Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Di Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara (Land Suitability Evaluation Salak Sidimpuan at Tapanuli Selatan)

  

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN SALAK SIDIMPUAN DI TAPANULI

SELATAN PROVINSI SUMATERA UTARA

(Land Suitability Evaluation Salak Sidimpuan at Tapanuli Selatan)

  Yusriani Nasution 1) , Abdul Rauf 2) , Rahmawaty 3) 1) Fakultas Pertanian Universitas Graha Nusantara Padangsidimpuan 2) Program Study Agroekoteknologi Pascasarjana Fakultas Pertanian USU Medan 3) Program Sudy Kehutanan Fakultas Pertanian USU Medan

Abstract

  Land suitability evaluation Salak Sidimpuan at Tapanuli Selatan district to defended Sidimpuan as Salak City . This study aimed to evaluation land suitability Salak Sidimpuan.There were six subdistricts at thirty samples used survey method land suitability evaluation with law of minimum matching process. This results of this research indicated actual land suitability salak Sidimpuan were ten site appertain S3 (Marginal suitable) and twenty site appertain N (Not suitable) whereas potensial land suitability were eight site appertain S2.tc.wa and S2.rc.eh, twenty one site appertain S3 and one only appertain N.rc. Potensial land suitability S2 (Sufficient Suitable) were consisted of Marancar Subdistrict, Batang Angkola Subdistrict and Suth Angkola Subdistrict whereas appertain S3 (Marginal Suitable) included West Angkola Subdistrict, East Angkola, South Angkola and Batangtoru.

  Keyword : Land suitability, Salak, Tapanuli Selatan.

  ABSTRAK Penelitian “Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan” dilakukan untuk mempertahankan maskot Sidimpuan akan salak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kesesuaian lahan tanaman salak Sidimpuan sesuai kemampuan dan daya dukung lahan, dilaksanakan mulai Juli sampai Agustus 2012. Enam Kecamatan sebagai lokasi pada tigapuluh titik pengambilan sampel tanah dengan metode penilaian kesesuaian lahan dengan proses matching hukum minimum. Hasil penelitian dari evaluasi kesesuaian lahan aktual adalah sebanyak sepuluh lokasi yang tergolong S3 yaitu sesuai marginal dan dua puluh lokasi tergolong N yaitu tidak sesuai, sedangkan kesesuaian lahan potensial tanaman salak adalah delapan lokasi tergolong S2.tc.wa dan S2.rc.eh, duapuluh satu lokasi umumnya tergolong S3.rc.eh dan golongan N hanya pada satu lokasi yaitu N.rc.. Kesesuaian lahan potensial S2 terdiri dari Kecamatan Marancar, Kecamatan Batang Angkola dan Kecamatan Angkola Selatan, sedangkan golongan S3 meliputi Kecamatan Angkola Barat, Angkola Timur, Angkola Selatan dan Batangtoru. Kata kunci : Kesesuaian lahan, Salak, Kabupaten Tapanuli Selatan

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Republik Indonesia tahun 2009, produksi salak di Indonesia mencapai 829.014 ton. Sebanyak 259.103 ton merupakan salak yang dihasilkan dari daerah Sumatera Utara. Jika angka ini dihitung dalam bentuk persen maka daerah Sumatera utara mampu menghasilkan buah salak sebanyak 31,25 % dari 829.014 ton jumlah buah salak.

  2 Luas Kabupaten Tapanuli Selatan 4.352.86 km terdiri dari tiga kecamatan sebagai sentra

  2

  tanaman salak. Kecamatan Angkola Barat 194.60 km terdiri atas 80 desa dengan ketinggian dari 0

  2

  m dpl sampai 1925 m dpl (puncak Gunung Lubuk Raya), Kecamatan Angkola Timur 192.60 km terdiri atas 30 desa dengan ketinggian 0 m dpl sampai 1800 m dpl dan Kecamatan Angkola Selatan

  2

  123.45km terdiri atas 34 desa dengan ketinggian 0 m dpl sampai 1300 m dpl. Tapanuli Selatan merupakan lintasan pegunungan Bukit Barisan yang sebagian wilayahnya berada di pantai Barat Pulau Sumatera. Areal produksi salak di Tapanuli Selatan terdapat di Kecamatan Angkola Barat, Angkola Timur dan Angkola Selatan. Luas pertanaman salak 13. 928 Ha dengan produksi 236. 793 ton/ tahun. Areal pengembangan salak masih tersedia 15. 000 Ha. Dengan demikian jika dihitung dengan persen maka produksi salak Tapanuli Selatan 91, 39 persen dari produksi salak Sumatera utara.

  Sebagian besar petani salak yang terdapat di Kabupaten Tapanuli Selatan masih menerapkan sistem budidaya tradisional. Mereka menanam tanaman semusim (seasonal crop) di sela tanaman keras (tree). Pertanian dengan sistim ini mengandalkan sumber daya alam yang ada. Petani biasanya tidak melakukan perawatan yang intensif dan pemupukan.

  Dari hasil wawancara dengan petani salak di Sidimpuan dan Tapanuli Selatan didapatkan bahwa volume produksi dan perdagangan buah salak selama ini mengalami penurunan. Beberapa faktor yang terkait dengan masalah ini adalah fluktuasi demand pasar luar daerah dan domestik ; kendala-kendala kualitas dan kuantitas (terutama tentang jenis/varietas yang paling disukai konsumen); keadaan teknik penanganan budidaya tanaman dan pasca panen buah, serta kendala- kendala kontiniutas.

  Sesuai dengan data BPS Padangsidimpuan tahun 2010 didapatkan bahwa produksi salak Sidimpuan Kota tahun 2006 sebanyak 6500 ton, tahun 2007 menjadi 7250 ton dan pada tahun 2008 turun menjadi 7000 ton. Dengan demikian penurunan pada tahun ini sebesar 3,45 %.

  Upaya mempertahankan maskot Sidimpuan akan salak dan sampai saat ini belum ada kegiatan evaluasi kesesuaian lahan maka perlu dilakukan kegiatan evaluasi kesesuaian lahan salak ditujukan untuk menilai sifat tanah dan menentukan kendala utama serta alternatif pemecahannya dalam upaya meningkatkan produktifitas tanah.

  Kegiatan evaluasi kesesuaian lahan salak sangat dibutuhkan pada lahan sentra tanaman salak maupun lahan lain di luar sentra salak yang mungkin bisa dikembangkan untuk budidaya tanaman salak.

  Kriteria penelitian kesesuaian lahan untuk tanaman mengikuti Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian (Balai Penelitian Tanah, 2003). Sistim evaluasi lahan ini mengacu pada hukum minimum yaitu dengan mencocokkan (matching) antara kualitas lahan dan persyaratan penggunaan salak.

  B. Tujuan Penelitian

  Penelitian Evaluasi Kesesuaian lahan salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan mempunyai tujuan yaitu mengevaluasi lahan tanaman salak Sidimpuan sesuai kemampuan dan daya dukung lahan.

  C. Manfaat Penelitian 1.

  Merupakan langkah strategi bagi pengembangan budidaya salak untuk mendapatkan peningkatan produktifitas.

2. Tersedianya informasi yang cukup bagi berbagai fihak yang berkepentingan.

D. Hipotesis

  Adapun hipotesis dari Evaluasi kesesuaian lahan salak Sidimpuan adalah “ Tanaman salak yang ditanam di Sidimpuan memiliki kelas kesesuaian lahan yang tergolong Sangat Sesuai (S1) ”.

II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

  A. Waktu dan Tempat Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di enam tempat di Daerah Tapanuli Selatan yaitu : Kecamatan Angkola Barat, Angkola Timur, Angkola Selatan, Kecamatan Marancar, Kecamatan Batangtoru, Kecamatan Batang Angkola. Lokasi penelitian pada beberapa Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan dapat dilihat pada Gambar 2. Analisis sifat fisika dan kimia tanah dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara di Medan. Penelitian dilakukan mulai Juni sampai Agustus 2012.

  B. Bahan dan Alat

  Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompas, Global Positioning

  

System (GPS), altimeter, kamera, timbangan, peta Tapanuli Selatan, Peta Administrasi. Bahan yang

  diperlukan meliputi sampel tanah setiap perwakilan Kecamatan, kebun salak dan bahan dan alat untuk analisa tanah di laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

  C. Tahapan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan seperti disajikan pada Gambar 1. Data dari lapangan Masukan data Pengolahan data Type penggunaan Karakteristik lahan Persyaratan lahan penggunaan Lahan

  

Evaluasi lahan

Gambar 1. Rangkaian Kegiatan Evaluasi Lahan dengan Enam Lokasi Penelitian

  Marancar Batang toru Angk Timur Angk Barat

  Angk. Selatan Bat. Angkola

Gambar 2. Lokasi Penelitian Pada Beberapa Kecamatan Yang ada di

Tapanuli Selatan

D. Metode Penelitian

  1. Metode Pengumpulan Data

  Satuan contoh ditentukan dengan metode purposive sampling yaitu berdasarkan pada keperluan serta tujuan pembuatan peta dan analisis kesesuaian lahan yang nantinya memungkinkan untuk digunakan di enam Kecamatan. Untuk mendapatkan unsur keterwakilan data di tiap enam kecamatan maka sample ditempatkan pada masing-masing enam kecamatan di Tapanuli selatan.

  Pelaksanaan kegiatan lapang ini pertama-tama dengan membagi setiap lokasi penelitian menjadi beberapa bagian satuan petak kebun. Dari enam Kecamatan diperoleh sebanyak tiga puluh titik lokasi pengambilan sampel tanah.

  Contoh tanah diambil dari tiga puluh titik pengeboran sekaligus diadakan pengamatan morfologi lahan yang meliputi lereng, permukaan batuan dan batuan singkapan, ketersediaan oksigen dan media perakaran.

  Data produksi tanaman salak diambil pada setiap Satuan Petak Tanah pada masing-masing Kecamatan. Data produksi dihitung dengan meenimbang berat buah salak setiap musim panen dengan lima sampel pohon salak setiap lokasi.

  Analisa laboratorium meliputi analisa kimia dan analisa fisika tanah seperti tekstur tanah, KTK, Ca (dd), Mg (dd), Na (dd), K (dd), C-organik dan tekstur tanah. Bahaya erosi dapat dihitung berdasarkan Metoda Bouyoucos (Zachar, 1982) yaitu jumlah fraksi pasir ditambah fraksi debu dibagi fraksi liat, sebagai berikut:

  E = ( Pasir + Debu ) / liat Tingkat bahaya erosi tersebut disajikan dalam Tabel 1.

  Tabel 1. Tingkat Bahaya Erosi

  Tingkat bahaya erosi Jumlah tanah permukaan yang hilang (cm/tahun) Sangat ringan (sr) < 0,15

  Ringan (r) 0,15 - 0,9 Sedang (s) 0,9 - 1,8

  Berat (b) 1,8 - 4,8 Sangat berat ( sb) >4,8

  Sumber : BPT Bogor, 2003

  2. Tahab Analisa Data

  Data yang diperoleh selanjutnya diinterpretasikan ke dalam kriteria tingkat kesuburan tanah menurut puslittan (1995), dan diinterpretasikan ke dalam kelas kesesuaian lahan untuk tanaman salak menurut sys et al (1993) dan puslittan (1995). Selanjutnya mengkaji kelas kesesuaian lahan untuk tanaman salak yang dikaitkan dengan cara pengelolaan tanah.

  Setelah data karakteristik lahan tersedia, maka proses selanjutnya adalah evaluasi lahan yang ditentukan dengan cara matching (mencocokkan) antara karakteristik lahan pada setiap lokasi dengan persyaratan tumbuh tanaman salak. Hasil penilaian berupa klas dan sub klas kesesuaian lahan dari tanaman yang dinilai ditentukan oleh faktor pembatas terberat, faktor pembatas tersebut dapat terdiri dari satu atau lebih tergantung dari karakteristik lahannya (Sofyan dkk, 2007).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kualitas dan Karakteristik Lahan

  1. Iklim

  Data iklim selama 10 tahun (2001-2010) diperoleh dari BPP Kecamatan Angkola Barat, BPP Huta Holbung Batang Angkola dan PTPN-3 Kebun Batang Toru, meliputi data curah hujan dan bulanan dan hari hujan bulanan setiap tahunnya. Data ini dianggap dapat mewakili data iklim untuk semua lokasi pada enam (6) Kecamatan yaitu Kecamatan Angkola Barat, Angkola Timur, Batang Toru, Marancar, Angkola Selatan dan Batang Angkola. Data curah hujan dan jumlah hari hujan bulanan selama 10 tahun mulai dari 2001

  • – 2010.

  2. Karakteristik Lahan

  Dari hasil pengamatan di lapangan, analisis tanah yang dilakukan pada kedalaman 0 cm

  • – 20 cm diperoleh data karakteristik lahan sebanyak 30 (tiga puluh) lokasi untuk berbagai kemiringan untuk masing-masing desa. Dari tiga puluh titik lokasi tersebut ada yang merupakan daerah sentra salak dan yang bukan sentra salak.

  Dari hasil evaluasi lahan baik yang sentra maupun yang bukan sentra salak telah didapatkan lahan yang tergolong kesesuaian lahan potensial S2 dan S3 untuk tanaman salak berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan laboratorium, dengan kemiringan lahan yang bervariasi dari 0- 100 %. Jenis tanah bervariasi, seperti Kecamatan Marancar adalah Humitropepts, Angkoa Barat umumnya adalah Tropudults.

  10 Gambar 3. Lokasi Penelitian Dengan Tiga Puluh Titik Sampel Pengamatan N

  Lokasi Penelitian

B. Evalusi Kesesuaian Lahan Salak Pada Tiga Puluh Lokasi

  17. Desa Situmbaga Angkola Selatan N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.eh

  Dari Tabel 2 dapat diketahui pada Lokasi T-1 (Desa Pintu Langit), T-2 (Desa Huraba), T-4 (Desa Sibio-bio), T-5 (Desa Lubuk Raya), T-7 (Desa Lobu), T-8 (Desa Sitaratoit Sanggarudang), T-9 (Kobun Bungus), T-12 (Desa Tobotan Sanggarudang), T- 13 (Desa Tobotan), T-14 (Desa Lobu Layan), T-15 (Desa Lobu Layan Lombang), T-16 (Desa Sitinjak) dan T-25 (Desa Pasar Sempurna) bahwa kesesuaian lahan aktual tanaman salaknya adalah N.eh yaitu tidak sesuai dengan faktor pembatas bahaya erosi

  Padang Lancat Kobun pincur Batang Toru N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.eh

  29. Desa Padang Lancat Batang Toru N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.eh 30.

  

28. Kelurahan Pintu Padang Batang Angkola S3.eh Pemupukan dan Perumpukan S2.rc.eh

  

27. Kelurahan Bintuju Batang Angkola S3.eh Pemupukan dan Perumpukan S2.tc.eh

  26. Desa Mombang Boru Marancar N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.eh

  

25. Desa pasar sempurna Marancar N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh

  24. Desa Marancar Marancar S3.nr.eh Pemupukan dan Perumpukan S2.tc.wa. nr.eh

  DesaSiamporik Lombang Angkola Selatan S3.nr Pemupukan dan Perumpukan S2.wa.nr

  

22. Desa Siamporik Dolok Angkola Selatan S3.eh Pemupukan dan Perumpukan S2.wa.eh

23.

  21. Desa Siamporik Angkola Selatan S3.rc.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc

  20. Desa Sibongbong Angkola selatan N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.eh

  

19. Desa Sinyior Angkola selatan S3.nr.eh Pemupukan dan Perumpukan S2.wa.nr.eh

  

18. Desa Situmbaga Tonga Angkola selatan S3.eh Pemupukan dan Perumpukan S2.wa.eh

  Hasil evaluasi kesesuaian lahan dari tiga puluh lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel di bawah

  Tabel 2. Hasil Evaluasi Kesesuaian Lahan Pada Tiga Puluh (Lokasi) No Lokasi Penelitian Kecamatan Kesesuaian Lahan Aktual Usaha Perbaikan Kesesuaian Lahan Potensial

  

7. Desa Lobu Angkola Barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh

  1. Desa Pintu Langit Angkola timur N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh

  

2. Desa Huraba Angkola Timur N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh

  

3. Desa Huta Ginjang Angkola Timur S3.eh Pemupukan dan Perumpukan S2.wa.eh

  

4. Desa Sibio-bio Angkola Timur N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh

  

5. Desa Lubuk Raya Angkola Timur N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh

6.

  Dusun Simpang Maropat Angkola Timur N.rc.eh Pemupukan dan Perumpukan N.rc

  

8. Sitaratoit Sanggarudang Angkola Barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh

  

15. Lobu Layan Lombang Angkola Barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh

  

9. Kobun Bungus Angkol Barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh

  10. Desa Huta Koje Angkola Barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.eh

  11. Desa Huta Lambung Angkola Barat S3.rc.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc

  

12. Tobotan sanggarudang Angkola barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh

  

13. Desa Tobotan Angkola Barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh

  

14. Desa Lobu Layan Angkola Barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh

  

16. Desa Sitinjak Angkola barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh sangat berat. Faktor pembatas bahaya erosi ini dapat dikurangi dengan melakukan usaha perbaikan melalui perumpukan pelepah salak sejajar kontur, tutupan rumput permanen dan jalan panen sejajar kontur sehingga dapat menurunkan bahaya erosi. Dengan demikian kelas kesesuaian potensial menjadi S3.rc.eh yaitu sesuai marginal dengan faktor pembatas adalah media perakaran (tekstur kasar) dan bahaya erosi berat.

  Pada lokasi penelitian T-10 (Desa Huta Koje), T-17 (Desa Situmbaga), T-20 (Desa Sibongbong), T-26 (Desa Mombang Boru), T-29 (Desa Padang Lancat) dan T-30 (Padang Lancat Kobun Pincur) dapat dilihat pada Tabel 2. bahwa kesesuaian lahan aktual tanaman salak adalah N.eh yaitu tidak sesuai dengan faktor pembatas bahaya erosi sangat berat dan kelerengan curam dengan demikian usaha perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan perumpukan pelepah salak sejajar kontur, tutupan rumput permanen, jalan panen sejajar kontur dan diharapkan kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah menjadi S3.eh yaitu sesuai marginal dengan faktor pembatas bahaya erosi berat.

  Dari Tabel 2 juga dapat diketahui bahwa Lokasi T-3 (Desa Huta Ginjang), T-18 (Desa Situmbaga Tonga) dan T-22 (Desa Siamporik Dolok) tergolong pada kesesuaian lahan aktual S3.eh yaitu sesuai marginal dengan faktor pembatas bahaya erosi berat.

  Dalam hal ini bahaya erosi berat dapat dikurangi melalui perumpukan pelepah salak, tutupan rumput permanen, jalan panen sejajar kontur dan pemberian bahan organik pada lereng sehingga kelas kesuaian lahan potensialnya adalah S2.wa.eh yaitu cukup sesuai dengan faktor pembatas ketersesdiaan air ( curah hujan yang cukup tinggi ) dan bahaya erosi ringan.

  Dari Tabel 2 juga dapat diketahui bahwa Lokasi T-3 (Desa Huta Ginjang), T-18 (Desa Situmbaga Tonga) dan T-22 (Desa Siamporik Dolok) tergolong pada kesesuaian lahan aktual S3.eh yaitu sesuai marginal dengan faktor pembatas bahaya erosi berat.

  Dalam hal ini bahaya erosi berat dapat dikurangi melalui perumpukan pelepah salak, tutupan rumput permanen, jalan panen sejajar kontur dan pemberian bahan organik pada lereng sehingga kelas kesuaian lahan potensialnya adalah S2.wa.eh yaitu cukup sesuai dengan faktor pembatas ketersesdiaan air ( curah hujan yang cukup tinggi ) dan bahaya erosi ringan. Adapun curah hujan yang cukup tinggi tidak dapat dikurangi melalui usaha perbaikan karena curah hujan ini tidak dapat dikendalikan oleh manusia.

  Pada Lokasi T-11 (Desa Huta Lambung) dan T-21 (Desa Siamporik) dapat dilihat pada Tabel 2. bahwa kesesuaian lahan aktual tergolong S3.rc.eh yaitu sesuai marginal dengan faktor pembatas media perakaran (tekstur agak kasar) dan bahaya erosi berat. Bahaya erosi berat seperti hal di atas dapat dikurangi melalui usaha perbaikan yaitu perumpukan pelepah salak pada daerah lereng sehingga dapat menahan laju run off sehingga pencucian hara dapat dikurangi. Bilamana hal ini dilakukan maka kesesuaian lahan potensial akan naik satu tingkat menjadi S3.rc. Kesesuaian lahan potensial tanaman salak pada lokasi ini adalah S3rc yaitu sesuai marginal dengan faktor pembatas media perakaran. Dalam hal ini tekstur tanah tidak dapat diatasi dengan usaha perbaikan, karena tekstur tidak dapat diperbaiki melalui usaha perbaikan.

  Dari Tabel 2. dapat dilihat pada Lokasi T-6 (Dusun Simpang Maropat) bahwa kesesuaian lahan aktual tanaman salaknya adalah tergolong N.rc.eh yaitu tidak sesuai dengan faktor pembatas media perakaran (agak kasar) dan bahaya erosi sangat berat. Faktor pembatas bahaya erosi dapat dikurangi dengan usaha perbaikan melalui perumpukan pelepah salak pada lereng. Dengan demikian kesesuaian lahan potensial adalah N.rc yaitu tidak sesuai dengan faktor pembatas media perakaran (tekstur kasar). Dalam hal ini faktor pembatas media perakaran (tekstur kasar) tidak dapat dikurangi karena tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Kebun salak pada lokasi ini tidak disarankan untuk dikembangkan melihat karakteristik tanah yang tidak mendukung untuk berproduksi dengan baik.

  Lokasi T-19 (Desa Sinyior) dapat dilihat pada Tabel 2. bahwa kesesuaian lahan aktual tanaman salaknya tergolong S3.nr.eh yaitu sesuai marginal dengan faktor pembatas retensi hara (KB rendah) dan bahaya erosi sangat berat. Adapun faktor pembatas retensi hara dengan KB yang rendah dapat dikurangi dengan usaha perbaikan melalui pemupukan, sedangkan faktor pembatas bahaya erosi (berat) juga dapat kurangi dengan usaha perbaikan melalui perumpukan pelepah salak pada lereng sejajar kontur. Dengan demikian kesesuaian lahan potensial menjadi S2.wa.nr.eh yaitu cukup sesuai dengan faktor pembatas ketersediaan air berlebih dengan curah hujan yang relatif tinggi, KB rendah dan bahaya erosi rendah. Faktor pembatas curah hujan yang berlebih ini tidak dapat diubah oleh manusia.

  Dari Tabel 2 dapat dilihat pada Lokasi T-23 (Desa Siamporik Lombang) bahwa kesesuian lahan aktual tanaman salaknya adalah S3.nr yaitu sesuai marginal dengan faktor pembatas retensi hara dengan Kejenuhan Basa rendah. Kejenuhan Basa yang rendah dapat dinaikkan dengan usaha perbaikan melalui pemupukan sehingga faktor pembatas retensi hara dapat diatasi. Apabila hal ini dilakukan maka kesesuaian lahan potensial adalah S2.wa.nr yaitu cukup sesuai dengan faktor pembatas kelebihan air (curah hujan yang cukup tinggi) dan kejenuhan basa rendah.

