BAB I PENDAHULUAN I.1Latar Belakang Masalah - Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Goodgovernance Terhadap Kinerja Organisasi (Studi Pada Kantor Camat Medan Helvetia Kota Medan)

BAB I PENDAHULUAN I.1Latar Belakang Masalah Otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang dimulai pelaksanaannya pada tanggal 1 Januari 2001

  yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, membawa implikasi bahwa pemerintah daerah dalam hal ini adalah Pemerintah Kabupaten/Kota diberikan wewenang yang luas untuk mengatur dan menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Sehingga pemerintah daerah harus mendorong terciptanya prinsip-prinsip pemerintahan yang baik

  

(good governance) dengan melakukan upaya-upaya untuk memberdayakan

  masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi DPRD melalui prinsip demokrasi, peran serta masyarakat dalam pembangunan, pemerataan ekonomi dan kesejahteraan, keadilan sosial dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia. Dalam hal ini tujuannya adalah agar daerah otonom lebih mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara adil dan merata, taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, serta terbukanya kesempatan kerja. Untuk itu Pemerintah daerah (kabupaten/kota) hendaknya dapat mengefektifkan kinerjanya guna menyelenggarakan ketata pemerintahan yang baik (good governance) serta memberikan pelayanan publik yang berkualitas.

  Dampak pelaksanaan otonomi daerah sangat besar karena pelimpahan kewenangan pada pemerintahan daerah dapat memberikan keleluasaan untuk permasalahan daerah yang bersangkutan. Hal ini juga dikuatkan oleh PP No. 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan wajib dan pilihan yang akan memberikan kawalan untuk mewujudkan pembangunan yang sesuai dengan karakteristik masing-masing daerah.

  Hakikat otonomi daerah pada dasarnya adalah bagaimana mendekatkan ke pemerintahan serta meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Kewenangan yang sudah diberikan kepada daerah itu menjadi urusan dan tanggung jawab Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Masyarakat tidak lagi hanya menyesuaikan kepada pelayanan yang akan dibuat oleh pemerintah akan tetapi mereka diharapkan dapat sekaligus ikut dalam proses penetapan perencanaan pembangunan dan bagaimana pembangunan itu akan dilakukan, masyarakat juga harus diberikan akses dalam menilai serta mengawal bagaimana pelayanan pemerintah itu dilakukan serta bagaimana ditingkatkan. Dalam hal ini hubungan pemerintah dengan masyarakat tidak lagi seperti hubungan top-down tetapi menjadi suatu hubungan yang bersifat partnership. Untuk ini perlulah penguatan institusi pemerintah daerah dalam hal ini kelembagaan dan kapasitas institusi pemerintah daerah.

  Pada saat krisis terjadi, ada wacana yang menyebutkan bahwa asal muasal krisis adalah kurangnya kualitas “governasi” atau governance kita. baik di sektor pemerintah maupun di sektor bisnis. Bertolak dari proses reformasi 1998 yangmenginginkan suatu perubahan mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan yang lebih tr ansparan, berkeadilan dan akuntabel, maka tuntutan akan adanya pemerintahan yang baik (good governance) menjadi relevan masyarakat dengan penerapan demokrasi rakyat tidak tercapai jika tidak didukung oleh suatu pemerintahan yang kredibel dan dapat dipertanggung jawabkan.

  Dalam waktu terakhir ini, telah terjadi perubahan paradigma organisasi dalam berbagai aspek, dari segi manajemen perubahan, dari organisasi yang bersifat sentralisasi ke organisasi yang bersifat desentralisasi, gaya kerja organisasi yang kaku berubah menjadi lebih fleksibel, kekuatan organisasi yang sebelumnya dilihat dari tolak ukur stabilitas organisasi kini bergeser pada kemampuan organisasi untuk mengadaptasi perubahan. Faktor politik yang mempengaruhi perubahan peran organisasi dalam hal ini dimanaorganisasipublik menuntut penerapan Good Governance. Good

  

governance dimaksud adalah merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan

  negara dalam melaksanakan penyediaan public good and service disebut

  

governance (pemerintahan ataukepemerintahan) sedangkan praktek terbaiknya

adalah “good governance” (kepemerintahan yang baik).

  Pemerintah dituntut untuk menerapkan prinsip-prinsip good governance. Dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance, diharapkan dalam menggunakan dan melaksanakan kewenangan politik, ekonomi dan administratif dapat diselenggarakan dengan baik. Oleh sebab itu dalam prakteknya, konsep

  

good governance harus ada dukungan komitmen dari semua pihak yaitu negara

  (state)/pemerintah (government), swasta (private) dan masyarakat (society). Good

  

governance yang efektif menuntut adanya koordinasi yang baik dan integritas,

  profesional dan etos kerja dan moral yang tinggi.Dengandemikian penerapan good tersendiri. Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan Negara. Dalam rangka hal tersebut, diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bertanggung jawab serta bebas KKN.

  Berdasarkan uraian diatas maka dapat disebutkan bahwa good

  

governance akan tercapai apabila setiap organisasi dan orang-orang didalamnya

  selalu menerapkan prinsip-prinsip good governance. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pelaksanaan good governane dan kinerja organisasi lalu menyusunnya dalam bentuk karya ilmiah

  Bertitik tolak dari latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

  “ Pengaruh Penerapan

Prinsip-prinsipGood Governance Terhadap Kinerja Organisasi (Studi Pada

Kantor Camat Medan Helvetia

  )”.

I.2 Perumusan Masalah

  Untuk dapat memudahkan dalam penelitian ini dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterprestasikan fakta dan data ke dalam penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Adapun permasalahan yang diajikan dalam penelitian ini adalah:

  “Adakah Pengaruh

Penerapan Prinsip-prinsipGood Governance Terhadap Kinerja Organisasi

pada Kantor Camat Medan Helvetia

  

?”

I.3 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1.

  Untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip-prinsip Good Governance di Kantor Camat Medan Helvetia.

2. Untuk mengetahui bagaimana kinerja organisasi di Kantor Camat Medan Helvetia.

  3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penerapan prinsip-prinsip terhadap kinerja organisasi di Kantor Camat

  Good Governance Medan Helvetia.

I.4 Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat yang diharapkan dari peneitian ini adalah: 1. Bagi penulis secara subjektif adalah sebagai suatu tahapan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis dan teoritis dalam memecahkan suatu permasalahan secara objektif dan kritis melalui suatu karya ilmiah sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bersifat teruji dan berguna 2. Bagi mahasiswa lainnya sebagi khasanah ilmiah untuk penelitian lainnya.

  3. Bagi FISIP-USU khususnya Departemen Ilmu Administrasi Negara sebagai bahan referensi, bahan kajian dan bahan perbandingan bagi mereka yang memerlukannya dan orang-orang yang tertarik dengan pemasalahan ini.

  I.5 Kerangka Teori

  I.5.1 Good Governance

  I.5.1.1 Pengertian Governance Governance adalah suatu terminologyyang digunakan untuk mengganti istilah

government , yang menggunakan otoritas politik, ekonomi, dan administrasi dalam

  mengelola masalah-masalah kenegaraan, hal tersebut di atas dapat ditelusuri dari tulisan J.S Endarlin (Setyawan, 2004:223). yang diterjemahkan menjadi tata pemerintahan adalah

  Governance

  penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusan- urusan negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencangkup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat mengutamakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan diantara mereka.

