Pekerjaan Sosial dan Keluarga. pdf

KETAHANAN INSTITUSI KELUARGA DAN
KESEJAHTERAAN ANAK1
Adi Fahrudin, PhD2

PENDAHULUAN
Perubahan global, trends industrialisasi dan swastanisasi telah menyebabkan transformasi
berlaku pada institusi sosial, komunitas, perhubungan manusia, dan nilai-nilai sosial yang
menjadi identitas bangsa. Tarikan proses globalisasi telah menimbulkan kesan yang nampak
di permukaan yaitu semakin seriusnya permasalahan sosial seperti meningkatnya masalah
gangguan mental, kenakalan remaja, perlakuan salah terhadap anak (child abused), anak-anak
jalanan (street childrens), orang dewasa jalanan (street adult), penyalahgunaan NAPZA, seks
bebas, pelacuran dan penyakit HIV/AIDS (Adi Fahrudin, 1998).
Permasalahan sosial baik kuantitas dan kualitasnya terus meningkat sejalan dengan proses
runtuhnya nilai-nilai murni dalam masyarakat yang berasal dari institusi keluarga, politik
bahkan agama. Perubahan-perubahan sosio-budaya, ekonomi bahkan politik yang begitu
cepat pada era globalisasi ini telah memberi tekanan baik ekonomi, sosial maupun psikologis
ke atas individu dan institusi keluarga. Perubahan-perubahan yang berlaku akibat
transformasi ekonomi, sosial dan politik secara langsung atau tidak langsung memberi
pengaruh ke atas keluarga.. Dalam konteks itulah, pekerjaan sosial mempunyai peranan
strategis dalam penguatan institusi keluarga dalam rangka mencapai ketahanan keluarga yang
pada gilirannnya dapat meningkatkan kesejahteraan anak dan anggota keluarga yang lainnya.

QUO VADIS INSTITUSI KELUARGA ?
Dalam peradaban manusia, keluarga merupakan institusi sosial dan karakteristik universal
yang selalu ada dalam sesebuah masyarakat. Keluarga telah menjadi institusi yang demikian
penting bahkan seolah-olah satu-satunya institusi yang paling dasar dalam membentuk
sebuah masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa institusi keluarga tetap akan menjadi
institusi sosial yang penting sekalipun peradaban manusia telah menjadi moden atau bahkan
mencapai pasca-moden. Namun demikian keluarga juga terikat dengan struktur sosial, nilai
dan norma-norma keluarga (Kagitcibasi, 1996). Seandainya ciri-ciri sosial dan budaya
mengalami perubahan dari waktu ke waktu, maka struktur dan fungsi keluarga juga turut
berubah.

Bahan perbincangan dalam Workshop Penguatan Institusi Keluarga Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anak
anjuran Pusat Kajian Perempuan dan Keluarga (PUSKAPEGA) STKS Bandung, 21 September 2005

1

2

Lektor pada Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung
1


Tanpa wujudnya institusi keluarga maka kewujudan peradaban manusia dan masyarakat tidak
akan pernah ada. Dari keluarga pula berlangsung proses regenerasi kehidupan manusia.
Bahkan Suffian (1996) mengatakan bahwa sebenarnya keluarga merupakan wahana bagi
cinta, naluri seks, dan kesinambungan keturunan. Keluarga menurut Hendrix (1997) masih
dianggap penting dalam prokreasi dan sosialisasi anak-anak walaupun fungsi-fungsi ini
sebagiannya telah diambil-alih oleh institusi-institusi lain. Disamping itu, institusi keluarga
juga merupakan kawah ‘candradimuka’ dimana nilai-nilai kemanusiaan disemai melalui
asuhan orang tua. Dalam kata lain, keluarga bertanggungjawab dalam memasyarakatkan
anak-anak dengan asuhan dan penanaman nilai-nilai moral-spiritual-sosial supaya mereka
menjadi manusia dewasa yang bertanggungjawab kepada diri, keluarga dan generasinya.
Namun sejalan dengan itu, terpaan badai perubahan sosial yang demikian cepat telah
menyentuh institusi keluarga. Institusi keluarga telah mengalami perubahan fungsi dan
peranan yang sangat radikal sejalan dengan gelombang peradaban dan pemikiran pascamoden. Pasca moden bukanlah isu yang baru dalam perspektif sains sosial. Tapi ia boleh
disebut baru untuk menggambarkan bagaimana mengekpresikan kehidupan sosial yang
bercirikan perubahan yang dramatik dalam aspek-aspek kemanusiaan. Perspektif pasca
moden bersemuka dengan peralihan persepsi bahwa perspektif pinggiran mengenai
kehidupan sosial adalah lebih baik jika kita mengharap adanya sedemikian (Simon, 1996).
Perbincangan mengenai milenium khususnya ianya juga terkait dengan perspektif pasca
moden. Institusi keluarga di milenum digambarkan sebagai institusi yang penuh dengan

masalah. Isu keibubapaan merupakan tema utama dalam perbincangan ini. Keibubapaan
telah didefinisikan semula sebagai satu 'secular matter subject' kepada pilihan rasional dan
dipandu berdasarkan perhitungan yang cermat (Nock, 1992). Dalam pandangan umum,
keluarga dibayangkan sebagai sebuah surga yang memberi tenpat perlindungan bagi setiap
anggotanya untuk mendapatkan kedamaian mental mahupun fisik. Ini sesungguhnya
mencerminkan bahwa keluarga bukan sekedar tempat berkumpul dan perlindungan bagi
anggotanya melainkan juga merupakan tempat untuk menjalin kemesraan di kalangan
anggota keluarga. Dari perspektif sosial, keluarga dilihat sebagai institusi sosial. Dari
perspektif individu pula, keluarga boleh merangkumi banyak arti; kesuksesan, keselamatan
dan sokongan emosional.
Keluarga memainkan peranan penting dalam membangunkan kesejahteraan, pengasuhan dan
pendidikan dasar kepada anggota-anggota keluarga. Pada semua budaya masyarakat,
tanggungjawab penjagaan dan pengasuhan anak dibebankan kepada institusi keluarga (Nock,
1992). Sejalan dengan perubahan sosial, keluargapun telah mengalami perubahan yang
drastik. Keluarga bukan lagi satu-satunya institusi yang selamat untuk memberi perlindungan
dan sosialisasi kepada anggota keluarganya. Institusi keluarga semakin terancam dan dilanda
pelbagai masalah sosial. Modenisasi masyarakat membawa impak ke atas pembentukan nilainilai sosial mengenai insitutisi keluarga. Manusia pada ketika ini telah mementingkan
keindividuan (individualistic) serta terlalu memberi penenakan kepada ekonomi (economistic)
(Simon, 1996). Dalam konteks ini, banyak pihak beranggapan bahwa keluarga merupakan
tempat persinggahan dan bukan lagi tempat melahirkan, mendidik dan menjalinkan relasi dengan

generasi pewaris mereka.
Dalam kehidupan masyarakat metropolitan misalnya, hal ini kerapkali berlaku. Keluarga
bukan tujuan dan media untuk mewujudkan impian hidup mereka. Bagi sesetengah pihak ada
yang berpandangan bahwa mereka tidak perlu membentuk keluarga, tidak perlu kehadiran
2

anak, dan tidak inginkan kebebasan mereka terhalang oleh sebab bernama keluarga. Pihak
yang berpandangan begini menghalalkan segala cara untuk memenuhi keperluan seksual dan
mereka tidak perlu terikat dalam sebuah perkahwinan. Sebahagiannya lagi mereka mahu
membentuk keluarga tetapi mengabaikanya selepas itu. Kanak-kanak hasil perkahwinan
mereka terbiar dan menjadi bibit generasi yang bermasalah. Hubungan suami-isteri menjadi
hubungan formal seperti dalam sebuah organisasi kerja yang bercorak pembahagian tugas
dan tanggungjawab. Disamping itu, tidak kalah penting ialah kaum isteri/wanita telah lahir
dalam kewujudan kedua yang menuntut persamaan hak dan kewajiban secara radikal (radical
feminism).
Perubahan sosial membawa kecenderungan perubahan ke atas institusi keluarga.
Kecenderungan-kecenderungan perubahan kehidupan keluarga tersebut telah mempengaruhi
fungsi yang sepatutnya dimainkan oleh keluarga dan anggotanya. Cherlin (1999) menyatakan
beberapa kecenderungan itu sebagai berikut:
i) Sebilangan besar lelaki dan wanita hari ini tinggal bersama sebelum berkahwin

ii) Lelaki dan wanita berkawin lambat, mempunyai sedikit anak atau dalam sesetengah
situasi tidak mau memiliki anak.
iii) Jumlah wanita yang tidak berkawin tetapi mempunyai anak kian bertambah.
iv) Kebanyakan isteri dan ibu dengan anak yang kecil mempunyai pekerjaan di luar rumah.
v) Keluarga dengan ibu tunggal atau bapak tunggal telah bertambah dengan signifikan.
vi) Perkawinan semula di kalangan dewasa adalah lebih banyak daripada perkahwinan di
kalangan orang muda.
Dari huraian di atas, persoalan pokok yang mesti dijawab ialah apakah itu keluarga dan bukan
keluarga. Ini kerana keluarga sebagai konsep telah mengalami perluasan makna 'amelioratif'.
Apakah seorang lelaki hidup bersama dengan seorang lelaki dan mempunyai anak angkat
boleh dikatakan sebuah keluarga. Selain itu, isu-isu yang melibatkan institusi keluarga kini
semakin bervariasi. Isu-isu kekerasann rumah tangga dalam masyarakat sekarang misalnya
semakin berleluasa. Penderaan suami ke atas isteri atau sebaliknya, penderaan orang tua ke
atas anak-anaknya, penderaan anak-anak terhadap orang tua mereka yang sudah tua,
penderaan seksual abang/saudara ke atas adik-adiknya, dan lain-lain sebagainya. Begitu pula
penceraian suami isteri meruntuhkan institusi keluarga dan memberi dampak kepada
perjalanan hidup berkeluarga. Semuanya sudah barang tentu menggugah pikiran kita apa
perlunya berkeluarga, mempunyai keluarga, atau mempertahankan institusi keluarga. Apa
yang salah dalam fenomena seperti ini?
KETAHANAN KELUARGA DAN KESEJAHTERAAN ANAK

Keluarga merupakan lembaga sosialisasi terpenting kerana ia adalah unit dasar yang dipunyai
oleh kebanyakan individu. Walaupun keluarga tidak dapat menentukan sepenuhnya
perkembangan dan pembentukan kepribadian anak-anak, namun dimensi-demensi kritikal
tentang konsep kendiri seperti pegangan agama, minat, arah masa depan adalah dipengaruhi
oleh kehendak keluarga terutamanya orang tua. Selain daripada itu, keluarga juga
menentukan latar belakang anak-anak seperti kelas sosial, ras dan kumpulan etnik yang secara
tidak langsung mencorakkan kepribadian anak-anak.
3

Disebabkan sistem kekeluargaan berbeda daripada satu masyarakat dengan masyarakat yang
lain, maka tingkat perhubungan yang dialami oleh anak-anak dengan orang tua bukanlah
merupakan satu perkara yang standard yaitu ianya tidak sama dalam semua masyarakat.
Keadaan ini boleh membawa kepada pengaruh yang berbeda dalam pembentukan
kepribadian anak-anak oleh satu keluarga jika dibandingkan dengan keluarga yang lain.
Hubungan anak dengan orang tua dan dengan anggota keluarga yang lain dapat dianggap
sebagai satu sistem yang lebih besar, yaitu lingkungan tetangga, komuniti dan masyarakat
yang lebih luas lagi. Sistem-sistem tersebut mempengaruhi diri anak-anak secara langsung
atau tidak langsung, terutama melalui sikap dan cara pengasuhan anak tersebut oleh orang
tua mereka.
Keluarga dan Kesejahteraan Anak

Memiliki anak adalah kurnia yang tidak habis-habisnya kita syukuri kerana anak adalah harta
yang amat berharga dalam kehidupan kita. Pada masa depan, anak adalah yang menjadi
tumpuan kepada harapan orang tua, yaitu untuk merealisasikan keinginan dan impian
mereka. Bahkan bagi sesetengah orang tua, anak merupakan sumber inspirasi yang dapat
memberi rasa aman kerana kelak mereka dapat mengurus dan menjaga mereka apabila tua.
Oleh itu, kepribadian dan mental yang sehat perlu dibentuk dalam diri anak-anak dengan
sempurna agar dapat menyempurnakan tanggungjawab mereka sebagai seorang anak yang
baik terhadap orang tua. Anak bukan saja perlu mengetahui bahwa mereka disayang, tapi juga
bahwa ia diterima dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Proses perkembangan anak-anak adalah dipengaruhi oleh orang tua dan anggota keluarga
yang lainnya. Tanggapan orang tua, anggota keluarga dan orang lain yang signifikan serta
bentuk interaksi yang berlaku akan mencorakkan perkembangan kanak-kanak. Orang tua
harus memainkan peranan yang penting dalam mengawal lingkungan agar anak-anak dapat
membesar dalam keadaan sehat dari segi fisik, mental dan rohani.
Perkembangan mental anak-anak adalah merangkumi aspek-aspek:
Perkembangan Kognitif
Aspek ini adalah berkaitan dengan pemikiran dan penbelajaran. Tahap kecerdasan anak
dipengaruhi oleh unsur genetik. Walau bagaimanapun, keadaan lingkungan boleh
mempengaruhi kesan baka. Lingkungan yang kondusif (makanan yang halal dan seimbang,
iklim rumahtangga yang sehat, interaksi yang merangsang) boleh membawa peningkatan

tahap kecerdasan anak.
Perkembangan Afektif
Perkembangan afektif ini adalah yang berkaitan dengan emosi dan perasaan anak-anak.
Perkembangan mental anak-anak adalah secara tidak langsung akan dipengaruhi oleh
perangai anak-anak yang terbentuk sejak kecil yaitu:
- Tahap pengerahan dan penggunaan tenaga
- Rentak fungsi biologi (seperti pusingan bangun atau tidur, lapar, kenyang dan sebagainya)
- Kaedah bartindak terhadap keadaan yang baru.
- Tahap reaksi emosi (gembira dan ketawa berdekah-dekah atau sekadar senyum saja).
- Penyesuaian diri terhadap perasaan dari segi simpati dan empati.
4

-

Distraktibilitas (tahap kestabilan tumpuan)
Tahap kosentrasi dan kedegilan.
Tahap rangsangan yang perlu untuk mendapat tindak balas yang sesuai.

Perangai anak-anak ini berlaku melalui perubahan sikap orang tua terhadap mereka. Sebagai
contohnya, seorang kanak-kanak yang nakal dan kerap menangis boleh menyebabkan orang

tuanya menjadai marah. Tindakan orang tua yang memarahi anak, contohnya dengan
memukul anak-anak boleh meninggalkan dampak yang negatif terhadap diri anak-anak.
Sekiranya keadaan ini sentiasa berlaku kepada anak-anak tersebut, mungkin boleh
menghambat perkembangan mental anak tersebut.
Psikomotor
Tahap perkembangan psikomotor adalah yang berkaitan dengan tingkah laku, perkembangan
sosial dan keterampilan dalam pelbagai bidang. Tingkah laku anak-anak adalah dipengaruhi
oleh tahap kecerdasan otak, perangai dan kematangan fikirannya. Seorang anak yang cerdas
dan sehat mentalnya mempunyai tingkah laku yang positif contohnya pandai berinteraksi
dengan orang tua dengan cara yang baik. Rangsangan yang positif daripada orang tua dan
lingkungannya akan meningkatkan kecerdasan mental anak tersebut. Sebaliknya, kemarahan,
hukuman dan rangsangan atau tingkah laku yang negatif dari lingkungan dapat mengganggu
kecerdasan mental anak.
Selain daripada itu, komunikasi di dalam sesebuah keluarga juga dapat mempengaruhi
kepribadian dan perkembangan mental seseorang anggota dalam keluarga tersebut.
Perkembangan kognitf dan kecerdasan seorang anak mempunyai kaitan yang rapat dengan
jumlah rangsangan lisan yang diberikan kepadanya. Lebih awal anak-anak menerima
rangsangan lisan, maka lebih cepatlah perkembangan kecerdasan fikiran, kemahiran bertutur
dan kecekapan berfikir. Setiap anggota keluarga berperanan penting dalam mewujudkan
kemesraan pada awal setiap perhubungan yang dijalinkan melalui sentuhan mesra dan

perkataan-perkataan yang sedap didengar. Belaian yang positif terutamanya daripada orang
tua kepada anak-anak sama ada secara psikologikal atau fisik akan mengeratkan lagi
hubungan kekeluargaan sesama mereka. Orang tua perlulah menjalin hubungan yang adil dan
saksama yaitu tidak ada perbedaan antara anggota keluarga semasa berhubung. Selain
daripada itu, apabila anak-anak mempunyai masalah atau ada isu yang hendak disampaikan,
orang tua haruslah mendengar secara aktif dan teliti dengan memberi perhatian yang
sepenuhnya. Mendengar apa yang tersirat yaitu pesan sebenar yang hendak disampaikan. Di
samping itu, setiap orang tua haruslah memahami perasaan sebenar anak-anak mereka ketika
berkomunikasi dengan mereka. Contohnya, sentiasa peka kepada komunikasi non verbal
seperti air muka, sentuhan, imbangan muka, kedudukan badan dan jarak yang sesuai semasa
berhubung. Teknik percakapan yang efektif juga perlu digunakan, contohnya menggunakan
bahasa yang sopan dan enak didengar agar tidak menyinggung pihak lain.
Anak adalah sumber keceriaan hidup, sumber tawa yang tiada habisnya. Orang tua bukan
hanya berpengetahuan mengenai anak-anak saja yang ada, tetapi kebijaksanaan, hati yang
sabar dan penuh kasih sayang, kesediaan untuk menerima kenyataan bahwa anak ada
kaitannya sukar untuk dikawal tatapi mereka mestilah mampu tersenyum walaupun hati
pedih. Orang tua juga berperanan penting dalam memberi didikan agama yang secukupnya di
dalam diri anak-anak di samping dengan ilmu atau pegangan agama yang kukuh dapat
membentuk kepribadian dan mental yang sehat kepada anak tersebut. Perkembangan
5


kepribadian yang sehat menjadi modal atau menjadi dasar penting bagi pembentukan
kepribadian dan mental yang sehat bagi anak-anak. Bagi mendasari keadaan ini, membangun
harga diri anak akan membuatkan anak-anak rasa memiliki perasaan percaya diri dengan baik,
sehingga anak dapat mengembangkan potensi dirinya secara optima. Anak yang memiliki
harga diri yang sehat akan tampil sebagai anak yang berasa berharga dengan dirinya sendiri.
Ia percaya bahwa dengan apa yang ada dalam dirinya, ia tetap aset yang tidak ternilai
harganya bagi orang tuanya. Oleh itu, orang tua serta anggota keluarga yang lain berperanan
penting dalam membentuk kepribadian atau kepribadian seseorang anak agar mencapai
matlamat anak tersebut dengan lunas-lunas mental yang sehat agar anak tersebut berguna di
masa depannya. Contohnya melalui teladan yang baik yaitu yang ditunjukkan oleh kedua
orang tua. Sebelum itu, orang tua perlulah percaya kepada kemampuan diri sebagai orang tua
dan ini akan memudahkan tumbuhnya kepercayaan anak sebagai model bagi perkembangan
kepribadiannya.
Sifat alamiah
- Genetik
- Pandangan terhadap diri sendiri

Model yang dicontoh dari
pengalaman;
- Orang tua
- Rekan sebaya
- Orang dewasa
- Diri sendiri

KONSEP
DIRI POSITIF

Kepercayaan nilai
berdasarkan
kebutuhan
-Keselamatan
-Fisik
-Kasih sayang
-Penghormatan diri
-Kesempurnaan diri

Lingkungan:
- Informasi umum
- Kebudayaan
- Pandangan orang lain

Gambar 1: Faktor-faktor yang mempengaruhi self esteem diri anak
Selain itu seorang ibu juga berperanan penting dalam membentuk kepribadian dan mental
yang sehat, yaitu memberikan bayi atau anak dengan meminum susu ibu semasa bayi lagi.
Dilihat daripada perspektif psikologi, penyusuan ibu dikatakan berperanan besar dalam
pembentukan jiwa anak-anak. Penyusuan ibu akan mewujudkan hubungan perasaan dan
emosi yang lebih kukuh antara ibu dan anak.
Di dalam perkahwinan, hubungan di antara suami isteri bukan saja perlu diambil berat, tetapi
hubungan kekeluargaan di antara kedua-dua mestilah dijalinkan sama ada dari pihak isteri
ataupun suami. Ini adalah menjadi tanggungjawab kepada suami isteri mengeratkan lagi
6

hubungan silaturahim kedua-dua belah pihak. Bagi membentuk sebuah keluarga yang
harmoni dan bahagia, suami isteri adalah kunci atau tunggak kebahagiaan sesebuah keluarga.
Mereka perlulah menyedari tentang tanggungjawab dan tugas mereka sebagai suami isteri
atau ayah dan ibu kepada anak-anak.
Perasaan tanggungjawab penting dalam sesebuah rumahtangga kerana setiap keluarga
memainkan tugas penting dalam menyediakan segala keperluan hidup. Selain itu, perasaan
kasih sayang di antara suami isteri perlulah dijalinkan dengan murni, ikhlas dan jujur.
Hubungan suami isteri tidak akan bertapak dan berkembang seperti yang diharapkan jika
kasih sayang tidak dijalinkan dengan perasaan yang sebenarnya, contohnya hanya berpurapura, ianya akan merosakkan hubungan suami isteri tersebut. Sebuah keluarga yang hidup
dalam keadaan yang bahagia akan menghasilkan kesejahteraan jiwa. Sikap saling percayamempercayai di kalangan semua anggota keluarga dapat mengeratkan lagi hubungan yang
baik sesama mereka.
Perkembangan mental yang sehat bermula dari peringkat janin dan pendedahan orang tua
pada alam lingkungan, keadaan rohani dan jasmani amat penting bagi memastikan bayi yang
dilahirkan sehat serta normal. Ibu yang mengandung perlu mengetahui rawatan awal sewaktu
mengandung agar tidak menjejaskan kesehatan ibu dan anak dalam kandungan.
Perkembangan mental merangkumi aspek sosial, emosi, dan fikiran dan semua aspek ini
adalah bergantung kepada kesehatan otak dan pada peringkat awal organ otak serta urat saraf
berkaitan dengannya menunjukkan perkembangan yang sehat. Jika organ itu cacat, maka
akan cacat pula perkembangan mental bayi yang bakal dilahirkan. Konsep keibubapaan yang
berkesan (effective parenting) perlulah diberikan penekanan yang serius. Orang tua perlu
berusaha untuk memahami jiwa anak mereka dengan lebih mendalam lagi terutamanya dari
segi kekuatan dan bakat semulajadi yang dimiliki anak mereka. Dengan ini, ciri-ciri positif
yang dimiliki oleh anak mereka dapat dipupuk dan dirangsang untuk mencapai
kecemerlangan.
Selain itu, orang tua yang dapat membentuk kepribadian dan mental yang sehat terhadap
anak-anak, kakak, abang atau adik-beradik yang lain merupakan pengaruh keluarga yang
penting. Anak yang tertua dalam sesebuah keluarga seringkali lebih mudah bergaul atau
berorentasikan orang dewasa, berusaha menyesuaikan diri, bertanggungjawab dan
berorentasi pada prestasinya, manakala adik atau anak yang lahir kemudiannya biasanya akan
mudah terpengaruh dengan anak yang sulung tersebut. Anak yang sulung sering
mendominasikan adik dan menjadi model bagi mereka.
Persaingan antara saudara kandung mungkin terjadi, tetapi interaksi yang positif dan dengan
penuh kasih sayang akan dapat membentuk persaingan yang sehat di samping dapat
mengubah kepribadian menjadi anak yang lebih berguna dan baik. Contohnya persaingan
dalam bidang akademik akan dapat memotivasikan diri anak-anak agar terus berusaha bagi
menyaingi atau mengalahkan abang atau kakak yang telah sukses. Mereka ini dapat dikatakan
akan menjadi ‘role model’ kepada adik-adik mereka yang kemudiannya. Alam lingkungan
atau suasana di dalam sesebuah keluarga merupakan perkara yang penting dalam membentuk
kepribadian dan mental yang sehat. Setiap keluarga mempunyai cara yang tersendiri dalam
mendisiplinkan anak. Suasana yang harmoni dan sejahtera akan menghasilkan anak yang
membesar dengan sifat yang sempurna dan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi
dengan cara yang sehat. Perkara yang penting dalam mendidik kanak-kanak ialah adanya
7

