MANAJEMEN RESIKO PADA PETANI DAN TINGKAT RESIKO

TUGAS UTS MANAJEMEN RESIKO
IDENTIFIKASI & ANALISIS RESIKO KESELAMATAN
KERJA PADA SEKTOR KERJA INFORMAL
“PETANI “

Disusun oleh :
Nama Anggota :
1.Ella Rafikasari
2. Ririn Sugiarti
3.Muhammad Apiq M
4.Ade Pratama
5.Rinto Mangitua H
6.Ali Amansyah Siregar
7.Bayu Arifandi

(10011181520002)
(10011181419080)
(10011181520007)
(100111815200
(10011181520017)
(10011181520042)

(10011181520047)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASAYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah

Manajemen Resiko Tentang

Identifikasidan Analis Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Sektor Pekerjaan Informal
dengan judul “Identifikasi Dan Analisis Risiko Pada Seorang Petani”.
Penulisan Makalah ini merupakan salah satu bentuk dari evaluasi(ulangan Tengah
semester) dan persyaratan untuk menyelesaikan mata kuliah Manajemen Risiko di Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya.
Dalam penulisan Makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu menyelesaikan Makalah ini, khususnya kepada:

1. Dosen Pengampuh Manajemen Risiko semester VI Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya
2. Teman-teman Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.
Dalam penulisan Makalah ini penulis merasa masih terdapat banyak kekurangan, baik
secara teknis penulisan maupun materi. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan Makalah ini dan semoga Makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Indralaya, 16 Maret 2018

Penyusun

DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................
1.3 Tujuan .........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................
BAB III PENUTUP dan SARAN.................................................................................
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................
3.2 Saran .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara global, pertumbuhan penduduk yang cepat berbanding terbalik dengan
pertumbuhan ekonomi yang lamban yang pada gilirannya menghambat kemajuan di
bidang pendidikan dan kesehatan. Kelambanan pada dua sektor ini memiliki implikasi
yang buruk pada penerapan teknologi dan aturan-aturan baku yang seyogyanya jika
diterapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja. Kebanyakan orang, terutama
kaum miskin, mengandalkan hasil atau upah kerja mereka untuk bertahan hidup.
Banyak dari mereka itu bekerja di sektor informal,di bidang farming subsistence
(pertanian subsistens adalah pertanian yang hanya dilakukan untuk menyambung
hidup) atau sebagai buruh tani untuk orang lain. Tambahan pula, bila panen gagal atau
harga anjlok, pendapatan yang diperoleh tidak akan cukup untuk membebaskan diri
dari kelaparan dan kemiskinan (TheWorld Bank, 2006).

Produk pertanian dan peternakan merupakan kebutuhan esensial bagi
masyarakat. Pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar karena
berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidupnya, baik dipandang dari segi
kuantitas dan kualitasnya. Tersedianya pangan yang cukup, aman, bermutu dan
bergizi merupakan prasyarat utama yang harus terpenuhi dalam upaya mewujudkan
insan yang berharkat dan bermartabat serta sumber daya manusia yang berkualitas.
Sumberdaya manusia merupakan unsur terpenting dan sekaligus tujuan utama
pembangunan nasional karena sumber daya manusia yang berkualitas merupakan
faktor penentu keberhasilan pembangunan yang pada akhirnya mampu meningkatkan
kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat serta dapat mengurangi atau menghapuskan
kemiskinan. Kualitas sumber daya manusia dimaksud antara lain sangat ditentukan
oleh kualitas pangan yang dikonsumsinya, sehingga segala daya dan upaya perlu
dikerahkan secara optimal agar pangan yang aman, bermutu dan bergizi tersedia
secara memadai serta terjangkau oleh daya beli masyarakat (RI, Menteri Pertanian,
2004).
Potensi tanaman pangan di Kabupaten Ogan Ilir pada tahun 2015, padi sawah
dengan luas panen 45.253 hektar, padi gogo seluas 1.152 hektar, sehingga total luas

panen tanaman padi mencapai 46.405 hektar dengan produksi padi mencapai 175.929
ton GKG dan produktivitas 3,79 ton/ha, mengalami penurunan jika dibandingkan

dengan luas panen tahun 2014, padi sawah dengan luas panen 46.858 hektar, padi
gogo seluas 1.301 hektar, sehingga total luas panen tanaman padi mencapai 48.159
hektar dengan produksi padi mencapai 216.624 ton GKG dan produktivitas 4,49
ton/ha.Luas panen tanaman jagung tahun 2015 mencapai 167 hektar dengan produksi
740 ton, sedangkan pada tahun 2014 mencapai 171 hektar dengan produksi 631 ton,
kacang tanah tahun 2015 seluas 49 hektar dengan produksi 62 ton sedangkan pada
tahun 2014 seluas 67 hektar dengan produksi 85 ton, ubi kayu tahun 2015 mencapai
luas 478 hektar dengan produksi 12.669 ton sedangkan pada tahun 2014 mencapai
luas 547 hektar dengan produksi 12.052 ton.
Perkembangan tanaman sayuran penting antara lain : kacang panjang pada
tahun 2015 dari luas panen 160 hektar menghasilkan produksi 937 ton sedangkan
pada 2014 dari luas panen 233 hektar menghasilkan produksi 831 ton, cabe keriting
tahun 2015 luas panen 548 hektar menghasilkan produksi 750 ton, sedangkan tahun
2014 luas panen 472 hektar menghasilkan produksi 1.112 ton, ketimun pada tahun
2015 dengan luas panen 166 hektar menghasilkan produksi 1.181 ton dan pada 2014
dengan luas panen 152 hektar menghasilkan produksi 874 ton, dan tanaman terong
tahun 2015 dengan luas panen 142 hektar menghasilkan produksi 927 ton sedangkan
pada tahun 2014 dengan luas panen terong 171 hektar menghasilkan produksi 765
ton. Dengan hasil petani diatas Brumby et al (2009) mengemukakan bahwa, para
petani dan keluarganya berisiko tinggi mengalami cedera dan sakit, kerja hingga usia