  Pada Lokasi T-24 (Desa Marancar) dapat dilihat bahwa kesesuaian lahan aktual tanaman salaknya adalah S3.nr.eh yaitu sesuai marginal dengan faktor pembatas retensi hara dengan Kejenuhan Basa rendah dan bahaya erosi (berat). Pada dasarnya faktor pembatas ini dapat diatasi melalui usaha perbaikan melalui pemupukan dan perumpukan pelepah salak pada lereng dengan demikian Kejenuhan Basa dapat dinaikkan dan bahaya erosi dapat diperkecil. Apabila hal ini dilakukan maka kesesuaian lahan potensial adalah S2.tc.wa.nr.eh yaitu cukup sesuai dengan faktor pembatas ringan yaitu temperatur yang agak tinggi, curah hujan yang relatif tinggi, kejenuhan basa rendah dan bahaya erosi rendah.

  Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa Lokasi T-27 (Kelurahan Bintuju) kesesuaian lahan aktual adalah S3.eh yaitu sesuai marginal dengan faktor pembatas bahaya erosi (berat). Dalam hal ini bahaya erosi dapat diatasi dengan usaha perbaikan melalui perumpukan pelepah salak. Apabila hal ini dilakukan maka kesesuaian lahan potensial adalah S2.tc.eh yaitu cukup sesuai dengan faktor pembatas temperatur udara yang lebih tinggi dan bahaya erosi rendah. Temperatur udara ini merupakan faktor iklim yang sulit diatasi diatasi karena tidak dapat diubah /dikendalikan oleh manusia secara massal Pada Lokasi T-26 Desa Mombang Boru Kecamatan Marancar didapatkan hasil evaluasi kesesuaian lahan salak aktual tergolong S3.eh dengan karakteristik lahan yang mempunyai kemiringan 100 %, apabila dilakukan usaha perbaikan maka kesesuaian lahan potensial adalah S2.wa. Dari hasil survey di lapangan bahaya erosi masih dapat dihindari dengan spesifik tanaman salak Sidimpuan yang memiliki batang yang rebah dan dengan adanya perumpukan pelepah salak.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 1.

   Evaluasi kesesuaian lahan salak Sidimpuan pada tiga puluh lokasi di beberapa

  kecamatan di Tapanuli selatan menghasilkan kesesuaian lahan aktual tergolong Sesuai marginal (S3) ada sepuluh lokasi, untuk golongan tidak sesuai (N) ada dua puluh lokasi, sedangkan kesesuaian lahan potensial untuk golongan cukup sesuai (S2) ada delapan lokasi, untuk golongan Sesuai marginal (S3) ada dua puluh satu lokasi dan golongan tidak sesuai (N) terdapat pada satu lokasi.

2. Kelas Kesesuaian lahan potensial untuk tanaman salak tergolong S2 terdiri dari

  Kecamatan Batang Angkola ( dua loksi), Angkola Selatan (empat lokasi), Marancar ( satu lokasi) dan Angkola Timur (satu lokasi). Untuk golongan S3 meliputi dua puluh satu lokasi terdiri dari Kecamatan Angkola timur, Angkola Barat, Angkola Selatan dan Batangtoru. Untuk kelas N hanya pada satu lokasi terletak di Kecamatan Angkola Timur.

B. Saran

  Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan karena persyaratan tumbuh tanaman salak Sidimpuan berbeda dengan tanaman salak pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

  BPS,2009. Kabupaten Tapanuli Selatan dalam Angka. Tapanuli Selatan kab.bps.go.id/content/sosial. Diakses tanggal 6 Desember 2011. BPS, 2010. Padangsidimpuan Kota. Badan Pusat Statistik Kota Padangsidimpuan. BPT., Deptan. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditi Pertanian. Pus litbang Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang pertanian. Departemen pertanian Hardjowigeno, S., 1995. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta. Pemkab Tapsel, 2009. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan. w.w.w.sumutprov.go.id/ongkam.php.me=potensi_tapsel. Diakses 6 Desember 2011. Sofyan, Ritung., Wahyunto., Fahmuddin Agus dan Hafid Hidayat. 2007. Evaluasi

  Kesesuaian Lahan Dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Center.

  Zachar, D. 1982. Soil Erosion. Developmentsin Soil Science 10. New York. Hal 166.