Chapter II Hubungan Paritas Dengan Kejadian Kanker Payudara Di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

35

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Paritas
Paritas menunjukkan jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran janin

viabel. Jika seorang wanita hamil kembar, kehamilannya tetap dihitung satu kali
kehamilan. Jika janin lahir mati, namun sudah melewati usia viabilitas, hal tersebut
masuk hitungan paritas.
Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan janin viabel, primipara
adalah wanita yang pernah melahirkan satu kali (tanpa mempertimbangkan jumlah
janin) dengan janin viabel, sedangkan multipara adalah wanita yang pernah
melahirkan dua kali atau lebih (tanpa mempertimbangkan jumlah janin) dengan janin
viabel (Kriebs dan Gegor, 2005).
B.

Kanker Payudara


1.

Pengertian Kanker Payudara
Payudara merupakan modifikasi kelenjar keringat yang berkembang menjadi

susunan yang kompleks pada wanita dan rudimenter (tidak berkembang) pada pria,
dan kelenjar ini khas untuk golongan mammalia. Pada wanita, pertumbuhan
payudara terus berlanjut sampai dewasa, sedangkan pada pria, pertumbuhan
payudara berhenti pada waktu lahir. Pertumbuhan dan perkembangan payudara
dipengaruhi oleh hormon ovarium dan hormon hipofisis (Purwoastuti, 2008).
Kanker adalah pertumbuhan atau penyebaran sel yang abnormal dan tidak
terkendali. Keseimbangan tubuh, terlebih apabila sudah usia dewasa, sebagian besar
bergantung pada keseimbangan antara pertumbuhan sel dan proses kematian sel yang
disebut proses apoptosis. Berbeda dengan sel normal, kanker tidak memiliki kontrol
untuk menghentikan pertumbuhan. Dengan kata lain, ia kehilangan kemampuan

Universitas Sumatera Utara

36


menjalankan proses apoptosis. Akibatnya, sel kanker tumbuh atau membelah tak
terkendali (Tanjung, 2011).
Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah kanker yang terjadi pada
payudara karena adanya pertumbuhan yang tidak terkendali dari sel-sel kelenjar dan
salurannya (Nisman, 2011).
Sementara menurut Astana (2009), kanker payudara adalah suatu kondisi
dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga
mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
2.

Faktor Risiko Kanker Payudara
Menurut Nisman (2011), faktor risiko adalah setiap faktor yang menyebabkan

seseorang atau sekelompok orang mempunyai kemungkinan lebih besar menderita
penyakit, cedera, atau komplikasi. Banyak faktor yang diperkirakan mempunyai
pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara, di antaranya:
a. Faktor Reproduksi
Beberapa faktor reproduksi yang berhubungan dengan risiko terjadinya
kanker payudara adalah nulliparitas (wanita yang belum melahirkan) dan
kehamilan pertama pada umur tua (kehamilan pertama di atas 30 tahun). Hal ini

dikaitkan dengan fungsi payudara yang berfungsi optimal, demikian juga
hormon-hormon yang berperan pada proses menyusui. Beberapa penelitian
menunjukkan hasil bahwa menyusui dapat mengurangi risiko terkena kanker
payudara. Faktor reproduksi lain yang mungkin berperan adalah menarche
(menstruasi pertama) pada umur muda dan menopouse (berhentinya menstruasi)
pada umur lebih tua. Diperkirakan hanya kurang dari 25% kanker payudara
terjadi pada masa sebelum menopouse sehingga diperkirakan awal terjadinya
tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan yang terjadi pada payudara.

Universitas Sumatera Utara

37

Sejumlah penelitian juga telah menunjukkan hubungan antara menstruasi
dini, menopouse terlambat, dan kanker payudara. Usia pertengahan saat
menarche lebih rendah untuk terjadinya kanker payudara dibandingkan dengan
usia menarche yang lain. Perempuan pada fase reproduksi yang panjang,
memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya kanker payudara. Tidak ada
hubungan yang jelas ditemukan antara risiko kanker payudara dengan
ketidakteraturan


menstruasi

atau

durasi

menstruasi.

Menyusui

tidak

mempengaruhi kejadian kanker payudara, tapi kelahiran anak mempengaruhi.
Wanita yang tidak pernah hamil memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker
payudara dibandingkan mereka yang multipara. Namun, usia melahirkan anak
pertama yang mempengaruhi kejadian kanker payudara, dimana primigravida tua
memiliki insiden yang lebih tinggi (Berek dan Hacker, 2005).
Usia kehamilan cukup bulan pada kehamilan pertama menjadi faktor risiko
yang sangat penting. Jika wanita dengan kehamilan pertama cukup bulan pada

usia antara 35 tahun
dikaitkan dengan peningkatan risiko dibandingkan dengan wanita nullipara,
kehamilan yang tidak cukup bulan tidak menunjukkan pengaruh. Beberapa
kesimpulan menyatakan bahwa usia saat menarche dan kehamilan pertama cukup
bulan adalah faktor penting yang berkaitan dengan keseimbangan hormon. Hal
ini memberikan kemungkinan bahwa "hormon estrogen sebagai suatu hipotesa".
Namun ada beberapa inkonsistensi dalam data yang dilaporkan mengenai
hubungan usia dengan kehamilan pertama cukup bulan. Hubungan tergantung

Universitas Sumatera Utara

38

pada subyek kontrol yang digunakan, dan kemudian penelitian menunjukkan
hubungan yang kurang kuat (Disaia dan Creasman, 2007).
b. Riwayat Kesehatan Personal
Apabila seseorang pernah mempunyai riwayat kanker payudara pada salah
satu payudaranya maka individu ini mempunyai risiko lebih tinggi untuk terkena
kanker pada payudara satunya.
c. Penggunaan hormonal

Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan
dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan
kanker payudara yang bermakna pada para pengguna terapi sulih hormon
estrogen pada wanita yang telah mengalami menopouse.
d. Penyakit fibrokistik (tumor pada payudara)
Pada wanita yang pernah mengalami tumor pada payudara dengan diagnosis
adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis tidak ada peningkatan risiko terjadinya
kanker payudara.
e. Obesitas (Kegemukan)
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan
kanker payudara pada wanita pasca menopouse. Hal ini dihubungkan dengan
pola hidup wanita, Khususnya kebiasaan makan dan jenis makanan yang
dikonsumsi. Kemungkinan terkena kanker payudara pada wanita yang gemuk
pada saat menopouse lebih tinggi dibandingkan dengan wanita tanpa kegemukan.
f. Radiasi
Terpapar unsur radiasi, apalagi dalam waktu lama selama atau sesudah
pubertas, meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa

Universitas Sumatera Utara


39

penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan
erat dengan dosis atau lama terpapar dan umur saat terjadinya paparan.
g. Riwayat keluarga dan faktor genetik
Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat
penderita. Untuk itu skrining untuk kanker payudara dilakukan. Terdapat
peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya menderita kanker
payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan
dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen suseptibilitas
(risiko untuk menderita) kanker payudara, probabilitas (peluang) untuk terjadi
kanker payudara adalah sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada
umur 70 tahun.
h. Periode menstruasi
Wanita yang mendapat menstruasi pertama lebih awal (sebelum berumur 11
tahun) atau terlambat memasuki menopouse (di atas usia 60 tahun) memiliki
kemungkinan yang lebih besar tumbuhnya kanker. Wanita yang mengalami
kondisi itu terpapar hormon reproduksi estrogen lebih lama dalam hidupnya
sehingga potensi tumbuhnya kanker juga lebih besar.
3.


Tanda Dan Gejala Kanker Payudara
Menurut Ahmad (2012), kanker payudara pada stadium dini tidak

menimbulkan keluhan dan rasa sakit. Salah satu tanda yang dapat diamati pada
stadium dini adalah adanya benjolan kecil pada payudara. Sementara, beberapa
keluhan yang dirasakan oleh penderita pada stadium lanjut adalah sebagai berikut:
a. Jika diraba dengan tangan, terasa ada benjolan di payudara. Benjolan ini biasanya
tidak nyeri dan ukurannya kecil. Tapi lama-lama membesar dan menempel pada
kulit serta menimbulkan perubahan warna pada puting dan peyudara.

Universitas Sumatera Utara

40

b. Jika diamati, bentuk dan ukuran payudara berbeda dengan sebelumnya.
c. Ada luka dan eksim di payudara dan puting susu yang tidak dapat sembuh
meskipun telah diobati.
d. Eksema atau erosi pada puting. Selanjutnya, kulit atau puting tertarik ke dalam
atau retraksi, warna pink atau kecoklatan sampai menjadi oedema yang

menyebabkan menjadi seperti kulit jeruk, mengkerut dan menjadi borok.
e. Nipple discharge atau keluarnya cairan, adalah keluarnya cairan yang tidak wajar
dan spontan dari puting.
4.

Lokasi Kanker Payudara
Menurut Purwoastuti (2008), untuk menentukan lokasi kanker, payudara dibagi

menjadi 4 kuadran dan 1 daerah sentral, sebagai berikut:
a. Kuadran lateral (pinggir) atas merupakan lokasi yang paling sering terkena
(44%).
b. Kuadran lateral (pinggir) bawah sekitar 16 %.
c. Kuadran medial (tengah) atas sekitar 15 %.
d. Kuadran medial (tengah) bawah merupakan lokasi paling jarang terkena (4 %).
e. Daerah sentral adalah sekitar puting susu (areola) sekitar 21 %.
5.

Stadium Kanker Payudara
Menurut Saryono dan Permatasari (2009), untuk kepentingan pengobatan dan


prognosa, kanker payudara dibagi 4 stadium, diantaranya adalah:
a. Stadium I
Ukuran tumor tidak lebih dari 2 cm dan tidak terdapat penyebaran ke organ lain
maupun di kelenjar getah bening supra clavicula.

Universitas Sumatera Utara

41

b. Stadium II
Ukuran tumor antara 2-5 cm dan tidak terdapat penyebaran di organ lain maupun
di kelenjar getah bening supra clavicula.
c. Stadium III
Ukuran tumor lebih dari 5 cm dan tidak terdapat penyebaran di organ lain
maupun getah bening supra clavicula.
d. Stadium IV
Ukuran tumor seberapapun bilamana sudah ada penyebaran di organ tubuh lain
atau di kelenjar getah bening supra clavicula masuk kedalam stadium IV.
6.


Pemeriksaan Kanker Payudara
Menurut Nisman (2011), pemeriksaan kanker payudara dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut:
a. Mammografi
Mammografi

adalah

pemeriksaan

dengan

menggunakan

sinar-X

yang

memberikan gambaran tentang jaringan lunak pada payudara. Pemeriksaan ini
berguna untuk mendeteksi masalah atau penyakit yang sangat kecil pada
payudara. Tetapi mammografi kurang efektif jika digunakan pada pemeriksaan
benjolan pada wanita muda atau remaja karena perbedaan karakteristik payudara.
Cara lain yang dilakukan adalah Ultrasonografi atau USG.
b. Biopsi
Biopsi merupakan pemeriksaan pada benjolan atau lesi pada payudara dengan
cara mengambil sedikit jaringan yang ada pada benjolan tersebut. Jika jaringan
berbentuk padat maka dilakukan insisi pada jaringan tersebut. Sedangkan jika
benjolan berisi cairan, yang dilakukan adalah pengambilan jaringan dengan
jarum halus. Selanjutnya jaringan biopsi ini dikirim ke laboratorium untuk

Universitas Sumatera Utara

42

pemeriksaan sel-sel pada jaringan/cairan biopsi apakah ini merupakan sel normal
atau terdapat sel kanker.
c. Ultrasound (USG)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan alat yang sensitif terhadap gelombang suara.
Gambaran yang didapatkan dari pemeriksaan ini adalah apakah benjolan ini
merupakan benjolan yang padat atau mengandung cairan atau gabungan dari
keduanya. Untuk benjolan yang mengandung cairan biasanya cenderung bukan
kanker, benjolan akibat kanker biasanya padat.
d. MRI
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan magnet yang
dihubungkan dengan komputer. MRI memberikan gambaran detail tentang
struktur payudara. Gambaran ini dapat menunjukkan jaringan yang normal dan
jaringan yang tidak sehat.
7.

Pencegahan
Menurut Nisman (2011), kemungkinan berkembangnya kanker payudara dapat

dikurangi dengan langkah-langkah tertentu yang dapat dilakukan oleh setiap wanita.
Berikut ada beberapa cara untuk membantu pencegahan munculnya kanker payudara:
a. Kesadaran akan payudara sendiri
Lebih dari 90% tumor payudara dideteksi oleh wanita itu sendiri. Kesadaran akan
payudara sendiri menjadi hal yang penting sebagai deteksi yang lebih dini untuk
masalah yang mungkin terjadi pada payudara. Setiap perubahan yang terjadi pada
payudara menjadi bagian penting perawatan kesehatan wanita. Saat ini wanita
disarankan untuk “breast aware”. Ini berarti wanita harus tahu seperti apa
payudara mereka. Langkah ini dapat dilakukan dengan berdiri di depan cermin
dan meraba payudara saat mandi atau dengan terlentang pada periode berbeda

Universitas Sumatera Utara

43

setiap bulan. Dengan langkah tersebut dapat segera diketahui jika terjadi
perubahan yang tidak normal.
b. Berikan ASI kepada bayi
Meskipun belum ada kesepakatan yang jelas, beberapa penelitian menunjukkan
hubungan antara pemberian ASI dan menurunnya risiko berkembangnya kanker
payudara. Para peneliti mengklaim bahwa lebih muda dan lebih lama seseorang
ibu memberikan ASI pada bayinya, semakin baik dan semakin rendah risiko
menderita kanker payudara.
c. Segera konsultasikan kepada dokter jika meemukan benjolan di payudara
Penelitian menunjukkan banyak wanita menunda untuk berkonsultasi kepada
dokter saat mereka menemukan benjolan pada payudaranya. Mereka takut
terdiagnosis kanker. Menunda adalah hal terburuk yang mereka lakukan. Jika
anda menemukan benjolan, segera konsultasikan ke dokter karena langkah ini
dapat menenangkan pikiran anda. Jika benjolan tersebut adalah kanker, maka
segera lakukan pengobatan yang tepat untuk mencegah penyebaran. Langkah ini
menurunkan angka kematian akibat kanker payudara.
d. Cari tahu apakah ada riwayat kanker payudara atau kanker lain dalam keluarga
Penyebab kanker payudara masih harus diteliti lebih lanjut. Tetapi satu faktor
yang perlu diyakini adalah faktor gen. Faktor ini berpengaruh setidaknya 10%
dari semua kasus kanker payudara.
e. Perhatikan konsumsi alkohol
Berdasarkan sejumlah penelitian, alkohol dinyatakan memiliki kaitan dengan
kanker. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa alkohol meningkatkan kadar
estrogen.

Universitas Sumatera Utara

44

f. Perhatikan berat badan
Obesitas tampaknya dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Para peneliti
menemukan wanita dengan peningkatan berat 20 kg sampai 25 kg setelah umur
18 memiliki risiko lebih tinggi, yaitu sebanyak 40% terkena kanker dibanding
mereka yang mengelemi kenaikan badan secara berubah-ubah, antara 2 kg atau 3
kg setelah masa remajanya.
g. Olahraga secara teratur
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa olahraga dapat menurunkan risiko
kanker payudara. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa semakin sedikit porsi
olahraga, semakin tinggi tingkat estrogen dalam tubuh. Olahraga secara teratur
dapat menurunkan kemungkinan terjadinya obesitas.
h. Kurangi makanan berlemak
Adanya hubungan kanker payudara dengan diet memicu banyak perdebatan.
Tetapi terdapat bukti bahwa banyak gaya hidup barat tertentu tampaknya dapat
meningkatkan risiko penyakit. Pertahankan asupan makanan rendah lemak, tidak
melebihi 30 gram lemak per hari. Hal ini akan membantu mempertahankan diet
seimbang yang juga membantu menjaga berat badan. Kita menyimpan estrogen
di lemak tubuh sehingga semakin sedikit lemak yang kita bawa, semakin baik
hasilnya bagi tubuh kita.
i. Setelah usia 50 tahun, lakukan screening payudara secara teratur
Meskipun masih diperlukan banyak penelitian untuk menentukan penyebab
kanker payudara, satu dari penyebab utama adalah faktor usia. 80% kanker
payudara terjadi pada wanita berumur di atas 50 tahun. Semakin bertambahnya
usia kita hendaknya dibarengi dengan kepedulian kita terhadap perubahan yang
terjadi pada kita.

Universitas Sumatera Utara

45

j. Belajar relaks
Stress tercatat dapat menyebabkan semua jenis masalah kesehatan. Meskipun
masih banyak perdebatan atas temuan ini, menurunkan tingkat stress akan
menguntungkan kesehatan secara menyeluruh, termasuk risiko kanker payudara.
Pada saat seseorang mengalami relaksasi, tubuh akan mengeluarkan endorfin dan
serotonin yang membuat kita menjadi lebih aman, tenang, dan nyaman. Dan
pada saat tersebut semua fungsi tubuh bekerja lebih optimal, termasuk NK-cells
(natural killer) yaitu kemampuan tubuh untuk membunuh sel neoplasma atau
kanker yang ada dalam tubuh.
k. Masukkan brokoli ke dalam menu harian
Brokoli mengandung sulfuraphane yang secara ilmiah terbukti mengurangi risiko
kanker.
l. Jangan lupakan buah dan sayuran dalam menu harian
Pilihlah sayuran berwarna hijau dan oranye. Makanlah tomat yang kaya likopen.
Likopen juga agen yang berfungsi memerangi kanker.
m. Minumlah teh hijau yang kaya antioksidan
Teh hijau mengandung banyak antioksidan yang membantu mengeluarkan toksin
dari dalam tubuh yang dapat memicu pertumbuhan sel-sel yang tidak normal.
Selain itu, sesekali minumlah dark chocolate karena secara ilmiah cokelat
terbukti sebagai agen yang memerangi kanker. Namun ingat, bukan cokelat
manis. Karena tidak akan mendapat manfaatnya dari cokelat manis.
8.

Pengobatan
Menurut Nisman (2011), Sekalipun kita mengetahui beberapa upaya untuk

mencegah dan memerangi kanker payudara, kemungkinan munculnya kanker
payudara tetap ada. Yang pasti, jangan berkecil hati. Setelah kanker payudara

Universitas Sumatera Utara

46

terdeteksi dengan cepat dan sejak dini, ada beberapa alternatif pengobatan yang
dapat dijalankan pada pasien. Alternatif pengobatan ini diberikan berdasarkan
stadium atau derajat kanker yang dialami.
a. Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada tiga jenis mastektomi
(Hirshaut & Pressman, 1992) yaitu:
1) Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara,
jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta
benjolan di sekitar ketiak. Tujuannya untuk membersihkan seluruh sel kanker
yang telah menyebar pada jaringan yang disebutkan di atas untuk
menghindari kekambuhan.
2) Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara
saja, tetapi bukan kelenjar ketiak. Tindakan ini dilakukan jika berdasarkan
hasil pemeriksaan sel kanker hanya berada di jaringan payudara saja.
3) Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara.
Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang
mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti
dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumtectomy direkomendasikan pada
pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir
payudara.
b. Radiasi
Radiasi atau penyinaran adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena
kanker dengan menggunakan sinar-X dan sinar gamma. Tujuannya adalah
membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi (Denton,
1996). Pengobatan ini menimbulkan beberapa efek pada tubuh, misalnya tubuh

Universitas Sumatera Utara

47

menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi
hitam, serta HB dan leukosit (sel darah putih) cenderung menurun sebagai akibat
dari radiasi. Oleh karena itu, sebelum pengobatan dengan radiasi dilakukan,
kondisi tubuh pasien harus dipersiapkan sebaik mungkin. Persiapan tersebut
dapat dilakukan dengan cara menjaga nutrisi yang seimbang dan bergizi, istirahat
yang cukup, dan yang paling penting adalah semangat untuk sembuh dari
penyakit ini.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil
cair atau kapsul atau melalui infus. Tujuannya adalah membunuh atau menekan
pertumbuhan sel-sel kanker yang ada di dalam tubuh. Efek obat ini tidak hanya
pada sel kanker di payudara, tapi juga di seluruh tubuh karena obat kemoterapi
ini secara umum berfungsi menekan pertumbuhan sel-sel yang berproliferasi
cepat (pertumbuhannya cepat). Efek kemoterapi adalah pasien mengalami mual
dan muntah serta rambut rontok, kulit menjadi kering, perasaan lemah, dan tidak
nafsu makan. Namun demikian, semua efek ini dapat dikalahkan dengan motivasi
yang tinggi untuk sembuh dan melakukan hal-hal yang dianjurkan oleh tim
kesehatan.

Universitas Sumatera Utara