lanjut tanpa pensiun, jenis pekerjaannya tergolong berat dengan jangka waktu tidak
menentu, mengandalkan anggota keluarga untuk menyediakan tenaga kerja tambahan
yang dibutuhkan untuk bertahan hidup dalam lingkungannya. Lebih lanjut Brumby et
al (2009), penduduk pedesaan juga mengalami di atas rata-rata tingkat kematian di
bawah usia harapan hidup akibat penyakit jantung, kanker, stress dan bunuh diri.
Kanker, cedera pertanian, penyakit jantung, penurunan daya dengar dan bunuh diri
mengindikasikan terjadinya peningkatan mortalitas pada populasi petani (Health and
Safety Executive, 2006). Dicatat pula bahwa perilaku petani membawa pestisida ke
rumah dimana anak-anak dan istrinya dapat terpapar (Teitelbaum, 2002), biaya akibat
petani cedera, celaka dan sakit akibat kerja. Kondisi ini lebih mudah ditemukan di
negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Mengutip pendapat Juka cit.
Michel (1999) mengemukakan kecelakaan kerja mencapai 250 juta orang setiap tahun

yang menyebabkan kematian hingga 335,000 jiwa. Satu juta orang meninggal setiap
tahun dari 160 juta orang yang sakit karena polusi, bahan beracun dan prosedur kerja
yang kurang mendukung di lingkungan kerja. Lebih dari seratus ribu jenis bahan
kimia sedang digunakan dalam berbagai industri termasuk pertanian dan 350 jenis
daripadanya bersifat karsinogenik dan 3000 jenis yang bersifat alergenik (Michel,
1999). Menurut ILO (2011) keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah disiplin
yang berhubungan dengan pencegahan cedera dan penyakit serta perlindungan dan

promosi kesehatan tenaga kerja, dengan tujuan perbaikan kondisi kerja dan
lingkungannya.
Pergeseran Bangsa Indonesia secara bertahap dari negara agraris dengan
teknologi pertanian konvensional yang relatif tidak efisien menuju negara industri
yang menuntut efisiensi yang semakin tinggi pada seluruh lini produksi, sangat
membutuhkan terobosan-terobosan. Terobosan yang dimaksud meliputi penelitian
ilmiah dan publikasi tentang K3 di bidang pertanian yang untuk kondisi Indonesia
masih terbatas. Keterbatasan ini umumnya dapat diketahui dari kurangnya publikasi
ilmiah mengenai K3 dalam sistem produksi pertanian. Hal ini sangat kontras dengan
kondisi di negara-negara maju, juga termasuk Thailand dan Vietnam yang telah
menerapkan standar K3 di sistem pertanian mereka yang didukung oleh tersedianya
aturan-aturan hukum yang efektif dan didukung oleh kesadaran penduduk/petani akan
K3 yang cukup tinggi. Lebih dari 1 miliar orang di Asia atau sama dengan 60% dari
angkatan kerja mendapatkan perlindungan sosial yang seadanya atau bahkan tanpa
proteksi sama sekali. Pengalaman menunjukkan bahwa tenaga kerja pada usaha-usaha
5 kecil sektor ekonomi informal biasanya termotivasi secara mandiri untuk
memperbaiki kondisi keamanan dan kesehatan kerja, tetapi mereka tetap
membutuhkan dukungan dari luar (Öjermark, 2008).
WHO (2010), menetapkan jangka waktu aksi global terhadap kesehatan
pekerja termasuk tenaga kerja bidang pertanian yakni dari tahun 2008 hingga tahun

2017. Melalui aksi global tersebut WHO mendesak negara-negara anggota merancang
dan bekerja sama dengan tenaga kerja, pengusaha dan organisasi mereka, membuat
kebijakan nasional pelaksanaan rencana aksi global kesehatan kerja, serta merancang
mekanisme dan rencana kerja serta aturan hukum, termasuk monitoring dan evaluasi
pelaksanaannya. Tenaga kerja dimaksudkan adalah semua tenaga kerja termasuk
sektor ekonomi informal, usaha kecil dan usaha menengah, pertanian, tenaga kerja

kontrak, dengan intervensi layanan kesehatan kerja dasar yakni pencegahan penyakit
akibat kerja dan kecelakaan berhubungan dengan cedera.
Bertitik tolak dari keterbatasan informasi ilmiah tentang penerapan K3 pada
pertanian khususnya petani sawah di Indonesia khususnya di kabupaten Ogan
ilir ,kecamatan Indralaya dan indikasi permasalahan di sekitar industri tersebut, maka
dinilai sangat mendesak untuk melakukan berbagai upaya mengatasi keterbatanketerbatasan di lingkungan kerja dan tenaga kerja di bidang usaha ini. Menurut
pendapat peneliti dalam menciptakan kondisi sehat , selamat dan bekerja pada
lingkungan yang aman, yaitu guna mengurangi kecelakaan kerja dan Penyakit akibat
kerja (PAK) serta meningkatkan produktivitas kerja diperlukan intervensi berupa
pelatihan tentang K3 termasuk cara pengendalian dampak lingkungan kerja yang
berbahaya disamping sangat diperlukan pembimbingan dalam pembentukan
organisasi K3 dan pembentukan prosedur kerja pada kelompok petani sawah.
Sehingga dengan elemen baru tersebut yang mengintegrasikan faktor manusia dan

lingkungan kerja melalui kajian ilmiah yang komprehensip sehingga keselamatan,
kesehatan dan produktivitas kerja petani sawah dapat ditingkatkan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang di bahas pada makalah ini adalah Bagaimana
analisis dan Indentifikasi risiko terhadap paparan hazard pada sektor pertanian, yang
terjadi pada para petani guna mempertahankan kelangsungan hidupnya agar tetap
sehat dan tetap mampu bekerja dalam keadaan selamat serta upaya pengendaliannya
dengan menggunakan metode HIRAC .
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah:
1. Untuk Mengidentifikasi Resiko Dan Manajemen Risiko Serta Hazard Di Sektor
Pertanian Pada Petani Padi.
2. Untuk Mengetahui Tujuan Dari Metode HIRAC Yang Di Gunakan Dalam
Menganalisis Dan Mengindentifikasi Risiko Di Sektor Pertanian Pada Petani Padi.
3. Untuk Melakukan Pengendalian Risiko Pada Sektor Pertanian Pada Petani Padi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Risiko dan Manajemen Risiko pada Petani

Pertanian adalah salah satu sektor dimana didalamnya terdapat penggunaan
sumberdayahayati untuk memproduksi suatu bahan pangan,bahan baku industri dan
sumber energi sepertibudidaya tanaman atau bercocok tanam. Selain itu, sektor
pertanian adalah salah satu sektoryang dalam melakukan proses kerjanya terdapat
dampak positif dan negatif. Dampak negatifdikarenakan tenaga kerja selalu
berinteraksi dengan pekerjaannya dan lingkungan kerja yangbanyak mengandung
hazard. Sebagian besar di sektor pertanian masih banyak yang belummemperhatikan
pengendalian risiko, risiko yang ada diabaikan dan tidak dikendalikan secaraoptimal.
Pengendalian

risiko

yang

tidak

dilakukan

di


sektor

pertanian

akan

mengakibatkantingkat kecelakaan kerja semakin meningkat. Akibat lainnya
adalah penyakit yang ditimbulkan akibat bekerja juga semakin meningkat sehingga
dapat menimbulkan kerugianbagi pekerja. Dalam melakukan pekerjaannya banyak
petani yang masih kurang dalam pengendalian risiko bahaya, seperti mencangkul dan
membuat parit dengan posisi terus membungkuk dalam waktu yang lama,
menggunakan peralatan yang tajam dan tidak memakai alas kaki. Selainitu, getaran
pada

tangan

dan

traktor,menggunakan

suara
pupuk

bising
kimia

yang

dihasilkan

secara

dari

berlebihan

mesin
serta

pembajak
penggunaan

pestisida yang kontak langsung dengan zat kimia.
Petani juga dalam melakukan aktivitasnya menerima panas dan terpapar sinar
UV terus menerus. Dari aktivitas pertanian tersebut dapat dianalisis risiko gangguan
terhadap kesehatan, salahsatunya adalah penyakit akibat kerja (PAK). Ketika petani
melakukan aktivitas mencangkuldengan posisi yang terus membungkuk akan
meningkatkan risiko nyeri pada punggung ataulong back pain (LBP) yang disebabkan
oleh desain pegangan cangkul yang tidak sesuai atauergonomis Karena jika desain
peralatan

kerja

musculoskeletal

yang

tidak

sesuai

akan

mengakibatkan gangguan

dan merupakan bahaya ergonomi. Risiko lainnya adalah ketika

menggunakan peralatan yang tajam menyebabkan kaki akan terluka atau tertusuk dan

tangan mudah tergores.Penyakit akibat kerja yang di sebabkan faktor biologi banyak
yan bersumber dari. pekerjaanpertanian, dimana pada sektor pertanian ini para petani
kontak langsung dengan vektor ataupenyebab penyakit yaitu tanah yang didalamnya
terdapat sumber penyakit yaitu parasit ataubahkan vektor yang lain.
Lingkungan pertanian yang cenderung berupa tanah membuatpekerja
dapat

terinfeksi

oleh

mikroorganisme

seperti

:

Tetanus,

Leptospirosis,

cacingtambang, Asma bronkhiale atau keracunan Mycotoxins yang merupakan hasil
metabolismejamur. Binatang sawah seperti nyamuk atau tomcat juga merupakan
vektor yang dapat membawa bibit penyakit seperti DBD, malaria, cikungunya dan
melepuh pada bagian kulit.Selain itu juga, air parit kotor yang mengandung kuman
atau bakteri meningkatkan risiko terkena kutu air, gatal, dan iritasi kulit pada petani.
Sebagian besar bahaya faktor kimia adalah bersumber pada zat kimia yang ada
dalam pestisida yang digunakan dan penggunaan pupuk kimia. Penggunaan pupuk
kimia berdampak pada lingkungan, penggunaan yang terlalu banyak akan
mengakibatkan eutrofikasi. Pupuk mengandung zat seperti nitrat dan fosfat. Zat ini
menjadi racun untuk kehidupan akuatik.
Dengan demikian meningkatkan pertumbuhan yang berlebihan dari ganggang
di air dan menurunkan kadar oksigen. Hal ini menyebabkan lingkungan yang
beracun dan menyebabkan kematian fauna di perairan. Pupuk kimia juga terdiri dari
zat dan bahan kimia seperti metana, karbon dioksida, amonia, dan nitrogen.
Hal ini pada saatnya akan menyebabkan pemanasan global dan perubahan
cuaca. Bahkan, nitrous oxide, yangmerupakan produk sampingan dari nitrogen,
adalah gas rumah kaca ketiga yang paling signifikan, setelah karbon dioksida dan
metana.Penggunaan pestisida juga sangat berdampak terhadap kesehatan manusia dan
lingkungan.Setiap hari ribuan petani dan para pekerja di pertanian diracuni oleh
pestisida dan setiaptahun diperkirakan jutaan orang yang terlibat dipertanian
menderita

keracunan

akibat penggunaan pestisida. Dalam beberapa kasus

keracunan pestisida langsung, petani dan para pekerja di pertanian lainnya terpapar
(kontaminasi) pestisida pada proses mencampur dan menyemprotkan

pestisida.

Pestisida dalam bentuk gas merupakan pestisida yang paling berbahaya bagi
pernafasan, sedangkan yang berbentuk cairan sangat berbahaya bagi kulit,karena
dapat masuk ke dalam jaringan tubuh melalui ruang pori kulit.

Di samping itu masyarakat sekitar lokasi pertanian sangat beresiko terpapar
pestisida melalui udara, tanah dan air yang ikut tercemar, bahkan konsumen melalui
produk pertanian yang menggunakan pertisida juga beresiko terkontaminasi pestisida.
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
digunakanuntuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah
sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang
disebabkan oleh fungi(jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya
seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang
dianggap merugikan.
Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu
dalam bidang pertanian saja,namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama
untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan
rumah tangga untuk mengendalikan vektor(penular) penyakit manusia dan binatang
pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidangperumahan terutama untuk
pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain. Kecelakaan akibat pestisida
pada manusia sering terjadi, terutama dialami oleh orang yang langsung
melaksanakan penyemprotan. Mereka dapat mengalami pusing-pusing ketika
sedang menyemprot maupun sesudahnya, atau muntah-muntah, mulas, mata berair,
kulitterasa gatal-gatal dan menjadi luka, kejang-kejang, pingsan, dan tidak sedikit
kasus berakhirdengan kematian. Secara tidak sengaja, pestisida dapat meracuni
manusia atau hewan ternakmelalui mulut, kulit, dan pernafasan. Sering tanpa disadari
bahan kimia beracun tersebut masuk

ke

dalam

tubuh

seseorang

tanpa

menimbulkan rasa sakit yang mendadak dan mengakibatkan keracunan kronis.
Seseorang yang

menderita keracunan kronis.Setelah selang

waktu yang lama,

setelah berbulan atau bertahun-tahun. Keracunan kronis akibat pestisida saat ini
paling ditakuti, karena efek racun dapat bersifat karsiogenik (pembentukan
jaringan kanker pada tubuh), mutagenik (kerusakan genetik untukgenerasi yang akan
datang), dan teratogenic (kelahiran anak cacat dari ibu yang keracunan).
Peran perempuan di pertanian yang begitu besar membuat perempuan juga
dominan dan paling beresiko terhadap dampak pestisida terhadap sistem reproduksi.
Pada umumnya adalah gangguan terhadap sistem reproduksi perempuan, seperti
kanker rahim dan kanker payudara.Ditemukan
dilahirkan

mengalami cacat

fisik,

juga

fakta

anak-anak

yang

keterlambatan mental, serta kekebalan tubuh

rendah. Selain gangguan terhadap kesehatan, tidak kurang kerusakan yang terjadi
pada lingkungan yang berhasil dicatat adalah ditemukan ikan, lebah madu, kodok, dan
ternak unggas ayam yang mati.
Selain itu juga, terdapat bahaya fisik seperti getaran, arah angin, panas, radiasi
dan sisa pestisida serta terdapat bahaya ergonomi juga yaitu beban tangki gendong
yang berlebihan.Getaran dapat mengakibatkan kelainan

saraf dan pembuluh

darah pada tangan yang dihasilkan dari mesin pembajak traktor serta suara bising
yang dihasilkan akan menganggu komunikasi. Penyemprotan pestisida yang
berlawanan dengan arah angina akan memudahkanpestisida masuk ke dalam tubuh.
Panas juga menyebakan petani mudah dehidrasi dan cepatlelah. Petani yang seharihari bekerja di lahan persawahan pasti akan secara langsung terkena dengan sinar
matahari terus menerus dan berisiko terkena radiasi UV. Radiasi UV, baik dari cahaya
matahari atau sumber buatan yang lain dapat membahayakan mata, mempengaruhi
jaringan permukaan serta struktur dalam mata seperti lensa mata dan juga kornea.
Pemaparan dalam jangka waktu lama terhadap radiasi UV memicu katarak, kanker
kulit sekitar bulumata dan kelainan mata yang lain.
Dari analisis risiko kesehatan lingkungan tersebut penting perlu adanya
manajemen resiko dan komunikasi resiko, antara lain:
 Lebih memperhatikan keselamatan kerja dengan menggunakan APD yang sesuai.
 Sanitasi dan hygiene perorangan lebih ditingkatkan.
 Mengurangi pemakaian pupuk kimia dan beralih ke pupuk organik.
 Dalam pembelian pestisida hendaknya selalu dalam kemasan yang asli, masih
utuhdan ada label petunjuknya. Perlakuan sisa kemasan, Bekas kemasan
sebaiknyadikubur atau dibakar yang jauh dari sumber mata air untuk mengindai
pencemaran kebadan air dan juga jangan sekali-kali bekas kemasan pestisida untuk
tempat makanan dan minuman.
 Setelah menggunakan pestisida apabila berlebih hendaknya di simpan yang aman
seperti jauh dari jangkauan anak-anak, tidak bercampur dengan bahan makanan dan
sediakan tempat khusus yang terkunci dan terhindar dari sinar matahari langsung.
Pada pelaksanaan penyemprotan ini banyak menyebabkan keracunan dan penyakit
lainnya oleh sebab itu petani di wajibkan memakai alat pelindung diri yang lengkap
setiap melakukan penyemprotan, tidak melawan arah angin atau tidak melakukan

penyemprotan sewaktu angin kencang, hindari kebiasaan makan-minum serta
merokok di waktu sedang menyemprot, setiap selesai menyemprot dianjurkan untuk
mandi pakai sabun dan berganti pakaian serta pemakain alat semprot yang baik akan
menghindari terjadinya penyakit.
 Menggunakan topi pelindung yang memiliki pinggiran, sebagai tambahan terhada
pradiasi ultraviolet sebaiknya menggunakan kacamata pelindung dari cahaya
matahari.
 Menggunakan sarung tangan ketika menjalankan mesin traktor.
 Menyediakan air minum agar tidak mudah dehidrasi saat panas.Untuk komunikasi
resiko, yang perlu dilakukan adalah

memberi tahu atau menyampaikanhasil

manajemen resiko kepada petani agar dapat mengurangi pajanananya yang masuk
kedalam tubuh.
2.2 Tujuan Umum Metode HIRAC
1. Pengertian HIRAC
HIRAC atau biasa disebut Hazard Identification Risk Assessment and Control
adalah Proses mengidentifikasi bahaya, mengukur, mengevaluasi risiko yang muncul dari
sebuah bahaya, lalu menghitung kecukupan dari tindakan pengendalian yang ada dan
memutuskan apakah risiko yang ada dapat diterima atau tidak. HIRAC merupakan suatu
pedoman dalam mengidentifikasi bahaya, menilai risiko dan mengendalikan risiko.
Tujuan HIRAC adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengidentifikasi semua faktor yang dapat menyebabkan kerugian kepada
karyawan dan lain - lain.
b. Untuk mempertimbangkan kemungkinan besar risiko yang membahayakan
siapa pun di lingkungan kerja, dan
c. Untuk memungkinkan pengusaha untuk merencanakan, memperkenalkan dan
memantau tindakan pencegahan untuk memastikan bahwa risiko tersebut cukup
dikendalikan setiap saat.
Dalam melakukan perencanaan kegiatan HIRAC harus memperhatikan hal - hal
berikut : Melihat kondisi mana bahaya yang tampaknya menjadi ancaman yang
signifikan, Memastikan apakah pengendalian yang ada memadai, dan dilakukan sebelum

pelaksanaan tindakan perbaikan atau pencegahan. Dalam melaksanakan proses HIRAC
dibutuhkan

4

langkah

sederhana

dalam

melaksanakan

HIRAC,

yaitu:

1)

mengklasifikasikan kegiatan kerja lalu mengidentifikasi bahaya. 2) melakukan penilaian
risiko (analisis dan memperkirakan risiko dari setiap bahaya), oleh menghitung atau
menaksir kemungkinan terjadinya, dan keparahan bahaya. 3) memutuskan apakah risiko
ditoleransi dan menerapkan langkah-langkah upaya pengendalian kontrol.
2. Tujuan HIRAC
Tujuan Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian Risiko atau
Hazard Identification, Risk Assessment and Control (HIRAC) adalah mencegah
terjadinya kecelakaan. Cara efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan, harus
diambil tindakan yang tepat terhadap tenaga kerja dan perlengkapan, agar tenaga kerja
memiliki konsep keselamatan dan kesehatan kerja demi mencegah terjadinya
kecelakaan. Prosedur ini dibuat untuk memberikan panduan dalam melakukan
identifikasi bahaya dan penilaian risiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja
baik karyawan maupun pihak - pihak luar yang terkait dalam kegiatan perusahaan,
serta menentukan pengendalian yang sesuai. Hal ini dilakukan demi melindungi
kesehatan tenaga kerja, meningkatkan efisiensi kerja, mencegah terjadinya kecelakaan
kerja dan penyakit.
Berbagai arah keselamatan dan kesehatan kerja :
a. Mengantisipasi keberadaan faktor penyebab bahaya dan melakukan
pencegahan sebelumnya.
b. Memahami jenis-jenis bahaya yang ada di tempat kerja.
c. Mengevaluasi tingkat bahaya di tempat kerja.
d. Mengendalikan terjadinya bahaya atau komplikasi.
4. Konsep Metode HIRAC
HIRAC adalah singkatan Hazard Identification Risk Assessment and Control. Jadi
ada tiga bagian utama dalam HIRAC, yaitu: upaya melakukan identifikasi terhadap
bahaya dan karakternya, dilanjutkan dengan melakukan penilaian risiko terhadap

bahaya yang ada, setelah itu merekomendasikan upaya. Salah satu garis besar urutan
prosedur HIRAC adalah :
a. Membuat sebuah metodologi dan prosedur untuk identifikasi bahaya dan analisis
risiko.
b. Hazard Identification (Identifikasi Bahaya)
c. Risk Assessment (Analisis risiko)
d. Determine Controls (Menetapkan tindakan pengendalian)
e. Documentation Socialization and Implementing Controls (Pendokumentasian,
sosialisasi dan pelaksanaan tindakan pengendalian).

2.3 Tabel Matriks Identifikasi Risiko
JOB

TASK

HAZARD

ACCIDENT

PROBABILITY

CONSEQUENCES

Penyiapan

Mencangkul

Ergonomi

Posisi

personal factor:

Human loss:

Hazard:

mencangkul

-Posisi

yang salah

lahan
pertanian

dan

membungkuk

-kemampuan

fisik -MSDs,nyeri

yang

kurang punggung,

memadai

Physical

Kaki dan jari Unsafe act:

-cidera,cacat,dan

Hazard:

kaki berisiko

terluka

-Komponen
Tajam cangkul
- panas sinar
UV
-lentingan
Tanah

terkena
komponen
tajam cangkul

-Tidak

cangkul.

Melaksanakan
Prosedur

Dengan -dehidrasi

Baik.
-Bekerja
Bercanda

Sambil -kanker

-mata iritasi terkena
lentingan tanah.
Yang
Sesuai

Skill/Keterampilan.
Unsafe Condition:
-Tidak memakai Alat
pelindung diri yang
tidak sesuai dengan
standar

(sepatu

boots)
-Waktu kerja yang
berlebihan.

kulit

Dan &katarak.

-Mengerjakan
Tidak

&cepat

lelah.

Bergurau.

Pekerjaan

karena

Menghidupka
n

Hazard

Posisi

mesin ergonomi:

membajak
dengan
traktor

-posisi
salah

yang
dalam

salah

yang Unsafe act:
dalam

menghidupka
n mesin

-Tidak

-Tangan keseleo.

Melaksanakan
Prosedur

menghidupkan

Human loss:

Dengan

Baik.

mesin

Pekerjaan

hazard:

Tidak

Yang

tubuh.

Sesuai -cidera telingah dan

Skill/Keterampilan.

-traktor susah

bajak.
-memer pada bagian

-Mengerjakan

Mechanical

-terjatuh dan terkena

gangguan komunikasi
-kaki tertusuk

dikendalikan
Physical
Hazard:
-lentingan batu
karena terkena
bajak
-suara bising
-Benda

tajam

di bendeg
-getaran pada
tangan
-tanah

yang

licin.
Melubangi

Ergonomi

Factor personal:

tanah dengan Hazard:
sosrok

-posisi

Posisi

_kemampuan

yang melubangi

tidak netral
Membungkuk

tanah
salah.

yang

Human loss

fisik -MSDs,nyeri
kurang punggung

yang memadai.
Unsafe Condition:

-kedinginan

(

berakibat sakit)

bisa

- Biological
hazard:
-baju yang basa
-bakteri

-Tidak memakai Alat -terkena
-berpotensi
terkena
penyakit dan
bakteri

-Cacing
-ular

-berpotensi
digigit ular.

Physical
Hazard:

pelindung diri yang air,gatal,dan alergi
tidak sesuai dengan
standar (topi kepala
dan sepatu boots)
-Waktu kerja yang
berlebihan.

-

terkenan

penyakit

cacingan.
-kematian

akibat

digigit ular.
Dehidrasi dan cepat
lelah.

