PENGEMBANGAN DISPOSISI DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PENGEMBANGAN DISPOSISI DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN ARTIKEL PENELITIAN

Oleh: FAUJI LESTARI NIM F2181131004 PROGRAM STUDI PASCASARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2018

PENGEMBANGAN DISPOSISI DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN ARTIKEL PENELITIAN FAUJI LESTARI NIM F2181131004

Disetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sugiatno, M.Pd. Dr. Dede Suratman, M.Si. NIP. 196006061985031008

NIP. 196603131992031002

Mengesahkan

Dekan Ketua Jurusan P.MIPA

Dr. H. Martono, M.Pd. Dr. Ahmad Yani T, M.Pd. NIP. 196803161994031014

NIP. 196604011991021001

PENGEMBANGAN DISPOSISI DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING

DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Fauji Lestari, Sugiatno, Dede Suratman

Program Studi Pascasarjana Pendidikan Matematika FKIP Untan Pontianak Email:faujilestari@gmail.com

Abstract

Mathematical disposition and mathematical connections knowledge is part of mathematics learning objectives in Curriculum. Subjects in research is students of class

XII AK SMK N 1 Kelam Permai. This pedagogical action research takes the subject of the study chosen purposively. The research used in this research is pedagogical action research. Two cycles with focus stage are taken into consideration in determining and planning the research, followed by look, think, and action. RPP compiled in this research is about the material sequence and arithmetic series. This RPP is prepared based on the Curriculum 2013 standard. Development of students' mathematical dispositions and connections can be done well. The initial mathematical disposition of students before using the discovery learning model is categorized as being. Early mathematical connection ability of students before using discovery learning model based on pre-test value is categorized as low. The learning process is done very well. Learning with the discovery learning model is possible to apply to schools implementing the 2013 curriculum. Learning with discovery learning model should be an alternative choice of teachers. Learning with the discovery learning model is not limited to arithmetic and sequence material only.

Keywords:mathematical disposition, mathematical connections, discovery learning, mathematical knowledge.

Pendahuluan

siswa untuk merefleksi pemikiran mereka Tujuan diberikannya matematika di

sendiri sehingga mampu mengoneksikan pe- sekolah antara lain siswa dapat: (1) memiliki

ngetahuan yang diperoleh. sikap menghargai kegunaan matematika

Kemampuan koneksi matematis merupa- dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin

kan bagian dari tujuan pembelajaran matema- tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari

tika dalam Kurikulum 2013, yaitu kemam- matematika, serta sikap ulet dan percaya diri

puan seseorang untuk mengaitkan antar topik dalam pemecahan masalah; (2) mengkomuni-

dalam matematika, serta mengaitkan matema- kasikan gagasan dengan simbol, tabel, dia-

tika dengan ilmu lain dan dalam kehidupan gram, atau media lain untuk memperjelas

sehari-hari (Mulyasa, 2013: 99). Pernyataan keadaan atau masalah. (BSNP, 2006).

tersebut sesuai dengan National Countil of Tujuan pembelajaran matematika di

Teaching of Mathematics (NCTM, 2000: 64) setiap jenjang pendidikan tertera pada Standar

yaitu apabila siswa mampu mengkaitkan ide- Isi dalam Badan Standar Nasional Pendidikan

ide matematika, maka pemahaman matema- Tahun 2006, yaitu agar siswa memiliki

tisnya akan semakin dalam dan bertahan lama disposisi matematis. Disposisi matematis

karena mereka mampu melihat keterkaitan adalah sikap menghargai kegunaan matema-

antar topik dalam matematika, dengan konteks tika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

selain matematika, dan dengan pengalaman menyelesaikan berbagai masalah. Disposisi

hidup sehari-hari. Tanpa koneksi matematis matematis berkaitan dengan kecenderungan

maka siswa harus belajar dan mengingat maka siswa harus belajar dan mengingat

Meskipun disposisi dan koneksi matema- tis merupakan tujuan pembelajaran matema- tika di sekolah, namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran yang ada terkesan kurang memperhatikan kedua tujuan pembelajaran tersebut. Skor rata-rata disposisi matematis 297 siswa pada empat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kota Palembang baru mencapai 58 persen, yang diklasifikasi- kan pada kategori rendah (Kesu-mawati, 2010:7). Sebanyak 100 persen dari jumlah siswa di SMP Negeri 5 Wates Kulonprogo mendapatkan skor angket disposisi matematis di bawah kategori baik (Yuanari, 2011:20). Sebanyak 38 dari 160 siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Singkawang yang memberikan respon positif pada angket disposisi matematis yang diberikan (Juliana, 2014:108).

SMKN 1 Kelam Permai merupakan satu- satunya SMKN yang ada di kecamatan Kelam Permai, yang terdiri dari enam jurusan yaitu: Akomodasi Perhotelan, Agribisnis Perikanan, Multimedia, Akuntansi, Teknik Sepeda Motor (TSM) dan Teknik Komputer Jaringan (TKJ). Keenam jurusan ini diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang sesuai dengan Visi dan Misi SMKN 1 Kelam Permai. Adapun Visi SMKN 1 Kelam Permai yaitu menghasilkan tamatan yang kompeten, beriman dan bertaqwa, berahlak mulia, inovatif, berkepribadian yang tinggi, serta memiliki komitmen terhadap perkembangan sumber daya manusia. Sedangkan Misi SMKN 1 Kelam Permai yaitu: (1) mencip- takan iklim belajar yang kondusif; (2) mena- namkan sikap dan karakter berahlak mulia dan bertaqa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (3) menumbuhkan sikap kreatif, inovatif, dan produktif; (4) mengembangkan sikap dan kepribadian yang tinggi dan bermanfaat dalam masyarakat; dan (5) menyelenggarakan pendi- dikan dan pelatihan yang berbasis ilmu teknologi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

Dari keenam jurusan yang terdapat di SMKN 1 Kelam Permai, jurusan akuntansi

merupakan jurusan yang cukup diminati. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang memilih jurusan tersebut bertambah setiap tahunnya dikarenakan di daerah Kelam Permai potensi kerja untuk jurusan tersebut sangat baik. Oleh karena itu, lulusan jurusan akutansi diharapkan memiliki disposisi dan kemampuan koneksi matematis yang baik agar dapat menerapkan ilmu yang mereka peroleh di sekolah dalam dunia kerja dan industri.

