BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.1.1 Pengertian Diare - Evaluasi Pengelolaan Obat Program Diare di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare

2.1.1 Pengertian Diare

  Diare menurut defenisi Hippocrates adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal(meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair.

  (Nelson, dkk.,1969; Morley,1973) berpendapat bahwa istilah gastroenteritis hendaknya dikesampingkan saja, karena memberikan kesan terdapatnya suatu radang sehingga selama ini penyelidikan tentang diare cenderung lebih ditekankan pada penyebabnya (Suharyono, 2008).

  Pada diare terdapat gangguan dari resorpsi, sedangkan sekresi getah lambung–ususdan motilitas usus meningkat.Menurut teori klasik diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus tersebut, sehinga pelintasan chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja (Tjay dan Rahardja, 2007).

  Penelitian dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa penyebab utamanya adalah bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya resorpsi air atau/dan terjadinya hipersekresi. Pada keadaan normal proses resorpsi dan sekresi dari air dan elektrolit-elektrolit berlangsung pada waktu yang sama di sel-sel epitel mukosa. Proses ini diatur oleh beberapa hormon, yaitu resorpsi oleh enkefalin sedangkan sekresi diatur oleh prostaglandin dan neurohormon V.I.P (Vasoactive Intestinal Peptide). Biasanya resoprsi melebihi sekali tetapi karena diare.Keadaan ini sering kali terjadi pada gastroenteritis (radang lambung–usus) disebabkan oleh virus, kuman dan toksinnya (Tjay dan Rahardja, 2007).

Tabel 2.1 Penderita Diare Tahun 2013

  26 Sibolga 1.840

  20 Padang lawas 5.077

  21 Padang lawas utara 4.981

  22 Labuhan batu selatan 6.199

  23 Nias selatan 7.220

  24 Nias utara 2.762

  25 Nias barat 1.773

  27 Tanjung balai 3.394

  18 Serdang bedagai 12.959

  28 Pematang siantar 5.081

  29 Tebing tinggi 3.190

  30 Medan 45.437

  31 Binjai 5.398

  32 Padang sidempuan 4.379

  33 Gunung sitoli 2.769 Jumlah

  19 Batubara 8.195

  17 Samosir 2.609

  No Kabupaten/Kota Jumlah Perkiraan Kasus

  7 Labuhan batu utara 9.217

  1 Nias 2.855

  2 Mandailing Natal 8.848

  3 Tapanuli selatan 5.753

  4 Tapanuli tengah 6.934

  5 Tapanuli utara 6.123

  6 Labuhan batu 3.746

  8 Asahan 14.590

  16 Pakpak bharat 902

  9 Simalungun 17.832

  10 Dairi 5.911

  11 Karo 7.784

  12 Deli serdang 40.369

  13 Langkat 20.945

  14 Nias selatan 6.334

  15 Humbang hansundutan 3.776

  285.183 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Pada tahun 2013, jumlah perkiraan kasus ada sebanyak 285.183 kasus, yang ditemukan dan ditangani sebanyak 223.895 kasus (78,5%), dan pada tahun 2012 dari 559.011 perkiraan kasus diare yang ditemukan dan yang ditangani sebanyak 216.175 kasus (38,67%) (Dinkes Prov. SU., 2014).

  Dari 33 Kabupaten/Kota yang ada, penemuan dan penanganan kasus diare tertinggi pada tahun 2013 di 3 Kabupaten yaitu Padang Lawas sebesar 224%, Labuhan Batu Selatan sebesar 204,3%, dan Samosir sebesar 118,33%. Penemuan dan penanganan kasus diare terendah pada tahun 2013 yaitu di Kabupaten Karo sebesar 8,4% (Dinkes Prov. SU., 2014).

  Dalam upaya tatalaksana diare diketahui bahwa 100% kasus diare yang dilaporkan telah diberikan upaya rehidrasi oral menggunakan cairan oralit dengan rata-rata 6 bungkus per penderita (Dinkes Prov. SU., 2014).

2.1.2 Penyebab Diare

  Adapun Penyebab diare diantaranya adalah sebagai berikut:

  a. Diare akibat virus, misalnya ‘influenza perut’ yang disebabkan antara lain oleh rotavirus dan adenovirus. Virus melekat pada sel-sel mukosa usus yang menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi menurun dan sekresi air dan elektrolit memegang peranan. Diare yang terjadi bertahan terus sampai beberapa hari sesudah virus lenyap dengan sendirinya, biasanya dalam 3 – 6 hari.

b. Diare bakterial invasif (bersifat menyerbu) agak sering terjadi, tetapi mulai berkurang berhubungan semakin meningkatnya derajat higiene masyarakat.

  mukosa, di mana terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin.

