Hukum Hak Asasi Manusia dan Demokrasi da

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
HUKUM, HAM, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

DOSEN PEMBIMBING :
M.Asroruddin Al Jumhari, S.Pd. M.Si.
KELAS SNT 11
KELOMPOK 3 (TIGA)
ANGGOTA : 1.Shoya Lestha Dewi
2. Dwi Puji Astuti
3. Lalu Jefri Haryadi
4. Haris Munandar

Jalan Majapahit No.62 Mataram 83125 Telp./Fax.(0370) 633603/650592/hp. :
081936756522

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

HALAMAN PENGESAHAN

Makalah yang berjudul “HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN
DEMOKRASI DALAM ISLAM.” ini telah disahkan pada :


TANGGAL

:

BULAN

: SEPTEMBER

TAHUN

: 2016

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

M.Asroruddin Al Jumhari, S.Pd. M.Si.

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kehendaknya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “HUKUM, HAK ASASI MANUSIA,
DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM.”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM.
Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan ini disampaikan rasa terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada :

1. M.Asroruddin Al Jumhari, S.Pd. M.Si. yang memberikan dan mengajarkan mata
pelajaran kurikulum ini.
2. Rekan–rekan dan semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, yang
telah banyak memberikan dorongan sehingga terwujud makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan
makalah lebih lanjut.
Akhir kata, semoga apa yang telah kami kerjakan ini dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang memerlukan.

Mataram,


September 2015

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

DAFTAR ISI
COVER..............................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iv
BAB I.................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.............................................................................................................5
Latar Belakang...............................................................................................................5
Tujuan............................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
Konsep Hukum,Hak Asasi Manusia dan Demokrasi.....................................................6
Pengertian Sumber Hukum Islam................................................................................12
Fungsi Hukum Islam dalam Kehidupan Bermasyarakat.............................................21
Kontribusi Umat Islam dalam Perumusan dan Penegakan Hukum Indonesia............24

BAB III............................................................................................................................29
PENUTUP.......................................................................................................................29
KESIMPULAN............................................................................................................29
DAFTAR PERTANYAAN..............................................................................................30
DAFTAR TANGGAPAN................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................32

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia, pada hakikatnya, secara kodrati di anugrahi hak-hak pokok
yang sama oleh Tuhan yang Maha Esa. Hak-hak pokok ini di sebut dengan hak
asasi manusia (HAM). Hak asasi manusia adalah sebagai anugrah Yang Maha
Esa, yang melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal, dan abadi,
selain itu perlu juga di telaah mengenai konsep HAM dalam islam. Dari sini
diharapkan akan terkuak mengenai HAM dalam pandangan universal maupun

dalam pandangan Islam. Selain itu, Demokrasi dalam Islam sangat berkaitan
dengan HAM, karna adanya ketergantungan diantara keduanya.
Di Indonesia, sudah tidak asing lagi kita mendengar kata DEMOKRASI.
Demokrasi biasa di artikan dengan pemerintahan dari rakyat,oleh rakyat dan
untuk rakyat. tetapi pada dasarnya ditetapkan oleh Allah swt melalui wahyu-Nya
yang kini terdapat dalam al-Qur’an dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW
sebagai Rasul-Nya melalui sunnah beliau yang kini terhimpun dengan baik
dalam kitab-kitab hadist. Ulasan lebih lanjut tentang hukum, hak asasi manusia
dan demokrasi dalam Islam akan dilanjutkan pada BAB Pembahasan pada
makalah ini.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana system demokrsi dalam Islam,serta untuk
lebih mengenal Hak Asasi Manusia dalam pandangan islam, melalui sumbersumber hukum Islam.
2. Dapat mengaplikasikan manfaat atau tujuan islam

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Hukum,Hak Asasi Manusia dan Demokrasi
 Konsepsi Hukum Islam
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian
dari agama Islam. Konsepsi hukum Islam memiliki dasar kerangka yang
ditetapkan oleh Allah swt. Hukum itu tidak hanya mengatur hubungan
manusia dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat,tetapi juga
hubungan manusia dengan Tuhan,hubungan manusia dengan dirinya
sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat dan
hubungan manusia dengan benda serta alam sekitarnya.
Hukum dalam bahasa arab artinya norma atau kaidah, yakni
ukuran, patokan, pedoman yang dipergunakan untuk menilai tingkah
laku atau perbuatan manusia dan benda
Berbeda dengan sistem hukum yang lain, hukum islam tidak
hanya merupakam hasil pemikiran yang dipengaruhi oleh kebudayaan
manusia di suatu tempat pada suatu masa, tetapi pada dasarnya
ditetapkan oleh Allah swt melalui wahyu-Nya yang kini terdapat dalam
al-Qur’an dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya
melalui sunnah beliau yang kini terhimpun dengan baik dalam kitabkitab hadist.
Dasar inilah yang membedakan hukum Islam secara fundamental
dengan hukum-hukum lain yang semata-mata lahir dari kebiasaan dan

hasil pemikiran atau buatan manusia belaka. Dalam masyarakat
Indonesia berkembaang berbagai macam istilah, di mana istilah satu
dengan lainnya mempunyai persamaan dan sekaligus juga mempunyai
perbedaan. Istilah-istilah tersebut adalah syari’at Islam,fikih Islam, dan
hukum Islam.

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

 Konsep Hak Asasi Manusia Dalam Islam dan Demokrasi
Menurut Jan Materson dari Komisi Hak Asasi Manusia PBB, Hak
Asasi Manusia adalah hak-hak yang melekat pada manusia, yang tanpa
dengannya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. Kalimat
mustahil diartikan mustahil dapat hidup sebagai manusia yang
bertanggung jawab. Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta (hak-hak yang bersifat
kodrati). Oleh karena itu, tidak ada kekuasaan apapun didunia ini yang
dapat mencabutnya. Meskipun demikian, bukan berarti manusia dapat
beratindak semaunya,sebab bila seseorang melakukan sesuatu yang
dikatagorikan


memaksakan

kehendaknya,

maka

ia

harus

mempertanggung jawabkannya.
Para pakar Eropa berpendapat bahwa, lahirnya HAM dimulai
dengan lahirnya Magna Charta 1215 M di Inggris yang antara lain
mencanangkan bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasan absolute
(raja yang menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak terikat dengan
hukum), menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat dimintai
pertanggung jawabannya dimuka hukum. Dari sinilah lahir dokrin raja
yang tidak kebal terhadap hukum lagi dan mulai bertanggung jawab
kepada hukum. Dengan demikian kekuasaan raja mulai dibatasi dan
kondisi ini merupakan embrio bagi lahirnya monarkhi konstitusional

yang berintikan kekuasaan raja hanya sebagai simbol.
Lahirnya Magna Charta diikuti dengan lahirnya Bill of Rights di
Inggris pada tahun 1689. Pada saat itu mulai ada Adagium yang
berintikan bahwa manusia sama di muka hukum. Adagium ini
memperkuat dorongan timbulnya demokrasi dan negara hukum.
Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The
American Declaration of Independence yang lahir dari paham Rousseu
dan Montesquieu. Selanjutnya pada tahun 1789 lahir pula The France
Declaration dan kemudian melahirkan The Rule of Law. Semua hak-hak

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

yang ada dalam berbagai instrument HAM tersebut kemudian dijadikan
dasar pemikiran untuk melahirkan rumusan HAM yang bersifat
Universal yang kemudian dikenal dengan The Universal Declaration Of
Human Rights yang disyahkan dengan PBB pada tahun 1948.
 Perbedaan Prinsip Antara Konsep HAM dalam Islam dan Barat
Ada beberapa perbedaan antara hak-hak asasi manusia dilihat dari
sudut pandang Barat dan Islam. Hak asasi manusia menurut pemikiran
Barat semata-mata bersifat antroposentris, artinya segala sesuatu

berpusat pada manusia. Sebaliknya, hakasasi manusia menurut sudut
pandang Islam bersifat teosentris, artinya segala sesuatu berpusat pada
Tuhan.
Pemikiran Barat menempatkan manusia pada posisi bahwa
manusialah yang menjadi tolok ukur segala sesuatu, sedangkan dalam
Islam Allah-lah yang menjadi tolok ukur segala sesuatu, sedangkan
manusia adalah ciptaan Allah untuk mengabdi kepada-Nya. Namun,
menurut ajaran islam, manusia mengakui hak-hak dari manusia
lain,karena hal ini merupakan sebuah kewajiban yang disebabkan oleh
hukum agama untuk mematuhi Allah swt. Oleh karena itu, hak asasi
manusia dalam Islam tidak semata-mata menekankan kepada hak asasi
manusia saja, akan tetapi hak-hak itu dilandasi kewajiban asasi manusia
untuk mengabdi kepada Allah sebagai penciptanya. Sebagaimana
dinyatakan secara tegas dalam QS.51 : al-Dzariyat : 56.
‫ت مومما‬
‫لجي مقعبتتدون جإل مواجلنمس ال قجج نمن مخل مقق ت‬
Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melaikan
supaya mereka menyembahku.”
Oleh karena itu manusia mempunyai kewajiban untuk mengikuti
ketentuan-ketentuan yang diciptakan oleh Allah SWT.

Kewajiban yang diperintahkan kepada manusia dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu huququllah (hak-hak Allah) dan huququl ‘ibad (hak-hak
manusia).

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

Prinsip-prinsip HAM yang tercantum dalam Universal Declaration of
Human Rights dilukiskan dalam berbagai ayat. Apabila prinsip-prinsip human
rights yang terdapat dalam Universal Declaration of Human Rights
dibandingkan dengan HAM yang terdapat dalam ajaran Islam, maka dalam alQur’an dan al-Sunnah akan dijumpai antara lain, prinsip-prinsip human rights
berikut :
a. Prinsip Martabat Manusia
Prinsip-prinsip al-Qur’an yang telah menempatkan manusia pada
martabat yang tinggi dan mulia dapat dibandingkan dengan prinsip-prinsip
yang digariskan dalam Universal Declaration of Human Rights, seperti yang
tertera dalam surah al-Isra’ : 33 yang dibandingkan dengan pasal 1 dan pasal
3 dalam human rights.
b. Prinsip Persamaan
Pada dasarnya semua manusia sama, karena semuanya adalah hamba
Allah. Hanya satu criteria (ukuran) yang dapat membuat seseorang lebih
tinggi derajadnya dari yang lain, yakni ketakwaanya (QS.49 : al-Hujurat :
13). Prinsip persamaan ini dalam Universal Declaration of Human Rights
terdapat dalam pasal 6 dan pasal 7.
c. Prinsip Kebasan Menyatakan Pendapat
Al-Qur’an memerintahkan kepada manusia agar berani menggunakan
akal pikiran mereka terutama untuk menyatakan pendapat merek ayang
benar. Hak untuk menyatakan pendapat dengan bebas dinyatakan dalam
Universal Declaration of Human Rights pasal 19.
d. Prinsip Kebebasan Beragama
Prinsip kebebasan beragama ini dengan jelas disebutkan dalam QS.2 alBaqarah : 256

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

Artinya : “ tidak ada paksaan untuk ( memasuki) agama (Islam);
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karen
aitu barang siapa yang ingkar kepada Thagnut dan beriman kepada Allah,
maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat
yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”
Prinsip ini mengandung makna bahwa manusia sepenuhnya mempunyai
kebebasan untuk menganut suatu kayakinan atau kaidah agama yang
disenanginya.
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa agama Islam sangat
menjunjung tinggi kebebasan beragama. Hal ini sejalan dengan pasal 18 dari
Universal Declaration of Human Rights, yang berbunyi : Setiap orang
berhak mempunyai kebebasan berpikir, keinsyafan batin, dan beragama....
e. Prinsip Hak Atas Jaminan Sosial
Di dalam al-Qur’an banyak dijumpai ayat-ayat yang menjamin tingkat
dan kualitas hidup minimum bagi seluruh masyarakat. Ajaran tersebut antara
lain adalah kehidupan fakir miskin harus diperhatikan oleh masyarakat,terutama
oleh mereka yang punya kekayaan tidak boleh dinikamati dan hanya berputar
diantara orang-orang kaya saja. Jaminan sosial itu harus diberikan, sekurangkurangnya kepada mereka yang disebut dalam al-Qur’an sebagai pihak-pihak
yang berhak atas jaminan sosial (QS.2 al-Baqarah:273).
Apabila jaminan sosial yang ada dalam al-Qur’an diperhatikan, jelas
sesuai dengan pasal 22 dari Universal Declaration of Human Rights, yang
bunyinya : “ Setiap orang sebagai anggota masyarakat mempunyai hak atas
jaminan sosial...
f. Prinsip Hak Atas Harta Benda
Dalam hukum Islam, hak milik seseorang sangat dijunjung tinggi. Sesuai
dengan harkat dan martabat, jaminan dan perlindungan terhadap milik
seseorang merupakan kewajiban penguasa. Oleh karena itu, siapapun juga
bahkan penguasa sekalipun, tidak diperbolehkan merampas hak milik orang

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

lain, kecuali untuk kepentingan umum, menurut tata cara yang telah
ditentukan terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan pasal 17 dari Universal
Declaration of Human Rights, yang bunyinya (1) Setiap orang berhak
mempunyai hak milik, baik sendiri maupun bersama dengan orang lain. (2)
Tidak seorangpun hak miliknya boleh dirampas dengan swenang-wenang.

B. Pengertian Sumber Hukum Islam
Dalam pembagian usul fiqih, sumber-sumber hukum islam di sebut
masdirul ahkam. Beberapa istilah lain yang diberi pengertian

sama adalah

addilatul ahkam (dalil-dalil hukum). Yang dimaksud dengan sumber hukum
islam adalah:
‘’ sesuatu yang dipakai untuk menunjukkan sumber syara yang berkaitan
dengan perbuatan manusia melalui jalan yang qat’i ataupun zanni.”
Sumber-sumber hukum islam dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian.
Pertama,sumber hukum islam di pandang dari sisi kesepakatan para ulama
dalam menetapkan sumber hukum. Kedua,sumber-sumber yang dikaitkan pada
sumber pokok (masadittabiyah) ,namun arra’yu atau yang berupa dalil ijtihadi,
seperti ijma’,qiyas,istishan, istishab,masalahah muralahh, ‘urf, sahabi, syarau’
man qoblana, dan sadduz sarra’i.

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

Berdasakan cara pengambilan atau perujukan hukum, sumber hukum
islam dapat di bagi menjadi dua bagian. Pertama, sumber-sumber hukum yang di
rujuk secara naqli, yakni berdasarkan al-quran dan hadist. Kedua, sumberseumber hukum yang di rujujk secara aqli, yakni berdasarkan qiyas.
 Sumber hukum yang disepakati dan tidak disepakati ulama
Para ulama sepakat bahwa sumber hukum islam ada 4, yaitu alqur’an, hadist, ijma, dan qiyas. Sumber hukum yang tidak disepakati dan
masih

menimbulkan

perdebatan

para

ulama

antara

lain,

istihan,istihab,maslahah mursalah,uruf,syar’u man qablana,dan sadduz
sarra’i.
1. Sumber hukum islam yang dispakati ulama
 Al-qur’an
Menurut bahasa al-qur’an berasal dari qara’a,yaqra’u,
qur’an yang berarti bacaan atau yang dibaca. Dari pengertian
ini, para ulama memberikan batasan terhadap istilah bacaan,
kumpulan dan himpunan huruf serta kata pada bagian ke
bagian dalam suatu sistematika yaitu (al-jam’u wad dammul
huruf wal kalima ba’duha ila ba’din fii tartibi).
Menurut istilah al-qur’an adalah sebagai berikut
“al-qur’an adalah kalam allah yang merupakan mukjizat,
yang diturunkan kepada nabi muhammad saw. Yang ditulis
dalam mushab yang berbahasa arab, yang telah di nukilkan
kepada kita dengan jalan muttawattir, yang dimulai dengan
surah al-fatihah diakhiri dengan surah an-nas, dan yang
membacanya sebagai ibadah.”
Berdasarkan pengertian di atas , al-quran merupakan
mushaf yang nashnya menggunakan bahasa arab, maka
terjemahan al-quran bukan merupakn al-quran. Tulisan
berbahasa arab pada mushab sebelum alfatihah atau sesudah
surah annas, tidak bias di sebut al-qur’an , termasuk al-

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

mufahrasy (daftar isi) dan do’a khatmil qu’an, sekalipun
menempatkkannya pada bagian tersebut di benarkan .
Al-qur’an di turunkan oleh allah kepada nabi muhammad
saw. Sebagai petunjuk dan menjadi pedoman hidup bagi
seluruh umat manusia untuk mencapai keselamatan di dunia
dan akhirat. Al-qu’an member penjelasan terhadap segala
keperluan manusia. Tidak ada staupun tata aturan yang di
butuhkan umat manusia yang tidak terdapat pokok-pokoknya
di dalam al-qur’an.oleh karna itu,para mujtahid terlebih
dahulu memperhatikan al-qur’an sebelum sumber-sumber
yang lain jika hendak menetapkan suatu hukum.
Dari sudut ini, al-qur’an bias dikatakan sebagai kitab
undang-undang yang mencakup (jami’), karna tak ada
penyelesaian masalah hukum yang tidak di temukan
rujukannya pada al-qur’an. Hal ini sebagaimana di jelaskan
oleh allah dengan firmannya sebagai berikut
“tidak ada sesustu apapun yang kami luptkan di dalam
kitab, kemudian kepada tuhan mereka di kumpulkan”.( al
anam/6:38)
Ibnu hazam berkata:
“segala bab fiqih terdapat dasarnya dalam al-qur’an dan
sunnah”.
Sejalan dengan itu al-qur’an memperkenalkan hukumhukum yang di kandungnya secara kulli (global) yang
dimaksud dengan kulli adalah bahwa ketetapan hukum yang
dikandung

al-qur’an dapat mencakup berbagai masalah

hukum yang terjadi. Sebagai dasar dari segala dasr hukum
(masdar min masadirul ahkam), kandngan hukum al-qur’an
kebanyakan bersifat ijmali, bukan juzz’i. Beristinbat hukum
dari al-qur’an di perlukan kecakapan tertentu untuk
menemukan dalil lain yang dapat menjelaskkannya secara
lebih rinci (tafsili) atau dengan menggunakan cara-cara yang

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

benar untuk menarik kesimpulan (istimbat) hukum dari nash
al-qur’an itu.
Diantara ayat al-qur’an, ada yang merupakan penjelas
bagi ayat-ayat yang lainnya. Ada juga yang dijelaskan oleh as
sunnah,

sebagaiman

ditunjukkan

dalam

firman

allah

swt,berikut.
“dan kami turunkan az-zikr (al-qur’an) kepadamu, agar
engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah di
turunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan.” (qs


an-nahl/16: 44)
As-sunnah
As-sunnah menurut bahasa artinya jalan atau cara .
Menurut istilah syarak,as-sunnah ialah:
“perkataan, perbuatan,dan ketetapan nabi saw.”

Berdasarkan pengertin diatas, maka as-sunnah dapat diklasifikasikan menjadi
tiga , yaitu sebagai berikut.
1. Sunnah qauliyah, yaitu sunnah yang berupa perkataan nabi saw.
2. Sunnah fi’liyah, yaitu sunnah yang berupa perbuatan nabi saw.
Misalnya ketika menerangkan cara melksanakan ibadah,seperti
haji, sholat dan lain-lain.
3. Sunnah taqririyah, adalah ketetapan nabi saw. Dengan cara beliau
diam ketika melihat perbuatan para sahabat. Perkataan atau
perbuatan yang di diamkan oleh rasulullah ini dapat menjadi
hujjah bagi umat seluruhnya.
Selain tiga klasifikasi tersebut, para ulama,khususnya ulama fiqih juga
menambahkan dua macam sunnah yang lainnya,yakni sebgai berikut.
1. Sunnah hammiyah,adalah sunah yang sudah diniatkan oleh
nabi saw.tetapi tidak jadi dikerjakan. Contohnya,nabi ingin
berpuasa pada tanggal 9 muharram, tetapi tidak jadi, karena
beliau wafat sebelum tanggal itu, maka sebagian ulam

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

menganggap bahwa puasa pada tanggal 9 muharram
hukumnya sunnah.
2. Sunnah tarkiyah,adalah suatu perbuatan yang dengan jelas
para sahabat menerangkan nabi saw. Meninggalkan perbuatan
itu ,sperti perkataan sahabat bahwa nabi saw, tidak
memnadikan para syuhada uhud dan tidak menyalatkannya.

Sebagai sumber hukum islam kedua setelah al-qur’an, ketetapan hukum assunnah memiliki kedudukan sebagai berikut.
1. Sebagai penguat yang mengukuhkan hukum al-qur’an
2. Sebagai penjelas yang bertujun merinci ketetapan hukum alqur’an yang msih bersifat global.
3. Sebagai ketetapan tambahan atas ketentuan hukum al-qur’an.
4. Berdiri sendiri sebagai tasyri’ (pembentukan hukum
tesendiri ,seperti hadist yang mengharamkan menikahi
(berpologami) dengan bibi istrinya.


Ar-ra’yu
Sebagaiman dijelskan di atas bahwa sumber pokok hukum
islam adalah al-qur’an dan as-sunnah. Artinya,dalam proses
penetapannya,hukum islam merujuk secara ketat pada

petunjuk-petunjuk nas al-qur’an dan as-sunnah.
Adillatul ahkam yang lain setelah dalil naqli atau di sebut juga denan
ar-ra’yu (pemikiran atau pendapat). Dalil aqli atau ar-ra’yu adalah
pertimbangan akal sebagai dasar dalam prose pembentukkan atau
pnetapan hukum islam dengan tetap berpijak pada dalil naqli.


