BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (Smk3) Di Pt Madjin Crumb Rubber Factory Indrapura Kabupaten Batubara Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Sumatera Utara merupakan salah satu penghasil karet yang ada di Indonesia yang memiliki areal perkebunan yang cukup luas. Badan Pusat Statistik propinsi Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun 2013 yaitu 419.097 ha, dengan hasil produksi pada tahun 2011 yaitu 280.446 ton dan tahun 2012 yaitu 387.366 ton. Data tersebut menunjukkan industri pengolahan karet di Sumatera Utara berkembang pesat (Sumut.bps.go.id, 2014).

  Sekarang ini pembangunan nasional telah memasuki era industrialisasi dan globalisasi yang ditandai dengan semakin meningkat nya proses produksi yang menggunakan proses dan teknologi yang lebih maju. Berbagai alat dan teknologi buatan manusia disamping bermanfaat juga dapat menimbulkan bencana atau kecelakaan. Penggunaan mesin, alat kerja, material dan proses produksi telah menjadi sumber bahaya yang dapat mencelakakan. Karena itu, di abad modern ini, aspek keselamatan telah menjadi tuntutan dan kebutuhan umum. Walaupun keselamatan telah menjadi kebutuhan, namun dalam kenyataannya manusia masih mengabaikan keselamatan (Ramli, 2009).

  Kegiatan produksi barang dan jasa pada berbagai jenis usaha tidak terlepas dari penggunaan mesin-mesin, peralatan, pesawat, instalasi, dan bahan baku (berbahaya).

  Disamping itu pada setiap proses produksi senantiasa terdapat kondisi dan lingkungan

  1 kerja yang tidak aman, tindakan (perbuatan) yang tidak aman yang disebabkan disfungsi manajemen terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Keaadaan ini potensial peyebab terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan kerja, yang menimbulkan kerugian bagi tenaga kerja, perusahaan dan masyarakat luas (Silaban, 2009).

  Globalisasi perdagangan saat ini memberikan dampak persaingan sangat ketat dalam segala aspek khususnya ketenagakerjaan yang salah satunya mempersyaratkan adanya perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, tidak terlepas dari upaya pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja.

  Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mendapat perhatian yang sangat penting dewasa ini karena masih tingginya angka kecelakaan kerja. SMK3 bertujuan menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif (Sastrohadiwiryo, 2002).

  Penerapan SMK3 disetiap perusahaan atau tempat kerja perlu mendapat perhatian semua pihak sesuai dengan amanat Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan. Apabila penerapan SMK3 dilakukan secara benar akan terwujud kondisi kerja yang aman, nyaman dan meningkatkan kualitas serta produksi kerja sekaligus menciptakan hubungan kerja yang harmonis (Depnakertrans RI, 2008).

  Sistem Manajemen secara keseluruhan yang memiliki fungsi perencanaan, pengambilan keputusan, organisasi. SMK3 tersebut meliputi kebijakan, tanggung jawab, wewenang, seleksi, pelatihan, pengenalan bahaya, dan penyelidikan kecelakaan. Pada dasarnya SMK3 mencari dan mengungkapkan kelemahan operasional yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Terjadinya kecelakaan tidak terlepas dari perencanaan yang kurang lengkap dan praktek manajemen yang kurang mantap. Kegagalan sistem menyebabkan kecelakaan karena kecelakaan kerja pada dasarnya berakar pada manajemen (Ramli, 2009).

  Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Hal ini berarti terdapat dua permasalahan penting yaitu kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan, atau kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (Suma’mur, 1995)

  Penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja yaitu: kondisi yang tidak aman (unsafe condition), dan tindakan yang tidak aman (unsafe action). Kondisi yang tidak aman terjadi apabila tempat kerja tidak mengikuti aturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang telah ditentukan, contonya: lantai yang licin sehingga dapat menyebabkan seseorang terjatuh, selang air yang melintang di jalan. Tindakan yang tidak aman disebabkan oleh ketidaktahuan pekerja terhadap bahaya yang mungkin terjadi, tidak mampu/kurang terampil dalam melakukan suatu pekerjaan dan tidak mengikuti prosedur dan peraturan yang ada pada perusahaan (Djati, 2006).

  Kondisi yang tidak aman antara lain (unsafe condition) antara lain dalam keadaan pengamanan yang berlebihan, alat dan peralatan yang sudah tidak layak, terjadi kemacetan, sistem peringatan yang berlebihan, ada api dan ditempat yang berbahaya, alat penjaga atau pengaman gedung kurang standar, kondisi suhu yang membahayakan, terpapar bising, terpapar radiasi, pencahayaan dan ventilasi yang kurang atau pun berlebihan. Dan tindakan yang tidak aman (unsafe action) berupa menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan, gagal menciptakan keaadaan yang baik sehingga menjadi tidak aman, menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kecepatan geraknya, memakai alat pelindung diri hanya berpura pura, menggunakan peralatan yang tidak layak, pengerusakan alat pengaman peralatan yang digunakan untuk melindungi manusia, bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja ditempat kerja, dan mengangkat atau mengangkut beban yang berlebihan (Santoso, 2004).

  Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada dasar nya mencari dan mengungkapkan kelemahan operasional yang memungkinkan terjadinya kecelakaan.

  Fungsi ini dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu mengungkapkan sebab-musabab sesuatu kecelakaan (akarnya), dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilaksanakan atau tidak. Kesalahan operasional yang menimbulkan kecelakaan tidak terlepas dari perencanaan yang kurang lengkap, keputusan-keputusan yang tidak tepat, dan salah perhitungan dalam organisasi, pertimbangan, dan praktek manajemen yang kurang mantap (Silalahi, 1985).

  Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yaitu pada pasal 2, tujuan penerapan SMK3 adalah meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi. Kemudian mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh, serta menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas.

  Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan ketentuan perundangan dan memiliki landasan hukum yang wajib dipatuhi semua pihak, baik pekerja, pengusaha atau pihak terkait lainnya. Dalam rangka upaya perlindungan dan pencegahan kecelakaan kerja Pemerintah telah mengeluarkan Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 yang menjamin Keselamatan dan Kesehatan tenaga kerja, yang diberlakukan pada tanggal 12 Januari 1970.

  Kebijakan tersebut di atas dipertegas dengan dikeluarkanya Undang-undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 87, mewajibkan setiap perusahaan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan manajemen perusahaan secara keseluruhan. Data 2007, menunjukkan jumlah kecelakaan kerja Nasional sebanyak 65.474 kasus dengan meninggal 1.451 orang, cacat tetap 5.326 orang, dan 58.697 orang cedera. Data kecelakaan yang menjadi anggota Jamsostek dengan jumlah peserta 7 juta orang atau sekitar 10% dari keseluruhan pekerja di Indonesia. Dengan demikian, angka kecelakaan mencapai 930 kejadian untuk setiap 100.00 pekerja setiap tahun. Menurut penelitian World Economic Forum tahun 2006, angka kematian akibat kecelakaan di Indonesia mencapai 17-18 untuk setiap 100.00 pekerja (Ramli, 2009).

  PT Madjin Crumb Rubber Factory adalah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan karet. Produk utama yang dihasilkan berupa ball yang dipenuhi sampai

  

Standart Indonesian Rubber. PT Madjin Crumb Rubber Factory menerima bahan

baku dari pengumpul yang berasal dari Rantau parapat, Sibolga, dan tempat lainnya.

  PT Madjin Crumb Rubber Factory mempekerjakan 220 orang pekerja yang terdiri dari manajer, suverpisor, operator, security, dan pekerja produksi.

  PT Madjin Crumb Rubber Factory termasuk kedalam perusahaan besar dengan tingkat resiko tinggi, terlihat dari proses produksi yang banyak menggunakan alat dan mesin-mesin berteknologi tinggi sehingga mengandung bahaya yang berisiko besar terjadinya kecelakaan kecelakaan kerja. Berdasarkan hal tersebut sesuai dengan undang undang yang berlaku mewajibkan PT Madjin Crumb Rubber Factory Indrapura Kabupaten Batu Bara untuk menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di perusahaan tersebut.

  Berdasarkan keterangan dari PT Madjin Crumb Rubber Factory pada tahun 2013, masih ada kecelakaan kerja yang menimpa perusahaan tersebut walaupun hanya bersifat kecelakaan kecil atau cedera biasa. Untuk kecelakaan sedang (luka tusuk, luka robek, dan lain – lain) berjumlah 7 kasus, sedangkan luka kecil atau cedera ringan sebanyak 11 kasus (luka tergores, luka ringan). Walaupun masalah kecelakaan kerja tidak sampai berakibat yang fatal, akan tetapi dapat mengganggu produktivitas kerja sehingga dapat mempengaruhi proses produksi perusahaan.

  Dari uraian hal-hal tersebut penulis berkeinginan meneliti tingkat penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT Madjin Crumb Rubber Factory Indrapura Kabupaten Batu Bara.

  1.2. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana analisis Penerapan SMK3 di PT Madjin Crumb Rubber Factory Indrapura Kabupaten Batubara Tahun 2014”.

  1.3. Tujuan Penelitian

  1.3.1. Tujuan Umum

  Tujuan umum penelitian ini adalah menganalis penerapan SMK3 di PT Madjin Crumb Rubber Factory Indrapura Kabupaten Batubara, berdasarkan PP 50 Tahun 2012.

  1.3.2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah :

  1. Mengetahui gambaran penerapan SMK3 pada PT Madjin Crumb Rubber Factory Indrapura Kabupaten Batubara.

  2. Mengetahui tingkat pencapaian penerapan 5 prinsip penerapan SMK3 yaitu Penetapan kebijakan K3, Perencanaan K3, Pelaksanaan rencana K3, Pemantauan dan evaluasi kinerja K3, dan Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.

1.4. Manfaat Penelitian

  Manfaat penelitian ini adalah :

  1. Memberi informasi kepada perusahaan tentang pentingnya penerapan SMK3 berdasarkan PP 50 Tahun 2012.

  2. Sebagai masukan bagi perusahaan di bidang K3.

  3. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis dalam bidang keilmuan dan mengembangkan teori yang telah didapat dalam perkuliahan khususnya dibidang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

  4. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan.