HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DIARE DI GAMPONG KUALA LANGSA KECAMATAN LANGSA BARAT KOTA LANGSA

  HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DIARE DI GAMPONG KUALA LANGSA KECAMATAN LANGSA BARAT KOTA LANGSA SKRIPSI OLEH : EFA RINI 091000043

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

  HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DIARE DI GAMPONG KUALA LANGSA KECAMATAN LANGSA BARAT KOTA LANGSA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat OLEH : EFA RINI 091000043 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

  

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN

DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DIARE DI GAMPONG KUALA LANGSA KECAMATAN LANGSA BARAT KOTA LANGSA Nama Mahasiswa : Efa Rini Nomor Induk Mahasiswa : 091000043 Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan : Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Tanggal Lulus : 11 Februari 2014

  

Disahkan Oleh

Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Drs. Tukiman, MKM Drs. Eddy Syahrial, MS NIP. 196110241990031003 NIP. 19590713198731001

  

Medan, Maret 2014

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

  

Dr. Drs, Surya Utama, M.S

19610831 198903 1 001

  

ABSTRAK

  Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia, penyakit diare adalah salah satu penyebab kematian utama setelah infeksi saluran pencernaan. Pengetahuan dan sikap seseorang sangat memengaruhi tindakan seseorang terhadap pencegahan diare. Namun, peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil dari tingkat pengetahuan dan sikap orang tua terhadap pencegahan diare di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain penelitian cross sectional. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara dan kuesioner sebagai panduan wawancara. Wawancara dilakukan pada 78 orang yang berumur 20-40 tahun dan dipilih secara

  

simple random sampling. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Puskesmas

Pembantu dan literatur-literatur yang terkait.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan yang paling banyak adalah baik dengan jumlah 37 orang (47,5%), sikap yang paling banyak adalah baik (positif) dengan jumlah 39 orang (50,0%), dan kategori tindakan yang paling banyak adalah baik dengan jumlah 35 orang (44,9%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap orang tua dengan perilaku pencegahan diare.

  Saran dari penelitian ini adalah agar petugas kesehatan terus memberikan penyuluhan untuk menciptakan lingkungan yang sehat, masyarakat agar terus meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat terutama dalam pencegahan diare, dan peneliti lain agar menambah faktor-faktor lain di luar penelitian ini dan menambah jumlah sampel.

  Kata Kunci : pengetahuan, sikap, orang tua, pencegahan diare

  

ABSTRACT

Diarrhea is one of the major health problems in developing countries,

including Indonesia. In Indonesia, diarrhea is one of the major affect of death after

infection of the digestive tract. Knowledge and attitude of person greatly affect one's

actions on the prevention of diarrhea. However, increasing of the knowledge does

not always cause to changes in attitudes and behavior.

  The purpose of this research was to know the outcome of the level of

knowledge and attitudes of parents towards the prevention of diarrhea in the Kuala

Langsa Village, West Langsa District, Langsa City. This research was an analysis by

cross-sectional design. The data used primary and secondary data. The primary data

is obtained through interviews and a questionnaire as an interview guide. Interviews

were conducted on 78 people who were 20-40 years old and selected by simple

random sampling. While the secondary data is taken by primary health center and is

related literatures.

  The results show that the most level of knowledge is good by the number of it

is 37 persons (47.5%), the most attitude is good (positive) by the number of it is 39

persons (50.0%), and the most category of is good by the number of it is 35 persons

(44.9%). The results also show that there is a relationship between knowledge and

attitude of parents with behavioral prevention of diarrhea.

  Suggestions of this research is that health officers should continue to give

health education to create a healthy environment, the people should continue to

improve hygiene and healthy behavior, especially in the prevention of diarrhea, and

other researchers in order to add other factors outside of this research and add the

number of sample.

  Keywords : knowledge, attitude, parents, prevention of diarrhea

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  Nama : Efa Rini Tempat/Tanggal Lahir : Kuala Simpang/24 Oktober 1990 Agama : Islam Status Perkawinan : Belum Menikah Nama Orang Tua

  Ayah : Paridi Ibu : Suginem

  Anak ke : 1 dari 4 bersaudara Alamat Rumah : Dusun Ar-Rahim, Kota Lintang, Kuala Simpang, Kabupaten Aceh Tamiang.

  Riwayat Pendidikan

  Tahun 1997-2003 : SD Negeri 3, Kuala Simpang Tahun 2003-2006 : MTs Pon-Pes Modern Darul Hikmah TPI, Medan Tahun 2006-2009 : MA Pon-Pes Modern Darul Hikmah TPI, Medan Tahun 2009-2013 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Medan

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT serta shalawat beriring salam bagi Rasulullah SAW, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan

  

Sikap Orang Tua dengan Perilaku Pencegahan Diare Di Gampong Kuala

Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa”.

  Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Banyak pengalaman yang penulis peroleh dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan juga dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:

  1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

  2. Bapak Drs. Tukiman, M.K.M, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu serta pikirannya dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  3. Bapak Drs. Eddy Syahrial, M.S, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang juga telah banyak membantu dan meluangkan waktu serta pikirannya dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  4. Bapak Drs. Alam Bakti, M.Kes, selaku Tim Penguji Skripsi yang telah memberikan kritik dan saran serta motivasi kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini.

  5. Ibu Maya Fitria, SKM, M.Kes, selaku Tim Penguji Skripsi yang juga telah memberikan kritik dan saran serta motivasi kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini.

  6. Bapak dr. Heldi BZ, M.P.H, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan dukungan selama penulis menjalani perkuliahan di FKM USU.

  7. Seluruh Staf Pengajar FKM USU serta Dosen Peminatan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

  8. Kepada Kak Murni staf Puskesmas Pembantu Kuala Langsa yang telah memberikan izin melakukan penelitian skripsi ini.

  9. Bapak Sekretaris Desa Kuala Langsa yang telah meluangkan waktunya memberikan informasi yang dibutuhkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

  10. Sembah sujud penulis kepada kedua orang tua terkasih dan juga teristimewa

  Ayahanda Paridi dan Ibunda Suginem yang senantiasa memberikan do’a, kasih sayang, cinta, perhatian, semangat, dukungan moral, spiritual, dan juga material.

  Kalian adalah My Wonderful Spirit untuk meraih kesuksesanku kelak dan You’re The Best I Ever Had in My Life.

  11. Terkhusus kepada saudaraku Suwardianto, Aminah Novita Sari, Muhammad

  12. Teristimewa kepada kakanda Sertu Ika Saputra sumber motivasi dan penyemangatku yang selalu mendukung dan mendoakan dalam pengerjaan skripsi ini.

  13. Sahabat-sahabatku : Neni, Cici, Lulu, Winda, Yeni, jumhy, Intan Kesuma

  Wardani, Cindy, Hayu, Ayu, Dewi, Citra, Dara, dan Kak Nilawati terima

  kasih untuk selalu menemani, meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, serta motivasinya dalam pengerjaan skripsi ini.

  14. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan semangat, semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada Bapak, Ibu dan teman-teman sekalian. Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini sehingga dengan penuh kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

  Medan, Februari 2014 Penulis,

  Efa Rini

  

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................i

ABSTRAK................................................................................................................ii

ABSTRACT...............................................................................................................iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................iv

KATA PENGANTAR..............................................................................................v

DAFTAR ISI ............................................................................................................viii

DAFTAR TABEL....................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR................................................................................................xi

  2.4 Diare .................................................................................................... 18

  3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 34

  

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 34

  2.8 Kerangka Konsep ................................................................................. 33

  2.7.3 Faktor Perilaku ............................................................................ 31

  2.7.2 Faktor Lingkungan ...................................................................... 27

  2.7.1 Faktor Sosiodemografi ................................................................ 25

  2.7 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diare ................... 25

  2.6 Gambaran Klinik .................................................................................. 24

  2.5 Pencegahan Diare ................................................................................. 23

  2.4.4 Gejala Diare ................................................................................ 23

  2.4.3 Jenis Diare ................................................................................... 21

  2.4.2 Etiologi ........................................................................................ 19

  2.4.1 Pengertian ................................................................................... 18

  2.3.1 Definisi......................................................................................... 16

  

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

  2.2 Pencegahan .......................................................................................... 16

  2.2.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku ................................ 15

  2.1 Determinan Perilaku ............................................................................ 15

  2.1.3 Tindakan...................................................................................... 13

  2.1.2 Sikap (Attitude)............................................................................ 12

  2.1.1 Pengetahuan (Knowledge)........................................................... 10

  2.1 Konsep Perilaku ................................................................................... 9

  

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 9

  1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

  1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 7

  1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................. 7

  1.3 Tujuan................................................................................................... 7

  1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 7

  1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1

  3.2 Lokasi Penelitian ................................................................................. 34

  3.3 Waktu Penelitian .................................................................................. 34

  5.1.1 Umur ............................................................................................ 60

  4.2.6 Tindakan ....................................................................................... 52

  4.3 Hasil Analisis Bivariat............................................................................ 57

  4.3.1 Hubungan Pengetahuan dan Tindakan Pencegahan Diare............ 57

  4.3.2 Hubungan Antara Sikap dengan Tindakan Pencegahan Diare...... 58

  

BAB V PEMBAHASAN ......................................................................................... 60

  5.1 Karakteristik Responden ....................................................................... 60

  5.1.2 Tingkat Pendidikan ....................................................................... 60

  4.2.4 Pengetahuan .................................................................................. 42

  5.1.3 Jenis Pekerjaan ............................................................................. 60

  5.2 Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Diare............... 61

  5.3 Hubungan Sikap dengan Tindakan Pencegahan Diare........................... 62

  

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 64

  6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 64

  6.2 Saran ...................................................................................................... 64

  4.2.5 Sikap.............................................................................................. 47

  4.2.3 Jenis Pekerjaan ............................................................................. 41

  3.4 Populasi dan Sampel ............................................................................ 34

  3.9.1 Pengolahan Data ......................................................................... 38

  3.4.1 Populasi ....................................................................................... 34

  3.4.2 Sampel ......................................................................................... 35

  3.5 Metoda Pengumpulan Data .................................................................. 36

  3.5.1 Data Primer ................................................................................. 36

  3.5.2 Data Sekunder ............................................................................. 36

  3.6 Instrumen Penelitian ............................................................................ 36 3.7.............................................................................................................De finisi Operasional .......................................................................................... 36 3.8.............................................................................................................As pek Pengukuran ............................................................................................. 37 3.9.............................................................................................................Pe ngolahan Data dan Analisis Data .................................................................. 38

  3.9.2 Analisis Data ............................................................................... 39

  4.2.2 Tingkat Pendidikan ....................................................................... 41

  

BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................................. 40

  4.1 Gambaran Umum Lokasi Penetian ........................................................ 40

  4.1.1 Keadaan Geografi.......................................................................... 40

  4.1.2 Keadaan Demografi....................................................................... 40

  4.2 Hasil Analisis Univariat ........................................................................ 41

  4.2.1 Umur Responden........................................................................... 41

  DAFTAR PUSTAKA

  LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Derajat Dehidrasi Menurut WHO .........................................................24Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan ................................................................................ 41Table 4.2 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan ................... 45Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan ..................... 47Table 4.4 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sikap ............................... 51Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap ............................................. 52Table 4.6 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tindakan ......................... 55Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan ....................................... 57Tabel 4.8 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Diare... 57Tabel 4.9 Hubungan Antara Sikap dengan Tindakan Pencegahan Diare............... 58

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep ................................................................................. 33

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Latar Belakang

  Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia, penyakit diare adalah salah satu penyebab kematian utama setelah infeksi saluran pencernaan (Maryunani, 2010).

  Diare menyebabkan kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feces. Kelainan yang mengganggu penyerapan di usus halus cenderung menyebabkan diare, sedangkan kelainan penyerapan di usus besar lebih jarang menyebabkan diare. Pada dasarnya semua diare merupakan gangguan transportasi larutan. Gejala klinis sesuai dengan derajat atau banyaknya kehilangan cairan. Bila dilihat dari banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan kehilangan berat badan. Berdasarkan kehilangan berat badan, dehidrasi ada empat kategori, yaitu tidak ada dehidrasi (bila penurunan berat badan 2,5%), dehidrasi ringan (bila terjadi penurunan berat badan 2,5%), dehidrasi sedang (bila penurunan berat badan 5-10%), dan dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 10% (Sodikin, 2011).

  Penyakit dengan insidensi rendah tetapi dengan CFR yang tinggi seperti rabies, merupakan penyakit yang berat secara perseorangan, sedangkan penyakit dengan insidensi yang tinggi tetapi tidak berat seperti diare, yang akan memberikan keadaan yang lebih serius sebagai masalah kesehatan masyarakat karena merupakan unsur yang menimbulkan peningkatan kematian populasi secara keseluruhan (Nasry, 2009).

