
Beberapa contoh tersebut hanya merupakan sebagian kecil gambaran fenomena
kegagalan CSR (Corporate Social Responbility) yang muncul di Indonesia, dan
masih banyak lagi contoh kasus seperti kasus PT Newmont Minahasa Raya,

Unicoal (perusahaan Amerika Serikat), kasus PT Kelian Equatorial Mining pada

komunitas Dayak, kasus suku Dayak dengan perusahaan tambang emas milik
Australia (Aurora Gold), kasus kerusakan lingkungan di lokasi penambangan
timah inkonvensional di pantai Pulau Bangka-Belitung, dan kasus pencemaran
air raksa yang mengancam kehidupan 1,8juta jiwa penduduk Kalimantan Tengah.
Di Indonesia, kewajiban bagi perusahaan untuk melakukan kegiatankegiatan CSR tercantum di dalam UU 40 Tahun 2007 pasal 74 tentang
Perseroan Terbatas. Ayat 1 menyatakan perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Ayat 2 berbunyi tanggung
jawab sosial dan lingkungan itu merupakan kewajiban perseroan yang
dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan
memerhatikan kepatutan dan kewajaran. Ayat 3 menggariskan perseroan yang
tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana Pasal 1 dikenai sanksi sesuai
dengan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan. Ayat


4

menyatakan

ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab dan lingkungan diatur dengan
peraturan pemerintah. Fokus utama dalam undang-undang pada pasal ke 74
yakni, lebih mewajibkan pada suatu kegiatan usaha di bidang atau yang
berkaitan dengan sumber daya alam untuk melakukan kegiatan tanggung jawab
sosial perusahaan.
2. Pembahasan
The World Business Council for Sustainable Development mendefinisikan
CSR (Corporate Social Responbility) sebagai komitmen perusahaan untuk
berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para
karyawan perusahaan, keluarga karyawan, komunitas lokal, dan komunitas
secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Tanggung
jawab sosial (social responbility) (Daft, 2009) adalah kewajiban manajemen untuk
membuat pilihan dan mengambil tindakan yang akan memberikan kontribusi
terhadap kesejahteraan dan kepentingan masyarakat. Tanggung jawab sosial
merupakan konsep yang sukar untuk dipahami, karena setiap orang/organisasi

memiliki persepsi yang berbeda mengenai tindakan apa untuk meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat.

Perusahaan

yang

mendapatkan

pencerahan

memandang lingkungan internal dan eksternal sebagai pihak-pihak yang
berkepentingan.
Pihak yang berkepentingan (stakeholder) adalah setiap kelompok di dalam
ataupun di luar perusahaan yang memiliki kepentingan kinerja organisasi. Setiap
pihak yang berkepentingan memiliki kriteria responsif yang berbeda, karena
memiliki


kepentingan

yang

berbeda

di

dalam

organisasi.

Pihak-pihak

berkepentingan antara lain pemerintah dan masyarakat. Perusahaan yang
memiliki tanggung jawab sosial mempertimbangkan pengaruh tindakan mereka
bagi

seluruh


kelompok

pihak-pihak

yang

berkepentingan

dan

dapat

mengivestasikan sejumlah besar pemberian “filantropi” yang memberi manfaat
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Sasaran CSR lingkungan PT. Danone Indonesia banyak ditujukan bagi
konservasi sumber daya air dan hutan. Salah satu bagian kegiatan CSR PT.
Danone untuk menyelesaikan masalah berkaitan dengan penyediaan air bersih.
Kegiatan CSR Starbucks Coffee Indonesia (SCI) lebih banyak diterapkan secara
langsung, baik melalui produk dan pelayanan yang dihasilkan, fasilitas toko,

maupun kegiatan kampanye lingkungan bersama komunitasnya. Adapun strategi
yang diambil SCI adalah renewable energy (energi terbarukan), energy
conservation (konservasi energi), collaboration (kolaborasi), dan advocacy
(advokasi). Dalam situsnya, SCI menyebutkan bahwa pihaknya berupaya untuk
secara signifikan mengecilkan dampak lingkungan melalui menghemat energi
dan air, mengurangi limbah yang berhubungan dengan pemakaian tisu, cangkir,
maupun pembungkus produknya, meningkatkan kegiatan daur ulang, serta
memakai konsep green building (bangunan hijau) pada gerai-gerai tokonya di
seluruh dunia.
Pada dasarnya, institusi bisnis merupakan unit ekonomi dasar dari suatu
masayarakat. Tanggung jawabnya adalah menghasilkan barang dan jasa yang
diinginkan masyarakat dan memaksimalkan keuntungan untuk pemilik dan
pemegang saham. Kegiatan CSR yang semula berorentasi pada “lingkungan”,
bergeser

