Makalah akuisisi dan pengembalian eku

Auditting 2
Tentang
Audit Siklus Akuisisi modal dan pembayaran kembali

Oleh
Kelompok 3:
Yarsi Parini

(1411021004)

Kamelia

(1411021012)

Saraswati Fauzia

(14110210 )

Randhika Wendi

(14110220 )

3B D4 Akuntansi

POLITEKNIK NEGERI PADANG
Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
TAHUN AJARAN
2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Auditting 2
pada Program Studi D4 Akuntansi Politeknik Negeri Padang. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, kami menerima saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, kami mendapatkan banyak bimbingan,
bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini
kami ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Auditting 2 dan pihak yang telah membantu.
Demikianlah makalah ini disusun dengan segala keterbatasan kami, semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya.
Padang,

Mei 2017

Tim Penulis

2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................

i

DAFTAR ISI..............................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.....................................................................................

Rumusan Masalah................................................................................
Tujuan Masalah....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Modal dan Klasifikasinya..................................................
Pengaruh Tax Amnesty pada Akuisisi Modal......................................
Akun- akun dalam siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali....
Wesel Bayar ........................................................................................
Pengujian Pengendalian dan Pengujian substantive atas Transaksi....
Ekuitas Pemilik ...................................................................................
Audit Modal Saham dan Modal disetor...............................................
Istilah-istilah dalam Akuisisi modal dan penerimaan kembali............

1
1
2

BAB III PENUTUP...................................................................................

32


Kesimpulan.........................................................................................
Saran...................................................................................................

32
32

DAFTAR PUSTAKA................................................................................

34

3
12
15
18
20
21
23
30

3


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Able Construction Company yang terlibat dalam kontrak konstruksi
jangka panjang, mengakui laba dengan menggunakan metode persentase
penyelesaian. Untuk membiayai operasinya, able meminjam dana dari Bank dan
setuju menaati akad pinjaman restriktif yang tergantung pada laba yang
dilaporkan dari kontrak jangka panjang itu. Metode persentase penyelesaian
mewajibkan, salah satunya suatu perjanjian dengan persyaratan yang baik dan
dapat diberlakukan., metode estimasi biaya yang dapat diandalkan untuk
menyelesaikan kontrak, dan pengakuan kerugian pada saat kerugian itu terjadi.
Sebagai bagian dari audit Able, auditor membaca kontrak atas semua proyek yang
berlangsung, menguji biaya yang dikeluarkan hingga tanggal tersebut, dan meniali
profitabilitas akhir dari kontrak, termasuk membahasnya dengan manajemen .
bagian yang signifikan dari memverifikasi laba menurut metode persentase
penyelesaian adalah mengaudit biaya yang dikeluarkan.
Pada tahun berjalan, catatan dan skedul manajemen berkenaan dengan
proyek mengindikasikan bahwa semua proyek akan menghasilkan laba, untuk
setiap proyek, terdapat skedul terpisah yang menunjukkan estimasi total

pendapatan dari proyek tersebut, biaya yang dikeluarkan dalam periode berjalan,
biaya yang dikeluarkan hingga saat ini, estimasi total biaya, persentase
penyelesaian, dan laba yang diakui pada periode berjalan. Auditor membahas
setiap proyek dengan manajemen, melaksanakan pengujian audit untuk
mendukung skedul , dan menyimpulkan bahwa pendapatan , beban, serta laba
telah dinyatakan secara layak. Laba yang dilaporkan akan memungkinkan Able
untuk memenuhi beberapa akad restriktif dalam perjanjian pinjamannya di bank.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah
1.
2.
3.
4.
5.

Apakah Pengertian Modal dan Klasifikasinya ?
Bagaimana Pengaruh Tax Amnesty pada Akuisisi Modal ?
Apakah Akun- akun dalam siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali?
Apakah yang dimaksud audit Wesel Bayar ?
Bagaimana Pengujian Pengendalian dan Pengujian substantive atas Transaksi?

1

6. Apakah Ekuitas Pemilik dalam Audit?
7. Bagaimana Audit Modal Saham dan Modal disetor ?
8. Apakah istilah dalam akuisisi modal dan penerimaan kembali?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan penulis dalam membuat makalah ini adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Memahami Pengertian Modal dan Klasifikasinya
Memahami Pengaruh Tax Amnesty pada Akuisisi Modal
Memahami Akun- akun dalam siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali
Memahami yang dimaksud audit Wesel Bayar

Memahami Pengujian Pengendalian dan Pengujian substantive atas Transaksi
Memahami Ekuitas Pemilik dalam Audit
Memahami Audit Modal Saham dan Modal disetor
Memahami Istilah dalam akuisisi modal dan penerimaan kembali

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Modal dan Klasifikasi Modal
Ekuitas perusahaan perseorangan

2

adalah kepemilikan usaha pemilik yang pada umumnya disajikan dalam satu
jumlah tertentu, dimana tidak diperlukan penyajian subklasifikasi ekuitas karena
pemilik tidak membatasi mengenai berapa banyak yang harus diinvestasikan atau
ditarik dari bisnis. Dalam hal likuidasi atau insolvensi, kreditor dapat mengambil
aktiva pribadi si pemilik, dan laba yang timbul dihitung secara berkala dan
ditambahkan pada akun modal pada setiap akhir periode. Transaksi modal
(penarikan dan investasi tambahan) dicatat langsung dalam akun modal, dan
semua perubahan diikhtisarkan dalam laporan perisahaan yang terpisah.

Ekuitas perusahaan persekutuan
serupa dengan ekuitas perorangan, kecuali bahwa hal itu diklasifikasikan sesuai
kepentingan sekutu, yang memiliki nilai :
1. harus diakui bahwa klasifikasi ini hanya menunjukkan kepentingan dalam
aktiva bersih perusahaan;
2. setiap kepentingan sekutu dalam laba perusahaan dapat seluruhnya berbeda
menurut syarat perjanjian.
Akun pengambilan terpisah dapat digunakan untuk menetapkan pengendalian atas
pengambilan atau untuk memaksakan ketaatan pada perjanjian pengambilan.
Kreditor tidak berkepentingan dalam saldo modal sekutu karena mereka berada
dalam ekuitas pemilik total dan aktiva pribadi karena setiap sekutu dapat menjadi
berutang untuk setiap/semua utang perusahaan.
KLASIFIKASI EKUITAS PEMEGANG SAHAM
Tujuan paling mendasar dari klasifikasi ekuitas pemegang saham adalah untuk
memberikan informasi kepada pemegang saham, investor, kreditor, dan
kepentingan lain mengenai efisiensi dan pengurusan manajemen. Klasifikasi juga
harus memberikan informasi mengenai kepentingan ekonomi historiis dan
prospektif dari kelompok-kelompok yang memegang kepentingan ekonomi.
Dalam memenuhi tujuan ini, informasi dalam laporan keuangan harus
mengungkapkan hal sebagai berikut :