Qiyas
Menurut

bahasa

qiyas

adalah

menyamakan,

membandingkan, atau mengukur , seperti menymaknan si
fulan dengan si fulanah, krna kedua orang iu mempunyai

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

tinggi badan yang sama. Qiyaas memiliki arti terminologi
yakni:
“ qiyas adalah menghbungkan suatu kejadian yang tidak
ada nasnya tentang hukum dengan kejadian yang sudah ad
nas hukumnya, mengenai hukum yang ada pada nas itu
karena ada persamaan ilat hukum dua kejadian tersebut. “
Definisi diatas menunjkkan bahwa syarat yang harus
dipenuhi untuk terciptannya qiyas adalah sebagai berikut.
a. Al-asl (pokok), yaitu masalah atau kejadian yang telah
ditetapkan hukumnya berdsarkan nas al-qur’an.
b. Al-far’u (cbang), yaitu suatu peristiwa yang elum di tetapkan
hukumnya karna tidak ada nas yang dapat djadikan sebagai
dasar hukum.
c. Hukum asl (hukum asal), yaitu hukum dari asal yang telah
ditetapkan berdasarkan nas dan hkum itu pula yang akan
ditetapkan pada far’u seandainya ada persamaan ‘illat.
d. Illtaul hukum (motif hukum), yaitu alasan

yang

menghubungkan antara hukum asal dan hukum cabang.
 Sebab-sebab dilakukan qiyas
a. Karna adanya persoalan-pesolan yang harus di tentukan
kejelasan hkumnya, sementara didalam nas al-qur’n dan assunnah tidak ditemukan hukumnya dan belum ada ijma’
b. Karena dalil nas, baik berupa al-qur’an maupun as-sunnah
tidak menyebutkan secara rinci
c. Karna adanya persamaan ‘illat antara peristiwa yang belum
ada hukumnya dengan peristiwa yang hukumnya sudah di
tentukan oleh nas.
2. Sumber hukum islam yang tidak disepakati ulama
a. Istishan
Istishan menurut bahasa berarti menganggap baik atau
mencari yang baik. Istishan menurut ulama usul fiqih ialah
meningalkan hukum yang kuat yang telah ditetapkan pada

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

suatu kejadian berdasarkan dalil syarak, menuju hukum lain
yang lebih kuat dari kejadian itu juga,karna ada suatu dalil
syarak yang mengharuskanuntuk mennggalkannya. Dalil
yang terakhir di sebut sandaran istishan. Macam-macam


istishan :
Pindah dari jali kepada qiyas khafi,karna ada dalil yang



mengharuskan pemindahan itu.
Pindah dari hukum kulli kepada hukum juz’i,karna adanya
dalil yang mengharuskannya. Istishan macam ini oleh sahabi
hanafi disebut istishan darurat,karna penyimpangan tu
dilakukan atas dasar kepentingan atau karna darurat.

b. Istishab
Secara bahasa istishab berarti mencari hubungan yang
otoritas atau bukti tertentu, bebas dari kewjiban, misalnya
sesuatu itu diakui sampai dipastikan adanya pertentangan.
Sedangkan menurut istilah, istishab adalah
“ menetapkan hukum yang berlaku pada mas lalu untuk
keberlakuan masa sekarang, karna tidak adanya pengetahuan
yang merubahnya.”
Contoh istishab :
 Orang yang sudah berwudhu,kemudian ia ragu apakah
maih

tetap

suci

ataukah

sudah

batal.

Maka

berdasarkan dalil istishab ia masih dalam keadaan


suci.
Semua binatag laut, darat, dan udara halal dimakan,
sehingga datang kejelasan tentang keharamannya
seperti halnya penharaman babi.

c. Maslahah mursalah
Maslahah musalah

adalah

menetapkan

ketentuan-

ketentuan hukum yang tidak disebutkakn sama sekali di

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

dalam nas al-qur’an maupun as-sunnah atas petrtimbangan
mewujudkan kemaslahatan dan menolak kemudoratan.
Mursalah dalam hukum islam dibagi menjadi dua,yaitu
sebagai berikut :
 Mursalah mu’tabarah, yaitu kemaslahatan yang


sudah diakui dalam islam,.
Maslahah mursalah, yaitu kemasalahatan yang
diakunya setelah teradi pperistiwa-peristiwa baru
setelah wafatnya nabi muhammad saw.

Contoh maslahah mursalah diantara contoh maslahah
mursalah ialah usaha abu bakar dal mengupulkan alqur’an yang terkenal dengan jam’ul qur’an.
d. ‘urf
Menurut bahasa ‘urf berarti sudah dikenal, atau
kebiasaan,bahkan adat dan tradisi. Al-gazali menyebutkan
bahwa ‘urf adalah sebagai berikut.
“ adat da ‘uruf adalah sesuatu yang telajh menjadi mantap
atau mapan didalam jiwa dari segi akal dan telah dapat
diterima oleh watak-watak yang sha dan baik.”
e. Syar’u man qoblana
Syar’u man qoblana berarti syariat umat sebelum kita.
Menurut istilah, syar’u man qoblana adlah syariat umat-umat
sebelum nabi muhammad saw. Yang dikisahkan dalam alqur’an ataupun hadist shahih.
f. Syadduz zara’i
Menurut bahasa syadduz zara’i merupakan kata frase
yang terdiri dari kata syaddu yang berarti menutup, dan zara’i
yang berarti jalan. Dengan demikian syaddu zara’i berarti
menutup jalan. Syadduz zara’i menurut istilah adalah sebagai
berikut.

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

“ masalah yang tampakknya diperbolehkan, tetapi
medatangkan perbuatan haram dan masalah itu membawa
kerusakan.”
Contoh syaddu

zara’i

adalah

misalnya

kewjiban

melaksanakan sholat yang lima waktu,seseorang baru dapat
mengerjakan sholat itu apabila telah belajar salat terdahulu.
g. Mazab sahabi
Mazb sahabi adalah fatwa-fatwa para sahabat tentang
masalah-maslah hukum yang ditetapkan setelah wafatnya
rasulullah saw.
Contoh mazab sahabi :
 Pembagian harta waris kepada nenek sebanyak


seperenam
Ibn mas’ud yang meriwatkan tentang waktu
minimal masa haid bagi wanita dan keteranagan
aisyah tentang waktu kehamilan yang tidak lebih
dari 2 tahun.

C. Fungsi Hukum Islam dalam Kehidupan Bermasyarakat
Hukum islam memiliki ruang lingkup yang sangatlah luas,hukum islam
mengatur

antara

manusia

dengan

tuhannya,manusia

dengan

dirinya

sendiri,manusia dengan manusia lainnya,serta manusia dengan lingkungannya.
Dalam Al Qur’an cukup banyak ayat-ayat yang terkait dengan masalah
pemenuhan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia,serta larangan bagi
seorang muslim untuk melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Bagi setiap
orang ada kewajiban untuk mentaati hukum yang terdapat dalam Al Qur’an dan

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

Hadits. Peranan hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya
cukup banyak,namun sekarang kebanyakan orang dalam negara yang non islam
namun mayoritas masyarakatnya islam seperti negara kita Indonesia,
beranggapan bahwa hukum islam terlalu keras atau bahkan tidak ada
keringanannya,tentunya disini yang dimaksud terutama adalah hukum Qishash.
Hukum qishash mengacu pada dalil al-Quran surat al-Baqarah ayat 178.
“Wahai orang-orang yang beriman, qishash diwajibkan atasmu
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh”.
Al-Quran tidak menyebut hukum yang dijatuhkan atas pembunuh dengan
nama hukum mati atau hukum gantung, atau hukum bunuh. Namun
menyebutnya dengan hukum yang sebanding atau setimpal dengan perbuatan
(qishash).hal itu telah diperjelas oleh Allah dalam Al Quran,yaitu pada surah Al
baqarah ayat 179,yang berbunyi:
“Dan dalam qishas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu,
wahai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (QS. al-Baqarah:
179).
Karena sangat penting arti hidup ini bagi manusia,Allah memandang
bahwa melenyapkan hidup seseorang tanpa hak sama artinya melenyapkan
semua manusia,karena orang itu adalah anggota masyarakat dan karena
membunuh

seseorang

itu

berarti

membunuh

keturunannya.sebaliknya

menyelamatkan kehidupan seseorang manusia berarti telah menyelamatkan
semua kehidupan manusia.
Qishas tidaklah selalu berujung kematian dalam penerapannya,hal itu
perlu diperjelas,karena anggapan sebagian orang bahwa qishash itu adalah
hukuman mati saja, itu tentunya karena kurangnya pengetahuan dan rasa ingin
tahu kita dalam hukum islam dan hanya ikut-ikutan (taqlid) tanpa tahu dasar dan
tujuan

penerapannya,namun

hanya

mengikuti

anggapan

orang

yang

didengarnya.Qishash bukan berujung kematian saja,hal itu telah dikatakan dalam
sebuah hadits:
“Barangsiapa yang menjadi keluarga korban terbunuh maka ia memilih
dua pilihan, bisa memilih memaafkannya dan bisa membunuhnya” (HR. atTirmidzi).

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

Berdasarkan contoh lain dalam pemanfaatan hukum islam adalah
a. Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Hukum Islam sebagai hukum yang ditunjukkan untuk mengatur
hidup dan kehidupan umat manusia, jelas dalam praktik akan selalu
bersentuhan

dengan

masyarakat.

Sebagai

contoh,

proses

pengharaman riba dan khamar, jelas menunjukkan adanya keterkaitan
penetapan hukum Allah dengan subyek dan obyek hukum. Penetap
hukum tidak pernah mengubah atau memberikan toleransi dalam hal
proses pengharamannya. Riba atau khamar tidak diharamkan
sekaligus, tetapi secara bertahap agar bisa cepat diterima dan dipatuhi
berdasarkan hati nurani atau kesadaran penuh.
Ketika suatu hukum lahir, yang terpenting adalah bagaimana agar
hukum tersebut dipatuhi dan dilaksanakan dengan kesadaran penuh.
Penetap hukum sangat mengetahui situasi dan manfaat kalau riba dan
khamar diharamkan sekaligus bagi masyarakat pecandu riba dan
khamar. Dari sini kita bisa tahu bahwa hukum Islam berfungsi
sebagai salah satu sarana pengendali sosial.
Hukum Islam juga memperhatikan kondisi masyarakat agar
hukum tidak dilecehkan dan tali kendali terlepas sehingga terlihat
jelas perbedaan manusia dengan binatang yang tak memiliki hukum.
Secara langsung, akibat buruk riba dan khamar memang hanya
menimpa pelakunya. Namun secara tidak langsung, lingkungannya
ikut terancam bahaya tersebut. Oleh karena itu, kita dapat
memahami,

fungsi

kontrol

yang

dilakukan

lewat

tahapan

pengharaman riba dan khamar. Fungsi ini dapat disebut amar ma’ruf
nahi munkar. Dari fungsi inilah dapat dicapai tujuan hukum Islam,
yakni

mendatangkan

kemaslahatan

dan

menghindarkan

kemudharatan, baik di dunia lebih-lebih di akhirat nantinya.
b. Fungsi Ibadah
Fungsi utama hukum Islam adalah untuk beribadah kepada Allah
SWT. Hukum Islam adalah ajaran Allah yang harus dipatuhi umat