  Diare yang berlangsung kurang dari 2 minggu, disebut sebagai diare akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih, maka digolongkan pada diare kronis. Di negara-negara berkembang diare merupakan penyebab kematian paling banyak terutama menyebabkan kematian balita (Zulkoni, 2010). Penyakit diare akut (DA) atau gastroenteristik akut (GEA) merupakan suatu penyakit penting di Indonesia yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian anak. Walaupun hanya sebagian kasus diare akan mengalami dehidrasi, namun banyak kasus akan meninggal bila tidak dilakukan tindakan-tindakan yang tepat. Pengelolaan diare akut pada bayi dan anak telah mengalami kemajuan pesat sejak ditingkatkannya pengetahuan tentang faktor-faktor yang menjadi penyulit (komplikasi) diare akut (Suharyono, 2008).

  Penyebab diare lainnya adalah makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor, bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi yang sering memasukkan tangan, mainan atau apapun ke dalam mulut karena virus ini dapat bertahan di permukaan udara sampai beberapa hari. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar, pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih, tidak mencuci tangan dengan bersih sesudah buang air besar dan setelah membuang tinja anak, sehingga mengontaminasi perabot atau alat-alat yang ada di rumah (Suririnah, 2006).

  Pada anak–anak yang gizinya tidak begitu baik, sering menderita diare nafsu makan dan keadaan tubuh yang lemah, sehingga keadaan yang demikian sangat membahayakan kesehatan anak. Ibu biasanya tidak menanggapinya secara sungguh– sungguh karena sifat diarenya ringan. Padahal penyakit diare walaupun dianggap ringan tetapi sangat berbahaya bagi kesehatan anak (Hiswani, 2003).

  Pandangan masyarakat untuk menanggulangi penyakit diare, anak harus dipuasakan. Jadi usus dikosongkan agar tidak terjadi rangsangan yang menyebabkan anak merasa ingin buang air besar. Jika anak sudah dalam keadaan gizi kurang, keadaan gizinya akan menjadi lebih buruk akibat puasa. Maka memuasakan anak saat diare ditambah dengan dehidrasi yang mudah terjadi pada anak saat diare akan memperburuk keadaan bahkan dapat menyebabkan kematian (Hiswani, 2003).

  Karena itu, peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare diperlukan suatu pengetahuan, karena pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor predisposisi yang penting. Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku tetapi mempunyai hubungan yang positif, yakni dengan peningkatan pengetahuan maka terjadinya perubahan perilaku akan cepat (Notoatmodjo, 2007).

  Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia menurut Surkesnas tahun 2001, diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur (Amirudin, 2007).

  Diare merupakan penyebab utama kematian bayi dan anak balita (anak usia 1 bulan sampai <5 tahun) di Indonesia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar

  2007, penyakit diare menjadi penyebab utama kematian bayi (31,4%) dan anak balita (25,5%). Diare dapat membunuh anak-anak karena diare sering menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) tingkat berat. Kondisi dehidrasi berat pada anak sering kali tidak diketahui atau tidak disadari oleh orang tua sehingga orang tua ‘kecolongan’ dan mendapati anaknya sudah dalam kondisi kritis (Riskesdas, 2007).

  Angka kematian akibat diare di Indonesia masih sekitar 7,4%. Sedangkan angka kematian akibat diare persisten lebih tinggi yaitu 45%. Sementara itu, pada survei morbiditas yang dilakukan oleh Depkes tahun 2001 menemukan angka kejadian diare di Indonesia adalah berkisar 200-374 per 1000 penduduk. Sedangkan menurut SKRT 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100.000 penduduk dan angka kematian akibat diare pada balita adalah 75 per 100.000 balita. Insiden penyakit diare yang berkisar antara 200-374 dalam 1000 penduduk, dimana 60-70% di antaranya anak-anak usia di bawah 5 tahun (Solaiman, EJ, 2001).

  Berdasarkan hasil survei Depkes RI (2006) diketahui bahwa kejadian Diare pada semua usia di Indonesia adalah 423 per 1000, dan frekuensi 1-2 kali per tahun pada anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh pada tahun 2007 angka kejadian diare di Provinsi Aceh sebanyak 41.344 kasus, sementara itu pada tahun 2008 terdapat 45.157 kasus diare, angka ini terus meningkat pada tahun 2009 menjadi 86.089 kasus (Dinkes Provinsi Aceh, 2007).

  Penyakit diare dapat menimbulkan KLB di beberapa wilayah dengan jumlah penderita dan kematian yang cukup tinggi. Di Kota Langsa penyakit dengan jumlah malaria dan yang ketiga yaitu TB paru. Jumlah kasus penyakit diare di Kota Langsa pada tahun 2007 sebesar 920 kasus (Dinkes Kota Langsa, 2007).

  Berdasarkan Jurnal Kesehatan Masyarakat, penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang menyebabkan kematian. Banyak faktor resiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyebab diare pada bayi dan anak di Indonesia. Salah satu faktor resiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakteriologis air, dan kondisi rumah. Sanitasi yang buruk ditandai sebagai penyebab banyaknya kontaminasi bakteri E-coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. Bakteri E-

  

coli mengindikasikan adanya pencemaran tinja manusia. Kontaminasi bakteri E-coli

  terjadi pada air tanah yang banyak disedot penduduk diperkotaan, dan sungai yang menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini (Adisasmito, 2007).

  Penanggulangan diare dapat dilakukan oleh ibu dengan cara tetap memberikan ASI dan memberikan larutan gula garam. Bayi yang menderita diare tidak boleh dipuasakan. Praktek cuci tangan tiap melakukan pekerjaan terkait makanan atau menyusui dan minum air yang telah dimasak hingga mendidih, merupakan bentuk praktek perawatan bayi yang dapat mencegah terjadi diare, termasuk usaha mencegah makanan dari gangguan lalat dan kontaminasi lain (Ridwan, 2010).

  Berdasarkan hasil penelitian Endah (2009), diketahui bahwa ada pegaruh tingkat pengetahuan terhadap penanganan diare yang memperlihatkan distribusi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pengetahuan yang kurang bisa diakibatkan oleh berbagai faktor yang kompleks dan saling memengaruhi. Sedangkan menurut hasil penelitian Yulisa (2008) mengatakan bahwa ada pengaruh tingkat pendidikan, sumber air minum, kualitas fisik air minum, jenis jamban keluarga, jenis lantai rumah serta tidak ada pengaruh jenis pekerjaan dengan kejadian diare pada anak balita.

  Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa yang memiliki jumlah penduduk 2118 orang dengan jumlah kepala keluarga 562 orang memiliki tingkat perilaku dan kebersihan yang kurang, seperti tidak menjaga kebersihan lingkungan, tidak mencuci tangan pakai sabun sebelum makan, dan tidak membuang sampah pada tempatnya.

  Kebersihan di lingkungan Gampong Kuala Langsa tersebut masih dikatakan sangat rendah karena air untuk keperluan sehari-hari masih kurang sehingga penyakit diare rentan terkena oleh masyarakat di sekitarnya. Dan hasil penelitian juga mengatakan bahwa tidak adanya mobil pengangkut sampah yang beroperasi di sekitar wilayah Gampong Kuala Langsa tersebut untuk membersihkan atau mengangkut sampah- sampah rumah tangga sehingga masyarakat membuang sampah-sampah tersebut di kolong rumah atau laut (Pustu Gampong Kuala Langsa, 2013).

  Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimanakah tingkat pengetahuan dan sikap orang tua terhadap diare dengan perilaku dalam pencegahan diare di wilayah Pelabuhan Kota Langsa itu sendiri. Perilaku seseorang muncul norma subjektif dan kemampuan dalam megontrol perilaku untuk menciptakan suatu perilaku kesehatan yang dilandasi dengan pengetahuan.

  1.2 Rumusan Masalah

  Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap orang tua dengan perilaku pencegahan diare di Wilayah Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.

  1.3 Tujuan

  1.3.1 Tujuan Umum

  Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap orang tua dengan perilaku pencegahan diare di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.

  1.3.2 Tujuan Khusus

  1. Mengetahui tingkat pengetahuan orang tua terhadap pencegahan diare di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.

  2. Mengetahui sikap orang tua terhadap pencegahan diare di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.

1.4 Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat penelitian ini adalah :

  1. Bagi Lokasi Penelitian

  Dapat memberi penambahan wawasan kepada masyarakat Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.

  2. Bagi Puskesmas Pembantu (Pustu) Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mengoptimalisasikan penanggulangan diare di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.

  3. Bagi Penulis Memberi pengalaman dan kesempatan untuk melaksanakan penulisan dengan metode yang benar, penulis mampu berpikir lebih baik dalam memahami masalah serta melakukan analisis secara ilmiah dan sistematis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku

  Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan perkataan lain, perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu, Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh individu yang bersangkutan.

  Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing (Notoatmodjo, 2007).

  Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2007), perilaku dibagi dalam 3 domain, yaitu: a. Pengetahuan peserta didik terhadap pendidikan yang diberikan (knowledge).

  b. Sikap atau anggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude).

  c. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidik yang diberikan (practice) (Notoatmodjo, 2003).

  Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Perilaku tertutup, yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum diamati secara jelas oleh orang lain.

  b. Perilaku terbuka, yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati dan dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2003).

2.1.1 Pengetahuan (Knowledge)

  Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

  Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

  Dalam pengertian lain, pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.

  Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Adapun tingkat pengetahuan mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2007), yakni :

  a. Tahu (know)

  Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

  b. Memahami (comprehention)

  Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

  Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang real (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

  Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

  e. Sintesis (synthesis) Ini menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

  f. Evaluasi (evaluation) Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.1.2 Sikap (Attitude)

  Menurut Saifuddin Azwar (2002), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap memiliki 3 komponen pokok yaitu : a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek.

  b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek.

  c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

  Pengertian sikap yaitu merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu (Notoatmodjo, 2007).

  Sikap ada tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

  (total attitude) yaitu :

  a. Kognitif (cognitive)

  Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari objek tertentu.

  b. Afektif (affective)

  Menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki objek tertentu.

  c. Konatif (conative)

  Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi.

2.1.3 Tindakan

  Menurut Notoatmodjo (2003), untuk mewujudkan suatu sikap menjadi tindakan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

  Tingkatan dari praktek atau tindakan, yaitu :

  1. Persepsi (perseption), mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

  2. Respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat kedua.

  3. Mekanisme (mecanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat ketiga.

  4. Adopsi (adoption), adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu juga ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

2.2 Determinan Perilaku

  Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Secara lebih terinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Namun demikian pada realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang menentukan perilaku seseorang.

  Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan tersebut ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, diantaranya adalah faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosio budaya masyarakat dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

2.2.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku

  Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (1980) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior

  

causes) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu

  sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:

  a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

  b. Faktor-faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

  c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.3 Pencegahan

2.3.1 Definisi pencegahan merupakan mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian.

  pencegahan penyakit secara umum ada 4 tingkatan, yaitu : Pencegahan tingkat dasar 1. Bisa dikatakan dengan primordial prevention, yaitu usaha mencegah terjadinya risiko atau mempertahankan keadaan risiko rendah dalam masyarakat terhadap penyakit secara umum. Tujuan dari pencegahan primordial adalah untuk menghindari terbentuknya pola hidup sosial ekonomi dan kultural yang diketahui mempunyai kontribusi untuk meningkatkan risiko penyakit.

  Pencegahan tingkat pertama 2. Disebut juga dengan primary prevention, yaitu suatu usaha pencegahan penyakit melalui usaha mengatasi atau mengontrol faktor-faktor risiko dengan sasaran utamanya orang sehat melalui usaha peningkatan derajat kesehatan secara umum (promosi kesehatan) serta usaha pencegahan khusus terhadap penyakit tertentu, pencegahan primer terdiri dari :

  a. peningkatan derajat kesehatan (health promotion) : yaitu meningkatkan

  derajat kesehatan perorangan dan masyarakat secara optimal, mengurangi peranan penyebab serta derajat risiko, juga meningkatkan secara optimal lingkungan yang sehat. perlindungan khusus (spesific protection) : yaitu pencegahan khusus untuk b. meningkatkan daya tahan maupun untuk mengurangi risiko terhadap penyakit tertentu.

  Pencegahan sekunder 3. Merupakan pencegahan yang mana sasaran utamanya adalah pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan menderita penyakit tertentu melalui diagnosis dini serta pemberian pengobatan yang cepat dan tepat. Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah komplikasi.

  Pencegahan tersier 4. Yaitu merupakan pencegahan dengan sasaran utamanya adalah penderita penyakit tertentu, dalam usaha mencegah bertambah beratnya penyakit atau mencegah terjadinya cacat serta program rehabilitasi. Tujuannya adalah menurunkan kelemahan dan kecacatan, memperkecil penderitaan, dan membantu penderita-penderita untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap kondisi-kondisi yang tidak dapat diobati lagi.

2.4 Diare

2.4.1 Pengertian