Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (Smk3) Pada Proyek Pembangunan Jembatan Rel Kereta Api

(1)

1

TUGAS AKHIR

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA

PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN REL KERETA API

(STUDI KASUS: Proyek Pembangunan Jembatan Rel Kereta Api di Kuala Tanjung - Sumatera Utara)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian Pendidikan sarjana Teknik Sipil

Oleh :

Ersawaty Limbong

09 0404 162

Dosen Pembimbing I :

Ir. Syahrizal, M.T

NIP. 19611231 198811 1 001 Dosen Pembimbing II :

Ir.Andy Putra Rambe, M.B.A

NIP. 19680429 199703 1 002

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Shalawat dan salam tidak lupa saya curahkan untuk Rasullullah Muhammad SAW, atas kerasulan beliau ilmu pengetahuan dapat berkembang seperti sekarang ini.

Tugas Akhir ini berjudul “EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN REL KERETA API (STUDI KASUS: JEMBATAN REL KERETA API DI KUALA TANJUNG, SUMATERA UTARA)”.

Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan bagi setiap mahasiswa Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik Sipil.

Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini tentu saja tidak terlepas dari dukungan, saran, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu secara khusus saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Syahrizal, MT, selaku dosen pembimbing Tugas Akhir dan sekretaris Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Andy Putra Rambe, MBA, selaku dosen co-pembimbing. 3. Bapak Prof. Dr.-Ing. Johannes Tarigan, selaku ketua Departemen


(3)

3 4. Bapak Prof. Dr.-Ing. Johannes Tarigan dan Ibu Nursyamsi ST,.MT,

selaku dosen pembanding, yang telah memberikan kritikan dan masukan yang membagnun kepada penulis.

5. Bapak/Ibu Dosen Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan banyak sekali ilmu yang bermanfaat selama saya menempuh pendidikan di Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. 6. Bapak/Ibu Staf TU Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bantuan dalam proses administrasi selama saya menempuh pendidikan di Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. 7. Teristimewa di hati Mama saya tersayang Tasmi Hotmelia Gultom dan

Ayah saya tersayang Parsaulian Limbong yang selama ini selalu sabar memberikan support yang luar biasa, kasih sayang, doa, motivasi dan nasehat sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Adik-adik kesayangan saya Hasrul Limbong, Titin Oktavera Limbong, Devi Nadia Limbong dan Suci Permata Sari Limbong yang juga memberikan motivasi dan doa.

8. Teristimewa Yusuf Aulia Lubis, yang selalu menemani saya dalam suka dan duka di kampus tercinta ini, selalu memberikan motivasi, nasehat, doa, dan semangat sampai selesainya Tugas Akhir ini.

9. Soulmate saya, Marina Azhari Nasution dan Lainatusyifa Zulni dengan doa, dukungan dan ancaman kalian Tugas Akhir ini bisa saya selesaikan.


(4)

4 10. Teman terspesial Co Dewi Tambunan dan Co Nurwahidah Nasution,

apalah artinya saya tanpa kalian di kampus.

11. Teman-teman seperjuangan Teknik Sipil angkatan 2009, Agus Budiman Sikumbang, Kevin, Firdha Aulia Ariyani Azhari Panjaitan, Mia Karlina Mierza, Putri Mutia Hafni Nasution, Perkasa Damanik, Deko Sanjaya, Muhammad Multazam, Muhammad Rizki Ridho, Fathoni Tamara Gusty, Arlia Fachreny Harahap, Eviroza Indah Savitri, M. Nur Irsyad, M. Rizki Tamba, Hafiz Maulana Lida, Willy BJS, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu.

12. Abang/kakak/adik seperjuangan teknik sipil angkatan 2006, 2007, 2008, 2010, 2011, 2012 yang sedikit banyak telah membantu saya dalam menyelesaikan pendidikan di Departemen Teknik Sipil FT USU. Akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Wassallam.

Medan, 2015

Penulis

09 0404 162 Ersawaty Limbong


(5)

5

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR RUMUS...xi

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...3

1.3 Tujuan Penelitian...4

1.4 Manfaat Penelitian...4

1.5 Batasan Masalah...4

1.6 Review Penelitian Sebelumnya...6

1.7 Sistematika Penulisan...9

BAB II LANDASAN TEORI...11

2.1 Umum……...11

2.1.1 Tempat Kerja...11

2.1.2 Keselamatan Kerja...12

2.1.3 Kesehatan Kerja...12

2.1.4 Kesehatan dan Keselamatan Kerja...13

2.2 Defenisi Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK)...………...14

2.2.1 Pentingnya Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ...16

2.2.2 Pendidikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja...18


(6)

6

2.4 Acuan/Elemen-elemen Penerapan SMK3...21

2.4.1 Komitmen dan Kebijakan K3...22

2.5 Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko (IBPR)...23

2.5.1 Pemeriksaan (Evaluasi)………...29

2.5.2 Pengukuran dan Pemantauan………...29

2.5.3 Evaluasi Kepatuhan………...30

2.5.4 Penyelidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan, dan Pencegahan...30

2.5.5 Pengendalian Risiko...32

2.6 Program Kerja K3...33

2.7 Perlengkapan dan Peralatan K3...35

2.8 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data...42

2.8.1 Teknik Pengumpulan Data...42

2.8.2 Teknik Pengolahan Data...44

2.8.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ...44

2.8.2.2 Analisis Kuisioner menggunakan Metoda Pembobotan (Scoring)...46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...49

3.1 Pendahuluan ...49

3.2 Lokasi Penelitian...49

3.3 Tahap dan Prosedur Penelitian...49

3.4 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data...50

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data...50

2.4.2 Teknik Pengolahan Data...51

3.4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ...51

3.4.2.2 Analisis Kuisioner menggunakan Metoda Pembobotan (Scoring)...56

3.5 Variabel Penelitian...58

3.6 Instrumen Penelitian...59

3.7 Hasil Analisis Data...61


(7)

7

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN...63

4.1 Pelaksanaan Penelitian ...63

4.2. Hasil Kuesioner ...63

4.3 Uji Validitas dan Korelasi...68

4.4 Uji Reliabilitas ...70

4.5 Metode Pembobotan (Scoring)…...72

4.6 Hasil Evaluasi Penerapan SMK3 di proyek…...74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...76

5.1 Kesimpulan ...76

5.2 Saran ...78

DAFTAR PUSTAKA...79


(8)

8

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Cara Kerja Proses Perhitungan dengan SPSS………..…...54 Gambar 3.2 Diagram analisa statistik dengan program SPSS………55 Gambar 3.3 Flowchart Metodologi Penelitian………62


(9)

9

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Variabel Penelitian……….……….59

Tabel 3.2 Instrumen Penelitian………...……….……….60

Tabel 4.1 Profil Responden………...…….64

Tabel 4.2 Skala Penilaian Kuesioner…….………...….64

Tabel 4.3 Hasil Tabulasi Kuesioner………...….………65

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas dan Korelasi ……….……….………..69

Tabel 4.5 Hasil Reliabilitas..……….………..70

Tabel 4.6 Hasil Statistik Data……….71

Tabel 4.7 Hasil Tabulasi kuesioner dengan Metode Scoring……….72


(10)

10

DAFTAR RUMUS

Rumus 2.1 Menghitung Koefisien Korelasi Product Momen……….…...45

Rumus 2.2 Menghitung Jumlah Skor kriterium………...46

Rumus 2.3 Jumlah skor Kuesioner………...46


(11)

11 ABSTRAK

Dalam mengantisipasi dan mengurangi angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, pemerintah mewajibkan setiap perusahaan konstruksi menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). Menanggapi hal tersebut, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memahami dan mengevaluasi penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek pembangunan jembatan rel kereta api di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.

Penelitian ini menggunakan metode survei melalui lembar kuesioner yang dibagikan kepada 30 orang lalu diolah dengan software SPSS dan metode pembobotan (scoring). Berdasarkan hasil penelitian, total penerapan SMK3 keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di proyek pembangunan jembatan rel Kereta Api yang mencapai nilai 72.257% tergolong dalam kategori nomor 2 yaitu tingkat pencapaian penerapan 60-84% yang pengertiannya layak untuk diberi sertifikat dan peringkat bendera perak.

Berdasarkan evaluasi pelaksanaannya, faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan SMK3 adalah sebagai berikut: Dilihat dari segi performance para pekerja masih kurang mampu mengoperasikan peralatan kerja sesuai standar kerja sehingga kecelakaaan kerja bisa terjadi. Dilihat dari segi kesehatan pekerja, sedikitnya pelatihan kepada pekerja untuk bekerja secara aman demi pengetahuan dan peningkatan penerapan SMK3 yang ada di proyek.


(12)

12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang (Prasetyo, 2009).

Banyak faktor yang mempengaruhi K3 itu sendiri, beberapa faktor yang mempengaruhi K3 antara lain (Management of health and safety at work, 1999):

1. Tempat kerja (workplaces) 2. Peralatan

3. Tenaga kerja

Sesuai dengan Permenaker Nomor 03/MEN/1988:

1) Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia atau harta benda.

2) Kejadian Berbahaya adalah suatu kejadian yang potensial yang dapat menyebabkan kerja atau penyakit kerja kecuali kebakaran, peledakan dan bahaya pembuangan limbah.


(13)

13 Data Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan, sampai tahun 2013 di Indonesia tidak kurang dari enam pekerja meninggal dunia setiap harinya akibat kecelakaan kerja. Angka tersebut tergolong tinggi dibandingkan Negara Eropa hanya sebanyak dua orang meninggal per hari karena kecelakaan kerja. Sementara menurut data International Labor Organization (ILO), di Indonesia rata – rata pertahun terdapat 99.000 kasus kecelakaan kerja. Dari total jumlah itu, sekitar 70 persen berakibat fatal yaitu kematian dan cacat seumur hidup.

Di Indonesia Sistem Manajemen K3 didefenisikan sebagai “bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapain, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif” (Peraturan Menteri Tenaga Kerja. Nomor: PER. 05/MEN/1996).

Prinsip dasar SMK3 sebenarnya sudah ada dalam perundang-undangan sejak tahun 1970. Dalam peraturan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menjelaskan bahwa bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, akan dievaluasi bagaimana penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek


(14)

14 pembangunan jembatan rel kereta api di Kuala Tanjung sesuai dengan PER. 05/MEN/1996 yang dilihat dari tingkat keberhasilan penerapannya. Evaluasi penerapan SMK3 dilaksanakan di proyek ini karena proyek tersebut memiliki beberapa kasus kecelakaan kerja seperti pekerja tertusuk benda – benda tajam disekitar area proyek, pekerja tergelincir karena lokasi proyek yang becek dan kurangnya pemahaman pekerja mengenai pentingnya mengenakan peralatan safety, dll.

1.2.RumusanMasalah

Dengan memperhatikan hal-hal yang telah dipaparkan dalam latar belakang, maka muncul permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan dan tingkat keberhasilan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan Jembatan rel kereta api?

2. Faktor apa saja yang menghambat penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek ini?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pelaksanaan penerapan dan tingkat keberhasilan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan jembatan rel kereta api.

2. Mengetahui faktor penyebab terhambatnya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Kerja (SMK3) pada proyek ini.


(15)

15 1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, menjadi sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari bangku perkuliahan yang dituangkan dalam suatu penelitian terhadap studi kasus dilapangan.

2. Masyarakat jasa konstruksi sebagai bahan bagi perusahaan-perusahaan penyedia jasa yang baru akan memulai penerapan SMK3 di perusahaan masing-masing.

3. Bagi pelaku konstruksi, dapat menjadi bahan masukan dalam mempertimbangkan penerapan Sistem Manajemen K3 dalam proyek konstruksi.

1.5.Batasan Masalah

1. Evaluasi penerapan Sistem Manajemen K3 adalah pada proyek pembangunan jembatan rel kereta api di Kuala Tanjung, Sumatera Utara. 2. Tidak ditinjau dari aspek finansial yang disediakan untuk Sistem

Manajemen K3 di proyek tersebut.

3. Tidak ditinjau dari peraturan SMK3 yang diberlakukan di proyek.

1.6. Review Penelitian Sebelumnya

1. Judul : Evaluasi penerapanSistemManajemenKeselamatandanKesehatanKerja (SMK3) pada proyek pembangunan (Studi kasus : Siloam Hospital, Jalan Imam Bonjol, Medan)


(16)

16 Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode kuantitatif dan analisis univariat. Kuantitatif ialah pengukuran berdasarkan teori-teori yang sudah ada, sedangkan analisis univariat ialah analisis terhadap satu variabel. Kedua metode ini dipakai untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan SMK3 pada proyek pembangunan gedung Siloam Hospital berdasarkan hasil penyebaran kuesioner.

Penelitian ini menghasilkan hasil evaluasi untuk nilai tingkat keberhasilan penerapan SMK3 di proyek pembangunan gedung Siloam Hospital dengan perincian: Kebijakan K3 (92.19%), Perencanaan (87.54%), Penerapan dan Operasi Kegiatan (91.05%), Evaluasi (92%) dan Tinjauan Manajemen (96.29%). Maka diperoleh total penerapan SMK3 sebesar 91.81 % yang tergolong dalam kategori nomor 3 yaitu tingkat pencapaian 85-100% yang pengertiannya layak untuk diberi sertifikat dan peringkat bendera emas.

2. Judul : Peranan Manajemen K3 dalam Pencegahan Kecelakaan Kerja Konstruksi

Peneliti : Bambang Endroyo

Satu dari beberapa karakteristik proyek konstruksi yaitu mempunyai resiko yang tinggi terhadap kecelakaan. Dengan semakin banyaknya penggunaan alat-alat kerja yang canggih, walaupun telah dilengkapi dengan sistem keamanan, resiko kecelakaan tetap semakin besar. Selanjutnya sesuai teori Maslow, kebutuhan rasa aman akan muncul setelah kebutuhan tingkat pertama (phikis dan biologis) terpenuhi, sehingga mulai sekarang keselamatan merupakan hal yang harus diusahakan pemenuhannya. Teori lama menganggap bahwa kecelakaan


(17)

17 terjadi karena kesalahan pekerja (individual). Sekarang, kecelakaan dianggap akibat dari faktor organisasi dan manajemen yang salah. Sejalan dengan teori-teori terbaru, maka peran manajemen sangat berarti dalam pencegahan kecelakaan. Dalam tulisan ini, peran manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dibahas dari fungsi-fungsi manajemen, sumber-sumber daya yang digunakan, dan aspek lain yang relevan.

Dengan meningkatnya penggunaan alat-alat yang lebih canggih dan tantangan pekerjaan teknik sipil yang semakin sulit, maka angka kecelakaan kerja konstruksi bisa semakin tinggi. Sedangkan pada pihak pekerja, kebutuhan akan keselamatan kian menjadi tuntutan seiring dengan telah mulai terpenuhinya kebutuhan kebutuhan dasar. Oleh karena itu mulai sekarang harus ada usaha-usaha serius untuk mengurangi kecelakaan kerja konstruksi. Manajemen K3 sangat berperan dalam pencegahan kecelakaan di proyek konstruksi. Peran tersebut mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan. Selanjutnya dapat pula ditinjau dari komponen manusia, material, uang, mesin/alat, metode kerja, informasi.

3. Judul : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Proyek Industri Jasa Konstruksi

Peneliti : Syahril Effendy Pasaribu

Pengembangan sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada Proyek Industri Jasa Konstruksi ditangani secara serius dengan berpedoman kepada ketentuan Undang-Undang Ketenagakerjaan dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan keselamtan dan kesehatan kerja. Untuk melaksanakan hal ini maka perusahaan jasa konstruksi harus menerapkan sistem sistem manajemen


(18)

18 keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) di proyek dengan melibatkan pihak manajemen dan pekerja dengan pengawasan dari pemerintah. Penerapannya harus dilaksankan secara terintegrasi dengan mengacu pada keadaan dan perkembangan proyek yang sedang dikerjakan oleh perusahaan.

Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di proyek jasa konstruksi bertujuan melindungi pekerja dan sekaligus tempat kerjanya agar perusahaan berdiri kokoh dan berkembang dan tidak terganggu karena kecelakaan kerja maupun kerena gangguan kesehatan yang berakibat mengurangi kondisi fisik pekerja.

4. Judul : Evaluasi dan Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam Rangka Perbaikan Safety Behaviour Pekerja (Studi Kasus : PT. X, Sidoarjo)

Peneliti : Dhinar Tiara Luckyta dan Sri Gunani Partiwi

Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang melekat dalam dunia industri. Di Indonesia penyebab tingginya angka kecelakaan kerja salah satunya disebabkan karena kurangnya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). PT. X, merupakan perusahaan yang belum menerapkan SMK3 sedangkan lingkungan kerja perusahaan cukup mengandung potensi bahaya. Kecelakaan kerja sering terjadi dikarenakan pekerja sering melakukan tindakan tidak aman (unsafe behaviour). Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi SMK3 perusahaan dan mendapatkan penyebab dari unsafe

behaviour pekerja dengan menggunakan root cause analysis serta solusi

perbaikan digunakan HFMEA. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa sebanyak 46 kriteria SMK3 belum terpenuhi. Sedangkan penyebab dari unsafe behaviour


(19)

19 pekerja adalah fasilitas dan APD yang tidak nyaman untuk digunakan, suhu ruangan yang panas, kurangnya safety sign, kurangnya fungsi kontrol manajemen, dan tidak adanya peraturan yang tegas. Hasil studi lapangan menunjukkan bahwa kondisi lingkungan kerja PT. X saat ini berpotensi mengganggu kesehatan manusia. Perilaku kerja yang tidak aman (unsafe behaviour) juga sering terjadi di perusahaan ini, seperti membawa handphone (HP) saat mengoperasikan mesin, bekerja dengan sikap kerja yang tidak aman, bekerja dengan kondisi mesin tanpa penutup, serta kesadaran pekerja dalam penggunaan APD yang tergolong masih rendah, walaupun nyatanya APD sudah disediakan oleh perusahaan seperti sarung tangan, earplug, masker, sepatu karet, dan fingercoat. Permasalahan ini membuktikan bahwa safety behaviour pekerja masih sangat rendah. Selain itu penelitian ini juga menghasilkan rancangan dan prosedur SMK3 yang mengacu pada Permenaker 05/MEN/1996.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan penelitian ini terdiri dari lima bab.Masing-masing bab dibagi dalam sub bab mengenai pokok pembahasan, kemudian diuraikan dengan tujuan dapat diketahui permasalahan yang dibicarakan. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan, batasan masalah, review jurnal sebelumnya, diagram alir penelitian dan sistematika penulisan.


(20)

20 BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian mengenai teori dasar tentang penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang diteliti langsung dalam studi kasus pembangunan jembatan rel kereta api, serta teori Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) menurut undang-undang Indonesia.

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang pendekatan teori yang telah dijabarkan dan cara pengumpulan data dalam studi kasus pada proyek pembangunan jembatan rel kereta api.

BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang pelaksanaan penelitian yang dilakukan berdasarkan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang ada di lapangan, serta memuat perbandingan dan kesimpulan antara studi kasus di lapangan dan penerapan SMK3 menurut undang-undang.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran yang diperlukan atas pembahasan dan penyelesaian masalah yang telah dilakukan.


(21)

21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Umum

Kegiatan konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan. Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan antara lain yang menyangkut aspek keselamatan kerja dan lingkungan. Kegiatan konstruksi harus dikelola dengan memperhatikan standar dan ketentuan K3 yang berlaku. Karakteristik Kegiatan Proyek Konstruksi :

a. Memiliki masa kerja terbatas

b. Melibatkan jumlah tenaga kerja yang besar

c. Melibatkan banyak tenaga kerja kasar (labour) yang berpendidikan relatif rendah

d. Memiliki intensitas kerja yang tinggi e. Bersifat multi disiplin dan multi crafts

f. Menggunakan peralatan kerja beragam, jenis, teknologi, kapasitas dan kondisinya

g. Memerlukan mobilisasi yang tinggi (peralatan, material dan tenaga kerja)

2.1.1. Tempat Kerja

Menurut undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, yang dimaksud dengan tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di


(22)

22 dalam air maupun di udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

Kemudian dalam penjelasannya pada pasal 1 ayat (1), dengan perumusan ini, maka ruang lingkup dari UU tersebut jelas ditentukan oleh 3 unsur yaitu:

a. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha. b. Adanya tenaga kerja yang bekerja.

c. Adanya bahaya dan resiko kerja yang ada di tempat kerja.

2.1.2. Keselamatan kerja

Menurut Widodo Siswowardojo (2003), keselamatan kerja adalah keselamatan dan kesehatan kerja secara definitif dikatakan merupakan daya dan upaya yang terencana untuk mencegah terjadinya musibah kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja. Menurut Suma’mur (1996), keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Pendapat-pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa keselamatan kerja merupakan suatu program perlindungan terhadap karyawan pada saat bekerja dan berada didalam lingkungan tempat kerja dari resiko kecelakaan dan kerusakan mesin atau alat kerja untuk berusaha mencegah dan menimbulkan atau bahkan menghilangkan sebab terjadinya kecelakaan.

2.1.3. Kesehatan Kerja

Menurut Widodo Siswowardojo (2003), kesehatan kerja adalah peningkatan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja setinggi-tingginya,


(23)

23 baik fisik, mental maupun sosial, mencegah dan melindungi tenaga kerja terhadap gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja dan faktor-faktor lain yang berbahaya, menempatkan tenaga kerja dalam suatu lingkungan yang sesuai dengan fatal dan jiwa serta pendidikannya, meningkatkan efisiensi kerja dan produktivitas, serta mengusahakan agar masyarakat lingkungan sekitar perusahaan terhindar dari bahaya pencemaran akibat proses produksi, bahan bangunan, dan sisa produksi.

Sedangkan menurut Suma’mur (1996), berpendapat bahwa kesehatan kerja adalah spesialisasi dari ilmu kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja ataupun masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap faktor-faktor pekerjaan, lingkungan kerja dan terhadap penyakit umum.

Pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan kerja merupakan suatu kondisi di lingkungan kerja yang bebas dari penyakit fisik dan mental.

2.1.4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara filosofi adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya. Secara disiplin ilmu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja diartikan sebagai“ilmu dan penerapannya secara teknis dan teknologis untuk melakukan


(24)

24 pencegahan terhadap munculnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dari setiap pekerjaan yang dilakukan”.

Secara hukum, Keselamatan dan Kesehatan Kerja diartikan sebagai “Suatu upaya perlindungan agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja senantiasa dalam keadaan yang sehat dan selamat serta sumber-sumber proses produksi dapat dijalankan secara aman, efisien dan produktif”. Ditinjau dari segi ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan skala prioritas, karena dalam pelaksanaannya, selain dilandasi oleh peraturan perundang-undangan tetapi juga dilandasi oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu keteknikan dan ilmu kedokteran. Adapun tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja menurut Suma’mur 1989 antara lain:

a.Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

b. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja. c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman.

2.2. Defenisi Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna


(25)

25 terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif. (Permen: 2008).

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: 05/MEN/1996 Bab 1 Pasal 1, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Pada dasarnya SMK3 merupakan implementasi ilmu dan fungsi manajemen dalam melakukan perencanaan, implementasi, maupun evaluasi program K3 di tempat kerja dalam suatu sistem.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mencakup hal-hal sebagai berikut: struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.

Berdasarkan Pasal 4 Permenaker tentang Sistem Manajemen K3, terdapat 5 (lima) ketentuan yang harus perusahaan/pengusaha laksanakan, yaitu:

1. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin komitmen terhadap penerapan Sistem Manajemen K3.


(26)

26 2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan

keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.

5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem Manajemen K3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.

2.2.1. Pentingnya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Terdapat beberapa alasan yang mengungkapkan pentingnya Sistem Manajemen K3 diterapkan dalam suatu perusahaan/laboratorium. Alasan tersebut dapat dilihat dari aspek manusiawi, ekonomi, UU dan Peraturan, serta nama baik (Adrian, dkk, 2009). Berikut adalah argumentasi betapa pentingnya Sistem Manajemen K3.

1. Alasan Manusiawi. Membiarkan terjadinya kecelakaan kerja, tanpa berusaha melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan, merupakan suatu tindakan yang tidak manusiawi. Hal ini dikarenakan kecelakaan yang terjadi tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi korbannya (misalnya kematian, cacat/luka berat, luka ringan), melainkan juga penderitaan bagi keluarganya. Oleh karena itu pengusaha mempunyai


(27)

27 kewajiban untuk melindungi pekerja dengan cara menyediakan lapangan kerja yang aman.

2. Alasan Ekonomi. Setiap kecelakaan kerja yang terjadi akan menimbulkan kerugian ekonomi, seperti kerusakan mesin, peralatan, bahan dan bangunan, biaya pengobatan, dan biaya santunan kecelakaan. Oleh karena itu, dengan melakukan langkah-langkah pencegahan kecelakaan, maka selain dapat mencegah terjadinya cedera pada pekerja, kontraktor juga dapat menghemat biaya yang harus dikeluarkan.

3. Alasan UU dan Peraturan. UU dan peraturan dikeluarkan oleh pemerintah atau suatu organisasi bidang keselamatan kerja dengan pertimbangan bahwa masih banyak kecelakaan yang terjadi, makin meningkatnya pembangunan dengan menggunakan teknologi modern, pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat merupakan sumber terjadinya kecelakaan kerja dan pentingnya arti tenaga kerja di bidang konstruksi.

4. Nama Baik Institusi. Suatu perusahaan yang mempunyai reputasi yang baik dapat mempengaruhi kemampuannya dalam bersaing dengan perusahaan lain. Reputasi atau citra perusahaan juga merupakan sumber daya penting terutama bagi industri jasa, termasuk jasa konstruksi, karena berhubungan dengan kepercayaan dari pemberi tugas/pemilik proyek. Prestasi keselamatan kerja perusahaan mendukung reputasi perusahaan itu, sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi keselamatan kerja yang baik akan memberikan keuntungan kepada perusahaan secara tidak langsung.


(28)

28 Manfaat penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bagi perusahaan menurut Tarwaka (2008) adalah :

a. Pihak manajemen dapat mengetahui kelemahan-kelemahan unsur sistem operasional sebelum timbul gangguan operasional, kecelakaan, insiden dan kerugian-kerugian lainnya.

b. Dapat diketahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja K3 di perusahaan.

c. Dapat meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan perundangan bidang K3.

d. Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran tentang K3, khususnya bagi karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan audit. e. Dapat meningkatkan produktivitas kerja.

2.2.2. Pendidikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tujuan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja adalah mencegah terjadinya kecelakaan. Cara efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan, harus diambil tindakan yang tepat terhadap tenaga kerja dan perlengkapan, agar tenaga kerja memiliki konsep keselamatan dan kesehatan kerja demi mencegah terjadinya kecelakaan.

Menurut H. W. Heinrich, penyebab kecelakaan kerja yang sering ditemui adalah perilaku yang tidak aman sebesar 88%, kondisi lingkungan yang tidak aman sebesar 10%, atau kedua hal tersebut di atas terjadi secara bersamaan. Oleh karena itu, pelaksanaan diklat keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dapat


(29)

29 mencegah perilaku yang tidak aman dan memperbaiki kondisi lingkungan yang tidak aman.

2.3.Prinsip Dasar SMK3 dalam Perundang-undangan

Sesuai dengan Bab III pasal 3 ayat 1, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.05/MEN/1996 tentang penerapan SMK3 diwajibkan yang kepada perusahaan dengan syarat:

1. Setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen K3.

2. Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilaksanakan oleh pengurus, pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai satu kesatuan.

Keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di tempat kerja dapat diukur menurut Permenaker Nomor: 05/MEN/1996 sebagai berikut:

1. Untuk tingkat pencapaian 0-59% dan pelanggaran peraturan perundangan (nonconformance) dikenai tindakan hukum.

2. Untuk tingkat pencapaian 60-84% diberikan sertifikat dan bendera perak. 3. Untuk tingkat pencapaian 85-100% diberikan sertifikat dan bendera emas.