  Menurut Kooiman (Setyawan, 2004 : 224) mengatakan governancemerupakan serangkaian proses interaksi social politik antara pemerintah dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingan-kepentingan tersebut. Governance merupakan mekanisme-mekanisme, proses-proses dan institusi-institusi melalui warga negara mengartikulasikan kepentingan-kepentingan mereka, memediasi perbedaan-perbedaan mereka serta menggunakan hak dan kewajiban legal mereka (Setyawan, 2004:12). Dalam konteks ini governance memeiliki hakikat yang sesuai yaitu bebas dari penyalahgunaan wewenang dan korupsi serta dengan

I.5.1.2 PengertianGood Governance

  Istilah good governance berasal dari induk bahasa Eropa Latin, yaitu

  

Gubernare yang diserap oleh bahasa Inggris menjadi Govern, yang berarti

(menyetir, mengendalikan), direct (mengarahkan), atau rule (memerintah). steer

  Penggunaan utama istilah ini dalam bahasa Inggris adalah to rule with authority, atau memerintah dengan kewenangan.

  Pengertian good governance diatas merupakan suatu pemahaman atau pijakan dari akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Good governance sebenarnya mempunyai makna sebagai kepengelolaannya atau kepengarahannya yang baik bukan kepemerintahan yang baik. Memang pemahaman ini mempunyai perbedaan dengan pemahaman dasar di lingkungan kita selama ini, antara lain yang diperkenalkan oleh lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawaasn Keuangan dan Pembangunan.

  O’Brien (Nugroho:2005:142) mendefinisikan Good Governance adalah penjumlahan dari cara-cara dimana individu-individu dan institusi-institusi baik privat maupun public mengelola urusan-urusan bersamanya.

  Menurut Bank Dunia yang dikutip Wahab menyebut Good Governance adalah suatu konsep dalam penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dan investasi yang langka dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun Administrative, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal framework bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan. Selain itu Bank Dunia juga mensinonimkan Good Governance sebagai hubungan sinergis Berkaitan dengan good governance, Mardiasmo dalam Tangkilisan, mengemukakan bahwa orientasi pembangunan sektor publik adalah untuk menciptakan good governance, dimana pengertian dasarnya adalah pemerintahan yang baik. Kondisi ini berupaya untuk menciptakan suatu penyelenggaraan pembangunan yang solid dan bertanggungjawab sejalan dengan prinsip demokrasi, efesiensi, pencegahan korupsi, baik secara politik maupun

  1

  administrasi. Berdasarkan dokumen kebijakan UNDP , disebutkan : Tata pemerintahan adalah penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan Negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan- perbedaan diantara mereka. Jelas bahwa good governance adalah masalah perimbangan antara negara, pasar dan masyarakat.

  Dari berbagai pengertian tentang Good Governance dapat disimpulkan bahwa suatu konsep tata pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan penggunaan otoritas politik dan kekuasaan untuk mengelola sumber daya demi pembangunan masyarakat yang solid dan bertanggung jawab secara efektif melalui pembuatan peraturan dan kebijakan yang absah dan yang merujuk pada kesejahteraan rakyat, pengambilan keputusan, serta tata laksana pelaksanaan kebijakan.

I.5.1.3 Prinsip-prinsip Good Governance

  Berdasarkan pengertian Good Governance oleh Mardiasmo dan Bank Dunia yang disebutkan diatas dan sejalan dengan tuntutan reformasi yang berkaitan dengan aparatur Negara termasuk daerah adalah perlunya mewujudkan administrasi Negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas, dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, maka menuntut penggunaan konsep Good Governance sebagai kepemerintahan yang baik, relevan dan berhubungan satu dengan yang lainnya. Ide dasarnya sebagaimana disebutkan Tangkilisan adalah bahwa Negara merupakan institusi yang legal formal dan konstitusional yang menyelenggarakan pemerintahan dengan fungsi sebagai regulator maupun sebagai Agent of Change.

  Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa Good Governance awalnya digunakan dalam dunia usaha (corporate) dan adanya desakan untuk menyusun sebuah konsep dalam menciptakan pengendalian yang melekat pada korporasi dan manajemen professionalnya, maka ditetapkan Good Corporate Governance.

  Sehingga dikenal prinsip-prinsip utama dalam Governance Corporate adalah: transparansi, akuntabilitas, fairness, responsibilitas, dan responsivitas.