  

Enterotoksin ini dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala

  hebat, seperti demam tinggi, nyeri kepala dan kejang-kejang. Selain itu mukosa usus yang telah dirusak mengakibatkan mencret berdarah dan berlendir. Penyebab terkenal dari pembentukan enterotoksin ialah bakteri

  Eschericia coli spec, Shigella, Salmonella dan Campylobacter. Diare ini

  bersifat selflimiting, artinya akan sembuh dengan sendirinya dalam kurang lebih 5 hari tanpa pengobatan, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel- sel mukosa baru.

  c. Diare parasit akibat protozoa seperti Entamoeba histolytica dan Giardia

  lamblia , yang terutama terjadi di daerah subtropis. Yang pertama

  membentuk enterotoksin pula. Diare akibat parasit ini biasanya bercirikan mencret cairan yang intermiten dan bertahan lebih lama dari satu minggu.

  Gejala lainnya dapat berupa nyeri perut, demam, anoreksia, nausea, muntah-muntah dan rasa letih umum (malaise).

  d. Akibat penyakit, misalnya Colitis ulcerosa, kanker colon dan infeksi–HIV.

  Juga akibat gangguan-gangguan seperti alergi terhadap makanan/minuman dan protein susu sapi gluten (coeliakie).

  e. Akibat obat, yaitu digoksin, kinidin, reserpin, dan antibiotika berspektrum luas (ampisilin, amoksisilin, tetrasiklin). Semua obat ini dapat menimbulkan diare ‘baik’ tanpa kejang perut dan perdarahan.

  f. Akibat keracunan makanan, biasanya disertai pula dengan muntah-muntah. toksis dan diperkirakan atau disebabkan oleh mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar. Penyebab utamanya adalah tidak memadainya kebersihan pada waktu pengolahan, penyimpanan dan distribusi dari makanan/minuman dengan akibat pencemaran meluas (Tjay dan Rahardja, 2007).

  Table 2.2Bakteri Penyebab Diare

  botulin.

  Pada diare hebat yang sering kali disertai muntah-muntah, tubuh kehilangan banyak air dengan garam-garamnya, terutama natrium dan kalium.Hal ini mengakibatkan tubuh kekeringan(dehidrasi), kekurangan kalium(hipokaliemia) dan adakalanya acidosis(darah menjadi asam).Yang tidak jarang berakhir dengan

  dari 24 jam

  Staphyl. aur. Makanan/air 2-4 jam Muntaber, dehidrasi Kurang

  Diare dengan darah 7 – 10 hari

  Muntaber, demam 3 – 6 hari / sampai 2 minggu Shigella. Makanan/air 24-48 jam

  sapi/unggas, susu 12-48 jam

  Salmon. Daging

  10 – 14 hari

  18-24 jam Diare dan gangguan saraf

  Makanan dalam kaleng/botol

  3 – 5 Hari Clostrid.

  Kuman Sumber Masa inkubasi Gejala Pemulihan

  48-96 jam Diare dengan darah, demam, nyeri perut

  Daging sapi/unggas, susu

  Campylob. jejuni.

  Diare darah 10 – 12 hari

  susu 12-48 jam

  E.coli Daging sapi,

  Makanan 8-22 jam Diare, nyeri, kejang 2 – 3 hari

  perfring.

  Makanan 1-6 jam Muntaber, dehidrasi Cepat Clostrid.

  Bacillus cereus

2.1.3 Pengobatan Diare

  Gejala pertama dari dehidrasi adalah perasaan haus, mulut dan bibir kering, kulit menjadi keriput (hilang kekenyalannya), berkurangnya air seni dan menurunnya berat badan, juga keadaan gelisah.Kekurangan kalium terutama mepengaruhi sistem neuromuskuler dengan gejala mengantuk (letargi), lemah otot dan sesak napas (dyspnoea) (Tjay dan Rahardja, 2007).

