Pengaruh Pengolahan terhadap Kandungan Poliphenol dan Antosianin Beras Wulung yang Berpotensi sebagai Makanan Diet Penderita Diabetes Mellitus Effect of Cooking on Polyphenols and Anthocyanins of Wulung rice Potentialy as Functional Food for Patients with

Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 07 Tahun 2013

Pengaruh Pengolahan terhadap Kandungan Poliphenol dan Antosianin Beras
Wulung yang Berpotensi sebagai Makanan Diet Penderita Diabetes Mellitus
Effect of Cooking on Polyphenols and Anthocyanins of Wulung rice Potentialy as
Functional Food for Patients with Diabetes Mellitus
Sri Hartati
Fakultas Pertanian, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
E-mail : tatik_univet@yahoo.com
Abstract
Wulung rice called black rice in Java, it was believed the functional food for Diabetes Mellitus. The
purpose studies was to determine the chemical content of rice like the moisture content, carbohydrate,
protein, fat, ash and to know the changes in polyphenolic and anthocyanin levels after cooking and a
flour product. The Results showed that is a carbohydrate (64.98% wb), protein 15.41% wb, fat 4.23%
wb, minerals (ash) 2.04% wb, crude fiber 3.52% wb and moisture 13.34%. There were no differences
between the levels of phenols for whole grain that has been processed into rice, but there were
significant differences with flour. Total phenol of whole grain, flour, and rice respectively are 0.76,
0.55 and 0.84 mg. There were significant decreasing of anthocyanin in processing to the flour and
rice. The decrease in anthocyanin 83.60% occur in the processing of rice. Anthocyanin of whole grain,
flour and rice respectively: 2.8918, 2.4091 and 0.4741 mg/100g (% db).
Keyword : wulung rice, poliphenol, antosianin, diabetes mellitus


Berbagai penelitian telah dilakukan di

PENDAHULUAN

beberapa negara berkembang dan data WHO
Diabetes

Mellitus

(DM)

tergolong

menunjukkan

bahwa

peningkatan


tertinggi

penyakit degeneratif yang prevalensinya cukup

jumlah pasien diabetes terjadi di Asia Tenggara

tinggi. Angka insiden dan prevalensi DM

termasuk Indonesia yang menempati peringkat

cenderung meningkat dari berbagai penelitian

ke-5 di dunia (Suyono, 2006). Kecenderungan

epidemiology. Prevalensi DM di dunia menurut

meningkatnya penyakit degeneratif diperlukan

International


suatu

mencapai

Diabetes
246

juta

Federation
tahun

2007

(IDF)
dan

preventif

melalui


pengembangan

makanan/minuman yang menyehatkan.

diproyeksikan menjadi 380 juta pada tahun

Makanan (pangan) fungsional adalah

2025. (Perkem Ind, 2006; Pimentel,P, 2007).

pangan yang selain bergizi juga mempunyai

WHO memprediksi di Indonesia terdapat

pengaruh positif terhadap kesehatan seseorang

kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun

(Muchtadi


2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.

diharapkan

Prevalensi Diabetes type 2 meningkat secara

kesehatan, makanan fungsional tidak dianggap

eksponensial, dan diperkirakan mencapai lebih

sebagai obat, melainkan dikategorikan tetap

300 juta kasus pada tahun 2030 (Wild et al,

sebagai makanan. Oleh karena itu makanan

2004).

fungsional

57

dan

Hanny,

1996).

memberikan

seharusnya

Meskipun

manfaat

dikonsumsi

bagi


sebagai

Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 07 Tahun 2013

layaknya makanan sehari-hari, bentuknya dapat

Belum diperoleh informasi seberapa

berupa makanan atau minuman (Fardiaz, 1997;

besar perubahan kandungan total poliphenol

Hilliam, 2000).

dan kadar antosianin beras wulung setelah

Beras merupakan salah satu padi-padian

dilakukan penanakan sehingga potensi sebagai


paling penting di dunia untuk dikonsumsi

makanan diet terapi

manusia. Diantara varian beras dijumpai beras

setelah pemasakan. Selain dimasak menjadi

hitam (Oryza sativa L. indica). Beras hitam ini,

nasi, beras seringkali juga diproses menjadi

memiliki nama yang berbeda-beda tergantung

tepung untuk dipergunakan sebagai bahan

di mana beras hitam tersebut berada. Beras

pembuatan makanan dalam bentuk selain nasi.


hitam yang ada di Solo dikenal dengan nama

Belum diketahui, apakah pembuatan tepung

"beras wulung". Menurut sejarahnya, dulunya

beras hitam juga akan mengubah komponen

beras Wulung merupakan beras pilihan yang

poliphenol dan kadar antosianinya. Untuk

hanya

menjawab

ditanam

Keraton


dan

Kasunanan

dipergunakan

dalam

Surakarta,

khusus

untuk

jenis

ritual

pertanyaan-pertanyaan


tersebut

penelitian ini dilakukan.

dikonsumsi di lingkungan para Raja dan
digunakan

masih dipertahankan

Penelitian

tertentu,

ini

bertujuan

untuk

mengetahui kandungan kimia beras wulung

(Kristamtini, 2009; Tri Dewanti, 2009).

meliputi kadar air, karbohidrat, protein, lemak,

Dilaporkan bahwa dalam dedak beras

dan abu serta mengetahui perubahan komponen

hitam terdapat kandungan antosianin (salah satu

poliphenol (total phenol) dan kadar anthosianin

kelompok antioksidan) sebanyak 5,55 mg/g

setelah dilakukan pemasakan menjadi nasi dan

bahan (Ono, et al., 2003). Pada lapisan kulit

menjadi tepung (powder) yang dibandingkan

terluar (outer layer), beras hitam memiliki

tanpa

kandungan

dalamnya

meliputi analisa proksimat bahan baku (beras

termasuk antosianin sebanyak 6,4 g/100 gr kulit

wulung pecah kulit) dan pengamatan perubahan

terluar.

kadar poliphenol dan kadar antosianin sebelum

flavonoid

Pengaruh

(termasuk

di

homeostatistik

yang

positif

dalamnya
glukosa

di

dari

poliphenol

flavonoid)
ditunjukkan

pada

pengolahan

dalam
METODOLOGI

hewan coba yang didukung dengan bukti-bukti
pada

kaya

Penelitian ini merupakan penelitian

poliphenol

eksperimen yang dilaksanakan di Laboratorium

(Hanhineva et al, 2010). Oleh karena itu beras

MIPA Universitas Veteran Bangun Nusantara

wulung diketahui mempunyai potensi dalam

Sukoharjo. Bahan penelitian terutama beras

penurunan gula darah sehingga sangat cocok

wulung varietas asal Boyolali diambil dari

dikonsumsi

Gabungan

sebagai

diet

Pengamatan

pengolahan dan sesudah pengolahan.

sejumlah besar penilitian in vitro pada beberapa

epidemiologi

(kontrol).

makanan

diet

para

penderita Diabetes Mellitus (DM).

Kelompok

Tani

(GAPOKTAN)

MARSUDI MULYO Dukuh Surodhuwur, Desa
58

Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 07 Tahun 2013

Tawangsari, Kecamatan Teras,

Kabupaten

Lengkap

(RAL)

Pola

Searah.

Perlakuan

(variabel tetap) adalah Metode/cara pengolahan

Boyolali.

beras wulung (yaitu beras wulung pecah kulit

Dari Gambar 1 terlihat bahwa penelitian
untuk

(tanpa pengolahan, pengolahan menjadi nasi

mengetahui komponen kimia yang dikandung

dan pengolahan menjadi tepung melalui proses

dalam beras wulung meliputi : kadar air

penyangraian).

(metode analisa Thermogravimetri), karbohidrat

adalah zat-zat potensi yaitu total phenol dan

(by different), protein (metode Kjeldahl), lemak

total

(metode Soxhlet), mineral total (cara kering)

diulang 2 kali, dengan analisa sampel adalah

serta serat kasar (hidrolisa asam kuat). Sebagai

triple. Data yang diperoleh dianalisis dengan

pembanding dilakukan pula analisa proksimat

One Way Anova. Bila terdapat perbedaan antar

beras merah.

perlakuan dilanjutkan dengan Uji Duncan.

diawali

dengan

analisa

proksimat

sedang

antosianin.

variabel

Masing-masing

tergantung

perlakuan

Beras wulung dimasak/diolah dengan dua cara
pengolahan yaitu diolah menjadi tepung beras

HASIL DAN PEMBAHASAN

hitam dengan cara sangrai menggunakan media

Hasil Analisa Proksimat Beras Wulung

pasir, dan diolah menjadi nasi hitam dengan alat

Sebelum beras wulung diolah, terlebih

Rice Cooker. Analisa kandungan poliphenol

dahulu dianalisis proksimat untuk mengetahui

(total phenol) menggunakan metode yang

komponen-komponen di dalamnya meliputi

dikembangkan oleh Taga et al (1984) sedang

analisis kadar air, mineral, lemak, protein,

analisa

antosianin

karbohidrat dan serat kasar. Hasil analisa

menggunakan metode yang dikembangkan oleh

proksimat komponen beras wulung dan beras

Markakis (1982). Analisa dilakukan baik pada

merah sebagaimana tampak pada Tabel 1.

kandungan

total

beras wulung sebelum dimasak (beras pecah

Tabel 1 tampak bahwa pada semua

kulit), tepung beras wulung dan nasi beras

komponen yang diuji antara beras wulung

wulung

pengaruh

(beras hitam) dan beras merah tidak banyak

perubahannya. Proses penanakan nasi dilakukan

perbedaan. Tampak pula bahwa baik beras

seperti terlihat pada Gambar 2, sedang proses

wulung

pembuatan powder/tepung seperti tampak pada

terbesar adalah karbohidrat yaitu 64,98 % pada

Gambar 3. Analisa Kandungan Total Antosianin

beras wulung sedang beras merah adalah

(Markakis, 1982). Analisa Kandungan Total

65,59%.

untuk

mengetahui

maupun

beras

merah

komponen

Kadar protein baik pada beras wulung

Phenol (Taga et al, 1984)

maupun beras merah juga relatif tinggi yakni
15,41%. Hasil ini memperlihatkan jauh lebih

Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan

tinggi dibanding penelitian Sompong et al

dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak

(2011) yang menunjukkan dari 9 varietas beras
59

Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 07 Tahun 2013

merah yang diuji kadar maksimum kadar

Gambar 4 tampak bahwa terdapat

protein adalah 10.36 ± 0.04 %. Pada 3 varietas

perubahan fisik yang sangat berbeda dari bahan

beras hitam yang diuji berkisar 8.17 ± 0.41 %

awal yaitu beras wulung pecah kulit baik

(minimum) dan 10.85 ± 0.09 % (maksimum).

setelah diolah menjadi tepung beras wulung

Kadar lemak (4,23% pada beras wulung

maupun menjadi nasi wulung. Perbedaan terjadi

dan 4,15% pada beras merah) serta kadar

karena beras telah mengalami penambahan air

mineral total (beras wulung 2,04% dan beras

dan perlakuan panas. Selain perubahan fisik

merah 1,57%) pada sampel yang diuji diperoleh

tersebut beras wulung juga diuji perubahan

hasil yang mirip dengan yang dilakukan

kimianya

Sompong et al (2011) yang mempelihatkan

poliphenolnya

diantara sampel yang diuji bervariasi 2.85 ±

antosianin.

khususnya
(total

terhadap
phenol)

komponen
dan

kadar

0.09 - 3.72 ± 0.06 % kadar lemak beras hitam

Hasil penelitian terhadap kandungan

dan 1.74 sampai 1,48 g/100 g db) kadar

total phenol baik pada saat masih dalam bentuk

mineral. Sedang Deepa et al. (2008) dalam

beras, setelah diolah menjadi tepung beras

penelitiannya terhadap beras Njavara, yaitu

wulung dengan cara sangrai serta diolah

beras berwarna merah yang dipercaya berkasiat

menjadi nasi beras wulung dengan Rice cooker

obat (a medicinal rice) di India mempunyai

tampak sebagaimana pada Gambar 5.
Gambar 5 menunjukkan bahwa tidak

komponen 73% Karbohidrat, 9.5% protein,

terdapat perbedaan kadar total phenol antara

2.5% lemak, 1.4% abu.

beras wulung (pecah kulit) dengan yang telah
Pengaruh Pengolahan Beras
terhadap Kandungan Total Phenol

diolah menjadi nasi wulung, namun terdapat

Wulung

perbedaan yang signifikan (P