DISPENSASI PENGADILAN AGAMA DALAM PERKAWINAN DI BAWAH UMUR (STUDI KASUS PENGADILAN AGAMA PALU) Wahyuddin Arsyid Said Arsyad Ridwan

  DISPENSASI PENGADILAN AGAMA DALAM PERKAWINAN DI BAWAH UMUR (STUDI KASUS PENGADILAN AGAMA PALU) Wahyuddin Arsyid Said Arsyad Ridwan Abstrak

  

Perkawinan adalah suatu ikatan lahir dan batin untuk membentuk keluarga yang

bahagia dan kekal antara seorang pria dan wanita berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa. Perkawinan baru dianggap sah apabila dilakukan menurut masing-

masing agama dan di catat oleh pejabat yang memiliki wewenang sebagaimana

yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam

agama islam menikah merupakan sunnatullah, sunnah para rasul dan merupakan

sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Seiring berjalannya waktu

dan perkembangan zaman banyak anak-anak yang menikah di usiahnya belum

bisa dikatakan dewasa atau belum cukup umur, yang biasanya sering dilakukan

oleh masyarakat pedesaan. Berdasarkan keterangan diatas kita dapat melihat

Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan, yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 9 Tahun 1975 Kata Kunci : Dispensasi, Umur, Perkawinan, dan Pengadilan Agama I.

  bertanggung jawab atas keluarga

PENDAHULUAN A.

  yang dibentuknya.

   Latar Belakang

  Membentuk suatu keluarga Setiap perkawinan, selain yang harmonis dan sejahtera serta cinta juga diperlukan saling penuh dengan kebahagiaan yang pengertian yang mendalam, kekal seperti yang dicita-citakan, kesediaan untuk saling menerima masing-masing pihak yang akan pasangan masing-masing dengan melangsungkan perkawinan latar belakang yang merupakan hendaknya telah dewasa baik bagian dari kepribadiannya. Hal ini secara psikologis maupun secara berarti mereka juga harus biologis, serta mampu untuk bersedia menerima dan memasuki lingkungan sosial budaya pasangannya dan karenanya diperlukan keterbukaan dan toleransi yang sangat tinggi, serta saling penyesuaian diri yang harmonis. Orang menikah bukan hanya mempersatukan diri maupun batin, tetapi seluruh keluarga besarnya juga ikut. Proses pengenalan antar pasangan itu berlangsung hingga salah satu pasangan mati dan dalam perkawinan terjadi proses pengembangan yang didasari oleh cinta.

  Ketika suami dan istri berikrar untuk menikah, berarti masing-masing mengikatkan diri pada pasangan hidup dan sebagian kebebasan sebagai individu dikorbankan. Perkawinan bukan sebuah titik akhir, tetapi sebuah perjalanan panjang untuk mencapai tujuan yang disepakati berdua. Setiap pasangan harus terus belajar mengenai kehidupan bersama. Pasangan juga harus menyiapkan mental untuk menerima kelebihan sekaligus kekurangan pasangannya dengan kontrol diri yang baik. Pentingnya penyesuaian dan tanggung jawab sebagai suami atau istri dalam sebuah perkawinan akan berdampak pada keberhasilan hidup berumah tangga.

  Kata perkawinan menurut istilah Hukum Islam sama dengan kata nikah dan kata

  zawaj . Nikah menurut bahasa

  adalah menghimpit, menindih atau berkumpul. Nikah mempunyai arti kiasan yakni wathaa yang berarti "setubuh" atau akad yang berarti mengadakan perjanjian pernikahan. “Akad yang membolehkan terjadinya al-istimta (persetubuhan) dengan seorang wanita atau melakukan wathi dan berkumpul selama wanita tersebut bukan yang diharamkan baik dengan sebab keturunan ataupun persusunan

  ”.

  1 Menurut perkawinanan adat

  perkawinana bukan saja merupakan soal yang mengenai orang-orang yang bersangkutan (sebagai suami istri) merupakan juga kepentingan keluarga dan bahkan masyarakat adat pun ikut 1 Amiur Nuruddin, dan Ashari Akmal

  Taringan., Hukum Perdata Islam Indonesia, Kencana, Jakarta 2004, hlm 82 berperang penting dalam pada (Kantor Urusan Agama) dan persoalan masyarakat tersebut. yang beragama Kristen di catatkan Bagi hukum adat perkawinan di kantor catatan sipil. Dengan adalah perbuatan-perbuatan yang demikian bahwa sahnya tidak hanya bersifat dunia perkawinan menurut hukum agama bersifat keduniaan, melainkan terjadi saat dilakukan menurut

  2

  kebatinan atau pun keagamaan. hukum agama. Sedangkan secara hukum perkawinan sah pada saat Aturan tata tertib dan adat- di lakukan sesuai hukum agama istiadat perkawinan sudah ada didaftarkan pada yang memberikan sejak dahulu kala dan sampai kewenangan. sekarang masih banyak yang dipertahankan oleh para Pemerintah telah masyarakat, pemuka agama dan mengeluarkan Undang-Undang atau para pemuka masyarakat adat. Perkawinan Nasional yang telah Aturan tersebut lama-kelamaan lama dicita-citakan oleh seluruh terus direvisi dan berkembang bangsa Indonesia, yaitu Undang- dalam masyarakat yang Undang Nomor 1 Tahun 1974 mempunyai kekuasaan pemerintah. Tentang Perkawinan, yang kemudian demi kelancaran

  Undang-Undang Nomor 1 pelaksanaannya dikeluarkan suatu Tahun 1974 Tentang Perkawinan,

  Peraturan Pemerintah tentang mengatakan bahwa perkawinan itu Pelaksanaan Undang-Undang sah apabila di lakukan menurut Nomor 1 Tahun 1974 tentang masing-masing hukum Agama dan Perkawinan, yaitu Peraturan dicatatkan di kantor catatan sipil, Pemerintah Republik Indonesia untuk yang beragama Islam Nomor 9 Tahun 1975 Tentang dicatatkan di kantor catatan sipil Pelaksanaan Undang-undang 2 Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

  Taufiqurrohman Syahuri, Legislasi Perkawinan.

  Hukum Perkawinan Diindonesia, Kencana, Jakarta, 2013, hlm 64

  Salah satu syarat dalam istri yang belum mencapai batas Undang-Undang Perkawinan yaitu umur terendah dalam melakukan mengatur tentang batasan umur perkawinan. Dispensasi umur terendah dalam melangsungkan perkawinan telah diatur dalam perkawinan. Hal tersebut tertuang Undang-Undang Perkawinan dalam Pasal 7 ayat 1 yang dalam Pasal 7 Ayat 2 yang berbunyi. Dalam hal berbunyi : “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah penyimpangan terhadap ayat 1 mencapai umur 19 (sembilan

  pasal ini dapat meminta dispensasi belas) tahun dan pihak wanita kepada pengadilan atau pejabat mencapai umur 16 (enam belas) lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak tahun.” Dalam pasal tersebut mengatur prinsip bahwa calon wanita. suami istri harus masak jiwa

  Apabila calon mempelai raganya untuk dapat dimaksud belum mencapai umur melangsungkan perkawinan, agar minimal sebagaimana tersebut di dapat mewujudkan tujuan atas maka dapat diajukan perkawinan secara baik tanpa permohonan dispensasi kawin berakhir dengan perceraian, dan kepada Pengadilan Agama. mendapat keturunan yang baik dan

  Permohonan tersebut dapat sehat.

  3

  diajukan oleh : Dalam Undang-Undang 1.

  Orang tua bagi calon mempelai Perkawinan, selain diatur yang di bawah umur. mengenai batas umur terendah 2.

  Dapat diajukan juga oleh calon untuk melangsungkan perkawinan mempelai pria atau wanita yang juga diatur mengenai dispensasi umur Perkawinan. Dispensasi 3 Pasal I Undang-undang Republik umur perkawinan merupakan suatu

  Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

  kelonggaran yang diberikan oleh Perkawinan. pengadilan kepada calon suami belum cukup umur 19 tahun atau dimaksudkan agar terwujudnya 16 tahun. tujuan perkawinan itu sendiri.

  3. Pemberian dispensasi umur Permohonan tersebut diajukan kepada Pengadilan Agama yang perkawinan tidak serta-merta tanpa mewilayahi tempat tinggal adanya alasan. Banyak faktor yang orangtua atau Pengadilan Agama melatar belakangi ditetapkannya yang mewilayahi tempat tinggal dispensasi umur perkawinan. Baik calon mempelai. faktor dari pemohon maupun dari

  4. Agama setelah pertimbangan hakim selaku Pengadilan menerima permohonan pemberi dispensasi umur

  Dispensasi kawin memeriksa perkawinan. Dari putusan-putusan perkaranya dengan langkah- yang telah ada banyak langkah sebagai berikut: pertimbangan yang dikemukakan,

  1) seperti untuk menghindari Memanggil pihak-pihak yang berperkara terjadinya hal-hal yang bisa

  2) kebenaran menjerumuskan pada perzinahan.

  Memeriksa alasan permohonan Karena kedua calon mempelai sulit pemohon untuk dipisahkan, dan bahwa

  3) kedua calon mempelai merasa Memeriksa alat-alat bukti

  4) sudah siap untuk melakukan Mendengarkan keterangan para saksi atau perkawinan. keluarga dekat

B.

   Rumusan Masalah

  5) Sehubungan dengan latar Mempertimbangkan

  maslahat dan mudarat belakang yang telah diuraikan di

  6) atas, maka penulis dapat membuat Mengadili dan memutus perkaranya rumusan masalah sebagai berikut :

  Pemberian dispensasi umur 1. apa yang Faktor-faktor perkawinan tersebut dapat menyebabkan Pengadilan diberikan melalui pertimbangan- Agama Palu memberikan pertimbangan tertentu. Hal ini dispensasi dalam perkawinan di bawah umur ?

  2. Apakah dampak positif dan negatif dalam ketentuan pemberian dispensasi perkawinan di bawah umur?

  Perkara Perdata Islam perihal dispensasi perkawinan yang dialami oleh AR Bin BR (inisial), umur 18 tahun 5 bulan, Agama, Islam, pekerjaan karyawan Bengkel Motor, beralamat di BTN Roviga B.6 No.

  19 Kelurahaan Tondo, Kecamatan Mantikolore, Kota Palu, berencana menikahi MR Binti AA (inisial), mengingat ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 mengenai syarat-syarat perkawinan, di mana syarat bagi pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun maka permohonan nikah yang telah diajukan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Palu Timur Kota Palu akhirnya ditolak. Hal ini telah sesuai dengan Kompilasi Hukum

  Islam yang diatur dalam Pasal 15 ayat (1) yang menerangkan bahwa :

  “Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam Pasal

II. PEMBAHASAN A. Faktor Penyebab Diajukan Permohonan Dispensasi Umur Perkawinan A.1 Perkara No. 011/Pdt. P/2014/ PA.PAL

  7 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yakni calon suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon istri sekurang- kurangnya berumur 16 tahun” . Perkara perdata Islam yang dialami, AR Bin BR (inisial) yang masih dibawah umur perlu permohonan dispensasi ke Pengadilan Agama Palu supaya pelaksanaan pernikahan. Pernikahan yang akan dilangsungkan antara AR Bin BR (inisial) dengan MR Binti AA (inisial) dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 7ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang di dalamnya menerangkan bahwa apabila terdapat penyimpangan dalam Pasal 7 ayat (1) yaitu dimana terdapat pasangan calon A.2 Analisis Faktor Penyebab mempelai yang belum mencapai Diajukan Permohonan Dispensasi umur 19 tahun untuk calon Umur Perkawinan mempelai laki-laki dan 16 tahun Menurut Ibu Hj. Dra untuk calon mempelai wanita Nuralam Ada beberapa alasan maka dapat dimintakan yang melatarbelakangi maraknya dispensasi di pengadilan agama. fenomena dispensasi perkawinan Proses permohonan dispensasi dibawah Umur. Pengajuan perkawinan, syarat yang paling permohonan dispensasi umur utama atau syarat yang sangat perkawinan di Pengadilan Agama dibutuhkan untuk dapat Kota Palu disebabkan oleh

  4

  mengajukan permohonan beberapa faktor. Yaitu : dispensasi perkawinan dalam

  1. Hamil di Luar Nikah perkara perdata Islam ini adalah Hamil di luar nikah ialah bukti yang berupa penolakan dari seorang wanita yang telah Kantor Urusan Agama (KUA) hamil tetapi belum bersuami Kecamatan Palu Timur Kota Palu dan adanya bukti Akta Kelahiran atau belum melakukan atas nama yang dimintai pernikahan. Terjadinya hamil permohonan. Faktor pemberian di luar nikah disebabkan oleh dispensasi perkawinan oleh Pengadilan Agama Palu dalam pergaulan yang terlalu bebas perkara perdata Islam mengenai dan kurangnya kontrol dari permohonan dispensasi orang tua serta tidak disertai perkawinan di bawah umur oleh dengan ajaran agama tentang bapak AR Bin BR (inisial) adalah untuk kemaslahatan (manfaat) larangan terhadap pasangan dengan MR Binti AA (Inisial) dalam menjalani bahtera rumah 4 Wawancara Ibu Hj Dra Nuralam ketua tangga.

  hakim pengadilan agama palu Pada tanggal 6 Oktober 2015 yang bukan suami istri melakukan hubungan seksual, serta nilai-nilai agama tidak lagi menjadi pedoman hidup dalam menjalankan kehidupan.

