2.1 Penelitian Sebelumnya - Perbandingan Karakter Tokoh Pada Teater Tradisional Cina Jing Ju Dengan Teater Tradisional Indonesia Makyong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini, penulis memaparkan tentang penelitian peneliti sebelumnya, yang

  berkaitan dengan permasalahan yang dibahas pada skripsi ini, konsep yang digunakan dalam penelitian ini, serta landasan teori yang digunakan sebagai dasar penulis untuk melakukan penelitian.

2.1 Penelitian Sebelumnya 1.

  Dalam jurnal elektronik Akademik mahasiswa jurusan sastra Cina Universitas Indonesia, Ayu Ria Sirviany Purnama Sari (2011) menulis artikel yang berjudul “Analisis Perwatakan Jing berdasarkan warna dalam tata rias”. Ayu Ria Sirviany Purnama Sari meneliti tentang perwatakan tokoh “Jing” berdasarkan warna dalam tata rias drama Jing Ju. Dalam skripsi Ayu Ria Sirvany Purnama Sari menjelaskan tentang jenis topeng dan arti warna yang terdapat pada topeng teater tradisional Cina Jing Ju.

2. Dalam skripsi mahasiswa jurusan etnomusikologi Universitas Sumatera

  Utara, Kasiro A Nainggolan ( 2011 ) yang berjudul “Studi Deskriptif Pertunjukkan Makyong Cerita Putri Ratna Oleh Sinar Budaya Grup Medan”. Kasiro A Nainggolan meneliti tentang cerita Putri Ratna dalam pementasan teater tradisional Indonesia Makyong yang dipentaskan oleh Sinar Budaya Grup Medan. Dalam skripsi Kasiro A Nainggolan memberikan penjelasan tentang sejarah Makyong dan karakter yang terdapat pada pertunjukkan Makyong Cerita Putri Ratna.

2.2 Konsep

  Konsep menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588) adalah “gambaran mental dari suatu obyek, proses, ataupun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal yang lain”. Konsep merupakan defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan variabel – variabel mana yang kita inginkan, untuk menentukan hubungan empiris, oleh karena itu konsep penelitian ini adalah mengenai :

2.2.1 Teater Tradisional

  Teater tradisional adalah teater yang berkembang dikalangan rakyatsebagai lawan dari teater modern dan kontemporer.Arti Teater secara etimologis adalah gedung pertunjukan atau auditorium. Dalam arti luas teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dalam arti sempit teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb. Misalnya wayang orang, ketoprak, ludruk, arja, reog, lenong, topeng, dagelan, sulapan akrobatik, bahkan pertunjukan band dan lain sebagainya. Dalam arti sempit/khusus teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh penonton, dengan media percakapan, gerak dan laku, dengan atau tanpa dekor (setting), didasarkan atas naskah yang tertulis (hasil dari seni sastra) dengan atau tanpa musik, nyanyian, tarian. (Herman , 2008 : 12)

  Teater tradisional tanpa naskah (bersifat inprovisasi).Sifatnya supel, artinya dipentaskan disembarang tempat.Jenis ini masih hidup dan berkembang didaerah-daerah seluruh dunia.Teater tradisional tidak menggunakan naskah.Sutradara hanya menugasi pemain untuk memainkan tokoh tertentu.Para pemain di tuntut mempunyai spontanitas dalam berimprovisasi yang tinggi. Contoh teater tradisional antara lain: ludruk (Jawa timur), ketoprak (Jawa tengah), dan lenong (Jawa barat) .Yang disebut teater tradisional itu, oleh Kasim Ahmad diklarifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :

  “ 1. Teater rakyat

  Sifat teater rakyat sama halnya seperti tradisional, yaitu improvisasi, sederhana, spontan dan menyatu dengan kehidupan rakyat. Contohnya antara lain: Makyong dan Mendu didaerah Riau dan Kalimantan Barat, Randai dan Bakaba di Sumatera Barat, Ketoprak, Srandul, Jemblung di Jawa Tengah dan lain sebagainya.

  2. Teater Klasik

  Sifat teater ini sudah mapan, artinya segala sesuatunya sudah teratur, dengan cerita, pelaku yang terlatih, gedung pertunjukkan yang memadai dan tidak lagi menyatu dengan kehidupan rakyat (penontonnya).Lahirnya jenis teater ini dari pusat kerajaan.Sifat feodalistik tampak dalam jenis teater ini. Contohnya: Teater Jing Ju, wayang kulit, wayang orang dan wayang golek.

  3 Tetaer Transisi

  Teater transisi merupakan teater yang bersumber dari teater tradisional, tetapi gaya penyajiannya sudah dipengaruhi oleh teater barat. Jenis teater seperti komedi istambul, sandiwara dardanela, srimulat dan sebagai contoh, pola ceritanya sama dengan ludruk atau ketoprak, tetapi jenis ceritanya diambil dari dunia modern. Musik, dekor dan properti lain menggunakan tehnik barat.” (Herman , 2008 : 16 )

  Ciri-ciri Teater Tradisional

  Teater Tradisional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1.

  Pementasan panggung terbuka (lapangan, halaman rumah)

  2. Pementasan sederhana

  3. Ceritanya turun temurun

  4. Cerita tanpa naskah dan digarap berdasarkan peristiwa sejarah, dongeng, mitologi atau kehidupan sehari-hari

  5. Penyajian dengan dialog, tarian dan nyanyian

  6. Unsur lawakan selalu muncul

  7. Pertunjukkan diiringi musik tradisional 8. nilai dramatik dilakukan secara sepontan, dalam satu adegan terdapat dua unsur sekaligus yaitu tertawa dan menangis

2.2.2 Teater Tradisional CinaJing Ju

  Teater tradisional CinaJing Juadalah seni pentas yang memadukan kemampuan seni drama, menyani, tari, dan tidak jarang pula diisi dengan aksi akrobat dan bela diri , para pelakon dalam teater tradisional CinaJing Ju memakai pakaian bercorak warna-warni yang mempunyai makna tersendiri, misalnya warna merah umumnya untuk tokoh berkarakter berani dan loyal, ungu untuk tokoh yang bijaksana, hitam untuk tokoh yang tegas, kuning untuk tokoh yang brutal sedangkan warna emas dan perak untuk tokoh magis.Tata rias pada pemain teater tradisional CinaJing Jumemiliki arti yang sangat penting pada pementasan karena mempunyai fungsi dan maknanya masing-masing, dalam pertunjukkan teater tradisional CinaJing

  

Ju biasanya diiringi musik yang dari instrumen tradisional negri Cina.Permainan

  musik dengan melodi yang tenang (er huang) menggunakan instrumen-instrumen gesek dan petik menunjukkan babak teater yang mengisahkan kesedihan, cinta dan dialog yang serius.

  .Teater tradisional CinaJing Ju berakar dari sandiwara tradisional yang dipandu seni bercerita lewat nyanyian yang disebut gaoqiang.Kesenian rakyat tersebut dengan berbagai kekhasannya berkembang di wilayah Sungai Yangtze dan Sungai Kuning di wilayah tengah dan utara Cina, serta wilayah Shandong di selatan.Perpaduan dua cabang seni itu dikalangan rakyat jelata melahirkan teaterhuabu yang menampilkan cerita rakyat.Pada tahun 1790, sekelompok teater dari daerah Anhui datang ke Beijing.Mereka menetap dan memodifikasi cerita, tata rias wajah, dan musik yang dikenal sebagai teater tradisional CinaJing Ju.Di Beijing, banyak teater dan penginapan yang secara berkala menampilkan teater tradisional tersebut dengan tarif yang relatif murah bagi teater yang hanya menyajikan beberapa babak dari sebuah atau sejumlah cerita. Sedangkan teater yang menyajikan cerita penuh mempunyai tarif yanglebih mahal.Menyaksikan teater tradisional CinaJing

  

Ju tidak harus mengerti bahasa Mandarin, karena penokohan dan alur cerita tergambar

  dari tata rias wajah aktor dan nada musik yang dimainkan.Namun mengerti bahasa Mandarin lebih baik untuk lebih mendalami alur cerita yang dimainkan.Dalam teater tradisional CinaJing Juada 4 peran utama yaitu:

  1. Sheng pemeran lelaki utama sebagai protagonis, ada tiga subperan Sheng yaitu Laosheng karakter pria dewasa atau pria tua,Xiaosheng karakter pemuda, dan Wusheng karakter pria militer yang berhubungan dengan perkelahian.

  2. Dan pemeran wanita utama sebagai protagonis, ada tujuh subperan Dan yaitu qingyi karakter wanita sederhana berbudi luhur, Huadan karakter wanita genit dan penuh semangat, Guemendan karakter gadis muda yang akan berubah menjadi Qingyi atau Huadan,Daomadankarakter pejuang muda wanita, Wutan karakter wanita yang berhubungan dengan perkelahian, Laodan karakter wanita tua, Huashan karakter wanita sederhana yang mempunyai budi luhur sekaligus sensualitas Huadan.

  3. Jingpemeran laki-laki pendukung, ada tiga subperan Jing yaitu Tongchui karakter setia yang pandai menyanyi, Jiazi karakter yang lebih kompleks dan pandai bernyanyi, dan Wujing karakter yang mahir berkelahi dan berakrobat.

4. Chousebagai Badut yang mempunyai peran antagonis, ada dua subperan

  Chou yaitu Wen Chou karakter rakyat biasa seperti pembantu, pedagang

  atau siswa, dan Wu chou karakter yang memiliki sedikit peran militer dan trampil dalam acrobat. Peran-peran Chou biasanya disukai dan lucu.

  Jalan cerita yang dibawakan termasuk sejarah, komedi, tragedi dan jenaka.Banyak kisah-kisah sejarah yang diadopsi oleh teater tradisional Cina Jing Ju, kisah dalam sejarah yang berupa prinsip-prinsip kehidupan untuk memberikan pendidikan bagi rakyat.

1. Pakaian dan Peralatan padaTeater Tradisional Cina Jing Ju

  Pakaian yang dikenakan pada teater tradisional Cina Jing Ju didasari pada pakaian maPeralatan pada teater tradisional Cina Jing Ju dapat berupa dinding kain, tenda, payung, cambuk, dayung atau senjata. Alat-alat tersebut berupa alat sebenarnya namun dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu penampilan yang dibawakan.Perumpamaan adalah suatu ciri dari teater tradisional Cina Jing Ju. Misalnya, Membawa cambuk menunjukkan bahwa sang aktor yangmembawa cambuk tersebut sedang naik kuda. Beberapa peran tentara di panggung menunjukkan seluruh tentara.Seorang aktor yang berputar-putar pada panggung menunjukkan pengembaraan yang jauh.Kadang property panggung hanya berupa meja dan beberapa buah kursi diatas panggung. Detail dari setiap penampilan tergantung dari kemampuan penampilan dari para aktor dan aktris.Contohnya Membuka pintu, berjalan pada malam hari, mendayung perahu, makan, minum dan lainnya, ditampilkan oleh gerakan-gerakan tersendiri dari para aktor dan aktris.Mereka juga menggunakan mata dan ekspresi wajah untuk menjelaskan arti dari sebuah adegan.

2. Musik Pengiring dalam Teater Tradisional Cina Jing Ju

  Musik pengiring teater tradisional Cina Jing Ju biasanya terdiri dari sekelompok kecil ansambel perkusi dan alat musik melodi tradisional.Alat musik melodi utama adalah jinghu, sebuah biola tajam kecil dengan 2 senar dan pitch tinggi.Yang kedua adalah yueqin, sebuah kecapi berbentuk lingkaran.Alat musik perkusinya terdiri dari daluo, xiaoluo, dan naobo. Orang yang memainkan gu dan

  

ban , drum kecil dengan pitch tinggi dan lonceng adalah konduktor dari kelompok

  ansambel tersebut. Dua orkes, memainkan alat musik petik dan pukul, diiringin dengan nyanyian, yang diikuti oleh alat musik lainnya dengan irama dan melodi yang seirama.“Jinghu”, sebuah alat musik petik dengan dua busur adalah alat musik utama dari orkes.

2.2.3 Teater Tradisional Indonesia Makyong

  Teater tradisional Indonesia Makyong adalah bentuk teater berlakon peninggalan kebudayaan melayu yang sangat digemari oleh masyarakat melayu diberbagai daerah, terutama disumatera utara dan riau.Lakon yang dibawakan adalah kisah raja-raja dan hikayat melayu. Seperti teater daerah yang lain, tiga unsur pemadu lakon yang utama dalam teater tradisional Indonesia Makyong adalah nyanyian, tarian, dan lawak, yang dilakukan dengan iringan alat musik tradisi setempat.

  Dialog di atas pentas menggunakan bahasa melayu. Rombongan terdiri atas kurang lebih 15 orang yang bertugas sebagai pemain teater dan pemain musik. Setiap pertunjukkan dapat berlangsung dari jam 20.00 sampai menjelang subuh. Serangkain cerita Teater tradisional Indonesia Makyong dipertunjukkan berturut-turut selama berhari-hari.

1. Latar Belakang Sejarah Teater Tradisional Indonesia Makyong

  Kerajaan dan kebudayaan melayu yang tercatat sudah ada dari tahun 644 M ( di Hulu Jambi ), cukup luas pengaruhnya diberbagai wilayah di Indonesia dan semenanjung malaka. Kerajaan-kerajaan pendukung kebudayaan melayu pada masa lampau berpindah-pindah kedudukannya dari berbagai tempat di Pulau Sumatra ke Semenanjung Malaka, dan sebaliknya.Setelah jambi, kerajaan sriwijaya yang berkedudukan di sumatera selatan menjadi pendukung dan penyebar kebudayaan melayu . Kerajaan melayu pernah pula berkedudukan dipedalaman Sumatra barat dan singapura ( Tumasik ).Pada tahun 1400 berdirilah kerajaan melayu di semenanjung malaka ( sekarang Malaysia) yang menjadi pusat kebudayaan melayu dan pusat perdagangan serta agama islam. Kerajaan yang kemudian pindah ke Riau-Johor ini kekuasaannya meliputi seluruh malaka, patani ( sian atau muangthai selatan ), Kalimantan barat, dan Sumatra utara. Karena itu, tumbuhlah kebudayaan “melayu pesisir “yang menerima banyak pengaruh dari pertemuannya dengan berbagai bangsa (suku bangsa) yaitu : jawa, cina, parsi, siam, dan bangsa-bangsa eropa yang datang kemudian.Itulah sebabnya, teater-teater yang menggunakan bahasa melayu ( Indonesia lama ) tersebar luas bukan saja didaerah-daerah yang sudah disebutkan, melainkan juga di daerah-daerah terutama dipesisir yang mendapat pengaruhnya, misalnya Lenong ( Jakarta ) dan Mamanda ( Kalimantan Selatan ).Sesungguhnya, didaerah penyebaran kebudayaan melayu tersebut, teater ( yang biasanya disebut wayang ) dengan tema sastra Hindu-Jawa , seperti Ramayana, bukannya tidak ada. Akan tetapi, perkembangan wayang atau teater pengaruh jawa, yang masuk pada zaman majapahit abad ke-14, memang tidak sepesat di Jawa dan Bali. Adapun jenis wayang yang lebih digemari adalah yang mendapat pengaruh dari siam, dan salah satu diantaranya adalahteater tradisional Indonesia Makyong, yang telah dikenal sejak abad ke-17.Teater tradisional Indonesia Makyong masuk kedaerah-daerah melayu disumatra melalui dua jalan.Pertama, lewat Kelantan kemudian masuk kedaerah Riau dan berkembang pesat ketika kerajaan Riau menjadi pusat kerajaan Melayu pada abad ke-17 sampai abad ke-19. Kedua, datang dari patani ( Siam

  

Selatan ) melalui Kedah dan Perlis masuk ke Serdang (Perbaungan) di Sumatra

Utara.

  

2. Pembagian Tokoh dan Peran dalam Teater Tradisional Indonesia

Makyong

  Sebuah rombongan teater tradisional Indonesia Makyong yang terdiri atas penari dan pemain musik berjumlah sekitar 15 orang. Berdasarkan peran yang dibawakannya, pemain teater tradisional Indonesia Makyong dapat dibedakan sebagai berikut.

  1. Pakyong Muda, putra raja atau anak muda yang dilakonkan sebagai pahlawan cerita.

  2. Pakyong Tua, raja atau ayah Pakyong muda. Kadang-kadang juga raja calon mertua Pakyong Muda.

  3. Makyong, ibu suri, ibu dari Pakyong muda atau kadang-kadang calon ibu mertua pakyong muda.

  4. Putri , putri raja atau tuan putri calon istri Pakyong muda.

  5. Inang pelayan wanita yang melayani putri 6.

  Awang PengasuhpasanganInang, berfungsi sebagai tukang lawak dan memakai topeng.

  7. Jin / raksasa pemeran penjahat

  3. Peralatan Musik pada Teater Tradisional Indonesia Makyong

  Adapun peralatan musik pengiring teater tradisional Indonesia Makyong terdiri atas :

1. Satu buah rebab yang dimainkan untuk lagu-lagu pelan 2.

  Satu bauh serunai untuk lagu-lagu cepat atau pengiring tari ragam 3. Dua buah tawak-tawak atau gong

  4. Dua buah gendang silindris dengan penutupn dikedua ujungnya , yang besar disebut induk, sedangkan yang kecil disebut anak

  5. Dua buah sedomak, yaitu gendak berbentuk kerucut dengan penutup disebelah ujung yang besar, juga terdiri dari induk dan anak

6. Satu buah kesi atau simbal kecil 7.

  Dua pasang ceracap atau bamboo yang dipukul-pukulkan 8. Satu buah canang ceper yang dimainkan pada lagu-lagu yang dimainkan cepat.

  Beberapa cerita teater tradisional Indonesia Makyong yang masih terkenal disumatra utara anatara lain adalah Dewa Muda, Dewa Indera-indera Dewa, Anak

  

Raja Gondang, Bongsu Sakti, Putri Timun Muda, Raja Tangkai Hati, Raja Muda

Lalang, Raja Muda Lembik, Putri Ratna dan Ganding Bertimbang. Seperti halnya

  teater bangsawan, kehidupan teater tradisional Indonesia Makyong pada mulanya ditopang oleh istana-istana melayu di Sumatera.Ketika keraton-keraton ini tak berkuasa lagi, kegiatan teater tradisional Indonesia Makyong istanapun menurun, dan akhirnya bergerak diluar istana dan mendapat tempat di hati rakyat.

  Pada zaman dahulu, di Riauteater tradisional Indonesia Makyong dimainkan oleh para pemain wanita. Jika pemain pria ikut terlibat, ia akan menggunakan topeng.

  Seperti halnya teater daerah (rakyat) yang lain, teater tradisional Indonesia Makyong telah mendapatkan perhatian dan pembinaan dari pemerintah. Teater tradisional Indonesia Makyong bersama-sama dengan Cakepung (Lombok), Dul Muluk (Sumatra Selatan), Mandu (Riau), Mamanda ( Kalimantan Selatan), Wayang Wong ( Kalimantan Selatan), Ketoprak (Yogyakarta), dan Ubrug ( Jawa Barat), pernah beberapa kali ditampilkan oleh Departemen P dan K dalam forum festival pada 1977 dan 1980.

2.3 Landasan Teori

  Secara etimologi, teori berasal dari bahasa yunani theoria yang berarti kebetulan alam atau realita.Teori diartikan sebagai kumpulan konsep yang telah teruji keterandalannya, yaitu melalui kompetensi ilmiah yang dilakukan dalam penelitian.

  Teori adalah landasan dasar keilmuan untuk mengkaji maupun menganalisis berbagai fenomena dan juga sebagai rujukan utama dalam memecahkan masalah penelitian di dalam ilmu pengetahuan.Berdasarkan judul penelitian ini yaitu “Perbandingan Karakter Tokoh Yang Terdapat Pada Teater Tradisional Cina Jing Ju Dengan Teater Tradisional Indonesia Makyong” maka penulis menggunakan dua teori dalam tulisan ini yaitu teori perbandingan dan teori semiotik. Adapun teori yang penulis pergunakan adalah seperti teori yang diuraikan berikut :

2.3.1 Teori Perbandingan

  Teori perbandingan bukan hanya membandingkan karya-karya sastra saja meskipun pada mulanya para kritikus dan sejarahwan sastra pada abad ke 18 dan 19 memang menciptakan karya-karya perintis teori bandingan dengan membandingkan karya-karya sastra. Namun, pada perkebangan selanjutnya sastra baandingan memiliki pengertian dan ruang lingkup yang lebih luas.Hal ini dapat terlihat terutama apabila kita berpegang pada aliran Amerika (American School).

  Dalam teori bandingan aliran Amerika tidak hanya membandingkan karya- karya sastra maupun pengarangnya saja, tetapi juga membicarakan berbagai bidang lain. Secara garis besar, teori bandingan mencakup : 1.

  Kajian memgenai perbandingan karya-karya sastra maupun para pengarangnya.

  2. Kajian mengenai hubungan antara karya-karya sastra dengan ilmu pengetahuan ( misalnya filsafat, psikologi, sosiologi, dsb) dengan agama serta kepercayaan maupun dengan karya-karya seni ( misalnya dengan lukisan, music, arsitektur, dan pahatan)

3. Kajian mengenai teori, sejarah, dan kritik sastra (atau lebih tepat lagi teori kritik sastra) yang melingkupi lebih dari satu sastra nasional.

  Teori perbandingan bertujuan untuk menghilangkan tanggapan bahwa karya satu sastra lebih baik dibanding satu karya sastra yang lainnya. Kajian yang melingkupi berbagai kesusastraan ini akan menimbulkan kesadaran bahwa karya- karya sastra yang ada, pada dasarnya, tidak memiliki perbedaan, baik dalam mutu maupun status, satu sama lainnya. Setiap kelompok masyarakat atau bangsa memiliki karya masing-masing yang sama-sama memiliki nilai-nilai tertentu.Teori bandingan mengkaji berbagai ragam budaya sebagaimana yang tercemin dalam karya-karya sastra, juga bertujuan untuk meluaskan wawasan seseorang mengenai hasil budaya berbagai bangsa daan menambah pemahaman tentang nilai-nilai budaya yang terkandung dalam karya-karya tersebut. (

  Menurut Remak ( Darmono 2005 : 2 ) sastra bandingan adalah kajian sastra diluar batas – batas sebuah Negara dan kajian hubungan diantara sastra dengan bidang ilmu serta kepercayaan yang lain seperti seni ( misalnya, seni lukis, seni ukir, seni benda dan seni music ), filsafat, sejarah, dan sains social ( missal politik, ekonomi, sosiologi) sain, agama, dan lain-lain.

  Dalam penelitian ini penulis ingin membandingkan karakter tokoh yang terdapat pada teater tradisional Cina Jing Ju dengan karakter tradisional Indonesia Makyong dengan melihat nilai perbandingan persamaam dan perbedaan karakter kedua teater tradisional tersebut. Seperti contohnya melihat apa saja persamaan dan perbedaan karakter yang terdapat pada teater tradisional Cina Jing Ju dengan teater tradisional Indonesia Makyong.

2.3.2 Teori Semiotik

  Kata semiotik berasal dari kata Yunani semeon, yang berarti tanda.Maka semiotika adalah ilmu tanda.Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda. Seperti system tanda dan proses yang berlaku bagi pengguna tanda. ( Van Zuest 1993 : 1 ).

  “Tanda itu sendiri didefenisikan sebagai suatu yang berdasarkan konvensi sosial yang terbangun sebelumnya yang dapat mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai sesuatu hal yang menunjuk adanya hal lain”.Secara terminologis semiotika dapat diidentifikasikan sebagai “ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda” (Seto. 2011.8 ).

  Simbol merupakan produk budaya suatu masyarakaat untuk mengungkapkan ide-ide, makna, dan nilai-nilai yang ada pada diri mereka.Tradisi semiotik bersumber dari kajian semiotika yang dimunculkan pada abad ke-19 oleh filsuf aliran pragmatic Amerika yaitu, Charles Sanders Pierce, yang merujuk kepada doktrin formal tentang tanda-tanda.Dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda, tidak hanya bahasa dan system komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri pun sejauh yang terkait dengan fikiran manusia. Seluruhnya terdiri dari tanda-tanda karena jika tidak begitu manusia tidak akanbisa menjalin hubungan dengan dunia realitas.

  Pengertian semiotika diatas dapat disimpulkan bah semiotika adalah ilmu untuk mengetahui tentantang sistem tanda, konvensi-konvensi yang ada dalam sastra dan makna yang terkandung didalamnya.

  Tipologi tanda Versi Charles S Pierce 1.

  Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan ‘rupa’ sehingga tanda itu mudah dikenali oleh para pemakainnya yang ditandai dengan persamaan (kesamaan) seperti : gambar, foto, patung dan proses kerjanya dengaan dilihat. Contoh : sebagian besar rambu lalu lintas merupakan tanda yang ikonik karena ‘menggambarkan’ bentuk yang memiliki kesamaan dengan objek yang sebenarnya.

  2. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial diantara representamen dan objeknya yang ditandai dengan hubungan sebab-akibat dan terkaitan seperti : asap menandakan adanya api proses kerjanya diperkirakan. Contoh : ketukan pintu merupakan indeks kehadiran seorang tamu dirumah kita.

  3. Symbol adalah jenis tanda yang bersifat arbiter dan konvensional sesuai kesepakatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat yang ditandai dengan konvensi atau kesepakatan social seperti : kata-kata dan isyarat proses kerjanya dipelajari. Tanda-tanda kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol. Contoh : tanda lalu lintas huruf ‘S’ yang diberi garis miring berarti menandaakan dilalang Stop pada area tersebut. (Seto. 2011. 9 )

  Dalam penulisan ini penulis memakai tanda symbol untuk penulisan ini.Pierce membagi klasifikasi simbol menjadi tiga jenis : a)

  Rhematic symbol atau symbolic theme, yakni tanda yang dihubungan dengan objeknya melaluli asosiasi nilai umum. Misalnya, kita melihat gambar harimau. Lantas kita katakan, harimau. Mengapa kita katakan demikian, karena ada asosiasi antara gambar dengan benda atau hewan yang kita lihat yang namanya harimau.

  b) Dicent symbol atau proppsition ( proposi ) adalah tanda yang langsung menghubungkan dengan objek melalui asosiasi dalam otak. Kalau seseorang berkata, “pergi!” penafsiran kita langsung berasosiasi pada otak, dan sertamerta kita pergi. Padahal proposisinya yang kita kenal hanya kata. Kata-kata yang kita gunakan yang membentuk kalimat, semuanya adalah proposisi yang mengandung makna yang berasosiasi didalam otak. Otak secara otomatis dan cepat menafsirkan proposisi itu, dan seseorang segera menetapkan pilihan atau sikap.

  c) Argument, yakni tanda yang merupakan kesamaan seseorang terhadap sesuatu berdasarkan alasan tertentu. ( Seto. 2011. 11 )

  Untuk mendeskripsikan karakter tokoh yang terdapat pada teater tradisional Cina Jing Ju dengan teater tradisional Indonesia Makyong penulis menggunakan teori semiotik.Dengan menggunakan tanda symbol pada penulisan ini dapat terlihat bentuk dari karakter yang terdapat pada teater tradisional Cina Jing Ju dengan teater tradisional Indonesia Makyong menggunakan Rhematic Symbol atau Symbolic theme.Dengan menggunakan Dicent symbol dalam penulisan ini dapat diketahui arti dari setiap karakter yang tergambar pada teater tradisional Cina Jing Ju dengan teater tradisional Indonesia Makyong.Sedangkan Argument dapat menguatkan makna yang terdapat pada karakter teater tradisional Cina Jing Ju dengan teater tradisional Indonesia Makyong berdasarkan alasan tertentu.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Simulasi Analisa Suhu Pendingin Dan Aliran Fluida Pada Kotak Pendingin Yang Menggunakan Elemen Pendingin Termoelektrik Dengan Sumberenergi Surya

1 1 19

BAB II TINJAUAN UMUM TRANSAKSI JUAL BELI MEDIA INTERNET (ON-LINE) A. PENGERTIAN TRANSAKSI JUAL BELI MEDIA INTERNET - Perindungan Hukum Dalam Hal Pengembalian Dana Konsumen Dalam Transaksi Jual Beli Media Internet (Online), Studi di Lamido Indonesia

0 3 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perindungan Hukum Dalam Hal Pengembalian Dana Konsumen Dalam Transaksi Jual Beli Media Internet (Online), Studi di Lamido Indonesia

0 2 11

BAB II MEKANISME PENYALURAN DANA RINTISAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DI KOTA MEDAN F. Landasan Hukum Dana Rintisan Bantuan Operasional Sekolah Dasar hukum pemberian Dana Rintisan BOS-SM kepada sekolah meliputi: - Aspek Hukum Administrasi Negara Tentang M

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Aspek Hukum Administrasi Negara Tentang Mekanisme Pemberian Dana Rintisan Bantuan Operasional Sekolah Di Kota Medan

0 0 27

Penjadwalan Produksi Dengan Metode Algoritma Genetika Di Pt. Agri First Indonesia

1 4 105

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Penjadwalan Produksi Dengan Metode Algoritma Genetika Di Pt. Agri First Indonesia

0 0 32

BAB I PENDAHULUAN - Penjadwalan Produksi Dengan Metode Algoritma Genetika Di Pt. Agri First Indonesia

0 1 16

Penjadwalan Produksi Dengan Metode Algoritma Genetika Di Pt. Agri First Indonesia

1 0 22

Perbandingan Karakter Tokoh Pada Teater Tradisional Cina Jing Ju Dengan Teater Tradisional Indonesia Makyong

0 2 48