(30)

30 Sedangkan pada undang-undang No.13 tahun 2003 terdapat prinsip dasar SMK3 yang diatur dalam pasal 87 tentang ketenagakerjaan yang diantaranya berisi:

1. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. 2. Ketentuan mengenai penerapan sistem manjemen keselamatan dan

kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Setelah peraturan SMK3 dalam undang-undang, maka dikeluarkan peraturan pelaksanaan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Peraturan pelaksanaan ini ditujukan untuk kegiatan industri yang terdiri dari ayat (b), (c) dan (d) sebagai berikut:

a) Ayat (b) menyatakan bahwa untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada di tempat kerja, serta sumber produksi, proses produksi dan lingkungan kerja dalam keadaan aman, maka perlu penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

b) Ayat (c) menyatakan bahwa dengan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat mengantisipasi hambatan teknis dalam era globalisasi perdagangan.

c) Ayat (d) menyatakan bahwa untuk Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri.


(31)

31 2.4. Acuan/Elemen-elemen Penerapan SMK3

Dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan SMK3. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan, dan sasaran penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.

4. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3.

Sebagaimana yang telah disebutkan dalam peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 09/PRT/M/2008 tentang pedoman SMK3 konstruksi bidang Pekerjaan Umum tercantum elemen-elemen yang harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa sebagai berikut:


(32)

32

2.4.1. Komitmen dan Kebijakan K3

Pengurus dan pengusaha menunjukkan komitmen terhadap K3 sehingga mengeluarkan suatu kebijakan K3 demimemulai sebuah aturan terhadap pelaksanaan SMK3 di proyek konstruksi. Kebijakan K3 suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pengusaha dan pengurus yang memuat seluruh visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan K3, kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan atau operasinal (Permenaker, 1996). Adapun persyaratan kebijakan K3 yang diatur dalam Permen Nomor: 09/PRT/M/2008 adalah sebagai berikut:

a. Perusahaan Penyedia Jasa harus menetapkan Kebijakan K3 pada kegiatan konstruksi yang dilaksanakan.

b. Pimpinan Penyedia Jasa harus mengesahkan Kebijakan K3.

c. Kebijakan K3 yang ditetapkan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a) Sesuai dengan sifat dan kategori resiko K3 bagi Penyedia Jasa.

b) Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta peningkatan berkelanjutan SMK3.

c) Mencakup komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang terkait dengan K3.

d) Sebagai kerangka untuk menyusun dan mengkaji sasaran K3. e) Didokumentasikan, diterapkan dan dipelihara.

f) Dikomunikasikan kepada semua personil yang bekerja dibawah pengendalian Penyedia Jasa agar peduli K3.


(33)

33 h) Dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa kebijakan K3 masih

relevan dan sesuai.

2.5. Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Risiko (IBPR)

Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko dari kegiatan produk, barang dan jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk memenuhi kebijakan K3. Untuk itu harus diterapkan dan dipelihara prosedurnya sebagai berikut yang diatur dalam Permen Nomor: 09/PRT/M/2008 berikut:

1) Penyedia Jasa harus menetapkan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya secara berkesinambungan.

2) Prosedur untuk identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya harus mempertimbangkan:

a) Mengakomodasi kegiatan rutin. b) Mengakomodasi kegiatan non rutin.

c) Kegiatan semua orang yang memiliki akses di tempat kerja. d) Perilaku manusia, kemampuan dan factor manusia lainnya.

e) Mengidentifkasi bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang dapat mempengaruhi kesehatan dan krselamatan personil di tempat kerja.

f) Bahaya yang ada di sekitar tempat kerja dikaitkan dengan kegiatan kerja penyedia jasa.


(34)

34 g) Sarana dan prasarana, peralatan dan bahan di tempat kerja yang

disediakan oleh penyedia jasa atau pihak lain.

h) Modifikasi pada SMK3 termasuk perubahan sementara dan dampaknya pada operasi, proses dan kegiatannya.

i) Beberapa kewajiban perundangan yang digunakan terkait dengan penilaian resiko dan penerapan dan pengendaliannya.

j) Desain lokasi kerja, proses, instalasi, mesin/peralatan, prosedur operasi dan instruksi kerja termasuk penyesuaian terhadap kemampuan manusia.

3). Penyedia Jasa harus menerapkan prosedur untuk identifkasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya secara berkesinambungan.

4). Penyedia Jasa harus memelihara prosedur untuk identifkasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya secara berkesinambungan.

5) Penyedia Jasa harus mendokumentasikan dan menjaga rekaman hasil identifkasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya secara berkesinambungan.

Identifikasi potensi bahaya merupakan suatu proses aktivitas yangdilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagaipenyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul ditempat kerja.

Berikut variabel bahaya yang mungkin timbul selama proses proyek konstruksi jembatan rel kereta api:


(35)

35 1. Bekerja di dalam penggalian:

• Air yang merembes masuk ke dalam galian dari dinding atau dasar galian

• Air permukaan masuk ke dalam galian atau berakumulasi pada permukaan tanah dekat penggalian

• Heaving atau swelling tanah di dasar galian

• Permukaan tanah yang turun (amblas) sepanjang tepi galian

• Mesin dioperasikan dekat tepi galian (pengaruh berat dan vibrasi)

• Tidak disiplin dalam menggunakan pakaian atau peralatan pengamanan pribadi

2. Bekerja di permukaan tanah:

• Tidak ada pagar pengaman di sekeliling penggalian

• Tangga akses di dalam penggalian yang tidak aman

• Lubang yang tidak diproteksi0diidentifikasi

• Penyimpanan materil konstruksi yang melintas di atas orang

• Pergerakan beban crane yang melintas di atas trotoar, jalan akses, gudang dan fasilitas lainnya

• Tidak disiplin dalam menggunakan pakaian atau peralatan pengaman pribadi

3. Bekerja di ketinggian:

• Bukaan/lubang yang tidak diidentifikasi atau diberi pagar pengaman

• Bagian tepi bangunan yang tidak diberi pengaman

• Tidak ada/disediakan perlengkapan dan system penahan jatuh (fail-arrest system)


(36)

36

• Penggunaan tangga yang tidak tepat

• Tidak adanya pegangan tangan

• Tidak disiplin dalam menggunakan peralatan pribadi

4. Pekerjaan strukur yang bersifat sementara (penahan galian, bekisting, scaffolding):

• Penahan galian yang kurang kuat

• Pembongkaran penahan galian yang premature

• Tidak adanya penahan galian

• Pmbongkaran penahan galian secara tidak aman

• Tidak disiplin dalam menggunakan pakaian atau peralatan pengaman pribadi

• Kesalahan desain, seperti asumsi desain yang buruk atau tidak tepat

• Kualitas material yang cacat (defect), seperti kurang homogeny

• Kerusakan fisik material sehingga kekuatan dan dimensinya berubah

• Pembebanan pada saat pelaksanaan tidak sesuai desain

• Pemeliharaan, penggunakan dan inspeksi material yang buruk

• Ketidakstabilan tanah di bawah base plate scaffolding

• Pembongkaran penyangga yang premature

• Kesalahan penempatan kembali dari penyangga ulang

• Kendaraan dan peralatan yang bergerak berada terlalu dekat dengan berkisting/scaffolding

• Penuangan beton yang tidak tepat

• Pemasangan komponen bekisting secara tidak tepat


(37)

37

• Bracing dan ikatan (ties) yang tidak memadai

• Drat (thread) dari adjustable jack yang karatan/usang

• Training yang tidak memadai yang berakibat paktek kerja yang tidak aman

• Pengawasan yang tidak memadai berakibat praktek kerja yang tidak aman

5. Penanganan Material:

• Overloading pada alat pengangkat

• Kegagalan akibat instabilitas tumpuan (tidak rata, menyudut, kasar, dsb) sehingga terguling

• Pemasangan pembongkaran dan pemeliharaan yang tidak tepat

• Keterbatasan daya pandang selama operasi

• Penggunaan sling yang tidak tepat

• Material sling yang tidak memenuhi syarat

• Mulut kait yang melebar akibat beban berulang

• Tidak ada pengunci pada mulut kait

• Penyimpanan/penumpukan material yang tidak tepat

• Beban yang sedang diangkut/diangkat berada dalam kondisi tidak stabil

• Kegagalan pada komponen control, seperti alat pengangkat, rem dan stir

• Pengoperasian kendaraan/peralatan yang terlalu cepat

• Overlapping antara tower crane satu dengan lainnya


(38)

38

• Tidak adanya pengetesan peralatan sebelum digunakan

• Modifikasi dari peralatan sehingga timbul kondisi tidak aman

• Tidak membuat prosedur kerja yang aman atau memberikan pekerja informasi yang berhubungan dengan penggunaan peralatan yang aman

• Kurangnya prosedur kerja berkaitan dengan inspeksi, pemeliharaan dan/atau perbaikan

• Membuka/melepaskan alat pengaman (safeguard) pada peralatan

• Bekerja pada peralatan yang sedang bergerak atau berbahaya

• Mengoperasikan peralatan tanpa adanya perintah

• Training yang tidak memadai yang berakibat praktek kerja tidak aman

• Tidak disiplin dalam menggunakan pakaian atau peralatan pengaman pribadi

6. Bekerja pada lapangan yang berhubungan dengan sumber/arus listrik:

• Instalasi, pembongkaran dan pemindahan scaffolding dalam jarak yang dekat dengan arus listrik

• Memasang kawat (leads) dan kabel listrik tegangan tinggi pada scaffolding

• Mengoprasikan peralatan dalam jarak yang cukup dekat dengan kabel listrik tegangan tinggi

• Instalasi dan/atau peralatan listrik yang tidak aman

• Konektivitas/sambungan yang buruk

• Arus listrik yang melalui sebuah kabel /konduktor melebihi kapasitas


(39)

39

• Tidak disiplin dalam menggunakan pakaian atau peralatan pengaman pribadi

7. Kondisi lapangan (site) secara umum:

• Akses yang terbatas untuk pekerja material dan peralatan serta kendaraan

• Cuaca yang buruk

• Penerangan yang tidak memadai dan memuaskan

• Instalasi public bawah tanah (PAM, gas, listrik, dan sebagainya) yang tidak diketahui posisinya

• Kontrol lalu lintas yang kurang baik

• Penyimpanan/penempatan material membuat kondisi lapangan menjadi padat

2.5.1. Pemeriksaan (Evaluasi)

Pemeriksaan merupakan pengukuran, pemantauan dan evaluasi kinerja SMK3 dan hasilnya harus dianalisis guna menentukan keberhasilan atau untuk melakukan identifikasi tindakan perbaikan.

2.5.2. Pengukuran dan Pemantauan

Adapun syarat dalam pengukuran dan pemantauan adalah sebagai berikut: 1) Membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk pengukuran dan

pemantauan kinerja K3 secara teratur yang meliputi: a) Pengukuran kualitatif dan kuantitatif.


(40)

40 b) Pemantauan lebih luas terhadap keseuaian dengan sasaran K3

penyedia jasa.

c) Pemantauan efektivitas.

d) Pemantauan penyakit, insiden (termasuk kecelakaan, hampir kena) dan bukti historis.

e) Pencatatan data, hasil pemantauan dan pengukuran harus dapat mencukupi kebutuhan untuk analisa tindakan perbaikan dan pencegahan.

2) Merencanakan memelihara prosedur kalibrasi peralatan.

2.5.3. Evaluasi Kepatuhan

Adapun syarat dalam evaluasi kepatuhan adalah sebagai berikut:

a. Membuat, menerapkan dan memelihara prosedur secara berkala sehingga dapat mengevaluasi kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. b. Mengevaluasi kepatuhan terhadap persyaratan lainnya yang diikuti.

c. Penyedia jasa dapat menggabungkan evaluasi ini dengan evaluasi kepatuhan terhadap peraturan yang mengacu dalam prosedur terpisah.

2.5.4. Penyelidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan & Pencegahan

a. Penyelidikan Insiden

Adapun syarat/peraturan dalam hal penyelidikan insiden adalah:

1) Penyedia Jasa harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mencatat, menyelidiki dan menganalisa insiden untuk:


(41)

41 a) Identifikasi kebutuhan tindakan dan perbaikan.

b) Identifikasi peluang untuk tindakan pencegahan. c) Identifikasi peluang untuk peningkatan berkelanjutan.

d) Mengkomunikasikan hasil penyelidikan kepada pemangku kepentingan.

2) Penyelidikan harus tepat waktu.

3) Beberapa identifikasi memerlukan tindakan perbaikan atau peluang tindakan pencegahan harus sesuai dengan klausul.

b. Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Pencegahan

Semua hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan, audit dan tinjauan ulang SMK3 didokumentasi dan digunakan untuk identifikasi tindakan perbaikan dan pencegahan serta pihak manajemen menjamin pelaksanaannya secara sistematik dan efektif. Adapun syarat untuk membuat dan memelihara prosedur untuk menentukan potensi ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan ialah:

1) Memperbaiki ketidaksesuaian dan mengambil tindakan untuk mencegah resiko K3.

2) Menyelidiki ketidaksesuaian, menentukan penyebab dan mengambil keputusan untuk menghindari terjadi kembali.

3) Mengevaluasi tindakan perbaikan dan pencegahan agar tidak terjadi ketidaksesuaian.

4) Mengkomunikasikan hasil tindakan perbaikan dan pencegahan yang diambil kepada pihak yang berkepentingan.


(42)

42 5) Mengakaji ulang keefektifan tindakan perbaikan dan pencegahan yang

diambil.

2.5.5. Pengendalian Risiko

Pengendalian resiko merupakan upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja yang terbagi atas 5 hierarki sebagai berikut:

a) Eliminasi, yaitu menghilangkan sumber bahaya di tempa kerja. b) Substitusi, yaitu mengganti bahan dengan proses yang lebih aman.

c) Engineering, yaitu melakukan perubahan atau modifikasi terhadap desain peralatan, proses dan lay out.

d) Administrasi, yaitu cara kerja yang aman dengan melakukan pengontrolan dari sistem administrasi. Hierarki ini dapat diterapkan dalam hal pekerjaan sebagai berikut:

• Pemisahan lokasi kerja/penempatan material.

• Izin kerja/working permit.

e) Alat pelindung diri (APD) yang terdiri dari sabuk pengaman, sarung tangan, pelindung kepala, pelindung wajah (masker) dan lain-lain.

Kelima hierarki di atas memperlihatkan adanya hierarki cara berfikir yang harus ditanamkan kepada pelaksana dalam rangka mengendalikan resiko. Pelaksana harus memulai dari butir a (eliminasi), kemudian butir b (substitusi), lalu ke butir c (engineering), demikan seterusnya sampai butir e. Sebuah kesalahan apabila pelaksana pekerjaan langsung loncat atau melangkah ke butir e tanpa berfikir terlebih dahulu tentang butir-butir sebelumnya. Pada kasus lain, meskipun pelaksana pekerjaan sudah memulai tahap-tahap sesuai hierarki di atas


(43)

43 dikarenakan nilai resiko yang diterima sedimikian besarnya, maka pelaksana pekerjaan diharuskan untuk tetap sampai pada hierarki terakhir (e=alat pelindung diri).

Pengendalian resiko akan direalisasikan ke dalam Program Kerja K3 yang terdiri dari:

a) Item program kerja.

b) Durasi masing-masing program kerja. c) Waktu dimulainya program kerja.

d) Keterkaitan satu program kerja dengan program kerja lainnya. e) Penanggung jawab masing-masing program kerja. (BPKSDM, 2009)

2.6. Program Kerja K3

Hasil dari IBPR diutamakan dalam penyusunan sasaran dan program K3 konstruksi, yaitu merencanakan kebutuhan fasilitas dan kegiatan K3 yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek konstruksi tersebut. Perlindungan daribahaya kecelakaan harus diprogramkan dengan cara memberi keterampilan kerja dengan memperhatikan upaya K3 agar terlindung dan mencegah dari resiko bahaya yang mengancam kepada setiap personil yang berada di lokasi proyek konstruksi sampai pada batas yang dapat diterima. Program K3 harus dibuat tidak terlepas dari program pembelajaran yang harus dilakukan untuk menerapkan K3 dalam melaksanakan pekerjaan proyek konstruksi agar semua pihak yang berkepentingan dalam proyek tersebut memahami kondisi proyek yang beresiko tinggi. Adapun beberapa bagian dari program kerja Keselamtan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sebagai berikut:


(44)

44 a) Kelengkapan Administrasi K3

Setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi kelengkapan administrasi K3, meliputi:

a. Pendaftaran proyek ke departemen tenaga kerja setempat. b. Pendaftaran dan pembayaran asuransi tenaga kerja (Astek).

c. Pendaftaran dan pembayaran asuransi lainnya, bila disyaratkan proyek. d. Ijin dari kantor kimpraswil tentang penggunaan jalan atau jembatan yang

menuju lokasi untuk lalu lintas alat berat.

e. Keterangan layak pakai untuk alat berat maupun ringan dari instansi yang berwenang memberikan rekomendasi.

f. Pemberitahuan kepada pemerintah atau lingkungan setempat. b) Pelaksanakan Kegiatan K3 di Lapangan

Pelaksanaan kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lapangan meliputi:

a. Kegiatan K3 di lapangan berupa pelaksanaan safety plan melalui kerja sama dengan instansi yang terkait K3 yaitu depnaker, polisi dan rumah sakit.

b. Pengawasan pelaksanaan K3, meliputi kegiatan:

Safety patrol, yaitu suatu tim K3 yang terdiri dari 2 atau 3 orang

yang melaksanakan patroli untuk mencatat hal-hal yang tidak sesuai ketentuan K3 dan yang memiliki resiko kecelakaan.

Safety supervisor, yaitu petugas yang ditunjuk manajer proyek

untuk mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilihat dari segi K3.


(45)

45

Safety meeting; yaitu rapat dalam proyek yang membahas hasil

laporan safety patrol maupun safety supervisor.

c. Pelaporan dan penanganan kecelakaan berat, ringan, korban meninggal dan peralatan berat. (Beesono, 2012)

c). Pelatihan K3

Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terdiri atas 2 bagian yaitu pelatihan secara umum dan pelatihan khusus:

1) Pelatihan secara umum diberikan dengan materi pelatihan tentang panduan K3 di proyek, misalnya:

• Pedoman praktis pelaksanaan K3 pada proyek bangunan gedung.

• Penanganan, penyimpanan dan pemeliharaan material.

• Pengarahan K3 dalam pekerjaan sipil, finishing luar, mekanikal dan elektrikal, finishing dalam, bekisting, pembesian sementara, rangka baja, struktur khusus, pembetonan, pondasi pile dan strutting, pembongkaran.

2) Pelatihan khusus proyek yang diberikan pada saat awal proyek dan di tengah periode pelaksanaan proyek sebagai penyegaran dengan peserta seluruh petugas yang terkait dalam pengawasan proyek dan materi pengetahuan umum tentang K3 atau safety plan proyek yang bersangkutan. (Beesono, 2012)

2.7. Perlengkapan dan Peralatan K3

Dalam bidang konstruksi ada beberapa perlengkapan dan peralatan yang digunakan untuk melindungi seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya yang kemungkinan bisa terjadi dalam proses konstruksi. Perlengkapan dan peralatan ini


(46)

46 wajib digunakan oleh seseorang yang bekerja dalan suatu lingkungan konstruksi. Namun tidak banyak yang menyadari betapa pentingnya peralatan-peralatan ini untuk digunakan sebab K3 adalah dua hal yang sangat penting. Oleh karenanya, semua perusahaan kontraktor berkewajiban menyediakan semua keperluan peralatan/perlengkapan perlindungan diri atau personal protective equipment (PPE) untuk semua karyawan yang bekerja. Perlengkapan dan peralatan penunjang program K3 meliputi hal sebagai berikut:

a. Pengendalian Administrasi

Pengendalian administrasi ini mencakup promosi program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang terdiri dari:

a. Pemasangan bendera K3, bendera RI dan bendera perusahaan,

b. Pemasangan sign board K3 yang berisi slogan-slogan yang mengingatkan perlunya bekerja dengan selamat.

b. Pemakaian APD (Alat Pelindung Diri)

Dalam pekerjaan konstruksi, ada peralatan yang digunakan untuk melindungi seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya konstruksi.Peralatan ini wajib digunakan dalam pelaksanaan konstruksi.Namun banyak pekerja yang tidak menyadari pentingnya arti peralatan ini. Sarana peralatan yang melekat pada orang atau disebut perlengkapan perlindungan diri atau personal protective

equipment (PPE) diantaranya adalah:

1) Pelindung Kepala (Helmet)

Helmet sangat penting digunakan karena sudah merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk menggunakannya dengaan benar sesuai peraturan pemakaian yang dikeluarkan dari pabrik pembuatnya. Helmet dibuat dari lapisan


(47)

47 yang keras, tahan dan kuat terhadap benturan yang mengenai kepala. Sistem suspensi yang ada di dalamnya bertindak sebagai penahan goncangan dan dirancang supaya tahan terhadap sengatan listrik, melindungi kulit kepala, wajah, leher, dan bahu dari percikan, tumpahan dan tetesan. Namun sering kita lihat bahwa kedisiplinan pekerja untuk menggunakannya masih rendah yang tentunya dapat membahayakan diri sendiri.

2) Pelindung Mata

Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari serpihan kayu, pecahan batu, atau serpihan besi yang terpental dan beterbangan. Mengingat partikel-partikel debu berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata, maka perlu diberikan perlindungan. Biasanya pekerjaan yang membutuhkan kacamata seperti dalam pekerjaan mengelas.

3) Pelindung Wajah

Pelindung wajah tediri dari 2 jenis yaitu helm pengelas dan masker yang tercantum sebagai berikut:

• Helm Pengelas (Welding Protect)

Alat ini digunakan untuk melindungi wajah dari percikan benda asing saat bekerja. Misalnya pada pekerjaan mengelas.

• Masker

Masker merupakan pelindung bagi pernapasan yang sangat diperlukan untuk pekerjaan konstruksi karena mengingat berbagai kejadian dan kondisi lokasi proyek itu sendiri. Alat ini juga melindungi wajah dari berbagai material konstruksi berukuran besar sampai sangat kecil yang merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya serbuk kayu yang berasal dari sisa bahan dalam kegiatan


(48)

48 memotong, mengampelas dan pengerutan kayu. Apabila seorang pekerja yang secara terus menerus menghisapnya dapat mengalami gangguan pada pernapasan yang akibatnya tidak dirasakan langsung pada saat itu.

4) Pelindung Telinga (Ear Muff)

Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising. Bila setiap hari mendengar suara bising tanpa penutup telinga ini, maka kemungkinan efeknya cukup panjang.Namun demikian, bukan berarti seorang pekerja tidak dapat bekerja bila tidak menggunakan alat ini. Pelindung pendengaran yang paling banyak digunakan seperti foam earplugs, PVC earplugs dan earmuffs.

5) Pelindung Tangan (Sarung Tangan)

Alat pelindung tangan (sarung tangan) terbuat dari bermacam-macam bahan disesuaikan kebutuhan. Yang sering digunakan dalam pelaksanaan proyek konstruksi adalah:

• Sarung Tangan Kain

Alat ini digunakan untuk memperkuat pegangan.Hendaknya dibiasakan bila memegang benda yang berminyak, bagian-bagian mesin atau bahan logam lainnya.

• Sarung Tangan Asbes

Sarung tangan asbes digunakan terutama untuk melindungi tangan terhadap bahaya pembakaran api. Sarung tangan ini digunakan bila setiap memegang benda yang panas, seperti pada pekerjaan mengelas dan pekerjaan menempa (pande besi).


(49)

49

• Sarung Tangan Kulit

Sarung tangan kulit digunakan untuk memberi perlindungan dari ketajaman sudut pada pekerjaan pengecoran. Perlengkapan ini dipakai pada saat harus mengangkat atau memegang bahan tersebut.

• Sarung Tangan Karet

Sarung tangan karet berfungsi untuk menjaga tangan dari bahaya pembakaran asam atau melindungi dari kepedasan cairan pada bak dimana pekerjaan tersebut berlangsung. Sarung tangan karet digunakan pada pekerjaan pelapisan logam seperti pernikel dan perkhrom. Sarung tangan karet juga digunakan untuk melindungi kerusakan kulit tangan karena hembusan udara pada saat membersihkan bagian-bagian mesin dengan menggunakan kompresor.

6) Pelindung Kaki (Sepatu Kerja)

Sepatu kerja berfungsi untuk melindungi kaki dari jatuhnya barang berat maupun hantaran listrik yang akan menyambar pekerja apabila kaki terkontak langsung ke tanah. Setiap pekerja konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal agar dapat bebas berjalan di lokasi manapun tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran bagian bawah. Umumnya, sepatu kerja disediakan dua pasang dalam setahun.

7) Pelindung Tubuh

Tujuan memakai pelindung tubuh ialah melindungi badan manusia terhadap pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang biasa melukai badan. Alat pelindung tubuh terbuat dari bermacam-macam bahan disesuaikan kebutuhan seperti berikut:


(50)

50

• Pakaian pelindung

Pakaian pelindung biasanya terbuat dari kulit yang digunakan agar terhindar dari percikan api, terutama pada waktu mengelas dan menempa. Lengan baju jangan digulung, sebab lengan baju akan melindungi tangan dari sinar api.

• Apron

Apron kulit dipakai untuk perlindungan dari rambatan panas nyala api. Ketentuan memakai sebuah apron pelindung harus dibiasakan di luar baju kerja.

• Jas Hujan

Perlindungan terhadap cuaca terutama bagi pekerja pada saat bekerja adalah dengan menggunakan jas hujan. Pelaksanaan kegiatan di proyek selalu bersinggungan langsung dengan panas matahari ataupun hujan karena dilaksanakan di ruang terbuka. Tujuan utama dari jas hujan tidak lain adalah untuk kesehatan para pekerja.

8) Pelindung Bahaya Jatuh (Safety Belt)

Bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada ketinggian tertentu atau pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan tali pengaman atau safety belt. Fungsi utama tali pengaman ini adalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat bekerja, misalnya saja kegiatan erection baja pada bangunan tower. Tali pengaman (safety harness) berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian diwajibkan menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter. Pakaian penahan bahaya jatuh ini dirancang dengan desain yang nyaman bagi si pemakai dimana pengikat pundak, dada dan tali paha dapat disesuaikan menurut pemakaiannya. Pakaian penahan bahaya jatuh ini dilengkapi dengan cincin “D” (high) yang terletak di belakang dan di depan dimana


(51)

51 tersambung tali pengikat, tali pengaman atau alat penolong lain yang dapat dipasangkan. (Ervianto, 2009).

c. Sarana Peralatan Lingkungan

Sarana peralatan lingkungan terdiri dari sebagai berikut: a. tabung pemadam kebakaran

b. pagar pengamanan

c. penangkal petir darurat

d. pemeliharaan jalan kerja dan jembatan kerja

e. jaring pengaman pada bangunan tinggi

f. pagar pengaman lokasi proyek

g. tangga

h. pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)

Pertolongan pertama dilakukan di proyek apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat ringan ataupun berat pada pekerjaan konstruksi. Untuk itu, pelaksana konstruksi wajib menyediakan obat-obatan yang digunakan untuk pertolongan pertama (Ervianto, 2009).

d. Rambu-Rambu Peringatan

Rambu-rambu peringatan dapat berfungsi sebagai berikut:

• peringatan bahaya dari atas, bahaya dari benturan kepala, bahaya longsor dan api


(52)

52

• peringatan tersengat listrik

• penunjuk ketinggian (untuk bangunan yang lebih dari 2 lantai)

• penunjuk jalur instalasi listrik kerja sementara dan penunjuk batas ketinggian penumpukan material

• larangan memasuki area tertentu dan larangan membawa bahan-bahan berbahaya

• petunjuk untuk melapor (keluar masuk proyek).

• peringatan untuk memakai alat pengaman kerja dan peringatan ada alat/mesin yang berbahaya (untuk lokasi tertentu).

• peringatan larangan untuk masuk ke lokasi power listrik (untuk orang-orang tertentu). (Beesono, 2012)

2.8. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

2.8.1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan penyebaran kuesioner mengenai SMK3 dan permasalahan K3 yang terdapat di lapangan. Sumber data yang diperoleh terdiri dalam 2 bagian yaitu:


(1)

2

Sig. (2-tailed)

.88 6

.26 6

.43 4

.34 9

.02 5

.83 0

.81 0

.06 3

.37 6

.75 8

.83 9

.39 4

.98 6

.39 0

.43 1

.54 5

.61 6

.09 5

.23 0

.76 7

.05 8

.24 3

.07 8

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x1 .7

Pearson Correlatio n

.20 6

-.12 8

-.18 9

.11 1

.20 9

-.04 1

1 .51 6**

.21 5

.06 3

.00 9

.09 7

.08 5

.22 6

.32 5

.19 5

.10 0

.17 9

.00 0

.01 1

.45 3*

.10 7

.48 8**

.08 2

Sig. (2-tailed)

.27 5

.50 0

.31 8

.56 0

.26 8

.83 0

.00 4

.25 4

.74 1

.96 2

.61 2

.65 4

.22 9

.08 0

.30 2

.60 0

.34 4

1.0 00

.95 3

.01 2

.57 3

.00 6

.66 5

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x1 .8

Pearson Correlatio n

.13 8

-.08 2

.04 4

-.13 5

.08 5

.04 6

.51 6**

1 .28 8

.16 9

.08 2

.21 6

.50 8**

.13 7

.17 1

-.05 4

.22 3

.21 4

-.17 3

.15 0

.47 4**

.00 0

.25 2

.08 2

Sig. (2-tailed)

.46 7

.66 7

.81 6

.47 7

.65 6

.81 0

.00 4

.12 2

.37 3

.66 6

.25 2

.00 4

.47 1

.36 7

.77 5

.23 6

.25 7

.35 9

.43 0

.00 8

1.0 00

.18 0

.66 7

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x1 .9

Pearson Correlatio n

.32 6

-.22 1

.13 0

-.03 7

.28 3

.34 4

.21 5

.28 8

1 .09 4

.15 4

.06 7

.22 9

.01 1

.04 7

.02 3

.21 7

.06 7

.21 7

.16 6

.32 3

.30 0

-.17 5

.23 9

Sig. (2-tailed)

.07 9

.23 9

.49 5

.84 4

.13 0

.06 3

.25 4

.12 2

.62 3

.41 7

.72 3

.22 3

.95 2

.80 4

.90 5

.25 0

.72 6

.25 0

.38 0

.08 2

.10 8

.35 6

.20 4

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x1 .1 0

Pearson Correlatio n

.25 8

-.01 0

.10 8

.27 4

.19 6

.16 8

.06 3

.16 9

.09 4

1 .18 0

.47 3**

.16 5

.52 7**

.06 9

.33 2

.45 3*

.19 5

.29 6

.09 7

.41 0*

.13 1

.45 0*

.16 9

Sig. (2-tailed)

.16 9

.95 8

.56 9

.14 2

.29 8

.37 6

.74 1

.37 3

.62 3

.34 1

.00 8

.38 4

.00 3

.71 6

.07 3

.01 2

.30 2

.11 2

.60 9

.02 5

.48 9

.01 3

.37 1

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x1 .1 1

Pearson Correlatio n

.14 7

-.00 9

.22 8

.03 8

-.01 8

-.05 9

.00 9

.08 2

.15 4

.18 0

1 .54 2**

.19 0

.25 1

.20 7

.51 2**

.14 3

.17 1

.24 7

.04 3

.21 2

-.16 6

.16 1

.14 0

Sig. (2-tailed)

.43 7

.96 3

.22 6

.84 0

.92 4

.75 8

.96 2

.66 6

.41 7

.34 1

.00 2

.31 5

.18 0

.27 3

.00 4

.45 2

.36 6

.18 8

.82 3

.26 1

.37 9

.39 5

.46 1

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x2 .1

Pearson Correlatio n

.25 8

.42 5*

.21 2

.27 8

.04 8

-.03 9

.09 7

.21 6

.06 7

.47 3**

.54 2**

1 .27 3

.41 5*

.21 6

.41 3*

.45 9*

.30 0

.16 2

.23 8

.29 0

.10 1

.51 8**

.20 7


(2)

3

Sig. (2-tailed)

.16 8

.01 9

.26 0

.13 7

.80 3

.83 9

.61 2

.25 2

.72 3

.00 8

.00 2

.14 4

.02 3

.25 2

.02 3

.01 1

.10 8

.39 1

.20 5

.12 0

.59 5

.00 3

.27 3

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x2 .2

Pearson Correlatio n

.16 9

.11 4

.48 3**

.14 2

.28 3

.16 1

.08 5

.50 8**

.22 9

.16 5

.19 0

.27 3

1 .09 2

.27 8

-.00 8

.23 4

.41 1*

.19 1

.63 3**

.11 4

.10 6

.17 2

.41 1*

Sig. (2-tailed)

.37 3

.54 8

.00 7

.45 4

.12 9

.39 4

.65 4

.00 4

.22 3

.38 4

.31 5

.14 4

.62 7

.13 7

.96 7

.21 2

.02 4

.31 2

.00 0

.54 9

.57 9

.36 3

.02 4

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x2 .3

Pearson Correlatio n

-.00 5

.21 6

.07 2

.18 5

-.04 9

.00 3

.22 6

.13 7

.01 1

.52 7**

.25 1

.41 5*

.09 2

1 .20 8

.26 2

.09 3

.55 1**

.14 4

-.18 0

.26 7

-.11 5

.43 4*

.32 7

Sig. (2-tailed)

.97 7

.25 1

.70 7

.32 8

.79 6

.98 6

.22 9

.47 1

.95 2

.00 3

.18 0

.02 3

.62 7

.27 0

.16 2

.62 4

.00 2

.44 8

.34 2

.15 4

.54 5

.01 7

.07 8

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x2 .4

Pearson Correlatio n

.07 9

.21 6

.11 4

.28 2

-.02 3

.16 3

.32 5

.17 1

.04 7

.06 9

.20 7

.21 6

.27 8

.20 8

1 .14 0

-.19 4

.15 8

.08 6

.18 9

.24 2

-.02 7

.21 5

.22 8

Sig. (2-tailed)

.67 6

.25 2

.54 8

.13 1

.90 4

.39 0

.08 0

.36 7

.80 4

.71 6

.27 3

.25 2

.13 7

.27 0

.46 1

.30 4

.40 4

.65 3

.31 6

.19 7

.88 9

.25 3

.22 5

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x2 .5

Pearson Correlatio n

-.01 1

.26 8

.21 8

.38 0*

.10 6

.14 9

.19 5

-.05 4

.02 3

.33 2

.51 2**

.41 3*

-.00 8

.26 2

.14 0

1 .20 7

.03 8

.45 0*

.15 1

.06 7

.33 1

.41 2*

.11 8

Sig. (2-tailed)

.95 5

.15 1

.24 7

.03 8

.57 7

.43 1

.30 2

.77 5

.90 5

.07 3

.00 4

.02 3

.96 7

.16 2

.46 1

.27 3

.84 3

.01 3

.42 7

.72 4

.07 4

.02 4

.53 5

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x2 .6

Pearson Correlatio n

.51 9**

.12 9

.21 2

.08 4

.14 5

.11 5

.10 0

.22 3

.21 7

.45 3*

.14 3

.45 9*

.23 4

.09 3

-.19 4

.20 7

1 .15 5

.27 9

.30 2

.25 8

.33 6

.40 0*

-.07 6 Sig.

(2-tailed) .00

3 .49

6 .26

1 .65

9 .44

5 .54

5 .60

0 .23

6 .25

0 .01

2 .45

2 .01

1 .21

2 .62

4 .30

4 .27

3 .41

4 .13

5 .10

5 .16

8 .07

0 .02

9 .68

8

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x2 .7

Pearson Correlatio n

-.03 2

-.02 8

.18 5

-.03 1

.08 8

.09 5

.17 9

.21 4

.06 7

.19 5

.17 1

.30 0

.41 1*

.55 1**

.15 8

.03 8

.15 5

1 .12 0

.27 7

.32 9

.04 2

.23 3

.42 6*


(3)

4

Sig. (2-tailed)

.86 7

.88 2

.32 8

.87 0

.64 3

.61 6

.34 4

.25 7

.72 6

.30 2

.36 6

.10 8

.02 4

.00 2

.40 4

.84 3

.41 4

.52 6

.13 9

.07 6

.82 7

.21 6

.01 9

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x3 .1

Pearson Correlatio n

-.03 5

.15 4

.13 4

.30 5

.09 6

.31 0

.00 0

-.17 3

.21 7

.29 6

.24 7

.16 2

.19 1

.14 4

.08 6

.45 0*

.27 9

.12 0

1 .30 0

-.03 2

.40 6*

.00 0

.15 4

Sig. (2-tailed)

.85 6

.41 7

.48 1

.10 2

.61 5

.09 5

1.0 00

.35 9

.25 0

.11 2

.18 8

.39 1

.31 2

.44 8

.65 3

.01 3

.13 5

.52 6

.10 7

.86 5

.02 6

1.0 00

.41 7

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x3 .2

Pearson Correlatio n

.15 9

.07 8

.58 4**

.12 5

.21 6

.22 6

.01 1

.15 0

.16 6

.09 7

.04 3

.23 8

.63 3**

-.18 0

.18 9

.15 1

.30 2

.27 7

.30 0

1

-.02 2

.34 2

.01 5

.15 2

Sig. (2-tailed)

.40 1

.68 3

.00 1

.51 2

.25 1

.23 0

.95 3

.43 0

.38 0

.60 9

.82 3

.20 5

.00 0

.34 2

.31 6

.42 7

.10 5

.13 9

.10 7

.90 7

.06 4

.93 9

.42 2

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x3 .3

Pearson Correlatio n

.49 0**

-.13 3

-.07 0

.10 6

.12 8

.05 7

.45 3*

.47 4**

.32 3

.41 0*

.21 2

.29 0

.11 4

.26 7

.24 2

.06 7

.25 8

.32 9

-.03 2

-.02 2

1 .22 2

.33 8

.04 1

Sig. (2-tailed)

.00 6

.48 4

.71 4

.57 7

.49 9

.76 7

.01 2

.00 8

.08 2

.02 5

.26 1

.12 0

.54 9

.15 4

.19 7

.72 4

.16 8

.07 6

.86 5

.90 7

.23 9

.06 7

.82 9

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x3 .4

Pearson Correlatio n

.32 3

.31 3

.30 5

.41 4*

.41 7*

.35 0

.10 7

.00 0

.30 0

.13 1

-.16 6

.10 1

.10 6

-.11 5

-.02 7

.33 1

.33 6

.04 2

.40 6*

.34 2

.22 2

1 .05 2

.00 6

Sig. (2-tailed)

.08 2

.09 3

.10 1

.02 3

.02 2

.05 8

.57 3

1.0 00

.10 8

.48 9

.37 9

.59 5

.57 9

.54 5

.88 9

.07 4

.07 0

.82 7

.02 6

.06 4

.23 9

.78 4

.97 3

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x4 .1

Pearson Correlatio n

.43 5*

.19 0

-.14 9

.43 9*

.02 5

-.22 0

.48 8**

.25 2

-.17 5

.45 0*

.16 1

.51 8**

.17 2

.43 4*

.21 5

.41 2*

.40 0*

.23 3

.00 0

.01 5

.33 8

.05 2

1 .22 6

Sig. (2-tailed)

.01 6

.31 4

.43 3

.01 5

.89 7

.24 3

.00 6

.18 0

.35 6

.01 3

.39 5

.00 3

.36 3

.01 7

.25 3

.02 4

.02 9

.21 6

1.0 00

.93 9

.06 7

.78 4

.23 0

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x4 .2

Pearson Correlatio n

.05 7

.19 0

.16 7

.33 7

.37 2*

.32 7

.08 2

.08 2

.23 9

.16 9

.14 0

.20 7

.41 1*

.32 7

.22 8

.11 8

-.07 6

.42 6*

.15 4

.15 2

.04 1

.00 6

.22 6


(4)

5

Sig. (2-tailed)

.76 4

.31 4

.37 7

.06 9

.04 3

.07 8

.66 5

.66 7

.20 4

.37 1

.46 1

.27 3

.02 4

.07 8

.22 5

.53 5

.68 8

.01 9

.41 7

.42 2

.82 9

.97 3

.23 0

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x4 .3

Pearson Correlatio n

.20 4

-.15 4

.27 6

.03 0

.10 3

-.02 0

.40 0*

.25 6

.26 6

.43 6*

.48 2**

.28 7

.20 6

.46 1*

.33 4

.27 7

.13 2

.17 7

.06 4

.19 9

.34 4

-.21 2

.24 2

.15 4

Sig. (2-tailed)

.28 0

.41 6

.14 0

.87 5

.58 7

.91 5

.02 9

.17 3

.15 5

.01 6

.00 7

.12 4

.27 4

.01 0

.07 1

.13 8

.48 8

.34 9

.73 7

.29 2

.06 3

.26 0

.19 9

.41 6

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x4 .4

Pearson Correlatio n

.05 7

.26 5

-.10 0

-.04 5

-.03 2

.01 1

-.01 1

-.14 4

.00 0

.07 0

.47 0**

.51 0**

-.11 6

.52 4**

-.06 4

.28 5

.20 3

.39 8*

.00 0

-.29 8

.12 9

-.03 0

.23 0

.09 2

Sig. (2-tailed)

.76 4

.15 7

.60 1

.81 4

.86 8

.95 2

.95 5

.44 9

1.0 00

.71 3

.00 9

.00 4

.54 2

.00 3

.73 8

.12 7

.28 1

.02 9

1.0 00

.11 0

.49 8

.87 6

.22 2

.63 0

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x4 .5

Pearson Correlatio n

.03 4

.03 9

-.02 3

.12 6

.17 4

.21 2

.13 3

.33 9

.24 7

.39 2*

.09 9

.15 4

.19 3

.38 3*

.20 5

.21 2

-.03 8

.23 5

-.12 7

-.00 7

.30 4

-.09 2

.23 4

.24 6

Sig. (2-tailed)

.85 9

.83 8

.90 5

.50 9

.35 7

.26 1

.48 5

.06 7

.18 9

.03 2

.60 1

.41 5

.30 8

.03 6

.27 8

.26 1

.84 1

.21 1

.50 3

.96 9

.10 3

.62 7

.21 4

.19 0

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x4 .6

Pearson Correlatio n

.19 6

.36 6*

-.10 6

.42 0*

.02 7

-.01 5

.23 0

.25 7

-.08 9

.19 8

.05 5

.27 7

.11 6

.44 4*

.47 1**

.08 3

-.05 2

.03 0

-.16 1

-.13 7

.13 9

-.19 4

.45 5*

.39 3*

Sig. (2-tailed)

.29 8

.04 7

.57 9

.02 1

.88 8

.93 6

.22 2

.17 0

.63 9

.29 4

.77 3

.13 9

.54 1

.01 4

.00 9

.66 3

.78 3

.87 6

.39 5

.47 0

.46 3

.30 5

.01 2

.03 1

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x4 .7

Pearson Correlatio n

.01 0

.30 7

.40 1*

.26 0

.16 7

.12 5

.07 8

.00 0

.10 4

.28 0

.03 2

.19 7

.15 0

.17 9

.14 6

.45 6*

.04 2

.03 5

.48 9**

.40 6*

-.07 3

.56 9**

.10 2

.24 3

Sig. (2-tailed)

.95 8

.09 9

.02 8

.16 6

.37 7

.51 0

.68 1

1.0 00

.58 4

.13 3

.86 6

.29 8

.42 7

.34 4

.44 3

.01 1

.82 6

.85 5

.00 6

.02 6

.70 2

.00 1

.59 2

.19 6

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x5 .1

Pearson Correlatio n

.38 9*

.43 7*

.41 1*

.27 7

.25 0

.18 7

.06 4

.04 8

.13 9

-.12 8

.29 5

.22 7

.15 0

-.00 8

.01 6

.40 2*

.45 7*

-.03 3

.10 7

.19 3

.11 2

.43 8*

.15 2

-.10 0


(5)

6

Sig. (2-tailed)

.03 4

.01 6

.02 4

.13 9

.18 2

.32 2

.73 7

.80 3

.46 5

.50 2

.11 4

.22 7

.42 8

.96 7

.93 1

.02 8

.01 1

.86 2

.57 2

.30 6

.55 5

.01 6

.42 2

.60 0

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x5 .2

Pearson Correlatio n

.15 9

.28 7

.20 2

.00 4

.15 5

.23 1

.03 8

-.05 7

.16 6

-.02 8

.14 6

.01 6

.14 2

.30 2

.17 1

.16 7

.00 7

.15 8

.17 1

-.02 0

.17 9

.37 3*

.00 8

.17 8

Sig. (2-tailed)

.40 2

.12 5

.28 5

.98 1

.41 4

.22 0

.84 1

.76 5

.38 1

.88 4

.44 2

.93 3

.45 4

.10 4

.36 5

.37 9

.96 9

.40 4

.36 6

.91 8

.34 5

.04 3

.96 5

.34 8

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

x5 .3

Pearson Correlatio n

.16 2

.09 4

-.00 9

.12 7

-.06 0

.01 4

.37 6*

.23 2

.38 6*

.14 1

.38 3*

.45 5*

.22 1

.04 4

.29 4

.56 3**

.20 9

.08 0

.34 8

.34 0

.22 1

.23 5

.36 2*

.13 1

Sig. (2-tailed)

.39 3

.61 9

.96 3

.50 5

.75 4

.94 2

.04 1

.21 8

.03 5

.45 7

.03 6

.01 1

.24 1

.81 8

.11 4

.00 1

.26 8

.67 3

.05 9

.06 6

.24 1

.21 2

.04 9

.48 9

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

sk ort ot

Pearson Correlatio n

.42 0*

.37 8*

.39 2*

.49 3**

.39 1*

.34 2

.40 6*

.39 0*

.38 0*

.51 9**

.44 9*

.63 5**

.53 3**

.55 3**

.47 3**

.53 7**

.40 9*

.45 0*

.36 1*

.38 8*

.48 9**

.39 1*

.52 1**

.49 6**

Sig. (2-tailed)

.02 1

.03 9

.03 2

.00 6

.03 3

.06 5

.02 6

.03 3

.03 8

.00 3

.01 3

.00 0

.00 2

.00 2

.00 8

.00 2

.02 5

.01 3

.05 0

.03 4

.00 6

.03 3

.00 3

.00 5

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(6)