344861001 01 PW Perjanjian Kawin Pasca Putusan MK
MjWinstitute
Jl. Otista Raya 149 Jakarta Timur – 13330
Telp. 021.8193736, Fax. 021.8570243,
Email [email protected]
DEWAN PENGELOLA PUSAT
Presiden Direktur : Muharzah Aman SH Sp.N
Direktur Usaha
: Imam Wahyudi SH Sp.N
Direktur Manajemen
: 1. Lisza Nurchayatie SH MKn
2. Farina Sp Sulaiman SH MKn
3. Yetty Sofyati SH MKn
1
PEMBUATAN
PERJANJIAN KAWIN
PASCA PUTUSAN
MAHKAMAH KONSTITUSI
NOMOR 69/PUU-XIII/2015, TANGGAL 27 OKTOBER 2015
ANALISA PERMASALAHAN HUKUM DAN PRAKTEK PEMBUATAN
AKTA PERJANJIAN KAWIN DIHADAPAN NOTARIS
SETELAH BERLANGSUNGNYA PERKAWINAN PERCAMPURAN HARTA
(GONO GINI)
dipaparkan oleh :
MJ WIDIJATMOKO
Notaris & PPAT Jakarta Timur
MjW
institute
Jl. Otista Raya 149 Jakarta Timur – 13330 Telp. 021.8193736 Fax. 021.8570243 Email [email protected]
2
BAGIAN
PERTAMA
PERKAWINAN &
HARTA PERKAWINAN
3
MjW
institute
Jl. Otista Raya 149 Jakarta Timur – 13330 Telp. 021.8193736 Fax. 021.8570243 Email [email protected]
PERKAWINAN
• Pasal 1 UU 1/1974
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
• Pasal 2 UU 1/1974
(1) Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum
masing-masing agama dan kepercayaannya itu.
(2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4
Perkawinan
PERKAWINAN
PERCAMPURAN
HARTA PERKAWINAN
( GONO GINI )
PERKAWINAN
SECARA
ADAT
PERKAWINAN
PERJANJIAN KAWIN
PERKAWINAN
SECARA
AGAMA / KEPERCAYAAN
5
Perkawinan
PERKAWINAN
WNI dengan WNI
Perkawinan
Di Dalam Negeri
Perkawinan
Di Luar Negeri
PERKAWINAN
WNI dengan WNA
( Perkawinan Campuran)
Ps.57 UU 1/74
PERKAWINAN
dengan Agama sejenis
PERKAWINAN
dengan Berbeda Agama
6
HARTA PERKAWINAN
Ps. 35 UU 1/1974
(1) Harta benda yang diperoleh selama perkawinan
menjadi harta bersama
(2) Harta bawaan dari masing-masing suami dan
isteri dan harta benda yang diperoleh masingmasing sebagai hadiah atau warisan, adalah di
bawah penguasaan masing-masing sepanjang
para pihak tidak menentukan lain.
7
•
Ps. 36 UU 1/1974
(1) Mengenai harta bersama, suami atau isteri dapat
bertindak atas persetujuan kedua belah pihak.
(2) Mengenai harta bawaan masing-masing, suami
isteri mempunyai hak sepenuhnya untuk
melakukan perbuatan hukum mengenai harta
bendanya.
8
•
Ps. 37 UU 1/1974
• Bila perkawinan putus karena perceraian,
harta benda diatur menurut hukumnya
masing-masing.
9
Harta dalam Perkawinan
menurut KUHPerdata
Harta
BAWAAN
Suami
Harta
BAWAAN
Istri
Perkawinan
Gono Gini
Harta
Gono Gini
Perkawinan
Harta
BAWAAN
Suami
Harta
BAWAAN
Istri
Perkawinan
Perjanjian Kawin
Harta
Pribadi
Suami
Harta
Pribadi
Istri
tetap ada Harta Gono Gini berupa
peralatan rumah tangga harian
10
Harta Perkawinan
Ps 35 & Ps 36 UU 1/1974
HARTA
GONO GINI
HARTA
BAWAAN
Hukum Adat
Harta
dari
Warisan
Harta
dari
Hadiah
Harta yang diperoleh
selama Perkawinan
Harta Pusaka
dalam kehidupan
Masyarakat Adat
11
Harta dalam Perkawinan
menurut UU 1/1974 ps 29, ps 35, & ps 36
Harta
BAWAAN
Suami
Harta
BAWAAN
Istri
Perkawinan
Gono Gini
Harta
Pribadi
Suami
Harta
Gono Gini
Perkawinan
Harta
BAWAAN
Suami
Harta
BAWAAN
Istri
Perkawinan
Perjanjian Kawin
Harta
Pribadi
Istri
Harta
Pribadi
Suami
Harta
Pribadi
Istri
tetap ada Harta Gono Gini berupa
peralatan rumah tangga harian
12
Perbandingan KUHPerdata & UU 1/1974
Tentang Perkawinan & Harta Perkawinan
Hukum Adat &
Hukum Agama
KUHPerdata
Hukum Adat
Hukum Agama
Perkawinan
gono-gini
Seluruh harta
yang diperoleh
sebelum &
selama
perkawinan
bercampur
menjadi harta
gono-gini
1. Pegawai Pencatat
Perkawinan
2. Pembuka Adat
3. Ulama Agama
Perkawinan
Perjanjian Kawin
1. Islam
KUA
2. Non Islam Catatan Sipil
UU 1/1974
Disahkan
2 Januari 1974
1. Perjanjian Kawin
pisah harta
2. Perjanjian kawin
Berlaku PP 1975
persatuan untung
1 April 1975
rugi
3. Perjanjian kawian
persatuan hasil &
pendapatan
4. Perjanjian kawin
syarat-syarat tertentu
Perkawinan
gono-gini
Harta
Bawaan
Harta
Gono-Gini
Perkawinan
Perjanjian Kawin
Harta
Pribadi
Harta
Gono-Gini
Peralatan Rumah Tangga
yang dipakai sehari-hari
Pengadilan
Negeri
Catatan Sipil
atau KUA
Perjanjian Kawin pada perkawinan untuk kedua kali & selanjutnya
13
BAGIAN
KEDUA
PERKAWINAN &
PERJANJIAN KAWIN
14
MjW
institute
Jl. Otista Raya 149 Jakarta Timur – 13330 Telp. 021.8193736 Fax. 021.8570243 Email [email protected]
DASAR HUKUM PERJANJIAN KAWIN
1.
2.
3.
4.
Ps. 29 UU 1/1974
Ps. 139 s/d 198 KUHPerdata
Ps. 45 s/d Ps. 52 Kompilasi Hukum Islam
codex iuris canonici/Kitab Hukum Kanonik,
Kan.1095 s/d Kan.1107, Kan 1124 s/d Kan. 1129,
Kan. 1141, Kan. 1155
5. Hukum Agama yang lainnya
6. Putusan MK No 69/PUU-XIII/2015,
Tgl 27 Oktober 2015
15
PERKAWINAN & PERJANJIAN KAWIN
Ps. 29 ayat (1) UU 1/1974
•
Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan
Baca juga Putusan MK
No 69/PUU-XIII/2015, Tgl 27 Oktober 2015
•
•
•
•
•
kedua belah pihak atas persetujuan bersama
dapat
mengajukan perjanjian tertulis
yang disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan,
setelah mana isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga
tersangkut.
16
Ps. 29 ayat (2) & ayat (3) UU 1/1974
(2)
Perkawinan tersebut tidak dapat disahkan
bilamana melanggar batas-batas hukum,
agama dan kesusilaan.
(3)
Perjanjian tersebut dimulai berlaku sejak
perkawinan dilangsungkan.
Baca juga Putusan MK
No 69/PUU-XIII/2015, Tgl 27 Oktober 2015
17
Ps. 29 ayat (4) UU 1/1974
• Selama perkawinan dilangsungkan perjanjian
tersebut tidak dapat diubah,
Baca juga Putusan MK
No 69/PUU-XIII/2015, Tgl 27 Oktober 2015
• kecuali bila dari kedua belah pihak ada
persetujuan untuk mengubah, dan
• perubahan tidak merugikan pihak ketiga.
18
Perjanjian Kawin
Terdiri atas :
UU 1/1974
Tidak Mengatur
Jenis-Jenis
Perjanjian Kawin
KUH Perdata
1. Perjanjian Kawin
Pisah Harta
Ps. 139 d/d Ps. 154
Ps. 155 s/d Ps. 167
2. Perjanjian Kawin
Persatuan Untung & Kerugian
Ps. 155 s/d Ps. 167
3. Perjanjian Kawin
Persatuan Hasil Pendapatan
4. Perjanjian Kawin Ps. 139 d/d Ps. 154
Dengan Syarat-Syarat Khusus
19
Perjanjian Kawin
Terdiri atas :
Analog
Hukum
terhadap
UU 1/1974
UU 1/1974
tidak mengatur tentang
jenis-jenis perjanjian kawin
1. Perjanjian Kawin
Pisah Harta
2. Perjanjian Kawin
Dengan Syarat-Syarat Khusus
20
Perjanjian Kawin
sebelum berlakunya
UU 1/1974
21
Catatan :
Perjanjian Kawin :
1. PK Pisah Harta
2. PK Persatuan Untung & Rugi
3. PK Persatuan Hasil & Pendapatan
4. PK dgn syarat2 tertentu
PERJANJIAN KAWIN
SEBELUM BERLAKU UU 1/1974
BERDASARKAN KUHPERDATA
1. Perkawinan gono-gini;
Seluruh harta yang
diperoleh sebelum atau
selama perkawinan
bercampur (Gono Gini).
Akta
Perjanjian
Kawin
2. Perkawinan
perjanjian
kawin
Dgn PK, maka
harta tetap
merupakan
harta milik
masing2 suami
istri, kec alat2
perlengkapan
rumah tangga
yg dipakai
sehari2.
Akad Nikah /
Perkawinan
ISTRI
MENGGUGAT
KE PN
Ps 149 KUHPerdata
= PK tdk bisa diubah
Akta
Perjanjian
Kawin
Ps. 139 s/d Ps 198
KUHPerdata
Ps. 186 s/d Ps. 198
KUHPerdata
= PK bisa diubah
Perubahan
terhadap
isi dalam
Perjanjian
Kawin
Perubahan
Perkawinan
Gono-gini
menjadi
Perjanjian
Kawin
Perubahan
Perkawinan
Perjanjian
Kawin
menjadi
Gono-gini
Ps. 186 s/d 198
KUHPerdata
Ps. 186 s/d Ps. 195
KUHPerdata
Ps. 196 s/d Ps. 198
KUHPerdata
Putusan Hakim Pengadilan Ps 186 s/d Ps 198 KUHPerdata
Tidak boleh merugikan Pihak Ketiga
1. Di daftar pada
Register di PN
2. Berlaku pada saat
perkawinan
Notaris Akta
Perjanjian Kawin
Penetapan Pengadilan
utk perintah pencatatan
Pengumuman Koran
Pegawai Pencatat
Perkawinan
22
Perjanjian Kawin
pada
Perkawinan Kedua dst
23
1. Perjanjian Kawin dalam
Kawin Ulang/Rujuk Perkawinan
Perkawinan
Pertama/Awal
Perkawinan Kedua dst
dg suami/istri yg sama
Perceraian
Perkawinan Gono Gini
Rujuk Perkawinan / Kawin Ulang
Perjanjian Kawin
?
