BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Komparatif Daya Saing Industri Manufaktur di ASEAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Industri Manufaktur

  Manufaktur berasal dari kata manufacture yang berarti membuat dengan tangan (manual) atau dengan mesin sehingga menghasilkan sesuatu barang. Untuk membuat sesuatu barang dengan tangan maupun mesin diperlukan bahan atau barang lain. Seperti halnya membuat kue diperlukan tepung, gula, mentega, dan sebagainya.

  Secara umum dapat dikatakan bahwa manufaktur adalah kegiatan memproses suatu atau beberapa bahan menjadi barang lain yang mempunyai nilai tambah yang lebih besar (Heizer, dkk, 2005).

  Kata pabrik berasal dari bahasa belanda yaitu fabriec, berarti kegitan memproses bahan baku atau bahan mentah menjadi barang setengah jadi, lalu menjadi barang jadi (Prawirosentono, 2002: 19).

  Industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk sejenis di mana terdapat kesamaan dalam bahan baku yang digunakan, proses bentuk produk akhir. Dalam arti luas industi didefinisikan kumpulan perusahaan yang memproduksi barang dan jasa dengan elastisitas silang (cross elasticities of

  demand ) yang positif dan tinggi (Kuncoro, 2007: 167).

  Manufaktur juga dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan memproses pengolahan input menjadi output. Kegiatan manufaktur dapat dilakukan oleh perorangan (manufacturer) maupun oleh perusahaan (manufacturing company). Sedangkan industri manufaktur adalah kelompok perusahaan sejenis yang mengolah bahan-bahan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang bernilai tambah lebih besar. Contoh industri manufaktur, misalnya: Pakaian dan Tekstil, Minyak, Kimia dan Plastik, Elektronika, Komputer dan Transportasi, Makanan, Logam, Kayu, Kulit dan Kertas (Heizer,dkk, 2005)

  Pembahasan mengenai industrialisasi dalam konteks internasional perlu membedakan dua hal, yakni tren jangka panjang dan pergerakan yang berulang. Tren jangka panjang diantaranya (Kuncoro, 2007: 26);

  1.Menyempitnya perekonomian dunia internasional akibat adanya kemajuan teknologi dan transportasi

  2.Globalisasi produksi melalui internasioanalisasi modal

  3.Perubahan sumbangan industri terhadap kesempatan kerja dan perubahan ditingkat pembangunan

  4.Perubahan teknologi dan proses kerja sebagai hasil revolusi mikro elektronika.

  Sementara itu, yang dimaksud pergerakan yang berulang meliputi;

  1.Perubahan tingkat pertumbuhan produksi industri

  2.Perubahan tingkat pertumbuhan perdagangan internasional

  3.Perubahan tingkat keuntungan 4.Pergeseran dari liberalisasi perdagangan proteksionisme.

  Dalam kasus industri yang berbasis pada sumber daya (resource-based

industries ), industri manufaktur cenderung berlokasi didalam atau diluar kota.

  Pertanian dan industri berdampingan bahkan kadang berebut lahan diseputar pusat- pusat kotanya. Kluster industri pada dasarnya merupakan kelompok aktivitas produksi yang amat terkonsentrasi secara spasial dan umumnya berspesialisasi hanya pada satu atau dua indusrti yang utama.

  Bentuk pasar yang tepat untuk pasar internasional ASEAN adalah pasar persaingan monopolistik. Alasannya bahwa peusahaan dapat mengontrol harga produk-produk mereka hanyalah dengan memandang produk-produknya berbeda. Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan meyakinkan konsumenya bahwa produk mereka berbeda dan lebih baik dari perusahaan lain. Untuk meyakinkan konsumenya, perusahaan-perusahaan umumnya menjalankan dua strategi (Baye, 2000: 36).

  Strategi pertama, perusahaan-perusahaan akan mengeluarkan dana yang besar untuk mempromosikan produknya. Strategi dijalankan dengan cara iklan komparatif (comparative advertising), yaitu iklan yang didesain untuk menonjolkan perbedaan produk atau merek perusahaannya terhadap produk atau merek lain.

  Strategi kedua, perusahaan-perusahaan tersebut memperkenalkan pula produk baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Strategi yang demikian disebut pemasaran ceruk (niche marketing), yaitu produk atau jas yang ditujukan pada sekelompok konsumen tertentu.

2.1.2. Daya Saing Industri

  Daya saing industri adalah konsep perbandingan kemampuan dan kinerja perusahaan, sub-sektor atau negara untuk menjual dan memasok barang dan atau jasa yang diberikan dalam pasar. Daya saing sebuah negara dapat dicapai dari akumulasi daya saing strategis setiap perusahaan. Proses penciptaan nilai tambah (value added

  

creation) berada pada lingkup perusahaan. Sementara pada ruang lingkup negara,

  daya saing suatu bangsa ditentukan oleh interaksi antara kinerja ekonomi makro, seberapa jauh kebijakan pemerintah kondusif bagi dunia usaha, kinerja dunia usaha dan infrastruktur (Kuncoro, 2007, 2009).

  Daya saing berarti kemampuan perusahaan untuk bersaing. Perusahaan memiliki strategi tersendiri untuk menurunkan biaya, meningkatkan kualitas produk, dan mendapatkan jaringan pemasaran (Asia Development Bank (ADB) Institute, 2003).

  Menurut tolok ukur WEF, diidentifikasi 5 (lima) faktor penting yang menonjol.

  Pada

  tataran makro, terdapat 3 (tiga) faktor, yaitu: (a) tidak kondusifnya kondisi ekonomi makro; (b) buruknya kualitas kelembagaan publik dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitator dan pusat pelayanan; dan (c) lemahnya kebijakan pengembangan teknologi dalam memfasilitasi kebutuhan peningkatan produktivitas.

  Sementara itu, pada tataran mikro atau tataran bisnis, 2 (dua) faktor yang menonjol adalah: (a) rendahnya efisiensi usaha pada tingkat operasionalisasi perusahaan; dan

  (b) lemahnya iklim persaingan dalam rangka menciptakan tekanan kompetisi secara sehat.

  Menurut United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) mengembangkan indikator Competitiveness Industrial Performance (CIP) yang kemudian diterapkan untuk mengukur peringkat daya saing sektor industri manufaktur pada 93 negara. Dalam Industrial Development Report 2004, ukuran indikator CIP tersebut terdiri dari 4 (empat) variabel utama, yaitu: (a) nilai tambah industri manufaktur per kapita, (b) ekspor industri manufaktur per kapita, (c) insensitas industrialisasi yang diukur dari kontribusi industri manufaktur pada PDB dan kontribusi industri manufaktur berteknologi menengah dan tinggi pada sektor industri manufaktur, dan (d) kualitas eskpor yang diukur dari kontribusi ekspor manufaktur dalam total ekspor dan kontribusi manufaktur berteknologi menengah dan tinggi dalam nilai ekspor industri manufaktur.

2.1.2.1. Konsep Comparative Advantage

  Kompetisi merupakan unsur comparative advantage yang menjadi perhatian utama dari analisa politik, artinya dilihat dari sudut kepentingan negara. Bila dikaitkan dengan sudut pandang polotik, selain elemen teknologi dan modal, elemen penting dari daya saing adalah adanya kompetisi, khususnya kompetisi internal.

  Maksudnya, sebelum produk yang dihasilkan oleh satu bangsa dikonteskan dengan produk bangsa-bangsa lain, harus dipastikan bahwa produk ini sudah dikonteskan diantara elemen-elemen bangsa itu sendiri. Artinya, untuk bisa menghasilkan produk unggulan atau aktor yang handal untuk mewakili bangsa diperdagangan internasional, perlu diciptakan kompetisi ditiap tingkatan masyarakat. Daya saing berhubungan dengan bargaining position, dan bargaining position itu terkait erat dengan modal, teknologi dan peluang yang dimiliki oleh negara tersebut (Imawan, 2002: 95).

  Dalam hubungan comparative advantages ada beberapa unsur-unsur yang saling menguatkan yaitu dianntaranya; kondisi faktor produksi, kondisi permintaan,industri-industri yag berkaitan dan mendukung, strategi, struktur dan persaingan perusahaan. Kondisi faktor produksi dibagi menjadi dua yaitu; kondisi faktor produksi yang biasa dan kondisi faktor produksi yang terspesialisasi.

  Kondisi faktor produksi yang biasa adalah faktor-faktor produksi yang diwarisi secara alami seperti kekayaan sumber daya alam (SDA), tenaga kerja yang terlatih.

  Sedangkan kondisi faktor produksi yang terspesialisasi adalah faktor-faktor produksi yang tidak terdapat secara alami, melainkan harus diciptakan terlebih dahulu.

  Pengembangan comparative advantages, dimana tiap negara memiliki kekhususan banyak memiliki input tenaga kerja atau sebaliknya banyak memilki faktor produksi kapital. Menurut teori Eli Heckscher dan Bertil Ohlin suatu negara yang memilki keunggulan menghasilkan suatu barang dengan labor intensive sekaligus berarti bahwa negara yang memiliki keunggulan dengan alternatif capital

  

intensive maka negara tersebut akan mengekspor barang-barang modal (Nasution,

dkk, 2013: 33-34).

  Perdagangan yang saling menguntungkan terjadi karena prinsip skala ekonomi melalui spesialisasi produksi. Artinya, persaingan internasional mendorong setiap perusahaan atau pabrik untuk membatasi model atau tipe produknya agar dapat mengerahkan segenap sumber dayanya untuk menghasilkan beberapa jenis produk saja namun dengan kualitas terbaik dan harga yang bersaing. Jika semula sebuah perusahaan dapat menghasilkan produk manufaktur tertentu dalam berbagai model, maka dengan adanya persaingan akan lebih berkonsentrasi pada satu atau beberapa model saja untuk menekan biaya produksi per unit hingga serendah mungkin.

  Sementara itu kebutuhan konsumen atas model yang lain akan diimpor dari negara lain (Wahyuningsih, 2012: 118

  • 140).

  Semakin tinggi tingkat persaingan antar negara maka tingkat profitabilitas industri semakin meningkat. Namun, kemungkinan profitabilitas negara menurun.Intensitas persaingan tergantung pada beberapa faktor sebagai berikut (Kuncoro, 2007: 161); a.

  Pertumbuhan industri (industry growth) b.

  Biaya tetap dan biaya penyimpanan (fixed and stronger cost) c. Diferensiasi produk (brand differences) d.

  Identitas merek (brand identity) e. Biaya pengalihan kebarang lain (switching cost) f. Konsentrasi dan keseimbangan (concentrate and balance) g.

  Informasi yang kompleks (information of complexity) h. Keberagaman pesaing (diversity of competitors) i. Halangan keluar (exit barriers) Pengertian advantage dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut (Nasution, 2013: 25-26): a.

  Banyak negara yang melakukan perdagangan internasional dengan berbagai jenis barang b.

  Berbagai input yang digunakan, tidak hanya tenaga kerja c. Keunggulan terjadi disebabkan oleh selera konsumen d.

  Kekayaan sumber daya sebagai potensi ekonomi sehingga berbagai jenis/banyak barang dapat dihasilkan oleh suatu negara e.

  Penggunaan /penguasaan teknologi f. Karakteristik sumber daya alam sehingga produk yang dihasilkan oleh suatu negara dinyatakan unggul terutama ditinjau dari kualitas g.

  Berbagai faktor lain dapat mempengaruhi proses perdagangan internasional.

2.1.3. Ekspor

  Ekspor adalah perdagangan memberikan perdagangan dengan mnegeluarkan barang dari dalam negeri keluar wilayah pabean ASEAN dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Rudy, 2002: 57).

2.1.3.1. Barang Ekspor

  Umumnya semua jenis dapat diekspor, namun terhadap beberapa jenis barang tertentu diadakan suatu sistem pengaturan berupa larangan, diawasi, diterapkan pengawasn mutunya diatur tata niaga ekspornya. Kebijakan ini ditempuh pemerintah untuk menjaga keseimbangan antara penawaran dengan permintaan barang-barang dalam negeri (Ibid: 58): a.

  Barang dilarang diekspor adalah untuk menjaga agar terjarmin kelestariannya didalam negeri, usaha untuk memenuhi kebutuhan.

  b.

  Barang yang diawasinya, adalah untuk menjaga agar terjamin pengadaan barang dan stabilitas harga barang dalam negeri, sehingga dapat terjamin kontinuitas pengadaan barang yang dibutuhkan dalam negeri.

  c.

  Barang yang diterapkan pengawasan mutunya adalah barang yang hanya dapat diekspor bila memenuhi mutu dan memenuhi persyaratan yang diterapkan departemen perdagangan.

  d.

  Brang yang diatur tata niaga ekspornya adalah barang yang dapat diekspor oleh eksportir yang terdaftar.

2.1.3.2 Strategi Ekspor

  Ekspor memegang peranan penting dalam hal menghasilkan devisa bagi negara serta pemasaran bagi barang-barang produksi dalam negeri. Dalam hal ini ada dua macam produk ekspor, yaitu (Rudy, 2002: 36); a.

  Produk yang sepenuhnya dibuat di suatu negara yang kemudian di ekspor kenegara lain, Karena dibutuhkan oleh negara lain tersebut.

  b.

  Produk yang dibuat di suatu negara oleh perusahaan asing yang punya keterkaitan dengan cabang-cabangnya dinegara lain. Tujuan ekspor adalah untuuk meningkatkan penjualan dan manfaat pasar yang beragam diluar negeri. Adanya ekspor secara luas ke berbagai negara memungkinkan peningkatkan jumlah produksi yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Apabila ada perusahaan ekspor yang melemah maka ekspor dapat dialihkan kepasar lainnya yang menguat (Ibid: 37).

2.2. Penelitian Terdahulu

  Edi, Sirojuzilam, Rahmanta (2014) meneliti Analisis Integrasi Dan Volatilitas Harga Beras Regional ASEAN Terhadap Pasar Beras Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif kointegrasi

  

Revealed Comparatif Advantages (RCA). Berdasarkan hasil yang didapat bahwa

  harga beras medium lebih volatile dibandingkan harga beras premium dan kualitas rendah. Harga beras Indonesia lebih volatile dibandingkan harga beras Philipina, Thailand dan Vietnam.

  Wahyuningsih (2012) meneliti Analisis Perdagangan Intra Industri Sektor Manufaktur Indonesia Dengan ASEAN-4: Berdasarkan Hipotesis Industry Specific dan Policy Based. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data panel dengan 19 industri sebagai crossection data dan jangka waktu data adalah data tahunan 1998-2009. Produk yang diperdagangkan dalam industri intra antara Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura didasarkan pada intensitas teknologi. Menurunkan kebijakan tarif ke 0% -5% menunjukkan efek positif dan signifikan terhadap intra industri perdagangan antara Indonesia, Thailand dan Singapura.

  Wijaya (2008) meneliti Analisis Determinan Ekspor Manufaktur Indonesia Ke Singapura. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu vector error

correction model (VECM) dengan impulse response dan variance decomposition.

  Berdasarkan hasil estimasi VECM dengan melihat perilaku dari impulse response menunjukkan bahwa perubahan GDP perkapita Singapura direspon negatif hanya pada periode kedua dan pada periode ketiga serta selanjutnya direspon positif permanen oleh nilai ekspor manufaktur, perubahan daya saing yang dilambangkan dengan RCA direspon positif permanen oleh nilai ekspor manufaktur, dan perubahan nilai tukar direspon positif sampai pada periode keempat tetapi pada periode kelima dan selanjutnya direspon negatif permanen oleh nilai ekspor manufaktur.

  Amita Batra dan Zeba Khan (2005) meneliti Revealed Comparative

  

Advantage: An Analysis For India And China. Ketepatan waktu studi ini juga

  diperkuat oleh fakta bahwa peningkatan perdagangan integrasi China selama beberapa tahun terakhir mungkin telah berkontribusi pada perubahan dikeunggulan komparatif dalam padat karya manufaktur di pasar dunia. ini pembangunan berhubungan dengan India, China dan India tidak hanya mirip dalam ukuran tetapi juga di faktor pendukung. Hal ini penting karena itu, untuk mengeksplorasi sejauh mana kesamaan dalam pola keunggulan komparatif untuk dua ekonomi.

2.3. Kerangka Konseptual

  Penerimaan terbesar sebuah negara berasal dari industri sektor manufaktur. Berdasarkan teori diatas bahwa konsep daya saing sering dikaitkan dengan konsep keunggulan komparatif (comparative advantages). Konsep komparatif advanteges dikemukakan oleh David Ricardo.

  Setiap negara anggota ASEAN telah mempersiapkan negaranya untuk masuk dalam lingkungan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan berbagai persiapan yang matang, seperti menata kondisi perekonomian agar tidak menjadi penonton atau konsumen aktif dan menata industri-industri terutama industri manufaktur agar dapat meraih keuntungan semaksimalnya. Tentunya hal ini harus disertai dengan kerja keras dan dukungan dari setiap lapisan masyarakat serta bentuk nyata dari pemerintah itu sendiri dalam memasuki pasar tunggal ASEAN. ASEAN lebih memperkenalkan ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand) agar dapat melengakapi dengan sektor unggulan masing-masing.

  Adapun kerangka struktur konseptual adalah sebgai berikut: Industri

  Industri Manufaktur Daya Saing Ekspor Ekspor Industri

  Manufaktur Gambar 2.1

  Kerangka Konseptual Penelitian Industri manufaktur memberikan kontribusi yang besar dalam pembangunan ekonomi negara. Negara-negara anggota ASEAN berebut untuk memberikan manufaktur yang terbaik dengan harga yang lebih murah agar dapat diekspor. Produk-produk yang meiliki daya saing tinggi tidak terlepas dari penggunaan teknologi dan sumber daya manusia yang sudah menggunakan efisiensi.

  Perdagangan ini mencakup pertukaran-pertukaran antara barang manufaktur dengan barang primer. Persaingan mendorong masing-masing perusahaan di negara- negara industri untuk memproduksi hanya satu atau paling tidak sedikit macam dan corak dari produk yang sama untuk mempertahankan biya per unit rendah.

2.4. Hipotesis

  Berdasarkan rumusan permasalahan diatas terdapat hipotesis penelitian sebagai berikut;

  Ho = Terdapat hubungan timbal balik (kausalitas) dalam jangka panjang antara daya saing dan ekspor industri manufaktur di ASEAN Ha = Tidak terdapat hubungan timbal balik (kausalitas) dalam jangka panjang antara daya saing dan ekspor industri manufaktur di ASEAN