Tinjauan Sejarah Pembentukan tinggi pertanian

Tinjauan Sejarah Pembentukan
Selama ini, bidang agraria ditangani oleh Badan Pertanahan Nasional. Namun, berdasarkan
catatan sejarahnya, pembentukan Kementerian Agraria bukan sesuatu yang baru.
Kementerian Agraria pernah terwujud pada saat Orde Lama, yaitu pada masa Kabinet AliWongso-Arifin tahun 1953 (Sumber: Perkembangan Kelembagaan Pertanahan/Agraria,
Tubagus Haedar Ali). Sayangnya, pada tahun 1965,Kementerian Agraria berubah status
menjadi Direktorat Jenderal Agraria di bawah lingkungan Kementerian Dalam Negeri.
Tarik ulur terus berlanjut. Menteri Negara Agraria kembali dibentuk pada tahun 1993 dengan
tugas dan wewenang berkaitan dengan urusan pertanahan/agraria. Pada masa pemerintahan
Presiden Abdurachman Wahid pada tahun 1999, Menteri Negara Agraria dihapus dan BPN
dipimpin oleh Kepala BPN yang dirangkap Menteri Dalam Negeri.
Era kabinet Presiden Megawati tahun 2001 lain lagi. Kepala BPN dijabat oleh seseorang yang
diangkat tersendiri, tidak dirangkap oleh Menteri Dalam Negeri. Baik pada masa
Abdurrahman Wahid maupun Megawati, tata guna tanah dan pengaturan penguasaan tanah
menjadi tugas, wewenang, dan tanggung jawab Deputi Bidang Tata Laksana Pertanahan.
Bagaimana halnya dengan bidang Tata Ruang? Tata Ruang, saat ini selain berada di bawah
Kementerian Pekerjaan Umum cq Direktorat Jenderal Penataan Ruang, juga tersebar di
beberapa kementerian lain. Kementerian lain yang juga mengurusi tata ruang contohnya,
Direktorat Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup yang ada di Direktorat Jenderal
Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri. Pengaturan yang tidak berada pada
satu lembaga terkadang menyebabkan tumpang tindih kewenangan serta permasalahan
koordinasi. Ujungnya bermuara pada rumitnya proses pemanfaatan ruang maupun perubahan

peruntukan dan fungsi ruang.
Sama halnya dengan bidang agraria, bidang tata ruang juga mengalami pasang surut. Menurut
catatan sejarahnya, (Sumber: Kelembagaan Tata Ruang di Lingkungan Departemen PU,
Renyansih & Budisantoso), sejak masa Orde Baru, sempat bernama Direktorat Tata Kota dan
Daerah di bawah Departemen Pekerjaan Umum. Pada tahun 1977, namanya sedikit berubah
menjadi Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Departemen Pekerjaan Umum. Tahun 1994, mengalami pergantian nama menjadi Direktorat
Bina Tata Perkotaan dan Perdesaan (BTPP).
Pada era reformasi, 1999, lahirlah Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah
(Kimbangwil). Tahun 2001, lahir Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah dengan
Direktorat Jenderal Penataan Ruang. Saat ini, Direktorat Jenderal Penataan Ruang ada di
lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.
Bidang Penataan Ruang dalam Undang-Undang Penataan Ruang
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang memang tidak secara spesifik
mengatur tentang Menteri atau Kementerian yang membidangi Tata Ruang. Dalam Pasal 9
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 hanya diamanatkan bahwa penyelenggaraan penataan
ruang dilaksanakan oleh seorang Menteri. Tapi, ada satu yang pasti. Dalam Undang-Undang
tersebut secara jelas mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ruang adalah wadah yang
meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu


kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya. Sehingga, tidak hanya mengatur dan menata ruang darat
atau tanah saja. Walaupun, patut diakui, penataan ruang yang ada saat ini, masih kental
dengan aroma penataan “ruang darat”. Penataan ruang yang cenderung menitikberatkan pada
penataan “ruang darat” ini pula yang menyebabkan ruang lainnya sedikit terabaikan.
Kaitan Agraria dan Tata Ruang
Bidang Agraria/Pertanahan, sering terkait dengan hal penataan hak atas tanah atau pendataan
hak atas tanah (land register). Saat ini, masih banyak persoalan terkait dengan penatagunaan
tanah, pengendalian penguasaan tanah, pendataan hak atas tanah/pemilikan tanah, serta
verifikasi tanah-tanah negara yang masih dikuasai pihak lain. Tentunya ini merupakan
pekerjaan rumah yang harus dihadapi. Menurut Undang-Undang Pokok Agraria, pengertian
agraria secara luas juga meliputi bumi, air, dan ruang angkasa (pasal 1) sedangkan pengertian
agraria secara sempit, yaitu tanah (pasal 4).
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Penataan ruang, salah satunya juga mengatur tentang
peruntukan (land use).
Upaya penggabungan antara Agraria dengan Tata Ruang, menurut hemat saya, terkait dengan
simpang siurnya pengaturan antara pendataan hak atas tanah (land register) dengan
peruntukkannya (land use). Sering kita jumpai ketidaksesuaian antara status tanah dengan
peruntukannya. Dengan menjadikan Agraria dan Tata Ruang di bawah satu atap Kementerian,

diharapkan, terdapat kesesuaian antara penataan hak atas tanah dan peruntukannya.Walaupun,
tetap pula menyisakan tanya, “Bagaimana dengan penataan ruang laut, ruang udara, dan
ruang bawah bumi?”. Tentunya masih pula dilakukan koordinasi dengan kementerian lainnya.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Akankah Kementerian Agraria dan Tata Ruang yang dibentuk oleh Presiden Jokowi berjalan
efektif dalam menjawab berbagai permasalahan penatagunaan tanah dan tata ruang? Mungkin
belum bisa terjawab secara pasti. Masih menunggu kiprahnya ke depan. Namun, upaya
penggabungan antara agraria dan tata ruang diharapkan dapat menjawab berbagai
permasalahan terkait sengketa lahan antara peruntukan dan status lahannya.
Langkah paling dekat setelah pembentukan kementerian baru tersebut adalah penyusunan
struktur organisasi kementerian. Diharapkan struktur organisasi yang terbentuk dapat
mengakomodasi sinkronisasi penanganan antara peruntukan lahan (land use) dan status
lahannya (land register). Keselarasan antara tata ruang dengan agraria. Selain itu, untuk
memudahkan koordinasi, bidang penataan ruang yang saat ini masih tersebar di berbagai
kementerian lain dapat dilebur atau ditarik ke Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Pada
akhirnya. reformasi pertanahan dapat terwujud untuk menyelesaikan rumitnya penyelesaian
sengketa lahan yang menyangkut kewenangan beberapa kementerian