Namun kenyataan di lapangan menun- jukkan bahwa disposisi dan kemampuan koneksi matematis siswa jurusan akutansi SMKN 1 Kelam Permai masih sangat rendah (sumbernya dari hasil ulangan harian siswa). Berdasarkan hasil pengamatan peneliti yang merupakan guru di sekolah tersebut, pada saat diberikan soal dengan indikator kemampuan koneksi matematis, di antaranya: Awal bulan Januari pada tahun tertentu Anto menabung Rp. 10.000,00. Jika setiap bulan berikutnya Anto menabung Rp. 5.000,00 lebihnya dari bulan sebelumnya. Berapakah jumlah seluruh tabungan Anto sampai akhir tahun? Jawaban siswa dengan tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah ternyata berbeda-beda. Siswa dengan tingkat kemampuan rendah tidak memiliki kecenderungan untuk menye- lesaikan soal/tugas yang menggunakan konek- si matematis. Siswa dengan tingkat kemam- puan sedang hanya memiliki sedikit kecen- derungan untuk menyelesaikan soal/tugas yang diberikan. Sedangkan siswa yang memiliki tingkat kemampuan tinggi memiliki kecenderungan yang sangat besar untuk menyelesaikan soal/tugas yang diberikan, namun ketika mengerjakan soal matematika yang sulit siswa tersebut berhenti mengerja- kannya. Hasil pengamatan peneliti menegas- kan bahwa disposisi matematis siswa saat menyelesaikan soal-soal yang membutuhkan kemampuan koneksi matematis yang tinggi masih tergolong rendah.

Barisan dan deret merupakan materi yang sangat erat dan dekat dalam kehidupan sehari- hari. Tanpa disadari siklus barisan dan deret terjadi dalam tubuh manusia. Contohnya pada pembelahan sel manusia yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung serta Barisan dan deret merupakan materi yang sangat erat dan dekat dalam kehidupan sehari- hari. Tanpa disadari siklus barisan dan deret terjadi dalam tubuh manusia. Contohnya pada pembelahan sel manusia yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung serta

Namun demikian, fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih terdapat siswa yang tidak menguasai kemampuan koneksi matematis, sehingga mereka tidak bisa meng- koneksikan materi barisan dan deret aritma- tika yang diajarkan. Berdasarkan hasil ulangan dari 30 siswa jurusan akutansi, hanya siswa (10%) yang nilainya di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan. Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai pengajar di sekolah tersebut, kesulitan siswa dalam mangoneksikan materi barisan dan deret aritmatika dikarenakan: (1) siswa tidak bisa menghubungkan dan mengaplikasikan teori yang telah mereka dapatkan ke dalam suatu permasalahan atau penyelesaian soal yang mereka hadapi; (2) sebagian besar siswa tidak dapat memecahkan permasalahan/soal dengan cara yang berbeda dari apa yang diberikan, mereka cenderung hanya mengikuti cara yang dicontohkan, bahkan bila diberikan soal yang bentuknya baru mereka tidak bisa menyelesaikannya; dan (3) sebagian besar siswa tidak fokus dan kurang semangat dalam menyelesaikan sebuah permasalahan atau soal yang diberikan, yang berdampak pada ketidaksiapan sikap dan prilaku siswa yang kurang percaya diri ketika mereka menjalani praktek kerja industri (Prakrin).

Diberikan tes terbatas yang dicobakan di kelas VIII SMP 11 Jakarta, diperoleh bahwa tingkat kemampuan koneksi matematis siswa baru mencapai rata-rata 53.8% dan dikategori- kan rendah (Sugiman, 2008:10). Sebanyak 30 siswa SMK Pembangunan Negeri Tanjung- sari, hanya 2 siswa (6.67%) yang dapat menjawab soal sesuai dengan indikator koneksi matematis pada materi barisan dan deret aritmatika (Sholihat, 2014:2). Sedang-

kan rata-rata kemampuan koneksi matematis siswa SMK N 11 Jakarta yang diajarkan menggunakan pembelajaran kontekstual ada- lah 36.78, sedangkan rata-rata kemampuan koneksi matematis siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran konvensional

30.37 (Kurniati, 2010:12). Dengan demikian kemampuan koneksi matematis siswa masih rendah.

Rendahnya disposisi dan kemampuan koneksi matematis siswa diduga disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya: (1) faktor standar pembelajaran yang digunakan di lapangan masih bersifat klasikal, sehingga Proses Belajar Mengajar (PBM) cenderung monoton, yang berjalan hanya satu arah saja, di mana guru hanya menyampaikan materi dan memberikan tugas, sedangkan siswa berprilaku pasif sehingga kurang membangun disposisi dan kemampuan koneksi matematis siswa; (2) faktor kebiasaan belajar, siswa hanya terbiasa belajar dengan cara menghafal, cara ini tidak melatih kemampuan koneksi matematis siswa, cara ini merupakan akibat dari guru yang mengajarkan matematika dengan menekankan pada menghapal konsep- konsep dan prosedur guna menyelesaikan soal, memberikan contoh mengerjakan soal, serta meminta siswa untuk mengerjakan soal yang sejenis dengan soal yang sudah diterangkan guru; dan (3) perencanaan pembe- lajaran belum dilengkapi dengan strategi alternatif agar siswa dapat mengkoneksikan dari suatu materi ke materi yang lain misalnya ke materi yang berkaitan dengan pelajaran produktif atau dalam kehidupan sehari –hari. Akibat penggunaan model pembelajaran, cara belajar, dan cara guru mengajar sebagaimana tersebut di atas, sehingga berdampak pada disposisi dan kemampuan koneksi matematis siswa menjadi rendah.

Berdasarkan uraian yang telah dikemu- kakan sebelumnya, perlu kiranya lebih per- hatian pada bentuk pembelajaran matematika yang menumbuhkembangkan disposisi dan kemampuan koneksi matematis. Untuk itu, perlu adanya suatu model pembelajaran yang mengarahkan siswa memiliki keluwesan dalam mengkoneksikan permasalahan mate- matis yang dihadapinya. Adanya keluwesan Berdasarkan uraian yang telah dikemu- kakan sebelumnya, perlu kiranya lebih per- hatian pada bentuk pembelajaran matematika yang menumbuhkembangkan disposisi dan kemampuan koneksi matematis. Untuk itu, perlu adanya suatu model pembelajaran yang mengarahkan siswa memiliki keluwesan dalam mengkoneksikan permasalahan mate- matis yang dihadapinya. Adanya keluwesan

Joolingen, 1998:194).

siswa seperti kecenderungan siswa untuk Disposisi matematis dikatakan baik jika menikmati pembelajaran, ketertarikan mema-

siswa tersebut menyukai masalah-masalah hami materi ajar, dan menyelesaikan perma-

yang merupakan tantangan serta melibatkan salahan yang diberikan menjadi meningkat.

dirinya secara langsung dalam menemukan/ Adapun model pembelajaran yang diduga

menyelesaikan masalah. Dalam prosesnya sis- mampu meningkatkan disposisi dan kemam-

wa merasakan munculnya kepercayaan diri, puan koneksi matematis adalah model

pengharapan, dan kesadaran untuk melihat discovery learning .

kembali hasil berfikirnya. Menurut Balim (2009) discovery lear-

Menurut National Council of Teachers of ning mendorong siswa untuk sampai pada

Mathematics (NCTM 1989), disposisi mate- kesimpulan berdasarkan kegiatan dan penga-

matik memuat tujuh komponen yaitu: (1) matan mereka sendiri. Discovery learning

percaya diri dalam menggunakan matematika, merupakan PBM yang memicu siswa untuk

(2) fleksibel dalam melakukan kerja matema- berfikir dan menuangkan ide-idenya untuk

tika (bermatematika), (3) gigih dan ulet dalam mengumpulkan informasi dari suatu masalah

mengerjakan tugas-tugas matematika, (4) me- dan dapat memecahkan masalah. Dalam

miliki rasa ingin tahu dalam bermatematika, paradigma pembelajaran yang baru siswa

(5) melakukan refleksi atas cara berpikir, (6) dituntut untuk membangun pengetahuan

menghargai aplikasi matematika, dan (7) secara aktif, siswa tidak lagi menerima

mengapresiasi peranan matematika. pengetahuan dari guru secara pasif. Peran

Menurut NCTM (2000:274) disposisi siswa dalam pembelajaran harus lebih

dan koneksi matematis merupakan bagian ditingkatkan, guru hendaknya mencoba

penting yang harus mendapat penekanan di memunculkan ide-ide yang dimiliki setiap

setiap jenjang pendidikan. Kemampuan siswa. Apabila siswa mampu mengkaitkan

koneksi matematis adalah kemampuan untuk ide-ide matematika maka pemahaman mate-

mengaitkan konsep matematika secara inter- matisnya akan semakin dalam dan bertahan

nal maupun eksternal yang memerlukan lama karena mereka mampu melihat

disposisi matematis yang tinggi. Menurut keterkaitan antar topik dalam matematika,

NCTM (2000:63) koneksi matematika terdi- dengan konteks selain matematika, dan

ri dari tiga aspek, yaitu koneksi antar topik dengan pengalaman

matematika, koneksi dengan disiplin ilmu (NCTM, 2000:64).

hidup sehari-hari

yang lain, dan koneksi dalam kehidupan Menurut Sund (1990), “discovery adalah

sehari-hari. Dengan melakukan koneksi proses mental dimana mahasiswa mampu

matematis, konsep-konsep yang telah dipe- mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip”.

lajari tidak ditinggalkan begitu saja sebagai Dari proses mental tersebut ialah mengamati,

ilmu yang terpisah, tetapi digunakan sebagai mencerna, mengerti, menggolongkan, mem-

konsep dasar untuk memahami konsep yang buat dugaan, menjelaskan,

mengukur,

baru.

membuat kesimpulan dan sebagainya (Roes- Kemampuan koneksi matematis tidak tiyah, 2001: 20). Siswa secara aktif

dapat berkembang dengan sendirinya, siswa menemukan sendiri konsep-konsep dalam

perlu dilatih untuk dapat mengembangkan pembelajaran dengan pengarahan secukupnya

kemampuan ini. Untuk mengembangkan ke- dari guru. Hal ini sesuai dengan yang

mampuan koneksi matematis dibutuhkan disampaikan oleh Kolb (1984:28) bahwa

proses pembelajaran yang berorientasi pada pengetahuan secara terus-menerus diperoleh

siswa. Di mana guru hanya menuntun siswa dari pengalaman dan pengujian oleh individu.

untuk menemukan sendiri konsep mate- Melalui Discovery learning memungkinkan

matika yang ingin diajarkan, dengan begitu proses pembelajaran yang lebih bermakna se-

siswa akan lebih aktif dan termotivasi da- hingga tertanam dengan baik dalam penge-

lam pembelajaran matematika sehingga dis- lam pembelajaran matematika sehingga dis-

Discovery learning adalah model pembe- lajaran dengan cara mencari dan mene-mukan di mana guru hanya sebagai pembimbing dan siswa dibiarkan untuk mencari dan menemu- kan pengetahuan (Zainal, 2013:118). Guru menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan menyampaikannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan di- kembangkan lebih lanjut.

Metode Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII AK SMK N 1 Kelam Permai seba- nyak satu kelas. Pedagogical action research ini mengambil subjek penelitian yang dipilih secara purposive yaitu pada kelas yang mengalami permasalahan saja. Peneliti memi- lih siswa kelas XII AK karena berdasarkan hasil wawancara dengan Timur Harsono, S. T, sebagai guru matematika yang mengajar di kelas tersebut menyatakan bahwa siswa di kelas XII AK mengalami kesulitan dalam mengoneksikan materi barisan dan deret yang dilihat dari hasil nilai ulangan harian yang mereka peroleh. Selain itu, siswa kelas XII AK mempunyai kemampuan akademik setara, dan telah mempelajari materi barisan dan deret di kelas XI (sebelas).

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedagogical action research yang mengadaptasi model Stringer (2008:1) . Pedagogical action research dengan model Stringer memberikan model rancangan penelitian terhadap pembelajaran dalam beberapa siklus sampai penelitian mencapai hasil yang diinginkan. Dalam penelitian ini, dilakukan dua siklus dengan tahapan focus sebagai bahan pertimbangan dalam menen-

tukan dan merencanakan penelitian, kemudian dilanjutkan pada tahap look, think, dan action.

Focus , pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah studi kepustakaan mengenai pembelajaran matematika tentang disposisi dan kemampuan koneksi matematis, meng- identifikasi permasalahan yang terjadi di lapangan, merumuskan masalah, serta mem- persiapkan alternatif penyelesaian permasa- lahan mengenai kemampuan koneksi dalam materi barisan dan deret aritmatika.

Adapun hasil yang diperoleh setelah melakukan studi pendahuluan mengenai dis- posisi matematis, bahwa siswa memiliki disposisi matematis yang rendah saat menye- lesaikan soal-soal yang membutuhkan ke- mampuan koneksi yang tinggi. Sedangkan berdasarkan hasil observasi diperoleh data bahwa dari 22 siswa kelas XI hanya 2 siswa (9.09%) yang mampu mengoneksikan materi barisan dan deret aritmatika secara tepat dalam penyelesaian masalah. Pembelajaran menggunakan model discovery learning me- rupakan alternatif penyelesaian permasalahan yang terjadi di lapangan. Pembelajaran meng- gunakan model discovery learning merupakan penerapan rancangan pembelajaran matema- tika yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, namun ditemukan sendiri.

Adapun tahapan dalam penelitian ini agar mendapatkan hasil yang maksimal adalah dengan masuk dalam siklus pertama sebagai proses persiapan penelitian, yang terdiri dari tahap look, think, dan action.

Siklus Pertama , Look , d alam tahap ini, peneliti mempersiapkan rancangan kegiatan untuk mendapatkan informasi tentang kemam- puan awal siswa mengenai disposisi dan kemampuan koneksi matematis yang menjadi fokus penelitian sehingga peneliti dapat mem- prakirakan pemberian scaffolding dalam proses pembelajaran di tahap selanjutnya.

Think , pada tahap ini, peneliti bersama ahli memikirkan kembali kelayakan dari ran- cangan pembelajaran yang telah dipersiapkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari hasil uji Think , pada tahap ini, peneliti bersama ahli memikirkan kembali kelayakan dari ran- cangan pembelajaran yang telah dipersiapkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari hasil uji

adalah metode pengumpulan data penelitian jaran layak digunakan untuk memperoleh data

yang berfungsi untuk mengukur kemampuan mengenai disposisi dan kemampuan koneksi

seseorang. Tes yang dimaksud dalam peneli- matematis siswa pada materi barisan dan deret

tian ini adalah pemberian tes hasil kemam- aritmatika. Ahli memberikan tambahan bahwa

puan koneksi matematis dalam bentuk pre-test setelah menganalisis data skor angket disposi-

yang diberikan sebelum diterapkan pembela- si matematis awal dan skor soal pre-test yang

jaran menggunakan model discovery learning telah diperoleh, siswa sebaiknya dikelompok-

dan post-test yang diberikan setelah diterap- kan berdasarkan tingkat kemampuan tinggi,

kan pembelajaran menggunakan model disco- sedang, dan rendah untuk memberikan pem-

very learning . Bentuk tes yang digunakan belajaran dengan model discovery learning.

adalah soal tes matematika dalam bentuk Action , tahap ini terdiri dari plan (meren-

uraian. Soal-soal berbentuk uraian yang terdiri canakan tindakan), teach (mengimplementa-

dari 3 soal dalam waktu kira-kira 40 menit. sikan), dan evaluate (mengevaluasi). Dalam

Untuk mendapatkan perangkat tes ke- tahap plan, peneliti melakukan beberapa ke-

mampuan koneksi matematis yang mampu giatan.

menunjukkan kemampuan koneksi siswa Selanjutnya, pada tahap teach di siklus

dalam pembelajaran, dalam penyusunan tes, pertama ini peneliti melakukan uji coba

diawali dengan penyusunan kisi-kisi yang instrumen penelitian yaitu angket disposisi

mencakup kompetensi dasar, indikator, aspek matematis dan soal tes (pre-test dan post-test)

yang diukur beserta skor penilaiannya dan kemampuan koneksi matematis di kelas XII

nomor butir soal. Setelah membuat kisi-kisi Akuntansi SMK Muhammadiyah Sintang.

soal, dilanjutkan dengan menyusun soal Hasil uji coba instrument penelitian tersebut

beserta kunci jawabannya dan aturan pembe- digunakan untuk menghitung validitas, relia-

rian skor untuk masing-masing butir soal. bilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda

Dalam penelitian ini tes soal yang soal, serta mengukur keterbacaan angket dis-

diberikan berjumlah 3 soal untuk pre-test dan posisi matematis yang akan digunakan.

post-test . Penyusunan soal tes memperhatikan Melalui hasil perhitungan, diperoleh bahwa

standar kompetensi, aspek kemampuan ko- angket disposisi matematis dan soal tes ke-

neksi matematis, dan cakupan materi. Soal tes mampuan koneksi matematis layak digunakan

kemampuan koneksi matematis ini mengacu untuk proses penelitian ke siklus kedua.

pada indikator kemampuan koneksi mate- Pada tahap evaluation, peneliti mengkaji

matis, yaitu: (a) mencari hubungan antar topik keterlaksanaan proses uji coba lapangan yang

dalam materi barisan dan deret aritmatika; (b) telah dilakukan. Untuk mencapai tujuan pene-

menghubungkan materi barisan dan deret litian yang diinginkan, peneliti membuat ren-

aritmatika dengan disiplin ilmu lain atau mata cana kegiatan pembelajaran di siklus kedua.

pelajaran lain; dan (c) hubungan materi Penelitian ini dilaksanakan pada siswa

barisan dan deret aritmatika dengan kehidu- kelas XII Akuntansi SMK Muhammadiyah

pan sehari-hari atau dunia nyata. Sintang semester genap tahun pelajaran

Uji coba soal dilaksanakan pada siswa 2017/2018. Penelitian ini dilakukan dalam

kelas XII Akuntansi SMK Muhammadiyah waktu delapan bulan terhitung mulai dari

Sintang. Diujicobakan pada siswa kelas XII, bulan Oktober 2017 sampai dengan bulan Mei

karena mereka sudah pernah mempelajari 2018.

materi barisan dan deret aritmatika ketika Teknik pengumpulan data yang diguna-

mereka duduk di kelas XI. Namun sebelum kan dalam penelitian ini adalah teknik tes

soal diujicobakan, siswa diinformasikan terle- koneksi matematis, yang digunakan untuk

bih dahulu untuk mempelajari materi tentang mengetahui kemampuan koneksi matematis

barisan dan deret aritmatika agar siswa siap siswa sebelum dan setelah diberikan pembe-

dalam mengerjakan soal yang akan diuji- lajaran menggunakan model discovery lear-

cobakan.

Instrumen soal yang akan digunakan bangkan kemudian divalidasi untuk menda- dalam penelitian sebelumnya dianalisis untuk

patkan LAS yang layak digunakan dalam melihat karakteristik dari butir soal tersebut,

penelitian.

yang meliputi tingkat kesukaran soal dan daya RPP yang disusun dalam penelitian ini pembeda soal. Apabila hampir semua siswa

adalah mengenai materi barisan dan deret mendapatkan nilai rendah atau di bawah

aritmatika. RPP ini disusun berdasarkan KKM (belum tuntas), berarti ada suatu masa-

standar Kurikulum 2013. Setelah menyusun lah yang harus dianalisis oleh guru. RPP yang telah dikonsultasikan bersama

Angket/kuisioner merupakan alat pe- expert , RPP kemudian divalidasi untuk meli- ngumpulan data yang memuat sejumlah

hat analisis kevalidan dan kepraktisan dari pertanyaan atau pernyataan yang harus dija-

RPP tersebut. Validasi yang dilakukan oleh wab oleh subjek penelitian (Mulyatiningsih,

para ahli terhadap perangkat pembelajaran 2011:28). Angket/kuisioner dalam penelitian

meliputi validitas isi dan validitas muka. ini digunakan untuk mengetahui disposisi

Kepada para ahli tersebut diminta untuk matematis awal siswa sebelum diberikan

memberikan pertimbangannya terhadap RPP pembelajaran menggunakan model discovery

yang dibuat peneliti mengenai kesesuaian learning dan disposisi matematis siswa se-

antara identitas mata pelajaran, perumusan telah penerapan rancangan pembelajaran

indikator, perumusan tujuan pembelajaran, menggunakan model discovery learning. pemilihan materi ajar, pemilihan sumber

Untuk mendapatkan angket disposisi belajar, pemilihan media belajar, pendekatan matematis, dalam penyusunan angket diawali

pembelajaran yang digunakan, skenario pem- dengan penyusunan kisi-kisi dan skala

belajaran, dan penilaian. disposisi matematis. Setelah itu dilanjutkan

Observasi merupakan metode pengumpu- dengan menyusun pedoman penskoran angket

lan data melalui pengamatan dan pencatatan disposisi matematisnya. perilaku subjek penelitian yang dilakukan

Angket disposisi matematis yang disusun secara sistematik (Mulyatiningsih, 2011:26). dalam penelitian ini untuk mengetahui dispo-

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini sisi siswa dalam materi barisan dan deret

untuk mengetahui keterlaksanaan sintaks aritmatika yang terdiri dari 37 pernyataan

pembelajaran berdasarkan Rencana Pelaksa- yang bernilai positif dan negatif. Angket

naan Pembelajaran (RPP) dengan model dis- disposisi matematis mengacu pada 6 indikator

covery learning yang dikembangkan selama disposisi matematis yaitu: (a) kepercayaan diri

penelitian berlangsung. Pengamatan dilakukan siswa dalam mengaplikasikan konsep baris

oleh satu orang pengamat. Lembar pengama- dan deret aritmatika yang telah dipelajari

tan keterlaksanaan sintaks pembelajaran ter- sebelumnya ke dalam suatu situasi yang baru;

diri dari langkah-langkah pembelajaran yang (b) keingintahuan dan antusias siswa dalam

termuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembe- menemukan konsep pola pada baris dan deret

lajaran (RPP) yang telah disusun. aritmatika; (c) ketekunan dan kesungguhan dalam memahami konsep baris dan deret arit-

Hasil Penelitian dan Pembahasan

matika; (d) fleksibilitas dalam menemukan

Hasil Penelitian

solusi penyelesaian permasalahan konsep Kegiatan penelitian yang dilakukan pada baris dan deret aritmatika; (e) kecenderungan siklus pertama adalah mempersiapkan ranca- untuk memonitor dan merefleksi proses ber- ngan pembelajaran berupa instrumen peneli- pikir; serta (f) mengaplikasikan konsep baris dan deret aritmatika. tian yaitu: (1) angket disposisi matematis; dan (2) soal pre-test dan post-test kemampuan

LAS disusun sebagai bagian dari koneksi matematis; serta perangkat pembela- scaffolding yang dipersiapkan. LAS yang di-

buat peneliti didasarkan pada kesesuaian jaran yaitu: (3) RPP menggunakan model discovery learning ; dan (4) LAS, yang telah

antara kelayakan isi, bahasa, sajian, dan ke- melalui bimbingan expert, validasi para ahli, grafisannya. Setelah itu LAS yang dikem- antara kelayakan isi, bahasa, sajian, dan ke- melalui bimbingan expert, validasi para ahli, grafisannya. Setelah itu LAS yang dikem-

mendapatkan informasi tentang kemampuan dari tahapan perencanaan penelitian untuk

koneksi matematis siswa pada materi barisan mendapatkan hasil yang maksimal. Berdasar-

dan deret aritmatika setelah menggunakan kan hasil analisis disposisi dan kemampuan

model discovery learning, peneliti memberi- koneksi matematis tersebut, diperoleh bahwa

kan soal post-test pada kelas yang sama. semua siswa mendapatkan nilai pada kategori

Berdasarkan hasil analisis data keterlak- sedang dan rendah sehingga semua siswa di

sanaan RPP dengan menggunakan model kelas XII Akuntansi A akan mendapatkan

discovery learning , dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model

100% langkah-langkah dalam RPP sudah discovery learning .

terlaksana. Dengan nilai keterlaksanaan RPP Sesuai dengan tujuan penelitian yang

setiap kegiatan meliputi: pendahuluan 3.75; pertama yaitu untuk mendapatkan infor-masi

kegiatan inti 4; dan penutup 4. Sehingga tentang disposisi matematis awal siswa pada

berdasarkan tabel 3.24. pada bab sebelumnya, materi barisan dan deret aritmatika sebelum

keterlaksanaan RPP termasuk kategori menggunakan model discovery learning,

“sangat baik” dengan nilai rerata keseluruhan maka dalam tahap look peneliti memberikan

3.96.

angket disposisi matematis pada siswa kelas

XII Akuntansi A. Pembahasan

Selanjutnya pada tahap teach, peneliti Disposisi Matematis , b agian ini merupa- mengelompokkan siswa berdasarkan skor pe-

kan penjelasan dari tujuan penelitian yang rolehan awal angket disposisi matematis dan

pertama dan keempat yaitu untuk mendapat- soal pre-test kemampuan koneksi matematis.

kan informasi tentang disposisi matematis Setelah siswa dikelompokkan di mana tiap

siswa sebelum dan setelah diberikan pembela- kelompok terdiri dari 4 siswa sehingga terda-

jaran dengan model discovery learning pada pat 6 kelompok belajar, pada tahap act

materi barisan dan deret aritmatika. Hasil peneliti kemudian melaksanakan proses pem-

penelitian yang diperoleh mengenai disposisi belajaran menggunakan model discovery

matematis akan dibahas dalam bagian ini. learning dan mempersiapkan LAS untuk

Sesuai dengan hasil data angket disposisi membantu menjembatani pengetahuan awal

matematis yang diperoleh, rerata skor nilai siswa dengan proses pembelajaran yang telah

yang diperoleh siswa sebelum pembelajaran dipersiapkan oleh peneliti.

menggunakan model discovery learning Adapun hal-hal yang dilakukan dalam

adalah 59.97, dan dikategorikan sedang. Hal proses act adalah sebagai berikut: ini dikarenakan siswa yang dipilih adalah

1. Mempersiapkan siswa untuk membentuk siswa jurusan akuntansi, sehingga disposisi kelompok belajar.

matematis mereka tidak rendah. Mereka

2. Setelah siswa berada dalam kelompok umumnya sudah menyenangi mata pelajaran belajarnya masing-masing, siswa diberi-

matematika.

kan LAS dalam tiap kelompok. Setelah mengikuti pembelajaran dengan

3. Siswa disuruh mengisi nama, kelas, dan menggunakan model discovery learning kelompok pada halaman pertama LAS.

dalam materi barisan dan deret aritmatika,

4. Kemudian melaksanakan langkah-langkah disposisi matematis siswa meningkat dengan pembelajaran yang dilakukan guru beserta

rerata 67.71 yang dikategorikan sedang. Me- siswa dalam kelompoknya sesuai dengan

reka semakin antusias dalam proses belajar RPP.

mengajar, keingintahuan mereka juga mening- Selanjutnya, siswa diberikan angket

kat karena dalam proses pembelajaran mereka disposisi dan soal post-test kemampuan ko-

tertantang untuk menemukan sendiri rumus neksi matematis untuk mengetahui peningka-

barisan dan deret aritmatika, sehingga mereka tan hasil belajar siswa setelah mengikuti

tidak hanya sekedar menghapal rumus barisan proses pembelajaran dengan menggunakan

dan deret aritmatika tersebut.

Indikator pertama disposisi matematis yaitu kepercayaan diri siswa dalam mengapli- kasikan rumus barisan dan deret aritmatika yang telah dipelajari sebelumnya ke dalam situasi yang baru, mengalami peningkatan sebesar 8.91%. Hal ini berarti bahwa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggu- nakan model discovery learning, siswa memiliki keyakinan yang lebih baik dalam menyelesaikan soal-soal pada materi barisan dan deret aritmatika. Karena keyakinannya bertambah, siswa menjadi tidak malu ketika disuruh mengerjakan tugas di depan kelas. Sebelum mendapatkan pembelajaran menggu- nakan model discovery learning, sebagian besar siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal hanya diam, tapi setelah mengikuti pembelajaran siswa yang menga- lami kesulitan menjadi tidak sungkan untuk bertanya baik dengan guru maupun dengan teman satu kelompoknya. Sebagian dari mereka juga tidak malu untuk mengemukakan pendapat mereka mengenai perbedaan perhi- tungan dan jawaban yang diperoleh.

Untuk indikator kedua, yaitu keinginta- huan dan antusias siswa dalam menemukan rumus barisan dan deret aritmatika, terjadi peningkatan sebesar 6.51%. Pada saat proses pembelajaran yang dibagi dalam tiap kelom- pok, siswa-siswa diberikan suatu permasala- han mengenai barisan dan deret aritmatika dalam kehidupan sehari-hari.

Pada indikator ketiga dari angket disposisi matematis yaitu ketekunan dan kesungguhan dalam memahami barisan dan deret aritma- tika, peningkatan terjadi sebesar 10.42%. Setelah mendapatkan pembelajaran dengan model discovery learning, siswa tidak mudah putus asa dalam menyelesaikan soal-soal yang sedang mereka kerjakan. Sebelumnya ketika diberikan soal cerita mereka cenderung untuk tidak menjawab soal tersebut dikarenakan tidak ada kesungguhan untuk menyelesaikan- nya, tetapi setelah proses pembelajaran, mereka berusaha untuk menyelesaikan soal materi barisan dan deret aritmatika. Mereka tidak hanya belajar pada saat ada pekerjaan rumah, tetapi mereka mendiskusikan soal-soal yang menantang bersama teman kelompok- nya, dan ketika mendapatkan soal yang sulit

mereka terus berusaha sehingga memperoleh jawaban yang benar.

Dalam proses belajar di kelas, peserta didik perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Peserta didik harus mengkontruksikan penge- tahuan di benak mereka sendiri. Peserta didik harus menemukan dan mentransformasi-kan suatu informasi kompleks ke situasi lain. Dengan dasar itu, maka belajar dan pembela- jaran harus dikemas menjadi proses meng- konstruksi, bukan menerima pengetahuan.

Indikator selanjutnya dari disposisi mate- matis yaitu fleksibilitas dalam menemukan solusi penyelesaian permasalahan materi bari- san dan deret aritmatika mengalami pening- katan sebesar 6.99%. Setelah mengikuti pembelajaran dengan model discovery lear- ning , siswa merasa menjadi lebih tertarik mengikuti pelajaran mengenai materi barisan dan deret aritmatika, dan mereka tidak berusaha untuk menghindari pelajaran terse- but. Ketika mendapatkan soal-soal yang sulit, mereka membaca catatan dan buku pelajaran mengenai materi tersebut dan tidak berhenti untuk mengerjakannya. Sebelum mendapat- kan pembelajaran menggunakan model disco- very learning , siswa cenderung terfokus pada satu jawaban soal untuk satu pertanyaan, setelah mengikuti kegiatan pembelajaran mereka mulai berusaha mencari alternatif lain untuk menyelesaikan soal tersebut.

Indikator yang kelima yaitu kecenderu- ngan untuk memonitor dan merefleksi proses berpikir, mengalami peningkatan sebesar 4.31%. Hal ini dapat diketahui pada saat mereka merasa gelisah saat belum selesai mengerjakan tugas yang diberikan guru, setelah selesai mengerjakan tugas mereka cenderung mencocokkan jawaban yang dipe- roleh dengan teman kelompoknya untuk memeriksa kembali hasil pekerjaan mereka, mereka tidak panik ketika berhadapan dengan soal tes yang bentuknya baru karena mereka merasa mampu untuk menyelesaikan soal tersebut, saat menngerjakan tugas mereka mengoneksikan apa yang telah mereka pelajari sebelumnya karena pada saat proses pembelajaran berlangsung mereka tidak Indikator yang kelima yaitu kecenderu- ngan untuk memonitor dan merefleksi proses berpikir, mengalami peningkatan sebesar 4.31%. Hal ini dapat diketahui pada saat mereka merasa gelisah saat belum selesai mengerjakan tugas yang diberikan guru, setelah selesai mengerjakan tugas mereka cenderung mencocokkan jawaban yang dipe- roleh dengan teman kelompoknya untuk memeriksa kembali hasil pekerjaan mereka, mereka tidak panik ketika berhadapan dengan soal tes yang bentuknya baru karena mereka merasa mampu untuk menyelesaikan soal tersebut, saat menngerjakan tugas mereka mengoneksikan apa yang telah mereka pelajari sebelumnya karena pada saat proses pembelajaran berlangsung mereka tidak

Peningkatan sebesar 8.34% terlihat pada siswa sebelum dan setelah diberikan pembela- indikator terakhir dari angket disposisi

jaran dengan model discovery learning pada matematis yaitu mengaplikasikan materi bari-

materi barisan dan deret aritmatika. Hasil san dan deret aritmatika. Hal ini tampak pada

penelitian yang diperoleh mengenai kemam- kesadaran siswa bahwa materi barisan dan

puan koneksi matematis akan dibahas dalam deret aritmatika dapat membantu memecah-

bagian ini.

kan permasalahan sehari-hari, mereka memer- Sesuai dengan hasil data soal tes kemam- lukan penguasaan materi barisan dan deret

puan koneksi matematis yang diperoleh, rerata aritmatika untuk kehidupan selanjutnya dan

skor nilai yang diperoleh siswa sebelum sangat bermanfaat bagi mata pelajaran lain.

pembelajaran menggunakan model discovery Karena mereka menyadari pentingnya pengu-

learning adalah 22.22, dan dikategorikan ren- asaan materi barisan dan deret aritmatika

dah. Setelah mengikuti pembelajaran dengan maka jika soal yang diberikan berhubungan

menggunakan model discovery learning dengan kegiatan sehari-hari maka mereka

dalam materi barisan dan deret aritmatika, akan lebih mudah memahami soal tersebut. kemampuan koneksi matematis siswa mening-

Berdasarkan persentase peningkatan indi- kat dengan rerata 76.39 yang dikategorikan kator dari angket disposisi matematis, jelas

tinggi.

bahwa rerata nilai akhir angket disposisi Penjabaran tiap item soal akan dibahas matematis juga mengalami peningkatan

satu persatu sesuai dengan indikator pemaha- setelah mendapatkan pembelajaran dengan

man konseptul matematis. model discovery learning, yaitu sebesar 7.74%. Sebelum mendapatkan pembelajaran

1. Item soal nomor 1

dengan model discovery learning, pada dasar- Indikator pertama kemampuan konek- nya disposisi matematis siswa terhadap materi

si matematis dari soal pertama yaitu men- barisan dan deret aritmatika dikate-gorikan

cari hubungan antar topik dalam materi sedang. Persentase pada setiap indikator DM

barisan dan deret aritmatika setelah men- berkisar antara 55,83 sampai 63,99. Indikator

dapatkan pembelajaran dengan model yang paling tinggi adalah siswa cenderung

discovery learning mengalami peningka- untuk memonitor dan merefleksi proses

tan sebesar 48.95%. Siswa de-ngan kode berfikir, yaitu 63,99%. Indikator yang paling

P-01 berusaha menjawab soal dengan cara rendah adalah ketekunan dan kesungguhan

menjumlahkan pan-jang sisi-sisi segitiga dalam mengkoneksikan materi barisan dan

tersebut. Hal ini dikarenakan P-01 kebi- deret aritmetika. ngungan me-nyelesaikan soal. P-01 tidak

bisa mencari hubungan antar topik dengan dengan model discovery learning, mereka

Setelah mendapatkan

pembelajaran

mengoneksikan rumus teorema pytha- yang sebelumnya hanya menghapal rumus

goras ke dalam materi barisan dan deret barisan dan deret aritmatika menjadi bisa

aritmatika. Hal yang sama juga dialami menemukan sendiri rumus tersebut dengan

oleh siswa dengan kode P-07 dan P-13. P- cara memberikan permasalahan nyata dalam

07 mengosongkan lembar jawab karena kehidupan sehari-hari. Hal itulah yang

tidak memahami soal yang diberikan. P- membuat mereka semakin tertantang untuk

07 tidak bisa menyelesaikan permasalahan mempelajari lebih lanjut materi barisan dan

yang ber-kaitan dengan kehidupan sehari- deret aritmatika atas dasar model penemuan

hari karena proses pembelajaran sebelum- sendiri dan mengoneksikan kejadian yang

nya hanya mengambil soal yang sudah terjadi dalam kehidupan sehari-hari ke dalam

terdapat dalam buku paket. Hal yang sama permasalahan matematis. juga terjadi pada siswa dengan kode P-13.

Koneksi Matematis, bagian ini merupakan Berdasarkan jawaban yang diberikan, penjelasan dari tujuan penelitian yang kedua

P-13 berusaha menyelesaikan soal dengan P-13 berusaha menyelesaikan soal dengan

kan untuk menyelesaikan permasalahan sudut dalam segitiga siku-siku dengan sisi

pada mata pelajaran lain khususnya dalam terpanjang. P-13 tidak menggunakan ke-

akuntansi dengan cara mengoneksikan terkaitan antar topik dalam menyelesai-

rumus barisan dan deret aritmatika untuk kan permasalahan yang diberikan.

menyelesaikan soal tersebut. Setelah mengetahui kemampuan ko-

P-01 menyelesaikan soal yang diberi- neksi matematis awal siswa, peneliti

kan hanya dengan cara menjumlahkan kemudian mempersiapkan proses pembe-

tabungan awalnya sebesar Rp. 500.000,00 lajaran dengan menggunakan model dis-

terhadap uang tambahan tiap bulannya covery learning . Peneliti juga memper-

dari tabungan sebelumnya yang sebesar siapkan LAS agar proses pembelajaran

Rp. 100.000,00. Hasil dari penjumlahan sesuai dengan yang diinginkan peneliti. Di

tersebut sebesar Rp. 600.000,00 yang P- dalam LAS, peneliti memberikan perma-

01 maksudkan dan bukan Rp.600.000.000 salahan dalam kehidupan sehari-hari,

Hal tersebut yang menunjukkan kemam- kemudian siswa dalam kelompoknya di-

puan koneksi matematis mereka lemah. bimbing untuk menemukan sendiri rumus

Penyelesaian yang serupa terjadi pada dari barisan dan deret aritmatika yang

siswa dengan kode P-07. dimaksud. Setelah itu diberikan soal post-

P-07 menuliskan yang diketahui dari test untuk mengetahui kemampuan

soal dengan tulisan simbol suku pertama koneksi matematis siswa setelah diberikan

dengan simbol suku ke-n sebesar 500.000. pembelajaran dengan menggunakan mo-

Ia juga menuliskan simbol suku ke-2 del discovery learning.

sebesar 100.000 yang seharusnya menulis Berdasarkan jawaban yang diberikan,

simbol beda dari soal deret tersebut. P-07 tampak bahwa ketiga siswa tersebut dapat

menulis yang ditanyakan dengan simbol mengoneksikan rumus teorema pythago-

suku ke-3 padahal yang ditanyakan adalah ras untuk menyelesaikan soal barisan dan

suku ke-36 (3 tahun sama dengan 36 deret aritmatika. Meskipun jawaban yang

bulan). Akibat dari yang ditanyakan diberikan ketiga siswa tersebut belum

adalah suku ke-3 maka P-07 menulis lengkap karena tidak menyelesaikan men-

jawaban dengan rumus suku ke-3 𝑢 3 = cari panjang dua sisi segitiga, akan tetapi

𝑎𝑟 2 . Suku pertama yang seharusnya tidak setelah mengikuti kegiatan pembe-lajaran

memiliki pangkat dua, ia tulis dengan dengan menggunakan model discovery

pangkat dua. Penulisan pecahan dengan learning , mereka menjadi lebih kreatif

penyebut 50.000 juga keliru karena rumus untuk menyelesaikan soal dengan meng-

suku ke-n tidak menggunakan pecahan. gunakan teorema pythagoras. Mereka bisa

Kekeliruan terus berlanjut dengan menu- mencari hubungan antar topik dalam

liskan hasil dari 500.000 pangkat dua materi barisan dan deret aritmatika.

adalah 100.000. hasil dari pembagian 100.000 terhadap 50.000 juga keliru. Di

2. Item soal nomor 2 samping itu ada penyelesaian 100.000 Untuk indikator yang kedua yaitu

dibagi 2 tiba-tiba muncul yang tanpa menghubungkan materi barisan dan deret

adanya hubungan denga penyelesaian aritmatika dengan disiplin ilmu lain atau

sebelumnya. Hal ini menunjukkan P-07 mata pelajaran lain, mengalami peningka-

memiliki koneksi matematis yang lemah. tan sebesar 51.05%. sebelum diberikan

Peristiwa yang sama juga terjadi pada pembelajaran dengan model discovery

siswa dengan kode P-13. learning , siswa mengalami kesulitan da-

P-13 menuliskan yang diketahui dari lam menyelesaikan soal karena terkecoh

soal yang diberikan. Suku pertama dan dengan bentuk soal dalam mata pelajaran

beda dari deret aritmatika sudah benar. Ia akuntansi. Padahal seharusnya materi

hanya tidak menuliskan pertanyaan atau hanya tidak menuliskan pertanyaan atau

mensubstitusikan nilai n dengan angka 46 Dalam soal ini diketahui barisan yang mengakibatkan hasil dari penyele-

aritmatikanya dan yang ditanyakan nilai n saiannya ikut keliru.

nya. Siswa menjawab soal menggunakan Berdasarkan permasalahan yang diha-

nalar mereka dengan cara yang panjang, dapi siswa tersebut, dalam proses pembe-

tidak sistematis menggunakan rumus yang lajaran menggunakan model discovery

telah dipelajari. Hal itu terjadi karena learning , dalam LAS diberikan permasa-

mereka hanya menghapal rumus yang lahan yang mengarah pada cara penyele-

diberikan. Rumus tersebut diberikan guru saian soal dengan menggunakan rumus

secara langsung tanpa mengetahui secara barisan dan deret aritmatika. Siswa

langsung dari mana rumus tersebut dibimbing untuk menghubungkan materi

berasal, sehingga mereka tidak bisa me- barisan dan deret aritmatika untuk

ngingat sewaktu-waktu mereka lupa. menyelesaikan permasalahan pada mata

P-01 mengosongkan lembar jawab pelajaran akuntansi seperti contoh soal

karena P-01 lupa rumus barisan dan deret yang diberikan. Pembelajaran dengan

aritmatika. Selain itu P-01 hanya me- model discovery learning ini dilatar-

nerka-nerka dan tidak menemukan solusi belakangi oleh teori Brousseau (1997) di

untuk menyelesaikan permasalahan yang mana aksi seorang guru dalam proses

diberikan. Hal yang sama juga terjadi pembelajaran akan menciptakan sebuah

pada P-07 yaitu mengosongkan lembar situasi yang dapat menjadi titik awal bagi

jawaban. Hal tersebut terjadi karena P-07 terjadinya proses belajar.

lupa pada rumus barisan dan deret Hal ini terjadi pada saat siswa

aritmatika yang sudah diajarkan. Berbeda mengetahui koneksi antara materi barisan

hal nya dengan P-13 yang memberikan dan deret aritmatika dapat menyelesaikan

jawaban dengan memasukkan nilai-nilai a permasalahan pada mata pelajaran akun-

dan b yang sudah diketahui, akan tetapi P- tansi. Inilah yang menjadi titik awal pro-