sebagai

salah

satu


strategi

perusahaan

untuk

meningkatkan

“keuntungan”. Survei atas 850 CEO di seluruh Eropa, Kanada, dan AS (Hill dan

Knowlton, 2002) melaporkan bahwa banyak CEO Internasional menganggap
CSR sebagai kendaraan untuk meningkatkan penjualan. Tujuh ratus manager
senior disurvei oleh Ashridge Centre for Business and Society dan hasilnya 77%
menyatakan bahwa praktik bisnis yang bertanggung jawab sosial sangat penting
bagi

keberhasilan

komersial


jangka

panjang

perusahaan.

Hal

tersebut

membuktikan bahwa konsumen menaruh perhatiannya terhadap tanggung jawab
sosial perusahaan. Dengan demikian semakin banyak kegiatan CSR yang
dilakukan perusahaan, semakin masyarakat dekat dan mengenal perusahaan
tersebut.
Secara tidak langsung, kegiatan CSR juga membangun investasi keuntungan
tersendiri bagi perusahaan kedepannya. Karena melalui kegiatan CSR, seorang
pengusaha bisa mempromosikan perusahaannya kepada masyarakat luas dan
membangun brand image yang cukup kuat sehingga para calon konsumen bisa
semakin dekat dengan perusahaan tersebut dan loyalitas pelanggan pun
dipastikan juga akan mulai terjaga. Hal ini membantu sekali pada bidang
pemasaran perusahaan, yang berdampak juga pada nilai jual saham dan nilai
jual beli produk perusahaan tersebut.
Saat ini masyarakat dan investor sudah semakin paham dengan isu-isu CSR.
Hubungan antara perusahaan dan masyarakat dipandang sebagai wujud
tanggung jawab sosial organisasi. Perusahaan yang “baik” menyadari bahwa
laporan publik mereka tak hanya berfungsi sebagai informasi finansial, tetapi juga
merupakan media pemasaran. Dengan demikian, sesungguhnya masyarakat
sekitar perusahaan memiliki pengaruh besar pada kinerja perusahaan secara
keseluruhan. Oleh karena itu, sangat wajar bila kini semakin banyak organisasi
yang menyadari pentingnya menjalin hubungan baik dengan stakeholdernya.
Kegiatan

Corporate

Social

Responsibility

bermanfaat

langsung

bagi

keberlangsungan perusahaan tersebut, seperti pengurangan risiko dan tuduhan
terhadap perlakukan tidak pantas dari masyarakat, adanya keterlibatan dan
kebanggaan karyawan secara konsisten, serta mampu memperbaiki dan
mempererat hubungan antara perusahaan dengan para stakeholdernya. Dengan
adanya manfaat inilah, kegiatan CSR dinilai mampu mendongkrak reputasi
perusahaan.

PT. HM Sampoerna dengan jargon ”Sampoerna untuk Indonesia” banyak
menampilkan sumbangsih mereka untuk mencerdasakan bangsa, dan dapat
dilihat perubahan sikap dari penerima program sebagai komunikan yang
mendapat stimulus berupa implementasi bantuan. Melalui program tersebut
diharapkan dapat mendorong timbulnya sikap komunikan mulai dari mengetahui
atau mempersepsikan bantuan pendidikan (cognitive), terbangunnya hasrat
untuk menjadi bagian dari perusahaan (affective), hingga timbulnya tindakan atau
kecenderungan bersedia menjadi bagian dari program tesebut (conative). Sikap
komunikan tersebut merupakan respon terhadap stimuli yang disampaikan oleh
PT. HM Sampoerna.
Tidak jauh berbeda, PT. Djarum melakukan CSR di bidang bulutangkis;
mendirikan sekolah bulutangkis, membuat klub, memberikan beasiswa, dan rutin
melakukan aneka lomba dan mensponsori berbagai acara bulutangkis baik
nasional maupun internasional. Meski tak ada korelasi antara produk (rokok)
dengan olahraga (prestasi), tapi masyarakat dengan mudah dapat membaca
aktivitas Djarum tersebut.
PT Kaltim Prima Coal menunjukkan citranya sebagai perusahaan yang peduli
terhadap komunitas sekitarnya melalui kesuksesannya dalam menjalankan
program baik di bidang lingkungan, ekonomi, maupun sosial sehingga menerima
penghargaan sebagai The Most Outstanding Recognition Awards dalam CSR
Awards 2005. Salah satu prinsip utama dalam menjamin keberhasilan
pelaksanaan CSR adalah adanya komunikasi yang benar. Hal ini memberikan
makna bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai wujud
pelaksanaan tanggung jawab sosial harus disosialisasikan kepada masyarakat
sekitar untuk mendapatkan umpan balik dan memberikan manfaat bagi
Perusahaan.
3. Kesimpulan & Saran
Kesimpulan
CSR merupakan hal yang krusial dalam menjamin kelangsungan hidup
perusahaan saat ini. Perusahaan tidak akan dapat berkembang tanpa
memperhatikan situasi dan kondisi lingkungan sosial dimana perusahaan itu

berdiri sehingga pelaksanaan CSR menjadi suatu keharusan bagi perusahaan
dalam mendukung aktivitas bisnisnya. Lingkungan yang sehat akan memberikan
dampak jangka panjang bagi perusahaan tersebut tanpa merugikan masyarakat
sekitar. CSR bukan hanya sekedar pelaksanaan tanggung jawab tetapi menjadi
suatu kewajiban bagi dunia usaha yang diatur dalam UU 40 Tahun 2007 pasal 74
tentang Perseroan Terbatas. Dengan melaksanakan program CSR banyak sekali
keuntungan yang akan diperoleh perusahaan, terlepas dari biaya yang
dikeluarkan, antara lain :
1. Meningkatkan citra perusahaan dimata stakeholder,
2. Membina hubungan/interaksi yang positif dengan komunitas lokal,
pemerintah, dan kelompok-kelompok lainnya
3. Menunjukkan komitmen perusahaan, sehingga tercipta kepercayaan dan
respect dari pihak terkait
4. Meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja, sehingga semangat
loyalitas terhadap perusahaan akan berkembang
5. Meningkatkan keberlanjutan usaha secara konsisten
Saran
CSR perlu dipikirkan dengan cermat agar memberi nilai tambah bagi
perusahaan. Grimshaw et. al (dalam Rees,David & Richard Mcbain, 2007)
mengidentikasi dua aspek tanggung jawab sosial yang perlu diperhatikan:
1. Memahami dan memperhitungkan secara teratur, tidak hanya pandangan
dan minat perseorangan, perusahaan dan pihak-pihak lain yang terlibat,
tetapi juga lingkungan yang lebih luas yang menjadi tempat operasi bisnis
itu.
2. Mengambil tindakan yang merangkul tanggung jawab yang berada di
pundak warga perusahaan dan bilamana perlu memprioritaskan areaarea yang bisa menghadirkan dampak terbesar
Hal yang harus diingat, CSR bukanlah “tren yang numpang lewat”, dimana saat
ini bermunculan tren program CSR melalui pembangunan universitas milik
perusahaan, seperti Universitas UMN, Bakrie School Management, dan
Universitas Ciputra. Inti CSR adalah sumbangsih bagi masyarakat dan
lingkungan yang lebih baik. Dimana program CSR memastikan bahwa sumber
daya

digunakan

secara

bijak

dalam

ruang

lingkup

yang

benar-benar

menghadirkan manfaat bagi perusahaan, bagi masyarakat sekitar dan tidak
sekedar untuk memuaskan stakeholder.

Lampiran
Daftar pustaka
Widjaja, G., & Yeremia, A. P. (2008). Risiko Hukum dan Bisnis Perusahaan
Tanpa CSR. Jakarta: Forum Sahabat

Leisinger, K. M. (2007). Corporate Philanthropy: The “Top of the Pyramid”.
Business and Society Review, 112(3), 315-342.
YUSTISIA

DITYA

SARI:

IMPLEMENTASI

CORPORATE

SOCIAL

RESPONSIBILITY (CSR)
TERHADAP SIKAP KOMUNITAS PADA PROGRAM PERUSAHAAN
Increasing

Corporate

Social

Responsibility

through

Stakeholder

Value

Internalization (and the
Deborah E. Rupp, Cynthia A. Williams, Ruth V. Aguilera Catalyzing Effect
of New Governance): An Application of Organizational Justice, SelfDetermination, and Social Influence Theories: Department of Psychology

University of Illinois at Urbana-Champaign