Efisiensi Kebijakan Pemerintah Kabupaten Karanganyar Dalam Mencegah Alih Fungsi Lahan Pertanian Ke Non Pertanian
EFISIENSI KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR DALAM MENCEGAH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN
Penulisan Hukum (Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh : DENY RACHMANTO
NIM.E0006102
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
commit to user
commit to user
Nama
: DENY RACHMANTO
NIM
: E0006102
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :
KARANGANYAR DALAM MENCEGAH ALIH FUNGSI LAHAN
PERTANIAN KE NON PERTANIAN adalah betul - betul karya sendiri. Hal - hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar sarjana yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi ) ini.
Surakarta, 12 Juli 2011 Yang membuat pernyataan
DENY RACHMANTO NIM. E0006102
commit to user
DENY RACHMANTO. E0006102. 2011. EFISIENSI KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR DALAM MENCEGAH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan pemerintah daerah kabupaten Karanganyar dalam efisiensi kebijakan pencegahan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian serta mengetahui Tujuan dan sasaran efisiensi kebijakan pencegahan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian Kabupaten Karanganyar.
Penelitian ini merupakan penelitian normatif yang bersifat perspektif, untuk menemukan hukum atau norma yang dilaksanakan dan yang seharusnya mengatur. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data kepustakaan. Sumber data sekunder yang digunakan mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi kepustakaan. Analisis data yang dilaksanakan dengan intrepretasi terhadap kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar dalam efisiensi kebijakan mencegah alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian dan tujuan dan sasaran efisiensi kebijakan Pemerintah Kabupaten Karanganyar mencegah alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian dengan simpulan: Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar melaksanakan kebijakan dalam rangka mencegah alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian dengan Perijinan pengalihan fungsi lahan. Perijinan tersebut banyak menyita dana, sumber daya, pengaturan, dan keterlibatan para pihak untuk kelancaran kebijakan tersebut. Prosedur penyelenggaraan perijinan yang dilaksanakan perlu efisiensi yaitu menyederhanakan prosedur, proses, tahapan pelaksanaan, pengaturan serta sumber daya penyelenggara tanpa menghilangkan esensi dan landasan konstitusi. Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar belum efisien untuk mencegah alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Karena kurangnya koordinasi pihak terkait, penggunaan waktu dan biaya yang banyak, dan kurang terfokusnya kebijakan.Tujuan Efisiensi kebijakan Kabupaten Karanganyar mempunyai tujuan dan sasaran untuk meminimal dampak alih fungsi lahan dari pencegahan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian dengan perijinan yang melibatkan banyak pihak dan sumber daya lainnya. Dampak pengalihan lahan pertanian ke non pertanian akan sangat dirasakan oleh petani khususnya di daerah karanganyar. Tujuan dan sasaran kebijakan kurang fokus pada lahan pertanian, sehingga tujuan belum mencapai sasaran.
Kata Kunci: Kebijakan Kabupaten Karanganyar, alih fungsi lahan, efisiensi kebijakan, lahan pertanian, tujuan dan sasaran.
commit to user
Tuhan meninggikan derajat orang beriman yang berilmu pengetahuan ( S. Chandra)
Mimpi adalah kunci menaklukkan dunia ( Nidji)
Setiap langkah besar selalu diawali dengan sebuah langkah kecil
( Penulis)
PERSEMBAHAN
Tuhan pencipta seluruh alam, pencipta manusia, penciptaku, pencipta orang-orang yang aku cintai. Terima kasih ya Tuhan atas segala rahmadmu, sehingga aku mampu menjalani semua.
Orangtuaku yang selalu memberi kasih sayang dan semangat untuk aku jalani segala hal tentang hidup.
Gina teman dalam suka dan duka yang selalu memberi spirit dan tempat bercurah.
Saudara - saudaraku yang selalu memberi semangat dalam meraih cita - cita
Teman - temanku fakultas hukum universitas sebelas maret angkatan 2006 yang menjadi temanku selama kuliah
commit to user
Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penulisan hukum yang berjudul “EFISIENSI KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN
KARANGANYAR DALAM MENCEGAH ALIH FUNGSI LAHAN
PERTANIAN KE NON PERTANIAN ”. Penulisan hukum atau skripsi merupakan tugas wajib yang harus diselesaikan oleh setiap mahasiswa untuk melengkapi syarat memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya Penulisan Hukum ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan baik moril maupun materiil serta doa dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Pius Triwahyudi S.H., Msi, selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara sekaligus selaku pembimbing Skripsi, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat kepada penulis bagi tersusunnya penulisan hukum ini.
3. Ketua PPH, Bapak Lego Karjoko S.H, M.Hum, dan Mas Wawan anggota PPH yang banyak membantu penulis dalam skripsi ini.
4. Ibu Diana Tantri C, S.H., M.Hum selaku Pembimbing Akademik ,yang selalu memberi nasehat dan bantuan selama penulis belajar di Fakultas Hukum Univertas Sebelas Maret.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah memberi ilmu pengetahuan kepada penulis, sehingga dapat dijadikan bekal dalam penulisan skripsi ini.
6. Ibu tercinta yang selalu memberi dukungan dan motivasi dalam meraih cita- cita penulis, sehinnga dapat menjalani penulisan skripsi dengan baik.
7. Almarhum Ayah tercinta yang selalu menjadi sumber motivasi dan inspirasi dalam penulisan skripsi ini.
commit to user
memberikan dukungan dan nasehat, sehingga penulisan skripsi dapat terlaksana dengan baik.
9. Sahabat-Sahabatku Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, Hery, Bayu, Wendy, Angga Brewok, Dody, Agus Toni, Fitri dan Rengga.
10. Dan semua pihak yang telah membantu penyusunan penulisan hukum atau skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan hukum masih jauh dari sempurna baik dari segi substansi maupun teknis penulisan. Untuk itu sumbang saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan penulisan hukum selanjutnya. Demikian semoga penulisan hukum ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, baik untuk penulisan, akademisi, praktisi maupun masyarakat umum.
Surakarta, 12 Juli 2011
Penulis
DENY RACHMANTO
commit to user
b. Konsep Lahan dan Fungsi Lahan ...............................
17
c. Pengertian Lahan.........................................................
18
5. Tinjauan Mengenai Lahan Pertanian ................................
19
a. Pengertian Tanah........................................................
19
b. Penguasaan Hak Tanah ..............................................
21
c. Tanah Pertanian..........................................................
22
B. Kerangka Pikir ........................................................................
24
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar dalam - Efisiensi Kebijakan Mencegah Alih Fungsi LahanPertanian - Ke Non Pertanian ....................................................................
.................................................................................................
27
B. Tujuan dan Sasaran Kebijakan Pemerintah - Kabupaten Karanganyar dalam Mencegah Alih Fungsi Lahan - Pertanian Ke Non Pertanian dalam efisiensi Kebijakan .........
39
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................
52
B. Saran.......................................................................................
55
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
Tabel 1. Skematik Kerangka Berpikir.............................................................. 24
commit to user
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia adalah negara yang sedang berkembang yang saat ini sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di segala bidang, termasuk diantaranya adalah pembangunan di bidang hukum. Hukum mempunyai tempat yang sangat penting dan tidak bisa terlepas dari realita atau kenyataan yang ada dalam masyarakat, yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan beraneka ragam adat istiadatnya diseluruh nusantara. Hal ini sangat berpengaruh terhadap perjalanan pembaharuan hukum di Indonesia, baik langsung maupun tidak langsung terhadap kelancaran pembangunan nasional.
Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menjamin segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu tanpa ada kecualinya, sehingga aturan-aturan yang ada itu tidak hanya diperuntukan bagi orang-perorang atau kelompok tertentu saja tetapi bersifat umum demi kepentingan individu dan atau masyarakat. Hukum adalah harta pusaka dari seluruh kemanusiaan. Namun demikian, hukum tanpa prinsip- prinsip kemanusiaan, pada hakekatnya adalah bukan hukum karena akan merupakan penindasan dan tirani.
Pembangunan hukum tidak terlepas dari pertimbangan struktur masyarakat, ekonomi, sosial, dan budaya karena sasaran utama pembangunan bangsa Indonesia adalah terciptanya kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang maju dalam suasana tentram sejahtera lahir maupun batin. Perkembangan dari pembangunan hukum itu tidak terlepas kaitannya dengan dimensi kultural nilai- nilai kemanusiaan yang beranjak dari nilai keadilan yang bersumber pada Hak Asasi Manusia. Dimensi ini sangat penting dalam kaitan dengan upaya untu
commit to user
menegakkan hukum dalam kerangka mencapai tujuan yaitu keadilan dan
kepastian hukum. Perkotaaan di Indonesia sedang mengalami percepatan
pertumbuhan yang tinggi yang membawa dampak pada peningkatan kebutuhan ruang perkotaan dan penyediaan prasarana dan sarana dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan di masa mendatang. Hal ini terutama dikaitkan dengan kemungkinan peningkatan produktivitas (ekonomik) perkotaan. Berbagai ragam dinamika perkotaan diprediksi membawa konsekuensi yang secara signifikan menentukan laju pertumbuhan kota. Pergeseran tata nilai sosial dan budaya maupun ruang wilayah terus menggejala dan mewarnai perkembangan kota (Rijadi, 2006:35)
Karena kebutuhan manusia semakin bertambah, sehingga memaksa manusia untuk membutuhkan lahan atau tanah yang lebih luas, baik untuk tempat tinggal (pemukiman) ataupun untuk usaha bisnis (ekonomi). Maka dari itu membuat lahan atau tanah pertanian baik dari sawah, tegalan ataupun pekarangan menjadi berkurang. Taraf hidup manusia semakin tinggi, maka semakin bertambah pula macam dan ragam kebutuhannya. Jelas bahwa taraf hidup manusia mempengaruhi kebutuhan. Hal ini ditambah pula dengan tersedianya ilmu dan teknologi yang memungkinkan ragam dan macam kebutuhan itu dipenuhi. Upaya untuk memenuhi kebutuhan di atas dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sumber daya alam yang tersedia di sekitarnya dengan melakukan berbagai macam kegiatan, baik langsung maupun tidak. Kegiatan tersebut memerlukan ruang atau tempat.
Pada umumnya, suatu ruang tertentu dapat digunakan untuk berbagai alternatif kegiatan, seperti pemukiman, industri, pertanian dan sebagainya. Apabila suatu kegiatan tertentu telah dilakukan di suatu ruang tertentu, pada waktu yang sama tidak dapat dilakukan suatu kegiatan lain. Karena itu, dapat terjadi persaingan. Bahkan, terjadi konflik dalam pemanfaatan ruang antara berbagai macam kegiatan, yang dapat menghambat kelancaran kegiatan itu. Hak guna usaha, misalnya kegiatan pertanian, yang terdapat dalam suatu ruang dapat
commit to user
pertambangan.
