BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.Strategi Bersaing 2.1.1.1. Pengertian Strategi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Bersaing Berbasis Kearifan Religi untuk Meningkatkan Jumlah Peserta Didik SD Negeri Jombo

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

2.1.1.Strategi Bersaing 2.1.1.1. Pengertian Strategi

  Untuk mencapai suatu tujuan sebuah organisasi pasti memiliki cara atau teknik tertentu. Teknik yang digunakan sebisa mungkin tidak dimiliki oleh organisasi yang lain sehingga orang akan mudah mengenal organisasi tersebut dari ciri khusus yang dimilikinya, maka perlu perencanaan yang matang baik untuk jangka waktu panjang maupun untuk kurun waktu yang pendek. Hal ini sesuai dengan pendapat Rangkuti (2006: 3), Johnson dan Scholes (2013) yang menjelaskan Strategi ialah arah dan ruang lingkup dari sebuah organisasi atau lembaga dalam jangka panjang, yang mencapai keuntungan melalui konfigurasi demi memenuhi kebutuhan pasar dan memenuhi harapan pihak yang berkepentingan (stakeholder). Jadi untuk memenehui kebutuhan pasar dan harapan pihak yang berkepentingan diperlukan sekumpulan keputusan & tindakan manajerial yang menentukan kinerja jangka panjang perusahaan (meliputi analisa lingkungan, formulasi strategi, implementasi, evaluasi dan pengendalian). Dengan mengetahui kebutuhan lingkungan, maka organisasi dapat merencanakan strategi untuk pelaksanaan kegiatan, perencanaan untuk mengetahui keberhasilan dan bagaimana cara pengendalian kegiatan agar tujuan dapat tercapai.

  Konsep yang senada menjelaskan strategi merupakan suatu cara dari sebuah lembaga atau organisasi untuk mencapai tujuannya sesuai dengan peluang dan ancaman lingkungan eksternal serta kemampuan internal dan sumber daya (Halim , 2001). Dari pendapat tersebut mengandung makna agar organisasi dapat mencapai tujuan maka organisasi tersebut harus tahu kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Karena dengan mengetahui pemasalahan tersebut organisasi akan dapat merencanakan strategi yang tepat yang diyakini sebagai alat yang ampuh untuk mencapai tujuan.

  Pendapat di atas dipertegas oleh (Siagian, Morrisey, Ali Bakir dan Milan Todorovic, 2010: 1042) yang mengatakan bahwa strategi merupakan serangkaian keputusan dan tindakan yang mendasar yang dibuat oleh menejemen puncak dan diterapkan di seluruh jajaran dalam suatu organisasi demi pencapaian tujuan organisasi tersebut. Jadi seorang pimpinan hendaknya mampu mengambil keputusan untuk menentukan arah yang harus dituju oleh perusahaan supaya dapat tercapai segala misinya serta merupakan tindakan-tindakan yang berguna untuk membantu pencapaian tujuan perusahaan baik jangka panjang maupun jangka pendek serta meningkatkan kesejahteraan perusahaan

  Definisi yang agak berbeda disampaikan Porter (2007:15) menyatakan bahwa strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing”. Porter mendefinisikan 3 jenis strategi generik, yaitu: Keunggulan Biaya (Cost Leadership), Pembedaan Produk (Differentiation), dan Fokus. Pendapat Porter ini mengandung maksud agar suatu perusahaan dapat bertahan dan lebih kuat dibanding pesaingnya, perusahaan hendaknya dapat menekan biaya serendah mungkin dengan produk yang berbeda dari pesaing namun dengan mutu yang baik, selain itu perusahaan harus membatasai apa produknya sehingga tidak mudah ditiru oleh perusahaan lain

  Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Strategi itu merupakan alat atau cara dan arah yang digunakan oleh suatu organisasi atau lembaga sesuai dengan peluang dan ancaman yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang menjadi misi organisasinya, sebab dengan strategi yang pas dan tepat maka suatu lembaga atau orgaisasi tersebut dapat menentukan langkah langkah apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan demikian agar lembaga pendidikan termasuk SD Negeri Jombor dapat mencapai tujuan sesuai dengan keinginan pengguna maka sekolah harus menentukan cara, arah yang tepat agar pelanggan jasa pendidikan mersa puas dan senang sehingga dapat meningkatkan jumlah peserta didik.

  Strategi sangat diperlukan untuk menentukan arah, dan tujuan yang jelas. Dengan strategi yang jelas, dan tidak mudah ditiru oleh lembaga yang lain, maka lebih baik jika lembaga tersebut memiliki ciri khusus yang menjadi pembeda, sehingga orang akan mudah mengenal karena cirinya tersebut. Dengan strategi yang jelas suatu organisasi dapat mengetahui arah yang jelas kemana akan dibawa..

2.1.1.2. Pengertian Strategi Bersaing

  Strategi bersaing adalah langkah-langkah strategis yang terencana maupun tidak terencana untuk dapat memiliki keunggulan bersaing sehingga dapat menarik perhatian konsumen, memperkuat posisi dalam pasar, dan bertahan terhadap tekanan persaingan (Hariadi: 2005,99). Jadi agar suatu perusahaan dapat mempertahankan posisinya dalam persaingan, perusahaan harus memilki keunggulan yang menarik konsumen untuk setia menjadi pelanggan.

  Hal ini sejalan dengan pendapat Porter (2008) strategi bersaing merupakan upaya yang dilakukan oleh suatu organisasi untuk menghadapi persaingan dengan cara memberikan berbagai hal yang terbaik guna memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat, sehingga mereka akan menaruh kepercayaan terhadap organisasi tersebut. Pendapat ini diperkuat Kotler (2001:312) yang mengatakan strategi bersaing adalah strategi yang secara kuat menempatkan perusahaan terhadap pesaing dan yang memberi perusahaan keunggulan bersaing yang sekuat mungkin. Pendapat tersebut mengandung substansi bahwa bila suatu perusahaan, organisasi atau Lembaga bisnis ingin kuat maka harus mempunyai keunggulan dibandingkan dengan pesaing.

  Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan mengapa strategi bersaing itu diperlukan oleh suatu perusahaan /lembaga? Strategi bersaing sangat diperlukan oleh perusahaan, karena agar dapat memenangkan persaingan dan mempertahankan eksistensinya di tengah tekanan pesaing, maka perusahaan tersebut harus memiliki langkah-langkah tertentu yang merupakan keunggulan bersaing, dimana perusahaan tersebut dapat memberikan ciri khusus sebagai pembeda dari perusahaan pesaing.

  Demikian juga dalam dunia pendidikan jika suatu lembaga pendidikan ingin memenangkan persaingan maka lembaga pendidikan tersebut harus memiliki sesuatu yang dapat diunggulkan yang dapat memberikan kepuasan pelanggan. Itulah mengapa Strategi Bersaing diperlukan oleh suatu perusahaan atau lebaga pendidikan.

2.1.2. Kepuasan Pelanggan

  Kepuasan pelanggan adalah hasil akumulasi dari konsumen atau pelanggan dalam menggunakan produk dan jasa, pelanggan puas apabila setelah membeli produk dan menggunakan produk tersebut, ternyata kualitas produknya baik, (Irawan, 2008: 3) Kemudian dijelaskan kembali kepuasan pelanggan ditentukan oleh persepsi pelanggan atas performance produk atau jasa dalam memenuhi harapan pelanggan. Pelanggan merasa puas apabila harapanya terpenuhi atau akan sangat puas jika harapan pelanggan terlampaui. Apabila pelanggan merasa puas karena kualitas produknya sesuai dengan apa yang diharapkan, maka akan mengabarkan berita tersebut kepada orang lain, akhirnya orang lain pun akan ikut percaya kepada perusahaan tersebut.

  Menurut Irawan ada lima faktor utama yang mempengaruhi kepuasan pelanggan yaitu kualitas produk, harga, service quality, emotional factor, biaya dan kemudahan. Pendapat tersebut mengandung substansi jika perusahaan termasuk Lembaga Pendidikan ingin pelanggan atau pengguna jasa pendidikan merasa puas dan menaruh kepercayaan maka sekolah harus berusaha memenuhi keinginan/ harapannya baik pelayanan yang diberikan, sikap/ tanggapan dari sekolah, maupun out put yang dihasilkan. Sehingga akan sama-sama menguntungkan baik pengguna jasa Pendidikan maupun Lembaga Pendidikan itu sendiri. Jadi kepuasan pelanggan dapat didefinisikan sebagai respon pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakannya setelah pemakaian.

  Sejalan dengan pendapat tersebut dijelaskan Kotler dan Keller dalam Sunyoto (2013: 35) mengatakan bahwa Kepuasan Konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja yang diharapkan. Pendapat tersebut mengandung arti bahwa jika pelanggan merasa puas terhadap produk/out put yang dihasilkan perusahaan/Lembaga Pendidikan maka mereka akan merasa puasa dan akan menaruh kepercayaan terhadap sekolah, namun jika mereka tidak puas terhadap produk yang dihasilkan maka mereka akan kecewa. Apabila pelanggan merasa kecewa maka akan menjadi ancaman bagi perusahaan/lembaga pendidikan, karena mereka akan membawa pengaruh buruk terhadap pelanggan yang lain yang akan berakibat menurunnya animo pelanggan terhadap perusahaan/lembaga pendidikan.

2.1.3. Manajemen Kurikulum

  Menurut Rusman (2012: 3) Manajeman kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Yang dikembangkan sesuai dengan konteks MBS. Keterlibatan masyarakat dalam menajemen kurikulum di maksudkan agar dapat memahami, membantu, dan mengontrol implementasi kurikulum, sehingga lembaga pendidikan atau sekolah selain dituntut kooperatif juga mampu mandiri dalam mengidentifikasikan kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai kurikulum, mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum, baik kepada masyarakat maupun pada pemerintah.

  Jadi manajemen kurikulum merupakan suatu sistem kurikulum yang berorientasi pada produktivitas peserta didik, kurikulum dibuat bagaimana peserta didik dapat mencapai tujuan dengan pemberdayaan dan pendayagunaan manusia, materi, uang, informasi, dan rekayasa untuk dapat mengantarkan anak didik menjadi kompeten dalam berbagai kehidupan yang dipelajarinya, juga merupakan upaya untuk mengurus, mengatur, dan mengelola perangkat mata pelajaran yang akan diajarkan pada lembaga pendidikan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kebebasan sekolah mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi sekolah dipertegas dengan Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum yang berbunyi Kurikulum dikembangkan secara berdiversifikasi dengan maksud agar memungkinkan penyesuaian program pendidikan pada satuan pendidikan dengan kondisi dan kekhasan potensi yang ada di daerah serta peserta didik; Kurikulum dikembangkan dan dilaksanakan di tingkat satuan pendidikan sehingga sekolah berhak untuk mengembangkan kurikulum sekolahnya sesuai kebutuhan dan sesuai dengan keinginan masyarakat pengguna pendidikan di mana sekolah berada.

  Manajemen kurikulum merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran dalam pendidikan nasional. Di samping itu, kurikulum merupakan suatu sistem program pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang peranan penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu atau berkualitas. Untuk menunjang keberhasilan kurikulum, diperlukan upaya pemberdayaan bidang manajemen atau pengelolaan kurikulum.

a) Tujuan Pengembangan Manajemen Kurikulum

  Permendikbud No.81a Tahun 2013 tentang implementasi kurikulum memberikan kebebasan pada sekolah untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi sekolah, sehingga dengan dikembangkannya manajemen kurikulum memungkinkan adanya penyesuaiain program Pendidikan pada satuan Pendidikan dengan kondisi dan ke khasan potensi yang ada di sekolah. Adapun tujuannya adalah: 1)

  Menjawab atau antisipasi yang merupakan kemajuan ilmu tekhnologi.

  2) Kurikulum haruslah bersifat dinamis. Yang dimaksud dinamis yaitu senantiasa berubah menyesuaikan keadaan supaya dapat memantapkan belajar dan hasil belajar.

  Kurikulum yang tidak sesuai dengan tuntutan sosial, tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan juga tidak sesuai dengan dunia kerja akan menyebabkan sebuah problem, karena itu haruslah dirubah dan dikembangkan kurikulum tersebut. 3) kebutuhan yang ada dalam

  Memenuhi masyarakat dan untuk meningkatkan kemajuan masyarakat. 4)

  Dengan dikembangkannya suatu kruikulum maka pendidikan yang ada di masyaraka baik pendidikan formal maupun non formal akan mengalami peningkatan, dengan adanya peningkatan tersebut maka masyarakat akan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik pula baik pengetahuan maupun pola kehidupannya dan apabila pemenuhan tersebut telah terpenuhi maka masyarakat akan mengalami kemajuan.

5) Memenuhi kebutuhan peserta didik.

  6) Perubahan cara pandang kurikulum, dari kurikulum sebagai alat menjadi kurikulum sebagai tujuan akhir yang akan dicapai. Karena hasil belajar yang diharapkan merupakan dasar bagi perencanaan dan perumusan berbagai tujuan kegiatan pembelajaran. 7)

  Untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dalam megembangkan bakat dan minatnya maka diperlukan tenaga pendidik atau guru - guru yang berkualitas sesuai dengan kompetensinya.

  

b) Langkah-langkah Pengembangan Manajemen

Kurikulum

  Pegembangan kurikulum meliputi empat langkah, yaitu merumuskan tujuan pembelajaran (instructional objective), menyeleksi pengalaman- pengalaman belajar (selection of learning experiences), mengorganisasi pengalaman-pegalaman belajar (organization of learning experiences), dan mengevaluasi (evaluating). 1)

  Merumuskan Tujuan Pembelajaran (instructional

  objective)

  Terdapat tiga tahap dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tahap yang pertama yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah memahami tiga sumber, yaitu siswa (source of

  student), masyarakat (source of society), dan

  konten (source of content). Tahap kedua adalah merumuskan tentative general objective atau standar kompetensi (SK) dengan memperhatikan landasan sosiologi, kemudian discreen melalui dua landasan lain dalam pengembangan kurikulum yaitu landasan filsofi pendidikan (philosophy of

  learning) dan psikologi belajar (psychology of learning), dan tahap terakhir adalah merumuskan

precise education atau kompetensi dasar (KD).

  2) Merumuskan dan Menyeleksi Pengalaman-

  Pengalaman Belajar (selection of learning

  experiences)

  Dalam merumuskan dan menyeleksi pengalaman- pengalaman belajar dalam pengembangan kurikulum harus memahami definisi pengalaman belajar dan landasan psikologi belajar (psychology

  of learning). Pengalaman belajar merupakan

  bentuk interaksi yang dialami atau dilakukan oleh siswa yang dirancang oleh guru untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Pengalaman belajar yang harus dialami siswa sebagai learning activity menggambarkan interaksi siswa dengan objek belajar. Belajar berlangsung melalui perilaku aktif siswa; apa yang ia kerjakan adalah apa yang ia pelajari, bukan apa yang dilakukan oleh guru. Dalam merancang dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar juga memperhatikan psikologi belajar.

  3)

Mengorganisasi Pengalaman Pengalaman Belajar

  (organization of learning experiences). Pengorganisasi atau disain kurikulum diperlukan untuk memudahkan anak didik untuk belajar.

  Dalam pengorganisasian kurikulum tidak lepas dari beberapa hal penting yang mendukung, yakni: tentang teori, konsep, pandangan tentang pendidikan, perkembangan anak didik, dan kebutuhan masyarakat. Pengorganisasian kurikulum bertalian erat dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Oleh karena itu kurikulum menentukan apa yang akan dipelajari, kapan waktu yang tepat untuk mempelajari, keseimbangan bahan pelajaran, dan keseimbangan antara aspek-aspek pendidikan yang akan disampaikan. 4)

  Mengevaluasi (evaluating) Kurikulum Langkah terakhir dalam pengembangan kurikulum adalah evaluasi. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan di mana data yang terkumpul dan dibuat pertimbangan untuk tujuan memperbaiki sistem. Evaluasi yang seksama adalah sangat esensial dalam pengembangan kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai suatu proses membuat keputusan , sedangkan riset sebagai proses pengumpulan data sebagai dasar pengambilan keputusan.

c) Kurikulum Berbasis Kearifan Religi

  Pada saat ini kearifan religi menjadi kecenderu- ngan umum masyarakat Indonesia yang khawatir dengan perkembangan zaman yang semakin mendunia sehingga nilai karakter anak mulai merosot. Untuk itu lembaga pendidikan berusaha membangkitkan nilai-nilai religi untuk menjadi benteng generasi bangsa agar tidak mudah terpengaruh dengan perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai keagamaan. Selama ini sekolah selalu terbebani untuk mengejar peningkatan mutu akademik, sehingga melupakan nilai-nilai karakter bangsa ini. Oleh karena itu, sudah saatnya untuk menggali lebih banyak kearifan-kearifan religi sebagai alat atau cara untuk mendorong generasi bangsa khususnya para siswa untuk mengenyam pendidikan yang berkarakter. Nilai

  • –nilai karakter itu terkandung dalam norma-norma keagamaan.

  Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Religi berarti kepercayaan terhadap Tuhan, sedangkan kearifan adalah kebijaksanaan. menurut Gusdur: (2015:150) mengatakan kearifan religi dalam pendidikan Islam adalah lembaga pendidikan harus mempu membangun basis dan fondasi, basis adalah kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai tradisi dan nilai-nilai dalam ajaran agama. Kearifan lokal itu disebut dengan Pribumisasi Islam dimana ajaran Islam dan tradisi local dijadikan sebagai landasan moral dalam nyata kehidupan, oleh Karena itu penanaman nilai-nilai moral dapat dilakukan melalui pendidikan kearifan local yang didalamnya mengandung tradisi dan ajaran agama Islam yang harus dijadikan ruh dalam proses pendidikan. Dari pendapat tersebut jelas bahwa agar tujuan pendidikan dapat diterima oleh lingkungan masyarakat yang mayoritas beragama Islam maka lembaga pedidikan harus menghasilkan out put yang berpribadi Islami.

  Menurut PP Nomor 55 Tahun 2007 pasal 24 ayat 1 menyebutkan Tujuan Pendidikan Al Quran adalah meningkatkan kemampuan peserta didik membaca, menulis, memahami, dan mengamalkan kandungan Al Quran, lalu pada Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagaimana dimuat dalam Peraturan Menteri Agama (Permenag) Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah terdiri dari 6 BAB Standar Kompetensi Lulusan. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Madrasah Ibtidaiyah, yang terdiri dari 1)Al-

  Qur’an-Hadis (memahami, menghafal, menulis dan memahami surat-surat pendek dalam al- Qur’an: al-Fatihah, al-Naas, sampai dengan al-

  Duha’ dan menghafal, memahami arti, dan mengamalkan hadis- hadis pilihan tentang akhlak dan amal salih); 2)Akidah-Akhlak (mengenal dan meyakini rukun iman mulai dari iman kepada Allah sampai dengan iman kepada qada dan qadar melalui pembiasaan dan mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah, pengenalan, pemahaman sederhana, dan penghayatan terhadap rukun iman dan al-asma alhusna, serta pembiasaan dalam pengamalan akhlak terpuji dan ada Islami serta menjauhi akhlak tercela dalam perilaku sehari-hari; 3)Fikih (mengenal dan melaksanakan hukum Islam yang berkaitan dengan ruun Islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan thaharah, shalat, puasa, zakat sampai dengan pelaksanaan ibadah haji, seerta ketentuan makanan dan minuman, khitan, kurban, dan cara pelaksanaan jual beli dalam pinjam meminjam), 4) Sejarah Kebudaya-an Islam (mengenal, mengidentifikasi, meneladani dan mengambil ibrah dari sejarah Arab pra-Islam, sejarah Rasulullah SAW, Khulafaurrasyidin, serta perjuangan tokoh-tokoh agama Islam di daerah masing-masing, dan 5) Bahasa Arab (a) menyimak: memahami wacana lisan dalam bentuk paparan dan dialog tentang perkenanan dan hal-hal yang ada di lingkungan rumah maupun madrasah; (b) berbicara: mengungkapkan makna secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog tentang perkenanalan dan hal-hal yang ada di lingkungan rumah maupun madrasah; (c) membaca:membaca dan memahami makna wacana tertulis dalam bentuk paparan atau dialog tentang perkenalan dan hal-hal yang ada di lingkungan rumah maupun madrasah; dan (d) menulis: menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional pendek sederhana dengan ejaan dan tanda baca yang tepat.

2.1.4. Peserta Didik

  Peserta didik atau murid diartikan sebagai orang yang menghendaki untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman dan kepribadian yang baik sebagai bekal hidupnya agar bahagia dunia dan akhirat dengan jalan belajar sungguh-sungguh (Ali, 2008). Agar orang tersebut dapat mengalami perubahan yang dikehendaki, maka Lembaga Pendidikan harus memberikan layanan yang sesuai dengan harapan mereka, baik fisik maupun non fisiknya.

  Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Pasal tersebut mengandung amanat bahwa pemerintah harus menyediakan dan memfasilitasi lembaga Pendidikan sesuai jalur dan jenjangnya agar anggota masyarakat dapat mengembangkan dirinya sesuai dengan kemampuan,bakat, dan minatnya.

  Peserta didik adalah siapa saja yang terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga Pendidikan Arikunto (1986:12), substansi dari pendapat itu siapun itu yang terdaftar pada dokumen sekolah maka dia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk dibimbing, diperhatikan, dan dilayani dengan fasilitas yang ada tanpa adanya diskriminasi.

  Berdasarkan defenisi-defenisi yang diungkap- kan oleh beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, baik secara fisik maupun psikis yang memerlukan bantuan orang lain melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang pendidikan tertentu. Bantuan yang diberikan tentunya sesuai dengan perkembangan, bakat dan minatnya seuai dengan program yang dilaksankan oleh suatu Lembaga Pendidikan tersebut.

2.2. Model Pengembangan

  Model pengembangan diartikan sebagai proses desain konseptual dalam upaya peningkatan fungsi dari model yang telah ada sebelumnya, melalui penambahan komponen pembelajaran yang dianggap dapat meningkatkan kualitas pencapaian tujuan (Sugiarta, 2007:11). Pengembangan model dapat diartikan sebagai upaya memperluas untuk membawa suatu keadaan atau situasi secara berjenjang kepada situasi yang lebih sempurna atau lebih lengkap maupun keadaan yang lebih baik. Ada beberapa model pengembangan seperti Four-D, ADDIE, Asure, dll. Namun dalam penelitian ini peneliti menggunakan model ADDIE. ADDIE merupakan singkatan dari

  

Analysis, Design, Development or Production,

Implementation or Delivery and Evaluations. Model

  ADDIE dikembangkan oleh Dick and Carry pada 1996 untuk merancang sistem pembelajaran.

  Tahap I: Analysis Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta didik, yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh karena itu, output yang akan dihasilkan adalah berupa karakteristik atau profile calon peserta belajar, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan. Lembaga Pendidikan itu dapat mengetahui kebutuhannya melalui analisis SWOT.

  Tahap-II: Design Yang kita lakukan dalam tahap desain ini, pertama, merumuskan tujuan pembelajaran yang

  SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan realistic). Selanjutnya menyusun materi, dimana materi tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan tadi. Kemudian menentukan strategi pembelajaran media dan metode yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, dipertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya, dan lain-lain.

  Semua itu tertuang dalam suatu dokumen bernama blue-print yang jelas dan rinci. Langkah ini merupakan gambaran produk yang akan dilaksankan. Tahap-III: Development (pengembangan)

  Pengembangan adalah proses mewujudkan blue- print alias desain tadi menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE. Langkah pengembangan meliputi kegiatan membuat, membeli, dan memodifikasi bahan ajar. Dengan kata lain mencakup kegiatan memilih, menentukan metode, media serta strategi pembelajaran yang sesuai untuk digunakan dalam menyampaikan materi atau substansi program. Dalam melakukan langkah pengembangan, ada dua tujuan penting yang perlu dicapai. 1) Memproduksi atau merevisi bahan ajar yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya, 2) Memilih media atau kombinasi media terbaik yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada saat melakukan langkah pengembangan, seorang perancang akan membuat pertanyaan-pertanyaan kunci yang harus dicari jawabannya. Pertanyaan-pertanyaannya antaralain: Bahan ajar seperti apa yang harus dibuat untuk dapat digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran? Bahan ajar seperti apa yang harus disiapkan untuk memenuhi kebutuhan siswa yang unik dan spesifik? Bahan ajar seperti apa yang harus dibeli dan dimodifikasi sehingga dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan siswa yang unik dan spesifik?, Bagaimana kombinasi media yang diperlukan dalam menyelenggarakan program pembelajaran?. Setelah perancangan jadi, lalu diujicoba terbatas kemudian dievaluasi kendala apa yang dihadapi. Dengan mengetahui kendala-kendala yang diadapi maka racangan produk segera bisa diperbaharui sesuai dengan kendala yang ditemui.

  Tahap-IV: Implementation Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan produk yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan dikemas atau diseting sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.

  Tahap-V: Evaluation Evaluasi yaitu proses untuk melihat apakah produk yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap di atas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi. Evaluasi merupakan langkah terakhir dari model desain sistem pembelajaran ADDIE. Evaluasi adalah sebuah proses yang dilakukan untuk memberikan nilai terhadap program pembelajaran. Evaluasi terhadap program pembelajaran bertujuan untuk mengetahui beberapa hal, yaitu : 1) Sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran secara keseluruhan. 2) Peningkatan kompetensi dalam diri siswa, yang merupakan dampak dari keikutsertaan dalam program pembelajaran.. 3) Keuntungan yang dirasakan oleh sekolah akibat adanya peningkatan kompetensi siswa setelah mengikuti program pembelajaran. 4) Kepercayaan masyarakat sekitar terhadap sekolah meningkat.

2.3. Analisis SWOT

  (Dewi Asri, Haris, Mustain dan Very Budiman, 2013) Analisis SWOT adalah alat perencanaan stratejik yang penting untuk membantu perencanaan sehingga dapat membandingkan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan dengan peluang dan ancaman dari eksternal , (Wanti et.al, 2014.). Sejalan dengan itu menurut Blocher et al., (2007) analisis

  

SWOT merupakan prosedur sistematis untuk

  mengidentifikasi faktor-faktor penentu kesuksesan yang dimiliki oleh perusahaan yakni kekuatan dan kelemahan internal, serta peluang dan ancaman

  

eksternal.Analisis SWOT digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi. Menurut Gunn (2011: 245) kekuatan dan kelemahan, dapat meliputi kemampuan, keahlian atau pengetahuan teknologi, sumber daya organisasi, kemampuan bersaing atau potensi keunggulan. Dengan demikian agar lembaga pendidikan mampu menyusun rencana stratejik yang tepat, maka satuan pendidikan hendaknya mengetahui apa kekuatan dan kelemahan organisasinya, bahkan penting untuk mengetahui pula bagaimana ancaman dan peluang yang mungkin diperoleh. Untuk itu sekolah perlu melaksanakan Analisis SWOT. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan),

  

Oportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Setiap

  satuan pendidikan tentu memiliki Faktor kekuatan dan kelemahan, sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor-faktor lingkungan yang dihadapi oleh satuan pendidikan dalam suatu bisnis yang bersangkutan. Dengan analisis tersebut diharapkan lembaga pendidikan dapat menyeimbangkan ke 4 apek itu sehingga mampu menentukan strategi terbaik.

2.3.1. Tujuan Analisis SWOT

  Menurut Rangkuti (2011:197), tujuan analisis SWOT yaitu membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategis suatu organisasi.

  Suatu perusahaan atau organisasi sangat penting melakukan analisis SWOT, karena dengan analisis SWOT perusahaan itu akan dapat menentukan: a.

  Panduan bagi perusahaan/organisasi termasuk lembaga Pendidikan untuk menyusun berbagai kebijakan strategis terkait rencana dan pelaksanaan di masa akan datang. Dengan adanya analisa ini, maka diharapkan perusaha- an/organisasi akan mampu memilih kebijakan dan rencana terbaik untuk perkembangan bisnis di masa akan datang.

  b.

  Bentuk evaluasi kebijakan strategis dan sistem perencanaan sebuah perusahaan/organisasi.

  Analisa SWOT akan membantu perusahaan / organisasi dalam memikirkan berbagai upaya evaluasi kebijakan yang dirasa merugikan dan mana yang menguntungkan. Menetapkan berbagai rancangan terbaru sebagai solusi berbagai masalah yang ditemukan melalui evaluasi analisa SWOT tersebut.

  c.

  Berbagai informasi mengenai kondisi perusahaan / organisasi, selanjutnya melalui informasi yang ada tersebut akan menjadi pedoman bagi pemilik perusahaan maupun perancang kebijakan untuk melakukan berbagai kebijakan baru sebagai solusi atas hasil analisa yang sudah ada.

  d.

  Berbagai tantangan ide-ide baru bagi pihak manajemen perusahaan/organisasi. Adanya berbagai permasalahan seperti kelemahan, peluang serta kekuatan yang kecil ataupun ancaman dari pihak luar akan mendorong bagian dari manajemen perusahan untuk menemukan berbagai ide kebijakan yang lebih fresh dan akan lebih efektif menjadi solusi atas berbagai permasa- lahan yang ada.

2.3.2. Langkah-langkah Analisis SWOT

  Menurut Rangkuti (2013: 23) menjelaskan bahwa penyusunan perencaaan srategis dapat dilakukan melalui 3 tahap analisis yaitu:

1) Tahap Pengumpulan Data

  Tahap ini merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal yang dapat diperoleh dari lingkungan luar perusahaan yang meliputi analisis pasar, analisis competitor, analisis komunitas, analisis pemasok, analisis pemerintah, analisis kepentingan tertentu dan data internal yang dapat diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri meliputi laporan keuangan, laporan kegiatan sumber daya manusia, laporan kegiatan operasional, laporan kegiatan pemasaran.

  Tahap pengumpulan data ini dapat diperoleh melalui wawancara, angket, dokumen laporan, maupun FGD (Focus Group Discussion). Adapun model-model yang digunakan dalam analisis SWOT antara lain sebagai berikut : a.

  Matriks Faktor Staretegi Eksternal EFAS (Eksternal

  Strategic Factor Analysis Summary)

  Cara penentuan faktor energi eksternal (Rangkuti, 2013 : 25) yaitu (1)

  Menyusun 5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman pada kolom 1. (2)

  Memberi bobot masing-masing faktor strategis pada kolom 2, dengan skala 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).Faktor-faktor itu diberi bobot didasarkan pada dapat memberikan dampak pada faktor strategis. (3)

  Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan skala mulai dari 4 (sangat kuat) sampai dengan 1 (lemah), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kodisi bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori peluang) diberi nilai dari 1 sampai 4 dengan membandingkan dari rata-rata pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif kebalikannya, jika ancaman besar sekali nilainya 1, sedangkan jika nilai ancaman kecil/ di bawah pesaing-pesaingnya nilainya 4

  (4) Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan nilai

  (rating) pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (menonjol) sampai dengan 1,0 (lemah). (5)

  Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya. (6)

  Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukan bagaimana perusahaan bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan dengan objek industri lainnya dalam kelompok industri yang sama.

  b.

  Matrik Faktor Strategi Internal IFAS (Internal

  Strategic Factor Analysis Summary)

  Cara penentuan faktor energi internal yaitu : (1)

  Menentukan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan pada Tabel IFAS kolom 1. (Rangkuti, 2014)

  (2) Memberi bobot masing-masing faktor strategis pada kolom 2, dengan skala 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor itu diberi bobot didasarkan pengaruh posisi strategis (Rangkuti, 2014)

  (3) Menghitung rating pada kolom 3 untuk masing- masing faktor dengan skala mulai dari 4 (sangat kuat) sampai dengan 1 (lemah), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kodisi kawasan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif pada variabel kekuatan diberi nilai dari 1 sampai 4 dengan cara membandingkan terhadap rata-rata pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif kebalikannya jika kelemahan besar sekali (dibanding dengan rata-rata pesaing sejenis) nilainya adalah 1, sedangkan jika nilai kelemahan rendah/di bawah rata-rata pesaing- pesaingnya nilainya 4. (4)

  Mengalikan bobot dengan nilai (rating) untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4.

  Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (menonjol) sampai dengan 1,0 (lemah). (5)

  Menjumlahkan skor pembobotan untuk mempe- roleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukan bagaimana perusahaan bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

2) Tahap Analisis

  Tahapan analisis dalam SWOT adalah memanfaatkan semua data dan informasi dalam model-model kuantitatif perumusan strategi (Rangkuti, 2001:30). Analisis SWOT terlebih dahulu dilakukan pencermatan (scanning) yang pada hakekatnya merupakan pendataan dan pengidenti- fikasian sebagai pra analisis (Diklat Spamen, 2000 : 3). Dalam tahapan ini akan tampak jelas bila dibuat dalam bentuk matrik, ada beberapa matrik yaitu: Matrik TOWS atau Matriks SWOT, Matrik BCG, Matrik Internal Eksternal, Matrik SPACE, dan Matrik Grand Starategy. Namun pada penelitian ini penulis menggunakan Matrik TOWS atau SWOT.

  Matrik SWOT adalah matrik yang menginteraksikan faktor strategis internal dan eksternal. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman (eksternal) yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan (internal) yang dimiliki (Rangkuti, 2001:31).

  Hasil dari interaksi faktor strategis internal dengan eksternal menghasilkan alternatif-alternatif strategi. Matrik SWOT menggambarkan berbagai alternatif strategi yang dapat dilakukan didasarkan hasil analisis SWOT (Purnomo, Zulkieflimansyah, 1996:87). Strategi SO adalah strategi yang digunakan dengan memanfaatkan/mengoptimalkan kekuatan yang dimilikinya untuk memanfaatkan berbagai peluang yang ada. Sedang strategi WO adalah strategi yang digunakan seoptimal mungkin untuk meminimalisir kelemahan. Strategi ST adalah strategi yang digunakan dengan memanfatkan /mengop- timalkan kekuatan untuk mengurangi berbagai ancaman. Strategi WT adalah Strategi yang digunakan untuk mengurangi kelemahan dalam rangka meminimalisir/menghidari ancaman.

  Tabel 2.1Matrik SWOT

  IFAS SRENGTHS (S) WEAKNESSES (W) Tulis 5 Tulis 5

  • – 10 Faktor – 10 Faktor

    EFAS Kelemahan Internal Kekuatan Internal

    OPPORTUNIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO

    Tulis 5 Ciptakan strategi Ciptakan strategi

  • – 10 Faktor

    peluang eksternal yang menggunakan yang meminimal-

    kekuatan untuk kan kelemahan memanfaatkan untuk memanfaat- peluang kan peluang TREATHS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT

    Tulis 5 Ciptakan strategi Ciptakan strategi

  • – 10 Faktor

    ancaman eksternal yang menggunakan yang meminimal-

    kekuatan untuk kan kelemahan dan mengatasi ancaman menghindari ancaman

  

Sumber: Rangkuti.2014

3 ) Tahap Pengambilan Keputusan

  Pengambilan keputusan merupakan tahap dalam pemilihan strategi-strategi alternatif. Analisis dan intuisi menjadi landasan bagi pengambilan keputusan perumusan strategi setelah melalui teknik-teknik pada tahap pencocokan (matching stage).Teknik matrik ini secara objektif menunjukkan strategi mana yang terbaik. Dari analisis data SWOT yang telah dilakukan, kemudian ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan data hasil analisis SWOT tersebut mempengaruhi dan menjadi dasar dari pengambilan keputusan pada akhir tahap. Tahapan tersebut diperkuat dengan pendapat Umar (2013: 87-88) yang menjelaskan bahwa tahapan proses penentuan strategi berdasarkan matrik SWOT adalah:

  a. Menentukan peluang -peluang penting bagi

  sekolah b. Menentukan ancaman-ancaman serius bagi sekolah

  c.

  Menentukan kekuatan-kekuatan utama internal sekolah

  d. Menentukan kelemahan-kelemahan dominan

  internal sekolah

  e. Menentukan kegiatan-kegiatan penting yang

  perlu dilakukan setelah mengombinasikan antara kekuatan-kekuatan internal yang dapat dimanfaatkan dan peluang-peluang eksternal yang dicoba untuk diraih dan hasilnya dicatat dalam sel SO

  f. Menentukan kegiatan-kegiatan penting yang

  perlu dilakukan setelah mengombinasikan antara kelemahan-kelemahan internal yang ada dan peluang-peluang eksternal yang dicoba untuk diraih dan hasinya dicatat dalam sel WO

  g.

  Menentukan kegiatan-kegiatan penting yang perlu dilakukan setelah mengombinasikan antara kekuatan-kekuatan internal yang ada dan ancaman-ancaman yang mungin timbul dan hasinya dicatat dalam sel ST

h. Menentukan kegiatan-kegiatan penting yang

  perlu dilakukan setelah mengombinasikan antara kelemahan-kelemahan internal yang ada dan ancaman-ancaman eksternal yang mungin timbul dan hasinya dicatat dalam sel WT.

2.3.3.Manfaat Analisis SWOT

  Dengan melakukan analisis SWOT maka sekolah dapat menentukan langkah-langkah untuk membuat keputusan yang sifatnya strategik.:

  1) Analisis SWOT memungkinkan para pengambil

  keputusan kunci dalam satuan pendidikan menggunakan kerangka berfikir yang logis dalam pembahasan yang mereka lakukan yang menyangkut situasi dimana organisasi berada, identifikasi dan analisis berbagai alternatif yang layak untuk dipertimbangkan dan akhirnya menjatuhkan pilihan pada alternatif yang diperkirakan paling ampuh.

  2) Penerapan kedua dari analisis SWOT adalah

  dengan pembandingan secara sistematik antara peluang dan ancaman eksternal disatu pihak dan kekuatan dan kelemahan internal di lain pihak. Maka sekolah dapat mengidentifiasikan dan mengenali satu dari tempat pola yang bersifat khas dalam keselarasan situasi internal dan eksternal yang dihadapi oleh satuan bisnis yang bersangkutan

  3) Dengan memahami dan menggunakan analisis

  SWOT maka sekolah akan menyadari tantangan utama yang harus mendapatkan perhatian dari suatu satuan bisnis. Karena tidak mustahil suatu satuan bisnis yang menjadi pesaing juga berupaya menghilangkan berbagai ancaman. Sehingga sekolah dapat menentukan strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan dalam dunia bisnis.

2.4. Langkah-langkah Pengembangan

  Untuk merumuskan strategi yang tepat dibutuhkan langkah-langkah pengembangan strategi. Menurut Sugiyono (2014) memberikan 10 langkah-langkah pengembangan. Adapun langkah yang peneliti gunakan untuk mengembangkan rencana strategis peningkatan jumlah peserta didik adalah sebagai berikut :

  Pengump

Potensi & Desain Validasi

ulan Data

Masalah Produk Desain

  

Uji Coba Revisi Uji coba Revisi

Pemakaian Produk Produk Desain

Revisi Produksi Produk Masal

Gambar 2.1 Langkah-langkah Pengembangan Sugiyono (2014).

  Tahapan Penelitian Menurut Sugiyono (2014) :

  1. Potensi dan Masalah Potensi adalah segala sesuatu yang bila digunakan akan memiliki nilai tambah. Sedangkan masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dan yang terjadi. Potensi dan masalah yang dikemukakakn dalam penelitian ditunjukan dengan data yang empiric dan masih up to date.

  2. Mengumpulkan Informasi Setelah potensi dan masalah yang ada di sekolah ditunjukkan secara faktual, selanjutnya dikumpulkan sebagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk merencanakan suatu strategi yang diharapkan mampu mengatasi masalah tersebut. Data yang diperlukan bisa dari berbagai cara seperti wawancara, observasi, studi dokumen dan Focus Group Discussion (FGD).

  3. Desain Produk Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah rencana strategis yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk peningkatan mutu sekolah. Rencana strategis ini masih bersifat hipotetik karena efektifitasnya belum terbukti dan akan diketahui setelah melalui pengkajian.

  4. Validasi desain Validasi desain dilakukan sebagai proses kegiatan untuk menilai apakah rencana strategis yang dibuat secara rasional dan efektif digunakan sebagai usaha peningkatan mutu sekolah. Validasi desain dapat menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli untuk menilai desain tersebut, selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatan.

  5. Perbaikan desain Setelah rencana strategi tersebut divalidasi, akan dapat diketahui kelemahannya, selanjutnya diujicoba untuk memperbaiki rencana strategis tersebut. Yang bertugas memperbaiki rencana strategis adalah peneliti sendiri. Pada akhirnya dapat dihasilkan suatu rencana strategis yang bisa diberikan kepada sekolah sebagai upaya peningkatan mutu.

  6. Uji Coba Produk Rencana strategi yang telah dibuat tidak bisa langsung di uji coba dulu tetapi harus di validasi dan revisi. Uji coba tahap awal di lakukan dengan simulasi, setelah itu baru di uji cobakan.

  7. Revisi Produk Dalam revisi produk dilakukan untuk mencari efektifitas dan efisiensi system kerja baru dengan cara membandingkan strategi lama dengan strategi baru.

  8. Uji Coba Produk Setela pengujian terhadap strategi berhasil dan mungkin ada revisi yang tidak terlalu penting maka selanjutnya strategi yang baru itu dapat di terapkan di lingkungan sekolah. Dalam pelaksanaannya strategi tersebut tetap harus dinilai kekurangan / hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih lanjut.

  9. Revisi Produk Revisi produk dilakukaan apabila dalam pelaksanaan strategi di sekolah terdapat kekurangan dan kelemahan, mamka dalam uji pemakaian selalu mengevaluasi bagaimana strategi itu diterapkan.

  10. Pembuatan Produk Masal

  Bila strategi peningkatan mutu tersebut telah dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian, maka strategi tersebut dapat diterapkan pada setiap lembaga Pendidikan.

Dokumen yang terkait

2.1 Kecemasan Menjelang Pensiun 2.1.1 Pengertian Kecemasan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyesuaian Diri dan Dukungan Sosial Keluarga sebagai Prediktor Kecemasan Menjelang Pensiun Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Amb

0 0 29

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 1 23

BAB III METODE PENELITIAN Dalam Bab III ini akan dijelaskan varibael-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, definisi oprasionalnya dan bagaimana cara mengukur variabel begitu juga dengan bagaimana cara mengumpulkan data, daya diskriminasi dan relia

0 1 19

4.1 Deskripsi Tempat Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyesuaian Diri dan Dukungan Sosial Keluarga sebagai Prediktor Kecemasan Menjelang Pensiun Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Ambon dengan Jabatan Struktura

0 0 27

HALAMAN JUDUL - Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyesuaian Diri dan Dukungan Sosial Keluarga sebagai Prediktor Kecemasan Menjelang Pensiun Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Ambon dengan Jabatan Struktural Esselon II, III dan IV

0 0 8

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyesuaian Diri dan Dukungan Sosial Keluarga sebagai Prediktor Kecemasan Menjelang Pensiun Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Ambon dengan Jabatan Struktural Esselon II, III dan IV

0 0 12

1. Skala Kecemasan Menjelang Pensiun 2. Skala Penyesuaian diri 3. Skala Dukungan Sosial Keluarga - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyesuaian Diri dan Dukungan Sosial Keluarga sebagai Prediktor Kecemasan Menjelang Pensiun Pe

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Bersaing Berbasis Kearifan Religi untuk Meningkatkan Jumlah Peserta Didik SD Negeri Jombor Tuntang

0 0 14