4.1 Deskripsi Tempat Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyesuaian Diri dan Dukungan Sosial Keluarga sebagai Prediktor Kecemasan Menjelang Pensiun Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Ambon dengan Jabatan Struktura

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dijelaskan lebih terperinci tentang karakteristik

  responden, hasil uji deskriminasi aitem dan reliabilitas alat ukur, uji asumsi klasik, uji normalitas, uji hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.

4.1 Deskripsi Tempat Penelitian

  Kota Ambon merupakan salah satu kota dari 11 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Maluku. Kota Ambon adalah ibukota Provinsi Maluku yang terletak dipusat Pemerintahan Provinsi Maluku. Pemerintah Kota Ambon terdiri dari 8 Bagian, 22 Dinas, 6 Badan, 5 Kecamatan, dan

  20 Kelurahan berdasarkan perubahan struktur organisasi Pemerintah Kota Ambon yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 04 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Ambon. Beberapa bagian, dinas, dan badan berada dalam satu lokasi yaitu pada Balai Kota yang terletak di Jalan Sultan Hairun, Nomor 1 berdekatan dengan kantor Gubernur Provinsi Maluku, dan sebagian lagi berada diluar Balai Kota. Kantor kecamatan dan kelurahan berada ditengah pemukiman masyarakat.

  Berdasarkan perubahan struktur organisasi maka seluruh pejabat struktural esselon II, III dan IV dilantik dan dikukuhkan pada tanggal 30 Januari 2017 oleh penjabat walikota (waktu itu).

4.2 Karakteristik Responden

  4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

  Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1, sebagai berikut :

  

Tabel 4.1

Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

  Jenis Kelamin Jumlah Responden Presentase Laki-laki 74 64,35% Perempuan

  41 35,65% Total 115 100%

  Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa jumlah responden yang berpartisipasi dalam pengisian skala psikologi berjumlah 74 (64,35%) responden laki- laki lebih banyak dari jumlah responden perempuan yang berjumlah 41 orang (35,65%).

  4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Esselon

  Karakteristik responden berdasarkan Esselon dapat dilihat pada Tabel 4.2, sebagai berikut :

  

Tabel 4.2

Persentase Responden Berdasarkan Esselon

  

Jenis Kelamin Jumlah

Esselon Presentase Laki-laki Perempuan Responden

  II

  13

  2 15 13,04%

  III

  33

  17 50 43,47%

  IV

  28

  22 50 43,47% Total

  74 41 115 100%

  Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa responden yang menduduki jabatan struktural esselon III berjumlah sama dengan yang menduduki jabatan struktural esselon IV yaitu 50 responden (43,47%).

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

  Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 4.3, sebagai berikut :

  

Tabel 4.3

Persentase Responden Berdasarkan Usia

  Jenis Kelamin Usia Jumlah Presentasi Laki-laki Perempuan

  55

  14

  

20

34 29,56%

  56

  22

  

11

33 28,7%

  57

  21

  

7

28 24,35%

  58

  13

  

1

14 12,17%

  1

  

1

2 1,73%

  59

  60

  3

  

1

4 3,47% Total

  74 41 115 100%

  Dari tabel 4.3 terlihat bahwa responden yang berusia 55 tahun berjumlah 34 responden (29,56%) lebih banyak dari responden yang berusia 56 sampai dengan 60 tahun.

4.3 Prosedur Penelitian

4.3.1 Pengambilan Data Awal

  Sebelum memasuki tahap penelitian lebih lanjut, penulis melakukan proses pencarian data dan informasi terhadap PNS Pemerintah Kota Ambon di Badan Kepegawaian dan Dinas Pendidikan Kota Ambon pada bulan desember 2016 dan januari 2017. Pencarian informasi ini bertujuan untuk melengkapi data-data yang diperlukan. Data-data yang dimaksud adalah jumlah PNS yang berusia 55-60 tahun yang menduduki jabatan kepala sekolah untuk responden tryout (uji coba) dan yang menduduki jabatan struktural esselon II, III dan IV yang dijadikan subjek penelitian.

  4.3.2 Persiapan Penelitian

  Setelah semua data dan informasi awal terkumpul, penulis mengurus persyaratan administrasi berupa ijin tryout (uji coba) dan ijin penelitian dari Program Pasca Sarjana Magister Sains Psikologi, kemudian surat ijin tryout disampaikan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Ambon dan surat ijin penelitian disampaikan kepada penjabat Walikota Ambon (waktu itu). Surat ijin tryout kemudian diproses dan kepada penulis diberikan surat rekomendasi untuk melakukan tryout (uji coba) alat ukur kepada kepala-kepala sekolah SD dan SMP di lingkup Pemerintah Kota Ambon yang telah didata sebelumnya. Sebelum dilakukan uji coba, penulis melakukan pra uji coba kepada 20 PNS untuk memeriksa apakah kalimat yang digunakan dalam pernyataan-pernyataan yang ada sudah dimengerti oleh pembaca dan dipahami sebagaimana yang dikehendaki oleh penulis. Hasil pra uji coba mengharuskan penulis untuk meramu kembali beberapa pernyataan yang ternyata sulit dimengerti oleh pembaca, setelah itu diberikan kembali kepada 20 PNS yang sama dan hasilnya semua pernyataan dipahami dan dimengerti sesuai dengan maksud penulis. Uji coba skala psikologi dilakukan kepada 77 kepala sekolah SD dan SMP di lingkup Pemerintah Kota Ambon. Uji coba dilakukan penulis kepada kepala sekolah dengan pertimbangan, beban kerja serta tugas pokok dan fungsi kepala sekolah hampir sama dengan pejabat struktural esselon.

  4.3.3 Pelaksanaan Penelitian

  Pelaksanaan penelitian diawali dengan proses uji coba skala psikologi dilaksanakan mulai dari tanggal 05 Juni sampai dengan 22 Juni 2017 kepada 77 kepala Sekolah SD dan SMP di lingkup Pemerintah Kota Ambon. Tujuan dari diadakannya uji coba agar skala psikologi yang nanti digunakan telah memiliki daya diskriminasi yang baik dan bebas dari aitem yang gugur. Uji coba skala psikologi dilakukan dengan cara penulis mendatangi setiap kepala sekolah di sekolah masing-masing sesuai dengan data yang telah didapatkan penulis sebelumnya dari Dinas Pendidikan dan Badan Kepegawaian Kota Ambon dengan membawa skala psikologi. Setiap skala psikologi yang diberikan penulis, tidak langsung diambil tetapi penulis memberikan kesempatan kepada responden uji coba selama 3 hari dan penulis akan mengambil kembali skala secara langsung. Ada 10 kepala sekolah yang langsung mengisi skala saat itu juga karena merasa memiliki waktu yang senggang untuk mengisinya. Skala yang diambil kembali oleh penulis berjumlah 60, dan 17 skala yang dikembalikan dalam keadaan kosong atau tidak terisi.

  Pelaksanaan penelitian dilakukan penulis mulai dari tanggal 03 Juli sampai dengan 22 Juli 2017 dengan bantuan sekretaris dan/atau sub bagian kepegawaian pada masing-masing bagian, badan, dinas, dan kantor. Sama halnya dengan pelaksaan uji coba, penulis mendatangi langsung bagian, badan, dinas dan kantor yang ada di Lingkup Pemerintah Kota Ambon sesuai dengan data yang ada. Dengan bantuan sekretaris dan/atau kepala sub bidang kepegawaian pada masing-masing bagian, badan, dinas dan kantor, penulis memberikan skala dan memberikan kesempatan kepada responden untuk mengisinya. Sesuai kesepakatan setelah responden selesai mengisi maka sekretaris dan/atau kepala sub bidang kepegawaian akan mengumpulkannya kembali dan menghubungi penulis untuk mengambil kembali skala tersebut. Skala diberikan kepada 125 responden dan 115 skala yang kembali dalam keadaan sudah terisi, 10 skala dinyatakan gugur atau tidak digunakan karena dikembalikan dalam keadaan kosong dan ada responden yang memiliki karakteristik tidak sesuai dengan yang penulis maksudkan.

4.4 Hasil Daya Diskriminasi Aitem dan Uji Reliabilitas

  4.4.1 Daya Diskriminasi Aitem

  Seleksi aitem dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0. Pengujian daya diskriminasi alat ukur dilakukan dengan menggunakan teknik

  

corrected item-total correlation untuk setiap aitem. Hasil seleksi aitem

  skala kecemasan menjelang pensiun diperoleh 26 aitem yang memiliki nilai ≥ 0,30 dengan rentang nilai yang bergerak dari 0,354-0,609. Hasil seleksi aitem skala penyesuaian diri diperoleh 18 aitem yang memiliki nilai ≥ 0,30 dengan rentang nilai yang bergerak dari 0,334-0,710. Sementara itu hasil seleksi aitem skala dukungan sosial keluarga diperoleh 25 aitem yang memiliki nilai ≥ 0,30 dengan rentang nilai yang bergerak dari 0,304-0,709. Dengan demikian aitem-aitem pada ketiga skala psikologi memenuhi syarat dan dapat digunakan dalam penelitian. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.

  4.4.2 Uji Reliabilitas

4.4.2.1 Skala Kecemasan Menjelang Pensiun

  Uji reliabilitas skala kecemasan menjelang pensiun dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0. Berdasarkan hasil perhitungan seleksi aitem pada proses uji coba didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,899 dengan jumlah 30 aitem dan jumlah subjek sebanyak 60 orang. Sesuai dengan blue print maka pada penelitian didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,853 dengan jumlah 26 aitem dan jumlah subjek sebanyak 115 orang.

  4.4.2.2 Skala Penyesuaian Diri

  Uji reliabilitas skala penyesuaian diri dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0. Berdasarkan hasil perhitungan seleksi aitem pada proses uji coba didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,771 dengan jumlah 25 aitem dan jumlah subjek sebanyak 60 orang. Sesuai dengan

  

blue print maka pada penelitian didapatkan koefisien reliabilitas sebesar

0,776 dengan jumlah 18 aitem dan jumlah subjek sebanyak 115 orang.

  4.4.2.3 Skala Dukungan Sosial Keluarga

  Uji reliabilitas skala dukungan sosial keluarga dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0. Berdasarkan hasil perhitungan seleksi aitem pada proses uji coba didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,876 dengan jumlah 30 aitem dan jumlah subjek sebanyak 60 orang. Sesuai dengan

  

blue print maka pada penelitian didapatkan koefisien reliabilitas sebesar

0,805 dengan jumlah 25 aitem dan jumlah subjek sebanyak 115 orang.

4.5 Kategorisasi Skor

  Kategorisasi skor peubah peneltian bertujuan agar data penelitian dapat dilihat dengan lebih baik untuk pengujian statistik selanjutnya. Deskripsi peubah penelitian yaitu Kecemasan Menjelang Pensiun (KMP), Penyesuaian Diri (PD) dan Dukungan Sosial Keluarga (DSK) dilihat berdasarkan jenis kelamin responden.

4.5.1 Kategorisasi Skor Kecemasan Menjelang Pensiun

  Adapun deskripsi skor peubah kecemasan menjelang pensiun (KMP) dengan 26 aitem memiliki skor yang berada diantara skor terendah

  77 hingga tertinggi 127 yang dikategorikan dalam 5 kategori yaitu Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R) dan Sangat Rendah (SR).

  Berikut ini adalah gambaran tinggi rendahnya kecemasan menjelang pensiun yang disajikan pada tabel 4.4 dibawah ini:

  

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Variabel Kecemasan Menjelang Pensiun

  

Kategori Interval N Presentase

ST 110 2 1,73% ≤ x < 130

  T

  89 14 12,17% ≤ x < 110 S

  68 99 86,08% ≤ x < 89 R

  4 - 0% 7 ≤ x < 68 SR 26 0% ≤ x < 47

  • Mean 107.63 SD 9.537 Min

  77 Max 127

Keterangan :ST = Sangat Tinggi, T = Tinggi, S = Sedang, R = Rendah, SR = Sangat

Rendah. Keterangan ini juga berlaku untuk tabel 4.5 dan 4.6.

  Berdasarkan Tabel 4.4 memberikan informasi bahwa skor sangat tinggi bergerak dari 110 sampai dengan 130, skor tinggi bergerak dari 89 sampai dengan 110, skor sedang bergerak dari 68 sampai dengan 89, skor rendah bergerak dari 47 sampai dengan 68, dan skor sangat rendah bergerak dari 26 sampai dengan 47. Hal ini menunjukan bahwa 86,08% responden memiliki kecemasan menjelang pensiun dengan kategori sedang, 1,73% responden memiliki kecemasan menghadapi pensiun dengan kategori tinggi.

4.5.2 Kategorisasi Skor Penyesuaian Diri

  Adapun deskripsi skor peubah penyesuaian diri (PD) dengan 18 aitem memiliki skor yang berada diantara skor terendah 61 hingga tertinggi 90 yang dikategorikan dalam 5 kategori yaitu Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R) dan Sangat Rendah (SR).

  Berikut ini adalah gambaran tinggi rendahnya penyesuaian diri yang disajikan pada Tabel 4.5 dibawah ini :

  

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Variabel Penyesuaian Diri

  

Kategori Interval N Presentase

ST

  74 75 65,21% ≤ x < 90 T

  60 40 34,78% ≤ x < 74 46 0% - S ≤ x < 60

  R

  32 - 0% ≤ x < 46 SR 18 0% ≤ x < 32

  • Mean 73,58 SD 5,801 Min

  61 Max

  90 Berdasarkan Tabel 4.5 memberikan informasi bahwa skor sangat

  tinggi bergerak dari 74 sampai dengan 90, skor tinggi bergerak dari 60 sampai dengan 74, skor sedang bergerak dari 46 sampai dengan 60, skor rendah bergerak dari 32 sampai dengan 46, dan skor sangat rendah bergerak dari 18 sampai dengan 32. Hal ini menunjukan bahwa 34,78% responden memiliki penyesuaian diri dengan kategori tinggi, 65,21% responden memiliki penyesuaian diri dengan kategori sangat tinggi.

4.5.3 Kategorisasi Skor Dukungan Sosial Keluarga

  Adapun deskripsi skor peubah dukungan sosial keluarga (DSK) dengan 18 aitem memiliki skor yang berada diantara skor terendah 75 hingga tertinggi 116 yang dikategorikan dalam 5 kategori yaitu Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R) dan Sangat Rendah (SR).

  Berikut ini adalah gambaran tinggi rendahnya dukungan sosial keluarga yang disajikan pada tabel 4.6 dibawah ini :

  

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Variabel Dukungan Sosial Keluarga

  

Kategori Interval N Presentase

ST 105 18 15,65% ≤ x < 125

  T

  85 84 73,04% ≤ x < 105 S

  65 13 11,3% ≤ x < 85 45 0% - R ≤ x < 65

  SR

  25 - 0% ≤ x < 45 Mean 92,98 SD 8,427 Min

  75 Max 116

  Berdasarkan Tabel 4.6 memberikan informasi bahwa skor sangat tinggi bergerak dari 105 sampai dengan 125, skor tinggi bergerak dari 85 sampai dengan 105, skor sedang bergerak dari 65 sampai dengan 85, skor rendah bergerak dari 45 sampai dengan 65, dan skor sangat rendah bergerak dari 25 sampai dengan 45. Hal ini menunjukan bahwa 73,04% responden memiliki dukungan sosial keluarga dengan kategori tinggi, 15,65% responden memiliki dukungan sosial keluarga dengan kategori sangat tinggi.

4.6 Uji Asumsi Klasik

  Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah suatu data terdistribusi normal atau tidak. Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, multikolinearitas, heterokedasitas dan linearitas.

4.6.1 Uji Normalitas

  Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat grafik histogram, P-P Plot Test dan hasil uji one sample kolmogorov smirnov.

  

Gambar 4.1

Histogram

  Dengan melihat tampilan histogram diatas maka dapat disimpulkan bahwa histogram memberikan pola terdistribusi normal, karena membentuk lonceng serta tidak menceng ke kanan atau ke kiri.

  

Gambar 4.2

P-P Plot Test Dari P-P Plot Test diatas, dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya searah garis diagonal, sehingga dapat dikatakan bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal.

  Hasil uji normalitas dapat disajikan dalam tabel 4.7 sebagai berikut :

Tabel 4.7 Uji Kolmogorov Smirnov Contoh Tunggal

  

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual KMP PD DSK

  N a 115 115 115 Normal Parameters Mean 107.63

  73.58

  92.98 Std. Deviation 9.537 5.801 8.472

Most Extreme Absolute .097 .088 .096

Differences Positive .097 .088 .096

  Negative -.091 -.081 -.060

Kolmogorov-Smirnov Z 1.045 .945 1.026

Asymp. Sig. (2-tailed) .224 .334 .243

a. Test distribution is Normal.

  Berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov pada Tabel 4.7 diketahui bahwa nilai koefisien kecemasan menjelang pensiun sebesar 1,045 dengan signifikansi sebesar 0,224 (p > 0,05) yang berarti bahwa data kecemasan menjelang pensiun terdistribusi normal. Koefisien penyesuaian diri sebesar 0,945 dengan signifikansi sebesar 0,334 (p > 0,05) yang berarti bahwa data penyesuaian diri terdistribusi normal. Selanjutnya, koefisien dukungan sosial keluarga sebesar 1,026 dengan signifikansi sebesar 0,243 (p > 0,05) yang berarti bahwa data dukungan sosial keluarga terdistribusi normal.

  Secara keseluruhan, dengan menggunakan metode grafik histogram,

  

P-P plot maupun statistik menunjukan bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal. Dengan demikian data dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas dan regresi layak digunakan untuk memprediksi kecemasan menjelang pensiun berdasarkan penyesuaian diri dan dukungan sosial keluarga.

4.6.2 Uji Multikolinieritas

  Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen, sebab jika terjadi korelasi maka terdapat problem multikolinieritas. Pengujian akan dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Multikolinieritas terjadi jika nilai tolerance

  ≥ 0,10 dan VIF ≤ 10 (Ghozali, 2009).

Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinieritas

  a

Coefficients

  Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance

  VIF 1 (Constant)

21.797 7.530 2.895 .005

PD 1.481 .130 .901 11.389 .000 .572 1.750

  DSK -.249 .089 -.221 -2.794 .006 .572 1.750

a. Dependent Variable: KMP

  Dari Tabel 4.8 terlihat kedua variabel bebas yang digunakan memiliki nilai tolerance 0,572 ≥ 0,10 dan nilai VIF 1,750 ≤ 10. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat masalah multikolinieritas pada variabel yang digunakan.

  Selain itu, uji multikolinieritas dapat dilihat dengan menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen (bebas). Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90) maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas atau sebaliknya.

  

Tabel 4.9

Hasil Uji Zero Order Correlation Matrix

  

Correlations

KMP PD DSK ** ** KMP Pearson Correlation

  1 .756 .369 Sig. (2-tailed) .000 .000 N 115 115 115

  • ** ** PD Pearson Correlation .756

  1 .655 Sig. (2-tailed) .000 .000 N 115 115 115

  • ** ** DSK Pearson Correlation .369 .655

  1 Sig. (2-tailed) .000 .000 N 115 115 115 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tabel 4.9 menunjukan bahwa besaran koefisien korelasi antar variabel bebas penyesuaian diri dan dukungan sosial keluarga adalah

  0,756 dan 0,369 (p < 0,90) sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas diatas variabel terikat (kecemasan menjelang pensiun).

4.6.3 Uji Heteroskedastisitas

  Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari pengamatan residual satu ke pengamatan yang lain tetap terjadi maka masalah heterokedastisitas yaitu homoskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas yaitu dengan melihat scatterplot (nilai prediksi dependen ZPRED dengan residual SRESID). Apabila titik pada grafik

  

scatterplot menyebar secara acak diatas dan dibawah angka nol pada

sumbu Y maka tidak terjadi masalah heterokedastisitas (Santoso, 2000).

  

Gambar 4.3

Diagram Pencar Uji Heteroskedastisitas

  Scatterplot diatas menunjukan titik-titik terpencar dengan tidak

  membentuk pola-pola tertentu disekitar garis diagonal, tetapi titik-titik tersebut menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Gambar tersebut menunjukan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas sehingga model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kecemasan menjelang pensiun berdasarkan penyesuaian diri dan dukungan sosial keluarga.

4.6.4 Uji Lineritas

  Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan linear antar variabel. Hasil uji linearitas terhadap kecemasan menjelang pensiun dan penyesuaian diri disajikan dalam Tabel 4.10 sebagai berikut :

  

Tabel 4.10

Hasil Uji Linearitas Kecemasan Menjelang Pensiun

dengan Penyesuaian Diri

  

ANOVA Table

Sum of Mean Squares df Square F Sig.

  KMP * PD Between (Combined) 6594.053 17 387.885 9.968 .000 Groups Linearity 5927.661 1 5927.661 152.329 .000 Deviation from

  666.392 16 41.649 1.070 .394 Linearity Within Groups 3774.608

  97 38.913 Total 10368.661 114

  Berdasarkan Tabel 4.10, dapat dilihat bahwa nilai F = 152,329 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05) dengan demikian dapat disimpulkan terdapat linearitas antara kecemasan menghadapi pensiun dengan penyesuaian diri.

  

Tabel 4.11

Hasil Uji Linearitas Kecemasan Menjelang Pensiun

dengan Dukungan Sosial Keluarga

  

ANOVA Table

Sum of Mean Squares df Square F Sig.

  

KMP * DSK Between (Combined) 4709.852 21 224.279 3.686 .000

Groups Linearity 1408.935 1 1408.935 23.155 .000 Deviation from

  3300.917 20 165.046 2.712 .001 Linearity Within Groups 5658.809

  93 60.847 Total 10368.661 114

  Berdasarkan Tabel 4.11, dapat dilihat bahwa nilai F = 23,155 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05) demikian dapat disimpulkan terdapat linearitas antara kecemasan menjelang pensiun dengan dukungan sosial keluarga.

4.7 Uji Hipotesis

  Hipotesis : Terdapat Pengaruh secara simultan antara penyesuaian

  diri dengan dukungan sosial keluarga terhadap kecemasan menjelang pensiun PNS Pemerintah Kota Ambon yang menduduki jabatan struktural esselon II, III dan IV.

  Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi berganda dua variabel. Dua variabel yang dimaksud adalah dua variabel independen yaitu penyesuaian diri dan dukungan sosial keluarga.

4.7.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

  Hasil uji statistik secara simultan untuk variabel bebas

  1

  (Penyesuaian diri) dan (Dukungan Sosial Keluarga) diperoleh hasil

  2

  sebagai berikut :

  

Tabel 4.12

Hasil Uji Regresi Berganda Signifikansi Nilai F

b

  

ANOVA

Sum of Model Squares df Mean Square F Sig. a

  1 Regression 6217.090 2 3108.545 83.862 .000 Residual 4151.571 112 37.068 Total

  10368.661 114

  a. Predictors: (Constant), DSK, PD

  b. Dependent Variable: KMP

  Berdasarkan Tabel 4.12, dapat dilihat nilai sebesar 83,862

  ℎ

  dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh secara simultan antara penyesuaian diri dan dukungan sosial keluarga terhadap kecemasan menjelang pensiun. Dari hasil perhitungan ini maka hipotesis dalam penelitian ini diterima.

4.7.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

  Hasil uji statistik secara parsial untuk variabel bebas

  1

  (Penyesuaian diri) dan (Dukungan Sosial Keluarga) terhadap variabel

  2

  terikat Y (Kecemasan Menjelang Pensiun) diperoleh hasil sebagai berikut :

  

Tabel 4.13

Hasil Uji Signifikansi Parsial Nilai t

a

  

Coefficients

Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients

  Model B Std. Error Beta t Sig. 1 (Constant) 21.797 7.530 2.895 .005

  PD 1.481 .130 .901 11.389 .000 DSK -.249 .089 -.221 -2.794 .006

a. Dependent Variable: KMP

  Berdasarkan Tabel 4.13 terlihat bahwa penyesuaian diri berpengaruh secara parsial terhadap kecemasan menjelang pensiun. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hitung penyesuaian diri sebesar 11,389 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Dukungan sosial keluarga juga berpengaruh secara parsial terhadap kecemasan menjelang pensiun. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hitung Dukungan Sosial Keluarga sebesar -2,794 dengan nilai signifikansi sebesar 0,006 (p < 0,05).

  Lebih lanjut berdasarkan tabel 4.13 diatas dapat disusun persamaan regresi linear sebagai berikut : = , + , − ,

  Interpretasi dari persamaan regresi diatas adalah sebagai berikut :

  1. Konstanta sebesar 21,797 menyatakan bahwa jika penyesuaian diri dan dukungan sosial keluarga dianggap konstan, maka nilai kecemasan menjelang pensiun sebesar 21,797.

  2. Koefisien regresi penyesuaian diri sebesar 1,481 dengan signifikansi 0,000 memberikan pemahaman bahwa setiap penaikkan satu satuan penyesuaian diri berdampak terjadi penurunan kecemasan menjelang pensiun sebesar 1,481 satuan juga.

  3. Koefisien regresi dukungan sosial keluarga sebesar -0,249 dengan signifikansi 0,006 memberikan pemahaman bahwa setiap pengurangan satu satuan dukungan sosial keluarga berdampak terjadi peningkatan kecemasan menjelang pensiun sebesar -0,249 satuan juga.

  4.7.3 ) Uji Koefisien Determinasi (

  2 Analisis koefisiensi determinasi ( ) dilakukan untuk mengetahui

  seberapa besar sumbangan atau kontribusi penyesuian diri dan dukungan sosial keluarga terhadap kecemasan menjelang pensiun.

  2 Gambaran nilai koefisien determinasi ( ) dapat dilihat pada tabel

  dibawah ini;

  

Tabel 4.14

Hasil Uji Koefisien Determinasi Ringkasan Model

  

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the Model R R Square Square Estimate a

1 .774 .600 .592 6.088

a. Predictors: (Constant), DSK, PD

  Nilai R sebesar 0,774 pada Tabel 4.14 menunjukan terdapat korelasi secara simultan antara penyesuaian diri dan dukungan sosial keluarga terhadap kecemasan menjelang pensiun. Nilai koefisien

  2

  determinasi ( ) sebesar 0,600 yang berarti bahwa sumbangan atau kontribusi pengaruh penyesuaian diri dan dukungan sosial keluarga terhadap kecemasan menjelang pensiun adalah sebesar 60% sedangkan sisanya 40% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.8 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis

  Gambaran ringkasan hasil pengujian hipotesis disajikan dalam

Tabel 4.15 dibawah ini :

  

Tabel 4.15

Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

  = , + , − ,

  

R = 0,774

= 0,600 (60%)

4.9 Pembahasan Hasil

  Hasil analisis data menunjukan bahwa Penyesuaian Diri dan Dukungan Sosial Keluarga secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap Kecemasan Menjelang Pensiun. Hasil uji statistik menunjukan nilai sebesar 83,862 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000

  ℎ

  2

  (p<0,05) dan koefisien determinasi ) sebesar 0,600, yang berarti ( sumbangan atau kontribusi pengaruh Penyesuaian Diri dan Dukungan

  Sosial Keluarga terhadap Kecemasan Menjelang Pensiun sebesar 60% dan sisanya 40% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan kata lain, ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan Penyesuaian Diri dan Dukungan Sosial Keluarga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kecemasan Menjelang Pensiun PNS Pemerintah Kota Ambon dengan jabatan struktural esselon II, III dan

  IV. Ada kemungkinan, ketika PNS menjelang pensiun menganggap bahwa mereka telah siap pensiun, hal ini didukung oleh penyesuaian diri yang baik dan dukungan sosial yang positif sehingga mengurangi tingkat kecemasan menjelang pensiun. Hal ini sejalan dengan penelitian Churin’iyn (2016), individu yang mempunyai dukungan sosial yang tinggi akan lebih optimis dalam menghadapi situasi kehidupannya saat ini maupun masa depan, dan mempunyai penyesuaian diri yang baik maka tingkat kecemasan menjadi lebih rendah. Dukungan sosial keluarga dapat membantu individu dalam menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapi dan membantu individu dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi setelah pensiun. Berdasarkan hasil kategorisasi, 86,08% responden dari 115 responden memiliki tingkat kecemasan sedang, itu berarti bahwa responden telah menerima dukungan sosial dan akan mampu menyesuaikan diri dengan baik terhadap perubahan-perubahan yang akan terjadi menjelang pensiun.

  Masa pensiun yang dijalani dengan nyaman adalah masa pensiun yang bebas dari kebosanan, perasaan depresi, dan kecemasan (Papalia dkk., 2007; Suardiman, 2011). Untuk tercapainya penyesuaian diri yang baik dibutuhkan suatu dukungan sosial yang merupakan pemberian kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat melalui pengetahuan bahwa individu merasa dicintai, diperhatikan dan dihargai oleh individu lain sehingga individu akan menghadapi pensiun yang bebas dari kecemasan (Suardiman, 2011). PNS yang telah siap pensiun memiliki persepsi yang akurat terhadap realita yang akan dijalani setelah pensiun, berarti bahwa responden mampu melihat realitas yang sudah terjadi dan mampu belajar dari setiap kejadian yang ada sehingga akan mampu menyesuaikan diri ketika waktu pensiun tiba. Schneiders (1964), menjelaskan bahwa penyesuaian diri merupakan perubahan yang terjadi dalam diri individu dan lingkungan sekitar untuk mencapai hubungan yang memuaskan dengan individu lain dan lingkungan sekitar. Individu yang akan menjalani masa pensiun membutuhkan penyesuaian diri supaya ketika pensiun dapat dijalani dengan tenang dan nyaman. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik terhadap datangnya masa pensiun akan cenderung melakukan persiapan dan perencanaan yang baik, sehingga dapat mengatasi atau setidaknya dapat mengurangi kecemasan yang muncul (Lydiani, 2013).

  Dengan lebih banyak responden yang berada pada kategori sedang, menunjukan bahwa setiap responden telah mendapatkan rasa aman, nyaman serta merasa memiliki dan dimiliki kelompok yang memiliki minat yang sama sehingga kecemasan menjelang pensiun menjadi berkurang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Cohen, dkk (1983) menyebutkan bahwa seseorang yang tengah mengalami kesulitan membutuhkan orang lain untuk dapat menolongnya membangkitkan kembali semangat serta rasa percaya dirinya dalam menghadapi kesulitan yang sedang dihadapi. Seseorang yang akan menghadapi masa pensiun membutuhkan orang lain yang dapat membuatnya merasa dicintai, diperhatikan, serta tidak merasa sendirian dalam menyesuaikan diri menghadapi masa pensiun dan akan menjalaninya tanpa rasa cemas yang berlebihan.

  Dukungan sosial keluarga memiliki peran yang sangat penting bagi seseorang yang mengalami masa transisi kehidupannya (Hurlock, 1996). Perubahan-perubahan yang terjadi, misalnya status yang disandang dan waktu luang. Status yang sebelumnya adalah PNS dengan jabatan struktural esselon II, III dan IV akan mengalami perubahan status menjadi pensiunan. Hal ini menjadi sangat tidak menyenangkan bagi sebagian orang. Begitu juga, waktu luang yang menjadi lebih banyak karena aktivitas tidak sebanyak waktu masih bekerja. Perubahan-perubahan seperti ini membutuhkan dukungan sosial dari orang-orang disekitar seperti keluarga bahkan atasan atau rekan kerja supaya individu dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang akan terjadi tersebut dan tentunya untuk menghindari kecemasan yang berlebihan.

  Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa PNS, menunjukkan bahwa instansi sangat mendukung responden yang akan segera pensiun, hanya saja dukungan yang diberikan belum sampai kepada bagaimana mempersiapkan diri baik secara psikologi maupun perencanaan yang matang terkait masalah pengelolaan keuangan. Dukungan yang diberikan oleh instansi hanya dukungan informasi yang masih sebatas masalah administrasi terkait dengan pengurusan berkas untuk penerbitan Surat Keputusan (SK) Pensiun. Menjadi sangat bermanfaat apabila instansi mampu memberikan informasi kepada PNS yang akan pensiun terkait dengan bagaimana mempersiapkan diri secara matang baik psikologis maupun keuangan untuk menghadapi pensiun, sehingga penyesuian-penyesuaian dapat dilakukan dengan lebih baik dan PNS dapat menghadapi pensiun dengan tenang tanpa cemas yang berlebihan.

  Selain itu, hasil pengujian tambahan dalam penelitian ini secara parsial ditemukan bahwa Penyesuaian Diri berpengaruh secara signifikan terhadap Kecemasan Menjelang Pensiun. Hasil uji statistik menunjukan nilai t hitung penyesuaian diri sebesar 11,389 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Ada beberapa kemungkinan, hal ini bisa terjadi,

  

pertama, dengan penyesuaian diri yang baik maka responden mampu

  mengontrol emosi secara baik, mampu bersikap realistis dan objektif. Hal tersebut membuat individu mampu mempersepsi secara positif perhatian dari lingkungannya sehingga terhindar dari mekanisme psikologis dan timbul perasaan masih berguna, diperhatikan dan dihargai (Schneiders, 1964), dengan demikian kecemasan yang akan muncul pada saat menjelang pensiun akan rendah. Berdasarkan hasil pada penelitian ini, 65,21% responden berada pada kategori penyesuaian diri yang sangat tinggi sehingga jika diperhatikan responden pada penelitian ini sudah mampu melihat realitas yang telah terjadi dan mampu belajar dari setiap kejadian yang ada sehingga akan mampu menyesuaikan diri ketika waktu pensiun tiba. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik terhadap datangnya masa pensiun akan cenderung melakukan persiapan dan perencanaan yang baik, sehingga dapat mengatasi atau setidaknya dapat mengurangi kecemasan yang muncul (Lydiani, 2013). Tingkat penyesuaian diri yang tinggi berarti individu dapat mencapai kepuasan dalam memenuhi kebutuhan, mampu mengatasi kecemasan, depresi, frustasi dan konflik (Ghufron & Risnawita, 2012).

  Selanjutnya, dalam penelitian ini ditemukan juga hasil parsial lainnya yaitu, Dukungan Sosial Keluarga berpengaruh secara signifikan terhadap Kecemasan Menjelang Pensiun. Hasil uji statistik menunjukan t hitung Dukungan Sosial Keluarga sebesar -2,794 dengan nilai signifikansi sebesar 0,006 (p<0,05). Ada beberapa kemungkinan, hal ini bisa terjadi,

  

pertama, pandangan mengenai dukungan sosial merujuk pada bagaimana

  dukungan sosial dapat memberikan pengaruh bagi PNS dengan jabatan struktural esselon II, III dan IV menjelang pensiun yang akan mengalami berbagai perubahan dalam diri, dan lingkungan sekitar. Dukungan yang didapatkan dari keluarga bukan saja terkait masalah persiapan atau menjelang pensiun, tapi semua hal termasuk mulai dari awal bekerja sampai dengan menjelang pensiun, responden sudah mendapatkan dukungan yang kuat, baik dari keluarga, atasan atau rekan sekerja, maupun instansi sehingga masa transisi dalam kehidupannya seperti memasuki masa pensiun dapat dilalui tanpa rasa cemas yang berlebihan. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan terhadap beberapa responden. Responden membenarkan bahwa dukungan yang berasal dari keluarga maupun rekan sejawat telah berlangsung sejak awal berkembang dan hal itu berlangsung sampai dengan saat menjelang pensiun sehingga memperkuat hasil penelitian yang dilakukan oleh Sekarsari dan Susilawati (2014). Dukungan yang berasal dari keluarga merupakan dukungan paling utama yang dibutuhkan PNS menjelang masa pensiun yaitu dalam bentuk dukungan emosional. Kemungkinan kedua, berdasarkan hasil penelitian ini, 73,04% responden berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukan bahwa setiap responden telah mendapatkan rasa aman, nyaman serta merasa memiliki dan dimiliki kelompok yang memiliki minat yang sama. Pemberian dukungan ini berkaitan dengan penyelesaian masalah yang dihadapi oleh responden. Dukungan yang diberikan dapat berupa bantuan langsung berupa materi maupun non materi yang dapat memberikan keuntungan emosinal atau berpengaruh pada perilaku penerimanya (Gottlieb, dalam Smet, 1994). Selanjutnya, aspek dukungan sosial ini berupa nasehat, saran dan informasi yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Dukungan ini juga dapat berupa feedback (umpan balik) atas sesuatu yang telah dilakukan individu. Informasi baik berupa saran dan nasehat terkait pensiun telah didapatkan responden bukan saja terkait persiapan pensiun tapi juga hal-hal lain yang menjadi sangat penting bagi responden sehingga dukungan sosial memberikan pengaruh pada tingkat kecemasan menjelang pensiun.

  Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa Penyesuaian Diri dan Dukungan Sosial Keluarga terbukti menjadi prediktor Kecemasan Menjelang Pensiun. Hal ini berarti bahwa setiap individu membutuhkan dukungan dari individu lain untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi sehingga kecemasan bisa dihindari.

4.10 Kekuatan dan Keterbatasan dalam penelitian

  4.10.1 Kekuatan

  a. Berhasil membuktikan pengaruh penyesuaian diri dan dukungan sosial secara simultan terhadap kecemasan menjelang pensiun.

  b. Penyesuaian diri dan dukungan sosial secara bersama memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap kecemasan menjelang pensiun yaitu lebih dari 50%.

  4.10.2 Keterbatasan

  a. Subjek masih terbatas hanya pada PNS dengan jabatan struktural esselon II, III dan IV. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan bisa dilakukan kepada semua PNS termasuk guru yang berusia 55-60 tahun di lingkup Pemerintah Kota Ambon.

  b. Data demografi seperti jabatan struktural yang diduduki masih belum banyak dibahas dalam penelitian ini.

Dokumen yang terkait

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Sekolah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Sop Pemberian Penghargaan Guru untuk Meminimalisir Frekuensi Pergantian Guru pada Sebuah SMP Swasta di Salatiga

0 0 23

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 22

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 24

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Sop Pemberian Penghargaan Guru untuk Meminimalisir Frekuensi Pergantian Guru pada Sebuah SMP Swasta di Salatiga

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Tujuan Kebijakan Desentralisasi Manajemen Keuangan Yayasan pada Salah Satu SMA Swasta

0 0 20

1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyesuaian Diri dan Dukungan Sosial Keluarga sebagai Prediktor Kecemasan Menjelang Pensiun Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Ambon dengan Jabatan Struktural Esselon II,

0 0 12

2.1 Kecemasan Menjelang Pensiun 2.1.1 Pengertian Kecemasan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyesuaian Diri dan Dukungan Sosial Keluarga sebagai Prediktor Kecemasan Menjelang Pensiun Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Amb

0 0 29

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 1 23

BAB III METODE PENELITIAN Dalam Bab III ini akan dijelaskan varibael-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, definisi oprasionalnya dan bagaimana cara mengukur variabel begitu juga dengan bagaimana cara mengumpulkan data, daya diskriminasi dan relia

0 1 19