PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA KPI TER

ETIKA DAN REGULASI MEDIA
Peran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) terhadap tayangan sinetron (studi
pada tayangan sinetron anak langit di SCTV).

Oleh:
NURUL AZKA
NIM: 0802514103

PEMINATAN BROADCASTING AND NEW MEDIA
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA
JAKARTA
2018

PENDAHULUAN
Dalam setiap situasi dan dalam berbagai keadaan lainya setiap hari, proses
komunikasi merupakan hal yang benar-benar mendasar. Tidak ada kegiatan yang
lebih mendasar untuk kehidupan kita secara pribadi, sosial, atau profesional
kecuali komunikasi Brent D. Ruben, Lea P. Stewart (2013: 4).1 Komunikasi
manusia adalah proses melalui mana individu dalam hubungan, kelompok,

organisasi, dan masyarakat membuat dan menggunakan informasi untuk
berhubungan satu sama lain dan dengan lingkunganya.2 Dalam komunikasi
terdapat prosses penyampaian pesan dari satu pihak ke pihak lain. Penyampaian
pesan yang dilakukan adalah dengan menggunakan banyak media salah satunya
adalah media massa. Bentuk dari media massa tersebut antara lain seperti media
cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (televisi, radio, internet),
buku dan film.
Media massa telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Di Indonesia
sendiri hampir semua masyarakatnya terutama yang berada di perkotaan memiliki
akses untuk mencapai sebuah informasi yang mereka butuhkan. Media massa
merupakan sebuah alat yang digunakan untuk menyampaikan sebuah pesan-pesan
dari sumber kepada khalayaknya. Sebelumnya media massa memiliki berbagai
macam atau tipe yang pertama ialah media massa cetak meliputi surat kabar,
majalah, tabloit, koran dan sebagainya. Kemudian media massa elektroknik yang
meliputi TV,radio, film dan sebagainya. Masyarakat membutuhkan media massa
di dalam kehidupan sehari-hari untuk memperoleh berbagai macam sarana seperti
sebagai sumber informasi, sarana hiburan sarana pendidikan, dan lain sebagainya.
Dengan adanya teknologi, dapat membantu individu dalam cara berfikir dan
berperilaku di masyarakat. McLuhan menguraikan bahwa media secara umum
adalah perpanjangan alat indra manusia. Dengan media, kita memperoleh

informasi tentang benda, orang, dan tempat yang tidak kita alami secara langsung.
Dunia ini terlalu luas untuk kita masuki semuanya, dan media datang
1 Brent D. Ruben, Lea P. Stewart. 2013. Komunikasi dan Perilaku Manusia. Edisi: Kelima.
(Terjemah). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal. 4
2 Ibid, hal. 19
3 Nurudin. 2009. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers. Hal. 5
2

menyampaikan berbagai pesan tentang lingkungan sosial, politik, dan lain-lain.
Bahkan, McLuhan menyebut bahwa media atau medium adalah pesan (the
medium is the message), artinya medium saja sudah menjadi pesan.3
Fenomena-fenomena kekerasan dan pelecehan di media televisi yang terjadi
kepada anak-anak menjadi bukti bagaimana tayangan televisi kini dapat
membentuk perilaku khalayak. Penyiaran televisi adalah media komunikasi massa
dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara
dan gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang
teratur dan berkesinambung.4
Berbagai program ditayangkan oleh stasiun-stasiun televisi, salah satu
program yang ditayangkan adalah program sinetron. Televisi mempengaruhi sifat
dasar pendidikan dan mengurangi seni percakapan langsung. Walaupun demikian,