Di samping itu, sutu kegiatan dapat mengganggu atau merugikan kegiatan lain yang berada di dekatnya, seperti pengaruh kebisingan, asap tebal dan debu pada tempat kediaman atau pemukiman. Bahkan, suatu kegiatan wilayah meskipun jaraknya cukup jauh, misalnya pengaruh industri di hulu sungai terhadap pemukiman atau penggundulan hutan terhadap pemukiman di bawahnya karena erosi dan menurunnya air bawah tanah.
Banyaknya kebutuhan manusia mempengaruhi tinggi rendahnya pemakaian lahan, sehingga penting adanya peraturan pemerintah sebagai fungsi engginering dalam suatu masyarakat untuk mempertahankan tata ruang sebagai sarana kontrol sosial. Dalam hal ini penelitian yang dilakukan dalam daerah kabupaten secara khusus terfokus kabupaten Karanganyar sebagai kawasan pertanian yang semakin hari semakin banyak pembangunan perumahan menginggat banyaknya lahan produksi bahan setengah jadi, dan bahan setengah jadi yang mendirikan pabrik- pabrik kawasan industri.
Pertanian di Indonesia masih menghadapi persoalan klasik yang menjadi dampak berkurangnya lahan pertanian. Sedikitnya 180.000 ha lahan pertanian dialih fungsikan menjadi lahan non pertanian setiap tahunnya dan permasalahan yang timbul dari tahun ke tahun tidak pernah berubah seperti kelangkaan pupuk, kekeringan, banjir serta anjloknya harga gabah pada musim panen yang pada akhirnya berdampak pada penghasilan petani. Sebagai jalan keluar karena tidak ada kepedulian pelaku ekonomi terjadi pergeseran struktur ketenagakerjaan dan penguasaan pemilihan lahan pertanian pedesaan serta struktur ekonomi dari pertanian ke industri dan demografis dari pedesaan ke perkotaan.
Terdapat beberapa faktor yang memberikan sumbangan terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke lahan non pertanian, yaitu :
a. Faktor eksternal, yaitu faktor dari luar.
commit to user
prasarana penunjang industri (geografis daerah), demografi (pertambahan jumlah penduduk) maupun ekonomi.
b. Faktor internal, yaitu faktor dari dalam. Dapat disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi rumah tangga pertanian
pengguna lahan, kurangnya atau kelangkaan lahan dan air.
c. Faktor kebijakan. Yaitu aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun
daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan.
d. Faktor pengaruh warga dari desa-kelurahan perbatasan yang telah lebih dahulu menjual tanah mereka kepada pihak Perseroan Terbatas (PT);
e. Adanya penanaman modal pihak swasta dengan membeli lahan-lahan produktif milik warga;
f. Proses pengalihan pemillik lahan dari warga ke beberapa PT dan ke beberapa orang yang menguasai lahan dalam luasan yang lebih dari 10 hektar; dan
g. Intervensi pemerintah melalui Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Sebagai bentuk pelaksanaan kebijakan otonomi daerah, pemerintah harus mengupayakan bentuk-bentuk partisipasi yang efektif dan produktif. Pemerintah pusat dalam hal ini adalah fasilitator untuk pencapaian community driven planning tersebut. Dengan demikian proses pelaksanaan pengembangan wilayah dan kota diharapkan akan mencapai hasil secara efektif dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien dan ditangani melalui kegiatan penataan ruang.( Yainal, 2006:28)
Permintaan akan pemanfaatan lahan kota yang terus tumbuh dan bersifat akseleratif untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan, industri dan transportasi menjadi meningkat. Bagaikan kepingan uang logam yang memiliki dua sisi, demikian pun dengan yang terjadi pada peningkatan pertumbuhan perekonomian dan pembangunan kota. Di satu sisi dengan mengejar tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi yang disertai dengan pembangunan sarana maupun
commit to user
lain pembangunan yang dilakukan dengan tidak terencana dapat membawa dampak yang luar biasa bagi kerusakan lingkungan alam.
Di daerah Karanganyar khususnya yang mana masyarakatnya dahulu hidup dari sektor pertanian, sekarang sebagian telah beralih ke sektor industri. Lahan yang dialihkan tersebut harus melalui beberapa prosedur dan persyaratan. Dengan adanya peralihan fungsi lahan pertanian ke non pertanian ini diharapkan dapat memberikan dampak posistif terhadap perkembangan daerah Karanganyar. Dalam hal ini penelitian yang dilakukan dalam daerah kabupaten secara khusus terfokus kabupaten Karanganyar sebagai kawasan pertanian yang semakin hari semakin banyak pembangunan perumahan mengingat banyaknya lahan produksi bahan setengah jadi, dan bahan setengah jadi yang mendirikan pabrik-pabrik kawasan industri. Kebijakan mencegah alih fungsi pertanian ke non pertanian merupakan upaya pencegahan tata ruang yang tidak terkontrol dan mempertahankan lahan pertanian dalam kawasan karanganyar. Akan tetapi, meskipun memberikan sisi positifnya pasti ada sisi negatif dari pelaksanaan peralihan fungsi lahan pertanian ke non pertanian tersebut. Pelaksanaan kebijakan akan sangat menguras Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam, dana dan tenaga, sehingga untuk pelaksanaan memperlukan efisiensi pelaksanaan kebijakan mencegah alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian.
Dengan latar belakang tersebut diatas, maka penulis mencoba untuk mengangkat persoalan mengenai: “EFISIENSI KEBIJAKAN PEMERINTAH
KABUPATEN KARANGANYAR DALAM MENCEGAH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN”
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam suatu penelitian merupakan suatu pedoman untuk menganalisis persoalan yang diteliti, serta untuk mempermudah pembatasan permasalahan sehingga sasaran yang hendak dicapai lebih jelas dan terarah.
commit to user
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Kebijakan Pemerintah Kabupaten Karanganyar dalam efisiensi kebijakan mencegah alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian?
2. Apakah Tujuan dan sasaran dalam efisiensi kebijakan Pemerintah Kabupaten Karanganyar mencegah alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian telah dapat dicapai sesuai sasaran?
C. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian tentunya mempunyai tujuan yang jelas dan ringkas sehingga memberikan arah pada penelitinya. Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui bagaimanakah efisiensi kebijakan pengalihan fungsi dari lahan pertanian ke non pertanian di Kabupaten Karanganyar.
b. Untuk mengetahui apakah tujuan dan sasaran mengenai efesiensi kebijakan mencegah terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian di Kabupaten karanganyar telah dapat dicapai sesuai sasaran.
2. Tujuan subyektif
a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dibidang Hukum administrasi Negara, khususnya dalam pelaksanaan alih fungsi lahan dari petanian ke non pertanian.
b. Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama dalam menyusun penulisan hukum untuk memenuhi persyaratan yang diwajibkan dalam meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
c. Menerapkan ilmu dan teori-teori hokum yang telah peneliti peroleh agar dapat member manfaat bagi peneliti dan masyarakat pada umumnya.
commit to user
Dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk mengumpulkan data sebagai bahan penyusunan skripsi guna melengkapi persyaratan untuk mencapai gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Diharapkan dapat menambah literatur dan bahan-bahan informasi ilmiah yang dapat dijadikan acuan terhadap penelitian-penelitian sejenis untuk tahap berikutnya.
c. Memberikan jawaban atas permasalahan yang sedang diteliti.
2. Manfaat Praktis
a. Penulisan hukum ini diharapkan dapat membantu dan memberikan masukan serta sumbangan pemikiran bagi para pihak yang terkait dalam masalah yang diteliti.
b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait dalam penelitian dalam penelitian ini.
E. Metode Penelitian
Sebelum menguraikan tentang metode penelitian, terlebih dahulu akan dikemukakan mengenai pengertian, metode itu sendiri. Kata ”metode” (Inggris: method , Latin: methodus, Yunani: methodus-meta) yang berarti sesudah, diatas, sedangkan hodos berarti suatu jalan atau suatu cara.
Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
commit to user
Penelitian ini adalah penelitian hukum yang merupakan suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 35). Penelitian hukum ini merupakan penelitian doktrinal karena keilmuan hukum bersifat preskriptif (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 33).
2. Sifat penelitian Sifat penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian hukum doktrinal di mana keilmuan hukumya bersifat preskriptif. Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, maka penelitian ini mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum dan norma-norma hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 22).
3. Pendekatan penelitian Pendekatan yang dapat digunakan di dalam penelitian hukum adalah pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 93). Dari kelima pendekatan tersebut, pendekatan yang relevan dengan penelitian hukum yang penulis angkat adalah pendekatan undang-undang (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach).
4. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah suatu tempat di mana penelitian dilaksanakan guna memperoleh keterangan-keterangan, informasi, dan data yang diperlukan dalam penelitian yang sedang diteliti oleh peneliti. Penulis mengambil lokasi penelitian di kantor Pertanahan Kabupaten Karanganyar (Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Karanganyar) serta tempat-tempat
commit to user
data-data secara sistematis.
5. Jenis dan Sumber Data Penelitian Sumber-sumber penelitian hukum ini terdiri dari:
a. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim. Bahan Hukum Primer meliputi:
1). Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 2). Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok – Pokok Agraria. 3). Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan 4). Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia. 5). Peraturan Menteri Agraria Nomor 5332/MK/9/1994 tentang Perubahan Penggunaan Tanah Sawah Beririgasi Teknis Untuk Penggunaan Tanah Non Pertanian.
6). Peraturan Menteri Agraria / Kepala BPN Nomor 410-2261 tentang Pencegahan Penggunaan Tanah Sawah Beririgasi Teknis Untuk Penggunaan Non Pertanian.
7). Peraturan Menteri Agraria / Kepala BPN Nomor 460-1594 tentang Pencegahan Konversi Tanah Sawah Irigasi Teknis Menjadi Tanah Kering.
8). Peraturan Menteri Agraria / Kepala BPN Nomor 460-3346 tentang Perubahan Penggunaan Tanah Sawah Beririgasi Teknis Untuk Penggunaan Tanah Non Pertanian.
commit to user
Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
10). Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan
11). Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan
12). Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 1999 jo Nomor 6 Tahun
2003 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 13). Surat Edaran Menteri Agraria Nomor 590/11108/SJ tentang Perubahan Tanah Pertanian ke Non Pertanian.
b. Bahan hukum sekunder yang berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan. Peneliti menggunakan buku- buku teks, kamus-kamus hukum serta jurnal-jurnal hukum yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 141).