  Orangtua yang tidak mengawasi dan memperhatikan tingkah laku anak-anaknya sehingga anak tersebut bertindak terlalu berlebihan serta jarang mengingatkan anak-anaknya tentang nilai-nilai agama sehingga terjadinya kemorosotan moral yang cenderung tidak lagi memperdulikan aturan-aturan agama. Mereka beranggapan bahwa pacaran adalah sesuatu yang wajar terlebih bagi remaja yang masih di bawah umur, yang tidak memperhatikan batasan- batasan sehingga mereka melakukan tindakan yang berlebihan seperti melakukan hubungan seksual sebelum resmi menjadi pasangan suami isteri yang menyebabkan hamil di luar nikah.

  Berdasarkan kondisi di atas, tentu saja dapat menimbulkan dampak yang serius yang salah satu dampaknya adalah kehamilan perempuan yang telah melakukan hubungan seksual dengan pasangannya.

  Kehamilan adalah hal yang membahagiakan bagi pasangan yang telah menikah, tetapi akan berbeda bila itu terjadi sebelum adanya pernikahan. Bagi orang tua yang anak perempuannya yang telah hamil di luar nikah akan mendapatkan gunjingan dari masyarakat yang dianggap tidak mampu mendidik anak-anaknya dengan baik. Sehingga orang tua perlu melakukan upaya hukum agar hunbungan anak- anaknya lebih jelas dan sah di mata hukum. Untuk melakukan itu perlu adanya permohonan dispensasi perkawinan, karena dari segi mamfaatnya akan lebih baik apabilah ke dua calon mempelai di nikahkan agar statusnya jelas dan anak yang dalam kandungan juga statusnya jelas di mata hukum. Karena jika tidak dikabulkan permohonan dispensasi ditakutkan akan terjadi perbuatan yang tidak diinginkan seperti menggugurkan anak yang masih dalam kandungan.

  2. Faktor Ekonomi Pernikahan usia muda dilakukan karena keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan. Karena kondisi ekonomi inilah yang banyak mempengaruhi orang tua menikahkan anaknya walaupun masih di bawah umur karena sudah tidak sanggup untuk membiayai kehidupan anaknya bahkan tidak sanggup untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk meringankan beban orangtuanya maka anak perempuannya di nikahkan dengan pemuda yang dianggap mampu membiayai hidup anaknya.

  Kasus tersebut di atas banyak terjadi, ketika orang tua mengalami masalah ekonomi maka anak perempuan yang dikobarkan dengan memintahnya berhenti sekolah dan menikahkannya walaupun usia anak perempuan tersebut masih di bawah umur. Bagi masyarakat miskin dengan menikahkan anaknya merupakan pelepasan beban. Orang tua akan merasa beban hidupnya berkurang karena anak perempuannya telah menjadi tanggung jawab suaminya yang dapat memenuhi kehidupanya. Mereka merasa semakin cepat anak perempuannya menikah maka semakin baik kehidupan mereka. Dengan menikahkan anaknya maka lepaslah hutang-hutang yang melilit orang tua si anak. Walaupun suaminya belum tentu sanggup memenuhi kebutuhan isterinya.

  Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak, dan masyarakat menyebabkan adanya kecenderungan untuk menikahkan anaknya yang masih di bawah umur.

  Anak yang tidak sekolah dan tidak melanjutkan pendidikannya cenderung menikah sebelum umurnya mecapai dewasa, apalagi kalau anak tersebut adalah perempuan. Orang tua tidak terlalu memperdulikan pendidikan anak perempuanya, karena bagi sebagian orang tua beranggapan bahwa untuk apa sekolah tinggi- tinggi kalau akhinya kembali ke dapur juga. Pemikiran seperti ini masih melekat pada masyarakat pedesaan. Karena mereka tidak terbiasa melihat anak perempuan bekerja di luar rumah sehingga perempuan selalu di tempatkan di dapur. Hal inilah yang menyebkan orang tua meminta permohonan dispensasi umur perkawinan di pengadilan agama.

3. Faktor Pendidikan

  4. Faktor Adat dan Tradisi

  Masyarakat Pernikahan di bawah umur sering kali dilakukan oleh masyarakat yang masih kental dengan adat istiadat dan tradisi. Dan hal itu sudah sering dilakukan. Karena bagi orang tua yang memiliki anak perempuan takut akan anaknya menjadi perawan tua sehingga segara di nikahkan dan takut akan menjadi aib apabila anak perempuannya berpacaran dengan anak laki-laki terlalu lekat. Beda halnya di kota- kota besar, kecenderungan perempuan menikah di usia dewasa dan tak jarang menjadi semacam permainan hidup.

  A.3 Dampak dari pernikahaan dibawah umur

  Dampak dari para pelaku pernikahaan dibawah umur sebagian besar keburukan yang akan timbul dalam beberapa masalah setelahnya, dan dampak atau akibat yang sering akan timbul karena faktor belum matang usia maupun kedewasaan, para pelaku nikah dibawah umur, sehingga dampak negatif sangat jelas seperti dibawah ini:

  Memperjelas status perkawinan b. Memperjelas nasib anak yang membutukan sosok atau figur bapak c. Mendapak pengakuan yang baik dari lingkungan 2. Dampak negatif a.

  Peningkatan perceraiaan akibat pernikahaan di bawa umur b. Pernikahaan dibawa umur mempunyai pengaruh sangat besar terhadap tingginya angka kematiaan ibu bayi dan anak c.

  Secara medis penelitian ini menujukkan bahwa perempuan yang menikah diusia muda, dengan berhubungan seks lalu menikah dan kemudian hamil dalam kondisi negatif yang sering akan timbul seperti terkenanya kanker rahim karena hubungan seks secara bebas ataupun berhubungangan intim

1. Dampak positif a.

  secara berganti ganti jalan keluar bagi persoalan- pasangan. persoalan yang terjadi.

  d.

  Semetara itu, sikap pro 2.

  Faktor-faktor yang menyebabkan terhadap pernikahaan pasangan di bawah umur yang dibawa umur beralasan akan melangsungkan perkawinan bahwa nikah usia muda mengajukan permohonan menjadi suatu hal dispensasi umur perkawinan di kebiasaan dan tradisi yang Pengadilan Agama Kota Palu telah membudidayakan yaitu karena calon mempelai dibeberapa masyarakat. perempuan telah hamil sebelum

  

III PENUTUP melakukan perkawinan, karena

  kondisi ekonomi masyarakat A.

   Kesimpulan

  yang lemah, karena lemahnya 1. tingkat pendidikan dari

  Pemberian dispensasi umur perkawinan oleh Pasal 7 Ayat 2 masyarakat. Hal tersebut

  Undang- Undang Nomor 1 Tahun menyebabkan orang tua lebih 1974 kepada pasangan di bawah memilih untuk menikahkan umur yang akan melangsungkan anaknya. Faktor keempat yaitu perkawinan di Pengadilan Agama karena faktor budaya atau tradisi Kota Palu dilakukan sebagai dalam masyarakat. upaya untuk memenuhi rasa B.

   Saran

  keadilan dalam masyarakat yang Adapun saran-saran yang telah sadar akan adanya hukum diberikan oleh penyusun setelah yang berlaku di Indonesia. melihat permasalahan yang ada

  Pemberian dispensasi umur adalah: perkawinan tersebut juga

  1. pemehaman Kurangnya diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat tentang dispensasi masyarakat, sehingga dapat umur perkawinan sehingga memberikan kemudahan dan masyarakat yang tidak paham memilih penyelesaian secara altertnatif melalui aparat- aparat yang tidak bertanggung jawab sehingga perlu adanya ketegasan dari pemerintah.

  2. Diharapkan hasil penelitianini dapat menjadi dasar maupun rujukan bagi penelitian- penelitian yang akan dilakukan di masa mendatang. Sehingga akan ditemukan suatu produk penelitian yang nantinya dapat dijadikan dasar bagi pengembangan hukum perkawinan nasional.

  

Daftar Pustaka

A.

  Buku-buku Ali, Zainudin. 2006. Hukum Perdata Islam Di Indonesia. Jakarta Sinar Grapika.

  H.Hilman Hadikusuma. 1990. Hukum Perkawinan Di Indonesia Menurut

  Perundangan, Hukum Adat Dan Hukum Islam . Bandung : CV Mandar Maju.

  Nuruddin, Amiur Dan Ashari Akmal Taringan. 2004. Hukum Perdata Islam

  Indonesia. Jakarta: Kencana

  R. Subekti dan R. Tjitrosoedibio. 1996. Kamus Hukum. Jakarta: PT Pradnya Paramitha. Soemitro, Ronny Hanitijo. 1990. Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri.

  Jakarta: Ghalia Indonesia Syahuri, Taufiqurrohman. 2013. Legislasi Hukum Perkawinan Di Indonesia. Jakarta: Kencana B. Undang-Undang

  Undang-undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 C. Sumber Lain Wawancara Dra Hj Nuralam Hakim Ketua Pengadilan Agama Palu Pada tanggal 6 0ktober 2015

  D.

  Internet

  

  tanggal 8 mei 2015 iakses 19 mei 2015