yang dapat khalayak lakukan hanyalah duduk dan menerima apapun yang
disampaikan oleh televisi. Melihat dampak negatifnya lebih tinggi dibandingkan
dampak positifnya suatu program sinetron, perdebatan ini menjadi perhatian
berbagai kalangan.
Sangat di sayangkan banyak program-program yang disiarkan di televisi
swasta dikuasai oleh orang-orang yang mencari keuntungan semata. Program
sinetron pada saat ini cenderung ke arah negatif. Bahkan banyak program sinetron
yang melanggar UU Penyiaran yaitu pada pasal 4 mengenai penyiaran sebagai
kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media informasi,
pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial.5 Orang-orang
pertelevisian sudah tidak lagi memikirkan pengaruh apa yang diakibatkan dari
tayangan-tayangan yang mereka tayangkan, mereka hanya memikirkan rating dan
keuntungan semata.
Peran serta masyarakat untuk melakukan pemantauan terhadap isi siaran
televisi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Di samping itu, terdapat Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI) yang memiliki peran dan wewenang terhadap batasan
program siaran di televisi Indonesia. Tayangan bermasalah yang melanggar
3Anwar Arifin, 2003. Komunikasi Politik. Jakarta: Balai Pustaka, hal. 92
4 Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). UU Tentang Penyiaran no. 32 Tahun 2002. Hal, 5.
5 Ibid, hal 4


P3SPS, merupakan pengawasan dari pihak KPI. Komisi Penyiaran Indonesia
(KPI) adalah lembaga Negara yang bersifat independen yang ada di pusat maupun
daerah yang tugas dan wewenangnya diatur dalam Undang-Undang ini sebagai
wujud peran serta masyarakat di bidang penyiaran.6 Sejauh ini, walaupun belum
sangat terlihat kerja dari KPI, tetapi KPI telah menunjukkan beberapa kerjanya
seperti teguran kepada beberapa program yang memiliki masalah.
Gambar 1.1
Rekapitulasi Sanksi KPI tahun 2014 dan 2015

Sumber: Admin Dunia TV. 2015. Rekapitulasi Sanksi KPI tahun 2014 dan 2015. Diakses
dari http://www.duniatv.net/2016/01/berikan-266-sanksi-di-2015-sanksi-kpi.html, pada tanggal 23
Januari 2018, pukul 22:12 WIB.

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengeluarkan sanksi kepada lembaga
penyiaran sepanjang tahun 2015 mencapai 266. Jumlah tersebut terdiri atas 227
teguran tertulis, 34 teguran tertulis kedua dan 5 penghentian sementara.
Sedangkan berdasarkan kategori pelanggaran, dominasi sanksi didapat karena
terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan anak dan remaja, pelanggaran
kesopanan dan kesusilaan, serta pelanggaran prinsip jurnalistik.

6 Admin KPI. Tanpa tanggal. Diakses dari http://www.kpi.go.id/index.php/id/, pada tanggal 23
Januari 2018, pukul 22:31 WIB.

Berbagai keluhan yang disampaikan oleh masyarakat yang tidak puas
dengan program televisi Indonesia, ditindaklanjuti oleh Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI). Sesuai wewenangnya dalam Undang-Undang Penyiaran Nomor
32 tahun 2002, salah satu tugas KPI adalah memantau seluruh isi siaran televisi
untuk menjamin kualitas dan tidak adanya pelanggaran terhadap Undang-Undang
Penyiaran, Peraturan Pemerintah, Pedoman Perilaku Penyiaran (P3), dan Standar
Program Siaran (SPS).7
Hal inilah yang mendasari penulis untuk meneliti tentang peran Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI) terhadap tayangan sinetron (studi pada tayangan
sinetron anak langit di SCTV).

PERMASALAHAN
Pada program-program sinetron di Indonesia, banyak sekali ditemukan
adanya kekerasan dan pelecehan. Pada program sinetron Anak Langit yang
disiaran di stasiun televisi SCTV ini banyak sekali mengandung kekerasan pada
tayangannya, mulai dari seringnya berkelahi antar kelompok sampai seringkali
program sinetron tersebut menayangkan beberapa anak muda yang menujukkan

kekerasan kepada orang yang sudah berumur. Berdasarkan pemaparan latar
belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah: Peran Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI) terhadap tayangan sinetron (studi pada tayangan
sinetron anak langit di SCTV).

KERANGKA PEMIKIRAN
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Regulasi

7 Op.Cit, Hal 6

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), yang lahir atas amanat Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2002, terdiri atas KPI Pusat dan KPI Daerah (tingkat provinsi).
Anggota KPI Pusat (9 orang) dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan KPI
Daerah (7 orang) dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Selain itu,
anggaran program kerja KPI Pusat dibiayai oleh APBN (Anggaran Pendapatan
Belanja Negara) dan KPI Daerah dibiayai oleh APBD (Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah). Pada situs resmi Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menurut
situs resmi KPI, dikatakan bahwa lembaga regulasi KPI berdiri untuk mendukung
pengelolaan sistem penyiaran, yang merupakan ranah publik, untuk dikelola oleh
sebuah badan independen yang bebas dari campur tangan pemodal maupun

kepentingan kekuasaan.8
UU No. 32 tahun 2002 merubah tata pengelolaan sistem penyiaran di
Indonesia. Perubahan paling mendasar adalah adanya limited transfer of authority
dari pengelolaan penyiaran yang selama ini merupakan hak eksklusif pemerintah
kepada sebuah badan pengatur independen (independent regulatory body)
bernama Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).9 Dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2002 tentang penyiaran, dinyatakan untuk menyelenggarakan penyiaran
dan menghasilkan kualitas siaran serta mengawasi penyelenggaraan penyiaran
yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, diperlukan
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran, yang ditetapkan
Komisi Penyiaran Indonesia setelah terlebih dahulu mendapat masukan dari
masyarakat, asosiasi penyiaran, dan organisasi lainnya. Oleh karena itu, Komisi
Penyiaran Indonesia memandang perlu untuk menetapkan Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Program Siaran.10
Setidaknya ada tiga hal mengapa regulasi penyiaran dipandang urgent.
Pertama, dalam iklan demokrasi kekinian, salah satu urgensi yang mendasari
penyusunan regulasi penyiaran adalah hak asasi manusia tentang kebebasan
berbicara (freedom of speech), yang menjamin kebebasan seseorang untuk
8 Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). 2002. UU tentang Penyiaran No. 32 Tahun 2002. Hal, 7
9 Admin Web KPI. Tanpa tanggal. Profil KPI. Diakses dari http://www.kpi.go.id/index.php/id/,

pada tanggal 24 Januari 2018, pukul 21:46 WIB.
10 Muhamad Mufid, 2005. Komunikasi Dan Regulasi Penyiaran. Jakarta: Kencana. Hal, 207

memperoleh dan menyebarkan pendapatnya tanpa adanya intervensi, bahkan dari
pemerintah. Namun pada saat yang bersamaan, juga berlaku regulasi pembatasan
aktivitas media seperti regulasi UU Telekomunikasi yang membatasi pengguna
spektrum gelombang radio.11
Keterbatasan frekuensi, merupakan salah satu hal yang mengindikasikan
urgensi pengaturan penyiaran. Tanpa regulasi, maka interferensi signal niscaya
terjadi. Regulasi akan menentukan siapa yang berhak “menyiarkan” dan siapa
yang tidak. Dalam konteks demikian regulasi berperan sebagai mekanisme kontrol
(control mechanism).12
Kedua, demokrasi mengehendaki adanya “sesuatu” yang menjamin
keberagaman (diversity) politik dan kebudayaan, dengan menjamin kebebasan
aliran ide dan posisi dari kelompok minoritas. Ketiga, terdapat alasan ekonomi
mengapa regulasi media diperlukan. Tanpa regulasi akan terjadi konsentrasi,
bahkan monopoli media.13
Secara spesifik Mike Feintuck (1999: 43-45), mengemukakan bahwa
justifikasi penyusunan regulasi penyiaran karena dua hal, yaitu:
Komunikasi yang efektif




Selain berhubungan dengan keterbatasan frekuensi, effective
communication juga berkaitan dengan demokratis komunikasi,
yang meliputi jaminan negara untuk memungkinkan terjadinya
keberagaman komunikasi.
Diversitas politis dan kultural



Diversitas berhubungan dengan dua aspek, yaitu politis dan
kultural. Secara politis, diversitas bertalian erat dengan nilai
demokrasi yang menghendaki terjadinya aliran ide secara bebas
melalui suatu instrumen yang memungkinkan semua orang dapat
mengaksesnya secara merata.

11 Ibid, hal 24-26
12 Ibid, hal 67
13 Ibid, hal 68


Selain itu, pedoman perilaku penyiaran harus diikuti oleh lembaga
penyiaran.

Pada pasal 5 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002, pedoman

perilaku penyiaran diarahkan agar:14


Lembaga penyiaran taat dan patuh hukum terhadap segenap



peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia;
Lembaga penyiaran menjunjung tinggi rasa persatuan dan



kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
Lembaga penyiaran menjunjung tinggi norma dan nilai agama




dan budaya bangsa yang multikultural;
Lembaga penyiaran menjunjung tinggi prinsip ketidakberpihakan



dan keakuratan;
Lembaga penyiaran melindungi kehidupan anak-anak, remaja,




dan kaum perempuan;
Lembaga penyiaran meilindungi kaum yang tidak diuntungkan;
Lembaga penyiaran melindungi publik dari pembodohan dan



kejahatan; dan
Lembaga penyiaran menumbuhkan demokratisasi.

ANALISA DAN DISKUSI
Proses pengawasan yang dilakukan KPI pada akhirnya mengaskan
pentingnya regulasi di bidang penyiaran, dan pentingnya lembaga regulasi
penyiaran seperti Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dengan menggunakan UU
14 Komisi Penyiaran Iindonesia, 2004. Pedoman Perilaku Penyiaran Dan Standar Program
Siaran. Hal, 211.

Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 dan P3SPS. Penyiaran di Indonesia diarahkan,
selain untuk menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati
diri bangsa, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, menjaga dan
mempererat persatuan dan kesatuan bangsa, meningkatkan kesadaran ketaatan
hukum dan disiplin nasional, menyalurkan pendapat umum serta mendorong
peran aktif masyarakat dalam pembangunan nasional dan daerah serta
melestarikan lingkungan hidup. KPI juga menekankan kewajiban bagi lembaga
penyiaran untuk melakukan penghormatan terhadap norma kesopanan dan
kesusilaan.
Pada scene-scene yang ditayangkan tersebut melanggar UU Penyiaran
Nomor 32 Tahun 2002 pada pasal 4 ayat 1 yaitu “Penyiaran sebagai kegiatan
komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan,
hiburan yang sehat, kontrol dan perekat suara”, dijelaskan pada tayangan sinetron
Anak Langit menampilkan adegan-adegan kekerasan sehingga media tidak
menjadi fungsinya yaitu sebagai media pendidikan dan hiburan yang sehat. Selain
itu, program sinetron Anak Langit ini juga melanggar pasal 36 ayat 1 juga
menyebutkan bahwa “isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan,
hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan,
kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai
agama dan budaya Indonesia”, dijelaskan pada tayangan sinetron Anak Langit
menampilkan adegan-adegan yang mempengaruhi perilaku-perilaku khalayak
sehingga mempengaruhi moral dan tidak menggambarkan nilai-nilai agama dan
budaya di Indonesia. Maka dari itu, adanya Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
dapat membatasi dan memberikan teguran bahkan memberikan hukuman atau
sanksi kepada program-program tayangan yang bermasalah. Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI) telah memberikan sanksi berupa teguran terhadap program
sinetron Anak Langit, bahkan 2 bulan setelah sinetron tersebut disiarkan program
sinetron tersebut langsung kena teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Dalam surat yang dilayangkan tanggal 7 Maret 2017 dengan No. Surat
98/K/KPI/31.2/03/2017, KPI menuturkan jika sinetron Anak Langit telah
melanggar ketentuan tentang perlindungan anak dan remaja serta penggolongan

program siaran seperti yang telah diatur dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan
Standar Program Siaran (P3 dan SPS) KPI Tahun 2012. Ini tak terlepas dari
beberaga adegan yang dianggap mengandung muatan kekerasan maupun
perkelahian. Belum lagi, adegan kebut-kebutan yang kerap kali ditampilkan dalam
sinetron yang mengangkat tema geng motor ini.15
Sampai dilayangkannya surat teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia
(KPI), sinetron tersebut masih menayangkan adegan kekerasan maupun
perkelahian. Bahkan, kebut-kebutan dijalanan pun masih ditayangkan di program
sinetron ini. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah melakukan tugasnya yaitu
dengan memberikannya teguran terhadap program sinetron tersebut tetapi belum
menindaklajuti lebih jelas lagi tentang permasalahan-permasalahan yang terjadi
pada sinetron tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Pentingnya regulasi di bidang penyiaran, dan pentingnya lembaga regulasi

penyiaran seperti Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dengan menggunakan
UU Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 dan P3SPS. Penyiaran di Indonesia
diarahkan, selain untuk menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai
15 Arya W. Wibowo. 2017. Teguran KPI Terhadap Program Anak Langit. Diakses di
https://www.duniaku.net/2017/03/13/sinetron-anak-langit-teguran-kpi/, pada tanggal 28 Januari
2018, pukul 20:06 WIB

agama serta jati diri bangsa, meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
menjaga dan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa, meningkatkan
kesadaran ketaatan hukum dan disiplin nasional, menyalurkan pendapat
umum serta mendorong peran aktif masyarakat dalam pembangunan nasional
dan daerah serta melestarikan lingkungan hidup.
Selain itu, peran serta masyarakat untuk melakukan pemantauan terhadap
isi siaran televisi semakin penting. Karena, dengan adanya pengaduan dari
masyarakat tentang program-program yang dilihat terlalu banyak hal-hal
negatif dan melanggar UU Penyiaran yang sudah diatur akan semakin baik
untuk membantu kerja KPI dalam pemantauan terhadap program-program
yang bermasalah tersebut.
 Saran
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) harus lebih memberikan sanksi yang
tegas terhadap program-program yang bermasalah, sehingga fungsi dari
penyiaran itu sendiri dapat berjalan dengan semula yaitu pada pasal 4 ayat 1
yaitu “Penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi
sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat
suara. Selanjutnya, orang-orang pertelevisian harus lebih mementingkan
hiburan yang berkualitas dan menjadikan hiburan yang sehat bagi para
khalayak.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Brent D. Ruben, Lea P. Stewart. 2013. Komunikasi dan Perilaku Manusia. Edisi:
Kelima. (Terjemah). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nurudin. 2009. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers
Arifin, Anwar. 2003. Komunikasi Politik. Jakarta: Balai Pustaka.

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). UU Tentang Penyiaran no. 32 Tahun 2002.
Mufid, Muhammad. 2005. Komunikasi Dan Regulasi Penyiaran. Jakarta:
Kencana.
Komisi Penyiaran Iindonesia, 2004. Pedoman Perilaku Penyiaran Dan Standar
Program Siaran.

Website
Admin KPI. Tanpa tanggal. Diakses dari http://www.kpi.go.id/index.php/id/, pada
tanggal 23 Januari 2018, pukul 22:31 WIB.
Admin Dunia TV. 2015. Rekapitulasi Sanksi KPI tahun 2014 dan 2015. Diakses
dari

http://www.duniatv.net/2016/01/berikan-266-sanksi-di-2015-sanksi-

kpi.html, pada tanggal 23 Januari 2018, pukul 22:12 WIB.
Admin

Web

KPI.

Tanpa

tanggal.

Profil

KPI.

Diakses

dari

http://www.kpi.go.id/index.php/id/, pada tanggal 24 Januari 2018, pukul
21:46 WIB.
Arya W. Wibowo. 2017. Teguran KPI Terhadap Program Anak Langit. Diakses di
https://www.duniaku.net/2017/03/13/sinetron-anak-langit-teguran-kpi/, pada
tanggal 28 Januari 2018, pukul 20:06 WIB.