penyesuaian di antara sifat kanak-kanak dan sikap orang tua. Setiap orang tua harus
mengetahui dengan lebih mendalam kepribadian anak-anak supaya mudah bagi mereka
menangani masalah-masalah yang mungkin timbul dan melayani kerenah anak mereka. Setiap
kanak-kanak yang mudah di jaga dapat menyesuaikan diri dengan keadaan tanpa sebarang
masalah.
Dalam usaha memperkuat pertalian keluarga, nilai tradisional yang baik haruslah sentiasa
diutamakan oleh orang tua. Sikap sentiasa berminat dan suka berkongsi serta menyayangi
anggota keluarga, menghormati anggota keluarga yang tua, dan mempunyai semangat cinta
akan tanah air perlu diamalkan. Oleh yang demikian, melengkapkan orang tua dengan
kemahiran tertentu secara langsung dapat membantu mereka memahami keadaan fisik,
mental kepercayaan terhadap keagamaan, emosi dan pembangunan sosiobudaya setiap
individu dalam sesebuah keluarga. Hal ini penting bagi memastikan kesuksesan institusi
kekeluargaan sebagai benteng untuk memerangi masalah sosial dan keruntuhan akhlak dan
ianya penting juga bagi membentuk kepribadian serta mental yang sehat di kalangan anggota
sesebuah keluarga.
Tanggungjawab untuk bersama keluarga hendaklah diamalkan demi menjaga keharmonian
dan kerukunan rumah tangga sebagai tunjang sesebuah keluarga. Daya kekuatan sesebuah
keluarga bermula dari rumah. Yang penting ialah memfokuskan pemikiran tentang tentang
institusi kekeluargaan yang dibina serta pengorbanan dan tanggungjawab yang harus dipikul
oleh setiap individu dalam sesebuah keluarga. Sekiranya sesebuah keluarga itu menghadapi
masalah seperti kurangnya kasih sayang daripada orang tua yang sibuk untuk mencari rezeki,
yang menjadi sasaran adalah anak-anak. Kesibukan orang tua mencari rezeki hingga masa
untuk anak-anak terbatas turut menjadi sebab anak berubah tingkah laku. Anak-anak yang
merasakan diri mereka diabaikan akan coba menarik perhatian orang tua mereka dengan
melakukan perkara yang negatif seperti mencuri dan sebagainya. Sehubungan dengan itu,
orang tua disarankan agar bijak mengagihkan masa yang berkualiti dengan anak-anak untuk
mengelakkan diri mereka daripada terasa diabaikan. Orang tua haruslah meluangkan masa
yang ada contohnya, pada hari cuti setiap ahad dan sebagainya adalah dijadikan hari bersama
keluarga sepenuhnya tanpa melibatkan tugas atau pekerjaan mereka seperti hari-hari yang
lain. Contohnya membawa semua anggota keluarga untuk berkelah, wisata dan pelbagai lagi
aktivitas yang sehat untuk memupukkan lagi rasa kasih sayang di kalangan anggota anggota
keluarga di samping dapat mengelakkan anak-anak terjebak ke arah gejala sosial yang dapat
merosakkan diri mereka. Situasi ini juga dapat membentuk mental yang sehat sebab dengan
melakukan aktivitas yang sehat atau dapat menenangkan fikiran sebegini akan mengelakkan
waktulah mental. Bukan saja bagi anak-anak malah bagi orang tua yang selama ini tertekan
dengan kesibukan pekerjaan sekali-kali dapat menenangkan fikiran dengan meluangkan
waktu dengan anak-anak.
Orang tua coba untuk mengajar anak-anak mereka yaitu semua yang dianggap perlu oleh
masyarakat supaya bartingkah laku wajar sebagai orang dewasa di kemudian hari. Semua
tingkah laku sosial mempunyai dua aspek atau modaliti: kanak-kanak mesti belajar supaya
mampu melakukan kemahiran biasa, sosial dan juga fisik; mereka juga diharapkan dapat
sewajarnya membuat pendirian tentang kebaikan dan kejahatan, nenek moyang keluarga, dan
pelbagai peristiwa, tindakan dan objek yang lain. Kos kawalan sosial sosial adalah lebih
rendah jika orang mempunyai perasaan negatif tentang perkara-perkara yang ditegah dan
perasaan positif tentang hal-hal yang dipersetujui. Jika orang yang didorong supaya mahu
8

melakukan perkara-perkara yang dikehendaki oleh masyarakat, maka adalah lebih mudah
untuk mendapatkan mereka melakukan perkara-perkara itu. Oleh itu, unit kekeluargan adalah
saling berkaitan dengan masyarakat secara umumnya.
Faktor-Faktor Lain Yang Dapat Mempengaruhi Kesejahteraan Anak
Bila anak-anak pandai, sopan, jujur atau dapat menyesuaikan diri, orang tua mereka biasanya
mendapat pujian. Bila mereka nakal, mengalami gangguan jiwa atau bodoh, orang tua juga
yang kerap disalahkan. Walaupun keluarga dianggap sebagai unsur terpenting dalam
kehidupan anak dalam masyarakat namun, interaksi anak-anak dengan faktor di luar keluarga
atau lingkungan dapat mempengaruhi atau membentuk kepribadian dan mental anak-anak
tersebut.
Rekan Sebaya (Peer Group)
Rekan sebaya memainkan peranan yang penting di dalam perkembangan psikologi dan dari
segi perbentukan kepribadian dan mental yang sehat di kalangan anak-anak, terutama dalam
masyarakat berteknologi maju pada zaman sekarang. Interaksi dengan teman sebaya
memberikan banyak fungsi yang sama dalam usia kanak-kanak, remaja atau dewasa. Interaksi
tersebut memberi kesempatan kepada mereka yang belajar bagaimana mengendalikan
perilaku sosial, mengembangkan keterampilan dan minat yang sesuai dengan usia, dan
pelbagai masalah dan perasaan bersama. Kelompok rekan sebaya mengajar atau melatih
anak-anak untuk keterampilan sosial yang lebih kritis yang mana ianya tidak dapat dipelajari
daripada orang tua mereka dengan cara yang sama. Contohnya, bagaimana hendak
berinteraksi dengan rekan sebaya yang lain, bagaimana berhubungan dengan pemimpin dan
lain-lain perkara yang melibatkan masyarakat. Teman atau rekan sebaya juga dapat
membentuk kepribadian dan kesehatan mental yang tidak sehat sekiranya anak-anak mudah
terpengaruh dengan rekan sebaya mereka itu. Contohnya mereka mengikut rekan yang lain
untuk menyertai ‘gengsterisme’ di dalam atau di luar sekolah. Sekiranya mereka mempunyai
rekan sebaya yang mempunyai matlamat atau mengamalkan gaya hidup yang sehat, maka
pembentukan kepribadian yang baik dan mental yang sehat akan dihasilkan. Contohnya,
rekan sebaya di sekolah yang bergiat aktif dalam kegiatam kokurikulum dan cemerlang dalam
bidang akademik dapat mempengaruhi seseorang melalui jalan yang positif, contohnya rekan
mereka yang cemerlang itu dijadikan contoh dan dapat memotivasikan diri bagi
meningkatkan potensi diri.
Sekolah.
Dalam hampir semua masyarakat industri, anak mula disekolahkan atau mendapat
pendidikan formal antara usia lima dan tujuh tahun. Tujuan utamanya adalah untuk
mendapatkan keterampilan kognitif serta memberikan informasi malah di sekolah juga anakanak mendapat ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang lebih banyak. Sekolah
merupakan sistem sosial yang kecil tempat anak-anak untuk mempelajari aturan moral,
aturan sosial, sikap dan cara bergaul dengan orang lain. Di sekolah anak-anak akan bergaul
dengan kelompok teman sebaya dan pembentukan kepribadian akan dihasilkan dari
pengaruh sosialisasi di sekolah yang dihasilkan dari teman sekelas disamping guru dan
program sekolah. Suasana yang ceria di sekolah yaitu tanpa adanya masalah seperti gangguan
lingkungan dapat membentuk mental yang sehat dikalangan para pelajar yang mana mereka
dapat belajar dengan keadaa yang selesa. Kegiatan-kegiatan yang positif di sekolah seperti
program keindahan, keceriaan dan kebersihan sekolah dan lain-lain akan menghasilkan
9

seorang pelajar yang sehat dan secara tidak langsung menghindar daripada terlibat dalam
gejala yang negatif. Pemikiran para pelajar umpama vakum yang menyerap segala informasi
di sekelilingnya. Oleh itu, lingkungan sekolah dan suasana pembelajaran yang positif
memainkan peranan yang penting dalam menentukan prestasi seseorang pelajar. Oleh itu,
sekolah berfungsi untuk menyalurkan norma dan nilai masyarakat kepada anak-anak muda.
Dalam proses persekolahan, anak-anak muda yang melalui sistem pendidikan dalam jangka
tertentu dijangka mempelajari beberapa ilmu pengetahuan, kemahiran, nilai, sikap dan
pandangan tertentu terhadap masyarakat.
Dari uraian di atas, beberapa pertanyaan patut diungkap yaitu; apakah ada korelasi antara
ketahanan keluarga dengan kesejahteraan anak? Kesejahteraan anak merupakan suatu kondisi
sejahtera fisik, mental dan sosial yang dialami oleh anak-anak. Persoalannya, dapatkah
kesejahteraan anak tercapai jika sebuah keluarga tidak memiliki ketahanan ? Bagaimanakah
cara mencapai ketahanan keluarga tersebut? Dapatkan penguatan institusi keluarga
meningkatkan ketahanan keluarga yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan
anak dan anggota keluarga yang lain. Jawaban semua itu, keluarga yang memiliki ketahanan
maka mempunyai peluang untuk memberikan perlindungan dan pemenuhan segala
kebutuhan anak dan anggota keluarga yang lainnya. Lalu bagaimana jika sebuah keluarga
tidak memiliki ketahanan ?
Dunst, Trivette dan Deal (1988) menyarankan beberapa indikator ketahanan dan penguatan
institusi keluarga yaitu:
1. Nilai keluarga
- Percaya dan mempunyai komitmen terhadap meningkatkan kesejahteraan dan
perkembangan anggota keluarga dan juga unit keluarga itu sendiri.
- Nilai, peraturan dan sistem kepercayaan yang jelas dan menerangkan tingkah laku
yang boleh dan tidak boleh diterima.
- Hidup dengan penuh tujuan baik dalam waktu senang maupun susah
- Berbagi tanggungjawab
- Menghormati hak pribadi anggota keluarga
- Mempunyai ritual dan tradisi keluarga
- Mempercayai kepentingan untuk menjadi aktif dan mempelajari persoalan baru
- Mempercayai bahwa segala sesuatu masalah bisa diselesaikan jika anggota keluarga
bekerjasama.
- Mempertimbangkan tentang integrasi dan kesetiaan keluarga
2. Keterampilan Keluarga
-

Mempunyai strategi daya tindak (coping strategy) yang berbagai bagi menangani
peristiwa kehidupan yang normal dan bukan normal.
Mengamalkan cirri fleksibelitas dan adaptif dalam mengindentifikasi dan
mendapatkan sumber bagi memenuhi kebutuhan.
Ilmu dan keterampilan yang digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan
menetapkan hasil
Kemampuan untuk mengekalkan cirri positif dalam semua aspek kehidupan
termasuk melihat krisis dan tantangan sebagai peluang untuk berkembang.

10

-

Kemampuan untuk menggerakkan anggota keluarga untuk memperoleh sumbersumber yang diperlukan
Kemampuan mewujudkan dan mengekalkan hubungan harmonis di dalam dan di
luar sistem keluarga
Kemampuan merencanakan dan menyusun tujuan keluarga

3. Pola interaksi
-

Anggota keluarga saling bersetuju mengenai nilai dan kepentingan menggunakan
waktu dan tenaga keluarga dalam menetapkan tujuan, mengidentifikasi kebutuhan
dan melaksanakan fungsi.
Menghargai sumbangan dan pencapaian besar dan kecil anggota keluarga dan
mendorong anggota keluarga untuk terus berusaha memperbaikinya
Bersatu dalam menjalankan aktivitas keluarga
Berkomunikasi secara efektif dan sentiasa menggalakkan sumbangan ide dan kritik
positif dari anggota
Mengamalkan praktek mendengarkan secara efektif terhadap masalah, kehendak,
kekecewaan, aspirasi, ketakutan dan harapan anggota keluarga dengan penuh
dukungan
Meluahkan pengukuhan dan dukungan terhadap dan sesama anggota keluarga

Ketahanan keluarga akan menjamin fungsi keluarga menjalani kehidupan sehari-hari.
Perpaduan dan interaksi nilai keluarga, keterampilan dan pola interaksi yang positif
menjadikan keluarga memiliki ketahanan dalam menghadapi sebarang persoalan, mampu
mengurus sumber, menyusun tujuan dan melihat tantangan sebagai peluang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan anggotaanggotanya.
KESIMPULAN
Keluarga sememangnya mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan
kepribadian dan mental yang sehat di dalam sesebuah masyarakat. Yang paling penting, di
kalangan anggota keluargalah kanak-kanak mula-mula sekali mengalami sosialisasi bagi
memenuhi keperluan masyarakat, dan bukanlah keperluan dirinya saja. Sesebuah masyarakat
tidak akan terbentuk sekiranya tiada institusi kekeluargaan. Keluarga akan terus wujud jika ia
disokong oleh masyarakat yang lebih besar kerana kedua-duanya saling memerlukan di antara
satu sama lain. Oleh itu, peranan orang tua amatlah penting dalam menghasilkan sebuah
keluarga yang sempurna dan sehat dari segi mental dan fisiknya.
Selain daripada institusi keluarga yang dapat membentuk kepribadian dan mental yang sehat
terdapat banyak lagi faktor yang lain bagi tujuan tersebut. Contohnya pengaruh dari rekan
sebaya dan sekolah seperti yang telah diterangkan. Selain itu terdapat banyak faktor lagi
seperti peranan media masa, perkembangan teknologi dan sebagainya juga dapat
mempengaruhi pembentukan kepribadian dan mental yang sehat di kalangan anggota
keluarga secara umumnya. Pembentukan diri atau kepribadian ini adalah dampak daripada
11

proses sosialisasi. Kepribadian merupakan satu sifat yang amat penting kerana ia akan
memberi impak terhadap masa depan seseorang. Sesebuah masyarakat bertanggungjawab
untuk melahirkan anggota masyarakat yang berkepribadian positif supaya dapat mewujudkan
kesejahteraan komuniti.
RUJUKAN
Adi Fahrudin. (1999). Komitmen profesional dikalangan pelajar kerja sosial di Indonesia (Professional
commitment among social work students’ in Indonesia). PhD Thesis (Social Work), Penang:
Institute of Postgraduate Studies, Universiti Sains Malaysia.
Adi Fahrudin. (1998). Pekerja (an) Sosial di Era Global. Artikel 13 Mei 1998 Harian Umum
Pikiran Rakyat. Bandung.
Cherlin, A. J. (1999). Public and Private Families: An Introduction (2nd Edition). Boston: McGrawHill College.
Dunst, C. J., Trivette, C. M. , & Deal, A.G. (1988). Supporting and strengthening families: Methods,
strategies and practice. Cambridge, MA: Brookline Books.
Franklin, C. (1995). Expanding the vision of the social constructionist debates: Creating
relevance for practioners. Family in Society, 76(7), 395-407.
Hendrix, L. (1997). Quality and equality in marriage: A cross-cultural view. Cross-Cultural
Research, 31(3), 201-214,
Kagitcibasi, C. (1996). Family and human development across cultures. New Jersey: Lawrence
Erlbaum Associates.
Nock, S. L. (1992). Sociology of the Family (2nd Edition). Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice
Hall.
Pardeck, J. T., Murphy, J. W., & Jung, M.C. (1994). Some implications of postmodernism for
social work practice. Social Work, 39, 343-345.
Parpart, J.L. & Marchand, M.H. (1995). Exploding the Canon: An Introduction/Conclusion.
Dalam Parpart, J. T. & Marchand, M.H. (ed.), Feminism Postmodernism Development.
New York: Routledge
Simon, W. (1996). Postmodern Sexualities. London: Routledge
Smith, H. (1989). Beyond the postmodern mind. New York: Columbia Press.
Ulanowsky, C. (Ed.). (1995). The Family in the Age of Biotechnology. Aldershot: Avebury.

12