  Prinsip-prinsip Good Governance diatas cenderung kepada dunia usaha, sedangkan bagi suatu organisasi publik bahkan dalam skala Negara prinsip-prinsip tersebut lebih luas menurut UNDP melalui LAN yang dikutip Tangkilisan menyebutkan bahwa adanya hubungan sinergis konstruktif di antara Negara, sektor swasta atau privat dan masyarakat yang disusun dalam sembilan pokok karakteristik Good Governance, yaitu:

  1. Partisipasi (Participation) Setiap warga Negara mempunyai suara dalam formulasi keputusan, baik secara langsung maupun intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara secara berpartisipasi secara konstruktif

  2. Penerapan Hukum (Fairness).

  Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu, terutama hukum untuk hak azasi manusia.

  3. Transparansi (Transparency) Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami dan dapat dimonitor.

  4. Responsivitas (Responsiveness) Lembaga-lembaga dan proses-proses kelembagaan harus mencoba untuk melayani setiap stakeholders.

  5. Orientasi (Consensus Oreintation)

  Good Governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk

  memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur

  6. Keadilan (Equity) Semua warga Negara, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan untuk meningkatkan ataupun menjaga kesejahteraan mereka dan terlibat di dalam pemerintahan.

  7. Efektivitas (Effectivness) Proses-proses dan lembaga-lembaga menghasilkan sesuai dengan apa yang telah digariskan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin.

  8. Akuntabilitas (Acoountability) Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat sipil (civil society) bertanggungjawab kepada publik dan lembaga-lembaga stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi.

  9. Strategi visi (Strategic vision) Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh kedepan sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan semacam ini. Prinsip-prinsip diatas merupakan suatu karakteristik yang harus dipenuhi dalam hal pelaksanaan good governance yang berkaitan dengan kontrol dan pengendalian, yakni pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar cara dan penggunaan cara sungguh-sugguh mencapai hasil yang dikehendaki stakeholders.

  Penerapan Good Governance kepada pemerintah adalah ibarat masyarakat memastikan mandat, wewenanang, hak dan kewajibannya telah dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Disini dapat dilihat bahwa arah ke-delapan dari Good

  

Governance adalah membangun the professional government, bukan dalam arti

  pemerintah yang dikelola para teknokrat, namun oleh siapa saja yang mempunyai yang mampu mentransfer ilmu dan pengetahuan menjadi skill dan dalam melaksanakannya berlandaskan etika dan moralitas yang tinggi.

  I.5.2 Kinerja Organisasi

  I.5.2.1Pengertian Organisasi

  Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat. Pengertian organisasi telah banyak disampaikan para ahli, tetapi pada dasarnya tidak ada perbedaan yang prinsip, dan sebagai bahan perbandingan akan disampaikan beberapa pendapat sebagai berikut

  Chester I. Barnard (Sutarto, 1998:4) mengemukakan bahwa : “ Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih”. James D. Mooney

  (Bryson, 1999:23) mengatakan bahwa : Organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Dimock (1986:21) organisasi adalah organisasi adalah perpaduan secara sistematis daripada bagian-bagian yang saling ketergantungan/berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan).

  Dari beberapa pengertian organisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap organisasi harus memiliki tiga unsur dasar, yaitu :

1. Orang-orang (sekumpulan orang), 2.

  Kerjasama, 3. Tujuan yang ingin dicapai,

  Prinsip-prinsip organisasi banyak dikemukan oleh para ahli, salah satunya A.M. Williams (1965:45)yang mengemukakan pendapatnya cukup lengkap Government, bahwa prinsip-prinsip organisasi meliputi 1. Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas.

  2. Prinsip Skala Hirarkhi.

  3. Prinsip Kesatuan Perintah.

  4. Prinsip Pendelegasian Wewenang.

  5. Prinsip Pertanggungjawaban.

  6. Prinsip Pembagian Pekerjaan.

  7. Prinsip Rentang Pengendalian.

  8. Prinsip Fungsional.

  9. Prinsip Pemisahan. 10..Prinsip Keseimbangan.

  11. Prinsip Fleksibilitas 12. Prinsip Kepemimpinan.

I.5.2.2Pengertian Kinerja Organisasi

  Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar "kerja" yang menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula berarti hasil kerja.

  Pengertian Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Konsep kinerja (Performance)

  

accomplishtment (Supardi, 2002:21), Hal ini berarti bahwa, kinerja suatu

  organisasi itu dapat dilihat dari tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

  Mengingat bahwa kinerja dari suatu organisasi itu adalah untuk mencapai tujuan tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya, maka informasi tentang kinerja organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting.

  Informasi tentang kinerja organisasi dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah proses kerja yang dilakukan organisasi selama ini sudah sejalan dengan tujuan yang diharapkan atau belum. Akan tetapi dalam kenyataannya banyak organisasi yang justru kurang atau bahkan tidak jarang ada yang tidak mempunyai informasi tentang kinerja dalam organisasinya.

  Untuk menilai kinerja organisasi ini tentu saja diperlukan indikator- indikator atau kriteria-kriteria untuk mengukurnya secara jelas. Tanpa indikator dan kriteria yang jelas tidak akan ada arah yang dapat digunakan untuk menentukan mana yang relatif lebih efektif diantara : alternatif alokasi sumber daya yang berbeda; alternatif desain-desain organisasi yang berbeda; dan diantara pilihan-pilihan pendistribusian tugas dan wewenang yang berbeda (Bryson, 1995:34). Sekarang permasalahannya adalah kriteria apa yang digunakan untuk menilai organisasi.

  Dalam organisasi publik, sulit untuk ditemukan alat ukur kinerja yang sesuai (Fynn, 1986, Jackson dan Palmer, 1992 dalam Bryson, 2002). Bila dikaji dari tujuan dan misi utama kehadiran organisasi publik adalah untuk memenuhi kebutuhan dan melindungi kepentingan publik, kelihatannya sederhana sekali hingga kini belum ditemukan kesepakatan tentang ukuran kinerja organisasi publik.

  Berkaitan dengan kesulitan yang terjadi dalam pengukuran kinerja or ganisasi publik ini dikemukakan oleh Dwiyanto (1995: 1), “kesulitan dalam pengukuran kinerja organisasi pelayanan publik sebagian muncul karena tujuan dan misi organisasi publik seringkali bukan hanya kabur akan tetapi juga bersifat multidimensional. Organisasi publik memiliki stakeholders yang jauh lebih banyak dan kompleks ketimbang organisasi swasta. Stakeholders dari organisasi publik seringkali memiliki kepentingan yang berbenturan satu dengan yang lainnya, akibatnya ukuran kinerja organisasi publik dimata para stakeholders juga menjadi berbeda- beda”.

  Namun ada beberapa indikator yang biasanya digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik (Dwiyanto, 1995) yaitu sebagai berikut: a.

  Produktivitas Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output.

  b.

  Kualitas Pelayanan Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi publik.

  c.

  Responsivitas Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

  d.

  Responsibilitas Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit

  Sebagai sebuah pedoman, dalam menilai kinerja organisasi harus dikembalikan pada tujuan atau alasan dibentuknya suatu organisasi.Misalnya, untuk sebuah organisasi privat/swasta yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan dan barang yang dihasilkan, maka ukuran kinerjanya adalah seberapa besar organisasi tersebut mampu memproduksi barang untuk menghasilkan keuntungan bagi organisasi. Indikator yang masih bertalian dengan sebelumnya adalah seberapa besar efisien pemanfaatan input untuk meraih keuntungan itu dan seberapa besar efective yang dilakukan untuk meraih keuntungan tersebut.

I.5.3 Pengaruh PenerapanGood Governance terhadap Kinerja Organisasi

  Kantor Camat Medan Helvetia adalah salah satu lembaga pemerintahan yang berfungsi untuk melayani masyarakat dalam hal pelayanan publik.Dalam melayani masyarakat para pegawai dituntut untuk dapat menjalankan tugas dengan baik yakni kinerja organisasinya harus tinggi. Tercapainya kinerja organisasi kerja bukan saja ditentukan dari banyaknya jumlah pegawai akan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti pengelolaan organisasi, pengendalian yang baik yang disebut dengan good governance.

  Pengelolaan dan pengendalian yang baik dari suatu organisasi dalam hal ini organisasi publik menyangkut pencapaian tujuan organisasi secara bersama- sama yaitu untuk menciptakan suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan prinsip demokrasi, efisiensi, pencegahan korupsi baik secara politik maupun secara administrasi. Dengan pengertian lain good governance adalah proses penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, transparan, akuntabel oleh organisasi-organisasi pemerintahan seperti organisasi publik pemerintahan Kota Medan yang mencangkup kepemimpinan, struktur organisasi dan sumber daya manusianya.

  Berdasarkan uraian diatas maka disebutkan bahwa apabila pemimpin organisasi public, struktur organisasi dan sumberdaya manusianya baik maka akan tercipta Good Governance yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi itu sendiri. Dengan demikian jelaslah pelaksanaan good governance akan berpengaruh terhadap kinerja organisasi, sehingga para stakeholders dalam hal ini masyarakat luas dapat merasa terpuaskan akan hasil kinerja dari organisasi tersebut.

I.6 Hipotesis

  Hipotesa adalah merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2005:70) Adapun hipotesis yang penulis kemukakan adalah ; 1.

  Hipotesis Alternatif (Ha) :

  “Terdapat pengaruh antara penerapan prinsip-prinsipGood Governance terhadap Kiner ja organisasi”.

2. Hipotesa Nihil (Ho) :

  “Tidak terdapat pengaruh antara penerapan prinsip-prinsip Good

  Governance

  terhadap Kinerja organisasi”

  I.7 Defenisi Konsep

  Adapun konsep dari penelitian ini adalah : a.

  Good Governance adalah.serangkaian proses interaksi sosial politik antara pemerintah dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingan-kepentingan tersebut b.

  Kinerja Organisasi adalah bentuk kerjasama diantara anggota organisasi yang dimana proses kerjasama tersebut mempunyai hubungan satu sama lainnya, dan juga untuk mencapai tujuan yang diingin dicapai bersama.

  I.8 Defenisi Operasional

  Defenisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator agar lebih memudahkan operasionalisasi dari suatu penelitian.

1. Variabel Bebas (X) dalam penelitian ini adalah pelaksanaan Good

  Governance, yang diukur berdasarkan indikatornya yaitu :

  a. Partisipasi Masyarakat(Participation)

  b. Tegaknya Supremasi Hukum(Rule of the Law)

  c. Keterbukaan (Transparansi) g. Efektifitas dan Efisiensi .

  h. Pertanggung Jawaban (Akuntabilitas) i. Visi Strategis j. Daya Tanggap ( Responsivenes )

  2. Variabel Terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Kinerja Organisasi ,yang diukur berdasarkan indikatornya yaitu : : a. Produktivitas.

  b. Kualitas Layanan c. Responsivitas.

  d.

  Responsibilitas

I.9 SISTEMATIKA PENULISAN

  Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan keseluruhan hasil penelitian ini secar singkat dapat diketahui sebagai berikut :

  BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,

  manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis, defenisi konsep, defenisi operasional dan systematika penulisan

  BAB II METODE PENELITIAN Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan Sample teknik pengumpulan data, teknik penentuan skor dan teknik Analisis data.

  Bab ini berisi gambaran umum tentang objek atau lokasi penelitian yang relefan dengan topik penelitian . BAB IV PENYAJIAN DATA Bab ini berisi hasil data yang diperoleh dari lapangan dan atau berupa dokumen yang akan dianalisis. BAB V ANALISA DATA Bab ini berisi tentang uraian data-data yang diperoleh setelah melaksanakan penelitian. BAB VI PENUTUP Bab ini memuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan.