Peranan Komunikasi Antar Pribadi Antara Pengajar Muda dan Peserta Didik Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar ( Studi pada Program Lampung Mengajar di SDN 01 Pulau Legundi Kabupaten Pesawaran )

(1)

ABSTRAK

Peranan Komunikasi Antar Pribadi Antara Pengajar Muda dan Peserta Didik Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar ( Studi pada Program Lampung

Mengajar di SDN 01 Pulau Legundi Kabupaten Pesawaran )

Oleh Dimas Purnama

Komunikasi antarpribadi terjadi dalam setiap aspek kehidupan manusia, termasuk dalam dunia pendidikan. Dalam upaya meratakan penyebaran tenaga pendidik, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung membentuk program Lampung Mengajar. Program ini merekrut tenaga pendidik dari berbagai disiplin ilmu. Tenaga pendidik ini disebut pengajar muda yang akan ditempatkan di berbagai wilayah terpencil di Provinsi Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan komunikasi antarpribadi pengajar muda dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Tipe penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pengumpulan data wawancara dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini adalah pengajar muda yang tergabung dalam program Lampung Mengajar di SDN 01 Legundi. Teori dalam penelitian ini menggunakan teori pendekatan humanistik dengan sudut pandang pada keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Model komunikasi antarpribadi yang digunakan adalah model transaksional. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengajar muda telah menerapkan kelima aspek humanistik dalam menjalin komunikasi antarpribadi kepada peserta didik. Dari kelima aspek pendekatan humanistik sikap keterbukaan, empati, sikap mendukung dan kesetaraan sudah berperan cukup baik dalam meningkatkan motivasi belajar. Tetapi sikap positif lebih diperhatikan bagi peserta didik. Dalam hal ini komunikasi antarpribadi berperan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

Kata Kunci: Komunikasi Antarpribadi, Teori Pendekatan Humanistik, Motivasi Belajar.


(2)

ABSTRACT

The Role of Interpersonal Communication Between Teachers and Students to Improve Study Motivation (Study in Lampung Mengajar Program in SDN 01

Legundi, Pesawaran)

By

Dimas Purnama

Interpersonal communication occurs in every aspect of human life, including in education. In an effort to improve the equality of educators, the Department of Education and Culture of the Province of Lampung formed Lampung Mengajar program. The program recruited teachers from different disciplines. Educators are called young teachers who will be placed in various remote areas in Lampung Province. This study aims to determine the role of interpersonal communication beetwen the young teachers to improve study motivation of students. This type of research is qualitative research method of data collection, interviews sources and documentation methods. Informants in this study were young teachers who are members of Lampung Mengajar program at SDN 01 Legundi. This study uses the theory of humanistic approach with the viewpoint on openness, empathy, supportiveness, positiveness, and equality. Interpersonal communication model used is transactional model. The results of the study show that young teachers have implemented the five humanistic aspects in establishing interpersonal communication to students. The five aspects of the humanistic approach of opennes, empathy, being supportive and equality already good in increasing the study motivation. But the positive attitude is still not good. In this case interpersonal communication plays a role in increasing the study motivation of students.

Keywords: Interpersonal Communication, Theory of Humanistic, Study Motivation.


(3)

Pesawaran )

Oleh :

Dimas Purnama

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU KOMUNIKASI

Pada

Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis memiliki nama lengkap Dimas Purnama. Dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 18 Juni 1993. Penulis merupakan putra dari pasangan Bapak Sugito dan Ibu Mahlinda, sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Menempuh pendidikan di SD Kartika II-5 Bandar Lampung, SMPN 25 Bandar Lampung, dan SMA YP Unila Bandar Lampung. Menjadi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung pada tahun 2011. Selama kuliah penulis aktif dalam keanggotaan pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung. Penulis pernah melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Radar TV Kota Bandar Lampung. Pada tahun 2014, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sukajaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat.


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan Mengucapkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT Kupersembahkan Karyaku Ini Kepada:

Kedua Orang Tuaku

“Bapak Sugito dan Ibu Mahlinda”

Yang selalu memberikan dukungan,

motivasi dan doanya untuk kesuksesanku, yang telah mengajarkan banyak hal, yang telah mendidik, yang telah membesarkanku dengan limpahan kasih sayang dan tidak pernah kenal lelah terus berusaha untuk kebahagiaanku. Terima kasih untuk kasih sayang yang kalian berikan, untuk semua doa yang kalian panjatkan, untuk semua hal berharga

yang tak tergantikan.

Untuk adikku dan seluruh keluarga besar Salman, yang Telah Memberikan Kasih Sayang, Perhatian, Dukungan dan Doanya

Untuk Keberhasilanku,

Dosen Pembimbing dan Penguji yang Berjasa

Almamater Tercinta, Tempat yang Telah Memberikan Pengalaman Hidup Untukku.


(9)

MOTO

Tanpa ada usaha dan doa, kita tidak akan

mendapatkan hasil yang sempurna

Jangan tunggu sampai besok apa yang bisa kamu

lakukan hari ini

The best pleasure in life is doing what people say you

cannot do


(10)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil‘alaamiin, puji dan syukur atas kebesaran Allah SWT. karena hanya berkat ridho, bantuan serta kehendak-Nya semata penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Peranan Komunikasi Antar Pribadi Antara Pengajar Muda dan Peserta Didik dalam Meningkatkan Motivasi Belajar (Studi kasus pada Program Lampung Mengajar di SDN 01 Pulau Legundi Kabupaten Pesawaran)”

Penulis sadar akan jauhnya penyusunan skripsi ini dari kata sempurna, namun penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini dengan bekal kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki. Tentu dalam penyusunan skipsi ini hingga selesai tak luput akan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Allah SWT, Tuhan Semesta Alam. Puji syukur yang tak terhingga penulis tujukan kepada Engkau ya Rabb atas nikmat, berkah, rezeki, serta rasa sayang-Mu yang tak henti-hentinya Engkau berikan kepada penulis selama hidup.

2. Kedua orang tuaku, Bapak Sugito dan Ibunda Mahlinda terimakasih untuk semua dukungan baik moril maupun materi yang telah Mama dan Bapak berikan selama ini. Terimakasih pula untuk doa yang selalu Mama dan Bapak panjatkan untuk saya, serta kasih sayang yang berlimpah dan telah mendidik saya agar menjadi pribadi yang baik dan membanggakan.

3. Adikku tersayang, Dini Fajrina. Terima kasih untuk dukungan, doa dan motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini.


(11)

5. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M. Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

6. Bapak Drs. A. Effendi, M.M selaku pembantu dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

7. Bapak. Prof. Dr. Yulianto, M.S selaku pembantu dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

8. Bapak Drs. Pairul Syah, M.H selaku pembantu dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

9. Bapak Drs, Teguh Budi Raharjo, M. Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung yang telah banyak membantu saya mulai dari tahap outline skripsi ini hingga selesai.

10.Ibu Dhanik Sulistyarini S.Sos, M.Comn&Media St. selaku dosen pembimbing. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas ketersediaan Ibu untuk meluangkan waktunya untuk membimbing saya dengan sabar.

11.Bapak Drs Sarwoko, M. Si. selaku dosen pembahas skripsi yang dengan ketelitiannya mengkoreksi, membimbing, memberi kritik, saran serta masukan dalam penyusunan skripsi saya sehingga skripsi saya bisa selesai dengan hasil yang memuaskan.

12.Ibu Nina Yudha, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan banyak saran dan nasehat selama menjalani perkuliahan di Universitas Lampung. 13.Seluruh dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung, Bapak Agung


(12)

Bapak Ahmad Rudy, Ibu Hestin Oktiani, Ibu Ida Nurhaida, Ibu Nina Yudha, Ibu Andi Winda, Ibu Wulan Suciska, Ibu Bangun Suharti, Ibu Anna Gustina, Ibu Tina Bapak Ahmad Riza, dan Bapak Toni.

14.Bapak Johari selaku staf jurusan Ilmu Komunikasi, serta Mas Agus dan Mas Hendro selaku kedua karyawan gedung C jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung. 15.Seluruh staf, administrasi dan karyawan FISIP Universitas Lampung.

16.Saudara sepupu yang selalu memberikan support tiada henti, Ka Reza, Kinoy, Robi, Abang Hapis, Naufal, Syafik, Miko, Uni Bian, Nadin dan Riko Komeng. Semoga kesuksesan datang menyambut kita dan dapat membanggakan keluarga besar, aamiin.

17.Overture Family yang selalu memberikan dukungan dan pengertian terima kasih Bang Mbol Overture, Anggew Overture, Agung Overture dan Mus Overture. Semoga sukses buat kita semua. Aamiin.

18.Annisa Ramadini S.A.B .seseorang yang selalu support dan terima saya apa adanya, serta selalu ada di saat suka dan duka. Terimakasih yang sebesar-besarnya. Semoga kita bersama di masa depan nanti, aamiin.

19.Sahabat kite-kite yang gak ada matinya makasih banget buat Jaya Aji buat semua kebaikan lu yang mungkin gak bisa gua sebutin disini jay haha. Buat Rizal Fahmi yang udah bantuin dari selama seminar hingga turlap. Buat Ramanda Putra semoga wisuda bareng ya ndul. Buat Calvien Mutaqien, Fajri Amien, Aji Bagus, Isa Dede tetep semangat dan sabar ya broh dalam menghadapi skripsi.

20.Temen-temen kelompok belajar Mas Nanang Purwadi, Mas Novian Ardiansyah, Mas Boby Tridona, dan Mas Eko Sujatmiko.yang dari semester satu sampe akhir tetep bareng.


(13)

telah menjadi bagian dari kalian serta memiliki kalian. Tetap solid dan kompak untuk kita semua.

22. Cowok-cowok KOMSEBELAS Mas Yoga, Sigit, Arta, Aji Ireng, Diki, Gigih, Fachri, Ady, Rony d’Aji, Arief Rizky, Riski, Ricki, Bowo, Gepeng, Dede, Ridho, Imam, Teddy, Akbar, Ade, Syahid, Metal, Bayu, Reza, Satya, dll yang belum saya bisa sebutkan satu per satu. Terimakasih banyak atas kesederhanaan dan ke-welcome-an kalian.

23.Cewek-cewek KOMSEBELAS yang kece, Inka Mamamia, Lidya, Meta, Mifta, Prita, Riska, Amel, Ruri, Adel, Vio, Uti, Mayang, Hesti, Pipit, Fadhilah, Teresia, Fajriati, Imel, dll yang gak bisa disebutkan satu persatu.

24.Kelompok KKN Desa Sukajaya, Lampung Barat, Annisa Ramadini, Fikri Ibrahim, Dwi Satrio (Iyon), Vevi Aristiai, Rendy Pratama, Diah Rosalina, Kiki Rethavimarlian, Rini Sugiono, dan Faris Yursanto. Terimakasih banyak atas suka duka bersama kalian selama 40 hari. Semoga kita tetap menjadi keluarga sampai kapan pun.

25.Keluarga Pak Asnawi dan Pak Mahan, serta seluruh warga Desa Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Terimakasih sudah menerima dan memberikan pengalaman berharga selama KKN disana. Semoga Allah selalu melimpahkan berkahNya kepada kita, aamiin.

26.Kepada Pengajar Muda Lampung Mengajar di SDN 01 Legundi, Mbak Tresna, Mbak Lucky, Mas Imam, dan Mas Rio. Terima kasih atas bantuannya dalam memberikan informasi yang dibutuhkan.


(14)

27.Serta pihak-pihak lain yang telah membantu selama proses penyelesaian studi sarjana ini, yang tak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga Allah S.W.T. selalu melimpahkan nikmat dan ridho-Nya kepada kita semua dalam hidup ini sampai akhirat kelak. Aamiin ya Rabbal Alaamiin,

Bandar Lampung, 18 November 2015 Penulis,


(15)

Daftar Tabel Daftar Gambar BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Komunikasi ... 10

2.1.1 Unsur-Unsur Komunikasi ... 11

2.1.2 Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi ... 12

2.2 Komunikasi Antarpribadi ... 14

2.2.2 Komponen-Komponen Komunikasi Antarpribadi ... 16

2.2.3 Ciri-Ciri Komunikasi Antarpribadi ... 17

2.2.4 Keberhasilan Komunikasi Antarpribadi ... 18

2.2.5 Model-Model Komunikasi Antarpribadi ... 19

2.3 Komunikasi Pendidikan ... 21

2.4 Motivasi Belajar ... 23

2.4.1 Pengertian Motivasi Belajar ... 23

2.4.2 Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik ... 24

2.4.3 Perbedaan Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik ... 24

2.4.4 Fungsi Motivasi Belajar ... 25

2.4.5 Ciri-Ciri Siswa Yang Termotivasi ... 26

2.4.6 Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran ... 26


(16)

2.6 Penelitian Terdahulu ... 30

2.7 Kerangka Pemikiran ... 32

BAB III Metode Penelitian 3.1 Tipe Penelitian ... 35

3.2 Metode Penelitian... 35

3.3 Definisi Konseptual ... 36

3.4 Fokus Penelitian ... 38

3.5 Subjek dan Objek Penelitian ... 40

3.6 Penentuan Informan ... 41

3.7 Sumber Data ... 41

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.9 Metode Analisis Data ... 43

3.10 Validitas Instrumen Penelitian ... 44

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Program Lampung Mengajar ... 46

4.2 SDN 01 Legundi ... 53

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Profil Informan ... 56

5.2 Hasil Wawancara Terhadap Pengajar Muda ... 59

5.3 Hasil Wawancara Terhadap Guru ... 85

5.4 Hasil Wawancara Terhadap Siswa ... 88

5.5 Analisis Hasil Wawancara ... 90

5.6 Pembahasan ... 93

5.7 Pembahasan Kesuaian Teori Model Transaksional ... 100

5.8 Keberhasilan Komunikasi Antar Pribadi ... 103

5.9 Peningkatan Kondisi Fisik SDN 01 Legundi... 106


(17)

6.2 Saran ... 112 Daftar Pustaka


(18)

Daftar Tabel

1.1 Data Perkembangan IPM Indonesia Tahun 2010-2014 ... 3

1.2 Data Perkembangan IPM Provinsi Lampung Tahun 2009-2013... 6

4.1 Daftar Informan ... 57


(19)

Daftar Gambar

2.1 Kerangka Pikir Penelitian ... ... 34 4.1 SDN 01 Legundi ... ... 53 4.3 Struktur Organisasi Sekolah ... ... 55


(20)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai makhluk sosial, adalah perilaku komunikasi antar manusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri, pasti membutuhkan orang lain. Dari lahir sampai mati, cenderung memerlukan bantuan dari orang lain (tidak terbatas pada keluarga,saudara, dan teman). Kecenderungan ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari yang menunjukkan fakta bahwa semua kegiatan yang dilakukan manusia selalu berhubungan dengan orang lain (Soyomukti, 2010).

Fakta kehidupan dewasa ini, dimana teknologi komunikasi sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, semakin menegaskan bahwa manusia senantiasa berinteraksi dengan orang lain. Meskipun di tempat tertentu seseorang duduk sendirian, tetapi dengan media komunikasi yang dimilikinya dia dengan mudah berinteraksi dengan siapapun yang diinginkannya. Manusia era tekhnologi komunikasi senantiasa menjalin interaksi baik secara bertatap muka maupun dengan memanfaatkan bantuan berbagai media (Soyumukti, 2010).

Dalam berteman, belajar, berdagang dan lain sebagainya sudah pasti mementingkan komunikasi sebagai proses transaksional antar manusia satu dengan lainnya. Tidak dapat dipungkiri jika kemudian komunikasi harus


(21)

dilakukan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan komunikator kepada komunikan. Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain, dapat mengemukakan apa yang ingin disampaikannya, sebagai mahkluk sosial manusia ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang disampaikan oleh seorang komunikator terhadap komunikan.

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal, saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil (Effendy, 2003). Komunikasi antar pribadi mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Didalam kehidupan sehari-hari komunikasi antar pribadi sering dilakukan baik itu didalam rumah, di kantor, di pasar, di kampus dan ditempat umum lainnya. Seperti halnya di dalam sekolah pun komunikasi antar pribadi mempunyai peran yang sangat penting.

Di setiap provinsi di Indonesia sudah pasti terdapat sekolah disetiap daerahnya. Tidak semua sekolah di Indonesia mempunyai mutu pendidikan yang sama, terdapat kesenjangan antara sekolah-sekolah yang terdapat di daerah terpencil dengan sekolah-sekolah yang terdapat di kota besar. Faktor-faktor penyebab kesenjangan yang dialami sekolah-sekolah di setiap daerah berbeda. Seperti tidak meratanya pembagian tenaga pengajar, susahnya akses menuju daerah-daerah terpencil sehingga menyulitkan distribusi sarana dan prasarana, kekurangan sarana


(22)

3

dan prasarana ini menyebabkan proses belajar mengajar di sekolah-sekolah yang terdapat di daerah terpencil menjadi tidak maksimal, serta sulitnya mendapatkan informasi menyebabkan warganya terisolir dari dunia luar. Kesenjangan ini mengakibatkan angka buta huruf di daerah terpencil lebih besar daripada di kota. Angka buta huruf ini dapat dilihat dari indeks pembangunan manusia (IPM). Indeks perkembangan manusia di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1 Data Perkembangan IPM Indonesia Tahun 2010-2014

Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014

Aceh 67,09 67,45 67,81 68,30 68,81

Sumatra Utara 67,09 67,34 67,74 68,36 68,87

Sumatra Barat 67,25 67,81 68,36 68,91 69,36

Riau 68,65 68,90 69,15 69,91 70,33

Jambi 65,39 66,14 66,94 67,76 68,24

Sumatra Selatan 64,44 65,12 65,79 66,16 66,75

Bengkulu 65,35 65,96 66,61 67,50 68,06

Lampung 63,71 64,20 64,87 65,73 66,42

Kep. Bangka Belitung

66,02 66,59 67,21 67,92 68,27

Kepuauan Riau 71,13 71,61 72,36 73,02 73,40

DKI Jakarta 76,31 76,98 77,53 78,08 78,39

Jawa Barat 66,15 66,67 67,32 68,25 68,80

Jawa Tengah 66,08 66,04 67,21 68,02 68,78

D.I Yogyakarta 75,37 75,93 76,15 76,44 76,81

Jawa Timur 65,36 66,06 66,74 67,55 68,14

Banten 67,54 68,22 68,92 69,47 69,89

Bali 70,10 70,87 71,62 72,09 72,48

Nusa Tenggara Barat 61,16 62,14 62,98 63,76 64,31 Nusa Tenggara

Timur

59,21 60,24 60,81 61,68 62,66

Kalimantan Barat 61,97 62,35 63,41 64,30 64,89

Kalimantan Tengah 65,96 66,38 66,66 67,41 67,77 Kalimantan Selatan 65,20 65,89 66,68 67,17 67,63

Kalimantan Timur 71,31 72,02 72,62 73,21 73,82

Kalimantan Utara - - - 67,99 68,64

Sulawesi Utara 67,83 68,31 69,04 69,49 69,96

Sulawesi Tengah 63,29 64,27 65,00 65,79 66,43

Sulawesi Selatan 66,00 66,05 67,26 67,92 68,49

Sulawesi Tenggara 65,99 66,52 67,67 67,55 68,67

Gorontalo 62,65 63,48 64,16 64,70 65,17

Sulawesi Barat 59,74 60,63 61,61 61,53 62,24

Maluku 64,27 64,75 65,43 66,69 66,74

Maluku Utara 62,79 63,19 63,93 64,78 65,18

Papua Barat 59,60 59,90 60,30 60,91 61,28

Papua 54,45 55,01 55,55 56,25 56,75

Indonesia 66,53 67,09 67,70 68,31 68,90


(23)

Pada dasarnya IPM menggambarkan perkembangan pembangunan manusia secara berkelanjutan yang dianggap cukup respresentatif dalam perencanaan pembangunan bagi pemerintah. IPM mencakup tiga komponen yang dianggap mendasar bagi manusia dan secara operasional mudah dihitung untuk menghasilkan suatu ukuran yang merefleksikan upaya pembangunan manusia, artinya IPM mengukur pencapaian manusia pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Aspek tersebut adalah peluang hidup, pengetahuan dan kelayakan hidup.

Perkembangan pembangunan manusia yang digambarkan dengan IPM di Provinsi Lampung masuk dalam golongan menengah keatas, dimana nilai IPM 2014 telah mencapai 66,42 dimana rata-rata IPM Indonesia sebesar 68,90. Artinya IPM lampung masih berada dibawah indeks rata-rata IPM nasional. Mutu pendidikan di Provinsi Lampung masih terbilang cukup rendah, terdapat banyak kekurangan didalam dunia pendidikan khususnya di daerah terpencil di beberapa kabupaten yang ada di Provinsi Lampung. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya fasilitas sekolah yang kurang memadai dan kurangnya tenaga pengajar. Anak-anak di beberapa kabupaten di Lampung mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak sehingga mereka tidak tertinggal dengan anak-anak yang mendapatkan pendidikan di kota-kota besar di Indonesia.

Oleh karena itu pada tahun 2014 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung membentuk program yang bernama Lampung Mengajar dalam rangka meminimalisir kesenjangan layanan mutu pendidikan antara daerah perkotaan dengan daerah terpencil, tertinggal atau daerah yang secara geografis sulit dijangkau. “Lampung Mengajar” adalah suatu kegiatan pengadaan para sarjana


(24)

5

terbaik dari berbagai disiplin ilmu yang akan dididik secara intensif, sehingga dinilai layak untuk melaksanakan tugas profesi guru untuk diperbantukan sebagai tenaga pengajar pada pendidikan dasar di daerah terpencil.

Mereka ini selanjutnya disebut “Pengajar Muda” yang diharapkan mampu

menebar inspirasi di tempat tugas. Selain memenuhi syarat kelayakan untuk melaksanakan tugas profesi guru, mereka juga harus memiliki kepedulian sosial, jiwa kepemimpinan, semangat juang, kemampuan adaptasi yang tinggi, menyukai tantangan dan kemampuan problem solving serta menghargai dan berempati terhadap orang lain. Hingga saat ini jumlah pengajar muda pada program Lampung Mengajar 2015 sebanyak 100 orang yang disebar di 12 kabupaten yang ada di Provinsi Lampung, yaitu Kabupaten Way Kanan, Tulang Bawang, Pesawaran, Pringsewu, Tanggamus, Pesisir Barat, Mesuji, Lampung Utara, Lampung Timur, Lampung Tengah, Lampung Selatan, dan Lampung Barat. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya pemberdayaan potensi masyarakat untuk berpartispasi aktif dalam pembangunan pendidikan di Provinsi Lampung. Kegiatan ini bertujuan untuk:

a. meminimalisir kesenjangan layanan mutu pendidikan antar wilayah perkotaan dengan daerah terpencil atau daerah yang sulit dijangkau

b. mengatasi kekurangan guru pendidikan dasar yang bermutu di daerah tersebut c. mendorong terjadinya perubahan prilaku masyarakat kearah yang lebih baik

sacara berkelanjutan

d. membangun gerakan sosial pendidikan menuju Lampung yang maju dan sejahtera.


(25)

Meyakini bahwa pendidikan dasar adalah fondasi pembangunan masyarakat, maka program Lampung Mengajar percaya bahwa pendidikan dasar untuk anak– anak diseluruh pelosok daerah yang berada di Lampung wajib disamakan dengan anak-anak yang berada di kota. Setiap siswa memiliki motivasi belajar yang berbeda-beda, hal ini merupakan tantangan bagi pengajar muda untuk meningkatkan motivasi belajar dengan cara menggunakan komunikasi antar pribadi yang baik kepada peserta didik untuk menciptakan kondisi belajar yang efektif. Motivasi belajar adalah sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan.

Penelitian ini mengambil studi kasus pada sekolah dasar negeri Pulau Legundi. Pulau Legundi masuk dalam kabupaten Pesawaran dengan indeks pembangunan manusia (IPM) yang lebih rendah dari rata-rata IPM Provinsi Lampung. Dapat dilihat pada tabel 1.2

Tabel 1.2 Data Perkembangan IPM Provinsi Lampung Tahun 2009-2013

Kabupaten/ Kota 2009 2010 2011 2012 2013

Lampung Barat 68,83 69,28 69,72 70,17 70,37

Tanggamus 70,84 71,31 71,83 72,32 72,66

Lampung Selatan 69,51 70,06 70,53 70,95 71,25

Lampung Timur 70,20 70,73 71,26 71,64 72,14

Lampung Tengah 70,38 70,74 71,29 71,81 72,30

Lampung Utara 69,85 70,36 70,81 71,28 71,70

Way Kanan 69,46 69,92 70,43 70,84 71,08

Tulang Bawang 69,63 70,34 70,96 71,6 71,86

Pesawaran 69,43 69,77 70,3 70,9 71,25

Pringsewu 71,74 71,97 72,37 72,8 73,22

Mesuji 67,06 67,49 67,98 68,3 68,79

Tulang Bawang Barat 68,53 68,98 69,32 69,62 70,38

Pesisir Barat - - - - 68,43

Bandar Lampung 75,35 75,7 76,29 76,83 77,17

Metro 75,98 76,25 76,95 77,3 77,53

Rata-Rata 70,93 71,42 71,94 72,45 72,87


(26)

7

Penulis memilih Pulau Legundi sebagai lokasi penelitian dikarenakan:

1. Pulau Legundi merupakan salah satu pulau terpencil di Provinsi Lampung dengan jumlah penduduk sekitar 1998 jiwa yang terdiri dari 5 pedukuhan di kecamatan Punduh Pidada Kabupaten Pesawaran, Lampung.

2. Ada banyak generasi muda (anak-anak) di Pulau Legundi yang harus mendapatkan pendidikan secara formal maupun informal.

3. Letak yang jauh dari pusat kota menyebabkan akses informasi untuk penduduk di Pulau Legundi sangat terbatas.

4. Pulau Legundi memiliki potensi wisata yang besar sehingga membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk dapat mengelola dan mengembangkan potensi tersebut.

Dengan adanya program Lampung mengajar, pengajar muda dalam program ini memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan motivasi belajar perserta didik di SDN Pulau Legundi. Menurut pengajar muda, sebelumnya motivasi belajar yang dimiliki siswa/i SDN Pulau Legundi masih sangat rendah, kurangnya kesadaran orang tua dan siswa akan pentingnya pendidikan membuat beberapa anak di Pulau Legundi kurang rajin dalam mengikuti program belajar mengajar secara rutin. Oleh karena itu peneliti ingin lebih mendalami komunikasi antar pribadi yang terjadi dalam proses pembelajaran yang dilakukan dalam upaya meningkatan motivasi belajar siswa/i SDN Pulau Legundi. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis ingin melakukan sebuah penelitian tentang

“Peranan komunikasi antar pribadi antara pengajar muda dan peserta didik dalam meningkatkan motivasi belajar” (Studi pada program Lampung mengajar di SDN 01 Pulau Legundi Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung).


(27)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diambil rumusan masalah yaitu: Bagaimana peranan komunikasi antar pribadi antara pengajar muda dan peserta didik dalam meningkatkan motivasi belajar khususnya di SDN Pulau Legundi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka didapat tujuan penelitian yaitu: Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai peranan komunikasi antar pribadi antara pengajar muda dan peserta didik dalam meningkatkan motivasi belajar khususnya di SDN 01 Pulau Legundi.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di dapat dalam penelitian ini, yaitu:

1. Untuk Mahasiswa, penelitian ini dapat menjadi rujukan, sumbangan ilmu pengetahuan serta menjadi acuan kajian studi ilmu komunikasi (komunikasi antar pribadi) khususnya yang terkait dengan komunikasi antar pribadi pengajar muda dan peserta didiknya.

2. Untuk Peneliti Selanjutnya, penelitian ini dapat berfungsi sebagai penambah wawasan ilmu pengetahuan dan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi.


(28)

9

3. Untuk Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, penelitian ini dapat menjadi acuan bagi Dinas Pendidikan Provinsi Lampung untuk dapat memperhatikan sekolah-sekolah tertinggal yang ada di Provinsi Lampung.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi

Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan

tampak “hampa” atau tiada kehidupan sama sekali apabila tidak ada komunikasi.

Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia baik secara perorangan, kelompok atau organisasi tidak mungkin dapat terjadi. Dua orang dikatakan melakukan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi yang dilakukan manusia ini (baik perorangan, kelompok, organisasi) dalam ilmu komunikasi disebut sebagai tindakan komunikasi (Effendi, 2000).

Widjaja (2000), mengatakan komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu. Mengandung arti, dilakukan oleh penyampaian pesan ditujukan kepada penerima pesan. Komunikasi adalah suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-lambang, yang mengandung arti atau makna. Atau perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain. pengertian secara paradigmatik yaitu komunikasi yang berlangsung menurut suatu pola dan memiliki tujuan tertentu, dengan pola komunikasi yang sebenarnya memberi tahu, menyampaikan pikiran dan perasaan, mengubah pendapat maupun sikap.


(30)

11

Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku. Menurut kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (Human Communication) bahwa komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan

1. membangun hubungan antar sesama manusia 2. melalui pertukaran informasi

3. untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta berusaha merubah sikap dan tingkah laku itu. Komunikasi telah kita definisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia.

2.1.1 Unsur-Unsur Komunikasi

Gary Cronkhite dalam Effendy (2000) merumuskan empat asumsi pokok komunikasi yang dapat membantu memahami komunikasi :

1. Komunikasi adalah suatu proses (communication is proses)

2. Komunikasi adalah pertukaran pesan (communication is transtactive)

3. Komunikasi adalah interaksi yang bersifat multidimensi (communication is multidimentional). Artinya karateristik sumber, saluran, pesan, audience dan efek dari pesan, semuanya berdimensi kompleks. Suatu pesan, misalnya mempunyai efek yang berbeda-beda diantara audience. Tergantung pada keyakinan, kepribadian, motif maupun pola perilaku yang spesifikasi

4. Komunikasi merupakan interaksi yang mempunyai tujuan-tujuan atau maksud maksud ganda (communication is multipurposeful).


(31)

2.1.2 Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi

Komunikasi antarpribadi dipengaruhi oleh bebrapa faktor yang dapat mendukung atau malah menghambat keberhasilan komunikasi antarpribadi tersebut. Faktor pendukung dan penghambat komunikasi antarpribadi diuraikan sebagai berikut: A. Faktor Pendukung

Ada beberapa faktor yang mendukung keberhasilan komunikasi dilihat dari sudut komunikator, komunikan, dan pesan, sebagai berikut (Suranto, 2010):

a. Komunikator memiliki kredibilitas/kewibawaan yang tinggi, daya tarik fisik maupun nonfisik yang mengundang simpati, cerdas dalam menganalisis suatu kondisi, memiliki integritas/keterpaduan antara ucapan dan tindakan, dapat dipercaya, mampu memahami situasi di lingkungan kerja, mampu mengendalikan emosi, memahami kondisi psikologis komunikan, bersikap supel, ramah, dan tegas, serta mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat dimanaia berbicara.

b. Komunikan memiliki pengetahuan yang luas, memiliki kecerdasan menerima dan mencerna pesan, bersikap ramah, supel, dan pandai bergaul, memahami dengan siapa ia berbicara, bersikap bersahabat dengan komunikator. Pesan komunikasi dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, disampaikan secara jelas sesuai kondisi dan situasi, lambang-lambang yang digunakan dapat dipahami oleh komunikator dan komunikan, dan tidak menimbulkan multi interpretasi/penafsiran yang berlainan.


(32)

13

B. Faktor Penghambat

Faktor-faktor yang dapat menghambat komunikasi adalah sebagai berikut (Suranto, 2010):

a. Komunikator komunikator gagap (hambatan biologis), komunikator tidak kredibel/tidak berwibawa dan kurang memahami karakteristik komunikan (tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, dan lain-lain) atau komunikator yang gugup (hambatan psikologis), perempuan tidak bersedia terbuka terhadap lawan bicaranya yang laki-laki (hambatan gender).

b. Komunikan yang mengalami gangguan pendengaran (hambatan biologis), komunikan yang tidak berkonsentrasi dengan pembicaraan (hambatan psikologis), seorang perempuan akan tersipu malu jika membicarakan masalah seksual dengan seorang lelaki (hambatan gender).

c. Komunikator dan komunikan kurang memahami latar belakang sosial budaya yang berlaku sehingga dapat melahirkan perbedaan persepsi.

d. Komunikator dan momunikan saling berprasangka buruk sehingga membosankan.

e. Tidak digunakannya media yang tepatatau terdapat masalah pada teknologi komunikasi (microphone, telepon, power point, dan lain sebagainya).

f. Perbedaan bahasa sehingga menyebabkan perbedaan penafsiran pada simbol-simbol tertentu.


(33)

2.2 Komunikasi Antarpribadi

Menurut Joseph A. Devito dalam Suranto (2010), komunikasi antar pribadi didefinisikan sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Gitosudarmo dan Agus Mulyono dalam Mulyana (2012) memaparkan bahwa komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang berbentuk tatap muka, interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan nonverbal, serta saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil..

Mulyana (2012), menyebutkan bahwa komunikasi antarpribadi berarti komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal. Ia menjelaskan bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi adalah komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang. Komunikasi demikian menunjukkan pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat dan mereka saling mengirim dan menerima pesan baik verbal ataupun nonverbal secara simultan dan spontan. Menurut para ahli ada tiga perspektif yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang definisi komunikasi antarpribadi, yaitu:

a. Perspektif komponensial, yaiti definisi komunikasi antarpribadi yang dilihat dari komponen-komponennya. Komunikasi antarpribadi dalam definisi ini diartikan sebagai proses mengirim dan menerima pesan-pesan diantara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang, dengan berbagai umpan balik dan efek.


(34)

15

b. Perspektif pengembangan, yaitu definisi komunikasi antarpribadi yang dilihat

dari “proses pengembangannya”. Komunikasi dalam definisi ini dianggap

sebagai proses yang berkembang, yakni dari hubungan yang bersifat impersonal meningkat menjadi hubungan antarpribadi.Suatu komunikasi dikatakan bersifat antarpribadi bila berdasarkan pada a) data psikologis; b) pengetahuan yang dimiliki, dan c) aturan-aturan yang ditentukan sendiri oleh para pelaku komunikasi.

c. Perspektif relasional, yaitu definisi komunikasi antarpribadi yang dilihat dari hubungan diantara dua orang. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia baik secara perorangan, kelompok atau organisasi tidak mungkin dapat terjadi. Komunikasi ini biasanya berlangsung secara berhadapan muka, bisa juga melalui sebuah medium telepon. Komunikasi antarpribadi dapat terjadi dalam konteks satu komunikator dengan satu komunikan (komunikasi diadik: dua orang) atau satu komunikator dengan dua komunikan (komunikasi triadik: tiga orang). Lebih dari tiga orang biasanya dianggap komunikasi kelompok.

Menurut Gerald A Miller dalam Suranto (2010) komunikasi antarpribadi dapat dilihat dari 3 tingkatan analisis:

a. Analisis tingkat kultural, bahwa untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain paling tidak mempunyai kesamaan kultral.

b. Analisis tingkat sosiologis, yaitu komunikator melakukan prediksi mengenai reaksi komunikan terhadap pesan yang disampaikan berdasarkan keanggotaan kelompok yang mempunyai aturan-aturan yang bernilai.


(35)

c. Analisis tingkat psikologis, komunikator ataupun komunikan mampu memprediksi kejiwaan lawannya. Keefektifan komunikasi dalam hubungan antarpribadi ditentukan oleh kemampuan kita untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin kita sampaikan, menciptakan kesan yang kita inginkan, atau mempengaruhi orang lain sesuai keinginan kita. Dengan cara berlatih mengungkapkan maksud keinginan kita, menerima umpan balik tentang tingkah laku kita, dan memodifikasi tingkah laku kita sampai orang lain mempersepsikannya sebagaimana kita maksudkan. Dalam tataran antarpribadi, komunikasi relatif lebih dinamis, bersifat dua arah, komunikator dan komunikan sama-sama aktif saling mempertukarkan pesan (mengirim dan menerima pesan) untuk dimaknai dan ditanggapi oleh pihak lainnya. Jadi, disebut komunikasi antarpribadi jika antara komunikator dan komunikan mempunyai persepsi yang sama, saling kenal, dan mempunyai tujuan yang sama.

2.2.2 Komponen-Komponen Komunikasi Antarpribadi

Berikut ini merupakan komponen-komponen yang berperan dalam komunikasi antar pribadi (Suranto, 2010):

a. Komunikator, yaitu orang yang menciptakan, memformulasikan, dan menyampaikan pesan.

b. Encoding, yaitu tindakan komunikator memformulasikan isi pikiran ke dalam simbol-simbol, kata-kata, dan sebagainya sehingga komunikator merasa yakin dengan pesan yang disusun dan cara penyampaiannya.

c. Pesan, merupakan hasil encoding berupa informasi, gagasan, ide,simbol, atau stimuli yang dapat berupa pesan verbal maupun nonverbal.


(36)

17

d. Saluran/Media, yaitu sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan yang dapat berupa media cetak, audio, maupun audiovisual.

e. Komunikan, yaitu orang yang menerima pesan, menganalisis, dan menafsirkan pesan tersebut sehingga memahami maknanya.

f. Decoding, merupakan proses memberi makna dari pesan yang diterima. g. Umpan Balik, merupakan respon/tanggapan/reaksi yang timbul dari

komunikan setelah mendapat pesan.

h. Gangguan, merupakan komponen yang mendistorsi (menyebabkan penyimpangan/kekeliruan) pesan. Gangguan dapat bersifat teknis maupun semantis.

i. Konteks Komunikasi, konteks dimana komunikasi itu berlangsung yang meliputi konteks ruang, waktu, dan nilai.

2.2.3 Ciri-Ciri Komunikasi Antarpribadi

Berikut ini merupakan ciri-ciri komunikasi antar pribadi (Suranto, 2010): a. Arus pesan dua arah

Arus pesan secara dua arah ini berlangsung secara berkelanjutan. Komunikator dan komunikan dapat berganti peran secara cepat, komunikator dapat berubah peran sebagai penerima pesan maupun sebaliknya.

b. Suasana nonformal

Komunikasi antarpribadi yang terjalin biasanya berlangsung dalam suasana nonformal dan pendekatan pribadi.


(37)

c. Umpan balik segera

Karena komunikasi antarpribadi berlangsung secara tatap muka, maka umpan balik dapat diketahui dengan segera. Komunikan segera memberikan respon secara verbal berupa kata-kata atau nonverbal misalnya pandangan mata, raut muka, anggukan, dan sebagainya.

d. Peserta komunikasi berada dalam jarak dekat Jarak dekat yang dimaksud yaitu fisik (peserta komunikasi saling bertatap muka dalam satu lokasi) maupun psikologis (menunjukkan hubungan keintiman antar-individu). e. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan

spontan, baik secara verbal maupun nonverbal Untuk meningkatkan keefektifan komunikasi antarpribadi, peserta komunikasi berupaya saling meyakinkan, dengan mengoptimalkan penggunaan pesan verbal maupun nonverbal secara bersamaan, saling mengisi, saling memperkuat, sesuai tujuan komunikasi.

2.2.4 Keberhasilan Komunikasi Antarpribadi

Untuk menciptakan keberhasilan komunikasi antar pribadi, perlu dikembangkan sikap-sikap positif sebagai berikut (Suranto, 2010):

a. Membuka pintu komunikasi, misalnya dengan cara lambaian tangan, senyum yang tulus dan simpatik, mengucapkan kata sapaan, mengajak berjabat tangan, menanyakan keadaan, meminta maaf dan permisi, dan mengucapkan terima kasih.

b. Sopan dan ramah dalam berkomunikasi tidak hanya dalam berbicara, tetapi juga dalam berpenampilan.


(38)

19

c. Jangan sungkan meminta maaf apabila melakukan kesalahan. Dengan begitu kita menaruh rasa hormat pada orang yang diajak berbicara, dan pada gilirannya kita akan dihormati pula.

d. Penuh perhatian, hal ini dapat diketahui dari seberapa jauh komunikator mengetahui karakteristik komunikan atau seberapa jauh wali kelas menghafal nama-nama siswa, apa yang disukai atau tidak, dan lain-lain.

e. Bertindak jujur dan adil. Hal ini akan mengantarkan komunikator pada keprofesionalan karena kejujuran merupakan prinsip professional yang penting.

2.2.5 Model-Model Komunikasi Antarpribadi

Berikut ini merupakan model-model komunikasi antar pribadi menurut Julia T. Wooddalam Vardiansyah (2004):

a. Model Linier (Komunikasi Satu Arah)

Komunikasi mengalir hanya dalam satu arah, yaitu dari pengirim ke penerima pasif. Dalam pembelajaran, pengirim yaitu wali kelas dan penerima yaitu siswa. Wali kelas hanya mengajar dengan metode ceramah. Ini berarti bahwa siswa tidak pernah mengirim pesan dan hanya menyerap secara pasif apa yang sedang dibicarakan. Model linier juga keliru dengan mewakili komunikasi sebagai urutan tindakan dimana satu langkah (mendengarkan) mengikuti langkah sebelumnya (berbicara). Dalam interaksi yang sebenarnya, bagaimanapun, berbicara dan mendengarkan sering terjadi secara bersamaan atau mereka tumpang tindih. Setiap saat dalam proses komunikasi


(39)

antarpribadi, peserta secara bersamaan mengirim dan menerima pesan dan beradaptasi satu sama lain.

b. Model Interaktif (Komunikasi Dua Arah)

Komunikasi sebagai sebuah proses dimana pendengar memberikan umpan balik, yang merupakan tanggapan terhadap pesan. Dalam pembelajaran, siswa memberikan umpan balik/tanggapan terhadap pesan yang disampaikan wali kelas. Jadi, wali kelas dan siswa memiliki peran yang sama, sebagai pemberi dan penerima reaksi. Meskipun model interaktif merupakan perbaikan atas model linier, model interaktif ini masih menggambarkan komunikasi sebagai proses yang berurutan dimanasatu orang adalah pengirim dan yang lain adalah penerima. Pada kenyataannya, semua orang yang terlibat dalam komunikasi mengirim dan menerima pesan. Model Interaktif juga gagal untuk menangkap sifat dinamis dari komunikasi antarpribadi bahwa cara berkomunikasi berubah dari waktu ke waktu. Misalnya, guru dan siswa berkomunikasi dengan lebih mudah dan efektif setelah berminggu-minggu tidak bertemu karena libur sekolah.

c. Model Transaksional (Komunikasi Banyak Arah)

Model transaksional komunikasi antarpribadi menekankan dinamika komunikasi antarpribadi dan peran ganda orang yang terlibat dalam proses tersebut. Dalam model transaksional ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara wali kelas dengan siswa, tetapi juga interaksi dinamis antarsiswa. Proses belajar mengarah pada proses pembelajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal, sehingga mendorong siswa aktif. Model transaksional juga menjelaskan bahwa komunikasi terjadi dalam


(40)

21

sistem yang mempengaruhi apa dan bagaimana orang berkomunikasi dan apa makna yang diciptakan. Sistem-sistem, atau konteks, termasuk sistem bersama dari kedua komunikator (sekolah, kota, tempat kerja, agama, kelompok sosial, atau budaya) dan sistem pribadi setiap orang (keluarga, asosiasi agama, teman-teman). Akhirnya, kita harus menekankan bahwa model transaksional tidak melabeli satu orang sebagai pengirim dan orang lain sebagai penerima.Sebaliknya, kedua orang didefinisikan sebagai komunikator yang berpartisipasi sama dan sering bersamaan dalam proses komunikasi. Ini berarti bahwa pada saat tertentu dalam komunikasi, Anda dapat mengirim pesan (berbicara atau menganggukkan kepala), menerima pesan, atau melakukan keduanya pada saat yang sama (menafsirkan apa yang dikatakan seseorang ketika noding untuk menunjukkan Anda tertarik).

2.3 Komunikasi Pendidikan

Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia, yakni pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan (Effendi, 2000). Pendapat tersebut menekankan pendidikan itu berlangsung secara berencana didalam kelas secara tatap muka dan mengabaikan kegiatan pendidikan secara umum pada masyarakat dan pendidikan secara khusus dalam keluarga. Hal ini dapat dilihat pada pendapat berikutnya bahwa perbedaan antara komunikasi dan pendidikan terletak pada tujuan atau efek yang diharapkan. Ditinjau dari efek yang diharapkan itu, tujuan komunikasi sifatnya umum, sedangkan tujuan pendidikan sifatnya khas atau khusus, yakni meningkatkan pengetahuan seseorang


(41)

mengenai sesuatu hal sehingga ia menguasainya. Tujuan Pendidikan akan tercapai jika secara minimal prosesnya komunikatif. Bagaimana caranya agar proses penyampaian suatu materi mata ajar oleh pengajar/guru (sebagai komunikator) kepada para pelajar/siswa (sebagai komunikan) harus terjadi secara tatap muka dan secara timbal balik dua arah (Bahri,2011).

Ada beberapa komponen-komponen penting yang menentukan keberhasilan komunikasi dalam proses belajar mengajar. Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell dalam Rusydi (2006) bahwa cara yang tepat untuk

menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “siapa yang

menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya. Berdasarkan definisi Lasswell ini dapat diturunkan 5 unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain yaitu pertama guru sebagai komunikan dan sumber yang menyampaikan informasi tertentu kepada anak didik. Kedua pengkodean (Encoding) adalah pengirim mengkodean informasi yang akan disampaikan ke dalam symbol atau isyarat. Ketiga pesan (message), pesan dapat dalam segala bentuk biasanya dapat dirasakan atau dimengerti satu atau lebih dari indra penerima. Keempat saluran (chanel) adalah cara mentrasmisikan pesan, misal kertas untuk surat, udara untuk kata-kata yang diucapkan dan kelima adalah peserta didik sebagai penerima (receiver) yakni orang yang menafsirkan pesan penerima, jika pesan tidak disampaikan kepada penerima maka komunikasi tidak akan terjadi. Penafsiran kode (decoding) adalah proses dimana penerima menafsirkan pesan dan menterjemahkan menjadi informasi yang berarti baginya. Umpan balik (feedback) adalah pembalikan dari proses komunikasi dimana reaksi komunikasi pengirim dinyatakan.


(42)

23

Komunikasi menjadi sangat penting perannya karena peristiwa memindahkan pengetahuan dari sang guru kepada peserta didik, peristiwa membentuk perilaku dan moral yang baik, peristiwa belajar setiap harinya semua terjadi hanya lewat komunikasi yang dikembangkan sang guru dengan peserta didik. Komunikasi akan menjadi jendela jiwa sang guru untuk mampu memahami dan mengendalikan perilaku belajar peserta didik. Dengan menguasai komunikasi yang tepat maka sang guru punya peluang lebih menguasai dan mengendalikan proses belajar mengajar dikelas.

2.4 Motivasi Belajar

2.4.1 Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi pada dasarnya adalah suatu usaha untuk meningkatkan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Mc Donald dalam Sardirman (2011), motivasi merupakan suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan afektif/perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Motivasi belajar siswa merupakan segala sesuatu yang ditujukan untuk mendorong atau memberikan semangat kepada siswa agar menjadi lebih giat lagi dalam belajarnya untuk memperoleh prestasi yang lebih baik lagi.


(43)

2.4.2 Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik

Motivasi merupakan faktor kunci bagi kesuksesan pembelajaran. Idealnya, motivasi haruslah intrinsik karena akan memudahkan kemandirian pembelajaran. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Agar mendapatkan motivasi intrinsik, siswa perlu memenuhi hal-hal berikut (Djamarah,2010):

1) Memahami apa yang dipelajari.

2) Menjadi siswa yang ingin tahu (inquistive)

3) Mampu melihat pembelajaran baru sebagai bagian dari gambar besar. 4) Menikmati tugas atau pengalaman pembelajaran.

Untuk memiliki motivasi intrinsik, siswa harus memiliki sasaran dan keinginan yang kuat untuk sukses. Contohnya, siswa belajar bukan karena mengharapkan pujian, hadiah, atau nilai yang bagus tetapi karena memang ia ingin mengetahui ilmu yang dipelajari tersebut. Namun ada siswa yang mengalami gangguan belajar karena motivasi intrinsiknya rendah, sehingga perlu diberi motivasi ekstrinsik agar mau belajar. Motivasi ekstrinsik yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.

2.4.3 Perbedaan Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik maupun motivasi intrinsik perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang sudah tumbuh dari dalam individu. Oleh karena itu, dalam proses belajar, pada saat seorang siswa termotivasi secara intrinsik, apa yang dikerjakan siswa tersebut


(44)

25

lebih mengarah untuk mencapai kepuasan atau kesenangan mengalahkan tantangan daripada hanya sekedar menghindari tekanan, mendapat hadiah, atau faktor-faktor lain Namun, motivasi intrinsik yang sudah tumbuh dalam diri untuk belajar ini tidak selalu dimiliki oleh siswa. Ada kalanya siswa membutuhkan motivasi ekstrinsik (motivasi dari luar dirinya) untuk membuatnya belajar. Berbeda dengan siswa yang memiliki motivasi intrinsik, perilaku siswa yang termotivasi secara ekstrinsik pada dasarnya tidak sungguh-sungguh berminat atau tertarik untuk melakukan aktivitas belajar (Wahyuni, 2010).

2.4.4 Fungsi Motivasi Belajar

Oleh karena itu, perlu adanya pembimbingan atau bantuan secara eksternal dalam rangka menumbuhkan motivasi ekstrinsik siswa. Cara yang dapat dilakukan misalnya dengan menciptakan komunikasi yang baik antara wali kelas dengan siswa, menciptakan kedekatan, perasaan dihargai dan diperhatikan, maupun pemberian hadiah. Motivasi belajar memiliki fungsi sebagai berikut (Wahyuni, 2010):

a. Mendorong siswa untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi dari setiap kegiatan belajar yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang hendak dicapai, dalam hal ini menentukan arah dan kegiatan belajar yang harus dikerjakan sesuai tujuan belajar yang akan dicapai.

c. Menyeleksi perbuatan, misalnya, siswa kelas VI SD/MI yang ingin lulus ujian, menyeleksi cara-cara yang menurutnya dianggap tepat untuk dapat mencapai tujuannya lulus ujian


(45)

2.4.5 Ciri-ciri Siswa yang Termotivasi

Dalam proses kegiatan belajar mengajar, siswa yang mempunyai motivasi menunjukkan hal-hal berikut (Prawira, 2012):

a. Minat dan perhatian terhadap pelajaran.

b. Semangat untuk melakukan tugas-tugas belajarnya.

c. Tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya.

d. Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru. e. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan

Selain hal-hal di atas, siswa yang memiliki motivasi belajar akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Wahyuni, 2010):

a. Tekun mengerjakan tugas.

b. Ulet memecahkan kesulitan dan hambatan belajar (tidak cepat putus asa). c. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin d. Menunjukkan minat, peka, dan responsif terhadap bermacam-macam

masalah/soal-soal dan bagaimana memikirkan pemecahannya. e. Lebih senang bekerja mandiri.

f. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin

g. Dapat mempertahankan pendapatnya (apabila sudah yakin akan sesuatu dan dipandang cukup rasional).

2.4.6 Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk individu yang sedang belajar. Tujuan pembelajaran bukan hanya untuk mengubah perilaku murid, tetapi membentuk karakter dan


(46)

27

sikap mental yang berorientasi pada global mindset focus, yang mempelajari cara belajar sepanjang hayat bukan hanya pada substansi mata pelajaran (Bahri, 2011). Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran antara lain:

a. Menetukan hal-hal yang dapat dijadikan sebagai penguat belajar.

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila sang anak yang belajar dapat dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya terhadap lingkungannya.

b. Memperoleh tujuan belajar yang hendak dicapai.

Berkaitan dengan kemaknaan, seseorang akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi dirinya.

c. Motivasi menentukan ketekunan belajar.

Seseorang yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik.

2.5 Landasan Teori

2.5.1 Teori de Vito (Pendekatan Humanistik)

Menurut de Vito, komunikasi antarpribadi dapat sangat efektif dan dapat pula sangat tidak efektif. Karakteristik efektifitas ini dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu pendektan humanistik, pendektan pragmatis, dan pendekatan sosial.


(47)

Penelitian ini menggunakan pendekatan humanistik dikarenakan pendekatan ini paling cocok dibandingkan pendekatan lain. Pendekatan humanistik menekankan pada keterbukaan, empati, sikap mendukung, dan kualitas-kualitas lain yang menciptakan interaksi yang bermakna, jujur, dan memuaskan pendekatan ini dimulai dengan kualitas-kualitas umum yang menetukan terciptanya hubungan antar manusia yang superior. Dengan terciptanya hubungan yang superior itulah maka tingkat kedekatan dan tali persaudaraan antar manusia dapat terjalin dengan harmonis. Dari kualitas-kualitas umum yang ada pada pendekatan ini, kemudian dapat kita turunkan beberapa perilaku spesifik yang menandai komunikasi antarpribadi yang efektif. Menurut de Vito dalam Suranto AW (2010), dalam pendekatan humanistik ada lima sikap positif yang harus dipersiapkan dalam komunikasi antarpribadi yaitu:

a. Keterbukaan (openness) merupakan sikap bisa menerima masukan dari orang lain, serta berkenan menyampaikan informasi penting kepada orang lain tersebut, sehingga ada ketersediaan membuka diri untuk mengungkapkan informasi dan kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antarpribadi, yaitu:

i. Komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi.

ii. Mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan.


(48)

29

iii. Menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang seseorang lontarkan adalah memang miliknya dan orang tersebut bertanggung jawab atasnya.

b. Empati (empathy) merupakan kemampuan seseorang untuk merasakan seandainya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang dialami orang lain, merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Seseorang dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, yaitu dengan memperlihatkan (a) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai (b) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik, serta (c) sentuhan atau belaian yang sepantasnya

c. Dukungan (supportiveness) merupakan hubungan antarpribadi yang efektif antara wali kelas dan siswa, memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara terbuka. Oleh karene itu, respon yang relevan adalah respon bersifat spontan dan lugas, bukan respon bertahan dan berkelit.

d. Perasaan positif (positiveness) ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Perasaan positif ini dapat ditunjukkan dengan cara menghargai orang lain, berfikir positif terhadap orang lain, tidak menaruh curiga berlebihan,


(49)

meyakini pentingnya orang lain, memberikan pujian dan penghargaan, dan komitmen menjalin kerja sama.

e. Kesetaraan (equality) berarti harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak saling memerlukan. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain.Kesetaraan meliputi penempatan diri setara dengan orang lain, menyadari akan adanya kepentingan yang berbeda, mengakui pentingnya kehadiran orang lain, tidak memaksakan kehendak, komunikasi dua arah, saling memerlukan, serta suasana komunikasi akrab dan nyaman.

2.6 Penelitian Terdahulu

1. Syafruddin (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh komunikasi antarpribadi guru terhadap siswa dalam peningkatan motivasi belajar siswa di SMK 1 TD Pardede Foundation. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif. Penelitian Syafruddin Pohan menggunakan teori self disclosure dan motivasi belajar. Dari hasil penelitian, terbukti bahwa komunikasi antarpribadi guru dan siswa berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar siswa di SMK 1 TD Pardede. Penelitian Syafruddin memiliki kesamaan objek dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu meningkatkan motivasi belajar siswa dan menggunakan metode penelitian yang sama yaitu metode kualitatif. Sedangkan penelitian Syafruddin (2011) dengan penelitian ini adalah pada teori yang digunakan, penelitian ini menggunakan teori De Vito sedangkan penelitian Syafruddin menggunakan teori self disclosure.


(50)

31

2. Pontoh (2013) melakukan penelitian dengan judul peranan komunikasi antarpribadi guru dalam meningkatkan pengetahuan anak. Dengan subyek penelitian guru dan murid di TK Santa Lucia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dari hasil penelitian, peranan komunikasi antarpribadi guru dalam meningkatkan pengetahuan anak sudah cukup baik karena guru berkomunikasi secara verbal dan non verbal untuk berinteraksi dengan murid di sekolah taman kanak-kanak Santa Lucia. Pesan yang disampaikan dalam Komunikasi antarpribadi guru dengan murid lebih kepada konsep pelajaran dan juga motivasi kepada anak didiknya untuk lebih cepat memahami apa yang dimaksudkan oleh guru tersebut. Penelitiaan Pontoh memiliki kesamaan metode penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu metode penelitian kualitatif. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian Pontoh terletak pada tujuan penelitian, Pontoh melakukan penelitian untuk mengetahui peningkatan pengetahuan anak sedangkan penelitian inimemiliki tujuanuntuk mengetahui peningkatan motivasi siswa.

3. Febriati (2013) melakukan penelitian dengan judul efektivitas komunikasi antarpribadi guru dan siswa dalam mencegah kenakalan siswa di SMA Negeri Kota Bontang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian menggunakan teori pendekatan humanistik. Hasil dari penelitian ini adalah efektivitas komunikasi antar pribadi guru dan siswa dalam mencegah kenakalan siswa dalam bimbingan konseling di SMA Negeri 1 Bontang telah berjalan dengan efektif dan telah mencapai tujuan yang diharapkan yakni terciptanya lingkungan sekolah bebas dari perilaku nakal. Penelitian Febriati memiliki kesamaan metode penelitian yaitu


(51)

deskriptif kualitatif dan teori penelitian yaitu pendekatan humanistik dan perbedaan penelitian Febiati terletak pada tujuan penelitian.

4. Simanjuntak (2014) melakukan penelitian dengan judul peranan komunikasi antarpribadi pendamping dengan klien dalam menangani kasus kekerasan dalam rumah tangga. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan teori pendekatan humanistik. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat 2 kualitas yang berperan baik (empati dan kesetaraan). Sedangkan 3 kualitas dikatakan cukup berperan dan harus ditingkatkan (keterbukaan, sikap mendukung, dan sikap positif). Penelitian Simanjuntak memiliki kesamaan metode penelitian dan teori yang akan digunakan dengan penulis, yaitu metode penelitian deskriptif kualitatif dan teori pendekatan humanistik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Simanjuntak terletak pada objek dan tujuan penelitian.

2.7 Kerangka Pemikiran

Dilihat dari prosesnya komunikasi antarpribadi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi dari komunikator (pengajar muda) dengan komunikan (peserta didik) melalui berbagai media atau saluran komunikasi untuk kemudian komunikan memberikan umpan balik (feedback) kepada komunikator untuk mengetahui apakah pesan tersebut dapat dipahami atau tidak. Peran pengajar muda dalam mendidik serta membimbing peserta didik dalam belajar dapat meningkatkan motivasi belajarnya. Hal itu disebabkan, dalam penyaluran informasi belajar dibutuhkan kualitas komunikasi yang baik berupa dorongan, dukungan, dan motivasi dari pengajar muda, sehingga peserta didik dapat belajar dengan baik untuk mencapai tujuan belajar yang lebih maksimal.


(52)

33

Komunikasi antar pribadi dapat dikatakan komunikasi yang paling efektif. Tiada satupun komunikasi yang dapat menggantikannya, sekalipun itu melalui media. Karena dalam komunikasi antar pribadi kita bisa melihat dan mengawasi panca indra serta gesture tubuh lawan bicara secara langsung. Kualitas komunikasi pengajar muda dengan peserta didik dapat diwujudkan dengan melihat pada penyampaian pesan dari pengajar muda kepada peserta didik atau dari peserta didik ke pengajar muda. Penulis menggunakan rancangan pendekatan humanistik untuk meneliti kualitas hubungan, dengan memusatkan perilaku spesifik yang haru digunakan komunikator untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

Pengajar muda yang berinteraksi dengan para peserta didik tentu akan saling berhadapan. Untuk itu, sebagai komunikator pengajar muda diharapkan mampu berkomunikasi secara baik dan efektif untuk membuat peserta didik termotivasi untuk belajar lebih giat. Perwujudan komunikasi pengajar muda dengan peserta didik terebut berarti pengajar muda tidak hanya memantau kegiatan belajar mengajar dan memantau kemajuan belajarnya saja akan tetapi juga membangun relasi yang baik dengan memahami kebutuhan fisiologis maupun psikologis peserta didik, mendukung kegiatan peserta didik dalam belajar seperti menciptakan kondisi belajar yang baik, memberi bimbingan belajar, dan mencarikan solusi kesulitan dalam belajar.

Dari uraian diatas, penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui peranan komunikasi antar pribadi yang digunakan pengajar muda dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik di SDN 01 Pulau Legundi dengan menerapkan pendekatan humanistik (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positip, kesetaraan).


(53)

Bagan Kerangka Pemikiran

Bagan 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Lampung Mengajar

Pengajar Muda

Murid

Motivasi Belajar Faktor Internal (Wahyuni, 2010) 1. Tekun mengerjakan tugas.

2. Menunjukkan minat, peka, dan responsif terhadap masalah.

3. Tidak membutuhkan dorongan dari luar

4. Ulet memcahkan kesulitan dan hambatan belajar Faktor Eksternal

1. Adanya kegiatan yang menarik dari para pengajar 2. Adanya lingkungan kondusif dalam kegiatan belajar mengajar

Komunikasi Antar Pribadi 1. Keterbukaan (Openess) 2. Empati (Emphaty) 3. Sikap Mendukung (Supportiveness)

4. Sikap Positif (Positive) 5. Kesamaan (Equality)


(54)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk

memperoleh deskripsi mengenai “Peranan komunikasi antar pribadi antara

pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi

belajar”. Penelitian Deskriptif merupakan suatu tipe penelitian yang bertujuan menggambarkan keadaan atau fenomena tertentu (Arikunto, 2002). Alasan menggunakan metode deksriptif adalah bahwa metode ini telah digunakan secara luas dan dapat meliputi lebih banyak segi dibandingkan dengan metode-metode lain. Kemudian metode ini banyak memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan melalui pemberian informasi keadaan mutakhir, dan dapat membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang berguna untuk pelaksanaan percobaan. Selanjutnya, metode ini dapat digunakan dalam menggambarkan keadaan-keadaan yang mungkin terdapat dalam situasi tertentu (Sevilla, 2003). 3.2 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penlitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam


(55)

bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2011).

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moelong (2011), kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulisan atau lisan dari orang lain/perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha melihat kebenaran-kebenaran atau membenarkan kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran tersebut, tidak selalu dapat dan cukup didapat dengan melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut. Penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti objek dengan cara menuturkan, menafsirkan data yang ada, ada pelaksanaanya melalui pengumpulan, penyusunan, analisa dan interpretasi data yang diteliti pada masa sekarang.

Tipe penelitian ini dianggap sangat relevan untuk dipakai karena menggambarkan keadaan objek yang ada pada masa sekarang secara kualitatif berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian. Penelitian kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan-keterangan secara jelas dan faktual tentang Peranan komunikasi antar pribadi antara pengajar muda dan peserta didik dalam menciptakan motivasi belajar.

3.3 Definisi Konseptual

Konsep merupakan batasan terhadap masalah-masalah variabel yang dijadikan pedoman dalam penelitian, sehingga tujuan dan arahnya tidak menyimpang. Definisi konsep dalam penelitian ini adalah:


(56)

37

a. Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal, saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil (Effendy, 2000).Komunikasi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, komunikasi antar pribadi berlangsung diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang jelas dengan kata lain komunikasi ini tidak dapat digantikan oleh media atau perantara lainnya, dengan kata lain komunikasi terjadi langsung dengan tatap muka. Begitu juga yang terjadi pada pengajar dan siswa dalam melaksanan proses pembelajaran di sekolah.

b. Pengajar dan Peserta didik

Pengajar adalah orang yang memberikan pengetahuan kepada siswa, sementara siswa adalah orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Keduanya merupakan unsur paling vital dalam proses belajar mengajar. Pendidikan berarti usaha sadar dari pendidik yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas siswa dalam dunia pendidikan. Dalam interaksi belajar mengajar guru berperan sebagai pembimbing, dalam peranannya guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif.

c. Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai


(57)

tujuan. Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses mengajar belajar baik pengajar maupun siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar siswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan perbuatan belajar yang lebih efektif. Siswa akan melakukan aktivitas belajar dengan senang karena didorong motivasi. 3.4 Fokus Penelitian

Menurut Bungin (2003) Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif adalah pokok persoalan yang hendak diteliti, mengandung penjelasan mengenai dimensi-dimensi yang menjadi pusat perhatian dan hal yang kelak dibahas secara mendalam dan tuntas. Dalam penelitian ini fokus penelitan nya ingin mengetahui bagaimanakah peranan komunikasi antarpribadi pengajak dan siswa dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SD Negeri Legundi. Tolok ukur komunikasi antarpribadi yang digunakan adalah melalui sudut pandang humanistik yang berupa 5 kualitas umum, yaitu:

a. Keterbukaan (openness), Sikap terbuka sangat berpengaruh dalam menciptakan komunikasi antarpribadi yang efektif. Keterbukaan yang ditekankan disini adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan peserta didik sebagai komunikan terhadap situasi pembelajaran yang sedang berjalan serta memberikan informasi tentang pengetahuan yang relevan. Komunikan juga harus terbuka kepada orang yang mengajaknya berinteraksi. Sikap terbuka ditandai dengan adanya kejujuran peserta didik dalam merespon segala stimulasi komunikasi. Tidak berkata bohong dan tidak menyembunyikan


(58)

39

informasi yang sebenernya. Dengan keterbukaan, maka komunikasi antar pribadi akan berlangsung secara adil, transparan, dua arah, dan dapat diterima oleh semua pihak yang berkomunikasi.

b. Empati (empathy) merupakan kemampuan seseorang untuk merasakan seandainya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang dialami orang lain, merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Seperti seorang pengajar muda yang memiliki empati tidak akan semena-mena terhadap peserta didiknya. Karena pengajar muda yang memiliki empati dapat bersikap dan berpikir lebih baik. Hakikat empati dalam penelitian ini adalah melihat usaha dari pengajar muda untuk merasakan apa yang dirasakan peserta didik serta memahami pendapat, sikap dan perilaku peserta didik.

c. Dukungan (supportiveness) merupakan hubungan interpersonal yang efektif antara pengajar muda dan peserta didik, memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara terbuka. Oleh karena itu, respon yang relevan adalah respon bersifat spontan dan lugas, bukan respon bertahan dan berkelit.

d. Perasaan positif (positiveness) ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Perasaan positif ini dapat ditunjukkan dengan cara menghargai orang lain, berfikir positif terhadap orang lain, tidak menaruh curiga berlebihan, meyakini pentingnya orang lain, memberikan pujian dan penghargaan, dan komitmen menjalin kerja sama. Dalam bentuk sikap, maksudnya adalah


(59)

bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi antar pribadi (pengajar muda dan peserta didik) harus memiliki perasaan dan berpikir positip. Dalam bentuk perilaku artinya bahwa tindakan yang dipilih adalah yang relevan dengan tujuan komunikasi antar pribadi. Misalnya dalam penelitian ini pengajar muda membantu peserta didik untuk memahami pesan komunikasi dalam pembelajaran, dengan memberikan penjelasan yang memadai sesuai dengan karakteristik mereka.

e. Kesetaraan (equality) berarti harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak saling memerlukan. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain.Kesetaraan meliputi penempatan diri setara dengan orang lain, menyadari akan adanya kepentingan yang berbeda, mengakui pentingnya kehadiran orang lain, tidak memaksakan kehendak, komunikasi dua arah, saling memerlukan, serta suasana komunikasi akrab dan nyaman. Misalnya dalam penelitian ini, kesetaraan yang dimaksud adalah berupa pengakuan atau kesadaran serta kerelaan pengajar muda untuk menempatkan diri setara dengan partner komunikasinya yaitu peserta didik sehingga akan tercipta hubungan komunikasi antarpribadi yang baik.

3.5 Subjek dan Objek Penelitian

Pada penelitian ini peneliti memfokuskan subjek penelitian pada program Lampung Mengajar di SDN 01 Pulau Legundi Provinsi Lampung dan objek penelitiannya adalah pada deskripsi kualitatif komunikasi antar pribadi pengajar dan siswa yang efektif. Tema ini dipilih peneliti untuk mengkaji dan


(60)

41

mendeskripsikan lebih dalam bagaimana keberlangsungan komunikasi antar pribadi siswa & guru yang efektif dalam membentuk motivasi belajar.

3.6 Penentuan Informan

Informan adalah orang-orang yang ada pada latar penilitian, yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penilitian. Informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya (Moelong, 2011). Teknik pemilihan informan adalah teknik purposive (disengaja). Teknik purposive bersifat tidak acak, dimana subjek penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Penentuan informan yang dilakukan peneliti ialah :

a. Empat orang pengajar muda yang terdaftar dalam organisasi Lampung Mengajar dengan status sebagai pengajar di SDN 01 Pulau Legundi.

b. Satu orang guru SDN 01 Pulau Legundi (informan pendukung). c. Empat orang siswa/i SDN 01 Pulau Legundi (informan pendukung).

d. Seluruh informan bersedia untuk memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

3.7 Sumber data

Sumber data pada penelitian ini terbagi atas dua jenis: 1. Data Primer

Data primer berupa data utama dalam penilitian. Pada penilitan ini data primer diperoleh langsung dari lapangan baik melalui pengamatan peneliti maupun


(61)

dari jawaban atas pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti yang diajukan kepada informan.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapat dari berbagai sumber lainya yang dianggap mendukung penelitian, seperti buku, artikel, internet, dan lain-lain. 3.8 Teknik Pengumpulan Data

Moleong (2011) menjelaskan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen (sumber tertulis), foto dan lain-lain. Peneliti akan melakukan penelitian di SD Negeri Pulau Legundi melalui:

1. Observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang akan diteliti. Observasi dilakukan langsung oleh peneliti dengan cara pengamatan dan pencatatan. Penulis akan turun langsung dan ikut serta dalam proses pembelajaran yang terjadi di SDN P. Legundi dan melihat langsung serta mengamati komunikasi yang terjadi di dalam kelas.

2. Wawancara mendalam (In Depth Interview)

Teknik wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah dengan melakukan tanya jawab langsung kepada informan yaitu pengajar muda dan peserta didik pada komunitas Lampung mengajar. Teknik wawancara yang dilakukan penulis adalah dengan cara mencatat hasil wawancara, merekam dalam bentuk suara dan video berdasarkan pedoman pada daftar pertanyaan yang telah


(1)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti

dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Komunikasi antarpribadi yang efektif terjadi apabila pesan yang disampaikan

seorang komunikator terhadap komunikan dapat diterima dan dipahami oleh

si penerima pesan. Adanya kelima aspek humanistik dalam komunikasi

antarpribadi juga memberikan sinyal yang kuat bahwa komunikasi yang

terjadi dapat berkualitas dan efektif. Kelima aspek humanistik didalam

penelitian ini masing-masing sangat berperan mana aspek yang terkuat dan

mana aspek yang terlemah. Aspek yang paling terkuat dalam penelitian ini

ialah aspek keterbukaan karena setiap pengajar muda mampu bersifat terbuka

kepada peserta didik dan guru yang mengajar. Yang kedua ialah sikap

mendukung, aspek ini termasuk cukup kuat karena pengajar muda dapat

mendukung kegiatan peserta didik didalam jam maupun luar jam sekolah.

Selanjutnya ialah aspek kesetaraan, karena pengajar muda tidak

membeda-bedakan peserta didik saat berkomunikasi didalam pembelajaran. Selanjutnya


(2)

111

mengetahui dan memahami kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik. Dan

yang paling terakhir ialah aspek sikap positif, aspek ini bisa dibilang yang

paling lemah karena meskipun pengajar muda sudah menerapkan sikap

positif kepada peserta didik. Tetapi dari peserta didiknya sendiri masih

banyak yang menggunakan tutur kata yang kurang sopan saat berkomunikasi.

2. Komunikasi antarpribadi pengajar muda terbukti berperan meningkatkan

motivasi belajar peserta didik di SDN 01 Legundi. Pengajar muda bersikap

terbuka, berempati, bersikap mendukung, dan bersikap positip terhadap

peserta didik serta dapat menempatkan diri terhadap peserta didik maupun

guru- guru di SDN 01 Legundi sehingga tercipta hubungan yang baik, dekat,

akrab dan nyaman dalam pembelajaran. Hubungan tersebut sangat membantu

peserta didik untuk meningkatkan motivasi belajarnya.

3. Faktor pendukung komunikasi antarpribadi pengajar muda dengan peserta

didik yaitu pengajar muda berhasil menerapkan sikap-sikap positip dengan

peserta didik, dengan metode cerita dan tanya jawab peserta didik diharapkan

dapat merespon apa yang disampaikan oleh pengajar muda. Selain itu,

pengajar muda juga melakukan pendekatan dengan melihat karakteristik

setiap peserta didik yang berbeda- beda.

4. Faktor penghambat komunikasi antarpribadi pengajar muda dan peserta didik

seperti kurangnya pengalaman dari pengajar muda dalam menghadapi

kenakalan peserta didik, kesulitan mengelola suasana kelas jika peserta didik

tidak tertib, adanya peserta didik yang malu bertanya jika belum paham


(3)

6.2 Saran

Berdasarkan penelitian dan hasil analisis yang telah dilakukan peneliti mengenai

peranan komunikasi antarpribadi pengajar muda dan peserta didik dalam

meningkatkan motivasi belajar, ada beberapa hal yang hrus diperhatikan sebagai

masukan dan saran:

1. Untuk pengajar muda

Diharapkan pengajar muda dapat lebih berperan lagi dalam melakukan

komunikasi antarpribadi dengan peserta didik dengan menggunakan aspek

humanistik. Selain itu pengajar muda juga diharapkan dapat menerapkan

komunikasi antar pribadi yang baik dengan seluruh warga sekolah maupun

masyarakat sekitar, agar semakin terciptanya keharmonisan dan hubungan

yang baik antara pengajar muda, seluruh warga sekolah dan juga masyarakat

sekitar. Untuk aspek humanistik yang paling lemah yaitu sifat positif yang

kurang ditunjukkan oleh peserta didik, diharapkan pengajar muda dapat

memberikan contoh sikap positif yang baik dan terus memberikan nasihat

kepada peserta didik agar dapat memiliki sifat positif yang dapat membangun

motivasi belajarnya.

2. Untuk peneliti selanjutnya

Penulis berharap agar penelitian ini dapat dikembangkan lagi dengan

penelitian selanjutnya yang lebih baik, dengan menggunakan atau

mengembangkan teori lain yang juga berhubungan dengan komunikasi


(4)

113

3. Untuk dinas pendidikan Provinsi Lampung

Diharapkan dapat lebih memperhatikan sarana dan prasarana serta kebutuhan

belajar mengajar di sekolah-sekolah di daerah terpencil di seluruh Provinsi

Lampung dan memperhatikan pembagian tenaga pengajar secara merata ke

seluruh sekolah yang ada diProvinsi Lampung agar tidak adanya kesenjangan


(5)

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT.Rineka Cipta Bahri, 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Bungin, Burhan 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodelogis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Djamarah, Syaiful. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Effendi, Onong Uchjana. 2000. Dinamika Komunikasi. Ed.ke-4. Bandung: Remaja Rosdakarya

Febriati, Anggi Annisa. 2013. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Guru dan Siswa dalam Mencegah Kenakalan Siswa. eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 2, Nomor 4, 2014:287-296. Samarinda: Universitas Mulawarman Mulyana, Deddy. 2012. Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Moleong, Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Prawira, Purwa Atmaja. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Pontoh, Widya P .2013. Peranan Komunikasi Interpersonal Guru dalam

Meningkatkan Pengetahuan Anak. Jakarta: Journal “Acta Diurna” Vol I.No.I

Sardiman, A.M. .2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo

Sevilla,Consuelo. 2003. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Indonesia

Simanjuntak, A Frans laurent. 2014. Peranan Komunikasi Antarpribadi antara pendamping dan klien dalam menangani kasus kekerasan dalam rumah tangga. Lampung: Skripsi Ilmu Komunikasi,UNILA

Soyomukti, Nurani. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media


(6)

Suranto, Aw. 2010. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu

Syafruddin, Pohan. 2011. Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Guru terhadap Siswa dalam Peningkatan Motivasi Belajar Siswa di SMK 1 TD Pardede Foundation. Medan: Skripsi Ilmu Komunikasi, Universitas Sumatera Utara.

Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia Wahyuni, Esa Nur. 2010.Motivasi dalam Pembelajaran. Malang: UIN-Malang

Press

Widjaja, A. W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Ed.ke-2. Jakarta: Rineka Cipta


Dokumen yang terkait

Peranan Komunikasi Sebagai Solusi Konflik (Studi Deskriptif Komunikasi Antar Pribadi sebagai Solusi Konflik pada Hubungan Persahabatan Remaja di SMA ST. THOMAS -2 MEDAN)

8 214 101

Peran Komunikasi Antar Pribadi Pengajar Tari Dalam Meningkatkan Potensi Diri Anak (Studi Kasus Pada Sanggar Tari Sir Istana Maimun Medan)

0 58 136

Peran Komunikasi Antar Pribadi(Studi Deskriptif Peranan Komunikasi Antar Pribadi Untuk Mensosialisasikan Bantuan Operasional Sekolah Kepada Siswa SD. Advent Timbang Deli Medan).

0 57 127

Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi : (Studi Deskriptif Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi Pada Karyawan PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan)

6 51 77

Komunikasi Antar Pribadi Dan Motivasi Belajar (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Guru BP Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMK Negeri 7 Medan)

0 61 128

Peranan Komunikasi Antar Pribadi dalam Meningkatkan Kedekatan Emosional Antara Pengurus dengan Anggota Baru (Studi pada Inter Club Indonesia Lampung Utara)

1 6 81

ANALISIS KONSEP KOMUNIKASI PADA METODE MENGAJAR OLEH PENGAJAR MUDA DALAM PROGRAM INDONESIA MENGAJAR (Studi pada Pengajar Muda Angkatan IX Kabupaten Tulang Bawang Barat)

0 5 65

PERANAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI. pptx

0 0 2

PERAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PENGAJAR TARI DALAM MENINGKATKAN POTENSI DIRI ANAK

0 0 12

PERANAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 2 MAPPAKASUNGGU KEBUPATEN TAKALAR

0 2 79