6. Teknik Pengumpulan Data Peneliti melakukan penelusuran untuk mencari bahan- bahan hukum yang relevan dengan isu hukum yang dihadapi. Peneliti menggunakan teknik studi pustaka dengan mengumpulkan data-data mengenai isu hukum yang dihadapi yakni mengenai efisiensi kebijakan Pemerintah Kabupaten Karanganyar dalam mencegah alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Peneliti juga mendokumentasikan bahan-bahan hukum sekunder yang berupa
commit to user
berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
7. Teknik Analisis Data Penelitian ini mempergunakan teknis analisis data dengan metode deduksi. Sebagaimana silogisme yang diajarkan oleh Aristoteles, penggunaan metode deduksi ini berpangkal dari pengajuan premis mayor. Kemudian diajukan premis minor. Dari kedua premis ini kemudian ditarik suatu kesimpulan atau conclusion (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 47).
commit to user
Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai sistematika penulisan karya ilmiah yang sesuai dengan aturan dalam penulisan karya ilmiah, maka penulis menyiapkan suatu sistematika penulisan hukum. Adapun sistematika penulisan hokum terbagi dalam 4 (empat) bab yang saling berkaitan dan berhubungan. Sistematika dalam penulisan hokum ini adalah sebagai berikut:
BAB I
: PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang gambaran singkat mengenai keseluruhan skripsi, yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian Hukum, Sistematika Penulisan Hukum
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi mengenai teori dasar dalam skripsi ini meliputi : Tinjauan Umum tentang Kebijakan, Teori mengenai Efisiensi, Tata Lahan dalam Lingkup Tata Ruang, mengenai Alih Fungsi Lahan, Lahan Pertanian
BAB III
: PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini dijelaskan mengenai : Kebijakan pemerintah kabupaten Karanganyar dalam efisiensi kebijakan mencegah alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian dan tujuan dan sasaran efisiensi kebijakan mencegah alih fungsi Lahan Pertanian ke Non pertanian
BAB IV : PENUTUP
Bab ini meliputi : Kesimpulan dan Saran
commit to user
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Mengenai Kebijakan
a). Kajian ilmu kebijakan dan pengertian kebijakan: 1). Secara harfiah ilmu kebijakan adalah terjemahan langsung dari kata policy science, dikaitkan dengan keputusan pemerintah,karena pemerintah yang mempunyai wewenang kekuasaan untuk mengarahkan masyarakat dan bertanggung jawab melayani kepentingan umum.
2). Kebijakan dalam arti yang luas Sebagai usaha pengadaan informasi yang diperlukan untuk menunjang proses pengambilan kebijakan.
3). Kebijakan menurut Thomas Dye Kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
4). Kebijakan menurut H.hugh Heglo Kebijakan sebagai a course of action intended to accomlist some end atau sebagai tindakan yang dimaksud untuk mencapai tujuan tertentu (Said Zainal, 2004, Buku Teori Kebijakan :vol.34 No.3).
b). Tahap-tahap pembuatan kebijakan menurut William Dun yaitu;
1) Penyusunan agenda
Agenda setting adalah fase atau proses sangat strategis dalam realitas kebijakan publik.
2) Formulasi kebijakan
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan.
3) Adopsi atau legitimasi kebijakan
commit to user
4) Penilaian atau evaluasi kebijakan
Kegiatan menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak
c). Kebijakan Publik Tiga bentuk utama analisis kebijakan publik, yaitu: 1). Analisis kebijakan prospektif Analisis, yang berupa produksi dan
transformasi informasi sebelum aksi kebijakan dimulai dan diimplementasikan. Analisis kebijakan disini merupakan suatu alat untuk mensintesakan informasi untuk dipakai dalam merumuskan alternatif dan preferensi kebijakan yang dinyatakan secara komparatif, diramalkan dalam bahasa kuantitatif dan kualitatif sebagai landasan atau penuntun dalam pengambilan keputusan kebijakan.
2). Analisis kebijakan retrospektif adalah sebagai penciptaan dan transformasi informasi sesudah aksi kebijakan dilakukan. Terdapat 3 tipe analis berdasarkan kegiatan yang dikembangkan oleh kelompok analis ini yakni analis yang berorientasi pada disiplin, analis yang berorientasi pada masalah dan analis yang berorientasi pada aplikasi. Tentu saja ketiga tipe analisis retrospektif ini terdapat kelebihan dan kelemahan.
3). Analisis kebijakan yang terintegrasi merupakan bentuk analisis yang mengkombinasikan gaya operasi para praktisi yang menaruh perhatian pada penciptaan dan transformasi informasi sebelum dan sesudah tindakan kebijakan diambil. Analisis kebijakan yang terintegrasi tidak hanya mengharuskan para analis untuk mengkaitkan tahap penyelidikan retrospektif dan perspektif, tetapi juga menuntut para analis untuk terus menerus menghasilkan dan
commit to user
2000:117)
2. Tinjauan Mengenai Teori Efisiensi
Efisiensi secara umum tidak dapat dilepaskan dari kata efektivitas, dalam suatu kebijakan yang akan dilaksanakan secara efisien meliputi:
a. penyederhanaan prosedural;
b. proses yang sederhana;
c. pengaturan yang efisien dapat dilaksanakan;
d. tahapan pelaksanaan dapat dilaksanakan secara sederhana berkaitan dengan proses; dan
e. dari segi logistik dan keterlibatan penyelenggara tidak memakan banyak sumber daya dan dana,tanpa menghilangkan esensi dan landasan konstitusi (http://efisiensikebijakan.artf//pdf//legalgovernment.go.id )
Efisiensi berhubungan dengan ekonomis, efisien, dan efektif. Ekonomis adalah perbandingan input dengan output value yang dinyatakan dalam moneter, yaitu menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif. Efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas, pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan( cost of output) atau penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya. Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan dan sasaran yang harus dicapai, dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan( Mardiasmo, 2002:34)
3. Tinjauan Mengenai Tata Lahan dalam Lingkup Tata Ruang
Teori-teori pengembangan wilayah menganut berbagai azas atau dasar dari tujuan penerapan masing-masing teori.
a. teori yang memberi penekanan kepada kemakmuran wilayah (local prosperity ). Perkembangan wilayah harus mempunyai penekanan untuk
commit to user
masyarakat, flora, fauna.
b. menekankan pada sumber daya lingkungan dan faktor alam yang dinilai sangat mempengaruhi keberlanjutan sistem kegiatan produksi di suatu daerah (sustainable production activity). Kelompok ini sering disebut sebagai sangat perduli dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development ).
c. memberikan perhatian kepada kelembagaan dan proses pengambilan keputusan di tingkat lokal sehingga kajian terfokus kepada governance yang bisa bertanggung jawab (resposnsible) dan berkinerja bagus (good).
d. perhatiannya tertuju kepada kesejahteraan masyarakat yang tinggal di suatu lokasi (people prosperity). Hukum Penataan Ruang dapat diberi batasan sebagai keseluruhan aturan hukum yang mengatur seluk-beluk dalam penataan ruang , balk bersifat heteronom maupun otonom. Pengertian seluk-beluk dalam penataan ruang tersebut adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan wewenang, tugas, hak, kewajiban, tanggung jawab, kriteria, klasifikasi, dan aspek-aspek teknis penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan di bidang penataan ruang. Dari batasan pengertian hukum penataan ruang tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hukum tata ruang sepenuhnya memiliki bersifat publik atau menjadi bagian integral dari aspek yuridis kenegaraan maupun kemasyarakatan. Peran pengaturan hukum dalam penataan ruang secara teoritik dapat disandarkan pada pandangan Roscoe Pound sebagai tugas hukum sebagai “law as a tool of social engineering ”, bahwa aturan dapat dipakai sebagai alat untuk merekayasa masyarakat dalam sistem tata ruang atau penataan lahan (Rijadi,2005:42). Tata ruang tidak hanya terjadi pada satu negara, tetapi juga terdapat
diberbagai negara.Sehubungan dengan penataan ruang kota telah timbul berbagai teori tentangnya. Sebagai bahan perbandingan patut disajikan teori- teori mengenai perkotaan di Amerika Serikat. Banyak penelitian dilakukan oleh ilmuwan terhadap kota-kota modern di Amerika Serikat untuk mencari dasar-dasar yang dapat membentuk model kota yang serasi dengan lingkungan daerahnya “the ecological pattern of modern city Ernest W.
commit to user
Robert E. Park, Ernest W. Burgess, and Roderick D. Mekenzie, The City The global environment suffers. Important in the standard of living must pararallel anticipated growth,our goal continues to be the achievement of sustainable development with effective protection of the ecosystem, an equitable distribution of resourses an the achievement of cultural weel Chicakago The Concentric Zone Theory urban area concentric zone radially business centre Zone The Loop downtown The Zone in Transition” (Zona d Pemukiman adalah tempat manusia hidup dan berkehidupan, oleh karena itu suatu permukiman terdiri atas manusia dan alam yaitu tempat fisik manusia tinggal yang meliputi elemen alam dan buatan manusia.Permukiman tidak hanya digambarkan tiga dimensi saja tapi empat dimensi alam masyarakat terbagi atas zona Daerah-daerah lingkaran ini mempunyai fungsi yang berbeda-beda dan berkembang radial dan pusat perdagangan sebagai sentrum pengembangan kota yang merupakan daerah pusat perdagangan sebagai daerah dalam transisi dan sentra industri (Journal America ernestw in journal of the American institute of planner vol.31 no 4 pp.burgess,twitterdel.icio.usstumbleuponreddit.journal urban area)
4. Tinjauan Mengenai Alih Fungsi Lahan
a. Konsep Alih Fungsi Lahan Alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsi semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negative (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan memerlukan biaya, Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam, dan penyelenggara. Alih fungsi lahan dalam daerah Kabupaten dilaksanakan berdasar otonomi daerah yang diterima dari pemerintah pusat untuk pengolahan wilayah daerah tersebut. Dampak yang sering terjadi dari pengalihan fungsi lahan adalah dampak negatif. (http://www.wikipedia.alihfungsilahan//indo//?.com)
b. Konsep Lahan dan Fungsi Lahan 1). Secara Agraria Pengertian agraria menurut UUPA 1960 (UU No.5 Tahun 1960) adalah seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa Bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional.
commit to user
(1). Tanah atau permukaan bumi, yang merupakan modal alami utama dari pertanian dan peternakan. (2). Perairan, yang merupakan modal alami dalam kegiatan
perikanan. (3). Hutan, merupakan modal alami utama dalam kegiatan
ekonomi komunitas perhutanan. (4). Bahan tambang, yang terkandung di “tubuh bumi” (5). Udara, yang termasuk juga materi “udara” sendiri.
2). Pengertian Lahan Tanah atau lahan merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam kehidupan manusia karena setiap aktivitas manusia selalu terkait dengan tanah. Tanah merupakan tanah sekumpulan tubuh alamiah, mempunyai kedalaman lebar yang ciri-cirinya mungkin secara langsung berkaitan dengan vegetasi dan pertanian sekarang, ditambah ciri-ciri fisik lain seperti penyediaan air dan tumbuhan penutup yang dijumpai ( Akbar, 2008: 12). Utomo menyatakan bahwa lahan sebagai modal alami yang melandasi kegiatan kehidupan dan penghidupan, memiliki dua fungsi dasar, yakni:
1. Fungsi kegiatan budaya; suatu kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan, seperti pemukiman, baik sebagai kawasan perkotaan maupun pedesaan, perkebunan hutan produksi dan lain-lain.
2. Fungsi lindung; kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utamanya untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang ada, yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa yang bisa menunjang pemanfaatan budidaya.
commit to user
yaitu:
1. Masyarakat yang memiliki tanah luas dan menggarapkan tanahnya kepada orang lain; pemilik tanah menerapkan sistem sewa atau bagi hasil.
2. Pemilik tanah sempit yang melakukan pekerjaan usaha tani dengan tenaga kerja keluarga, sehingga tidak memanfaatkan tenaga kerja buruh tani.
3. Pemilik tanah yang melakukan usaha tani sendiri tetapi banyak memanfaatkan tenaga kerja buruh tani, baik petani bertanah sempit maupun bertanah luas.
5. Tinjauan Mengenai Lahan Pertanian
a). Tinjauan tentang Tanah 1). Pengertian tanah Sebutan tanah dalam bahasa kita dapat dipakai dalam berbagai arti. Maka dalam penggunaannya perlu diberi batasan, agar diketahui dalam arti apa istilah tersebut digunakan.
Dalam Hukum Tanah kata sebutan tanah dipakai dalam arti yuridis, sebagai suatu pengertianyang telah diberi batasan resmi oleh UUPA.
Dalam Pasal 4 dinyatakan, bahwa Atas dasar hak menguasai dari Negara....ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang...
Dengan demikian jelaslah, bahwa tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumi (ayat 1). Sedang hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan bumi, yang berbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar.
Tanah diberikan kepada dan dipunyai oleh orang dengan hak- hak tersebut tidak akan bermakna jika penggunaannya terbatas
commit to user
apa pun tidak bisa tidak, pasti diperlukan juga penggunaan sebagian tubuh bumi yang ada di bawahnya dan air serta ruang yang ada diatasnya. Oleh karena itu dalam ayat (2) dinyatakan bahwa hak-hak atas tanah bukan hanya memberikan wewenang untuk mempergunakan sebagian tertentu permukaan bumi yang bersangkutan, yang disebut ”tanah”, tetapi juga tubuh bumi yang ada di bawahnya dan air serta ruang yang ada di atasnya .
Dengan demikian maka yang dipunyai dengan hak atas tanah itu adalah tanahnya, dalam arti sebagian tertentu dari permukaan bumi. Tetapi wewenang menggunakan yang bersumber pada hak tersebut diperluas hingga meliputi juga penggunaan ”sebagian tubuh bumi yang ada di bawah tanah dan air serta ruang yang ada di atasnya”.
Tubuh bumi dan air serta ruang yang dimaksudkan itu bukan kepunyaan pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. Ia hanya diperbolehkan menggunakannya. Dan itu pun ada batasnya seperti yang dinyatakan dalam Pasal 4 ayat (2) dengan kata-kata: sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu, dalam batas-batas kewajaran, perhitungan teknis kemampuan tubuh buminya sendiri, kemampuan pemegang haknya serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.
Penggunaan tubuh bumi itu harus ada hubungannya langsung dengan gedung yang dibangun di atas tanah yang bersangkutan. Misalnya untuk untuk pemancngan tiang-tiang pondasi, untuk basement , ruang parkir dan lain-lain keperluan yang langsung berhubungan dengan pembangunan dan penggunaan gedung yang dibangun.
Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia (1994) tanah adalah: (a). Permukaan bumi atau lapisan bumi yang diatas sekali; (b). Keadaan bumi disuatu tempat;
commit to user
(d). Bahan-bahan dari bumi, bumi sebagai bahan sesuatu (pasir,
cadas, napal dan sebagainya);
2). Pengertian Hak Penguasaan Atas Tanah Dalam tiap Hukum Tanah terdapat pengaturan mengenai berbagai ”hak penguasaan atas tanah”.
Dalam UUPA misalnya diatur dan sekaligus ditetapkan tata jenjang atau hirearki hak-hak penguasaan tanah dalam Hukum Tanah Nasional kita, yaitu: (a). Hak Bangsa Indonesia yang disebut dala Pasal 1, sebagai hak
penguasaan atas tanah yang tertinggi, beraspek perdata dan publik;
(b). Hak Menguasai sari Negara yang disebut dalam Pasal 2, semata-
mata beraspek publik; (c). Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat yang disebut dala Pasal 3,
beraspek perdata dan publik; (d). Hak-hak perorangan/individual, semuanya beraspek perdata,
terdiri atas: (1). Hak-hak atas Tanah sebagai hak-hak individual yang
semuanya secara langsung ataupun tidak langsung bersumber pada Hak Bangsa, yang disebut dalam Pasal 16 dan 53.
(2). Wakaf, yaitu hak milik yang sudah diwakafkan dalam Pasal
49. (3). Hak jaminan atas Tanah yang disebut ”Hak Tanggungan”
dalam pasal 25, 33, 39, dan 51.
Biarpun bermacam-macam, tetapi semua hak penguasaan atas tanah berisikan serangkaian wewenang, kewajiban dan atau larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang
commit to user
yang merupkan isi hak penguasaan itulah yang menjadi kriterium atau tolak pembeda di antara hak-hak penguasaan atas tanah yang diatur dalam Hukum Tanah.
3). Pengertian Tanah Pertanian, Sawah dan Tanah kering
Dalam Undang-undang No.56 Prp Tahun 1960 tidak diberikan penjelasan apakah yang dimaksud dengan tanah pertanian, sawah dan tanah kering. Berhubungan dengan itu dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dengan Menteri Agraria tanggal
5 januari 1961 no. Sekra/9/12 diberikan penjelasan sebagai berikut:
”yang dimaksud dengan tanah pertanian ialah juga semua tanah perkebunan, tambak untuk perikanan, tanah tempat penggembalaan ternak, tanah belukar bekas ladang dan hutan dan hutan yang menjadi tempat mata pencaharian bagi yang berhak. Pada umumnya tanah pertanian adalah semua tanah yang menjadi hak orang, selainnya tanah untuk perumahan dan perusahaan. Bila atas sebidang tanah luas berdiri rumah tempat tinggal seorang, maka pendapat setempat itulah yang menentukan, berapa yang merupakan tanah pertanian” . (Boedi Harsono, ibid, kode H 4).
Biasanya tidaklah sukar untuk menentukan apakah sebidang tanah itu termasuk golongan sawah atau tanah kering. Tambak untuk perikanan dimasukkan ke dalam golongan tanah kering, sesuai dengan praktek Instansi Pajak Hasil Bumi pada waktu itu.
Angka maksimum yang ditetapkan oleh Undang-undang No.56 Prp 1960 dan ditegaskan oleh Menteri Agraria tersebut mengenai sawah atau tanah kering. Bagaimanakah maksimumnya kalau yang dikuasai itu sawah dan tanah kering? Dalam hal yang demikian Pasal1 ayat 2 menetapkan, bahwa untuk menghitung luas maksimum tersebut luas sawah dijumlahkan dengan luas tanah kering dengan menilai tanah kering sama dengan sawah ditambah 30% didaerah
commit to user
boleh lebih dari 20 hektar.
commit to user
Bagan 1.1
1.Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 Pasal 33
2.Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 3.Perda No.2 Tahun 1999 jo No.6 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karanganyar
1.Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Non Pertanian 2.Efisiensi Alih Fungsi Lahan Pertanian Ke Non Pertanian
1.Pencegahan Alih fungsi Lahan pertanian ke Non pertanian sudah terlaksana atau belum? 2.Efisiensi Alih fungsi Lahan Pertanian ke Non pertanian sudah terlaksana atau belum?
1.Alih fungsi lahan pertanian ke Non- pertanian di Kabupaten Karanganyar untuk memenuhi kebutuhan industi, teknomogi 2.Pencegahan Alih fungsi Lahan Pertanian Ke Non Pertanian
commit to user
berkewajiban untuk mengelola Sumber Daya Alam termasuk tanah untuk kemakmuran rakyat serta mempertahankan kelestarian lingkungan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009, adalah bukti pelaksanaan Undang-Undang Dasar untuk pengelolaan lahan pertanian berkelanjutan. Efisiensi adalah sistem dan metode untuk menekan pengeluaran secara dana, Efisiensi tidak lepas dari efektifitas yang juga merupakan ketepatan waktu.
Efisiensi berhubungan dengan ekonomis, efisien, dan efektif. Ekonomis adalah perbandingan input dengan output value yang dinyatakan dalam moneter, yaitu menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif. Efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas, pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan( cost of output) atau penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya. Sesuai Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 1999 jo Nomor 6 Tahun 2003, yangmana di Daerah Kabupaten Karanganyar merencanakan Tata Ruang Wilayah Khususnya pengalihan fungsi lahan pertanian.
Berdasarkan rumusan masalah kebijakan Pemerintah Kabupaten untuk melaksanakan alih fungsi lahan difokuskan untuk efisiensi kebijakan mencegah alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian dengan tujuan dan arah sasaran yang tepat. Tujuan dan sasaran yang dimaksud adalah untuk mencapai efisiensi kebijakan pemerintah Kabupaten Karanganyar mencegah alih fungsi lahan pertanian ke Non Pertanian. Menginggat, di daerah Karanganyar khususnya yang mana masyarakatnya dahulu hidup dari sektor pertanian, sekarang sebagian telah beralih ke sektor industri. Lahan yang dialihkan tersebut harus melalui beberapa prosedur dan persyaratan. Dengan adanya peralihan fungsi lahan pertanian ke non pertanian ini
commit to user
perkembangan daerah Karanganyar.
Dalam hal ini penelitian yang dilakukan dalam daerah kabupaten secara khusus terfokus kabupaten Karanganyar sebagai kawasan pertanian yang semakin hari semakin banyak pembangunan perumahan mengingat banyaknya lahan produksi bahan setengah jadi, dan bahan setengah jadi yang mendirikan pabrik-pabrik kawasan industri.