Ps 187 sd ps 198 KUHPerdata atau UU 1/1974
Ps 119 sd 123
KUHPerdata
Semua harta
menjadi
Harta Gono Gini
Ps 35 & ps 36
UU 1/1974
Harta Bawaan
Harta Gono Gini
Perkawinan
Gono Gini
Ps 180 sd ps 185
KUHPerdata
Perjanjian Kawin
- Ps 29 UU 1/1974
- Ps 187 sd ps 198 KUHPerdata
- Putusan MK 69/2015
berlaku ketentuan prosedur & tatacara
perubahan bentuk status perkawinan
- Ps 29 ayat 4 UU 1/1974
- Ps 187 sd ps 198 KUHPerdata
- Putusan MK 69/2015
24
2. Perjanjian Kawin dalam
Kawin Ulang/Rujuk Perkawinan
Perkawinan
Pertama/Awal
Perkawinan Kedua dst
dg suami/istri yg sama
Perceraian
Perjanjian Kawin
Ps 29 UU 1/1974
Ps 139 sd ps 198 KUHPerdata
Rujuk Perkawinan / Kawin Ulang
Ps 180 sd ps 185 KUHPerdata
Perkawinan Gono Gini
Ps 180 KUH Perdata
Perjanjian
Kawin
?
Ps 29 ayat 4 UU 1/1974,
Ps 187 sd ps 198 KUHPerdata &
Putusan MK 69/2015
Perkawinan Gono Gini
Ps 35 & ps 36 UU 1/1974
Harta Bawaan & Harta Gono Gini
Perkawinan
Gono Gini
Perjanjian Kawin
Ps 35 & ps 36 UU 1/1974
Harta Bawaan & Harta Gono Gini
berlaku ketentuan prosedur & tatacara
perubahan bentuk status perkawinan
Ps 29 ayat 4 UU 1/1974, Ps 187 sd ps 198 KUHPerdata & Putusan MK 69/2015
25
Perjanjian Kawin
setelah berlakunya
UU 1/1974
26
PERJANJIAN KAWIN
SESUDAH BERLAKU UU 1/1974 &
SEBELUM PUTUSAN MK-RI
1. Perkawinan gono-gini;
Harta dalam perkawinan :
a. Harta bawaan, &
b. Harta gono-gini
Akta
Perjanjian
Kawin
Akad Nikah /
Perkawinan
Akta
Perjanjian
Kawin
2. Perkawinan
perjanjian
kawin
Dgn PK, maka
harta tetap
Ps. 29
merupakan harta ayat (1) , (2) & (3)
milik masing2
UU 1/1974
suami istri,
kecuali alat2
perlengkapan
rumah tangga yg 1.Di daftar pada
Pegawai Pencatat
dipakai sehari2.
Perkawinan
(KUA/Catatan Sipil)
utk dicatat dalam
Buku Nikah & Akta
Nikah.
2.Berlaku pada saat
perkawinan.
Ps 29 (4)
UU 1/1974 &
Ps 149 KUHPerdata
= PK tdk bisa diubah
Catatan :
-Perjanjian Kawin (KUHPerdata) :
1. PK Pisah Harta
2. PK Persatuan Untung & Rugi
3. PK Persatuan Hasil & Pendapatan
4. PK dgn syarat2 tertentu
1.Kesepakatan
Suami Istri PN
2.Istri menggugat
ke PN
-Ps. 35, Ps. 36 &
Ps. 37 UU 1/1974 :
1. Harta bawaan
2. Harta gonogini
Ps. 29 ayat (4)
UU 1/1974
Ps 186 s/d Ps 198
KUHPerdata
= PK bisa diubah
Perubahan
terhadap
Isi dalam
Perjanjian
Kawin
Perubahan
Perkawinan
Gono-Gini
menjadi
Perjanjian
Kawin
Perubahan
Perkawinan
Perjanjian
Kawin
menjadi
Gono-Gini
Ps. 29 ayat (4)
UU 1/1974
Ps. 186 s/d Ps. 198
KUHPerdata
Ps. 186 s/d Ps. 195
KUHPerdata
Ps. 29 ayat (4)
UU 1/1974
Ps. 196 s/d Ps. 198
KUHPerdata
Ps. 29 ayat (4)
UU 1/1974
Putusan Hakim Pengadilan Ps 29 (4) UU 1/1974 & Ps 186 s/d Ps 198 KUHPerdata
Tidak boleh merugikan Pihak Ketiga
Notaris Akta
Perjanjian Kawin
Penetapan Pengadilan
utk perintah pencatatan
Pengumuman Koran
Pencatatan oleh
KUA/CS
27
Perjanjian Kawin
pasca
Putusan MK - RI
No 69/PUU-XIII/2015, Tgl 27 Oktober 2015
28
BAGIAN
KETIGA
Pengujian terhadap Perjanjian Kawin
Pasal 29 UU 1/1974 oleh MK-RI
29
MjW
institute
Jl. Otista Raya 149 Jakarta Timur – 13330 Telp. 021.8193736 Fax. 021.8570243 Email [email protected]
PENGUJIAN & PERTIMBANGAN HUKUM
Mahkamah Konstitusi TERHADAP Pasal 29 UU 1/1974
• Pengujian Pasal 29 ayat (1), ayat (3), dan ayat (4) serta Pasal 35 ayat (1) UU
1/1974.
– [3.9.2] Bahwa dalam permohonannya, Pemohon juga mengajukan pengujian
UU 1/1974, khususnya Pasal 29 ayat (1), ayat (3), dan ayat (4) yang
menyatakan :
1) Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan kedua pihak atas persetujuan
bersama dapat mengajukan perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat
perkawinan, setelah mana isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga tersangkut.
(3) Perjanjian tersebut mulai berlaku sejak perkawinan dilangsungkan.
(4) Selama perkawinan berlangsung perjanjian tersebut tidak dapat dirubah, kecuali bila dari
kedua belah pihak ada persetujuan untuk merubah dan perubahan tidak merugikan pihak
ketiga.
– Selain itu, Pemohon juga mengajukan pengujian Pasal 35 ayat (1) UU 1/1974
yang menyatakan :
•
1) Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama.
– terhadap Pasal 28D ayat (1), Pasal 27 ayat (1), Pasal 28E ayat (1), serta Pasal
28H ayat (1) dan ayat (4) UUD 1945.
30
• [3.9.3] Bahwa terhadap pengujian konstitusionalitas Pasal 29 ayat (1), ayat
(3), dan ayat (4) serta Pasal 35 ayat (1) UU 1/1974,
Mahkamah mempertimbangkan sebagai berikut:
– Bahwa perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 UU 1/1974 adalah
ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebagai sebuah ikatan
lahir dan batin, suami dan istri harus saling membantu dan melengkapi agar
masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya dan membantu
mencapai kesejahteraan spiritual dan materiil.
– Bahwa hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan
kedudukan suami, baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam
pergaulan masyarakat, sehingga dengan demikian segala sesuatu dalam
keluarga dapat dimusyawarahkan dan diputuskan bersama antara suami
dan istri. Kesepakatan atau perjanjian yang dilakukan dengan cara
musyawarah tersebut dapat dilakukan oleh suami dan istri, sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 29 ayat (1) UU 1/1974, pada waktu atau sebelum
perkawinan dilangsungkan. Kedua pihak (seorang pria dan wanita) atas
persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan
oleh pegawai pencatat perkawinan atau notaris. Perjanjian tersebut tidak
dapat disahkan bilamana melanggar batas-batas hukum, agama, dan
kesusilaan, serta syarat-syarat sahnya perjanjian.
31
– Bahwa di dalam kehidupan suatu keluarga atau rumah tangga, selain
masalah hak dan kewajiban sebagai suami dan istri, masalah harta
benda juga merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya berbagai Perselisihan atau ketegangan dalam suatu
perkawinan, bahkan dapat menghilangkan kerukunan antara suami
dan istri dalam kehidupan suatu keluarga. Untuk menghindari hal
tersebut maka dibuatlah perjanjian perkawinan antara calon suami
dan istri, sebelum mereka melangsungkan perkawinan.
– Perjanjian perkawinan tersebut harus dibuat atas persetujuan
bersama, dengan perjanjian tertulis yang disahkan oleh Petugas
Pencatat Perkawinan, sebelum perkawinan itu berlangsung atau
pada saat perkawinan berlangsung dan perjanjian perkawinan
tersebut mulai berlaku sejak perkawinan itu dilangsungkan.
Perjanjian semacam ini biasanya berisi janji tentang harta benda yang
diperoleh selama perkawinan berlangsung, lazimnya berupa
perolehan harta kekayaan terpisah, masing-masing pihak memperoleh
apa yang diperoleh atau didapat selama perkawinan itu termasuk
keuntungan dan kerugian. Perjanjian perkawinan ini berlaku sebagai
Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya, juga berlaku bagi
pihak ketiga yang memiliki kepentingan terhadapnya.
32
– Alasan yang umumnya dijadikan landasan dibuatnya perjanjian setelah
perkawinan adalah adanya kealpaan dan ketidaktahuan bahwa
dalam UU 1/1974 ada ketentuan yang mengatur mengenai
Perjanjian Perkawinan sebelum pernikahan dilangsungkan. Menurut
Pasal 29 UU 1/1974, Perjanjian Perkawinan dapat dibuat pada waktu
atau sebelum perkawinan dilangsungkan. Alasan lainnya adalah
adanya risiko yang mungkin timbul dari harta bersama dalam
perkawinan karena pekerjaan suami dan isteri memiliki konsekuensi
dan tanggung jawab pada harta pribadi, sehingga masing-masing
harta yang diperoleh dapat tetap menjadi milik pribadi.
– Dalam UU 5/1960 dan peraturan pelaksanaannya dinyatakan bahwa
hanya warga negara Indonesia yang dapat mempunyai sertifikat
dengan hak milik atas tanah dan apabila yang bersangkutan, setelah
memperoleh sertifikat Hak Milik, kemudian menikah dengan
ekspatriat (bukan WNI) maka dalam waktu 1 (satu) tahun setelah
pernikahannya itu, ia harus melepaskan hak milik atas tanah tersebut,
kepada subjek hukum lain yang berhak.
33
– Bahwa tujuan dibuatnya Perjanjian Perkawinan adalah:
1. Memisahkan harta kekayaan antara pihak suami dengan pihak istri sehingga harta
kekayaan mereka tidak bercampur. Oleh karena itu, jika suatu saat mereka bercerai, harta
dari masing-masing pihak terlindungi, tidak ada perebutan harta kekayaan bersama atau
gono-gini.
2. Atas hutang masing-masing pihak pun yang mereka buat dalam perkawinan mereka,
masing-masing akan bertanggung jawab sendiri-sendiri.
3. Jika salah satu pihak ingin menjual harta kekayaan mereka tidak perlu meminta ijin dari
pasangannya (suami/istri).
4. Begitu juga dengan fasilitas kredit yang mereka ajukan, tidak lagi harus meminta ijin
terlebih dahulu dari pasangan hidupnya (suami/istri) dalam hal menjaminkan aset yang
terdaftar atas nama salah satu dari mereka.
– Tegasnya, ketentuan yang ada saat ini hanya mengatur perjanjian perkawinan
yang dibuat sebelum atau pada saat perkawinan dilangsungkan, padahal
dalam kenyataannya ada fenomena suami istri yang karena alasan tertentu
baru merasakan adanya kebutuhan untuk membuat Perjanjian Perkawinan
selama dalam ikatan perkawinan. Selama ini sesuai dengan Pasal 29 UU
1/1974, perjanjian yang demikian itu harus diadakan sebelum perkawinan
dilangsungkan dan harus diletakkan dalam suatu akta notaris. Perjanjian
perkawinan ini mulai berlaku antara suami dan isteri sejak perkawinan
dilangsungkan. Isi yang diatur di dalam perjanjian perkawinan tergantung
pada kesepakatan pihak-pihak calon suami dan isteri, asal tidak bertentangan
dengan Undang-Undang, agama, dan kepatutan atau kesusilaan. Adapun
terhadap bentuk dan isi perjanjian perkawinan, kepada kedua belah pihak
diberikan kebebasan atau kemerdekaan seluas-luasnya (sesuai dengan asas
hukum kebebasan berkontrak .
34
•
Frasa pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan dalam Pasal 29 ayat
(1), frasa ...sejak perkawinan dilangsungkan dalam Pasal 29 ayat (3), dan frasa
selama perkawinan berlangsung dalam Pasal 29 ayat (4) UU 1/1974 membatasi
kebebasan 2 (dua) orang individu untuk melakukan atau kapan akan melakukan
perjanjian , sehingga bertentangan dengan Pasal 28E ayat (2) UUD 1945
sebagaimana didalilkan Pemohon. Dengan demikian, frasa pada waktu atau
sebelum perkawinan dilangsungkan dalam Pasal 29 ayat (1) dan frasa selama
perkawinan berlangsung dalam Pasal 29 ayat (4) UU 1/1974 adalah
bertentangan dengan UUD 1945 secara bersyarat sepanjang tidak dimaknai
termasuk pula selama dalam ikatan perkawinan.
•
Sementara itu, terhadap dalil Pemohon mengenai inkonstitusionalitas Pasal 35
ayat (1) UU 1/1974, Mahkamah mempertimbangkan bahwa dengan dinyatakannya
Pasal 29 ayat (1) UU 1/1974 bertentangan dengan UUD 1945 secara bersyarat
maka ketentuan Pasal 35 ayat (1) UU 1/1974 harus dipahami dalam kaitannya
dengan Pasal 29 ayat (1) UU 1/1974 dimaksud. Dengan kata lain, tidak terdapat
persoalan inkonstitusionalitas terhadap Pasal 35 ayat (1) UU 1/1974. Hanya saja
bagi pihak-pihak yang membuat perjanjian perkawinan, terhadap harta bersama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) UU 1/1974 tersebut berlaku
ketentuan tentang perjanjian perkawinan sesuai dengan yang dimaksud dalam
Pasal 29 ayat (1) UU 1/1974 sebagaimana disebutkan dalam amar putusan ini.
Dengan demikian, dalil Pemohon sepanjang mengenai inkonstitusionalitas Pasal
35 ayat (1) UU 1/1974 tidak beralasan menurut hukum.
35
• [3.10] Menimbang berdasarkan seluruh pertimbangan tersebut di atas,
menurut Mahkamah, permohonan Pemohon sepanjang menyangkut
Pasal 29 ayat (1), ayat (3), dan ayat (4) UU 1/1974 beralasan menurut
hukum untuk sebagian, sedangkan menyangkut Pasal 35 ayat (1) UU
1/1974 tidak beralasan menurut hukum.
• KONKLUSI
– Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas,
Mahkamah berkesimpulan:
[4.1] Mahkamah berwenang mengadili permohonan Pemohon;
[4.2] Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan
permohonan a quo;
[4.3] Permohonan Pemohon beralasan menurut hukum untuk sebagian.
– Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5226), dan
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076);
36
Putusan Mahkamah Konsititusi
No 69/PUU-XIII/2015 Tgl 27 Oktober 2015
1.1. Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3019)
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 sepanjang tidak dimaknai :
– Pada waktu, sebelum dilangsungkan atau selama dalam ikatan
perkawinan kedua belah pihak atas persetujuan bersama dapat
mengajukan perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai
pencatat perkawinan atau notaris, setelah mana isinya berlaku juga
terhadap pihak ketiga sepanjang pihak ketiga tersangkut ;
37
• 1.2. Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3019)
– tidak mempunyai kekuatan
sepanjang tidak dimaknai :
hukum
mengikat
• Pada waktu, sebelum dilangsungkan atau selama dalam
ikatan perkawinan kedua belah pihak atas persetujuan
bersama dapat mengajukan perjanjian tertulis yang
disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan atau notaris,
setelah mana isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga
sepanjang pihak ketiga tersangkut ;
38
• 1.3. Pasal 29 ayat (3) Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1974
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3019)
– bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang
tidak dimaknai :
• Perjanjian tersebut mulai berlaku sejak perkawinan
dilangsungkan, kecuali ditentukan lain dalam
Perjanjian Perkawinan ;
39
• 1.4. Pasal 29 ayat (3) Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor
1, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3019)
– tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat
sepanjang tidak dimaknai :
• Perjanjian tersebut mulai berlaku sejak perkawinan
dilangsungkan, kecuali ditentukan lain dalam
Perjanjian Perkawinan ;
40
• 1.5. Pasal 29 ayat (4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3019)
– bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang tidak dimaknai :
• Selama perkawinan berlangsung, perjanjian perkawinan dapat
mengenai harta perkawinan atau perjanjian lainnya, tidak dapat
diubah atau dicabut, kecuali bila dari kedua belah pihak ada
persetujuan untuk mengubah atau mencabut, dan perubahan
atau pencabutan itu tidak merugikan pihak ketiga ;
41
• 1.6. Pasal 29 ayat (4) Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3019)
– tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat
sepanjang tidak dimaknai :
• Selama perkawinan berlangsung, perjanjian perkawinan
dapat mengenai harta perkawinan atau perjanjian lainnya,
tidak dapat diubah atau dicabut, kecuali bila dari kedua
belah pihak ada persetujuan untuk mengubah atau
mencabut, dan perubahan atau pencabutan itu tidak
merugikan pihak ketiga ;
42
Kesimpulan dari Putusan MK-RI
• Perjanjian Kawin dapat dibuat :
1. sebelum dilangsungkan perkawinan; atau
2. pada saat akad nikah/perkawinan; atau
3. Perjanjian Kawin dapat diubah & dapat dibuat
perjanjian kawin selama berlangsungnya
perkawinan, berdasarkan ps. 29 ayat (4) UU 1/1974
& ps. 186 s/d 198 KUHPerdata, dengan syarat2
tertentu & tidak boleh merugikan pihak ketiga;
atau
4. setelah berlangsungnya perkawinan dapat dibuat
Perjanjian kawin berdasarkan Putusan Hakim
Pengadilan & tidak boleh merugikan pihak ketiga.
43
PERJANJIAN KAWIN SETELAH PUTUSAN MK
Akad Nikah /
Perkawinan
1.Perkawinan gono-gini
2. Perkawinan perjanjian kawin
Akta
Perjanjian
Kawin
Ps. 29 ayat (4)
UU 1/1974
Akta
Perjanjian
Kawin
Boedel Harta
Perkawinan
Ps. 29
ayat (1) , (2) & (3)
UU 1/1974
1. Di daftar pada
Akta Perkawinan
2. Berlaku pada saat
perkawinan
Ps. 35, Ps. 36 & Ps. 37 UU 1/1974
1. Harta bawaan
2. Harta gono-gini
Putusan MK MK
Ps. 186 s/d Ps. 198
69/PUU-XIII/2015
& No
KUHPerdata
Tgl 27 Oktober 2015
Perubahan
terhadap
Isi
Perjanjian
Kawin
Perubahan
Perkawinan
Perjanjian
Kawin
menjadi
Gono-gini
Perubahan
Perkawinan
Gono-gini
Menjadi
Perjanjian
Kawin
Ps. 29 ayat (4)
UU 1/1974
Ps. 196 s/d Ps. 198
KUHPerdata
Ps. 29 ayat (4)
UU 1/1974
Ps. 186 s/d Ps. 195
KUHPerdata
Ps. 29 ayat (4)
UU 1/1974
Putusan Hakim Pengadilan Ps 29 (4) UU 1/1974 & Ps 186 s/d Ps 198 KUHPerdata +
Putusan MK NO 69 tgl 27-10-2015
Tidak boleh merugikan Pihak Ketiga
Notaris Akta
Perjanjian Kawin
Putusan/Penetapan Pengadilan
utk perintah pencatatan
Pengumuman koran
Pencatatan oleh KUA/CS
44
BAGIAN
KEEMPAT
Prosedur & Proses Pembuatan
Perjanjian Kawin
Pasca Pernikahan
45
MjW
institute
Jl. Otista Raya 149 Jakarta Timur – 13330 Telp. 021.8193736 Fax. 021.8570243 Email [email protected]
GG PK
Ps. 186 s/d Ps. 195
KUHPerdata
SUAMI
Nikah/Perkawinan
Gono Gini
ISTRI
Ps. 187
KUHPerdata
SUAMI
Gugatan Istri
GG PK
Pengumuman
Koran
Ps. 189
KUHPerdata
-Menyetujui untuk
membuat
Perjanjian Kawin;
-Menyetujui Draft
Perjanjian Kawin;
-Menyatakan tidak
ada pihak ketiga yg
dirugikan;
-Menunjuk Notaris
Koran
Ps. 187
KUHPerdata
Pengumuman
Koran
Putusan PN
Nikah/Perkawinan
Gono Gini
Kesepakatan Suami Istri
GG PK
Pengumuman
Ps. 186
KUHPerdata
Pengadilan Negeri
Ps. 29 ayat (4)
UU 1/1974
Notaris
Akta Perjanjian Kawin
Pengadilan Negeri
ISTRI
Ps. 29 ayat (4)
UU 1/1974
Ps. 186
KUHPerdata
Pengadilan Negeri
Penetapan PN
-Menyetujui untuk
membuat
- Ps 29 UU 1/1974
Perjanjian Kawin;
- Ps. 186 & 196
-Menyetujui Draft
KUHPerdata
Perjanjian Kawin;
- Putusan MK
-Menyatakan tidak
No 69 th 2015
ada pihak ketiga yg
dirugikan;
-Menunjuk Notaris
Memerintahkan KUA / CS
Penetapan PN melakukan pencatatan
terhadap Perjanjian kawin
Ps. 29 ayat (1) UU 1/1974
Ps. 147 + 152 KUHPerdata
KUA / Catatan Sipil
mencatat Perjanjian Kawin pada Buku Nikah & Akta Nikah
MjW
institute
Jl. Otista Raya 149 Jakarta Timur – 13330 Telp. 021.8193736 Fax. 021.8570243 Email [email protected]
46
PK perub PK atau PK GG
Ps. 196 s/d Ps. 198
KUHPerdata
SUAMI
Nikah/Perkawinan
Perjanjian Kawin
Ps. 187
KUHPerdata
SUAMI
Gugatan Suami / Istri
PK perub PK / GG
Pengumuman
Koran
?
ISTRI
Pengadilan Negeri
Ps. 29 ayat (4)
UU 1/1974
Ps. 196 - 198
KUHPerdata
Putusan PN
- Menyetujui untuk
mengubah
Perjanjian Kawin;
- Menyetujui Draft
Perjanjian Kawin;
- Menyatakan tidak
ada pihak ketiga yg
dirugikan;
- Menunjuk Notaris.
Ps. 198
KUHPerdata
Ps. 187
KUHPerdata
Pengumuman
Koran
Notaris
Perubahan / Pembatalan
Akta Perjanjian Kawin
Pengadilan Negeri
Penetapan PN
Ps. 29 ayat (1) UU 1/1974
Ps. 147 + 152 KUHPerdata
Pengumuman
Koran ?
Ps. 29 ayat (4)
UU 1/1974
Nikah/Perkawinan
Perjanjian Kawin
ISTRI
Kesepakatan Suami Istri Ps. 29 ayat (4)
PK perub PK / GG UU 1/1974
Ps. 196 - 198
KUHPerdata
Pengadilan Negeri
Penetapan PN
-Menyetujui untuk
mengubah
- Ps 29
Perjanjian
Kawin;
UU 1/1974
-Menyetujui Draft
- Ps. 196
KUHPerdata
Perjanjian Kawin;
- Putusan MK
-Menyatakan tidak
No 69 th 2015
ada pihak ketiga yg
dirugikan;
-Menunjuk Notaris
memerintahkan KUA / CS melakukan
pencatatan terhadap perubahan atau
pencoretan terhadap Perjanjian kawin
KUA / Catatan Sipil
mencatat perubahan atau pencoretan Perjanjian Kawin pada
Buku Nikah & Akta Nikah
MjW
institute
Jl. Otista Raya 149 Jakarta Timur – 13330 Telp. 021.8193736 Fax. 021.8570243 Email [email protected]
47
BAGIAN
KELIMA
PERSOALAN HUKUM
DALAM PEMBUATAN
PERJANJIAN KAWIN
PASCA PERKAWINAN
48
MjW
institute
Jl. Otista Raya 149 Jakarta Timur – 13330 Telp. 021.8193736 Fax. 021.8570243 Email [email protected]
PERSOALAN HUKUM
“PEMBUATAN” PERJANJIAN KAWIN PASCA PERKAWINAN
Suami
KUHPerdata
UU 1/1974
pada prinsipnya
Perjanjian Kawin
harus dibuat
sebelum / pada saat
perkawinan
Istri
Perjanjian
Kawin
Akad
Nikah
Putusan MK
Gono Gini
?
? Perjanjian Kawin
- Pisah Harta, atau
- Persatuan Untung Rugi, atau
- Persatuan Hasil Pendapatan, atau
- Syarat2 tertentu.
Suami
Istri
- Ps 29 (4) UU 1/1974
- Ps. 186 s/d 198 KUHPerdata
- Putusan MK No 69 th 2015
Perjanjian Kawin
- Pisah Harta
- Persatuan Untung Rugi, atau
- Persatuan Hasil Pendapatan, atau
- Syarat2 tertentu.
Catatan :
Perjanjian Kawin (KUHPerdata) :
1. PK Pisah Harta
2. PK Persatuan Untung & Rugi
3. PK Persatuan Hasil & Pendapatan
4. PK dgn syarat2 tertentu.
Perjanjian Kawin (UU 1/1974) :
1. PK Pisah Harta
2. PK dgn syarat2 tertentu
1. Bagaimana prosedur & proses Pembuatan Perjanjian Kawin pasca
berlangsungnya Perkawinan ?
2. Apa Akibat Hukum nya ?
3. Apakah Perjanjian Kawin dapat berlaku surut, atau tidak boleh
berlaku surut ?
4. Bagaimana bila ada tuntutan dari pihak ketiga dikemudian hari ?
5. Bagaimana akibat hukum terhadap pewarisan harta dalam
perkawinan dikemudian hari ?
49
PERSOALAN HUKUM
“PERUBAHAN” PERJANJIAN KAWIN PASCA PERKAWINAN
Suami
KUHPerdata
UU 1/1974
Pada prinsipnya
Perjanjian Kawin
harus dibuat
sebelum / pada saat
perkawinan
Istri
Perubahan
Bentuk / Isi
Perjanjian Kawin
Perjanjian Kawin
Akad
Nikah
Perjanjian Kawin
Pisah Harta
Putusan MK
?
?
Perjanjian Kawin
- Persatuan Untung Rugi, atau
- Persatuan Hasil Pendapatan, atau
- Syarat2 tertentu.
Suami
Istri
- Ps 29 (4) UU 1/1974
- Ps. 186 s/d 198 KUHPerdata
Perjanjian Kawin
- Persatuan Untung Rugi, atau
- Persatuan Hasil Pendapatan, atau
- Syarat2 tertentu.
Catatan :
Perjanjian Kawin (KUHPerdata) :
1. PK Pisah Harta
2. PK Persatuan Untung & Rugi
3. PK Persatuan Hasil & Pendapatan
4. PK dgn syarat2 tertentu.
Perjanjian Kawin (UU 1/1974) :
1. PK Pisah Harta
2. PK dgn syarat2 tertentu
1. Bagaimana prosedur “perubahan” Perkawinan dengan Perjanjian
Kawin dari satu bentuk perjanjian kawin menjadi perjanjian
kawin bentuk lainnya ?
2. Apa Akibat Hukum ?
3. Apakah boleh berlaku surut, atau tidak boleh berlaku surut ?
4. Bagaimana bila ada tuntutan dari pihak ketiga dikemudian hari ?
5. Bagaimana akibat hukum terhadap pewarisan harta dalam
perkawinan dikemudian hari ?
50
PERSOALAN HUKUM
“PERUBAHAN” PERJANJIAN KAWIN PASCA PERKAWINAN
MENJADI GONO GINI
Suami
Istri
Perjanjian Kawin
Suami
Akad
Nikah
Perjanjian
Kawin
Istri
Gono Gini
Perjanjian Kawin
Putusan MK
?
?
- Ps 29 (4( UU 1/1974
- Ps. 186 s/d 198 KUHPerdata
Gono Gini
Gono Gini
Catatan :
Perjanjian Kawin (KUHPerdata) :
1. PK Pisah Harta
2. PK Persatuan Untung & Rugi
3. PK Persatuan Hasil & Pendapatan
4. PK dgn syarat2 tertentu.
Perjanjian Kawin (UU 1/1974) :
1. PK Pisah Harta
2. PK dgn syarat2 tertentu
1. Bagaimana prosedur “perubahan” Perkawinan dengan Perjanjian
Kawin menjadi Perkawinan Gono Gono?
2. Apa Akibat Hukum ?
3. Apakah boleh berlaku surut, atau tidak boleh berlaku surut ?
4. Bagaimana bila ada tuntutan dari pihak ketiga dikemudian hari ?
5. Bagaimana akibat hukum terhadap pewarisan harta dalam
perkawinan dikemudian hari ?
51
HAL-HAL YANG PERLU
DIPERHATIKAN NOTARIS
PEMBUATAN
AKTA
PERJANJIAN KAWIN
YANG DIBUAT
PASCA PERNIKAHAN
52
TAHAP KESATU
1. Adanya kesepakatan tertulis antara suami istri untuk :
a.
b.
membuat perjanjian kawin pasca pernikahan, dan mengubah status
perkawinan gono gini menjadi perkawinan dengan perjanjian kawin;
Mengubah perjanjian kawin pisah harta menjadi perjanjian kawin
dengan bentuk yang lain;
2.
Dengan kesepakatan suami istri tsb diatas, suami istri wajib &
telah membuat Boedel Harta , baik :
a. Boedel Harta milik masing2 suami istri, maupun
b. Boedel Harta milik bersama yg tidak masuk dalam perjanjian
kawin,
yang telah disetujui & ditandatangani bersama suami istri & 2
orang saksi;
3. Berdasarkan kesepakatan suami istri & Boedel Harta tsb, dibuat
draft perjanjian kawin/draft perubahan perjanjian kawin yang
dikehendaki & telah disetujui oleh suami istri tsb;
4. Berdasarkan kesepakatan suami istri tsb diatas, diumumkan
dalam surat kabar harian yang beredar secara nasional.
53
TAHAP KEDUA
1.
mengajukan Gugatan Perdata ke Pengadilan untuk :
a.
memohon putusan untuk diijinkan membuat :
i.
ii.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
Perjanjian kawin pasca perkawinan & mengubah status perkawinan, dari Perkawinan
Gono Gini menjadi Perkawinan dengan Perjanjian Kawin; atau
Mengubah perjanjian kawin Pisah Harta menjadi perjanjian kawin bentuk yg lain ;
memohon putusan terhadap Boedel Harta milik masing2 suami istri yg
menjadi hak & kewenangan masing2 suami istri, serta Boedel Harta yg tidak
masuk dalam perjanjian kawin;
memohon putusan terhadap draft perjanjian kawin yg akan dibuat oleh
suami istri tsb;
memohon putusan bahwa pembuatan perjanjian kawin tsb tidak merugikan
pihak ketiga;
memohon putusan terhadap tanggal/waktu mulai berlakunya perjanjian
kawin yg dikehendaki & telah disetujui oleh suami istri;
memohon agar dalam putusan pengadilan menunjuk nama Notaris yg
diperintahkan untuk membuat akta perjanjian kawin;
setelah menerima putusan pengadilan tsb, kemudian mengumumkan
Putusan Pengadilan tsb dalam surat kabar harian yg beredar secara
nasional.
54
TAHAP KETIGA
1. Membuat akta Perjanjian Kawin/akta Perubahan
Perjanjian Kawin dihadapan Notaris yg ditetapkan dalam
Putusan Pengadilan;
2. Mengajukan permohonan/penetapan kepada
Pengadilan untuk dapat ditetapkan & diperintahkan KUA
atau Catatan Sipil mana yg wajib mendaftar & mencatat
perjanjian kawin/perubahan perjanjian kawin tsb dalam
Buku Nikah & Akta Nikah;
3. Berdasarkan Penetapan Pengadilan tsb, mengajukan
permohonan pendaftaran & pencatatan terhadap
perjanjian kawin/perubahan terhadap perjanjian kawin tsb
untuk didaftar & dicatat dalam Buku Nikah & Akta Nikah;
4. selesai & tuntas.
55
semoga bermanfaat
SEKIAN &
TERIMA KASIH
MjW
institute
Jl. Otista Raya 149 Jakarta Timur – 13330 Telp. 021.8193736 Fax. 021.8570243 Email [email protected]
56
CONTOH – CONTOH
AKTA
PERJANJIAN KAWIN
57
Contoh
Akta Perjanjian Kawin
pasca perkawinan
Pisah Harta “Total”
58
Lihat Lampiran
Contoh
Akta Perjanjian Kawin
pasca perkawinan
Persatuan Untung Rugi
59
Lihat Lampiran
Contoh
Akta Perjanjian Kawin
pasca perkawinan
Persatuan Hasil & Pendapatan
60
Lihat Lampiran
Contoh
Akta Perjanjian Kawin
pasca perkawinan
Syarat-Syarat Tertentu
61
Lihat Lampiran
MjW
institute
Jl. Otista Raya 149 Jakarta Timur – 13330 Telp. 021.8193736 Fax. 021.8570243 Email. [email protected]
buku-buku terbitan & cetakan
bila berminat silahkan
“pesan on line” by WA 081219556613 (Lisza)
MjW
institute
62
Jl. Otista Raya 149 Jakarta Timur – 13330
Telp. 021.8193736, Fax. 021.8570243,
Email [email protected]
DEWAN PENGELOLA PUSAT
Presiden Direktur : Muharzah Aman SH Sp.N
Direktur Usaha
: Imam Wahyudi SH Sp.N
Direktur Manajemen
: 1. Lisza Nurchayatie SH MKn
2. Farina Sp Sulaiman SH MKn
3. Yetty Sofyati SH MKn
1
PEMBUATAN
PERJANJIAN KAWIN
PASCA PUTUSAN
MAHKAMAH KONSTITUSI
NOMOR 69/PUU-XIII/2015, TANGGAL 27 OKTOBER 2015
ANALISA PERMASALAHAN HUKUM DAN PRAKTEK PEMBUATAN
AKTA PERJANJIAN KAWIN DIHADAPAN NOTARIS
SETELAH BERLANGSUNGNYA PERKAWINAN PERCAMPURAN HARTA
(GONO GINI)
dipaparkan oleh :
MJ WIDIJATMOKO
Notaris & PPAT Jakarta Timur
MjW
institute
Jl. Otista Raya 149 Jakarta Timur – 13330 Telp. 021.8193736 Fax. 021.8570243 Email [email protected]
2
BAGIAN
PERTAMA
PERKAWINAN &
HARTA PERKAWINAN
3
MjW
institute
Jl. Otista Raya 149 Jakarta Timur – 13330 Telp. 021.8193736 Fax. 021.8570243 Email [email protected]
PERKAWINAN
• Pasal 1 UU 1/1974
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
• Pasal 2 UU 1/1974
(1) Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum
masing-masing agama dan kepercayaannya itu.
(2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4
Perkawinan
PERKAWINAN
PERCAMPURAN
HARTA PERKAWINAN
( GONO GINI )
PERKAWINAN
SECARA
ADAT
PERKAWINAN
PERJANJIAN KAWIN
PERKAWINAN
SECARA
AGAMA / KEPERCAYAAN
5
Perkawinan
PERKAWINAN
WNI dengan WNI
Perkawinan
Di Dalam Negeri
Perkawinan
Di Luar Negeri
PERKAWINAN
WNI dengan WNA
( Perkawinan Campuran)
Ps.57 UU 1/74
PERKAWINAN
dengan Agama sejenis
PERKAWINAN
dengan Berbeda Agama
6
HARTA PERKAWINAN
Ps. 35 UU 1/1974
(1) Harta benda yang diperoleh selama perkawinan
menjadi harta bersama
(2) Harta bawaan dari masing-masing suami dan
isteri dan harta benda yang diperoleh masingmasing sebagai hadiah atau warisan, adalah di
bawah penguasaan masing-masing sepanjang
para pihak tidak menentukan lain.
7
•
Ps. 36 UU 1/1974
(1) Mengenai harta bersama, suami atau isteri dapat
bertindak atas persetujuan kedua belah pihak.
(2) Mengenai harta bawaan masing-masing, suami
isteri mempunyai hak sepenuhnya untuk
melakukan perbuatan hukum mengenai harta
bendanya.
8
•
Ps. 37 UU 1/1974
• Bila perkawinan putus karena perceraian,
harta benda diatur menurut hukumnya
masing-masing.
9
Harta dalam Perkawinan
menurut KUHPerdata
Harta
BAWAAN
Suami
Harta
BAWAAN
Istri
Perkawinan
Gono Gini
Harta
Gono Gini
Perkawinan
Harta
BAWAAN
Suami
Harta
BAWAAN
Istri
Perkawinan
Perjanjian Kawin
Harta
Pribadi
Suami
Harta
Pribadi
Istri
tetap ada Harta Gono Gini berupa
peralatan rumah tangga harian
10
Harta Perkawinan
Ps 35 & Ps 36 UU 1/1974
HARTA
GONO GINI
HARTA
BAWAAN
Hukum Adat
Harta
dari
Warisan
Harta
dari
Hadiah
Harta yang diperoleh
selama Perkawinan
Harta Pusaka
dalam kehidupan
Masyarakat Adat
11
Harta dalam Perkawinan
menurut UU 1/1974 ps 29, ps 35, & ps 36
Harta
BAWAAN
Suami
Harta
BAWAAN
Istri
Perkawinan
Gono Gini
Harta
Pribadi
Suami
Harta
Gono Gini
Perkawinan
Harta
BAWAAN
Suami
Harta
BAWAAN
Istri
Perkawinan
Perjanjian Kawin
Harta
Pribadi
Istri
Harta
Pribadi
Suami
Harta
Pribadi
Istri
tetap ada Harta Gono Gini berupa
peralatan rumah tangga harian
12
Perbandingan KUHPerdata & UU 1/1974
Tentang Perkawinan & Harta Perkawinan
Hukum Adat &
Hukum Agama
KUHPerdata
Hukum Adat
Hukum Agama
Perkawinan
gono-gini
Seluruh harta
yang diperoleh
sebelum &
selama
perkawinan
bercampur
menjadi harta
gono-gini
1. Pegawai Pencatat
Perkawinan
2. Pembuka Adat
3. Ulama Agama
Perkawinan
Perjanjian Kawin
1. Islam
KUA
2. Non Islam Catatan Sipil
UU 1/1974
Disahkan
2 Januari 1974
1. Perjanjian Kawin
pisah harta
2. Perjanjian kawin
Berlaku PP 1975
persatuan untung
1 April 1975
rugi
3. Perjanjian kawian
persatuan hasil &
pendapatan
4. Perjanjian kawin
syarat-syarat tertentu
Perkawinan
gono-gini
Harta
Bawaan
Harta
Gono-Gini
Perkawinan
Perjanjian Kawin
Harta
Pribadi
Harta
Gono-Gini
Peralatan Rumah Tangga
yang dipakai sehari-hari
Pengadilan
Negeri
Catatan Sipil
atau KUA
Perjanjian Kawin pada perkawinan untuk kedua kali & selanjutnya
13
BAGIAN
KEDUA
PERKAWINAN &
PERJANJIAN KAWIN
14
MjW
institute
Jl. Otista Raya 149 Jakarta Timur – 13330 Telp. 021.8193736 Fax. 021.8570243 Email [email protected]
DASAR HUKUM PERJANJIAN KAWIN
1.
2.
3.
4.
Ps. 29 UU 1/1974
Ps. 139 s/d 198 KUHPerdata
Ps. 45 s/d Ps. 52 Kompilasi Hukum Islam
codex iuris canonici/Kitab Hukum Kanonik,
Kan.1095 s/d Kan.1107, Kan 1124 s/d Kan. 1129,
Kan. 1141, Kan. 1155
5. Hukum Agama yang lainnya
6. Putusan MK No 69/PUU-XIII/2015,
Tgl 27 Oktober 2015
15
PERKAWINAN & PERJANJIAN KAWIN
Ps. 29 ayat (1) UU 1/1974
•
Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan
Baca juga Putusan MK
No 69/PUU-XIII/2015, Tgl 27 Oktober 2015
•
•
•
•
•
kedua belah pihak atas persetujuan bersama
dapat
mengajukan perjanjian tertulis
yang disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan,
setelah mana isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga
tersangkut.
16
Ps. 29 ayat (2) & ayat (3) UU 1/1974
(2)
Perkawinan tersebut tidak dapat disahkan
bilamana melanggar batas-batas hukum,
agama dan kesusilaan.
(3)
Perjanjian tersebut dimulai berlaku sejak
perkawinan dilangsungkan.
Baca juga Putusan MK
No 69/PUU-XIII/2015, Tgl 27 Oktober 2015
17
Ps. 29 ayat (4) UU 1/1974
• Selama perkawinan dilangsungkan perjanjian
tersebut tidak dapat diubah,
Baca juga Putusan MK
No 69/PUU-XIII/2015, Tgl 27 Oktober 2015
• kecuali bila dari kedua belah pihak ada
persetujuan untuk mengubah, dan
• perubahan tidak merugikan pihak ketiga.
18
Perjanjian Kawin
Terdiri atas :
UU 1/1974
Tidak Mengatur
Jenis-Jenis
Perjanjian Kawin
KUH Perdata
1. Perjanjian Kawin
Pisah Harta
Ps. 139 d/d Ps. 154
Ps. 155 s/d Ps. 167
2. Perjanjian Kawin
Persatuan Untung & Kerugian
Ps. 155 s/d Ps. 167
3. Perjanjian Kawin
Persatuan Hasil Pendapatan
4. Perjanjian Kawin Ps. 139 d/d Ps. 154
Dengan Syarat-Syarat Khusus
19
Perjanjian Kawin
Terdiri atas :
Analog
Hukum
terhadap
UU 1/1974
UU 1/1974
tidak mengatur tentang
jenis-jenis perjanjian kawin
1. Perjanjian Kawin
Pisah Harta
2. Perjanjian Kawin
Dengan Syarat-Syarat Khusus
20
Perjanjian Kawin
sebelum berlakunya
UU 1/1974
21
Catatan :
Perjanjian Kawin :
1. PK Pisah Harta
2. PK Persatuan Untung & Rugi
3. PK Persatuan Hasil & Pendapatan
4. PK dgn syarat2 tertentu
PERJANJIAN KAWIN
SEBELUM BERLAKU UU 1/1974
BERDASARKAN KUHPERDATA
1. Perkawinan gono-gini;
Seluruh harta yang
diperoleh sebelum atau
selama perkawinan
bercampur (Gono Gini).
Akta
Perjanjian
Kawin
2. Perkawinan
perjanjian
kawin
Dgn PK, maka
harta tetap
merupakan
harta milik
masing2 suami
istri, kec alat2
perlengkapan
rumah tangga
yg dipakai
sehari2.
Akad Nikah /
Perkawinan
ISTRI
MENGGUGAT
KE PN
Ps 149 KUHPerdata
= PK tdk bisa diubah
Akta
Perjanjian
Kawin
Ps. 139 s/d Ps 198
KUHPerdata
Ps. 186 s/d Ps. 198
KUHPerdata
= PK bisa diubah
Perubahan
terhadap
isi dalam
Perjanjian
Kawin
Perubahan
Perkawinan
Gono-gini
menjadi
Perjanjian
Kawin
Perubahan
Perkawinan
Perjanjian
Kawin
menjadi
Gono-gini
Ps. 186 s/d 198
KUHPerdata
Ps. 186 s/d Ps. 195
KUHPerdata
Ps. 196 s/d Ps. 198
KUHPerdata
Putusan Hakim Pengadilan Ps 186 s/d Ps 198 KUHPerdata
Tidak boleh merugikan Pihak Ketiga
1. Di daftar pada
Register di PN
2. Berlaku pada saat
perkawinan
Notaris Akta
Perjanjian Kawin
Penetapan Pengadilan
utk perintah pencatatan
Pengumuman Koran
Pegawai Pencatat
Perkawinan
22
Perjanjian Kawin
pada
Perkawinan Kedua dst
23
1. Perjanjian Kawin dalam
Kawin Ulang/Rujuk Perkawinan
Perkawinan
Pertama/Awal
Perkawinan Kedua dst
dg suami/istri yg sama
Perceraian
Perkawinan Gono Gini
Rujuk Perkawinan / Kawin Ulang
Perjanjian Kawin
?
Ps 187 sd ps 198 KUHPerdata atau UU 1/1974
Ps 119 sd 123
KUHPerdata
Semua harta
menjadi
Harta Gono Gini
Ps 35 & ps 36
UU 1/1974
Harta Bawaan
Harta Gono Gini
Perkawinan
Gono Gini
Ps 180 sd ps 185
KUHPerdata
Perjanjian Kawin
- Ps 29 UU 1/1974
- Ps 187 sd ps 198 KUHPerdata
- Putusan MK 69/2015
berlaku ketentuan prosedur & tatacara
perubahan bentuk status perkawinan
- Ps 29 ayat 4 UU 1/1974
- Ps 187 sd ps 198 KUHPerdata
- Putusan MK 69/2015
24
2. Perjanjian Kawin dalam
Kawin Ulang/Rujuk Perkawinan
Perkawinan
Pertama/Awal
Perkawinan Kedua dst
dg suami/istri yg sama
Perceraian
Perjanjian Kawin
Ps 29 UU 1/1974
Ps 139 sd ps 198 KUHPerdata
Rujuk Perkawinan / Kawin Ulang
Ps 180 sd ps 185 KUHPerdata
Perkawinan Gono Gini
Ps 180 KUH Perdata
Perjanjian
Kawin
?
Ps 29 ayat 4 UU 1/1974,
Ps 187 sd ps 198 KUHPerdata &
Putusan MK 69/2015
Perkawinan Gono Gini
Ps 35 & ps 36 UU 1/1974
Harta Bawaan & Harta Gono Gini
Perkawinan
Gono Gini
Perjanjian Kawin
Ps 35 & ps 36 UU 1/1974
Harta Bawaan & Harta Gono Gini
berlaku ketentuan prosedur & tatacara
perubahan bentuk status perkawinan
Ps 29 ayat 4 UU 1/1974, Ps 187 sd ps 198 KUHPerdata & Putusan MK 69/2015
25
Perjanjian Kawin
setelah berlakunya
UU 1/1974
26
PERJANJIAN KAWIN
SESUDAH BERLAKU UU 1/1974 &
SEBELUM PUTUSAN MK-RI
1. Perkawinan gono-gini;
Harta dalam perkawinan :
a. Harta bawaan, &
b. Harta gono-gini
Akta
Perjanjian
Kawin
Akad Nikah /
Perkawinan
Akta
Perjanjian
Kawin
2. Perkawinan
perjanjian
kawin
Dgn PK, maka
harta tetap
Ps. 29
merupakan harta ayat (1) , (2) & (3)
milik masing2
UU 1/1974
suami istri,
kecuali alat2
perlengkapan
rumah tangga yg 1.Di daftar pada
Pegawai Pencatat
dipakai sehari2.
Perkawinan
(KUA/Catatan Sipil)
utk dicatat dalam
Buku Nikah & Akta
Nikah.
2.Berlaku pada saat
perkawinan.
Ps 29 (4)
UU 1/1974 &
Ps 149 KUHPerdata
= PK tdk bisa diubah
Catatan :
-Perjanjian Kawin (KUHPerdata) :
1. PK Pisah Harta
2. PK Persatuan Untung & Rugi
3. PK Persatuan Hasil & Pendapatan
4. PK dgn syarat2 tertentu
1.Kesepakatan
Suami Istri PN
2.Istri menggugat
ke PN
-Ps. 35, Ps. 36 &
Ps. 37 UU 1/1974 :
1. Harta bawaan
2. Harta gonogini
Ps. 29 ayat (4)
UU 1/1974
Ps 186 s/d Ps 198
KUHPerdata
= PK bisa diubah
Perubahan
terhadap
Isi dalam
Perjanjian
Kawin
Perubahan
Perkawinan
Gono-Gini
menjadi
Perjanjian
Kawin
Perubahan
Perkawinan
Perjanjian
Kawin
menjadi
Gono-Gini
Ps. 29 ayat (4)
UU 1/1974
Ps. 186 s/d Ps. 198
KUHPerdata
Ps. 186 s/d Ps. 195
KUHPerdata
Ps. 29 ayat (4)
UU 1/1974
Ps. 196 s/d Ps. 198
KUHPerdata
Ps. 29 ayat (4)
UU 1/1974
Putusan Hakim Pengadilan Ps 29 (4) UU 1/1974 & Ps 186 s/d Ps 198 KUHPerdata
Tidak boleh merugikan Pihak Ketiga
Notaris Akta
Perjanjian Kawin
Penetapan Pengadilan
utk perintah pencatatan
Pengumuman Koran
Pencatatan oleh
KUA/CS
27
Perjanjian Kawin
pasca
Putusan MK - RI
No 69/PUU-XIII/2015, Tgl 27 Oktober 2015
28
BAGIAN
KETIGA
Pengujian terhadap Perjanjian Kawin
Pasal 29 UU 1/1974 oleh MK-RI
29
MjW
institute
Jl. Otista Raya 149 Jakarta Timur – 13330 Telp. 021.8193736 Fax. 021.8570243 Email [email protected]
PENGUJIAN & PERTIMBANGAN HUKUM
Mahkamah Konstitusi TERHADAP Pasal 29 UU 1/1974
• Pengujian Pasal 29 ayat (1), ayat (3), dan ayat (4) serta Pasal 35 ayat (1) UU
1/1974.
– [3.9.2] Bahwa dalam permohonannya, Pemohon juga mengajukan pengujian
UU 1/1974, khususnya Pasal 29 ayat (1), ayat (3), dan ayat (4) yang
menyatakan :
1) Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan kedua pihak atas persetujuan
bersama dapat mengajukan perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat
perkawinan, setelah mana isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga tersangkut.
(3) Perjanjian tersebut mulai berlaku sejak perkawinan dilangsungkan.
(4) Selama perkawinan berlangsung perjanjian tersebut tidak dapat dirubah, kecuali bila dari
kedua belah pihak ada persetujuan untuk merubah dan perubahan tidak merugikan pihak
ketiga.
– Selain itu, Pemohon juga mengajukan pengujian Pasal 35 ayat (1) UU 1/1974
yang menyatakan :
•
1) Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama.
– terhadap Pasal 28D ayat (1), Pasal 27 ayat (1), Pasal 28E ayat (1), serta Pasal
28H ayat (1) dan ayat (4) UUD 1945.
30
• [3.9.3] Bahwa terhadap pengujian konstitusionalitas Pasal 29 ayat (1), ayat
(3), dan ayat (4) serta Pasal 35 ayat (1) UU 1/1974,
Mahkamah mempertimbangkan sebagai berikut:
– Bahwa perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 UU 1/1974 adalah
ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebagai sebuah ikatan
lahir dan batin, suami dan istri harus saling membantu dan melengkapi agar
masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya dan membantu
mencapai kesejahteraan spiritual dan materiil.
– Bahwa hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan
kedudukan suami, baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam
pergaulan masyarakat, sehingga dengan demikian segala sesuatu dalam
keluarga dapat dimusyawarahkan dan diputuskan bersama antara suami
dan istri. Kesepakatan atau perjanjian yang dilakukan dengan cara
musyawarah tersebut dapat dilakukan oleh suami dan istri, sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 29 ayat (1) UU 1/1974, pada waktu atau sebelum
perkawinan dilangsungkan. Kedua pihak (seorang pria dan wanita) atas
persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan
oleh pegawai pencatat perkawinan atau notaris. Perjanjian tersebut tidak
dapat disahkan bilamana melanggar batas-batas hukum, agama, dan
kesusilaan, serta syarat-syarat sahnya perjanjian.
31
– Bahwa di dalam kehidupan suatu keluarga atau rumah tangga, selain
masalah hak dan kewajiban sebagai suami dan istri, masalah harta
benda juga merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya berbagai Perselisihan atau ketegangan dalam suatu
perkawinan, bahkan dapat menghilangkan kerukunan antara suami
dan istri dalam kehidupan suatu keluarga. Untuk menghindari hal
tersebut maka dibuatlah perjanjian perkawinan antara calon suami
dan istri, sebelum mereka melangsungkan perkawinan.
– Perjanjian perkawinan tersebut harus dibuat atas persetujuan
bersama, dengan perjanjian tertulis yang disahkan oleh Petugas
Pencatat Perkawinan, sebelum perkawinan itu berlangsung atau
pada saat perkawinan berlangsung dan perjanjian perkawinan
tersebut mulai berlaku sejak perkawinan itu dilangsungkan.
Perjanjian semacam ini biasanya berisi janji tentang harta benda yang
diperoleh selama perkawinan berlangsung, lazimnya berupa
perolehan harta kekayaan terpisah, masing-masing pihak memperoleh
apa yang diperoleh atau didapat selama perkawinan itu termasuk
keuntungan dan kerugian. Perjanjian perkawinan ini berlaku sebagai
Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya, juga berlaku bagi
pihak ketiga yang memiliki kepentingan terhadapnya.
32
– Alasan yang umumnya dijadikan landasan dibuatnya perjanjian setelah
perkawinan adalah adanya kealpaan dan ketidaktahuan bahwa
dalam UU 1/1974 ada ketentuan yang mengatur mengenai
Perjanjian Perkawinan sebelum pernikahan dilangsungkan. Menurut
Pasal 29 UU 1/1974, Perjanjian Perkawinan dapat dibuat pada waktu
atau sebelum perkawinan dilangsungkan. Alasan lainnya adalah
adanya risiko yang mungkin timbul dari harta bersama dalam
perkawinan karena pekerjaan suami dan isteri memiliki konsekuensi
dan tanggung jawab pada harta pribadi, sehingga masing-masing
harta yang diperoleh dapat tetap menjadi milik pribadi.
– Dalam UU 5/1960 dan peraturan pelaksanaannya dinyatakan bahwa
hanya warga negara Indonesia yang dapat mempunyai sertifikat
dengan hak milik atas tanah dan apabila yang bersangkutan, setelah
memperoleh sertifikat Hak Milik, kemudian menikah dengan
ekspatriat (bukan WNI) maka dalam waktu 1 (satu) tahun setelah
pernikahannya itu, ia harus melepaskan hak milik atas tanah tersebut,
kepada subjek hukum lain yang berhak.
33
– Bahwa tujuan dibuatnya Perjanjian Perkawinan adalah:
1. Memisahkan harta kekayaan antara pihak suami dengan pihak istri sehingga harta
kekayaan mereka tidak bercampur. Oleh karena itu, jika suatu saat mereka bercerai, harta
dari masing-masing pihak terlindungi, tidak ada perebutan harta kekayaan bersama atau
gono-gini.
2. Atas hutang masing-masing pihak pun yang mereka buat dalam perkawinan mereka,
masing-masing akan bertanggung jawab sendiri-sendiri.
3. Jika salah satu pihak ingin menjual harta kekayaan mereka tidak perlu meminta ijin dari
pasangannya (suami/istri).
4. Begitu juga dengan fasilitas kredit yang mereka ajukan, tidak lagi harus meminta ijin
terlebih dahulu dari pasangan hidupnya (suami/istri) dalam hal menjaminkan aset yang
terdaftar atas nama salah satu dari mereka.
– Tegasnya, ketentuan yang ada saat ini hanya mengatur perjanjian perkawinan
yang dibuat sebelum atau pada saat perkawinan dilangsungkan, padahal
dalam kenyataannya ada fenomena suami istri yang karena alasan tertentu
baru merasakan adanya kebutuhan untuk membuat Perjanjian Perkawinan
selama dalam ikatan perkawinan. Selama ini sesuai dengan Pasal 29 UU
1/1974, perjanjian yang demikian itu harus diadakan sebelum perkawinan
dilangsungkan dan harus diletakkan dalam suatu akta notaris. Perjanjian
perkawinan ini mulai berlaku antara suami dan isteri sejak perkawinan
dilangsungkan. Isi yang diatur di dalam perjanjian perkawinan tergantung
pada kesepakatan pihak-pihak calon suami dan isteri, asal tidak bertentangan
dengan Undang-Undang, agama, dan kepatutan atau kesusilaan. Adapun
terhadap bentuk dan isi perjanjian perkawinan, kepada kedua belah pihak
diberikan kebebasan atau kemerdekaan seluas-luasnya (sesuai dengan asas
hukum kebebasan berkontrak .
34
•
Frasa pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan dalam Pasal 29 ayat
(1), frasa ...sejak perkawinan dilangsungkan dalam Pasal 29 ayat (3), dan frasa
selama perkawinan berlangsung dalam Pasal 29 ayat (4) UU 1/1974 membatasi
kebebasan 2 (dua) orang individu untuk melakukan atau kapan akan melakukan
perjanjian , sehingga bertentangan dengan Pasal 28E ayat (2) UUD 1945
sebagaimana didalilkan Pemohon. Dengan demikian, frasa pada waktu atau
sebelum perkawinan dilangsungkan dalam Pasal 29 ayat (1) dan frasa selama
perkawinan berlangsung dalam Pasal 29 ayat (4) UU 1/1974 adalah
bertentangan dengan UUD 1945 secara bersyarat sepanjang tidak dimaknai
termasuk pula selama dalam ikatan perkawinan.
•
Sementara itu, terhadap dalil Pemohon mengenai inkonstitusionalitas Pasal 35
ayat (1) UU 1/1974, Mahkamah mempertimbangkan bahwa dengan dinyatakannya
Pasal 29 ayat (1) UU 1/1974 bertentangan dengan UUD 1945 secara bersyarat
maka ketentuan Pasal 35 ayat (1) UU 1/1974 harus dipahami dalam kaitannya
dengan Pasal 29 ayat (1) UU 1/1974 dimaksud. Dengan kata lain, tidak terdapat
persoalan inkonstitusionalitas terhadap Pasal 35 ayat (1) UU 1/1974. Hanya saja
bagi pihak-pihak yang membuat perjanjian perkawinan, terhadap harta bersama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) UU 1/1974 tersebut berlaku
ketentuan tentang perjanjian perkawinan sesuai dengan yang dimaksud dalam
Pasal 29 ayat (1) UU 1/1974 sebagaimana disebutkan dalam amar putusan ini.
Dengan demikian, dalil Pemohon sepanjang mengenai inkonstitusionalitas Pasal
35 ayat (1) UU 1/1974 tidak beralasan menurut hukum.
35
• [3.10] Menimbang berdasarkan seluruh pertimbangan tersebut di atas,
menurut Mahkamah, permohonan Pemohon sepanjang menyangkut
Pasal 29 ayat (1), ayat (3), dan ayat (4) UU 1/1974 beralasan menurut
hukum untuk sebagian, sedangkan menyangkut Pasal 35 ayat (1) UU
1/1974 tidak beralasan menurut hukum.
• KONKLUSI
– Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas,
Mahkamah berkesimpulan:
[4.1] Mahkamah berwenang mengadili permohonan Pemohon;
[4.2] Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan
permohonan a quo;
[4.3] Permohonan Pemohon beralasan menurut hukum untuk sebagian.
– Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5226), dan
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076);
36
Putusan Mahkamah Konsititusi
No 69/PUU-XIII/2015 Tgl 27 Oktober 2015
1.1. Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3019)
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 sepanjang tidak dimaknai :
– Pada waktu, sebelum dilangsungkan atau selama dalam ikatan
perkawinan kedua belah pihak atas persetujuan bersama dapat
mengajukan perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai
pencatat perkawinan atau notaris, setelah mana isinya berlaku juga
terhadap pihak ketiga sepanjang pihak ketiga tersangkut ;
37
• 1.2. Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3019)
– tidak mempunyai kekuatan
sepanjang tidak dimaknai :
hukum
mengikat
• Pada waktu, sebelum dilangsungkan atau selama dalam
ikatan perkawinan kedua belah pihak atas persetujuan
bersama dapat mengajukan perjanjian tertulis yang
disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan atau notaris,
setelah mana isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga
sepanjang pihak ketiga tersangkut ;
38
• 1.3. Pasal 29 ayat (3) Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1974
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3019)
– bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang
tidak dimaknai :
• Perjanjian tersebut mulai berlaku sejak perkawinan
dilangsungkan, kecuali ditentukan lain dalam
Perjanjian Perkawinan ;
39
• 1.4. Pasal 29 ayat (3) Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor
1, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3019)
– tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat
sepanjang tidak dimaknai :
• Perjanjian tersebut mulai berlaku sejak perkawinan
dilangsungkan, kecuali ditentukan lain dalam
Perjanjian Perkawinan ;
40
• 1.5. Pasal 29 ayat (4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3019)
– bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang tidak dimaknai :
• Selama perkawinan berlangsung, perjanjian perkawinan dapat
mengenai harta perkawinan atau perjanjian lainnya, tidak dapat
diubah atau dicabut, kecuali bila dari kedua belah pihak ada
persetujuan untuk mengubah atau mencabut, dan perubahan
atau pencabutan itu tidak merugikan pihak ketiga ;
41
• 1.6. Pasal 29 ayat (4) Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3019)
– tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat
sepanjang tidak dimaknai :
• Selama perkawinan berlangsung, perjanjian perkawinan
dapat mengenai harta perkawinan atau perjanjian lainnya,
tidak dapat diubah atau dicabut, kecuali bila dari kedua
belah pihak ada persetujuan untuk mengubah atau
mencabut, dan perubahan atau pencabutan itu tidak
merugikan pihak ketiga ;
42
Kesimpulan dari Putusan MK-RI
• Perjanjian Kawin dapat dibuat :
1. sebelum dilangsungkan perkawinan; atau
2. pada saat akad nikah/perkawinan; atau
3. Perjanjian Kawin dapat diubah & dapat dibuat
perjanjian kawin selama berlangsungnya
perkawinan, berdasarkan ps. 29 ayat (4) UU 1/1974
& ps. 186 s/d 198 KUHPerdata, dengan syarat2
tertentu & tidak boleh merugikan pihak ketiga;
atau
4. setelah berlangsungnya perkawinan dapat dibuat
Perjanjian kawin berdasarkan Putusan Hakim
Pengadilan & tidak boleh merugikan pihak ketiga.
43
PERJANJIAN KAWIN SETELAH PUTUSAN MK
Akad Nikah /
Perkawinan
1.Perkawinan gono-gini
2. Perkawinan perjanjian kawin
Akta
Perjanjian
Kawin
Ps. 29 ayat (4)
UU 1/1974
Akta
Perjanjian
Kawin
Boedel Harta
Perkawinan
Ps. 29
ayat (1) , (2) & (3)
UU 1/1974
1. Di daftar pada
Akta Perkawinan
2. Berlaku pada saat
perkawinan
Ps. 35, Ps. 36 & Ps. 37 UU 1/1974
1. Harta bawaan
2. Harta gono-gini
Putusan MK MK
Ps. 186 s/d Ps. 198
69/PUU-XIII/2015
& No
KUHPerdata
Tgl 27 Oktober 2015
Perubahan
terhadap
Isi
Perjanjian
Kawin
Perubahan
Perkawinan
Perjanjian
Kawin
menjadi
Gono-gini
Perubahan
Perkawinan
Gono-gini
Menjadi
Perjanjian
Kawin
Ps. 29 ayat (4)
UU 1/1974
Ps. 196 s/d Ps. 198
KUHPerdata
Ps. 29 ayat (4)
UU 1/1974
Ps. 186 s/d Ps. 195
KUHPerdata
Ps. 29 ayat (4)
UU 1/1974
Putusan Hakim Pengadilan Ps 29 (4) UU 1/1974 & Ps 186 s/d Ps 198 KUHPerdata +
Putusan MK NO 69 tgl 27-10-2015
Tidak boleh merugikan Pihak Ketiga
Notaris Akta
Perjanjian Kawin
Putusan/Penetapan Pengadilan
utk perintah pencatatan
Pengumuman koran
Pencatatan oleh KUA/CS
44
BAGIAN
KEEMPAT
Prosedur & Proses Pembuatan
Perjanjian Kawin
Pasca Pernikahan
45
MjW
institute
Jl. Otista Raya 149 Jakarta Timur – 13330 Telp. 021.8193736 Fax. 021.8570243 Email [email protected]
GG PK
Ps. 186 s/d Ps. 195
KUHPerdata
SUAMI
Nikah/Perkawinan
Gono Gini
ISTRI
Ps. 187
KUHPerdata
SUAMI
Gugatan Istri
GG PK
Pengumuman
Koran
Ps. 189
KUHPerdata
-Menyetujui untuk
membuat
Perjanjian Kawin;
-Menyetujui Draft
Perjanjian Kawin;
-Menyatakan tidak
ada pihak ketiga yg
dirugikan;
-Menunjuk Notaris
Koran
Ps. 187
KUHPerdata
Pengumuman
Koran
Putusan PN
Nikah/Perkawinan
Gono Gini
Kesepakatan Suami Istri
GG PK
Pengumuman
Ps. 186
KUHPerdata
Pengadilan Negeri
Ps. 29 ayat (4)
UU 1/1974
Notaris
Akta Perjanjian Kawin
Pengadilan Negeri
ISTRI
Ps. 29 ayat (4)
UU 1/1974
Ps. 186
KUHPerdata
Pengadilan Negeri
Penetapan PN
-Menyetujui untuk
membuat
- Ps 29 UU 1/1974
Perjanjian Kawin;
- Ps. 186 & 196
-Menyetujui Draft
KUHPerdata
Perjanjian Kawin;
- Putusan MK
-Menyatakan tidak
No 69 th 2015
ada pihak ketiga yg
dirugikan;
-Menunjuk Notaris
Memerintahkan KUA / CS
Penetapan PN melakukan pencatatan
terhadap Perjanjian kawin
Ps. 29 ayat (1) UU 1/1974
Ps. 147 + 152 KUHPerdata
KUA / Catatan Sipil
mencatat Perjanjian Kawin pada Buku Nikah & Akta Nikah
MjW
institute
Jl. Otista Raya 149 Jakarta Timur – 13330 Telp. 021.8193736 Fax. 021.8570243 Email [email protected]
46
PK perub PK atau PK GG
Ps. 196 s/d Ps. 198
KUHPerdata
SUAMI
Nikah/Perkawinan
Perjanjian Kawin
Ps. 187
KUHPerdata
SUAMI
Gugatan Suami / Istri
PK perub PK / GG
Pengumuman
Koran
?
ISTRI
Pengadilan Negeri
Ps. 29 ayat (4)
UU 1/1974
Ps. 196 - 198
KUHPerdata
Putusan PN
- Menyetujui untuk
mengubah
Perjanjian Kawin;
- Menyetujui Draft
Perjanjian Kawin;
- Menyatakan tidak
ada pihak ketiga yg
dirugikan;
- Menunjuk Notaris.
