BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Rasio Laporan Keuangan - Analisis Pengaruh Likuiditas (Current Ratio), Profitabilitas (Return On Equity, Return On Investment, Earning Per Share), dan Inventory Turnover Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Tekstil Da

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Analisis Rasio Laporan Keuangan

  Dari laporan keuangan yang terdiri dari laporan laba rugi dan neraca tersebut dapat disusun rasio keuangan sesuai dengan kepentingan investor.

  Menurut Harahap (2009:297) rasio keuangan merupakan “angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan.

  Menurut Samsul (2006:143) Analisis rasio adalah Membandingkan antara unsur-unsur neraca, unsur-unsur laporan laba rugi, unsur-unsur neraca dan laporan laba rugi serta rasio keuangan emiten yang satu dan rasio keuangan emiten yang lain. Analisis rasio dan analisis trend selalu digunakan untuk mengetahui kesehatan keuangan dan kemajuan perusahaan setiap kali laporan keuangan diterbitkan.

  Sedangkan yang dimaksud dengan rasio keuangan menurut Hanafi (2008:111) adalah rasio yang menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai sebuah standard.

  Maksud dari pernyataan tersebut adalah dengan melakukan analisa terhadap rasio-rasio keuangan maka akan dapat memberikan pengetahuan mengenai bagaimana keadaan sebenarnya perusahaan yaitu mengetahui dihadapi dan penyebab-penyebabnya, serta hal-hal lain yang dapat dipengaruhi keadaan perusahaan tersebut. Dengan adanya pengetahuan tersebut maka akan dapat meningkatkan mutu maupun efektifitas manajemen dalam menjalankan perusahaan, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pengarahan, maupun pengendalian.

  Menurut Wibowo et al. (2010:137) adapun jenis rasio keuangan antara lain sebagai berikut:

  1. Rasio likuiditas (Tabel 2.1) Likuiditas suatu bagan usaha diukur dengan kemampuannya memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat kewajiban tersebut jatuh tempo.

  Tabel 2.1 Jenis-jenis rasio likuiditas

  Jenis Rasio Rumus Keterangan

  Likuiditas Untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban pCurrent Ratio jangka pendek dengan aktiva lancar yang tersedia.

  Untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban Quick Ratio jangka pendek dengan aktiva yang lebih likuid. Untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia

  Cash Ratio dan surat berharga yang segera dapat diuangkan. Untuk menghitung berapa kelebihan

  Net Working aktiva lancar diatas hutang lancar. Capital 2.

  Rasio aktivitas (Tabel 2.2) Menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam

  Tabel 2.2 Jenis-jenis rasio aktivitas

  Untuk mengukur efektifitas penggunaan dana yang tertanam pada seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan.

  Debt to Equity Ratio

  Untuk mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau modal yang berasal dari kreditur.

  Rumus Keterangan Debt Ratio

  Jenis Rasio Hutang

  Tabel 2.3 Jenis-jenis rasio hutang

  3. Rasio hutang (Tabel 2.3) Posisi hutang suatu badan usaha menunjukan jumlah uang orang lain yang digunakan dalam upaya memperoleh laba. Secara umum, analisis keuangan sangat perduli dengan utang jangka panjang, oleh karena itu badan usaha sepakat untuk membayar bunga, dan akhirnya membayar pokok pinjaman dalam jangka panjang.

  Total Assets Turnover

  Jenis Rasio Aktivitas

  Untuk mengukur efektifitas penggunaan dana yang tertanam pada aktiva tetap seperti pabrik dan peralatan dalam menghasilkan penjualan.

  Fixed Assets Turnover

  Untuk mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang.

  Inventory Turnover

  Untuk menghitung berapa kali dana yang tertanam dalam piutang perusahaan berputar dalam setahun.

  Rumus Keterangan Average Collection Period

  Perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Time Interest Earned

  Untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga.

  Debt Service Coverage

  Untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman (app).

  4. Rasio profitabilitas (Tabel 2.4) Rasio yang mengukur efektivitas badan usaha dalam menghasilkan laba.

  Rasio ini menggambarkan kinerja operasional, risiko dan pengaruh tuas (levegare). Kita akan menlihat dua jenis profitabilitas, yaitu marjin laba (profit margin) yang mengukur kinerja dalam hubunganya dengan penjualan dan rasio hasil (return ratio) yang mengukur kinerja relatif terhadap beberapa ukuran skala investasi.

  Tabel 2.4 Jenis-jenis rasio profitabilitas

  Jenis Rasio Profitabilitas

  Rumus Keterangan Gross Profit Margin

  Untuk mengukur efisiensi pengendalian harga pokok (biaya produksi) mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien.

  Net Profit Margin Untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan.

  Return On Investment Mengukur kemampuan manajemen dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan asset.

  Return On Equity Untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.

  5. Rasio nilai pasar (Tabel 2.5) Rasio ini lebih didasarkan pada informasi yang tidak perlu dimuat dalam laporan keuangan, seperti harga pasar dari saham per lembar.

  Oleh karena itu, ukuran-ukuran ini hanya dapat dihitung secara langsung

  Tabel 2.5 Jenis-jenis rasio nilai pasar

  Jenis Rasio Rumus Keterangan

  Nilai Pasar Menunjukan perbandingan antara harga saham di pasar

  Price Earning Ratio perdana dengan pendapatan yang diterima.

  Mengukur besarnya laba yang Earning Yield diberikan kepada pemegang saham.

  Rasio yang menunjukan apakah harga saham (harga Market to Book Ratio pasarnya) diperdagangkan diatas atau dibawah nilai buku.

2.1.1 Pengertian Likuiditas

  Rasio likuiditas adalah “suatu rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek. Semakin tinggi rasio likuiditas, semakin baik kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya” (Warsono, 2004:32). Dalam penganalisaan posisi likuiditas perusahaan dapat menggunakan dua macam rasio, yaitu rasio lancar (Current Ratio) dan rasio cepat (Quick Ratio).:

  1. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Biasanya aktiva lancar terdiri atas kas, surat berharga, piutang dan persedian. Sedangkan kewajiban lancar terdiri atas hutang dagang, hutang bank jangka pendek, hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun, pajak yang harus dibayar dan biaya-biaya lain yang masih harus dibayar (terutama gaji dan upah).

  2. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva lancar dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang paling tidak likuid dan unsur aktiva tersebut seringkali merupakan kerugian jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, rasio cepat merupakan ukuran penting untuk mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan penjualan persediaan. Perbandingan jumlah antara aktiva lancar yang telah dikurangi persediaan adalah sama dengan jumlah kewajiban lancar yang dimiliki oleh perusahaan

  Pengukuran rasio likuiditas adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Aktiva lancar terdiri dari kas, persediaan, piutang dan investasi jangka pendek, sedangkan hutang lancar terdiri dari hutang dagang yang jatuh tempo kurang dari satu tahun. Indikator likuiditas (Munawir, 2008:27) adalah :

  Aktiva Lancar

  Current Ratio =

  Kewajiban Lancar Rasio lancar yang terlalu tinggi menunjukan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas yang rendah daripada aktiva lancar dan sebaliknya.

2.1.2 Pengertian Profitabilitas

  Profitabilitas adalah “hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan” (Lukas, 2008: 39). Untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan dengan melakukan berbagai alat analisis, tergantung dari tujuan analisisnya. Analisis profitabilitas memberikan bukti pendukung mengenai kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dan sejauh mana efektivitas pengelolaan perusahaan.

  Alat-alat analisis yang sering digunakan untuk analisis profitabilitas adalah rasio profitabilitas sebagai berikut (Rangkuti, 2010: 187): (1) Return On Investment atau ROI (2) Rasio keuntungan terhadap modal sendiri atau ROE (3) Rasio tingkat pengembalian terhadap aset atau ROA (4) Net Profit Margin (5) Produktivitas aset (6) Gross margin dan Operating Margin (7) Earning Per Share Penelitian ini dalam mengukur profitabilitas menggunakan tiga rasio yaitu Return on Equity (ROE), Return On Investment dan Earning Per Share.

2.1.2.1 Return on Equity (ROE)

  Harahap (2008:305) mengatakan bahwa “rasio ini menunjukan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai ekuitasnya”.

  Menurut Radardjo (2007:120) Return on Equity merupakan “salah satu rasio Profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal yang tertanam

  Sedangkan Sutrisno (2006:266) mengatakan bahwa “Return on

  

Equity juga sering disebut rentabilitas ekonomis merupakan ukuran

  kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua ekuitasa yang dimiliki oleh perusahaan”.

  Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa ROE merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya (ekuitas) yang dimiliki untuk mencapai laba bersih. Setiap perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan profitabilitasnya. Jika perusahaan berhasil meningkatkan profitabilitasnya, dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien sehingga mampu menghasilkan laba yang tinggi.

  Sebaliknya, sebuah perusahaan memiliki profitabilitas rendah menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tidak mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan baik, sehingga tidak mampu menghasilkan laba tinggi. Rumus Return on Equity (ROE) menurut Sutrisno (2006:266) dapat diformulasikan sebagai berikut :

  EAT

  Return On Equity =

  Total Ekuitas Keterangan :

  • dan pajak.

  EAT (Earning After Tax) adalah laba bersih setelah dipotong bunga

  • menjalankan aktivitas operasionalnya.

  Total aktiva adalah jumlah aset yang dimiliki perusahaan dalam

2.1.2.2. Return on Investment (ROI)

  Radardjo (2007:120) mengatakan “Return on Investment merupakan salah satu rasio Profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal yang tertanam di dalamnya”.

  Sedangkan Sutrisno (2008:266) mengatakan bahwa “Return on

  

Investment juga sering disebut rentabilitas ekonomis merupaklan

  ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan”.

  Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa ROI merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola asset- aset yang dimiliki untuk mencapai laba bersih. Rumus Return on

  

Investment (ROI) menurut Sutrisno (2000:266) dapat diformulasikan

  sebagai berikut : Laba Bersih

  Return on Investment =

  Total Assets Keterangan :

  ROI adalah tingkat pengembalian dari investment (Return on

  • investment) Laba Bersih adalah laba bersih setelah dipotong bunga dan pajak.
  • dalam menjalankan aktivitas operasionalnya.

  Total investment adalah jumlah aset yang dimiliki perusahaan

2.1.2.3. Earning Per Share (EPS)

  Komponen pertama yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah adalah laba per lembar saham (EPS). Informasi

  

Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba

  bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.

  Sutrisno (2010:267) mengatakan bahwa “Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik”.

  Harahap (2008:306) mengatakan bahwa “Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba”.

  Darmaji (2001:139) mengatakan bahwa “Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (laba) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar sahamnya”.

  Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa Earning Per Share (EPS) merupakan kemampuan perusahaan menggunakan setiap lembar saham dalam menghasilkan laba bersih. Earning Per Share merupakan ukuran untuk menentukan berapa besar laba bersih yang dihgasilkanperusahaan dari setiap lembar saham yang digunakan.

  Penilaian rasio Earning Per Share menurut Harahap (2008:306) dapat dirumuskan sebagai berikut : Laba bersih

  EPS = Harga Pasar Saham

  Keterangan :

  • EPS adalah laba per lembar saham (Earning Per Share).
  • Laba bersih adalah jumlah laba bersih yang dihasilkan perusahaan.
  • Harga pasar saham adalah harga pasar yang berlaku pada setiap lembar saham.

2.1.3 Pengertian Inventory Turn Over (ITO)

  Inventory Turn Over (ITO) adalah “rasio keuangan yang mengukur bagaimana perusahaan secara efektif mengelola persediaan perusahaan.

  Semakin tinggi rasio aktivitas, semakin efektif perusahaan dalam menjual seluruh persediaan yang tersedia” (Warsono,2004:33).

  Penjualan

  ITO = Persediaan

  Keterangan :

  • Penjualan adalah jumlah pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam menjual produknya.

2.1.4. Harga Saham

  Saham (stock) merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik.

  Anoraga dan Pakarti (2003:112) mengatakan “Saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas”.

  Hartono (2006:369) mengatakan “harga saham didefenisikan sebagai harga keseimbangan yang mencerminkan konsensus bersama antar semua partisipan pasar”.

  Husnan (2005:79) mengatakan “Saham merupakan bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan”.

  Sedangkan Sundjaja dan Barlian (2007:348) mengatakan “ditinjau dari sisi perusahaan yang menerbitkan saham, saham dapat diterbitkan dengan nilai nominal maupun tanpa nilai nominal”.

  Secara garis besar, saham suatu perusahaan dapat dibedakan berdasarkan hak tagih atau klaim, berdasarkan peralihan hak, dan berdasarkan kinerja saham itu sendiri. Berdasarkan hak tagih atau klaim dibagi menjadi (Husnan, 2005:78) : 1.

  Saham Biasa.

  Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh dividen sepanjang perseroan memperoleh keuntungan. Pemilik saham mempunyai hak suara pada RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham),

  vote ). Pada likuidasi perseroan, pemilik perusahaan memiliki hak memperoleh sebagian dari kekayaan setelah semua dilunasi.

2. Saham preferen.

  Saham Preferen merupakan saham yang diberikan atas hak untuk mendapatkan dividen dan atau bagian kekayaan lebih dahulu pada saat perusahan dilikuidasi daripada saham biasa. Disamping itu saham preferen mempunyai preferensi untuk mengajukan usul pencalonan direksi/komisaris. Faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham menurut

  Weston dan Brigham (2010:26-27) adalah “proyeksi laba per lembar saham, saat diperoleh laba, tingkat resiko dari proyeksi laba, proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian deviden”.

  Faktor lainnya yang dapat mempengarahi pergerakan harga saham adalah kendala eksternal seperti kegiatan perekonomian pada umumnya, pajak dan keadaan bursa saham.

  Fahmi (2011: 87) mengatakan beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham adalah :

1) Kondisi mikro dan makro ekonomi.

  2) Kebijakan perusahaan dalam memutuskan ekspansi (perluasan), seperti membuka kantor cabang (brand office), kantor cabang pembantu (sub brand office) baik yang dibuka di domestik maupun luar negeri.

  3) Kinerja keuangan perusahaan seperti kinerja profitabilitas yang terus mengalami penurunan akan dapat menurunkan harga saham, sebaliknya jika meningkat akan dapat meningkatkan harga saham.

  4) Pencapaian nilai ekonomis perusahaan (economic value added) yang positif akan dapat meningkatkan harga saham.

  5) Resiko sistematis, yaitu suatu bentuk resiko yang terjadi secara menyeluruh dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat.

  Menurut Arifin (2004, hal 323) mengatakan “faktor fundamental adalah faktor yang berkaitan langsung dengan kinerja emiten, semakin baik kinerja emiten maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham, begitu pula sebaliknya”. Untuk memastikan apakah kondisi emiten dalam posisi baik atau buruk kita bisa melakukan pendekatan analisis rasio keuangan”.

1. Faktor Fundamental

  Beberapa faktor fundamental yang menggerakkan harga saham adalah: a.

  Faktor makro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi secara keseluruhan. Tingkat suku bunga yang tinggi, inflasi, tingkat produktifitas nasional, politik dan lain sebagainya dapat memiliki dampak penting apda potensi keuntungan perusahaan hingga pada akhirnya juga akan mempengaruhi harga sahamnya.

  b.

  Faktor mikro adalah faktor-faktor yang berdampak secara langsung pada perusahaan itu sendiri. Perubahan manajemen, harga dan ketersediaan bahan mentah, produktivitas pekerja dan lain sebagainya yang akan dapat mempengaruhi kinerja keuntungan perusahaan secara individual.

2. Faktor teknis

  Beberapa faktor teknis yang menggerakkan harga saham adalah: a.

  Adanya demand dan supply Harga saham akan cenderung naik apabila terdapat lebih banyak pembeli daripada penjual, begitu juga sebaliknya.

  b.

  Antisipasi investor Antisipasi hasil kinerja suatu emiten, baik itu per tahun, per semester, maupun per triwulan akan mendorong investor untuk memburu saham emiten tersebut atau bahkan akan melepasnya.

  c.

  Corporate action Merupakan langkah strategis yang diambil perusahaan, seperti pengumuman dividend atau bonus, right issue, stock split, hasil RUPS dan lain-lain.

  d.

  Berita dikoran atau rekomendasi saham Harga saham sering bergerak atas dasar berita di koran atau rekmendasi saham yang ditulis oleh wartawan atau analisis saham.

  e.

  Intervensi pemerintah Walaupun jarang terjadi, namun pemerintah terkadang melakukan intervensi secara diam-diam melalui lembaga tertentu untuk membeli/menjual saham sebagai upaya untuk mengembalikan kepercayaan pasar. f.

  Koreksi teknis Pergerakan saham jarang yang terus menerus bergerak naik atau selalu turun. Sesudah periode kenaikan atau penuruan yang cukup lama, biasanya akan dijumpai koreksi teknis.

  g.

  Sentimen pasar Berita atau issue dari bidang politik, ekonomi dan lain lain akan mampu mempengaruhi aktivitas ekonomi, termasuk harga-harga saham di bursa. Salah satu pengaruh kuat dan konsisten pada pasar modal Indonesia adalah kinerja harga saham di bursa-bursa luar negeri yang sering terefleksi pada harga saham di Indonesia.

a. Penelitian Terdahulu

  

Tiga penelitian terdahulu menjadi referensi penelitian ini tercantum

pada tabel 2.6

Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul

  

Variabel

Independen

Variabel Dependen Hasil

  1 Hadianto (2005)

  Pengaruh pada perusahaan ritel di BEI. saham baik secara parsial maupun simultan.

  earning per share dan price Earning ratio

  terhadap harga saham

  

earning per

share, dan

price Earning ratio.

  Harga saham.

  Hasil penelitiannya membuktikan bahwa earning per

  share dan price Earning ratio

  berpengaruh terhadap harga

  2 Santoso (2003)

  Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan manufaktur Yang Listing di BEI tahun 2003 – 2006

  ROI, DAR, dan PER Harga saham

  Temuannya membuktikan bahwa variabel ROI, DAR dan PER berpengaruh terhadap harga saham

  3 Trisnawati

  (2003) Pengaruh Debt to Investment Ratio dan kebijakan dividen terhadap harga saham perusahaan media elektronik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

  

Debt to

Asset Ratio ,

  dan Dividen

  Payout Ratio.

  Harga saham

  Hasil temuanya membuktikan bahwa Debt to Asset Ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham sedangkan kebijakan dividen yang diproksikan dengan dividen payout ratio berdampak positif terhadap harga saham

  Sumber : Data yang diolah penulis, 2014

2.3. Kerangka Konseptual

  Secara umum kinerja keuangan perusahaan ditunjukan dalam laporan keuangan yang dipublikasikan yang kemudian dianalisis menggunakan rasio keuangan. Dalam penelitian ini rasio keuangan yang dipakai adalah Current

  

Ratio , Return On Equity, Return On Investment, Earning Per Share, dan

Inventory Turnover. Kerangka konseptual hubungan dan pengaruh Current Ratio,

Return On Equity, Return On Investment, Earning Per Share , dan Inventory

Turnover terhadap harga saham tercantum pada gambar 2.1.

  H

  

1

Current Ratio (X1)

  H

  

2

Return On Equity (X2)

  H

  

3

Harga Saham (Y)

  Return On Investmen (X3) H

  

4

Earning Per Share (X4)

  H

  

5

Inventory Turn Over (X5)

  H

  

6

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Sumber : Diolah penulis, 2014

  Current Ratio digunakan untuk menilai likuiditas suatu perusahaan.

  Semakin tinggi rasio ini, semakin baik kemampuan likuiditas perusahaan yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi baik akan semakin besar. Apabila hal tersebut terjadi maka hal tersebut akan berdampak pada meningkatnya keuntungan perusahaan. Dengan keuntungan yang tinggi maka tingkat pengembalian (return) saham juga tinggi.

  Profitabilitas diproxikan oleh ROE, ROI, dan EPS. Return on equity (ROE) adalah rasio yang menggambarkan hasil pencapaian perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penggunaan modal sendiri (ekuitas). Semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi efektifitas penggunaan modal oleh perusahaan dalam menghasilkan laba. Beberapa bukti empiris menunjukkan bahwa ROE yang semakin meningkat dapat meningkatkan harga saham.

  

Return on Investment (ROI) merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak atau

net income after tax (NIAT) terhadap total assets. Jika kemampuan untuk

  menghasilkan laba meningkat, harga saham meningkat, dengan kata lain ROI mempengaruhi harga saham, jika ROI naik maka harga saham akan naik sebaliknya ROI turun maka harga saham akan turun.

  

Earning Per Share (EPS) yang besar menunjukkan kemampuan perusahaan yang

lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham.

  Peningkatan EPS menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan kemakmuran para investor, dan dari hal tersebut akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Hal itu akan mengakibatkan kenaikan laba yang pada akhirnya ada kecenderungan kenaikan harga saham, begitu juga sebaliknya.

  Inventori turnover yang artinya semakin tinggi persentasenya semakin

  baik yang artinya semakin cepat persediaan jadi kas. Semakin tinggi inventory

  

turnover (ITO), maka semakin efisien perusahaan dalam menggunakan aktivanya

  untuk menghasilkan penjualan dan laba perusahaan juga dapat meningkat yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga saham.

2.4. Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan kerangka konseptual yang ada, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H1 : Likuiditas (Current Ratio) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan Tekstil dan Garmen yang terdaftar di BEI.

  H2 : Profitabilitas (Retrun On Equity) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan Tekstil dan Garmen yang terdaftar di BEI. H3 : Retrun On Investment secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan Tekstil dan Garmen yang terdaftar di BEI.

  H4 : Earning Per Share secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan Tekstil dan Garmen yang terdaftar di BEI.

  H5 : Inventory Turnover secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan Tekstil dan Garmen yang terdaftar di BEI.

  H6 : Likuiditas (Current Ratio), Profitabilitas (Retrun On Equity, Retrun On

  

Investment, Earning Per Share ) dan Inventory Turnover secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan Tekstil dan

Garmen yang terdaftar di BEI.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Proses Penyusunan Anggaran Dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kualitas Pelaksanaan Anggaran Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi Kasus: Kabupaten Serdang Bedagai)

0 10 9

Pengaruh Proses Penyusunan Anggaran Dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kualitas Pelaksanaan Anggaran Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi Kasus: Kabupaten Serdang Bedagai)

1 23 12

Analisis Komparasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Fees Selama Masa Pengadopsian Ifrs Di Indonesia Dan Malaysia

0 0 38

Analisis Komparasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Fees Selama Masa Pengadopsian Ifrs Di Indonesia Dan Malaysia

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi (Agency Theory) - Analisis Komparasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Fees Selama Masa Pengadopsian Ifrs Di Indonesia Dan Malaysia

0 22 36

Analisis Komparasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Fees Selama Masa Pengadopsian Ifrs Di Indonesia Dan Malaysia

0 0 13

LAMPIRAN 1 Proses Pengambilan Sampel No Nama Perusahaan Kriteria Perusahaan Sampel

0 3 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 10

Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 11