1.
2.

sumber sumber modal yang dipasok kepada perusahaan
pembahasan hukum pada distribusi modal yang diinvestasikan kepada

3.

pemegang saham
pembatasan hukum, kontraktual, manajerial, dan keuangan pada distribusi

4.

dividen pemegang saham
prioritas beberapa kelas pemegang saham dalam likuidasi
3

Sumber utama dari ekuitas pemegang saham perseroan adalah :
1. jumlah yang disetorkan oleh pemegang saham
2. kelebihan laba bersih atas deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham

3. sumbangan selain dari pemegang saham
atau dikenal juga sebagai berikut :
a. Modal dasar (authorized capital),
b. Modal ditempatkan ( Issued Capital ) dan
c. Modal Disetor ( Paid Up Capital ).
Kemudian apa yang dimaksud ketiga klasifikasi modal tersebut, yang
diperlukan dalam kegiatan usaha Perseroan Terbatas adalah :
1. Modal Dasar/Authorized Capital merupakan jumlah keseluruhan saham yang
dapat dikeluarkan oleh Perseroan Terbatas, sehingga modal dasar adalah
seluruh nominal saham. Total Modal dasar inilah dijadikan penilaian suatu
perseroan terbatas yang digolongkan dalam kategori tertentu, yaitu Apakah
merupakan Perseroan Terbatas dalam skala kecil, menengah atau besar.
2. Modal Ditempatkan/Issued Capital merupakan saham yang telah diambil dan
dijual kepada pemegang saham Perseroan Terbatas maupun para pendiri.
Pendiri mempunyai kewajiban untuk mengambil sejumlah saham tertentu
Perseroan Terbatas.
3. Modal disetor/Paid Up Capital merupakan saham yang sudah disetorkan atau
dibayar secara menyeluruh kepada Perseroan Terbatas, baik oleh Pemegang
Saham maupun Pendiri. Perseroan Terbatas harus punya modal dasar paling
sedikit Rp 50.000.000 ( lima puluh juta rupiah ), sebagaimana ketentuan pasal
32 ayat 1 Undang-Undang no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Namun pasal 32 ayat 2 memberikan pengecualian terhadap ketentuan jumlah
minimal modal dasar, yang menyebutkan Undang-Undang yang mengatur
kegiatan usaha tertentu dapat menentukan jumlah minimum modal Perseroan
yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar sebagaimana dimaksud pada
ayat 1.
Contoh pengecualian jumlah minimal modal Perseroan Terbatas yang diatur pasal
32 ayat 2 Undang-Undang no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, adalah
minimal modal pendirian Perusahaan Publik atau Perseroan Terbatas Tbk
sekurang-kurangnya modal disetor sebesar Rp 3.000.000.000 ( tiga milyar
rupiah ), sebagaimana ketentuan pasal 1 ayat 22 Undang-Undang no 8 tahun 1995

4

tentang Pasar Modal yang menyebutkan bahwa Perseroan yang sahamnya telah
dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki
modal disetor sekurang-kurangnya Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau
suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah. Sedangkan paling sedikit modal yang harus ditempatkan
dan disetor penuh sebesar 25 % dari modal dasar, sesuai dengan ketentuan pasal
33 ayat 1 Undang no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Modal
ditempatkan dan disetor penuh sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dibuktikan
dengan bukti penyetoran yang sah, sesuai ketentuan pasal 33 ayat 2 UndangUndang no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Bukti sah untuk penyetoran
modal ditempatkan dan disetor antara lain, bukti setoran pemegang saham ke
dalam rekening bank atas nama perseroan berdasarkan audit akuntan terhadap
laporan keuangan atau neraca Perseroan Terbatas. Kebiasaan lalu lintas ekonomi
penyetoran modal dalam bentuk cash/uang tunai. Namun saat pendirian Perseroan
Terbatas tidak semua pendiri memiliki uang tunai sebagai modal yang disetorkan
ke Perseroan. Maka harta benda pendiri perseroan terbatas bisa dijadikan modal,
seperti benda bergerak ( contoh kendaraan bermotor ) atau tidak bergerak (TanahBangunan). Hal ini diatur Pasal 34 ayat 1 Undang-Undang no 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, yang memberikan option sebagai berikut Penyetoran
atas modal saham dapat dilakukan dalam bentuk uang dan/atau dalam bentuk
lainnya. Bahwa terkait Penyetoran modal saham dilakukan bentuk lain harus
ditentukan berdasarkan nilai wajar yang ditetapkan sesuai dengan harga pasar atau
oleh ahli yang tidak terafiliasi dengan Perseroan, sebagaimana pasal 34 ayat 2
Undang-Undang no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Untuk Penyetoran
saham benda tidak bergerak harus diumumkan dalam satu Surat Kabar atau lebih
dalam jangka waktu 14 ( empat belas hari ) setelah akta pendirian ditandatangani
atau setelah Rapat Umum Pemegang Saham/RUPS memutuskan penyetoran
saham tersebut, sebagaimana diatur pasal 34 ayat 3 Undang no 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas. Demikianlah ketentuan tentang modal dalam
Pendirian Perseroan Terbatas.
Unsur penambahan modal disetor perseroan

5

Akun tambahan modal disetor terdiri atas berbagai macam unsur penambahan
modal, seperti agio saham, tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan
harga lebih rendah daripada jumlah yang diterima pada saat pengeluaran,
tambahan modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali dengan harga
diatas jumlah yang dibayarkan pada saat perolehannya, tambahan modal dari
perbedaan kurs modal disetor, dan lain sebagainya. Akun tambahan modal disetor
tidak boleh didebet atau di kredit dengan pos L/R usaha maupun L/R luar biasa.
Pencatatan Penambahan Modal Disetor PT
Penambahan modal disetor dicatat berdasarkan :
a. Jumlah uang yang diterima;
b. Setoran saham dalam bentuk uang, sesuai transaksi nyata. Untuk jenis saham
yang diatur dalam bentuk rupiah dalam akta pendirian, setoran saham tunai,
dalam bentuk mata uang asing dinilai dengan kurs berlaku tanggal setoran.
Untuk jenis saham yang diatur dalam mata uang asing dalam akta
pendiriannya, setoran tunai baik rupiah atau mata uang asing lain harus
dikonversi ke mata uang asing dalam akta ppendirian sesuai kurs resmi yang
berlaku pada tanggal setoran, kecuali akta pendirian atau keputusan
pemerintah menentukan kurs tetap. Selisih kurs mata uang asing yang timbul
sehubungan dengan transaksi modal, harus dibukukan sebagai bagian dari
modal dalam akun selisih kurs atas modal disetor dan bukan merupakan unsur
L/R.
c. Besarnya tagihan yang timbul atau utang yang dikonversi menjadi modal.
d. Setoran saham dalam deviden saham dilakukan dengan harga wajar saham,
yaitu harga pasar tanggal transaksi untuk PT. yang sahamnya terdaftar di
bursa efek, atau nilai wajar yang disepakati RUPS untuk saham yang tidak
ada harga pasarnya.
e. Nilai wajar asset bukan kas yang diterima
f. Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng), menggunakan nilai wajar asset
nonkas yang diserahkan, yaitu nilai appraisal tanggal transaksi yang disetujui
Dewan Komisaris untuk PT yang sahamnya terdaftar di bursa efek , atau
nilai kesepakatan Dewan Komisaris dan penyetor bentuk barang.
Pencatatan pengurangan modal disetor perseroan
Pengurang modal disetor lazimnya dicatat berdasarkan :

6

1.

Jumlah uang yang dibayarkan atau

2.

Besarnya utang yang timbul atau

3.

Nilai wajar asset buku kas yang diserahkan.
Pengeluaran saham dicatat sebesar nilai nominal yang bersagkutan. Bila

jumlah yang diterima dari pengeluaran saham tersebut lebih besar daripada nilai
nominalnya, selisih yang terjadi dibukukan pada akun agio saham.
Bila ketentuan hukum yang ada memungkinkan penarikan saham biasayang telah
dikeluarkan, maka pencatatan transaksi ini dilakukan dengan mendebit akun
modal saham dan mengkredit Modal saham yang diperoleh kembali sebesar
jumlah yang dibukukan pada saat perolehan kembali saham yang bersangkutan.
Saham yang dikeluarkan sehubungan penyertaan modal dalam bentuk penyerahan
asset bukan kas atau pemberian jasa umumnya dinilai sebesar nilai wajar
asset/jasa tersebut atau nilai wajar saham yang bersangkutan, tergantung mana
yang lebih jelas.
Penebusan / penarikan kembali modal saham perseroan
Perolehan kembali saham beredar dengan Cost Method
Jika perusahaan memperoleh kembali saham yang telah dikeluarkan selisih antara
jumlah yang dibayarkan pada saat prolehan kembali dengan jumlah yang diterima
pada saat pengeluaran saham tidak diakui sebagai Laba atau rugi perusahaan.
Perolehan kembali saham yang telah dikeluarkan dapat dicatat menggunakan
metode biaya (cost method) atau metode nilai nominal (per value method).
Dengan metode biaya, saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar harga
perolehan kembali dan disajikan sebagai pengurang atas jumlah modal.
Saham yang dibeli kembali dicatat sesuai dengan harga perolehan kembali,
disajikan sebagai pengurang akun modal saham, untuk saham sejenis, disajikan
dalam jumlah lembar dan nilai nominal. Kemudian, selisih harga perolehan
kembali dengan nilai nominal disajikan sebgai pengurang atau penambah akun
agio saham, disajikan per jenis saham dan rupiah, dengan judul tambahan
(pengurang) agio modal dari perolehan kembali saham. Apabila agio saham
menjadi deficit (disagio) karena transaksi perolehan kembali, deficit tersebut
dibebankan pada saldo laba.

7

Perolehan kembali saham beredar dengan per value method.
Metode ini nominal lazimnya digunakan dalam hal saham yang diperoleh kembali
tersebut akan dikeluarkan lagi dikemudian hari. Dengan metode nilai nominal,
saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar nilai nominal sham yang
bersangkutan dan disajikan sebagai pengurang akn modal saham. Apabila saham
yang diperoleh kembali tersebut semua dikeluarkan dengan harga diatas nilai
nominal, akun agio saham akan didebet dengan agio saham yang bersangkutan.
Dalam jumlah yang dibayarkan lebih besar daripada jumlah yang diterima pada
saat pengeluarannya, selisih tersebut dibukukan dengan mendebit akun saldo laba.
Sebaliknya bila jumlah yang dibayarkan lebih kecil, selisihnya dianggap sebagai
unsur penambah modal dan dibukukan dengan mengkredit akun tambahan modal
dari perolehan kembali saham. Metode ini lazimnya digunakan bila perolehan
kembali dilakukan dalam rangka penarikan saham.
Perolehan kembali saham sumbangan
Saham yang kembali dari sumbangan lazimnya dicatat sebesar jumlah yang
diterima pda saat pengeluarannya dengan mendebit akun modal saham yang
diperoleh kembali dengan mengkredit akun modal yang berasal dari sumbangan.
Pada saat saham tersebut dijual kembali, selisih antara jumlah yang tercatat
dengan harga jualnya ditambahkan pada akun modal yang berasal dari
sumbangan.
Deviden Perseroan
Bentuk pembagian deviden
Kewajiban perusahaan untuk membagi dividen timbul pada saat deklarasi dividen,
dan dengan demikian pada saat tersebut saldo laba akan dibebani dengan jumlah
deviden termaksud. Kewajiban yang timbul lazimnya disajikan dalam kelompok
kewajiban lancar. Bila dividen dibagikan dalam bentuk asset bukan kas, maka
saldo laba akan dikredit sebesar nilai wajar asset yang diserahkan. Dasar
pencatatan untuk pembagian dividen dalam bentuk asset bukan kas dan saham
harus diungkapkan delam catatan kas atas LK.

8

Deviden Saham
Pembagian dividen termasuk dividen saham berasal dari saldo laba. Pembagian
dividen saham adalah pembagian saldo laba kepada pemegang saham. Yang
diinvstasikan kembali oleh mereka dalam bentuk modal disetor. Pembagian
dividen saham dicatat berdasarkan nilai wajar saham. Termasuk dalam pengertian
nilai wajar adalah harga psar saham PT yang sebelumnya terdaftar di bursa efek,
dengan syarat telah disetujui RUPS serta tidak bertentangan dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
Konversi Agio Menjadi saham
Konversi agio menjadi saham digolongkan sebagai modal disetor sebesar nilai
nominal. Konversi agio menjadi saham tidak boleh digolongkan sebagai
pembagian dividen.
Penyajian dan pengungkapan
Penyajian modal saham dalam neraca harus dilakukan sesuai dengan
ketentuan pada akta pendirian perusahaan dan peraturan yang berlaku serta
menggambarkan hubungan keuangan yang ada. Modal dasar, modal yang
ditempatkan dan modal yang disetor, nilai nominal dan banyaknya saham untuk
setiap jenis saham harus dinyatakan dalam neraca. Bila terdapat lebih dari stau
jenis saham, hak preferen dari suatu golongan saham atas dividend dan pelunasan
modal pada saat likuidasi harus dicantumkan dalam LK.
Dalam hal terdapat tunggakan dividen atas saham preferen dengan hak
dividen komulatif, jumlah tunggakan tiap saham dan keseluruhan dividen peiode
sebelumnya harus diungkapkan dalam catatan atas LK. Perubahan atas modal
yang ditanam dalam tahun berjalan harus diungkapkan dalam catatan atas LK.
Modal disajikan dalam neraca setelah kewajiban. Bentuk penyajiannya
sesuai akta pendirian Badan Usaha tersebut, misalnya saham adalah penyertaan
modal dalam kepemilikan PT. Pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek saham
dapat ditempatkan dengan dasar pesanan. Dengan dasar ini, saham hanya akan
dikeluarkan jika pemesan telah mebayar penuh harga saham yang bersangkutan.

9

Pesanan saham dicatat dengan mendebit akun piutang kepda pemesan saham dan
mnegkredit akun modal saham yang dipesan. Akun modal saham yang dipesan
disajikan dlaam kelompok modal dibawah akun modal saham.
Akun piutang kepada pemesan saham sebesar sisa harga saham yang
belum dilunasi dalam transaksi semacam ini lazimnya disajikan dalam kelompok
asset lancar. Apabila piutang ini tidak dimasukkan untuk ditagih dalam waktu
dekat, akun ini dapat disajikan dalam kelompok mengurangi akun modal saham
yang dipesan. Pada saat harga saham sudah dibayar penuh, akun modal saham
yang dipesan akan didebet dan akun modal saham dikredit. Dalam hal pemesan
gagal melunasi sisa pembayarannya maka bergantung pada kebijakan perusahaan
dan dilandaskan pada peraturan hukum yang berlaku, perusahaan dapat
mengambil salah satu tindakan dibawah ini :
a. Mengembalikan jumlah pembayaran yang telah dilakukan;
b. Mengembalikan jumlah pembayaran yang telah dilakukan dikurangi
dengan jumlah tertentu;
c. Jumlah pembayaran yang telah dilakukan diakui sebagai unsure oenambha
modal dan disajikan sebagai tambahan modal dari pembatalan penjualan
saham;
d. Mengeluarkan saham yang sebanding dengan pembayaran yang telah
dilakukan.
Penyajian dan pengungkapan saldo laba
Saldo laba menunjukkan akumulasi hasil usaha perodik setelah
memperhitungkan pembagian dividend an koreksi L/R periode lalu. Akun ini
harus dinyatakan terpisah dari akun modal saham. Seluruh saldo laba dianggap
bebas untuk dibagikan sebagai dividen, kecuali jika diberikan indikasi mengenai
pembatasan terhadap saldo laba, misalnya dicadangkan untuk perluasan pabrik
atau untuk memenuhi ketentuan undang-undang meupun ikatan tertentu.
Saldo laba tidak tersedia dibagikan dividen karena pembatasanpembatasan tersebut, dilaporkan akun tersendiri yang menggambarkan tujuan
pencadangkan termaksud; pembatasan-pembatasan yang ada harus diungkapkan
dalam catatan atas LK.
Saldo laba tidak boleh dibebani atau dikredit dengan pos-pos yang seharusnya
diperhitungkan pada laporan laba rugi tahun berjalan.
10

Pengungkapan laba tersebut meliputi :
a. Pengungkapan penjatahan (apropriasi) dan pemisahan saldo laba,
menjelaskan jenis penjatahan dan pemisahan, tujuan penjatahan dan
pemisahan saldo laba, serta jumlahnya. Perubahan akun-akun penjatahan
atau pemsahan saldo laba harus pula diungkapkan.
b. Peraturan, perikatan, batasan, dan jumlah batasan disekitar saldo laba,
harus dingkapkan. Misalnya selama perjalanan kredit berlangsung ,
perusahaan tidak diizinkan membagi saldo laba tanpa seizin kreditur.
c. Perubahan saldo laba karena penggabungan usaha degan metode
penyatuan kepemilikan (pooling of investasi).
d. Koreksi masa lalu, baik bruto maupun neto setalah pajak.
e. pengungkapan jumlah dividend an deviden per lembar

saham,

pengunglapan keterbatasan saldo laba tersedia bagi dividen.
f. Tunggakan dividenb
g. Pengungkapan deklarasi dividen setelah tanggal neraca, sebelum tanggal
penerbitan LK
h. Pengungpan dividen saham dan pecah-pecah saham (stock split),
pengungkapan jumlah yang dikapitalisasi, dan saji ulang laba per saham
(EPS) agar laporan keuangan berdaya banding.
Pengungkapan kerugian pt 50% dari modal
Apabila perseroan menderita kerugian sebesar 50% dari modalnya,
kewajiban untuk diumumkan dalam Register Kepaniteraan Pengadilan Negeri dan
dalam Berita Negara. Diungkapkan dalam caatatan atas LK selama UU yang
terkait masih berlaku.
Bila persyaratan modal minimum yang ditentukan oleh peraturan
perundangan yang berlaku atau akta pendirian tidak atau belum dipenuhi , maka
harus diungkapkan.
Pengungkapan dividen
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Jumlah dividen
Dividen /lb saham
Bentuk dividen
Batasan saldo laba minimum dalam kaitan ketersediaan dividen;
Utang dividen
Pengumuman pembagian dividen setelah tanggal neraca sebelum tanggal
pendapat Akuntan Independen

11

7. Jumlah kapialisasi dividen saham dan pecah saham, per lb dan jumlah
keseluruhan;
8. Laba per saham perlu disaji ulang (restated) berdasarkan jumlah saham
yang setara setelah dipecah saham agar dapat diperbandingkan.
Pengungkapan saham beredar yang diperoleh kembali
1. Saham beredar yang diperoleh kembali, metode biaya, disajikan sebagai
pengurang jumlah modal. Lembar saham yang diperoleh kembali dan
dipegang perusahaan harus diungkapkan.
2. Saham beredar yang diperoleh kembali, metode nilai nominal, sebagai
pengurang saham beredar (modal disetor) sejenis. Selisih nilai perolehan
kembali dan nilai nominal dijumlahkan atau dikurangkan pada Agio saham
sejenis. Lbr saham yang diperoleh kembali dan dipegang perusahaan harus
diungkapkan.
Selisih penilaian kembali
Sesuai PSAK 16 tentang AKtiva tetap dan aktiva lain-lain, penilaian atau
revaluasi asset tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena standar akuntansi
keuangan mengatur penilaian berdasarkan harga perolehan.
Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai buku (nilai tercatat) asset tetap
dibukukan dalam kelompok modal di antara modal disetor dan saldo laba dengan
nama akun selisih penilaian kembali asset tetap.
2.2 Pengaruh Tax Amnesty dalam Audit Akuisisi modal
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) IAI, yang diketuai oleh
Djohan Pinnarwan dan Team, Pak Djohan yang juga bekerja di PwC , telah
meluncurkan Explosure Draft PSAK 70 Akuntansi Aset dan Liabilitas
Pengampunan Pajak. PSAK ini memberikan panduan bagi entitas untuk
menyusun pelaporannya pasca pemberlakuan Undang-Undang Tax Amnesty.
PSAK 70 ini akan memandu wajib pajak yang mengikuti Tax Amnesty,
agar terhindar dari berbagai kesalahan akuntansi dan pelaporan keuangan yang
mungkin timbul di kemudian hari. Ketua DPN IAI, Prof. Mardiasmo dalam
launching PSAK 70 di BEI mengatakan, sebagai asosiasi profesi yang menaungi

12

akuntan di seluruh Indonesia, IAI senantiasa meningkatkan peran profesi akuntan
dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi nasional untuk kesejahteraan
rakyat. Sebagai organisasi profesi dan standard setter, IAI selalu berupaya
memberikan

sumbangsih

terbaiknya

dalam

mendukung

setiap

program

pemerintah yang bertujuan memberikan kemaslahatan bagi rakyat Indonesia.
Sementara itu Ketua DSAK IAI, Djohan Pinnarwan menyatakan, peluncuran
PSAK 70 ini juga sebagai bentuk tanggung jawab yang diamanahkan kepada
DSAK IAI selaku badan penyusun standar akuntansi keuangan yang berlaku di
Indonesia. Tujuan dari PSAK 70 adalah memberikan pengaturan perlakuan
akuntansi atas aset dan liabilitas pengampunan pajak sesuai dengan UndangUndang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak.
Adapun ringkasan PSAK 70 adalah sebagai berikut :
Tujuan, Ruang Lingkup dan Defenisi
Tujuan : untuk mengatur perlakuan akuntansi atas aset dan liabilitas yang
timbul dari pengampunan pajak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11Tahun
2016 tentang Pengampunan Pajak (“UU Pengampunan Pajak”)
Ruang Lingkup : jika entitas mengakui aset (liabilitas) yang timbul dari
pengampunan pajak di laporan keuangannya.
Defenisi : Aset
yang

timbul

(liabilitas)

pengampunan pajak

adalah

aset

(liabilitas)

dari pengampunan pajak berdasarkan Surat Keterangan

Pengampunan Pajak. Biaya perolehan aset pengampunan pajak adalah nilai aset
berdasarkan Surat KeteranganPengampunan Pajak. Pengampunan pajakadalah
penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi
perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap aset
dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur dalam UU Pengampunan Pajak.
Surat Keterangan Pengampunan Pajak (Surat Keterangan)adalah surat yang
diterbitkan oleh Menteri Keuangan sebagai bukti pemberian pengampunan pajak.
Dalam hal Otoritas Pajak belum menerbitkan Surat Keterangan, maka
Surat Pernyataan Harta untuk Pengampunan Pajak yang disampaikan Entitas
dianggap diterima sebagai Surat Keterangan. Surat Pernyataan Harta untuk
Pengampunan Pajak (Surat Pernyataan) adalah surat yang digunakan oleh Wajib
Pajak untuk mengungkapkan aset, liabilitas, nilai aset neto, serta penghitungan

13

dan pembayaran uang tebusan. Uang tebusan adalah sejumlah uang yang
dibayarkan ke kas negara untuk mendapatkan pengampunan pajak. Kebijakan
Akuntansi Wajib Pajak (entitas) dalam laporan posisi keuangannya setelah Surat
Keterangan diterbitkan diperbolehkan mengakuiaset dan liabilitas pengampunan
pajak jika pengakuan atas aset atau liabilitas tersebut disyaratkan oleh SAK dan
sebalik tidak mengakui suatu item jika SAK tidak mengisyaratkannya, kemudian
mengukur,

menyajikan,

serta

mengungkapkan

aset

dan

liabilitas

pengampunan pajak sesuai dengan SAK yang relevan atau mengikuti (paragraf
04).
Sebagai contoh PT. XYZ memutuskan mengikuti program pengampunan
pajak dan mengakui aset berupa sebidang tanah dengan nilai wajar Rp 2,5 miliar.
Jurnal yang harus dibuat oleh PT. XYZ adalah sebagai berikut:
Dr - Tanah Rp 2,5 miliar
Cr- Laba Ditahan Rp 2,5 miliar
Dalam sistem pengampunan pajak, selain mengakui harta yang
sebelumnya tidak dilaporkan perusahaan juga diperbolehkan untuk mengakui
utang yang dimilikinya yang dapat digunakan sebagai pegurang sehingga uang
tebusan yang dibayarkan berkurang jumlahnya. Secara konseptual, selisih atas
harta dan utang yang tidak dilaporkan tersebut merupakan jumlah laba ditahan
sesungguhnya yang dimiliki perusahaan. Sebagai contoh, harta berupa sebidang
tanah senilai Rp 2,5 miliar milik PT XYZ tersebut ternyata dibiayai dengan utang
sebesar Rp 1 miliar.
Maka jurnal yang dibuat oleh PT XYZ adalah sebagai berikut:
Dr - Laba Ditahan Rp1 miliar
Cr- Utang Rp1 miliar
atau bisa digabungkan dengan jurnal sebelumnya menjadi sebagai berikut :
Dr - Tanah Rp 2,5 miliar
Cr - Utang Rp 1 miliar
Cr - Laba Ditahan Rp 1,5 miliar
Kedua yaitu terkait dengan uang tebusan yang dibayarkan. Uang tebusan
dibayarkan berdasarkan persentase tertentu dari selisih harta dan utang yang
sebelumnya tidak dilaporkan. Uang tebusan harus dibayarkan secara langsung

14

melalui bank persepsi sehingga di sisi kredit mengurangi kas perusahaan dan di
sisi debit merupakan beban yang harus diakui oleh perusahaan. Melanjutkan
contoh di atas, dengan harta bersih sebesar Rp 1 miliar PT XYZ diwajibkan
membayar uang tebusan sebesar Rp 30 juta (2% x Rp 1,5 miliar) karena
mengikuti program pengampunan pajak di periode 1. Jurnal yang harus dibuat
oleh PT XYZ adalah sebagai berikut:
Dr - Beban Uang Tebusan Rp 30 juta
Cr - Kas Rp 30 juta
Pelaksanaan program Tax Amnesty merupakan amanat Undang-Undang
nomor 11 Tahun 2016 menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan.
Komposisi harta wajib pajak Indonesia yang terhitung sampai pukul 20.30 pada
tanggal 30 September 2016, total harta yang dilaporkan, baik deklarasi maupun
repatriasi telah mencapai Rp 3.540 triliun dengan angka tebusan menembus Rp
97,1 triliun.
Sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut :


Aset dan liabilitas yang timbul dari pengampunan pajak dapat
dianalogikan dengan kontribusi dari atau distribusi ke pemegang saham.



Kenaikan atau penurunan aset dan liabilitas tersebut bukan merupakan
penghasilan atau beban entitas selama periode tersebut, sehingga transaksi
tersebut diperlakukan sebagai transaksi ekuitas.



Karena saldo laba mencerminkan jumlah kumulatif kinerja entitas, maka
kenaikan atau penurunan yang timbul dari transaksi ekuitas tidak disajikan
dalam saldo laba.



Dengan pertimbangan tersebut, selisih antara nilai aset dan liabilitas yang
timbul dari pengampunan pajak diakui dalam ekuitas (bukan pada saldo
laba) sesuai PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan paragraf 109.



Hak atas kelebihan pembayaran pajak dan atas akumulasi rugi yang belum
dikompensasi à laba rugi (DK12)

2.3 AKUN – AKUN DALAM SIKLUS AKUISISI MODAL DAN
PENERIMAAN KEMBALI

15

Siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali , yang berkenaan dengan
akuisisi sumber daya modal melalui utang berbunga dan ekuitas pemilik serta
pembayaran kembali modal. Siklus ini juga mencakup pembayaran bunga dan
deviden.
Empat karakteristik siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali yang akan
mempengaruhi audit atas akun – akun adalah sebagai berikut :


Secara relative hanya ada segelintir transaksi yang mempengaruhi saldo
akun, tetapi setiap transaksi itu sering kali sangat material.



Pengecualian atau salah saji satu transaksi dapat bersifat material.
Akibatnya sering kali auditor lebih menekankan pada tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo ( kelengkapan dan keakuratan ) ketika mengaudit
akun – akun tersebut.



Ada hubungan legal antara entitas klien dan pemegang saham, obligasi
atau dokumen kepemilikan yang serupa.



Ada hubungan langsung antara akun deviden dan bunga serta utang dan
ekuitas. Dalam audit atas utang berbunga, auditor harus memverifikasi
secara simultan beban bunga dan utang berbunga terkait.
Akun – akun dalam siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali

tergantung pada jenis bisnis yang dioperasikan perusahaan dan bagaimana
perusahaan tersebut dibiayai. Semua perusahaan memiliki modal saham dan laba
ditahan, tetapi beberapa mungkin juga memiliki saham preferen, modal disetor
tambahan, dan saham treasuri. Karakteristik unik dari siklus akuisisi modal dan
pembayaran kembali mempengaruhi cara auditor memverifikasi akun – akun
dalam siklus. Siklus ini sering kali melibatkan akun – akun berikut :
1. Wesel bayar
2. Modal saham – biasa
3. Laba ditahan
4. Utang kontrak
5. Modal saham – preferen
6. Utang dividen
7. Utang hipotik
8. Saham treasuri

16

9. Utang obligasi
10. Dividen yang diumumkan
11. Beban bunga
12. Agio saham
13. Bunga akrual
14. Modal sumbangan
15. Apropriasi laba ditahan
16. Persekutuan – akun modal
17. Kas di Bank
18. Perusahaan Perseorangan – akun
Metodologi untuk mendesain pengujian perincian saldo dalam siklus
akuisisi modal dan pembayaran kembali sama dengan yang diaplikasikan pada
akun lainnya. Tabel dibawah ini mengilustrasikan metodologi yang diaplikasikan
pada wesel bayar, tetapi metode tersebut dapat diaplikasikan juga pada akun lain
dalam siklus ini. Dalam menentukan pengujian perincian saldo untuk wesel bayar,
auditor harus mempertimbangkan risiko bisnis, salah saji yang dapat diterima,
risiko bawaan, risiko pengendalian, hasil pengujian pengendalian dan pengujian
substantive atas transaksi dan hasil prosedur analitis.
Auditor seringkali menetapkan salah saji yang dapat diterima pada tingkat
rendah karena mereka hampir selalu dapat mengaudit saldo akun dan transaksi
yang memengaruhi saldo wesel bayar secara keseluruhan. Khususnya, mereka
juga menetapkan risiko bawaan pada tingkat rendah karena nilai akun yang benar
biasanya mudah ditentukan. Auditor biasanya paling memperhatikan tujuan
pengungkapan wesel bayar, seperti jaminan dan batasan wesel bayar.
Oleh karena itu siklus ini biasanya terdiri atas sedikit transaksi, maka
risiko pengendalian dan hasil pengujian substantive atas transaksi tidak terlalu
penting dalam mendesain pengujian perincian saldo akun seperti wesel bayar.
Untuk kebanyakan transaksi dalam siklus, pertimbangan utama auditor adalah
bahwa setiap transaksi diotorisasi dengan benar.
Metodologi untuk Merancang Pengujian atas Rincian Saldo Wesel Bayar

17

Menentukan

pengujian

atas

rincian

saldo

wesel

bayar,

auditor

mempertimbangkan risiko bisnis, salah saji yang dapat ditoleransi, risiko inheren,
risiko pengendalian, hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas
transaksi, serta hasil prosedur analitis. Auditor sering kali menetapkan salah saji
yang dapat ditoleransi pada tingkat yang rendah karena biasanya saldo akun dan
transaksi yang mempengaruhi saldo akun wesel bayar dapat diaudit sepenuhnya.
Pada umumnya auditor juga menetapkan risiko inheren pada tingkat yang
rendah karena nilai akun yang benar biasanya mudah ditentukan. Untuk
memahami dengan baik prosedur audit atas banyak akun dalam siklus akuisisi
modal dan pembayaran kembali, akun representative yang merupakan bagian
signifikan dari siklus bagi bisnis yang tipikal
2.4 WESEL BAYAR
Wesel bayar (note payable ) adalah kewajiban hokum kepada kreditor, yang
mungkin dijamin atau tidak dijamin oleh aktiva, dan menggunakan bunga. Pada
umumnya wesel diterbitkan selama satu periode antara satu bulan dan satu tahun,
tetapi ada juga yang leboh lama.
Wesel diterbitkan untuk tujuan yang berbeda, dan property yang diberikan
sebagai jaminan untuk mencakup berbagai aktiva, seperti sekuritas , piutang
usaha, persediaan dan aktiva tretap. Pembayaran pokok dan bunga atas wesel
harus dilakuakn sesuai dengan persyaratan dalam perjanjian pinjaman. Untuk
pinjaman jangka pendek, pembayaran pokok dan bunga biasanya hanya akan di
lakukan ketika pinjaman itu jatuh tempo. Untuk pinjaman berjangka lebih dari 90
hari, biasanya wesel mengharuskan pembayaran secara bulanan atau kuartalan.
Tujuan dari audit wesel bayar adalah untuk menentukan apakah :
a) Pengendalian internal terhadap wesel bayar sudah memadai
b) Transaksi pembayaran pokok dan bunga yang melibatkan wesel bayar
diotorisasi secara layak serta dicatat sesuai dengan enam tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi.
c) Kewajiban untuk wesel bayar dan beban bunga terkait serta kewajiban akrual
telah dinyatakan secara layak seperti yang didefenisikan oleh tujuh dari
delapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. ( Nilai realisasi tidak dapat
diterapkan pada akun kewajiban ).

18

Terdapat empat pengendalian yang penting terhadap wesel bayar :
 Otorisasi yang tepat atas penerbitan wesel baru
Pertanggungjawaban atas penerbitan wesel baru harus dipegang oleh dewan
direktur atau personel manajemen level atas. Biasanya, dibutuhkan dua tanda
tangan personel yang bertanggungjawab untuk seluruh jenis penrjanjian utang,
yang selalu menyebutkan jumlah utang, tingkat bunga, termin pembayaran
kembali, dan asset yang dijaminkan. Jika wesel diperbarui, maka diperlukan
prosedur otorisasi sama seperti penerbitan wesel baru.
 Pengendalian yang memadai terhadap pembayaran kembali pokok dan bunga.
Pembayaran bunga dan pokok secara periodic harus menjadi subjek
pengendalian dalam siklus akuisisi dan pembayaran. Pada saat wesel
diterbitkan, departemen akuntansi harus nenerima salinan wesel itu, seperti
faktur penjualan dan laporan penerimaan. Departemen utang dagang secara
otomatis menerbitkan cek atau transfer dana elektronik untuk wesel saat jatuh
tempo, dengan cara yang sama seperti departemen ini menyiapkan
pembayaran untuk pembelian barang dan jasa. Salinan wesel merupakan
dokumen pendukung untuk pembayaran.
 Dokumen dan catatan yang memadai
Mencakup catatan pembantu dan pengendalian terhadap wesel kosong serta
wesel yang telah dibayar oleh orang yang berwenang atau orang yang
mengotorisasi. Wesel yang dibayar harus dibatlkan dan disimpan di bawah
pengawasan pejabat yang berwenang.
 Verifikasi independen periodic
Secara periodic, pencatatan wesel yang terinci harus direkonsiliasi dengan
buku besar umum dan dibandingkan dengan catatn pemegang wesel oleh
karyawan yang tidak bertanggung jawab menyimpan catatan yang terinci.
Pada waktu yang sama, seseorang yang independen harus menghitung ulang
beban bunga atas wesel untuk menguji keakuratan penyimpanan catatan.
2.5 Pengujian Pengendalian dan pengujian Substantif atas transaksi
2.5.1 Prosedur Analitis
Prosedur analitis merupakan hal yang penting bagi wesel bayar karena
pengujian atas rincian saldo untuk beban bunga dan bunga akrual sering kali dapat
dieleminasi apabila hasilnya menguntungkan.

19

Prosedur analitis untuk wesel bayar
Prosedur Analitis
Kemungkinan Salah Saji
Menghitung ulang beban bunga atas dasar Salah saji beban bunga dan bunga akrual
suku bunga rata – rata dan wesel bayar atau penghapusan wesel bayar yang beredar
bulanan secara keseluruhan
membandingkan setiap wesel yang beredar Penghapusan atau salah saji wesel bayar
dengan tahun sebelumnya
Membandingkan total saldo wesel bayar, Salah saji beban bunga dan bunga akrual atau
beban bunga, dan bunga akrual dengan saldo wesel bayar
tahun sebelumnya
Prediksi independen auditor mengenai beban bunga, dengan menggunakan
rata – rata wesel bayar yang beredar dan rata – rata suku bunga, akan membantu
auditor mengevaluasi kelayakan beban bunga dan juga menguji wesel bayar yang
dihilangkan. Jika beban bunga actual secara material jauh lebih besar dari estimasi
auditor, salah satu penyebab yang mungkin adalah pembayaran bunga yang
dicatat atas wesel bayar yang belum dicatat.
2.5.2 Pengujian Perincian Saldo
Titik awal yang biasa digunakan dalam audit wesel bayar adalah skedul wesel
bayar dan utang bunga, yang diperoleh dari klien . Gambar 1, terdiri atas 2
halaman, mengilustrasikan skedul tersebut termasuk informasi terperinci untuk
seluruh transaksi yang terjadi sepanjang tahun atas pokok pinjaman dan bunga,
saldo awal dan saldo akhir untuk wesel bayar dan utang bunga, dan informasi
yang menjelaskan tentang wesel, seperti tanggal jatuh tempo, tingkat bunga dan
asset yang dipakai sebagai jaminan.
Jika terdapat banyak transaksi wesel selama tahun tersebut, maka skedul
ini tidak lagi dipakai oleh auditor. Dalam situasi tersebut, auditor akan meminta
klien membuat skedul yang hanya berisi wesel dengan saldo yang belum dibayar
pada akhir tahun. Yang berisi deskripsi setiap wesel, saldo akhir, dan utang bunga
pada akhir tahun termasuk jaminan dan tingkat bunga.
Dua tujuan audit yang berkaitan dengan saldo yang paling penting dalam wesel
bayar adalah :
1)

Wesel bayar yang ada telah dicantumkan ( kelengkapan ).
20

2)

Wesel bayar dalam skedul telah dicatat secara akrual ( keakuratan )
Tujuan ini penting karena salah saji mungkin material jika satu wesel tidak

dimasukkan atau jumlahnya salah. Tabel 2 menunjukkan prosedur yang dapat
digunakan untuk menguji kelengkapan wesel bayar. Jika pengendalian internal
atas wesel bayar tidak memadai, maka auditor perlu melakukan prosedur lain
untuk menguji adanya wesel bayar tidak tercatat. Misalnya auditor dapat
mengirimkan konfirmasi kepada kreditur yang memiliki atas klien dimasa lampau,
tetapi tidak ada dalam daftar wesel bayar. Auditor juga dapat menganalisis beban
bunga untuk pembayaran kepada kreditur yang tidak termasuk dalam daftar wesel
bayar dan menelaah notulensi pertemuan dewan direksi untuk mendeteksi
kemungkinan adanya wesel bayar yang tidak tercatat.
2.6 EKUITAS PEMILIK
Terdapat perbedaan yang penting dalam audit atas ekuitas pemilik
antara perusahaan terbuka dan perusahaan tertutup.


Perusahaan tertutup

Dalam sebagian perusahaan tertutup , yang umumnya memiliki sedikit pemegang
saham, sering kali terjadi transaksi, jika ada berkenaan dengan akujn modal saham
selama tahun berjalan. Satu – satunya transaksi yang dimasukkan dalam bagian
ekuitas pemilik kemungkinan adalah perubahan ekuitas pemilik akibat laba atau
rugi tahunan dan pengumuman dividen. Perusahaan tertutup jarang membayar
dividen, sehingga auditor hanya akan menghabiskan waktu yang sedikit untuk
memverifikasi ekuitas pemilik, walaupuin harus mjenguji catatan perusahaan.


