KATA PENGANTAR - Modul Kimia Kelas XII SMK

KURIKULUM KTSP

KIMIA
TEKNOLOGI DAN INDUSTRI

SYAHRIAL, S.T
Untuk
XII
SMK

KATA PENGANTAR

Syukur kehadirat Allah SWT atas segala kekuatan piker dan dzikir
sehingga penyusun dapat menyelesaikan buku Kimia SMK kelas XII bidang
keahlian Teknologi dan Industri dengan segala kemudahan-Nya.
Buku Kimia SMK kelas XII ini disusun berdasarkan kurikulum KTSP yang
berfungsi membentuk peserta didik supaya memiliki dasar pengetahuan
kimia yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
yang terjadi di lingkungan social dan lingkungan kerja, serta mampu
mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

Buku Kimia SMK kelas XII ini berisi materi-materi senyawa hidrokarbon,
polimer, laju reaksi, koloid, kimia inti dan pemisahan campuran.
Penyusunan Buku Kimia SMK kelas XII ini didasarkan pada kenyataan
bahwa masih kurangnya sumber belajar pada mata pelajaran kimia bagi
siswa kelas XII SMK. Untuk itu penyusun selaku tenaga pengajar di SMK
merasa perlu untuk segera memenuhi kebutuhan siswa tersebut demi
kelancaran proses belajar mengajar di sekolah.
Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan dan penerbitan
buku ini. Secara khusus penyusun ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Sandri Maulani, S.H (istri) atas segala dukungannya dalam
memotivasi penyusun sampai selesainya buku ini.
Akhirnya tegur sapa, kritik dan saran dari kalangan akademisi dan
pemakai buku ini sangat penyusun harapkan demi kemajuan bidang
pendidikan.
Manggar, Pebruari 2010
Syahrial, S.T

DESKRIPSI PEMBELAJARAN
STANDAR

KOMPETENS
I
12. Memahami
senyawa
hidrokarbon dan
kegunaannya

13. Menjelaskan
sistem
klasifkasi
dan
kegunaan

KOMPETENSI
DASAR
12.1

Mendeskripsikan
kekhasan atom
karbon yang

membentuk
senyawa
hidrokarbon

12.3

Menggolongkan
senyawa
hidrokarbon dan
turunannya

12.5

Mendeskripsikan
kegunaan
senyawa
hidrokarbon dan
turunannya dalam
kehidupan
manusia


13.1 Menjelaskan
karbohidrat,
klasifkasi dan
penggunaanny
a

MATERI
PEMBELAJARAN
- Kekhasan atom karbon dan
senyawa hidrokarbon.
- Pengelompokan senyawa
hidrokarbon
- Tata nama senyawa
hidrokarbon
- Sifat fsika senyawa
hidrokarbon
- Isomer senyawa hidrokarbon
- Reaksi kimia pada senyawa
hidrokarbon

- Senyawa hidrokarbon dan
turunannya
- Alkana dan turunannya:
- Gugus fungsi, jenis-jenis, dan
isomer senyawa turunan
alkana
- Haloalkana
- Alkohol dan eter
- Aldehida dan keton
- Asam karboksilat dan ester
- Benzena dan turunannya:
- Struktur dan sifat benzene
- Struktur dan tata nama
turunan benzene
- Pembuatan serta reaksi kimia
benzena dan turunannya
- Kegunaan serta dampak
benzena dan turunannya
- Gas alam
- Alkohol

- Parfumery
- Plastik
- Minyak bumi dan
kegunaannya:
 Pembentukan dan
pengelolaan minyak bumi
 Produk hasil pengolahan
minyak bumi dan dampak
yang ditimbulkannya
 Nafta (residu)
 Petrolium (bensin)
 Karosen (minyak tanah
dan avtur)

- Karbohidrat dan
klasifkasinya
- Aplikasi karbohidrat

STANDAR
KOMPETENS

I
12. Memahami
senyawa
hidrokarbon dan
kegunaannya

makromoleku
l
(karbohidrat,
lipid, protein
dan polimer)

14. Memahami
koloid,
suspensi, dan
larutan sejati

15. Memahami
konsep kimia
inti dan

radiokimia

KOMPETENSI
DASAR
12.1

Mendeskripsikan
kekhasan atom
karbon yang
membentuk
senyawa
hidrokarbon

13.2 Menjelaskan
lipid, klasifkasi
dan
penggunaanny
a
13.3 Menjelaskan
protein,

klasifkasi dan
penggunaanny
a
13.4 Menjelaskan
polimer,
klasifkasi dan
penggunaanny
a
14.1 Mengidentifka
si koloid,
suspensi, dan
larutan sejati
14.2 Membedakan
macam dan
sifat koloid
14.4 Menerapkan
sistem koloid
dalam
kehidupan
15.1 Memahami

kimia inti dan
radiasi

MATERI
PEMBELAJARAN
- Kekhasan atom karbon dan
senyawa hidrokarbon.
- Pengelompokan senyawa
hidrokarbon
- Tata nama senyawa
hidrokarbon
- Sifat fsika senyawa
hidrokarbon
- Isomer senyawa hidrokarbon
- Reaksi kimia pada senyawa
hidrokarbon

- Lipid dan klasifkasinya
- Aplikasi lipid


- Protein dan
klasifkasinya
- Aplikasi protein
- Polimer dan
klasifkasinya
- Aplikasi polimer
- Polimer sintesis
- Koloid, suspensi dan
larutan
- Macam dan sifat-sifat
koloid
- Pembuatan dan
pemurnian koloid
- Penggunaan Koloid
- Penemuan sinar
radioaktif
- Sifat-sifat dan sinar
radioaktif
- Peluruhan radioaktif
alami
- Reaksi transmutasi
buatan
- Bahaya unsur-unsur
radioaktif
- Reaksi fsi dan fusi

STANDAR
KOMPETENS
I
12. Memahami
senyawa
hidrokarbon dan
kegunaannya

16. Melakukan
pemisahan
dan analisis

KOMPETENSI
DASAR
12.1

Mendeskripsikan
kekhasan atom
karbon yang
membentuk
senyawa
hidrokarbon

15.2 Memahami
radiokimia dan
aplikasinya
16.1 Memisahkan
zat dari
campuran

16.2 Menentukan
kadar suatu
unsur/
senyawasenyawa

DAFTAR ISI

MATERI
PEMBELAJARAN
- Kekhasan atom karbon dan
senyawa hidrokarbon.
- Pengelompokan senyawa
hidrokarbon
- Tata nama senyawa
hidrokarbon
- Sifat fsika senyawa
hidrokarbon
- Isomer senyawa hidrokarbon
- Reaksi kimia pada senyawa
hidrokarbon

- Konsep dasar radiokimia
- Aplikasi radiokimia
- Pemisahan campuran:
 Maserasi
 Ekstraksi
 Destilasi
 Filtrasi
- Penentuan kadar suatu
unsur/senyawa
- Teknik-teknik
pengukuran kadar :
gravimetri, vilumetri,
dan teknik lainnya

Kata
Pengantar .....................................................................................
....................................
Deskripsi
Pembelajaran ...............................................................................
.............................
Daftar
Isi .................................................................................................
...................................
Kekhasan atom karbon
…………………………………………………………………………….
BAB XII

Penggolongan senyawa hidrokarbon
………………………………………………………..
Kegunaan senyawa hidrokarbon
………………………………………………………………..

BAB XIII

BAB XIV

BAB XV

BAB XVI

Karbohidrat, klasifkasi dan
penggunaannya .................................................
Lipid, klasifkasi dan
penggunaannya ............................................................
Protein, klasifkasi dan
penggunaannya ........................................................
Polimer, klasifkasi dan
penggunaannya ........................................................
Koloid, suspensi, dan larutan
sejati ...............................................................
Macam dan sifat
koloid .................................................................................
Sistem koloid dalam
kehidupan .....................................................................

Kimia inti dan
radiasi ................................................................................
.....
Radiokimia dan aplikasinya
………………………………………………………………………

Pemisahan zat dari
campuran .......................................................................
Penentuan kadar suatu unsur/ senyawa-senyawa
……………………………………

Daftar Pustaka
………………………………………………………………………………………………
………………………

i
ii
iv
1

3
23

29
31
32
35

43
44
50

51
57

60
62
72

BAB XII
KEKHASAN ATOM KARBON

Atom karbon (C) dengan nomor atom 6 mempunyai susunan elektron K = 2, L = 4. C
mempunyai 4 elektron valensi dan dapat mernbentuk empat ikatan kovalen serta dapat
digambarkan dengan rumus Lewis. Sebagai contoh, dapat dilihat molekul CH 4 (metana)
yang memiliki diagram yang cukup sederhana dibawah ini.

Selain itu kemampuan diatas, atom karbon juga dapat membentuk ikatan dengan atom
karbon lain untuk membentuk rantai karbon yang terbuka, terbuka bercabang dan
tertutup. Contoh rantai karbon dapat digambarkan dengan rumus struktur berikut :

Dapatlah sekarang dimengerti bahwa jumlah senyawa karbon demikian banyaknya
walaupun jumlah jenis unsur pembentuknya sedikit.
Kini kita dapat mulai membuat klasifkasi hidrokarbon, yang merupakan senyawa yang
hanya tersusun oleh karbon dan hidrogen. Senyawa-senyawa karbon lainnya dapat
dipandang sebagai turunan dari hidrokarbon ini. Hidrokarbon dapat dibagi menjadi dua
kelompok utama : hidrokarbon alifatik dan hidrokarbon aromatik. Termasuk di kelompok
pertama adalah senyawa yang berantai lurus, berantai cabang dan rantai melingkar.
Kelompok kedua, hidrokarbon aromatik, biasanya mengandung cincin atom karbon yang
sangat stabil. Berdasarkan kelipatan ikatan karbon-karbonnya, hidrokarbon alifatik masih
dapat dibedakan lagi menjadi dua sub-kelompok, yakni hidrokarbon jenuh yang
mengandung ikatan tunggal karbon-karbon, serta hidrokarbon tak jenuh yang
mengandung paling sedikit satu ikatan rangkap dua, atau ikatan rangkap tiga.
Karena senyawa hidro karbon terdiri atas karbon dan hidrogen, maka salah satu bagian
dari ilmu kimia yang membahas segala sesuatu tentang senyawa hidrokarbon disebut
kimia karbon. Dulu ilmu kimia karbon disebut kimia organik, karena senyawasenyawanya dianggap hanya dapat diperoleh dari tubuh makhluk hidup dan tidak dapat
disintesis dalam pabrik.
Pada tahun 1928, Friedrich Wohler berhasil mensintesis urea (suatu senyawa yang
terdapat dalam air seni) dari senyawa anorganik yaitu amonium sianat – dengan jalan
memanaskannya.

Reaksi pemanasan amonium sianat oleh Wohler
Setelah keberhasilan Wohler diketahui, banyaklah sarjana lain yang mencoba membuat
senyawa karbon dari senyawa anorganik. Lambat laun teori tentang arti hidup hilang dan
orang hanya menggunakan kimia organik sebagai nama saja tanpa disesuaikan dengan
arti yang sesungguhnya. Sejak saat itu banyak senyawa karbon berhasil disintesis dan
hingga sekarang lebih dari 2 juta senyawa karbon dikenal orang dan terus bertambah
setiap harinya. Apa sebabnya jumlah senyawa karbon sedemikian banyak bila
dibandingkan dengan jumlah senyawa anorganik yang hanya sekitar seratus ribuan?
Selain perbedaan jumlah yang sangat mencolok yang menyebabkan kimia karbon
dibicarakan secara tersendiri, karena memang terdapat perbedaan yang sangat besar
antara senyawa karbon dan senyawa anorganik seperti yang dituliskan pada tabel
berikut.
Hidrokarbon adalah sejenis senyawa yang banyak terdapat dialam sebagai minyak bumi.
Indonesia banyak menghasilkan senyawa ini dalam bentuk minyak bumi yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Senyawa hidrokarbon terdiri dari :
1. Alkana (CnH2n+2)
2. Alkena (CnH2n)
3. Alkuna (CnH2n-2)

PENGGOLONGAN SENYAWA
HIDROKARBON
Kita mulai dengan klasifkasi hidrokarbon yang merupakan senyawa yang hanya tersusun
oleh karbon dan hidrogen. Sedangkan senyawa karbon lainnya dapat dipandang sebagai
turunan dari hidrokarbon. Hidrokarbon masih dapat dibagi menjadi dua kelompok utama:
hidrokarbon alifatik, termasuk di dalamnya adalah yang berantai lurus, yang berantai
cabang, dan rantai melingkar, dan kelompok kedua, hidrokarbon aromatik yang
mengandung cincin atom karbon yang sangat stabil.
Hidrokarbon alifatik masih dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan kelipatan
ikatan karbon-karbon; hidrokarbon jenuh yang mengandung ikatan tunggal karbonkarbon; dan hidrokarbon tak jenuh yang mengandung paling sedikit satu ikatan rangkap
dua karbon-karbon atau ikatan rangkap tiga.
ALKANA
Perbedaan rumus struktur alkana dengan jumlah C yang sama akan menyebabkan
berbedaan sifat alkana yang bersangkutan. Banyaknya kemungkinan struktur senyawa
karbon, menyebabkan perlunya pemberian nama yang dapat menunjukkan jumlah atom
C dan rumus strukturnya. Aturan pemberian nama hidrokarbon telah dikeluarkan oleh
IUPAC agar dapat digunakan secara internasional.
Aturan tata nama alkana
1. Rantai tidak bercabang (lurus) Jika rantai karbon terdiri dari 4 atom karbon atau lebih,
maka nama alkana diberi alawal n- (normal)
CH3 CH2 CH2 CH2 CH3 = n-pentana
2. Jika rantai karbon bercabang, maka:
a. Tentukan rantai induk, yaitu rantai karbon terpanjang dari ujung satu ke ujung yang
lain. Rantai induk diberi nama alkana.

rantai induk terdiri dari 6 atom C, sehingga diberi nama heksana
b. Penomoran.
Berilan nomor pada rantai induk dari ujung terdekat cabang.

Jika nomor dari bawah, maka cabang ada di nomor 3. tetapi jika dari kanan, maka
cabang ada di nomor 4. Sehingga dipilih penomoran dari ujung bawah.
c.
Tentukan cabang, yaitu atom C yang yang terikat pada rantai induk. Cabang
merupakan gugus alkil dan beri nama alkil sesuai struktur alkilnya. Perhatikan beberapa
gugus alkil berikut:
d. Tabel 3. Nama Alkil

e.
Urutan penulisan nama. Urutan penulisan nama untuk alkana bercabang: Nomor
cabang-nama cabang nama rantai induk:
Nama untuk struktur di atas adalah: 3-metilheksana
-jika terdapat lebih dari satu alkil sejenis, maka tulis nonor-nonor cabang dari alkil sejenis
dan beri awalan alkil dengan di, tri, tetra, penta dan seterusnya sesuai dengan jumlah
alkil sejenis.

-Jika terdapat dua atau lebih jenis alkil, maka nama-mana alkil disusun menurut abjad.

3. Tambahan untuk penomoran khusus
a. Jika terdapat beberapa pilihan rantai induk yang sama panjang, maka pilih rantai
induk yang mempunyai cabang lebih terbanyak.

Rantai induk = 5 atom C Rantai induk = 5 atom C
Cabang = 2 (metil dan etil) Cabang = 1 (isopropil)
Sehingga yang dipilih adalah struktur yang pertama : 3-etil-2-metilpentana
b. Gugus alkil dengan jumlah atom C lebih banyak diberi nomor yang lebih kecil.

Dari kiri, nomor 3 terdapat cabang etil
Dari kanan, nomor 3 terdapat cabang metil.
Sehingga yang dipilih adalah penomoran dari kiri: 3-etil-4metilpentana.
Sifat-sifat Alkana
Sifat fisik
1. Semua alkana merupakan senyawa polar sehingga sukar larut dalam air. Pelarut yang
baik untuk alkana adalah pelarut non polar, misalnya eter. Jika alkana bercampur dengan
air, lapisan alkana berada di atas, sebab massa jenisnya lebih kecil daripada 1.
2. Pada suhu kamar, empat suku pertama berwujud gas, suku ke 5 hingga suku ke 16
berwujud cair, dan suku diatasnya berwujud padat.
3. Semakin banyak atom C, titik didih semakin tinggi. Untuk alkana yang berisomer
(jumlah atom C sama banyak), semakin banyak cabang, titik didih semakin kecil.
Tabel Beberapa sifat fsik alkana
Nama alkana Rumu
Mr
Titik
Titik
Kerapat
Fase
s
leleh
didih
an
molek
(oC)
(0C)
(g/Cm3)
pada
ul
250C
Metana
CH4
16
-182
-162
0,423
Gas
Etana
C2H6
30
-183
-89
0,545
Gas
Propana
C3H8
44
-188
-42
0,501
Gas
Butana
C4H10
58
-138
-0. 5
0,573
Gas
Pentana
C5H12
72
-130
36
0,526
Cair
Heksana
C6H14
86
-95
69
0,655
Cair
Heptana
C7H16
100
-91
99
0,684
Cair














Heptadekana C17H3
240
22
302
0,778
cair
6
Oktadekana
C18H3
254
28
316
0,789
padat
8
Nonadekana
C19H4
268
32
330
0,789
padat
0
Iikosana
C20H4
282
37
343
0,789
padat
2
Sifat kimia
1. Pada umumnya alkana sukar bereaksi dengan senyawa lainnya.
2. Dalam oksigen berlebih, alkana dapat terbakar menghasilkan kalor, karbon dioksida

dan uap air
3. Jika alkana direaksikan dengan unsur-unsur halogen (F2, Cl2, Br2, I2), atom -atom H
pada alkana akan digantikan oleh atom-atom halogen.

ALKENA

Alkena merupakan hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai ikatan rangkap dua C=C.
Suku alkena yang paling kecil terdiri dari dua atom C, yaitu etena. Nama alkena sesuai
dengan nama alkana dengan mengganti akhiran – ana menjadi -ena.
Dari tabel diatas rumus molekul untuk alkena jumlah atom H selalu dua kali jumlah atom
C, sehingga secara umum dapat dirumuskan:
CnH2n
Tata nama alkena
Tata nama alkena menurut IUPAC adalah sebagai berikut:
1. Tentukan rantai induk, yaitu rantai karbon terpanjang dari ujung satu ke ujung yang
lain yang melewati ikatan rangkap, berilah nama alkena sesuai jumlah atom C pada
rantai induk.
2. Penomoran.
Penomoran dimulai dari ujung rantai induk yang terdekat dengan
rangkap.
3. Jika terdapat cabang berilah nama cabang dengan alkil sesuai jumlah atom C cabang
tersebut. Jika terdapat lebih dari satu cabang, aturan penamaan sesuai dengan aturan
pada tatanama alkana.
4. Urutan penamaan: nomor cabang-nama cabang-nomor rangkap-rantai induk
Contoh:

3-metil-1-butena (benar) 2-metil-3-butena (salah)

Isomer alkena
Etena (C2H4) dan propena (C3H6) tidak mempunyai isomeri katena hanya ada satu
struktur.
Isomer dari Butena (C4H8):

Sifat-sifat Alkena
Sifat fisik
1. pada suhu kamar, tiga suku yang pertama adalah gas, suku-suku berikutnya adalah
cair dan suku-suku tinggi berbentuk padat. Jika cairan alkena dicampur dengan air maka
kedua cairan itu akan membentuk lapisan yang saling tidak bercampur. Karena kerpatan
cairan alkena lebih kecil dari 1 maka cairan alkena berada di atas lapisan air.
2. Dapat terbakar dengan nyala yang berjelaga karena kadar karbon alkena lebih tinggi
daripada alkana yang jumlah atom karbonnya sama.
Tabel Beberapa sifat fsik alkena
Nama alkena Rumu
Mr
Titik
Titik
Kerapat
Fase
s
leleh
didih
an
pada
molek
(oC)
(0C)
(g/Cm3)
250C
ul
Etena
C2H4
28
-169
-104
0,568
Gas
Propena
C3H6
42
-185
-48
0,614
Gas
1-Butena
C4H8
56
-185
-6
0,630
Gas
1-Pentena
C5H1
70
-165
30
0,643
Cair
0
1-Heksena
C6H1
84
-140
63
0,675
Cair
2
1-Heptena
C7H1
98
-120
94
0,698
Cair
4
1-Oktena
C8H1
112
-102
122
0,716
Cair
6
1-Nonesa
C9H1
126
-81
147
0,731
Cair
8
1-Dekena
C10H
140
-66
171
0,743
Cair
20
Sifat kimia
Sifat khas dari alkena adalah terdapatnya ikatan rangkap dua antara dua buah atom
karbon. Ikatan rangkap dua ini merupakan gugus fungsional dari alkena sehingga
menentukan adanya reaksi-reaksi yang khusus bagi alkena, yaitu adisi, polimerisasi dan
pembakaran
1. Alkena dapat mengalami adisi Adisi adalah pengubahan ikatan rangkap (tak jenuh)
menjadi ikatan tunggal (jenuh) dengan cara menangkap atom/gugus lain. Pada adisi
alkena 2 atom/gugus atom ditambahkan pada ikatan rangkap C=C sehingga diperoleh
ikatan tunggal C-C. Beberapa contoh reaksi adisi pada alkena:
a. Reaksi alkena dengan halogen (halogenisasi)

b. Reaksi alkena dengan hidrogen halida (hidrohalogenasi) Hasil reaksi antara alkena
dengan hidrogen halida dipengaruhi oleh struktur alkena, apakah alkena simetris atau
alkena asimetris.
 alkena simetris : akan menghasilkan satu haloalkana.

 alkena asimetris akan menghasilkan dua haloalkana. Produk utana reaksi dapat
diramalkan menggunakan aturan Markonikov, yaitu: Jika suatu HX bereaksi
dengan ikatan rangkap asimetris, maka produk utama reaksi adalah molekul
dengan atom H yang ditambahkan ke atom C dalam ikatan rangkap yang terikat
dengan lebih banyak atom H.

c. Reaksi alkena dengan hidrogen (hidrogenasi)
1. Reaksi ini akan menghasilkan alkana.

2. Alkena dapat mengalami polimerisasi. Polimerisasi adalah penggabungan molekulmolekul sejenis menjadi molekul-molekul raksasa sehingga rantai karbon sangat
panjang. Molekul yang bergabung disebut monomer, sedangkan molekul raksasa yang
terbentuk disebut polimer.

3. pembakaran alkena Pembakaran alkena (reaksi alkena dengan oksigen) akan
menghasilkan CO2 dan H2O.
CH2=CH2 + 2 O2 → 2CO2 + 2H2O

ALKUNA
Alkuna merupakan hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai ikatan rangkap tiga C=C.
Suku alkana yang paling kecil terdiri dari dua atom C, yaitu etuna. Nama alkuna sesuai
dengan nama alkana dengan mengganti akhiran – ana menjadi -una.
Nama
Struktur
Rumus molekul
Etena
CH=CH
C2H4
Propena
CH=C-CH3
C3H4
Butena
CH=C-CH2-CH3
C4H6
Pentena
CH=C- CH2- CH2?-CH3
C5H8
Dari tabel diatas rumus molekul secara umum dapat dirumuskan:
CnH2n-2
Tata nama alkuna
Tata nama alkuna menurut IUPAC sama dengan tatanama alkena, lang-kah-langkah
untuk memberi nama alkuna adalah sebagai berikut:
1. Tentukan rantai induk, yaitu rantai karbon terpanjang dari ujung satu ke ujung yang
lain yang melewati ikatan rangkap, berilah nama alkuna sesuai jumlah atom C pada
rantai induk.
2. Penomoran.
Penomoran dimulai dari ujung rantai induk yang terdekat dengan
rangkap.
3. Jika terdapat cabang berilah nama cabang dengan alkil sesuai jumlah atom C cabang
tersebut. Jika terdapat lebih dari satu cabang, aturan penamaan sesuai dengan aturan
pada tatanama alkana.
4. Urutan penamaan: nomor cabang-nama cabang-nomor rangkap-rantai induk.
Contoh:

Penentuan rantai induk salah Meskipun mempunyai rantai terpanjang, tetapi tidak
melewati rangkap.

ISOMER ALKUNA
Etuna (C2H2), propena (C3H4) tidak mempunyai isomeri katena hanya ada satu struktur.

Isomer dari butuna (C4H6):

Isomer pentuna (C5H8)

Sifat Alkuna
Sifat fisis
Sifat fsis alkuna, yakni titik didih mirip dengan alkana dan alkena. Semakin tinggi suku
alkena, titik didih semakin besar. Pada suhu kamar, tiga suku pertama berwujud gas,
suku berikutnya berwujud cair sedangkan pada suku yang tinggi berwujud padat.
Tabel Beberapa sifat fsik alkuna
Nama alkena Rumus
Mr
Titik
Titik
Kerapat
Fase
molek
didih
pada
leleh
an
ul
(0 C)
250 C
(oC)
(g/Cm3 )
Etuna
C2H2
26
-81
-85
Gas
Propuna
C3H4
40
-103
-23
Gas
1-Butuna
C4H6
54
-126
8
Gas
1-Pentuna
C5H8
68
-90
40
0,690
Cair
1-Heksuna
C6H10
82
-132
71
0,716
Cair
1-Hepuna
C7H12
96
-81
100
0,733
Cair
1-Oktuna
C8H14
110
-79
126
0,740
Cair
1-Nonusa
C9H16
124
-50
151
0,766
Cair
1-Dekuna
C10H1
138
-44
174
0,765
Cair
8
Sifat kimia
Adanya ikatan rangkap tiga yang dimiliki alkuna memungkinkan terjadinya reaksi adisi,
polimerisasi, substitusi dan pembakaran
1. reaksi adisi pada alkuna
o Reaksi alkuna dengan halogen (halogenisasi)

Perhatikan reaksi di atas, reaksi pada tahap 2 berlaku aturan markonikov.
o
Reaksi alkuna dengan hidrogen halida

Reaksi di atas mengikuti aturan markonikov, tetapi jika pada reaksi alkena dan alkuna
ditambahkan peroksida maka akan berlaku aturan antimarkonikov. Perhatikan reaksi
berikut:

o Reaksi alkuna dengan hidrogen

2. Polimerisasi alkuna

3. Substitusi alkuna Substitusi (pengantian) pada alkuna dilakukan dengan
menggantikan satu atom H yang terikat pada C=C di ujung rantai dengan atom lain.

4. Pembakaran alkuna Pembakaran alkuna (reaksi alkuna dengan oksigen) akan
menghasilkan CO2 dan H2O.
2CH=CH + 5 O2 → 4CO2 + 2H2O
Halogen alkana juga dikenal sebagai haloalkana atau alkil halida. Halaman ini
menjelaskan pengertian halogenalkana dan membahas sifat-sifat fsiknya. Disini juga
akan dibahas secara ringkas tentang kereaktifan kimiawi dari halogenalkana. Rincian
tentang reaksi-reaksi kimia halogenalkana akan dibahas pada halaman-halaman yang
lain.
Haloalkana
Halogenalkana adalah senyawa-senyawa dimana ada satu atau lebih atom hidrogen
pada sebuah alkana yang digantikan oleh atom-atom halogen (fuorin, klorin, bromin
atau iodin). Pada pembahasan tingkat dasar ini, kita hanya membahas tentang senyawasenyawa halogenalkana yang hanya mengandung satu atom halogen.
Contoh:

Jenis-jenis halogenalkana
Halogenalkan terdiri dari beberapa kelompok yang berbeda tergantung pada bagaimana
posisi atom halogen dalam rantai atom karbon. Ada beberapa perbedaan sifat kimia
antara berbagai jenis halogealkana.
Halogenalkana primer
Pada halogenalkana primer (1°), atom karbon yang membawa atom halogen hanya
berikatan dengan satu gugus alkil lainnya.
Beberapa contoh halogenalkana primer antara lain sebagai berikut:

Perlu diperhatikan bahwa tidak jadi masalah bagaimanapun kompleksnya gugus alkil
yang terikat. Pada masing-masing contoh di atas, hanya ada satu ikatan terhadap
sebuah gugus alkil dari gugus CH2 yang mengikat halogen.
Terdapat pengecualian dalam hal ini, yakni CH3Br dan metil halida lainnya seringkali
ditemukan sebagai halogenalkana primer walaupun tidak ada gugus alkil yang terikat
pada atom karbon yang membawa halogen.
Halogenalkana sekunder
Pada halogenalkana sekunder (2°), atom karbon yang padanya terikat halogen berikatan
langsung dengan dua gugus alkil yang lain, yang bisa sama atau berbeda.
Contoh-contoh:

Halogenalkana tersier
Pada halogenalkana tersier (3°), atom karbon yang mengikat halogen berikatan langsung
dengan tiga gugus alkil, yang bisa merupakan kombinasi dari gugus akil yang sama atau
berbeda.
Contoh-contoh:

Sifat-sifat fsik halogenalkana

Perhatikan bahwa ada tiga dari halogenalkana pada gambar yang memiliki titik didih di
bawah suhu kamar (sekitar 20°C). Ketiga halogenalkana tersebut akan berwujud gas
pada suhu kamar. Semua halogenalkana yang lain kemungkinan ditemukan dalam wujud
cair.
Perlu diingat bahwa:
 satu-satunya metil halida yang berwujud cair adalah iodometana;
 kloroetana merupakan sebuah gas.
Pola-pola titik didih mencerminkan pola-pola gaya tarik antar-molekul.
Gaya-gaya dispersi van der Waals
Gaya tarik ini menjadi lebih kuat apabila molekul lebih panjang dan memiliki lebih
banyak elektron. Ini dapat meningkatkan besarnya dipol-dipol sementara yang
terbentuk.
Inilah sebabnya mengapa titik didih meningkat apabila jumlah atom karbon dalam rantai
meningkat. Mari kita ambil contoh untuk tipe halida tertentu, misalnya klorida. Gayagaya dispersi akan menjadi semakin kuat apabila jumlah atom karbon semakin
bertambah dalam rantai (misalnya dari 1 menjadi 2, 3 dan seterusnya). Dibutuhkan lebih
banyak energi untuk mengatasi gaya dispersi tersebut, sehingga titik didih meningkat.
Semakin meningkatnya titik didih dari klorida ke bromida sampai ke iodida (utuk jumlah
atom karbon tertentu) juga disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah elektron
yang menimbulkan gaya dispersi yang lebih besar. Sebagai contoh, terdapat lebih
banyak elektron dalam iodometana dibanding yang terdapat dalam klorometana – anda
bisa menghitungnya sendiri!
Gaya tarik dipol-dipol van der Waals
Ikatan karbon-halogen (selain ikatan karbon-iodin) bersifat polar, karena pasangan
elektron tertarik lebih dekat ke atom halogen dibandng ke atom karbon. Ini disebabkan
karena halogen (kecuali iodin) lebih elektronegatif dibanding karbon.
Nilai keelektronegatifan unsur-unsur halogen dapat dilihat sebagai berikut:
C 2.

F

4.

5

0
Cl

3.
0

B
r

2.
8

I

2.
5

Ini berarti bahwa selain gaya-gaya dispersi, ada juga gaya-gaya lain yang ditimbulkan
oleh gaya tarik antara dipol-dipol permanen (kecuali pada iodin).
Besarnya gaya-tarik dipol-dipol akan berkurang apabila ikatan menjadi semakin tidak
polar (misalnya semakin ke bawah mulai dari klorida sampai bromida terus ke iodida).
Meski demikian, titik didih tetap meningkat! Ini menujukkan bahwa efek gaya tarik dipoldipol permanen jauh lebih tidak penting dibanding efek dipol-dipol temporer yang
menimbulkan gaya-gaya dispersi.
Besarnya peningkatan jumlah elektron pada iodin melebihi kehilangan dipol-dipol
permanen dalam molekul.
Titik didih beberapa isomer

Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa pada isomer-isomer halogenalkana, titik didih
semakin berkurang dari halogenalkana primer ke halogenalkana sekunder ke
halogenalkana tersier. Penurunan titik didih ini adalah akibat dari menurunnya efektiftas
gaya-gaya dispersi.
Dipol-dipol temporer paling besar untuk molekul yang terpanjang. Gaya-gaya tarik juga
lebih kuat jika molekul-molekul bisa saling berdekatan. Halogenalkana tersier memiliki
struktur yang sangat pendek dan besar sehingga tidak bisa berdekatan dengan molekul
tetangganya.
Kelarutan halogenalkana
Kelarutan dalam air
Halogenalkana sangat sedikit larut dalam air.
Agar halogenalkana bisa larut dalam air, maka gaya tarik antara molekul-molekul
halogenalkana harus diputus (gaya dispersi van der Waals dan gaya-tarik dipol-dipol)
demikian juga dengan ikatan hidrogen antara molekul-molekul air. Pemutusan kedua
gaya tarik ini memerlukan energi.
Energi akan dilepaskan apabila gaya tarik terbentuk antara halogenalkana dengan
molekul-molekul air. Gaya-gaya tarik yang terbentuk ini hanya gaya dispersi dan gaya
tarik dipol-dipol. Kedua gaya ikatan ini tidak sama kuatnya dengan ikatan hidrogen
sebelumnya terdapat dalam air, sehingga energi yang dilepaskan lebih kecil dibanding
yang digunakan untuk memisahkan molekul-molekul air.
Energi yang terlibat tidak cukup banyak sehingga halogenalkana hanya sedikit larut
dalam air.
Kelarutan dalam pelarut-pelarut organik
Halogenalkana cenderung larut dalam pelarut organik karena gaya tarik antar-molekul
yang baru terbentuk memiliki kekuatan yang sama dengan kekuatan ikatan yang diputus
dalam halogenalkana dan pelarut.
Kereaktifan kimiawai halogenalkana
Pentingnya kekuatan ikatan
Pola kekuatan dari keempat ikatan karbon-halogen ditunjukkan pada gambar berikut:

Perlu diperhatikan bahwa kekuatan ikatan semakin berkurang ketika kita berpindah dari
C-F ke C-I, dan juga perhatikan bahwa ikatan C-F jauh lebih kuat dibanding lainnya.
Agar zat lain bisa bereaksi dengan halogenalkana, maka ikatan karbon-halogen harus
diputus. Karena pemutusan semakin mudah dilakukan semakin ke bawah (mulai dari
fuoride sampai iodin), maka senyawa-senyawa semakin ke bawah golongan halogen
akan semakin reaktif.
Iodoalkana merupakan halogenalkana yang paling reaktif dan fuoroalkana merupakan
yang paling tidak reaktif. Sebenarnya, kereaktifan fuoroalkana sangat kecil sehingga
bisa diabaikan dalam pembahasan-pembahasan selanjutnya
Pengaruh polaritas ikatan
Dari keempat halogen, fuorin merupakan unsur yang paling elektronegatif dan iodin
yang paling tidak elektronegatif. Ini berarti bahwa pasangan elektron dalam ikatan
karbon-fuorin akan tergeser ke ujung halogen.
Perhatikan metil halida sebagai contoh-contoh sederhana berikut ini:

Keelektronegatifan karbon dan iodin sama sehingga tidak akan ada pemisahan muatan
pada ikatan (pasangan elektron berada pada posisi netral).
Salah satu reaksi penting yang dialami oleh halogenalkana melibatkan penggantian
halogen oleh sesuatu yang lain – yakni reaksi substitusi. Reaksi-reaksi ini melibatkan
salah satu dari mekanisme berikut:
 ikatan karbon-halogen terputus menghasilkan ion positif dan ion negatif.Ion yang
memiliki atom karbon bermuatan positif selanjutnya bereaksi dengan sesuatu
yang bermuatan negatif (baik negatif penuh maupun negatif parsial).
 sesuatu yang bermuatan negatif penuh atau parsial tertarik ke atom karbon yang
sedikit bermuatan positif dan melepaskan atom halogen.
Mungkin anda berpikir bahwa kedua mekanisme di atas akan menjadi lebih efektif untuk
ikatan karbon-fuorin yang sebelumnya telah memiliki banyak muatan positif dan negatif.
Tapi kenyataannya tidak demikian – justru sedikit kebalikannya yang terjadi!
Yang mengendalikan kereaktifan adalah kekuatan ikatan yang harus diputus, sementara
cukup sulit untuk memutus sebuah ikatan karbon-fuorin, tapi cukup mudah untuk
memutus ikatan karbon-iodin.
Alkohol dan eter
Alkohol
Alkohol mempunyai rumus umum R-OH. Strukturnya serupa dengan air, tetapi satu
hidrogennya diganti dengan satu gugus alkil. Gugus fungsi alkohol adalah gugus
hidroksil, -O. Alkohol tersusun dari unsur C, H, dan O. Struktur alkohol : R-OH primer,
sekunder dan tersier

Sifat fsika alkohol :
TD alkohol > TD alkena dengan jumlah unsur C yang sama (etanol = 78 oC, etena
= -88,6oC)
Umumnya membentuk ikatan hidrogen
Berat jenis alkohol > BJ alkena
Alkohol rantai pendek (metanol, etanol) larut dalam air (=polar)
Struktur Alkohol : R – OH
R-CH2-OH
(R)2CH-OH
(R)3C-OH
Primer
sekunder
tersier
Pembuatan alkohol :
Oksi mercurasi – demercurasi
Hidroborasi – oksidasi
Sintesis Grignard
Hidrolisis alkil halida
Penggunaan alkohol :
Metanol : pelarut, antifreeze radiator mobil, sintesis formaldehid, metilamina,
metilklorida, metilsalisilat, dll
Etanol : minuman beralkohol, larutan 70 % sebagai antiseptik, sebagai pengawet,
dan sintesis eter, koloroform, dll.
Tatanama alkohol
Nama umum untuk alkohol diturunkan dari gugus alkol yang melekat pada –OH dan
kemudian ditambahkan kata alkohol. Dalam sisitem IUAPAC, akhiran-ol menunjukkan
adanya gugus hidroksil. Contoh-contoh berikut menggambarkan contoh-contoh
penggunaan kaidah IUPAC (Nama umum dinyatakan dalam tanda kurung).

Eter
Bagi kebanyakan orang kata eter dikaitkan dengan anestesi. Eter yang dimaksud adalah
hanyalah salah satu anggota kelompok eter, yaitu senyawa yang mempunyai dua gugus
organik melekat pada atom oksigen tunggal. Rumus umum eter ialah R-O-R’, yang R dan
R’-nya bisa sama atau berbeda, gugusnya dapat berupa alkil atau aril. Pada anestesi
umum kedua R-nya adalah gugus etil. CH3CH2-O-CH2CH3.
Eter merupakan isomer atau turunan dari alkohol (unsur H pada OH diganti oleh alkil
atau aril). Eter mengandung unsur C, H, dan O.
Sifat fsika eter :
Senyawa eter rantai C pendek berupa cair pd suhu kamar dan TD nya naik dengan
penambahan unsur C.
Eter rantai C pendek medah larut dalam air, eter
dengan rantai panjang sulit larut dalam air dan larut dalam pelarut organik.
Mudah terbakar
Unsur C yang sama TD eter > TD alkana dan < TD alkohol (metil, n-pentil eter
140oC, n-heptana 98oC, heksil alkohol 157oC).
Pembuatan eter :

Sintesis Williamson
Alkoksi mercurasi – demercurasi
Penggunaan eter :
Dietil eter : sbg obat bius umum, pelarut dari minyak, dsb.
Eter-eter tak jenuh : pada opersi singkat : ilmu kedokteran gigi dan ilmu
kebidanan.
Tatanama eter
Eter diberi nama berdasarkan gugus alkil atau arilnya menurut urutan abjad,
diikuti dengan kata eter misalnya :

Untuk eter dengan stuktur kompleks, kadang-kadang diperlukan nama gugus –OR
sebagai gugus alkoksi. Misalnya, dalam sistem IUPAC eter diberi nama sebagai
hidrokarbon dengan substitusi alkoksi.

Mengenal Aldehid dan Keton
Aldehid dan keton adalah senyawa-senyawa sederhana yang mengandung sebuah
gugus karbonil – sebuah ikatan rangkap C=O. Aldehid dan keton termasuk senyawa
yang sederhana jika ditinjau berdasarkan tidak adanya gugus-gugus reaktif yang lain
seperti -OH atau -Cl yang terikat langsung pada atom karbon di gugus karbonil – seperti
yang bisa ditemukan misalnya pada asam-asam karboksilat yang mengandung gugus COOH.
Contoh-contoh aldehid
Pada aldehid, gugus karbonil memiliki satu atom hidrogen yang terikat padanya
bersama dengan salah satu dari gugus berikut:

atom hidrogen lain

atau, yang lebih umum, sebuah gugus hidrokarbon yang bisa berupa gugus alkil
atau gugus yang mengandung sebuah cincin benzen.
Pada pembahasan kali ini, kita tidak akan menyinggung tentang aldehid yang
mengandung cincin benzen.

Pada gambar di atas kita bisa melihat bahwa keduanya memiliki ujung molekul yang
sama persis. Yang membedakan hanya kompleksitas gugus lain yang terikat.
Jika kita menuliskan rumus molekul untuk molekul-molekul di atas, maka gugus aldehid
(gugus karbonil yang mengikat atom hidrogen) selalunya dituliskan sebagai -CHO – dan
tidak pernah dituliskan sebagai COH. Oleh karena itu, penulisan rumus molekul aldehid
terkadang sulit dibedakan dengan alkohol. Misalnya etanal dituliskan sebagai CH 3CHO
dan metanal sebagai HCHO.
Penamaan aldehid didasarkan pada jumlah total atom karbon yang terdapat dalam rantai
terpanjang – termasuk atom karbon yang terdapat pada gugus karbonil. Jika ada gugus

samping yang terikat pada rantai terpanjang tersebut, maka atom karbon pada gugus
karbonil harus selalu dianggap sebagai atom karbon nomor 1.
Contoh-contoh keton
Pada keton, gugus karbonil memiliki dua gugus hidrokarbon yang terikat
padanya. Sekali lagi, gugus tersebut bisa berupa gugus alkil atau gugus yang
mengandung cincin benzen. Disini kita hanya akan berfokus pada keton yang
mengandung gugus alkil untuk menyederhanakan pembahasan.
Perlu diperhatikan bahwa pada keton tidak pernah ada atom hidrogen yang terikat pada
gugus karbonil.

Propanon biasanya dituliskan sebagai CH3COCH3. Diperlukannya penomoran atom karbon
pada keton-keton yang lebih panjang harus selalu diperhatikan. Pada pentanon, gugus
karbonil bisa terletak di tengah rantai atau di samping karbon ujung – menghasilkan
pentan-3-ena atau pentan-2-on.
Ikatan dan Kereaktifan
Ikatan pada gugus karbonil

Atom oksigen jauh lebih elektronegatif dibanding karbon sehingga memiliki
kecenderungan kuat untuk menarik elektron-elektron yang terdapat dalam ikatan C=O
kearahnya sendiri. Salah satu dari dua pasang elektron yang membentuk ikatan rangkap
C=O bahkan lebih mudah tertarik ke arah oksigen. Ini menyebabkan ikatan rangkap C=O
sangat polar.
Reaksi-reaksi penting dari gugus karbonil
Atom karbon yang sedikit bermuatan positif pada gugus karbonil bisa diserang oleh
nukleofil. Nukleofl merupakan sebuah ion bermuatan negatif (misalnya, ion sianida,
CN-), atau bagian yang bermuatan negatif dari sebuah molekul (misalnya, pasangan
elektron bebas pada sebuah atom nitrogen dalam molekul amonia NH3).
Selama reaksi berlangsung, ikatan rangkap C=O terputus. Efek murni dari pemutusan
ikatan ini adalah bahwa gugus karbonil akan mengalami reaksi adisi, seringkali diikuti
dengan hilangnya sebuah molekul air. Ini menghasilkan reaksi yang dikenal sebagai
adisi-eliminasi atau kondensasi. Dalam pembahasan tentang aldehid dan keton anda
akan menemukan banyak contoh reaksi adisi sederhana dan reaksi adisi-eliminasi.
Aldehid dan keton mengandung sebuah gugus karbonil. Ini berarti bahwa reaksi
keduanya sangat mirip jika ditinjau berdasarkan gugus karbonilnya.
Perbedaan aldehid dan keton
Aldehid berbeda dengan keton karena memiliki sebuah atom hidrogen yang terikat pada
gugus karbonilnya. Ini menyebabkan aldehid sangat mudah teroksidasi.
Sebagai contoh, etanal, CH3CHO, sangat mudah dioksiasi baik menjadi asam etanoat,
CH3COOH, atau ion etanoat, CH3COO-.
Keton tidak memiliki atom hidrogen tersebut sehingga tidak mudah dioksidasi. Keton
hanya bisa dioksidasi dengan menggunakan agen pengoksidasi kuat yang memiliki
kemampuan untuk memutus ikatan karbon-karbon.
Oksidasi aldehid dan keton juga dibahas dalam modul belajar online ini pada sebuah
halaman khusus di topik aldehid dan keton.
Sifat-sifat fsik
Titik didih
Aldehid sederhana seperti metanal memiliki wujud gas (titik didih -21°C), dan etanal
memiliki titik didih +21°C. Ini berarti bahwa etanal akan mendidih pada suhu yang
mendekati suhu kamar.
Aladehid dan keton lainnya berwujud cair, dengan titik didih yang semakin meningkat
apabila molekul semakin besar. Besarnya titik didih dikendalikan oleh kekuatan gayagaya antar-molekul.

Gaya dispersi van der Waals
Gaya tarik ini menjadi lebih kuat apabila molekul menjadi lebih panjang dan memiliki
lebih banyak elektron. Peningkatan gaya tarik ini akan meningkatkan ukuran dipol-dipol
temporer yang terbentuk. Inilah sebabnya mengapa titik didih meningkat apabila jumlah
atom karbon dalam rantai juga meningkat – baik pada aldehid maupun pada keton.
Gaya tarik dipol-dipol van der Waals
Aldehid dan keton adalah molekul polar karena adanya ikatan rangkap C=O. Seperti
halnya gaya-gaya dispersi, juga akan ada gaya tarik antara dipol-dipol permanen pada
molekul-molekul yang berdekatan.
Ini berarti bahwa titik didih akan menjadi lebih tinggi dibanding titik didih hidrokarbon
yang berukuran sama – yang mana hanya memiliki gaya dispersi.
Mari kita membandingkan titik didih dari tiga senyawa hidrokarbon yang memiliki besar
molekul yang mirip. Ketiga senyawa ini memiliki panjang rantai yang sama, dan jumlah
elektronnya juga mirip (walaupun tidak identik).
titik didih
(°C)

molekul

tipe

CH3CH2C
H3

alkan
a

-42

CH3CHO

aldehi
d

+21

CH3CH2O
H

alkoh
ol

+78

Pada tabel di atas kita bisa melihat bahwa aldehid (yang memiliki gaya tarik dipol-dipol
dan gaya tarik dispersi) memiliki titik didih yang lebih tinggi dari alkana berukuran
sebanding yang hanya memiliki gaya dispersi.
Akan tetapi, titik didih aldehid lebih rendah dari titik didih alkohol. Pada alkohol, terdapat
ikatan hidrogen ditambah dengan dua jenis gaya-tarik antar molekul lainnya (gaya-tarik
dipol-dipol dan gaya-tarik dispersi).
Walaupun aldehid dan keton merupakan molekul yang sangat polar, namun keduanya
tidak memiliki atom hidrogen yang terikat langsung pada oksigen, sehingga tidak bisa
membentuk ikatan hidrogen sesamanya.
Kelarutan dalam air
Aldehid dan keton yang kecil dapat larut secara bebas dalam air tetapi kelarutannya
berkurang seiring dengan pertambahan panjang rantai. Sebagai contoh, metanal, etanal
dan propanon – yang merupakan aldehid dan keton berukuran kecil – dapat bercampur
dengan air pada semua perbandingan volume.
Alasan mengapa aldehid dan keton yang kecil dapat larut dalam air adalah bahwa
walaupun aldehid dan keton tidak bisa saling berikatan hidrogen sesamanya, namun
keduanya bisa berikatan hidrogen dengan molekul air.
Salah satu dari atom hidrogen yang sedikit bermuatan positif dalam sebuah molekul air
bisa tertarik dengan baik ke salah satu pasangan elektron bebas pada atom oksigen dari
sebuah aldehid atau keton untuk membentuk sebuah ikatan hidrogen.

Tentunya juga terdapat gaya dispersi dan gaya tarik dipol-dipol antara aldehid atau
keton dengan molekul air.

Pembentukan gaya-gaya tarik ini melepaskan energi yang membantu menyuplai energi
yang diperlukan untuk memisahkan molekul air dan aldehid atau keton satu sama lain
sebelum bisa bercampur.
Apabila panjang rantai meningkat, maka "ekor-ekor" hidrokarbon dari molekul-molekul
(semua hidrokarbon sedikit menjauh dari gugus karbonil) mulai mengalami proses di
atas.
Dengan menekan diri diantara molekul-molekul air, ekor-ekor hidrokarbon tersebut
memutus ikatan hidrogen yang relatif kuat antara molekul-molekul air tanpa
menggantinya dengan ikatan yang serupa. Ini menjadi proses yang tidak bermanfaat
dari segi energi, sehingga kelarutan berkurang.
Asam karboksilat dan turunannya
Asam organik yang paling penting adalah asam-asam karboksilat. Gugus fungsinya
adalah gugus karboksil, kependekan dari dua bagian yaitu gugus karbonil dan hidroksil.
Rumus asam karboksilat dapat dipanjang dan atau dipendekkan seperti :

Ciri-ciri asam karboksilat
Mengandung gugus COOH yang terikat pada gugus alkil (R-COOH) maupun gugus
aril (Ar-COOH)
Kelarutan sama dengan alkohol
Asam dengan jumlah C 1 – 4 : larut dalam air
Asam dengan jumlah C = 5 : sukar larut dalam air
Asam dengan jumlah C > 6 : tidak larut dalam air
Larut dalam pelarut organik seperti eter, alkohol, dan benzen
TD asam karboksilat > TD alkohol dengan jumlah C sama.
Contoh : asam format = HCOOH
Sifat fsika : cairan, tak berwarna, merusak kulit, berbau tajam, larut dalam H2O
dengan sempurna.
Penggunaan : untuk koagulasi lateks, penyamakkan kulit, industri tekstil, dan
fungisida.
Contoh lain :asam asetat = CH3-COOH
Sifat : cair, TL 17oC, TD 118oC, larut dalam H2O dengan sempurna
Penggunaan : sintesis anhidrat asam asetat, ester, garam, zat warna, zat wangi,
bahan farmasi, plastik, serat buatan, selulosa dan sebagai penambah makanan.
Pembuatan asam karboksilat
Oksidasi alkohol primer
Oksidasi alkil benzen
Carbonasi Reagen Grignard
Hidrolisin nitril
Tatanama Asam karboksilat
Karena banyak terdapat dialam, asam-asam karboksilat adalah golongan senyawa yang
paling dulu dipelajari oleh kimiawan organik. Karena tidak mengherankan jika banyak
senyawa-senyawa asam mempunyai nama-nama biasa. Nama-nama ini biasanya
diturunkan dari bahasa Latin yang menunjukkan asalnya. Tabel berikut memuat namanama asam berantai lurus beserta nama IUPAC-nya. Banyak dari asam ini mula-mula
dipisahkan dari lemak sehingga sering dinamakan sebagai asam-asam lemak (struktur
lemak secara terinci dibahas dalam bab berikutnya). Untuk memperoleh nama IUPAC
suatu asam karboksilat diperlukan awalan kata asam da akhiran at. Asam-asam
bersubstitusi diberi nama menurut dua cara. Dalam sisitem IUPAC, nomor rantai dimulai
dari asam karbon pembawa gugus karboksil dan substituen diberi nomor lokasi. Jika
nama umum yang digunakan lokasi substituen dilambangkan dengan huruf latin, dimulai
dengan atom karbon α.

Jika gugus karboksilat dihubungkan dengan cincin, akhiran karboksilat ditambahkan pada
nama induk sikloalkana.

Ester
Ester diturunkan dari asam dengan mengganti gugus OH dengan gugus OR. Sifat fsika :
berbentuk cair atau padat, tak berwarna, sedikit larut dalm H2O, kebanyakan mempunyai
bau yang khas dan banyak terdapat di alam. Struktut ester : R – COOR. Ester diberi nama
seperti penamaan pada garam.

Perhatikan bahwa bagian R dari gugus OR disebutkan dahulu, diikuti dengan nama asam
yang berakhiran –at.

Pembuatan ester :
Reaksi alkohol dan asam karboksilat
Reaksi asam klorida atau anhidrida.

Penggunaan ester :
Sebagai pelarut, butil asetat (pelarut dalam industri cat).
Sebagai zat wangi dan sari wangi.
Pembuatan ester, estrerifkasi Fischer
Jika asam karboksilat dan alkohol dan katalis asam (biasanya HCl atau H 2SO4) dipanaskan
terdapat kesetimbangan dengan ester dan air.
Proses ini dinamakan esterifkasi fscher, yaitu berdasarkan nama Emil Fischer kimiawan
organik abad 19 yang mengembangkan metode ini. Walaupun reaksi ini adalah reaksi
kesetimbangan, dapat juga digunakan untuk membuat ester dengan hasil yang tinggi
dengan menggeser kesetimbangan kekanan. Hal ini dapat dicapai dengan beberapa
teknik. Jika alkohol atau asam harganya lebih murah, dapat digunakan jumlah
berlebihan. Cara lain ialah dengan memisahkan ester dan/atau air yang terbentuk
(dengan penyulingan) sehingga menggeser reaksi kekanan.
SENYAWA AROMATIS
Cincin Benzene
Semua senyawa aromatis berdasarkan benzen, C6H6, yang memiliki enam karbon dan
simbol sebagai berikut:

Setiap sudut dari segienam memiliki atom karbon yang terikat dengan hidrogen.
Fenil
Ingat bahwa anda mendapatkan metil , CH3, dengan mengingkkirkan sebuah hidrogen
pada metan, CH4.
Dan anda mendapatkan Fenil , C6H5, dengan menghilangkan sebuah hidrogen dari
benzen, C6H6. Seperti metil atau etil , Fenil selalu terikat pada yang lain.
Golongan aromatik dengan suatu golongan terikat pada cincin benzen.
Kasus dimana penamaan didasarkan pada benzen
Klorobenzen
Ini merupakan contoh sederhana dimana sebuah halogen terikat pada cincin benzen.
Penamaan sudah sangat jelas.

Penyederhanaannya menjadi C6H5Cl. Sehingga anda dapat (walau mungkin tidak!)
menamainya fenilklorida. Setiap kalo anda menggambar cincin benzen dengan sesuatu
terikat padanya sebenarnya anda menggambar fenil. Untuk mengikat sesuatu anda
harus membuang sebuah hidrogen sehingga menghasilkan fenil.
Nitrobenzen
Golongan nitro, NO2, terikat pada rantai benzen.

Formula sederhananya C6H5NO2.
Metilbenzen
Satu lagi nama yang jelas. Benzen dengan metil terikat padanya. Golongan alkil yang
lain juga mengikuti cara penamaan yang sama.Contoh, etilbenzen. Nama lama dari
metilbenzen adalah toluen, anda mungkin masih akan menemui itu.

Formula sederhananya C6H5CH3.
Klorometil)benzen
Variasi dari metilbensen dimana satu atom hidrogen digantikan dengan atom klorida.
Perhatikan tanda dalam kurung,(klorometil) . Ini agar anda dapat mengerti bahwa klorin
adalah bagian dari metil dan bukan berikatan dengan cincin.

Jika lebih dari satu hidrogen digantikan dengan klorin, penamaan akan menjadi
(diklorometil)benzene atau (triklorometil) benzen. Sekali lagi perhatikan pentingnya
tanda kurung.
asam benzoik (benzenecarboxylic acid)
Asam benzoik merupakan nama lama, namun masih umum digunakan -lebih mudah
diucapkan dan ditulis. Apapun sebutannya terdapat asam karboksilik, -COOH, terikat
pada cincin benzen.

Kasus dimana penamaan berdasarkan Fenil
Ingat bahwa golongan fenil adalah cincin benzen yang kehilangan satu atom karbon –
C6H5.
fenilamine
Fenilamin adalah amin primer yang mengandung -NH2 terikat pada benzen.

Nama lama dari fenilamin adalah anilin, dan anda juga dapat menamakanya
aminobenzene.
fenileten
Molekul eten dengan fenil berikatan padanya. Eten adalah rantai dengan dua karbon
dengan ikatan rangap. Karena itu fenileten berupa:

Nama lamanya Stiren -monomer dari polystyren.
feniletanon
Mengandung rantai dengan dua karbon tanpa ikatan rangkap. Merupakan golongan
adalah keton sehingga ada C=O pada bagian tengah. Terikat pada rantai karbon adalah
fenil.

feniletanoat
Ester dengan dasar asam etanoik. Atom hidrogen pada -COOH digantikan dengan
golongan fenil.

fenol
Fenol memiliki -OH terikat pada benzen sehingga formulanya menjadi C6H5OH.

Senyawa Aromatik dengan lebih dari suatu golongan terikat pada cincin
benzen.
Menomori cincin
Salah satu golongan yang terikat pada cincin diberi nomor satu.
Posisi yang lain diberi nomor 2 sampai 6. Anda dapat menomorinya searah atau
berlawanan arah dengan jarum jam. Sehingga menghasilkan nomor yang terkecil. Lihat
contoh untuk lebih jelas
Contoh:
Menambah atom klorin pada cincin
Lihat pada senyawa berikut:

Semuanya berdasar pada metilbenzen dan dengan itu metil menjadi nomor 1 pada
cincin.
Mengapa 2-Klorometilbenzen dan bukan 6-klorometil benzen? Cincin dinamai searah
jarum jamdalam kasus ini karena angka 2 lebih kcil dari angka 6.
asam 2-hidrobenzoik
Juga disebut sebagai asam 2-hidroksibenzenkarbolik. Ada -COOH terikat pada cincin dan
karena penamaan berdasarkan benzoik maka golongan benzoik menjadi nomor satu.
Pada posisi disampingnya terdapat hidroksi -OH dengan nomor 2.

asam benzene-1,4-dikarboksilik

“di” menunjukkan adanya dua asam karboksilik dan salah satunya berada diposidi 1
sedangkan yang lainnya berada pada posisi nomor 4.

2,4,6-trikloofenol
Berdasarkan dengan fenol dengan -OH terikat pada nomor 1 dari rantai karbon dan klorin
pada posisi nomor 2,4 dan 6 dari cincin karbon.

2,4,6-triklorofenol adalah antiseptik terkenal TCP.
metil 3-nitrobenzoat
Nama ini merupakan nama yang akan anda temui pada soal-soal latihan me-nitrat-kan
cincin benzen.
Dari namanya ditunjukkan bahwa metil 3-nitrobenzoat merupakan golongan ester
(akhiran oat). Dan metil tertulis terpisah.
Ester ini berdasarkan asam T, asam 3-nitrobenzoik -dan kita mulai dari sana.
Akan ada cincin benzen dengan -COOH pada nomor satu dari cincin dan nitro pada
nomor 3. untuk menghasilkan ester sebuah hidrogen pada -COOH degantikan dengan
metil.
Metil 3-nitrobenzoat menjadi:

KEGUNAAN SENYAWA
HIDROKARBON
Kegunaan Gas Alam
Gas alam seperti juga minyak bumi merupakan senyawa hidrokarbon (Cn H2n+2) yang
terdiri dari campuran
beberapa macam gas hidrokarbon yang mudah terbakar dan non-hidrokarbon seperti N2,
CO2 dan H2S. Umumnya gas yang terbentuk sebagian besar dari metan CH4, dan dapat
juga termasuk etan C2H6 dan propan C3H8. Komposisi gas alam bervariasi, tetapi
umumnya tipikal gas alam (sebelum dilakukan pemrosesan) adalah seperti pada tabel di
bawah ini.
Gas alam yang didapat dari dalam sumur di bawah bumi, biasanya ber-gabung dengan
minyak bumi. Gas ini disebut sebagai gas associated. Ada juga sumur yang khusus
menghasilkan gas, sehingga gas yang dihasilkan disebut gas non associated. Sekali
dibawa ke atas permukaan bumi, terhadap gas dila-kukan pemisahan untuk menghilangkan impurities seperti air, gas-gas lain, pasir dan senyawa lainnya. Beb