Ps. 198
KUHPerdata
Ps. 187
KUHPerdata
Pengumuman
Koran
Notaris
Perubahan / Pembatalan
Akta Perjanjian Kawin
Pengadilan Negeri
Penetapan PN
Ps. 29 ayat (1) UU 1/1974
Ps. 147 + 152 KUHPerdata
Pengumuman
Koran ?
Ps. 29 ayat (4)
UU 1/1974
Nikah/Perkawinan
Perjanjian Kawin
ISTRI
Kesepakatan Suami Istri Ps. 29 ayat (4)
PK perub PK / GG UU 1/1974
Ps. 196 - 198
KUHPerdata
Pengadilan Negeri
Penetapan PN
-Menyetujui untuk
mengubah
- Ps 29
Perjanjian
Kawin;
UU 1/1974
-Menyetujui Draft
- Ps. 196
KUHPerdata
Perjanjian Kawin;
- Putusan MK
-Menyatakan tidak
No 69 th 2015
ada pihak ketiga yg
dirugikan;
-Menunjuk Notaris
memerintahkan KUA / CS melakukan
pencatatan terhadap perubahan atau
pencoretan terhadap Perjanjian kawin
KUA / Catatan Sipil
mencatat perubahan atau pencoretan Perjanjian Kawin pada
Buku Nikah & Akta Nikah
MjW
institute
Jl. Otista Raya 149 Jakarta Timur – 13330 Telp. 021.8193736 Fax. 021.8570243 Email [email protected]
47
BAGIAN
KELIMA
PERSOALAN HUKUM
DALAM PEMBUATAN
PERJANJIAN KAWIN
PASCA PERKAWINAN
48
MjW
institute
Jl. Otista Raya 149 Jakarta Timur – 13330 Telp. 021.8193736 Fax. 021.8570243 Email [email protected]
PERSOALAN HUKUM
“PEMBUATAN” PERJANJIAN KAWIN PASCA PERKAWINAN
Suami
KUHPerdata
UU 1/1974
pada prinsipnya
Perjanjian Kawin
harus dibuat
sebelum / pada saat
perkawinan
Istri
Perjanjian
Kawin
Akad
Nikah
Putusan MK
Gono Gini
?
? Perjanjian Kawin
- Pisah Harta, atau
- Persatuan Untung Rugi, atau
- Persatuan Hasil Pendapatan, atau
- Syarat2 tertentu.
Suami
Istri
- Ps 29 (4) UU 1/1974
- Ps. 186 s/d 198 KUHPerdata
- Putusan MK No 69 th 2015
Perjanjian Kawin
- Pisah Harta
- Persatuan Untung Rugi, atau
- Persatuan Hasil Pendapatan, atau
- Syarat2 tertentu.
Catatan :
Perjanjian Kawin (KUHPerdata) :
1. PK Pisah Harta
2. PK Persatuan Untung & Rugi
3. PK Persatuan Hasil & Pendapatan
4. PK dgn syarat2 tertentu.
Perjanjian Kawin (UU 1/1974) :
1. PK Pisah Harta
2. PK dgn syarat2 tertentu
1. Bagaimana prosedur & proses Pembuatan Perjanjian Kawin pasca
berlangsungnya Perkawinan ?
2. Apa Akibat Hukum nya ?
3. Apakah Perjanjian Kawin dapat berlaku surut, atau tidak boleh
berlaku surut ?
4. Bagaimana bila ada tuntutan dari pihak ketiga dikemudian hari ?
5. Bagaimana akibat hukum terhadap pewarisan harta dalam
perkawinan dikemudian hari ?
49
PERSOALAN HUKUM
“PERUBAHAN” PERJANJIAN KAWIN PASCA PERKAWINAN
Suami
KUHPerdata
UU 1/1974
Pada prinsipnya
Perjanjian Kawin
harus dibuat
sebelum / pada saat
perkawinan
Istri
Perubahan
Bentuk / Isi
Perjanjian Kawin
Perjanjian Kawin
Akad
Nikah
Perjanjian Kawin
Pisah Harta
Putusan MK
?
?
Perjanjian Kawin
- Persatuan Untung Rugi, atau
- Persatuan Hasil Pendapatan, atau
- Syarat2 tertentu.
Suami
Istri
- Ps 29 (4) UU 1/1974
- Ps. 186 s/d 198 KUHPerdata
Perjanjian Kawin
- Persatuan Untung Rugi, atau
- Persatuan Hasil Pendapatan, atau
- Syarat2 tertentu.
Catatan :
Perjanjian Kawin (KUHPerdata) :
1. PK Pisah Harta
2. PK Persatuan Untung & Rugi
3. PK Persatuan Hasil & Pendapatan
4. PK dgn syarat2 tertentu.
Perjanjian Kawin (UU 1/1974) :
1. PK Pisah Harta
2. PK dgn syarat2 tertentu
1. Bagaimana prosedur “perubahan” Perkawinan dengan Perjanjian
Kawin dari satu bentuk perjanjian kawin menjadi perjanjian
kawin bentuk lainnya ?
2. Apa Akibat Hukum ?
3. Apakah boleh berlaku surut, atau tidak boleh berlaku surut ?
4. Bagaimana bila ada tuntutan dari pihak ketiga dikemudian hari ?
5. Bagaimana akibat hukum terhadap pewarisan harta dalam
perkawinan dikemudian hari ?
50
PERSOALAN HUKUM
“PERUBAHAN” PERJANJIAN KAWIN PASCA PERKAWINAN
MENJADI GONO GINI
Suami
Istri
Perjanjian Kawin
Suami
Akad
Nikah
Perjanjian
Kawin
Istri
Gono Gini
Perjanjian Kawin
Putusan MK
?
?
- Ps 29 (4( UU 1/1974
- Ps. 186 s/d 198 KUHPerdata
Gono Gini
Gono Gini
Catatan :
Perjanjian Kawin (KUHPerdata) :
1. PK Pisah Harta
2. PK Persatuan Untung & Rugi
3. PK Persatuan Hasil & Pendapatan
4. PK dgn syarat2 tertentu.
Perjanjian Kawin (UU 1/1974) :
1. PK Pisah Harta
2. PK dgn syarat2 tertentu
1. Bagaimana prosedur “perubahan” Perkawinan dengan Perjanjian
Kawin menjadi Perkawinan Gono Gono?
2. Apa Akibat Hukum ?
3. Apakah boleh berlaku surut, atau tidak boleh berlaku surut ?
4. Bagaimana bila ada tuntutan dari pihak ketiga dikemudian hari ?
5. Bagaimana akibat hukum terhadap pewarisan harta dalam
perkawinan dikemudian hari ?
51
HAL-HAL YANG PERLU
DIPERHATIKAN NOTARIS
PEMBUATAN
AKTA
PERJANJIAN KAWIN
YANG DIBUAT
PASCA PERNIKAHAN
52
TAHAP KESATU
1. Adanya kesepakatan tertulis antara suami istri untuk :
a.
b.
membuat perjanjian kawin pasca pernikahan, dan mengubah status
perkawinan gono gini menjadi perkawinan dengan perjanjian kawin;
Mengubah perjanjian kawin pisah harta menjadi perjanjian kawin
dengan bentuk yang lain;
2.
Dengan kesepakatan suami istri tsb diatas, suami istri wajib &
telah membuat Boedel Harta , baik :
a. Boedel Harta milik masing2 suami istri, maupun
b. Boedel Harta milik bersama yg tidak masuk dalam perjanjian
kawin,
yang telah disetujui & ditandatangani bersama suami istri & 2
orang saksi;
3. Berdasarkan kesepakatan suami istri & Boedel Harta tsb, dibuat
draft perjanjian kawin/draft perubahan perjanjian kawin yang
dikehendaki & telah disetujui oleh suami istri tsb;
4. Berdasarkan kesepakatan suami istri tsb diatas, diumumkan
dalam surat kabar harian yang beredar secara nasional.
53
TAHAP KEDUA
1.
mengajukan Gugatan Perdata ke Pengadilan untuk :
a.
memohon putusan untuk diijinkan membuat :
i.
ii.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
Perjanjian kawin pasca perkawinan & mengubah status perkawinan, dari Perkawinan
Gono Gini menjadi Perkawinan dengan Perjanjian Kawin; atau
Mengubah perjanjian kawin Pisah Harta menjadi perjanjian kawin bentuk yg lain ;
memohon putusan terhadap Boedel Harta milik masing2 suami istri yg
menjadi hak & kewenangan masing2 suami istri, serta Boedel Harta yg tidak
masuk dalam perjanjian kawin;
memohon putusan terhadap draft perjanjian kawin yg akan dibuat oleh
suami istri tsb;
memohon putusan bahwa pembuatan perjanjian kawin tsb tidak merugikan
pihak ketiga;
memohon putusan terhadap tanggal/waktu mulai berlakunya perjanjian
kawin yg dikehendaki & telah disetujui oleh suami istri;
memohon agar dalam putusan pengadilan menunjuk nama Notaris yg
diperintahkan untuk membuat akta perjanjian kawin;
setelah menerima putusan pengadilan tsb, kemudian mengumumkan
Putusan Pengadilan tsb dalam surat kabar harian yg beredar secara
nasional.
54
TAHAP KETIGA
1. Membuat akta Perjanjian Kawin/akta Perubahan
Perjanjian Kawin dihadapan Notaris yg ditetapkan dalam
Putusan Pengadilan;
2. Mengajukan permohonan/penetapan kepada
Pengadilan untuk dapat ditetapkan & diperintahkan KUA
atau Catatan Sipil mana yg wajib mendaftar & mencatat
perjanjian kawin/perubahan perjanjian kawin tsb dalam
Buku Nikah & Akta Nikah;
3. Berdasarkan Penetapan Pengadilan tsb, mengajukan
permohonan pendaftaran & pencatatan terhadap
perjanjian kawin/perubahan terhadap perjanjian kawin tsb
untuk didaftar & dicatat dalam Buku Nikah & Akta Nikah;
4. selesai & tuntas.
55
semoga bermanfaat
SEKIAN &
TERIMA KASIH
MjW
institute
Jl. Otista Raya 149 Jakarta Timur – 13330 Telp. 021.8193736 Fax. 021.8570243 Email [email protected]
56
CONTOH – CONTOH
AKTA
PERJANJIAN KAWIN
57
Contoh
Akta Perjanjian Kawin
pasca perkawinan
Pisah Harta “Total”
58
Lihat Lampiran
Contoh
Akta Perjanjian Kawin
pasca perkawinan
Persatuan Untung Rugi
59
Lihat Lampiran
Contoh
Akta Perjanjian Kawin
pasca perkawinan
Persatuan Hasil & Pendapatan
60
Lihat Lampiran
Contoh
Akta Perjanjian Kawin
pasca perkawinan
Syarat-Syarat Tertentu
61
Lihat Lampiran
MjW
institute
Jl. Otista Raya 149 Jakarta Timur – 13330 Telp. 021.8193736 Fax. 021.8570243 Email. [email protected]
buku-buku terbitan & cetakan
bila berminat silahkan
“pesan on line” by WA 081219556613 (Lisza)
MjW
institute
62