-panas sinar UV
-ujung sosrok
yang runcing

kutu

-berpotensi
cepat
mengalami
kelelahan.
-berpotensi
tekena

kaki

dan jari kaki.

Penanaman

Penanaman

Ergonomi

-posisi

Binit padi

Hazard:

salah

-posisi

yang Unsafe act:

yang -berpotensi

membungkuk

ibu jari kram

Human loss:

-Tidak

-MSDs,nyeri

Melaksanakan

punggung dan LBP

Prosedur

Dengan

Baik.

-gerakan
menekan

-Mengerjakan

dengan ibu jari

Pekerjaan
Tidak

Biological

-bakteri
kuman
air

-terkenana
Yang
Sesuai

Skill/Keterampilan.

hazard:
dan -berpontensi
pada terkena

-pegal pada ibu jari

Unsafe Condition:
-Tidak memakai Alat

penyakit dan pelindung diri yang

kutu

air,gatal,dan iritasi.

bakteri

bagi tidak sesuai dengan

tubuh.

standar

(sepatu

boots)
-Waktu kerja yang
berlebihan.
Pemeriharaan

Persiapan
penggunaan
pestisida
untuk
digunakan
pada proses
penyemprota
n (penuangan
pestisida pada
wadah
dan
pencampuran
dengan air)

Pemupukan
dengan

Chemical
hazard:

Tangan kontak Unsafe Act:
langsung
-Tidak memakai APD
dengan
-Zat
kimia pestisida
(sarung tangan dan
masker)
(pestisida)
-Terabsorbsi
-Menggulewat kulit

Ergonomic
hazard:

menggunakan

Posisi
Penyemprota mengangkat
tangki
n
pestisida
penyemprot
ketanaman
yang salah
menggunakan
tangki
penyemprot
tanaman

Physical
hazard:
Isi pupuk
(pestisida)
dalam tangki
penyemprot
terlalu banyak

Human loss:
-Iritasi pada tangan dan
kulit
-Keracunan
-Gangguan pernapasan

-Terpajan
pestisida
melalui inhasi
atau terhirup
uap pestisida

nakan peralatan yang
rusak

-Pestisida

Sarung tangan yang

tumpah

digunakan

mengenai

dan tidak memenuhi

kulit

standart.

Keram

Unsafe Act:

Human Loss:

punggung

Penggunaan tangki
penyemprot yang
tidak sesuai standar
dan proses
pemupukan yang
berlangsung lama
tanpa ada jeda waktu
istirahat

Low Back Pain

Economic loss:
Unsafe Condition:

Pengeluaran
pengobatan

bolong

Unsafe condition:
Volume
pestisida
dalam tangi terlalu

Economic loss:
Pengeluaran biaya
pengobatan

biaya

(terlalu berat)

banyak

Personal factors:
Kurang pengetahuan
dan keterampilan
Panen

Memanen
padi

Ergonomic
hazard:
-posisi kerja
yang
membungkuk

Posisi
membungkuk
Terlalu lama.

Pisau yang
tajam
Biological
hazard:

Human loss:

-Tidak

-pegal pada kaki

Melaksanakan
Prosedur

-MSDs,nyeri
Dengan punggungLBP.

Baik.

Physical
hazard:
-panas sinar
UV

Unsafe act:

Tubuh

Sambil -dehidrasi

-Bekerja

menjadi hitam Bercanda
Bergurau.
-berpotensi
terkena pisau -Mengerjakan

Dan Dan kelelahan
-kanker
katarak.

kulit

dan

Yang -tangan terluka
tangan Pekerjaan
Sesuai
dan kaki saat Tidak
Skill/Keterampilan.
memanen
pada

bakteri,binatan padi
tanah,
(ular,nyamuk,t
omcet,belalang
dan ulat)

Unsafe Condition:

DBD,malaria,chikungun
-Tidak memakai Alat ya,dan
iritrasi
dan
pelindung diri yang alergi,dan melepuh pada
kulit.
tidak sesuai dengan
(sepatu Economic loss:
Pengeluaran biaya
pengobatan

standar
boots)

-Waktu kerja yang
berlebihan.
Mengangkut

Keram

hasil

punggung

padi

Ergonomic
panen hazard:
Permukaan
alat pikul yang
keras

Unsafe act:

Human Loss:

-Tidak

Low Back Pain

Melaksanakan

-lecet-lecet pada kulit

Prosedur

Dengan -pegal-pegal pada

-beban yang
berlebihan

Baik.

bahu

-Mengerjakan

Physical
hazard:

Pekerjaan
Tidak

Sinar UV

Yang
Sesuai

Skill/Keterampilan.
Unsafe Condition:

Economic loss:
Pengeluaran biaya
pengobatan

-Tidak memakai Alat
pelindung diri yang
tidak sesuai dengan
standar

(sepatu

boots)
-Waktu kerja yang
berlebihan.

2.4 Tabel Analisi Risiko
TASK

JOB

Penyipan lahan mencangkul

BASIC
LEVEL
L C R

dan pertanian

D

Menghidupkan
mesin

3

M

EXISTING
CONTROL
Menganti alat
cangkul yang
manual dengan
menggunakan
mesin

EXISTING
LEVEL
L C R
D

3

M

C

2

M

-

C

2

M

tanah C

3

H

Mengatur
posisi yang
benar dan

C

2

M

membajak

dengan traktor
Melubangi

dengan sosrok

CONTROL
Mengggunakan
APD yang
standar (sepatu
boots)

REKOMEN
LEVE
L
C
R

D

2

L

Mengerjakan Pekerjaan
D
1
Yang Sesuai
Skill/Keterampilan
Sehingga mengurangi
terjadinya MSDs
Mengunakan
D
2
APD(memakai
sepatu

L

L

berhati-hati
Penanaman

Penanaman Binit C

3

M

padi

Pemeriharaan

-Waktu kerja
yang harus
diatur dan
beristirahat
-pekerjaan
manual harus
diganti dengan
menggunakan
mesin
penanam padi
Penyemprotan
pestisida
menggunakan
mesin semprot
khusus
tanaman

C

2

D

C

3

M

boots,dan sarum
tangan)
-harus
D
menggunakan
APD (sepatu
boots, topi
kepala,masker
wajah,dan
sarum tangan
yan berstandar).

2

L

Penggunaan
D
APD( masker
dan sarung
tangan) yang
aman dan sesuai
standar

2

L

1

L

2

L

Persiapan
C
penggunaan
pestisida
untuk
digunakan pada
proses
penyemprotan
(penuangan
pestisida
pada
wadah
dan
pencampuran
dengan air)

4

H

Pemupukan

B

3

H

Mengganti
tangki
penyemprot
dengan alat
Modern

D

2

L

Penggunaan
D
APD( masker
dan sarung
tangan) yang
aman dan sesuai
standar

c

4

H

Menganti pisau D
dengan
mengunakan
mesin yang
meodern

3

M

D

dengan
menggunakan
Penyemprotan
pestisida
ketanaman
menggunakan
tangki penyemprot
tanaman
panen

Memanen padi

Mengangkut

C

3

M

Menggunakan

D

2

Pengguaan
APD(Sarung
Tangan Yang
Berstandar,mas
ker,
Topi kepala)
L Menggunakan

D

1

L

hasil panen padi

sorong

/alat

APD(sepatu

pengakat

boots,masker ,t

hasil

opi kepala dan

padi

panen

sarung tangan
yang standar

Pada matrix identifikasi risiko di bidang pertanian di atas pada tahap Basic Level dari
5 risiko yang di identifikasi, 4 diantaranya masih tergolong dalam kategori risiko tinggi
(High Risks) yaitu tingkat risiko yang tidak dapat diterima dan harus segera dikontrol. Namun
setelah di kendalikan, dari 4 risiko tinggi 2 diantaranya menurun menjadi risiko sedang
(Moderate Risks) yaitu tingkat risiko yang tidak dapat diterima dan langkah pengendalian
biaya rendah (seperti penyediaan informasi dan pelatihan) harus dilakukan untuk
mengendalikan jenis risiko ini. Tahap pengendalian terakhir yaitu dilakukan kontrol dan
setelah dikontrol dari 5 risiko tersebut semuanya sudah menurun menjadi kategori risiko
rendah (Low Risks) pada tahap Recomended Level.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
Andiyono.2012.Risiko pertanian indonesia:persepsi petani terhadap risiko pertanian(studi
kasus

petani

tanaman

di

wilayah

bogor.skripsi

http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/56619/4/2012and.pdf (tanggal 17
Maret 2018)

Ernawati,Desrina,Abdul rohim Tualeka.2013.Risk Assessment Dan Pengendalian Risiko
Pada Sektor Pertanian (Studi Kasus Di Pertanian Bawang Merah Desa Kendalrejo,
Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk). http://journal.unair.ac.id/download-fullpapersk34d391eea72full.pdf
Lubis,astrihadi nowvan.2009.Manajemen Rtsiko Produksi Dan Penerimaan Pad1 Semi
Organik (Studi: Petani Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy, Kec.
Cigombong, Kab. Bogor).
Samosir,ismi aulia.2014.Analisis Potensi Bahaya Dan Pengendaliannya Dengan Metode
Hirac (Studi Kasus : Pada Industri Kelapa Sawit Pt. Manakarra Unggul Lestari,
Mamuju,SulawesiBarat).skripsi.
http://repositori.uinalauddin.ac.id/6598/1/ISMI%20AULIA
%20SAMOSIR_opt.pdf(diakses (pada tanggal 18 maret 2018)
Widyaningrum,Shinta.2015.Analisis

Risiko

Kesehatan

Di

Sektor

https://dokumen.tips/documents/analisis-risiko-kesehatan-di-sektorpertanian.html(diakses pada tanggal 17 maret 2018)

LAMPIRAN
1.Pembukaan lahan

Pertanian.

Gambar traktor
2. Persiapan Media tanam

3. Pemilihan Bibit dan persemaian

4.penanaman padi

5.perawatan padi

6. pencegahan hama dan penyakit

7.permanenan padi

Alat memanen padi modern

Alat pengangkut padi

Dari yang manual
harus diubah
menggunakan alat untuk mengurangi risiko sakit pada bahu seperti gambar dibawah ini