Politik Keamanan Internasional dan Poli (1)

Summary
”Politik Keamanan Internasional dan Politik Luar Negeri Indonesia”
Tulisan berikut merupakan summary dari tulisan M. Riefqi Muna, “Politik-keamanan
Internasional dan Politik Luar Negeri Indonesia” dalam Ganewati Wuryandari (ed.)
2011, Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Arus Perubahan Politik Internasional,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 139-169.
Pada tulisannya, Riefqi Muna menjelaskan mengenai pendekatan dan analisa
dalam memahami politik luar negeri dan politik-keamanan Internasional. Politik Luar
negeri sering kali dianggap sebagai perpanjangan dari politik dalam negeri, dan dari hal
itu jelas bahwa interaksi masyarakat suatu negara dalam sistem internasional
merupakan bagian dari pegambilan kebijakan luar negeri suatu negara. Selain itu di
dalam tulisannya Riefqi Muna juga menjelaskan mengenai tantangan-tantangan yang
dihadapi negara dalam hal keamanan.
Pada penjelasan awal Riefqi Muna menjelaskan mengenai perubahan dan
kompleksitas

sistem

Internasional.

Pendekatan


dan

analisis

Internasional

membutuhkan pembaharuan yang berkala dan rutin sesuai dengan perkembangan
fenomena-fenomena yang terjadi. Seperti halnya pengkajian mengenai keamanan dan
politik luar negeri perkembangannya mengikuti berbagai aspek. Hubungan internasional
di dalam sistem dunia yang multipolaritas melibatkan aktor-aktor internasional yang
memiliki kekuatan yang berbeda-beda. Dalam situasi seperti ini Indonesia dituntut untuk
dapat menupayakan untuk dapat mencapai kepentingan nasional, karena hal ini
merupakan barometer bagi diplomasi Indonesia. Sistem internasional saat ini bersifat
sangat kompleks. Dengan mempertimbangkan komplesitas sistem internasional
terhadap permasalahan politik keamanan yang berkaitan dan bersifat multidimensi
mengakibatkan dalam hal penyusunan strategi dan kebijakan sertaa praktek diplomatik
harus dilakukan dengan seksama.
Kompleksitas yang terdapat dalam sistem tersebut disebabkan karena adanya
kaitan antara berbagai variable dan tingkat analisis yang digunakan. Kompleksitas yang

dialami dalam hal lingkup internasional maka aspek-aspeknya juga tidak hanya bersifat
lokal namun sudah meluas ke dalam tingkat global. Dengan adanya perkembangan

teknologi informasi dan komunikasi memberikan dampak langsung terhadap persoalan
politik dan keamanan negara, karena jarak dan waktu tidak lagi menjadi suatu
hambatan yang besar. Sehingga dengan begitu untuk mencapai tujuan dan
kepentingan nasional akan lebih mudah. Akan tetapi, kemajuan teknologi tidak hanya
memberikan manfaat dan kemudahan tetapi juga memberikan efek buruk jika
digunakan oleh pihak yang salah, seperti dalam kasus terorisme.
Dilihat dari sistem internasional yang semakin kompleks ini pendekatan yang
dapat digunakan dalam menganalisa hal ini yaitu complex system, terutama pada
permasalahan politik dan keamanan Indonesia. Pendekatan ini merupakan pengganti
dari kajian dan konsep yang terlalu terfokus terhadap negara dan konsep kedaulatan.
Namun kedaulatan mengalami perluasan makna. Terutama sejak tahun 1999, pada
saat itu sekjen PBB Kofi Annan menjelaskan bahwa kedaulatan terdiri dari dua aspek,
yaitu kedaulatan negara dan kedaulatan manusia.
Sistem internasional yang berdasarkan pada interaksi dari elemen-elemen
pembentuk yang saling berkaitan menunjukkan permasalahan politik-keamanan yang
mengalami perubahan oleh beberapa faktor. Misalnya terjadinya perubahan terhadap
pencaturan dunia Internasional dengan kemunculan aktor-aktor internasional dan

institusi serta rezim internasional. Agar dapat memahami hal ini dapat menggunakan
pendekatan system thinking dimana dengan sistem ini tidak mudah percaya pada
dominasi dari suatu teori.
Perkembangan struktur internasional yang semakin cepat memunculkan
kecenderungan politik-keamanan untuk semakin maju. Hal ini dapat dilihat dari
keruntuhan tembok berlin serta hancurnya uni soviet, dan polaritas dunia yang berubah
menjadi bipolar dan kemudian seolah-olah menjadi unipolar dengan hegemoni dan
kekuasaan dari Amerika Serikat. Melalui hegemoninya Amerika Serikat bertindak
seolah-olah sebagai ‘polisi dunia’ dalam menyikapi berbagai ancaman internasional
terutama masalah terorisme.
Hegemoni dan dominasi Amerika Serikat di dalam politik Internasional mendapat
respon negatif dari berbagai negara. Terutama ketika Amerika Serikat melancarkan
serangannya terhadap Iraq dan afganistan. Presiden Rusia, Vladimir Putin, bahkan
secara terang-terangan menyatakan menolak dan tidak mendukung Amerika dalam hal

ini, karena menurutnya perdamaian dunia tidak dapat tercapai dengan hadirnya
Amerika Serikat di Iraq dan Afghanistan dengan membawa ideologi demokrasinya. Hal
ini justru akan menimbulkan perlawanan militer. Selain itu, unilateral Amerika Serikat
kini mulai mengalami penurunan, serta hegemoni dan kekuatan militernya turut
merosot. Apalagi jika dilihat dari segi ekonomi dan politik. Meskipun belum dapat

menyaingi secara sepenuhnya, namun kehadiran China dan India dalam pencaturan
politik dan ekonomi dunia turut memberikan ancaman tersendiri bagi Amerika Serikat,
dan hal ini terjadi ketika Amerika sedang mengalami krisis moneter besar-besaran.
Ditambah lagi dengan Eropa dengan perkembangan Uni Eropa yang semakin solid.
Perubahan sistem dunia dengan kemunculan negara-negara yang ikut
mendominasi politik dan ekonomi dunia membuat sistem dunia menuju kepada sistem
mulitpolar. Dari hal ini turut membuat cakupan keamanan menjadi lebih luas, tidak lagi
hanya menyangkut masalah keamanan militer, namun lebih fokus pada objek dari
keamanan nasional itu sendiri. Meskipun begitu, peran dari militer di sebuah negara
tetaplah sangat penting demi keamanan nasional. Namun, keamanan sendiri pada
masing-masing negara memiliki pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan keadaan
lingkungan, kondisi sejarah, situasi politik dan ekonomi masing-masing negara.
Permasalahan keamanan yang kini dihadapi di dalam politik global dijelaskan
oleh Riefqi Muna melalui analogi axis geometris. Dimana keamanan negara dan
struktur politik berada pada persoalan keamanan yang vertical, sedangkan keamanan
horizontal berupa permasalahan keamanan yang menyebar melalui batas-batas
geografis. Keadaan yang biasa menerpa negara berkembang yaitu baik dari sisi
keamanan horizontal maupun vertical berada dalam keadaan genting.
Permahaman manusia terhadap lingkungan dan revolusi di dalam IPTEK
memperumit sistem di dalam dunia internasional itu sendiri. Dalam keadaan seperti ini

ketergantungan negara satu dan negara lainnya semakin meningkat, pemikiran
mengenai keamanan kini telah mengarah pada keamanan untuk manusia. Perluasan
makna dari keamanan ini memberikan negara semacam ‘pressure’. Hal ini disebabkan
karena negara selama ini yang menjadi objek keamanan statusnya mulai bergeser.