  Setiap tahun lebih kurang 5 juta anak-anak di bawah usia 5 tahun meninggal akibat diare, kurang lebih 65% diantaranya karena dehidrasi, terutama di Negara- negara dengan hawa panas. Maka penting sekali untuk pertama-tama diambil tindakan guna mencegah atau mengatasi keadaan dehidrasi dan kehilangan garam, terutama pada bayi dan anak-anak (sampai usia lebih kurang 3 tahun) dan lansia (di atas 65 tahun). Untuk tujuan ini WHO menganjurkan ORS(=Oral Rehydration Solution ) (Tjay dan Rahardja, 2007).

  ORS adalah suatu larutan dari campuran NaCl 3,5 g, KCl 1,5 g, Na-trisitrat 2,5 g dan glukosa 20 g dalam 1 liter air matang (Oralit). Dasar ilmiah dari penggunaan ORS ini adalah penemuan kurang lebih 25 tahun lalu bahwa glukosa menstimulasi secara aktif transpor Na dan air melalui dinding usus.Dengan demikian resorpsi air dalam usus halus meningkat dengan 25 kali (Sladen&Dawson). Begitu pula bahan gizi lainnya (asam amino, peptida) memperlancar penyerapan air (Tjay dan Rahardja, 2007).

  Oralit/garam rehidrasi oral mengandung garam-garam mineral dan glukosa yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Penggunaannya dengan dilarutkan dalam air, dan akan segera menggantikan cairan dan garam yang hilang selama diare dan

  Selain oralit, zinc juga diberikan kepada penderita diare. Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak.

  Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat (Indriani, 2014).

  Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF menandatangani kebijakan bersama dalam hal pengobatan diare yaitu pemberian oralit dan zinc selama 10 – 14 hari.

  Hal ini didasarkan pada penelitian selama 20 tahun (1983 – 2003) yang menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan pemberian oralit disertai zinc lebih efektif dan terbukti menurunkan angka kematian akibat diare pada anak-anak sampai 40% (Indriani, 2014).

  Pada saat diare, anak akan kehilangan zinc dalam tubuhnya. Pemberian Zinc mampu menggantikan kandungan zinc alami tubuh yang hilang dan mempercepat penyembuhan diare. Zinc juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah resiko terulangnya diare selama 2 – 3 bulan setelah anak sembuh dari diare (Indriani, 2014).

  Obat zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30 detik. Zinc diberikan dengan dosis sebagai berikut :

  • Balita umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg)/hari
  • Balita umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg)/hari

  Zinc diberikan dengan cara dilarutkan dalam satu sendok air matang atau dengan oralit. Zinc diberikan satu kali sehari sampai semua tablet habis (selama 10 hari) sedangkan oralit diberikan setiap kali anak buang air besar sampai diare berhenti (Indriani, 2014).

  Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Pemberian zinc harus tetap dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan berulangnya diare pada 2-3 bulan ke depan. Pemberian zinc selama 10 hari terbukti membantu memperbaiki mukosa usus yang rusak dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh secara keseluruhan. Petugas kesehatan harus menekankan pentingnya pemberian dosis penuh selama 10 hari dengan menyampaikan pada ibu tentang manfaat jangka pendek dan panjang zinc, termasuk mengurangi lamanya diare, menurunkan keparahan diare, membantu anak melawan episode diare dalam 2 – 3 bulan selanjutnya setelah perawatan. Selama itu juga zinc dapat membantu pertumbuhan anak lebih baik dan meningkatkan nafsu makan (Indriani, 2014).

2.2 Pengelolaan Obat

  Pelayanan kesehatan adalah hak asasi manusia dan setiap penduduk berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan kebutuhan tanpa memandang kemampuan membayar (Kemenkes RI, 2010).

  Pembangunan dibidang obat antara lain bertujuan untuk menjamin tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai kebutuhan dengan mutu terjamin, tersebar secara merata dan teratur, sehingga mudah diperoleh pada

  Pengelolaan obat merupakan salah satu pendukung penting dalam pelayanan kesehatan. Setiap upaya pengembangan dan penyempurnaan pengelolaan obat di Kabupaten/Kota harus dilakukan secara kontinyu. Hal ini perlu dilakukan agar dapat menghitung perbaikan kualitas pelayanan kesehatan dasar. Salah satu bentuk perbaikan pada pengelolaan obat adalah dengan melakukan penilaian terhadap apa yang sudah dilaksanakan (Kemenkes RI, 2010).

  Kebijakan pemerintah terhadap peningkatan akses obat diselenggarakan melalui beberapa strata kebijakan yaitu Undang-Undang sampai Keputusan Menteri Kesehatan yang mengatur berbagai ketentuan berkaitan dengan obat (Depkes RI, 2007).

  Tujuan subsistem obat dan perbekalan kesehatan adalah tersedianya obat dan perbekalan kesehatan yang aman, bermutu, bermanfaat serta terjangkau oleh masyarakat untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2007).

2.2.1 Perencanaan dan Pengadaan

  Perencanaan kebutuhanobat publik dan perbekalan kesehatan adalah salah satu fungsi yang menentukan dalam proses pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan. Tujuan perencanaan kebutuhan obat publik dan perbekalan kesehatan adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk program kesehatan yang telah ditetapkan. Proses perencanaan kebutuhan obat publik dan perbekalan kesehatan diawali dari data yang disampaikan Kabupaten/Kota keInstalasi Farmasi Provinsi perbekalan kesehatan di Kabupaten/Kota yang dilengkapi dengan teknik-teknik perhitungannya. Selanjutnya dalam perencanaan kebutuhan buffer stok Pusat maupun Provinsi dengan menyesuaikan terhadap kebutuhan obat publik dan perbekalan kesehatan di Kabupaten/Kota dan tetap mengacu kepada Formularium Nasional (Depkes RI,2007). Tujuan perencanaan:

  1. Mendapatkan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang sesuai kebutuhan

2. Menghindari terjadinya kekosongan obat/penumpukan obat (Depkes RI, 2006).

2.2.2 Penyimpanan

  Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat (Depkes RI, 2007).

  Dalam upaya pengobatan suatu penyakit, perlu diberikan beberapa jenis obat yang saling berbeda baik bentuk sediaannya maupun kemasannya. Maka perlu dipikirkan cara menyimpan obat. Bila cara penyimpanan obat tidak memenuhi persyaratan cara menyimpan obat yang benar, maka akan terjadi perubahan sifat obat tersebut, sampai terjadi kadaluwarsa (Kemenkes RI, 2012). Tujuan penyimpanan obat-obatan adalah untuk :

  • Memelihara mutu obat
  • Menjaga kelangsungan persediaan
  • Memudahkan pencarian dan pengawasan Kegiatan penyimpanan obat meliputi :

  a. Pengaturan tata ruang. Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian dan pengawasan obat-obatan, maka diperlukan pengaturan tata ruang gudang dengan baik.

b. Penyusunan stok obat.Obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis, dengan prinsip FEFO dan FIFO.

  c. Pencatatan stok obat.Mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak atau kadaluwarsa) sebaiknya segera dicatat pada kartu stok obat d. Pengamatan mutu obat.Mutu obat yang disimpan di gudang dapat mengalami perubahan baik karena faktor fisik maupun kimiawi. Perubahan mutu obat dapat diamati secara visual dan jika dari pengamatan visual diduga ada kerusakan yang tidak dapat ditetapkan dengan cara organoleptik, harus dilakukan sampling untuk pengujian laboratorium (Depkes RI,2007).

2.2.3 Distribusi

  Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan pengiriman obat-obatan yang bermutu, terjamin keabsahan serta tepat jenis dan jumlah dari gudang obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan unit-unit pelayanan kesehatan.Tujuan distribusi adalah terlaksananya distrubusi obat secara merata dan teratur sehingga dapat diperoleh pada saat dibutuhkan dan terjaminnya kecukupan persediaan obat di unit pelayanan kesehatan (Depkes

  Depkes

Dinkespro

vinsi

Dinkes

kab/kota

(UPOPPK)

  PKM RSU Yankes Yankes TNI-Polri Swasta Posko Pustu

  Kes

  Keterangan : = Jalur Permintaan = Jalur Pengiriman

Gambar 2.1 Permintaan dan Pendistribusian

2.2.4 Pencatatan dan Pelaporan

  Pencatatan dan pelaporan data obat di Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka pengelolaan obat secara tertib baik obat yang diterima, disimpan, didistribusikan maupun yang digunakan di unit pelayanan kesehatan seperti Puskesmas (Depkes RI,2007).

  Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah tersedianya data mengenai jenis dan jumlah penerimaan, persediaan, pengeluaran/ penggunaan dan data mengenai waktu dari seluruh rangkaian kegiatan mutasi obat(Depkes RI,2007).

  ‘-

Gambar 2.2 Pencatatan dan Pelaporan

  

Depkes

Posko Kes

  Dinkes provinsi Pustu Yankes

  TNI-Polri

RSU

PKM

Dinkes

kab/kota

(UPOPPK)

  Yankes Swasta