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

manusia, dan kepatuhannya merupakan ibadah yang sekaligus juga
merupakan indikasi keimanan seseorang
Fungsi hukum Islam selanjutnya adalah sebagai sarana untuk
mengatur sebaik mungkin dan memperlancar proses interaksi sosial,
sehingga terwujudlah masyarakat yang harmonis, aman,rukun, dan
sejahtera. Dalam hal-hal tertentu, hukum Islam menetapkan aturan
yang cukup rinci dan detail sebagaimana terlihat dalam hukum yang
berkenaan dengan masalah yang lain.

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

D. Kontribusi Umat Islam dalam Perumusan dan Penegakan
Hukum Indonesia
Beberapa kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hukum
indonesia,yaitu:
1. Lahirnya`UUD`1945
Peranan Umat Islam dalam Mempersiapkan dan Meletakkan
Dasar-dasar

Indonesia

Merdeka.Dalam

upaya

mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia, tidak disangsikan lagi peran kaum muslimin
terutama para ulama. Mereka berkiprah dalam BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dibentuk
tanggal 1 maret 1945. Lebih jelas lagi ketika Badan ini membentuk
panitia kecil yang bertugas merumuskan tujuan dan maksud
didirikannya negara Indonesia.
Panitia terdiri dari 9 orang yang semuanya adalah muslim atau
para ulama kecuali satu orang beragama Kristen. Meski dalam
persidangan-persidangan merumuskan dasar negara Indonesia terjadi
banyak pertentangan antar (mengutip istilah Endang Saefudin Ansori
dalam bukunya Piagam Jakarta) kelompok nasionalis Islamis dan
kelompok nasionalis sekuler. Kelompok Nasionalis Islamis antara lain
KH. Abdul Kahar Muzakir, H. Agus Salim, KH.Wahid Hasyim, Ki
Bagus dan Abi Kusno menginginkan agar Islam dijadikan dasar
negara Indonesia.
Sedangkan kelompok nasionalis sekuler dibawah pimpinan
Soekarno menginginkan negara Indonesia yang akan dibentuk itu
netral dari agama. Namun Akhirnya terjadi sebuah kompromi antara

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

kedua kelompok sehingga melahirkan sebuah rumusan yang dikenal
dengan Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, yang berbunyi :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

2.

Lahirnya Perkawinan
Kepentingan negara dan kepentingan perempuan.M. Syura’i,
S.H.I. dalam tulisannya tanggal 6 November 2010 yang berjudul
“Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan”
menjelaskan bahwa Kelahiran Undang-undang perkawinan telah
mengalami rentetan sejarah yang cukup panjang. Bermula dari
kesadaran kaum perempuan Islam akan hak-haknya yang merasa
dikebiri oleh dominasi pemahaman fikih klasik atau konvensional
yang telah mendapat pengakuan hukum, mereka merefleksikan hal
tersebut dalam pertemuan-pertemuan yang kelak menjadi embrio
lahirnya Undang-Undang Perkawinan. Arso Sosroatmojo mencatat
bahwa pada rentang waktu 1928 kongres perempuan Indonesia telah
mengadakan forum yang membahas tentang keburukan-keburukan

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

yang terjadi dalam perkawinan di kalangan umat Islam. Hal tersebut
juga pernah dibicarakan pada dewan rakyat (volksraad).
Umat Islam waktu itu mendesak DPR agar secepatnya
mengundangkan RUU tentang Pokok-Pokok Perkawinan bagi umat
Islam, namun usaha tersebut menurut Arso Sosroatmodjo tidak
berhasil.Simposium Ikatan Sarjana Wanita Indonesia (ISWI) pada
tanggal 1972 menyarankan agar supaya PP ISWI memperjuangkan
tentang

Undang-Undang

Perkawinan.

Selanjutnya

organisasi

Mahasiswa yang ikut ambil bagian dalam perjuangan RUU
Perkawinan Umat Islam yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
yang telah mengadakan diskusi panel pada tanggal 11 Februari 1973.
Akhirnya setelah bekerja keras, pemerintah dapat menyiapkan
sebuah RUU baru. Tanggal 31 Juli 1973 pemerintah menyampaikan
RUU tentang Perkawinan yang baru kepada DPR, yang terdiri dari 15
(lima belas) bab dan 73 (tujuh puluh tiga) pasal. RUU ini mempunyai
tiga tujuan, yaitu memberikan kepastian hukum bagi masalah-masalah
perkawinan sebab sebelum adanya undang-undang maka perkawinan
hanya bersifat judge made law, untuk melindungi hak-hak kaum
wanita sekaligus memenuhi keinginan dan harapan kaum wanita serta
menciptakan Undang-undang yang sesuai dengan tuntutan zaman.
Secara

bersamaan,

untuk

memecahkan

kebuntuan

antara

pemerintah dan DPR diadakan lobi-lobi antara fraksi-fraksi dengan
pemerintah. Antara fraksi ABRI dan Fraksi PPP dicapai suatu
kesepakatanantara lain:
1.

Hukum agama Islam dalam perkawinan tidak akan dikurangi atau
ditambah;

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

2.

Sebagai konsekuensi dari poin pertama itu, maka hal-hal yang telah
ada dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1964 dan Undangundang Nomor 14 Tahun 1970 tetap dijamin kelangsungannya dan
tidak akan diadakan perubahan.

3.

Lahirnya Peradilan Agama
Peradilan Islam di Indonesia yang kemudian dikenal dengan
istilah Peradilan Agama telah ada dan dikenal jauh sebelum
Indonesia merdeka. Peradilan Agama ada dan seiring dengan
perkembangan kelompok masyarakat di kala itu, yang kemudian
memperoleh bentuk-bentuk ketatanegaraan yang sempurna dalam
kerajaan Islam. Hal ini diperoleh karena masyarakat Islam sebagai
salah satu komponen anggota masyarakat adalah orang yang paling
taat

hukum,

baik

secara

perorangan

maupun

secara

kelompok.Perjalanan lembaga Peradilan.
Agama hingga era satu atap ini mengalami pasang surut dan
tantangan yang sangat berat, baik secara kelembagaan maupun
secara konstitusional. Lahirnya Undang-undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan memperkokoh keberadaan pengadilan
agama. Di dalam undang-undang ini tidak ada ketentuan yang
bertentangan dengan ajaran Islam. Pasa12 ayat (1) undang-undang
ini semakin memperteguh pelaksanaan ajaran Islam (Hukum
Islam).
Suasana cerah kembali mewarnai perkembangan peradilan agama
di Indonesia dengan keluarnya Undang- undang Nomor 7 Tahun
1989 tentang Peradilan Agama yang telah memberikan landasan
untuk mewujudkan peradilan agama yang mandiri, sederajat dan
memantapkan serta mensejajarkan kedudukan peradilan agama
dengan lingkungan peradilan lainnya.

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

Dalam sejarah perkembangannya, personil peradilan agama sejak
dulu selalu dipegang oleh para ulama yang disegani yang menjadi
panutan masyarakat sekelilingnya. Hal itu sudah dapat dilihat sejak
dari proses pertumbuhan peradilan agama sebagai-mana disebut di
atas. Pada masa kerajaan-kerajaan Islam, penghulu keraton sebagai
pemimpin keagamaan Islam di lingkungan keraton yang membantu
tug as raja di bidang keagamaan yang bersumber dari ajaran Islam,
berasal dari ulama seperti KaBjeng Penghulu Tafsir Anom IV pada
Kesunanan Surakarta. Ia pemah mendapat tugas untuk membuka
Madrasah Mambaul Ulum pada tahun 1905. Namun sejak tahun
1970-an, perekrutan tenaga personil di lingkungan peradilan agama
khususnya untuk tenaga hakim dan kepaniteraan mulai diambil dati
alumni lAIN dan perguruan tinggi agama.
Dari uraian singkat tentang sejarah perkembangan peradilan
agama tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa peradilan agama
bercita-cita untuk dapat memberikan pengayoman dan pelayanan
hukum kepada masyarakat.

4. Pengelolaan Zakat
Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan
Zakat menetapkan bahwa tujuan pengelolaan Zakat adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam penunaian
dan dalam pelayanan ibadah Zakat.

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

2.

Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagaman
dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat
dan keadilan sosial.

3. Meningkatnya hasil guna dan daya guna Zakat. Guna
untuk tercapainya tujuan yang lebih optimal bagi
kesejahteraan

umum

untuk

seluruh

lapisan

masyarakat, maka UU tentang Pengelolaan zakat
mencakup pula tentang pengelolaan infaq, sodhaqah,
hibah, wasiat, waris dan kafarat. Hanya saja sistem
pengadministrasian keuangannya dilakukan secara
terpisah.

Terpisah

antara

zakat

dengan

shodaqah, dan lain sebagainya.

BAB III
PENUTUP

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

Infaq,

A. KESIMPULAN
Islam adalah agama yang paling sempurna, karena dalam ajarannya tidak
hanya membahas bagaimana tata cara beribadah kepada Allah swt, akan tetapi
Islam juga membahas dengan sangat detail mengenai tata cara dalam
bersosialisasi, berdemokrasi, serta menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Selain
itu, Islam tidak hanyamembahasnya dengan atau tanpa dasar yang kuat, tentu
saja melalui sumber-sumber hukum Islam yang jelas sesuai dengan nas yang ada
untuk mencapai pengaplikasian yang sesuai dengan syariat Islam.

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

DAFTAR PERTANYAAN
N

NAMA

PERTANYAAN

JAWAB

O

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

DAFTAR TANGGAPAN
NO

NAMA

NO.TANGGAPAN

TANGGAPAN

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

DAFTAR PUSTAKA
Drs. DALIZAR PUTRA,”HAM” Hak Asasi Manusia Menurut Al Qur’an, Cetakan ke
II, 1995, Jakarta.
http//www.bayupadhoe.wordpress.com/2014/04/26/fungsi-hukum-islam-dalamkehidupan-bermasyarakat
Musliih Muhammad.M.Ag. Fiqih 3 kelas XII MA, cetakan ke I, 2011, Bogor.
Malik,Abdul dkk.2010.Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam pada
Perguruan Tinggi Umum.Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam.

HUKUM, HAK ASASI MANUSIA, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM