Laporan Mekanika Tanah I Contoh

LAPORAN
PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH

Oleh:

KELOMPOK 2
TARISYA AULIA

1209024009

YOHANES ADITYA

1209025010

EKO PUTRA SANTOSO

1209025011

VERAYANTI ARRUAN

1209025013


BUDI SANTOSO

1209025015

RENI YOHESER

1209025016

RANDY KHARISMA

1209025017

ANNISA PURNAMASARI

1209025018

LABORATORIUM REKAYASA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA
2013
12

LAPORAN
PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
KELOMPOK 2
TARISYA AULIA
YOHANES ADITYA
EKO PUTRA SANTOSO
VERAYANTI ARRUAN
BUDI SANTOSO
RENI YOHESER
RANDY KHARISMA
ANNISA PURNAMASARI

1209025009
1209025010

1209025011
1209025013
1209025015
1209025016
1209025017
1209025018

Samarinda, 13 Desember 2013
Disahkan oleh:

Asisten Praktikum

Firman
NIM. 0909025009
Mengetahui,
Koordinator Praktikum

Ir. Hj. Masayu Widiastuti, MT
NIP. 19691109 199512 2 006


17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah
penyusun dapat menyelesaikan laporan ini. Laporan ini disusun berdasarkan hasil
penelitian dari beberapa percobaan Mekanika Tanah yang telah dilakukan.
Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang secara sadar dan tidak sadar, atau secara
langsung atau tidak langsung, telah membantu dalam menyusun laporan ini hingga
selesai.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu penyusun selalu terbuka terhadap segala macam komentar, saran,
kritik dan pertanyaan-pertanyaan yang dapat berguna untuk lebih menyempurnakan
laporan ini.

Samarinda, 13 Desember 2013

Penyusun


17

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Mekanika tanah merupakan salah satu mata kuliah dalam Teknik Sipil, yang terdiri dari
pembelajaran teori dan praktikum. Praktikum ini harus didasari dengan pemahaman
teori yang baik. Salah satu hal yang penting bagi mahasiswa adalah mampu
mengaplikasikan teori yang di dapat di dalam kelas dengan kegiatan praktikum di
laboratorium.
Salah satu pokok perhatian dalam mekanika tanah adalah kadar air. Dan untuk
memisahkan antara tanah dengan air, di gunakan uji kadar air untuk menghilangkan
airnya. Kadar air dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap
volume tanah.
Pada praktikum kali ini akan dilakukan pengujian kadar air dari suatu sampel tanah.
Setelah pembelajaran di dalam kelas secara teori mengenai kadar air, maka untuk

mengetahui cara menentukan kadar air tersebut maka dilakukan pembelajaran melalui
praktikum di laboratorium. Sehingga mahasiwa benar-benar memahami cara
mendapatkan nilai kadar air, bukan hanya melalui teori dalam kelas tetapi melalui
praktikum secara langsung.

1.2

Tujuan Percobaan



Untuk dapat melakukan pengujian kadar air


Untuk menentukan kadar air suatu sampel tanah

17

BAB 2
DASAR TEORI


Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari butiran mineral-mineral padat
yang tidak tersementasi satu sama lainnya serta terletak di atas batuan dasar. Ikatan
antar butiran relatif lemah disebabkan karena adanya ruang (rongga) diantara partikelpartikel butiran tanah. Ruang tersebut dapat berisi air, udara ataupun keduanya.
Apabila tanah sudah benar-benar kering maka tidak akan ada air sama sekali dalam
porinya. Keadaan semacam ini jarang ditemukan pada tanah yang masih dalam keadaan
asli lapangan. Air hanya dapat dihilangkan sama sekali dari tanah apabila dilakukan
dengan tindakan khusus untuk maksud tersebut, misalnya dengan memanaskan di dalam
oven. Penyelidikan tanah yang memadai merupakan suatu pekerjaan pendahuluan yang
sangat penting pada perencanaan sebuah proyek. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
pengujian kadar air pada tanah. Kadar air adalah perbandingan antara berat air dalam
contoh tanah dengan berat butir.
Tanah berguna sebagai bahan bangunan dan pendukung pondasi bangunan. Segumpal
tanah dapat terdiri dari dua atau tiga bagian. Pada kondisi kering, tanah terdiri dari dua
bagian, yakni butir-butir tanah dan pori-pori udara. Pada kondisi jenuh air, tanah terdiri
dari dua bagian yakni butir-butir tanah dan air pori. Pada kondisi tidak jenuh air
(natural), tanah terdiri dari tiga bagian, yakni butir-butir tanah, pori-pori udara dan air
pori.
Hubungan-hubungan berat dan volume yang biasa digunakan dalam mekanika tanah
adalah kadar air, porositas, angka pori, berat volume, berat jenis, derajat kejenuhan dan

lain-lain.
Kadar air didefinisikan sebagai perbandingan antar berat air (Ww) dengan berat butiran
(Ws) dalam tanah tersebut dan dinyatakan dalam persen. Cara penetapan kadar air dapat
dilakukan dengan sejumlah tanah basah yang dikeringkan dalam oven dengan suhu

17

100C - 110C untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan
sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut.
Perhitungan kadar air dilakukan dengan memasukkan data-data dari berat contoh tanah
basah dan berat contoh tanah kering.

w=

W 2−W 3
W 3 −W 1 x 100%

dengan:
w


: kadar air yang dinyatakan dalam persen

W1

: berat cawan

W2

: berat cawan + berat tanah basah

W3

: berat cawan + berat tanah kering

Istilah-istilah yang digunakan untuk hubungan berat :
-

Kadar air (moisture content = w), dalam persen

-


Berat volume (unit weight = g)
γ=
w=

W
V

Ww
Ws

Dalam system Inggris gw= 62.4 lb/ft3
Dalam SI gw= 9.81 kN/m3

Berat volume basah bila dinyatakan dalam berat, kadar air dan volume, menjadi:

17

Ww
Ws 1+ Ws

Ws ( 1+w )
W Ws+Ww
γ= =
=
=
V
V
V
V

[ ( )]

Berat volume kering

Ws
γ d= V
Buktikan adanya hubungan antara berat volume dengan berat volume kering dan
kadar air.

γ
γ d = 1+w
Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan
berat kering. Kadar air pada kapasitas lapang adalah jumlah air yang ada dalam tanah
sesudah kelebihan air gravitasi mengalir keluar dan dengan nyata, biasanya dinyatakan
dengan persentase berat. Kadar air pada titik layu permanen adalah yang dinyatakan
dengan persentase berat kering. Pada saat daun tumbuhan yang terdapat dalam tanah
tersebut mengalami pengurangan kadar air secara permanen sebagai akibat pengurangan
persediaan kelembaban tana (Buckman dan Brady, 1982)
Kadar air dinyatakan dalam % volume, yaitu persentase volume tanah.Cara ini
memberikan keuntungan karena dapat memberikan gambaran terhadap ketersediaan air
bagi tumbuhan pada volume tertentu. Cara penentuan kadar air dapat digolongkan
dalam cara Gravimetrik, tegangan dan hisapan, tumbuhan, listrik serta pembaruan
neutron. Cara Gravimetrik merupakan cara yang paling umum dipakai dimana dengan
cara ini tanah basah dikeringkan dalam oven pada suhu 100ºC-150ºC untuk waktu
tertentu. Air yang hilang karena proses pengeringan tersebut merupakan sejumlah air
yang terdapat dalam tanah basah. (Hakim,dkk, 1986).
Kadar air yang tersedia dalam tanah didasarkan pada kenyataan bahwa jumlah air
maksimum yang dapat disimpan dalam tanah adalah air yang ditahan pada saat
kapasitas lapang dimana tanaman hanya dapat menurunkan kandungan air tanah sampai
batas titik layu permanen. Atas dasar itu maka jumlah air yang dapat ditahan antar

17

kapasitas lapang dan titik layu permanen serta kelebihan air yang terikat pada kapasitas
lapang tidak menguntungkan lagi bagi tanaman tingkat tinggi (Pairunan, A. K. dkk,
1997).
Air dalam tanah mengalir kebawah dengan gaya perkolasi sesuai dengan gavitasi bumi.
Hal ini disebabkan oleh sifat air yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi ketempat
yang lebih rendah.(Syarief, 1986).
Persediaan air dalam tanah tergantung dari banyaknya curah hujan atau air irigasi,
kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotraspirasi (penguapan langsung melalui
tanah dan melalui vegetasi), dan tingginya muka air tanah. Banyaknya kandungan air
dalam tanah berhubungsn erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam
tanah tersebut. Besarnya tegangan air menunjukkan besarnya tenaga yang diperlukan
untuk menahan air tersebut di dalam tanah. Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi
antara lain oleh tekstur tanah. Tana-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air
lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada
tanah umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau
liat (Hardjowigeno, 2003).

17

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Cawan kadar air
- Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr
- Oven
- Desikator
3.1.2 Bahan
- Sampel tanah

3.2 Prosedur Percobaan
- Ditimbang cawan yang akan dipakai lalu tutupnya diberi nomor/tanda.
- Dimasukkan benda uji yang akan diperiksa (dicari kadar airnya) ke dalam
cawan tersebut lalu tutup.
- Ditimbang cawan yang telah berisi benda uji tersebut.
- Dimasukkan ke dalam oven yang suhunya telah diatur 110˚C selama 24 jam
sehingga beratnya konstan (tutup cawan dibuka).
- Setelah dikeringkan dalam oven, cawan tersebut lalu dimasukkan ke dalam
desikator agar cepat dingin.
- Setelah dingin, timbang kembali cawan yang telah berisi tanah kering
tersebut.

17

- Dilakukan percobaan sebanyak 2 (dua) kali, agar diperoleh kadar rataratanya.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Pengujian

Tabel Data Hasil Uji Pemeriksaan Kadar Air
Nomor Cawan

4.2.

A3

H3

Berat Cawan

(W1)

gr

12,4

12,8

Berat Cawan + Tanah Basah

(W2)

gr

45,6

44,9

Berat Cawan + Tanah Kering (W3)

gr

38,8

37,6

Berat Air

Ww = W2 – W3

gr

6,8

7,3

Berat Tanah Kering

Ws = W3 – W1

gr

26,4

24,8

Kadar Air

W = Ww / Ws x 100

%

25,76

29,43

Rata-rata

(W)

%

27,595

Pembahasan

Pada percobaan untuk menentukan kadar air kali ini masing-masing dilakukan
pengukuran dengan menggunakan 2 cawan yang berbeda. Cawan yang akan digunakan
dibersihkan dan diberi nomor, kemudian ditimbang beratnya (W1). Saat ditimbang
masing-masing berat cawan (W1) ke-1 dan ke-2 yaitu 12,4 gram dan 12,8 gram. Lalu di
ambil sebagian sampel tanah yang akan dicari kadar airnya, dimasukkan ke dalam
masing-masing cawan dan ditimbang berat basahnya (W2) dan diperoleh berat

17

basahnya masing-masing sebesar 45,6 gram dan 44,9 gram. Setelah itu kedua cawan
yang berisi contoh tanah dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu
110C. Setelah itu, sampel tanah yang sudah dikeringkan dengan oven ditimbang lagi
sebagai berat kering (W3) dan diperoleh berat keringnya masing-masing 38,8 gram dan
37,6 gram. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut didapat kadar air dengan
menggunakan rumus :

W 2−W 3
w= W 3−W 1 x100%

Dan diperoleh nilai kadar air yaitu cawan 1 (A3) sebesar 25,76 % dan cawan 2 (H 3)
sebesar 29,43 %.
Berdasarkan nilai kadar air diatas di dapat perbandingan bahwa nilai kadar air dengan
contoh tanah yang sama tetapi pada cawan yang berbeda nilai kadar airnya tidak jauh
berbeda. Kadar air rata-rata dari kedua sampel tersebut yaitu 27,595 %.
Faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada percobaan penentuan kadar air kali ini
yaitu sebagai berikut :
- Kesalahan dalam penimbangan dimana timbangan tidak dikalibrasi dengan baik
sehingga hasil yang diperoleh kurang akurat.
- Cawan yang digunakan belum bersih, atau masih ada air atau tanah

yang

tertinggal di dalamnya, sehingga beratnya bertambah.

17

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
-

Dari percobaan ini dapat diketahui langkah-langkah untuk melakukan pengujian
kadar air. Sehingga praktikan benar-benar memahami cara mendapatkan nilai
kadar air, bukan hanya melalui teori dalam kelas tetapi juga melalui praktikum
secara langsung. Sehingga praktikan dapat mengaplikasikannya baik di dalam
kegiatan laboratorium maupun di lapangan.

-

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kadar air rata-rata
pada sampel tanah adalah 27,595 %. Hal ini menunjukan bahwa kadar air dari
sampel tanah cukup tinggi.

5.2.

Saran

-

Sebaiknya pada percobaan selanjutnya sampel yang diuji lebih banyak, agar data
yang diperoleh lebih akurat.

-

Sebaiknya

ketelitian

dalam

praktikum

diutamakan,

sehingga

dapat

meminimalisir kesalahan.

-

Sebaiknya alat yang digunakan dalam praktikum ditambah agar tidak ada sistem
tunggu-menunggu dalam praktikum.
17

DAFTAR PUSTAKA

Braja M.Das,dkk.1988.Mekanika Tanah.Erlangga:Surabaya
Das Braja. 1988. Mekanika Tanah ( Prinsip-prinsip rekayasa geoteknis )jilid
1.Erlangga:
Hardiyatmo,

Hary

Cristady.2002.Mekanika

Tanah

I.Gajah

Mada

University

Press:Yogyakarta
Shirley LH,Ir.1994.Geoteknik dan Mekanika Tanah.Nova:Bandung
Sunggono.1984.Mekanika Tanah.Nova:Bandung.

17

LAMPIRAN

17

BAB I

17

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari tanah. Dalam
dasar ilmu tanah, dapat dipelajari mengenai penentuan Berat isi dan Berat
jenis partikel. Berat isi berhubungan dengan padatan, porositas dan bahan
organik. Selain itu, dalam pengaplikasiannya, kondisi Berat isi sangat
mempengaruhi infltrasi, konsistensi, pergerakan akar dan pengolahan
lahan. Hal inilah yang menunjukkan bahwa Berat isi masih berhubungan
dengan sifat-sifat tanah yang lain.
Oleh karena itu, Berat isi dan Berat jenis partikel sangat penting untuk
dipelajari sehingga pengetahuan mengenai Berat isi dan Berat jenis partikel
semakin bertambah. Dan kita dapat menghitung dan menentukan Berat
jenis dan Berat Isi suatu tanah. Data sifat-sifat fsik tanah tersebut
diperlukan dalam perhitungan penambahan kebutuhan air, pupuk, kapur,
dan pembenah tanah pada satuan luas tanah sampai kedalaman tertentu.
Berat isi tanah juga erat kaitannya dengan tingkat kepadatan tanah dan
kemampuan akar tanaman menembus tanah.
Berat isi tanah juga diperlukan dalam perhitungan pemberian pupuk,
penambahan kapur dan pembenah tanah untuk satu satuan luas lahan. Hal
ini karena pada luas lahan dengan kedalaman tertentu menggunakan
satuan volume (m3), sedangkan pupuk, kapur atau pembenah tanah dalam
satuan berat, sehingga volume tanah harus diubah terlebih dahulu menjadi
satuan berat (kg atau ton). Untuk mengubah menjadi satuan berat maka
diperlukan data berat isi tanah. Oleh karena itu sangat diperlukan
pemahaman tentang berat isi dan berat jenis tanah.

1.2
-

Tujuan Percobaan
Untuk memahami faktor – faktor yang mempengaruhi berat berat
jenis tanah.

17

Untuk memahami cara menentukan berat jenis padatan dengan

-

piknometer.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Berat jenis tanah (spesific grafiity) adalah perbandingan antara berat isi
butir tanah terhadap berat isi air pada temperatur 4°C, pada tekanan 1
atmosfr. Berat jenis tanah digunakan pada hubungan fungsional antara fase
udara,

air,

dan

butiran

dalam

tanah,

sehingga

diperlukan

untuk

perhitungan- perhitungan indeks properties tanah.

Percobaan penentuan berat jenis dengan piknometer mencakup penentuan
berat jenis tanah dengan menggunakan botol piknometer, dimana tanah
yang diuji harus lolos saringan 200#. Metode inni tidak dapat digunakan
untuk tanah fraksi kasar dan jenis-jenis material yang larut dalam air atau
jenis tanah yang mempunyai berat jenis < 1,0. Ketentuan yang berlaku
dalam percobaan kali ini yaitu:

1.

Botol piknometer harus mempunyai volume sekurang-kurangnya
50 cc

2.

Contoh tanah yang akan diuji dapat mempunyai kadar air alami
atau dalam kondisi kering oven, berat contoh tanah dalam kondisi
kering oven sekurangnya 25 gram, sedangkan bila contoh tanah yang
digunakan dalam kondisi kadar air alami, maka berat keringnya harus
ditentukan kemudian.

17

Adapun untuk mencari Berat jenis dengan alat piknometer digunakan
rumus:

GS =

W 2 −W 1
(W 2−W 1 )+(W 4 −W 3 )

Dimana:
Gs adalah berat jenis tanah pada suhu 1°C
W1 adalah berat piknometer dengan tutup dalam keadaan
kosong
W2 adalah berat piknometer + tanah
W3 adalah berat pinometer + larutan tanah
W4 adalah berat piknometer + air
Struktur tanah didefnisikan sebagai susunan

geometric butiran tanah.

Diantara faktor – faktor yang mempengaruhi struktur tanah adalah bentuk,
ukuran, dan komposisi mineral dan butiran tanah serta sifat dan komposisi
dari air tanah. Secara umum, tanah dapat dimasukkan kedalam dua
kelompok yaitu: tanah tak berkohesi (cohesionless soil) dan tanah kohesif
(cohesive soil).

Tanah terbagi dari dua bagian, yaitu bagian padat dan bagian rongga.
Bagian padat terdiri dari partikel – partikel padat, sedangkan bagian
berongga terisi air atau udara setengahnya bila tanah tersebut jenuh atau
kering. Apabila gumpalan tanah tidak sepenuhnya dalam keadaan basah
atau jenuh, maka rongga tanah akan terisi oleh air dan udara.

Tanah berbutir kasar (coarse grained soil) adalah tanah dengan ukuran butir
≥ 0,075 mm atau tanah yang tertahan pada saringan no. 200. Tanah

17

berbutir halus (fine grained soil) adalah tanah dengan ukuran butir < 0,075
mm atau tanah yang lolos ayakan no. 200.

Tanah tidak seperti besi atau baja dan beton yang tidak banyak ragam sifat
– sifat fsiknya. Keragaman ini menentuakn sifat tanah dengan berbagai
persoalan

sesuai

dengan

kondisi

tertentu

yang

dikehendaki

dalam

pelaksanaan.

Sifat – sifat penting tanah untuk sebuah proyek tergantung pada jenis atau
fungsi proyek. Sesuai dengan sifat – sifatnya penting diketahui tipe proyek
yang dilaksanakan. Adapun sifat – sifatnya antara lain:
-

Permeabilitas (Permeabiliity)
Sifat ini untuk mengukur atau menentukan kemampuan tanah
dilewati air melalui pori – porinya.
Sifat ini penting dalam konstruksi bendung tanah urugan dan
persoalan drainase.

-

Konsolidasi (Consolidaiion)
Pada konsolidasi dihitung dari perubahan isi pori tanah akibat beban.
Sifat ini dipergunakan untuk menghitung penurunan bangunan.

-

Tegangan geser (Shear Sirengih)
Untuk menentukan kemampuan tanahn menahan tekanan – tekanan
tanpa mengalami keruntuhan.
Sifat ini dibutuhkan dalam perhitungan stabilitas pondasi atau dasar
yang dibebani, stabilitas tanah isian atau timbunan di belakang
bangunan penahan tanah dan stabilitas timbunan tanah.

17

17

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

-

Piknometer, (labu ukur 50 ml)

-

Timbangan dengan ketelitian 0, 01 gram

-

Air destilasi

-

Oven dengan suhu yang dapat diatur pada 105° – 110° C

-

Termometer

-

Cawan perendam

-

Kompor listrik

-

Tissue / lap

3.1.2 Bahan

-

Sampel tanah yang dipukul-pukul/digerus, dan lolos saringan no. 40 .

3.2Prosedur Percobaan

-

Piknometer dibersihkan luar dan dalam, dikeringkan kemudian
ditimbang.

17

-

Sampel tanah dimasukkan ke dalam piknometer kira – kira
sebanyak 12-25 gram dan tutup, kemudian timbang.

-

Tambahkan air secukupnya ke dalam piknometer, sehingga
tanah terendam seluruhnya.

-

Keluarkan gelembung udara yang terperangkap diantara butir
– butir tanah dengan cara piknometer dipanaskan dengan hati – hati
sekitar 10 menit dengan sekali – sekali piknometer dimiringkan untuk
membantu keluarnya udara, kemudian didinginkan.

-

Piknometer ditambah air destilasi sampai penuh sampai
gelembung udara benar-benar tidak ada lagi yang terperangkap
dalam piknometer dan tutup piknometer.

-

Bagian luar piknometer dikeringkan dan dibersihkan dengan
tissue/lap. Setelah itu timbang piknometer dan ukur suhunya dengan
menggunakan termometer (t°C)

-

Keluarkan larutan tanah dari piknometer dan dibersihkan, kemudian
diisi penuh dengan air destilasi, tutup, dan timbang.

17

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

TABEL PENENTUAN BERAT JENIS TANAH

1
2
3

Piknometer
Berat piknometer +
Tanah
Berat piknometer

M1

I

W1

Gr

43,3

44,7

W2

Gr

31,1

32,6

17

4

Berat Tanah

5

Suhu T °C

6

7

8

9

Berat piknometer +
tanah + air
Berat piknometer +
air pada T °C
Berat Jenis Gs pada
suhu T °C
(Bj air T °C) / (Bj air
27,5 °C)

1

Berat Jenis Gs pada

0

suhu 27,5 °C

1
1

Wt = W1 - W2

Gs=

12,2

12,1

°C

37

37

W3

Gr

87,8

89,3

W4

Gr

81,2

81,9

2,18

2,57

Wt
Wt +( W4 - W3)
A

0,9969

Gs.A

2,17

0,99
69
2,56

Rerata Berat Jenis Gs pada suhu 27,5 °C

17

Tabel Daftar Berat Jenis air

Temperatur

Berat jenis

(t°C)

Temperatur

Berat jenis

(t°C)
20

0. 9982

30

0. 9957

21

0. 9980

31

0. 9954

22

0. 9978

32

0. 9951

23

0. 9976

33

0. 9947

24

0. 9973

34

0. 9944

25

0. 9971

35

0. 9941

26

0. 9968

36

0. 9937

27

0. 9965

37

0. 9934

27. 5

0. 9964

38

0. 9930

28

0. 9963

39

0. 9926

29

0. 9960

40

0. 9922

4.2 Pembahasan

36

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui berat jenis suatu sampel tanah.
Berat jenis untuk suhu 27. 5° C ditentukan dengan menggunakan rumus :

G untuk 27. 5° C = Gs

BJ .airt °C
BJ .air27.5°C

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapat nilai berat jenis
dengan temperatur 27. 5° C pada piknometer M1 adalah 2,17 dan pada
piknometer I adalah 2,56 . Rata-rata dari berat jenis tersebut adalah 2,365.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

-

BJ dipengaruhi oleh suhu dan komposisinya.
Piknometer dibersihkan luar dan dalam, dikeringkan kemudian
ditimbang. Sampel tanah dimasukkan ke dalam piknometer kira – kira
sebanyak 12-25 gram dan tutup, kemudian timbang. Tambahkan air

37

secukupnya

ke

dalam

piknometer,

sehingga

tanah

terendam

seluruhnya. Lalu, keluarkan gelembung udara yang terperangkap
diantara butir – butir tanah dengan cara piknometer dipanaskan
dengan hati – hati sekitar 10 menit dengan sekali – sekali piknometer
dimiringkan

untuk

membantu

keluarnya

udara,

kemudian

didinginkan. Selanjutnya, piknometer ditambah air destilasi sampai
penuh sampai gelembung udara benar-benar tidak ada lagi yang
terperangkap dalam piknometer dan tutup piknometer. Bagian luar
piknometer dikeringkan dan dibersihkan dengan tissue/lap. Setelah
itu, timbang piknometer dan ukur suhunya dengan menggunakan
termometer (t°C). Keluarkan larutan tanah dari piknometer dan
dibersihkan, kemudian diisi penuh dengan air destilasi, tutup, dan
timbang.

5.2

-

Saran
Sebaiknya dalam percobaan berat jenis di ujikan lebih banyak
sampel tanah dalam piknometer sehingga data lebih akurat dengan
hasil rata-rata dari banyak contoh sampel

-

Waktu yang disediakan lebih diperpanjang. Karena praktikan
kadang ganti-gantian mencoba melakukan praktikum, ada yang cepat
dan ada yang lambat.

DAFTAR PUSTAKA

38

Braja M.Das,dkk.1988.Mekanika Tanah.Erlangga:Surabaya
Das Braja. 1988. Mekanika Tanah ( Prinsip-prinsip rekatyasa geoieknis )jilid
1.Erlangga:
Hardiyatmo, Hary Cristady.2002.Mekanika Tanah I.Gajah Mada University
Press:Yogyakarta
Shirley LH,Ir.1994.Geoieknik dan Mekanika Tanah.Nova:Bandung
Jakarta.
Sunggono.1984.Mekanika Tanah.Nova:Bandung

39

LAMPIRAN

40

41

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Mekanika tanah (Soil Mechanics) adalah cabang dari ilmu pengetahuan
yang mempelajari sifat fsik dari tanah dan kelakuan massa tanah tersebut
bila menerima bermacam-macam gaya. Dalam mekanika tanah kita
mempelajari kelakuan kondisi tanah yang berbeda – beda yang mana sering
kita temukan dalam praktek.

Dalam praktikum kali ini kita akan membahas tentang pemadatan dengan
metode Core Cutter. Setelah pembelajaran di dalam kelas secara teori
mengenai

pemadatan,

maka

untuk

mengetahui

cara

menentukan

kepadatan tersebut maka dilakukan pembelajaran melalui praktikum di
laboratorium.

Maksud dari percobaan ini adalah untuk menentukan kepadatan (berat
volume kering) tanah dengan menggunakan ring gamma. Diharapkan
setelah melakukan percobaan ini, praktikan dapat memahami tentang uji
pemadatan ini, serta dapat mengaplikasikannya baik di dalam kegiatan
laboratorium maupun di lapangan.

1.2. Tujuan Percobaan
-

Untuk dapat melakukan pengujian pemeriksaan kepadatan lapangan
metode core cutter

42

-

Untuk menentukan kepadatan (berat volume kering) tanah dengan
menggunakan ring gamma

BAB II
DASAR TEORI

Struktur tanah didefnisikan sebagai susunan

geometric butiran

tanah. Diantara faktor – faktor yang mempengaruhi struktur tanah adalah
bentuk, ukuran, dan komposisi mineral dan butiran tanah serta sifat dan
komposisi dari air tanah. Secara umum, tanah dapat dimasukkan kedalam
dua kelompok yaitu: tanah tak berkohesi (cohesionless soil) dan tanah
kohesif (cohesive soil).

Partikel Tanah

Ukuran dari suatu partikel tanah adalah sangat beragam dengan
variasi

yang

cukup

besar.

Tanah

umumnya

kerikil(gravel), pasir(sand), lanau(silt), atau

dapat

disebut

sebagai

lempung(clay)., tergantung

pada ukuran partikel yang paling dominant dapa tanah tersebut. Untuk
menerangkan tentang tanah berdasarkan ukuran-ukuran

partikelnya,

beberapa organisasi telah mengembangkan beberapa batasan-batasan
ukuran golongan jenis tanah. (soil separate size limits). Pada table di
tunkukkan batasan-batasan ukuran golongan jenis tanah yang telah di
kembangkan

oleh

Massachussets

Institute

of

Technology

(MIT),

U.S

Department of Agriculture (USDA), American Assosiation of state highway
and Transportation Ofcial (AASHTO) dan oleh U.S Army Corps OF Engineers

43

dan U.S Bereau of reclamation yang kemudian menghasilkan apa yang
disebut sebagai Unifed Soil Classifcation System (USCS).

Tabel Batasan-batasan ukuran golongan tanah

Ukuran Butiran (mm)
Nama Golongan

Massachussets Institute of
Technology (MIT)
U.S Department of
Agriculture (USDA)
Assosiation of state
highway and
Transportation Ofcial
(AASHTO)
U.S Army Corps OF
Engineers dan U.S Bereau
of reclamation

Kerikil

Pasir

Lanau

Lempung

2 - 0,06

0,06 0,002

< 0,002

2 - 0,05

0,05 0,002

< 0,002

76,2 - 2

2 - 0,075

0,075 0,002

< 0,002

76,2 - 4,75

4,75 0,075

>2

>2

Halus (yaitu lanau dan
lempung) 100oC.

-

Cincin + contoh tanah diambil dari oven kemudian bersihkan ring dari
tanah yang menempel, lalu ditimbang dan didapat berat kering.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Uji

Ukuran Ring
Diameter Ring

= 5,6 cm (ring 31) dan 5,7 cm (ring 23)

Tinggi Ring

= 2,9 cm (ring 31) dan 3,1 cm (ring 23)

Volume Ring

= Ring 3-1 = ¼ π D2 t = ¼ π . 5,62 . 2,9 = 71,39 cm3
Ring 2-3= ¼ π D2 t = ¼ π . 5,72 . 3,1 = 79,06 cm3
51

Nomor Ring

31

23

Volume dalam Ring

V

cm3

71,39

79,06

Massa Ring Kosong

M1

gr

70,3

76,8

M2

gr

211,9

218,4

M3 = M 2 – M 1

gr

141,6

141,6

w

%

24,32

36,02

1,98

1,79

1,59

1,32

Massa Ring + tanah
basah
Massa tanah basah
Kadar Air
Berat Volume Basah

γb=

M3
V

Berat Volume Kering

γd=

γb
1+ w

gr/
cm3
gr/
cm3
gr/

Berat Volume Kering Rerata

1,455

cm3

Cawan No.

E9

D11

Berat Cawan kosong

W1 (gram)

12,6

12,6

Berat Cawan + Tanah Basah

W2 (gram)

51,2

60,7

Berat Cawan + tanah kering

W3 (gram)

49

58

Berat air

A=W2-W3

2,2

2,7

Berat Tanah Kering

B=W3-W1

36,4

45,4

(A/

6,04

Kadar Air
Kadar air rata-rata (%)

B)x100%

5,95%
5,95%

4.2. Pembahasan

Hal pertama yang dilakukan dalam penentuan berat isi yaitu diukur
diameter dan tinggi 2 buah cincin uji (ring gamma) dengan menggunakan
mistar. Masing-masing diameter dan tinggi pada cincin 1(31) yaitu 5,6 cm
52

dan 2,9 cm, pada cincin 2(23) yaitu 5,7 cm dan 3,1 cm. Ditimbang berat
masing-masing cincin uji (M1) tersebut dan didapat masing-masing pada
cincin 1 dan 2 sebesar 70,3 gram dan 76,8 gram. Tanah dimasukkan
kedalam cincin tersebut dan diratakan permukaannya. Cincin + contoh
tanah ditimbang (M2), dan didapat pada masing-masing cawan yaitu 211,9
gram dan 218,4 gram. Kemudian dimasukkan

ke dalam oven selama 24

jam dengan suhu >100C. Setelah itu cincin + contoh tanah yang sudah
dioven ditimbang dan didapat berat keringnya.
Berat isi tanah basah dapat dicari dengan rumus :

γ=

M 2−M 1
V

Dan berdasarkan hasil percobaan didapar berat isi tanah basah pada cincin
uji 1 dan 2 masing-masing yaitu sebesar 1,98 gram/cm 3 dan 1,79 gram/cm3.
Dari kedua hasil tersebut dapat dibandingkan bahwa nilai berat isi pada
masing-masing cincin uji tidak jauh berbeda. Berat isi rata-rata tanah
basah adalah 1,885 gram/cm3.

Selanjutnya masing-masing cawan di hitung berat airnya (A=W2-W3) dan
berat tanah kering (B=W3-W1). Dan berdasarkan hasil percobaan didapat
berat isi tanah kering pada cincin uji 1 dan 2 masing-masing yaitu sebesar
1,59 gram/cm3 dan 1,32 gram/cm3. Dari hasil tersebut dapat dibandingkan
bahwa nilai berat isi pada masing-masing cincin uji adalah tidak jauh beda.
Berat isi rata-rata tanah kering adalah 1,455 gram/cm3.

Nilai berat volume basah dan berat volume kering tanah dihitung
menggunakan rumus:
Berat Volume Tanah Basah :

γb=

M 3 berat tana h basah
=
V
volume total
53

Berat Volume Tanah Kering :

γd=

γb
1+ w

w = kadar air

Dihitung persentase kadar air masing-masing cawan dengan menggunakan
rumus :
Kadar air (w) =(A/B)x100%

Kemudian setelah di dapat kadar air masing-masing cawan, hitung rata-rata
kadar air dengan cara (w1 + w2)/2. Dari hasil percobaan didapat kadar air
rata-rata (persen) sebesar 5,95%.

Faktor-faktor

kesalahan

yang

mungkin

terjadi

dalam

percobaan

menentukan berat volume kali ini adalah sebagai berikut :
-

Kesalahan dalam membaca timbangan, mungkin pada saat dilakukan
penimbangan timbangan belum di kalibrasi.

-

Kesalahan dalam membaca skala mistar sehingga hasil yang didapatpun
kurang akurat. Seharusnya dalam membaca harus tegak lurus dengan
skala mistar.

-

Kesalahan

dalam

proses

pemadatan

tanah

didalam

cincin

(ring

gamma).Biasanya tanah tidak terpadatkan secara sempurna didalam
cincin sehingga mempengaruhi berat dan diameter tanah sehingga
secara tidak langsung mempengaruhi hasil perhitungan berat isi tanah
tersebut.
-

Pada saat pengambilan sampel tanah setelah pemanasan dalam oven
biasanya tidak sampai 24 jam dan berat dari tanah berkurang karena
diakibatkan kesalahan pada saat membawa sampel tersebut sehingga
mengakibatkan beberapa butir tanah terjatuh dan mengurangi berat dari

54

tanah tersebut. Hal tersebut mengakibatkan hasil yang didapat tidak
terlalu akurat dan maksimal.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat diketahui langkah-langkah untuk melakukan


pengujian pemeriksaan kepadatan lapangan metode core cutter.
Melalui

praktikum

ini

praktikan

dapat

memahami

tentang

uji

pemadatan ini, serta dapat mengaplikasikannya baik di dalam
kegiatan laboratorium maupun di lapangan.
-

Berdasarkan hasil pengukuran tersebut diperoleh berat isi rata-rata
tanah kering adalah 1,455 gram/cm 3.

5.2.
-

Saran
Sebaiknya pada percobaan selanjutnya, praktikum dilakukan sesuai
dengan prosedur dan sesuai dengan peraturan yang ada. Dan
sebaiknya pada percobaan selanjutnya sampel yang diuji lebih
banyak, agar data yang diperoleh lebih akurat.

- Sebaiknya ketelitian dalam praktikum diutamakan, sehingga dapat
meminimalisir kesalahan.

55

- Sebaiknya setelah praktikum, alat yang digunakan dikembalikan ke
tempat semula dalam keadaan bersih dan tertata rapi

DAFTAR PUSTAKA

Braja M.Das,dkk.1988.Mekanika Tanah.Erlangga:Surabaya
Das Braja. 1988. Mekanika Tanah ( Prinsip-prinsip rekatyasa geoieknis )jilid
1.Erlangga:
Hardiyatmo, Hary Cristady.2002.Mekanika Tanah I.Gajah Mada University
Press:Yogyakarta
Shirley LH,Ir.1994.Geoieknik dan Mekanika Tanah.Nova:Bandung
Sunggono.1984.Mekanika Tanah.Nova:Bandung.

56

LAMPIRAN

57

58

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Dalam ilmu teknik sipil, tanah merupakan material yang terdiri dari agregat (butiran)
mineral-mineral padat yang tidak tersedimentasikan (terikat secara kimia) satu dengan
yang lain dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpatikel padat) disertai
dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel
padat tersebut. Butiran-butiran mineral yang membentuk bagian padat dari tanah
merupakan hasil pelapukan dari batuan. Ukuran setiap butiran padat tersebut sangat
bervariasi dan sifat-sifat fisik butiran.
Oleh karena itu kita sebagai orang teknik perlu memepelajari tentang tanah guna ilmu
perencanaan terhadap infrasturuktur yang akan dibangun diatasnya. Di Universitas
Mulawarman Program Studi Teknik Sipil jenjang S1 dikenal mata kuliah Mekanika
Tanah. Ilmu ini mempelajari sifat dan perlakuan terhadap kondisi tanah yang berbeda–
beda, yang mana sering kita temukan di lingkungan sekitar kita. Tanah memiliki banyak
ragam bentuk fisik maupun komponennya tergantung kondisi dan tempat dimana tanah
itu ditemukan.
Karena dikelas hanya bersifat teoritis, oleh karena itu praktikum Mekanika Tanah
Distribusi Ukuran Butir ini perlu dilakukan. Melalui praktikum ini diharapkan kita
dapat melakukan pengujian distribusi ukuran butir, memplot hasil pengujian kedalam
grafik dan dapat memberi kesimpulan mengenai gradasi hasil distribusi dari sampel
tanah yang didapat
1.2
-

Tujuan Percobaan
Praktikan dapat melakukan percobaan distribusi ukuran butir tanah dengan
Hydrometer

-

Menentukan ukuran butir tanah yang lebih kecil dari 2mm

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
59

Dalam jenis dan sifat tanah sangat bervariasi, hal ini ditentukan oleh – perbandingan
banyaknya fraksi-fraksi (kerikil, pasir, lanau dan lempung), sifat plastisitas butir halus.
Pada tanah berbutir halus analisis saringan di uji dengan alat bernama Hidrometer. Pada
tanah lanau digunakan sekurang-kurangnya 50-60 gram dan pada tanah lempung tidak
berpasir 100-120 gram.
Pada uji hidrometer, ukuran butiran dianggap sebagai diameter bola yang mengendap
pada kecepatan yang sama, pada besar butiran yang sama. Tanah sebelumnya harus
dibebaskan dari zat organik, kemudian tanah dilarutkan ke dalam air destilasi yang
dicampuri bahan pendeflokulasi (deflocculating agent) yang dapat berupa sodium
hexametaphosphate agar partikel-partikel menjadi bagian yang terpisah satu dengan
yang lain.
Ketika hidrometer dimasukkan dalam larutan suspensi (pada waktu t dihitung dari
permulaan sedimentasi), hidrometer ini mengukur berat jenis larutan di sekitar
gelembung hidrometer yang berada pada kedalaman L. Berat jenis suspensi merupakan
fungsi dari jumlah partikel tanah yang ada per volume satuan suspensi pada kedalaman
L akan berdiameter lebih kecil dari D.
Partikel yang lebih besar akan mengendap di luar zona pengukuran. Hidrometer
dirancang untuk memberikan jumlah tanah (dalam gram) yang masih terdapat suspensi
dan dikalibrasi. Dari uji hidrometer, distribusi ukuran butir tanah digambarkan dalam
bentuk kurva semi logaritmik. Ordinat grafik berupa persen berat butiran yang lebih
kecil daripada ukuran butiran yang diberikan dalam absis.
Umumnya tanah bergradasi baik jika distribusi ukuran butirannya tersebar meluas,
tanah bergradasi buruk jika butiran besar maupun kecil ada, tapi dengan pembagian
butiran yang relatif rendah pada ukuran sedang.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1