Perusahaan terbuka

Bagi perusahaan terbuka verifikasi atau ekuitas pemilik jauh lebih kompleks
karena banyaknya jumlah pemegang saham dan individu yang memiliki saham
sering berubah. Pengujian untuk memverifikasi akun ekuitas pemilik yang utama
dalam suatu perusahaan terbuka, yang mencakup :
 Modal dan saham biasa
 Agio saham
 Laba ditahan dan dividen yang terkait

21

Menyajikan suatu tinjauan mengenai akun ekuitas pemilik khusus yang akan
dibahas. Tujuan dari setiap akun itu adalah untuk menentukan apakah :
a) Pengendalian internal terhadap modal saham dan dividen terkait sudah
memadai
b) Transaksi ekuitas pemilik telah dicatat dengan benar , seperti didefenisikan
oleh enam tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi
c) Saldo ekuitas pemilik telah dicatat secara layak, seperti didefenisikan oleh
delapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo, dan disajikan serta
diungkapkan secara layak, seperti didefenisikan oleh empat tujuan audit yang
berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan untuk akun ekuitas pemilik.
Akun ekuitas pemilik lainnya diverifikasi dengan cara yang kurang lebih sama
dengan cara yang diatas.
A. Pengendalian Internal
Beberapa pengendalian internal sangatlah penting bagi aktivitas ekuitas
pemilik yang penting. Beberapa dari pengendalian tersebut dalam bagian berikut :
1. Otorisasi Transaksi yang Tepat karena setiap transaksi ekuitas pemilik
umumnya bersufat material, banyak dari transaksi tersebut harus disetujui oleh
dewan direksi. Jenis transaksi ekuitas pemilik berikut biasanya memerlukan
otorisasi khusus :


Penerbitan modal saham ; otorisasi itu termasuk jenis ekuitas yang akan
diterbitkan ( seperti saham preferen atau saham biasa ), jumlah saham
yang akan diterbitlkan, nilai pari saham, kondisi privilege bagi setiap
saham selain saham biasa, dan tanggal penerbitan.



Pembelian kembali modal saham ; pembelian kembali saham biasa atau
saham preferen, penetapan waktu pembelian kembali, dan jumlah yang
akan dibayar atau saham semuanya harus disetujui oleh dewan direksi.



Pengumuman dividen ; dewan direksi harus mengotorisasi bentuk dividen
( seperti tunai atau saham ), jumlah dividen per saham, dan catatan serta
tanggal pembayaran dividen.

2. Penyimpanan Catatan dan Pemisahan Tugas yang Tepat jika suatu
perusahaan menyimpan catatan miliknya sendiri mengenai transaksi saham
dan saham yang beredar, pengendalian internal harus memadai untuk
memastikan bahwa :
22



Pemilik actual saham diakui dalam catatan perusahaan



Jumlah dividen yang benar dibayar kepemegang saham yang memiliki
saham pada tanggal pencatatan dividen



Potensi misapropriasi aktiva telah diminimalisasi

3. File Induk Modal Saham Pemegang Saham adalah catatan saham yang
beredar pada suatu waktu tertentu. File induk berfungsi sebagai pengecek
terhadap keakuratan catatan sertifikat modal saham dan saldo saham biasa
dalam buku besar umum. File tersebut juga digunakan sebagai dasar bagi
pembayaran dividen.
4. Pencatat dan Agen Transfer Saham Independen
setiap perusahaan yang sahamnya terdafrtar di bursa saham diwajibkan
memiliki panitera independen sebagai pengendali untuk mencegah penerbitan
sertifikat saham yang tidak tepat. Tanggung jawab panitera independen adalah
memastikan bahwa saham diterbitkan oleh perusahaan sesuai dengan provisi
modal saham dalam akta perusahaan dan otorisasi dewan direksi.
2.7 AUDIT MODAL SAHAM DAN MODAL DISETOR
Auditor sangat memperhatikan empat hal berikut ketika mengaudit modal
saham dan agio saham :
1) Transaksi modal saham yang ada telah dicatat
Auditor dapat mengkonfirmasikan apakah setiap transaksi modal saham memang
terjadi serta keakuratan transaksi yang ada dengan mereka dan kemudian
menentukan apakah semua transaksi telah dicatat.
2) Transaksi modal saham yang dicatat memang terjadi dan dicatat secara
akurat
Auditor dapat segera memverifikasi keakuratan pencatatan transaksi modal saham
secara tunai dengan mengkonfirmasi jumlahnya dengan agen transfer dan
menelusuri jumlah transaksi modal saham yang tercatat ke penerimaan kas.
( Dalam kasus saham treasuri, jumlahnya ditelusuri ke jurnal pengeluaran kas ).
Selain itu, auditor juga harus memverifikasi apakah jumlah yang benartelah
dikredit ke modal saham dan agio saham dengan mengacu ke akta perusahaan
untuk menentukan nilai pari atau ditetapkan modal saham.
23

3) Modal saham dicatat secara akurat
Auditor memverifikasi saldo akhir akun modal saham dengan menentukan
terlebih dahulu jumlah saham yang beredar pada tanggal neraca. Konfirmasi dari
agen transfer merupakan cara yang paling sederhana untuk memperoleh informasi
ini. Jika agen transfer tidak ada, auditor harus mengandalkan pemerikasaan atas
catatan saham dan akuntansi untuk semua saham yang beredar dalam catatan
sertifikat saham, pemeriksaan semua sertifikat yang dibatalkan, serta akuntansi
untuk sertifikat kosong.
4) Modal saham disajikan dan diungkapkan secara layak
Sumber informasi yang paling penting untuk menentukan apakah keempat tujuan
yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan bagi aktivitas modal saham
telah dipenuhi adalah akta perusahaan, notulen rapat dewan direksi, dan analisis
auditor mengenai transaksi modal saham. Keenam tujuan audit yang berkaitan
dengan transaksi, tujuan yang paling penting, termasuk yang berkenaan dengan
utang dividen.
Dua hal pertama meliputi pengujian pengendalian dan pengendalian substantive
atau transaksi, dan dua hal berikutya mencakup pengujian perincian saldo.
 Pencatatan Modal saham dilakukan atas transaksi yang benar- benar ada
Tujuan ini akan mudah dipenuhi dengan adanya jasa pencatat dan agen
transfer. Auditor dapat melakukan konfirmasi kepada pencatat dan agen
transfer saham atas transaksi modal saham yang terjadi dan akurasi transaksi
yang ada, kemudian menentukan apakah seluruh transaksi sudah dicatat. Untuk
dapat mengungkap penerbitan dan pembelian kembali modal saham, auditor
juga menelaah notulensi pertemuan dewan direksi, terutama mendekati tanggal
neraca, dan memeriksa buku klien yang berkaitan dengan saham.
 Pencatatan transaksi modal saham benar- benar dilakukan dan dicatat secara
akurat
Audit yang luas diperlukan atas transaksi yang mencakup penerbitan
modal saham, seperti pernerbitan modal saham baru atas kas, penggabungan
usaha dengan perusahaan lain melalui pertukaran saham karena materialitas

24

dan pencatatannya permanen. Tujuan terkait keterjadian transaksi dapat diuji
melalui pemeriksaan notulensi pertemuan dewan direksi.
Auditor dapat melakukan verifikasi akurasi pencatatan transaksi modal
saham atas kas dengan mengonfirmasi jumlahnya kepada agen transfer dan
menelusuri jumlah yang tercatat dalam modal saham sebagai pengeluaran kas.
(Dalam kasus saham treasuri, jumlah ditelusuri ke dalam jurnal pengeluaran
kas). Sebagai tambahan, auditor harus melakukan verifikasi apakah jumlah
yang benar sudah dikreditkan ke dalam modal saham dan tambahan modal atas
kelebihan nila