Waktu dan Tempat
60

Pada pada percobaan ini dilakukan pada laboratorium Mekanika Tanah, Rekayasa Sipil
Fakultas Teknik Universitas Mulawarman. Pada tanggal 23 November 2013

3.2

Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
-

Hidrometer ASTM 151H

-

Thermometer

-

Stopwatch

-

Gelas silinder kapasitas 1000 cc

-

Alat pengaduk suspensi

-

Erlenmeyer

-

Air destilasi

-

Sampel tanah yang lolos saringan No 40

-

Reagent

-

Saringan : No 10, No 30, No 40, No 50, No 100, No 200

3.2.2 Bahan
-

3.3
-

Tanah lolos saringan No 40

Prosedur Percobaan
Ambil contoh tanah ± 50-60 gram, taruh contoh tanah dalam erlenmeyer tuangkan
sebanyak ± 125 cc larutan air ditambah reagent 10% dari berat tanah yang
disiapkan. Campur dan aduk sampai seluruh tanah tercampur dengan air. Biarkan
tanah terendam selama minimal 16 jam

-

Tuangkan campuran dalam pengaduk, jangan sampai ada butir yang tertinggal
dengan cara dibilas air. Putar alat pengaduk selama 1 menit

-

Kemudian pindahkan suspensi kegelas silinder. Tambahkan air destilasi hingga
volume mencapai 1000 cc

-

Disampingnya sediakan gelas silinder kedua yang diisi air destilasi ditambah dengan
reagent 10% dari berat tanah sebagai pembanding

61

-

Tutup gelas isi suspensi dengan telapak tangan kemudian kocok sebanyak 60 kali.
Tepat pada hitungan ke 60 stopwatch mulai berjalan. Letakan gelas isi suspensi
keatas meja berdampingan dengan gelas silinder kedua yang diisi air destilasi

-

Lakukan pembacaan hidrometer pada suspensi saat T = 2, 5, 30, 60, 250 dan 1440
menit. Setelah dibaca ambil hidrometer pelan-pelan lalu lakukan pembacaan
hidrometer pada silinder kedua.

-

Setiap pembacaan hidrometer amati dan catat temperatur dengan menggunakan
termometer. Setelah pembacaan hidrometer terakhir tuangkan suspensi keatas
saringan No 200 kemudian cuci dengan air. Hingga tidak ada lagi butir yang
tertinggal

-

Pindahkan butir-butir tanah yang tertahan kedalam wadah, keringkan didalam oven
dengan temperatur 105º - 110º c.

-

Kemudian keluarkan sampel dari oven sambil didinginakan lalu timbang berat tanah
kering.

-

Saring tanah tersebut dengan menggunakan sejumlah saringan

-

Timbang dan catat berat tanah yang tertinggal pada tiap saringan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Data Hasil Uji

ANALISA SARINGAN BUTIRAN TANAH
62

No. Saringan

Ukuran
(mm)

Massa
tertahan
saringan (gr)

Massa lewat
saringan (gr)

Persen lewat
saringan c/M
x 100 %

10

2

b1= 0

C1=52,2

100

30

0,6

b2= 0

C2=52,2

100

40

0,425

b3= 0

C3=52,2

100

50

0,3

b4= 0

C4=52,2

100

100

0,15

b5= 1,7

C5=50,5

96,74

200

0,075

b6= 2,4

C6=48,1

92,15

Berat Butiran < 0,075 mm

B2 = 48,1

63

64

30

30

30

30

29

29

0,5

0,5

0,5

0,5

0,5

14,9

13,9

13,4

12,5

12,45

12,1

0,01312

0,01312

0,01293

0,01293

0,01293

0,01293

0,001

0,0031

0,006

0,008

0,020

0,032

11

17

20

23

26

28

22,12

34,2

40,23

46,26

52,3

56,32

Kedalaman
% Berat Lebih
t (oC)Temperatur L (cm)
KKonstanta D = K (L/T)ButirDiameter R=R1-R2TerkoreksiDiameterBacaan (%)P
efektif
Kecil

0,5

Koreksi

HASIL PENGUJIAN

-3
8
1440

-3
14
250

-3
17
60

-3
20
30

-3
23
5

-3
25
2

(menit)TWaktu R1Bacaan R2Bacaan (m)Meniscus

4.1

Pembahasan

Pengujian dengan hidrometer ini dilakukan karena kita ingin mengetahui distribusi
ukuran tanah pada tanah berbutir halus yaitu tanah yang tertahan saringan No 200
(0,075 mm). Percobaan ini dilakukan dengan mengendapkan tanah pada gelas silinder
dan membandingkan bacaan pada gelas silinder lain yang diisi air biasa. Yang menjadi
perbandingan adalah bacaan yang tertera pada alat hidrometer dan temperatur pada

Persen Lolos (%)

setiap gelas silinder berbeda.

Ukuran Butiran (mm)
Grafik Distribusi Ukuran Butir

65

Melaui grafik dapat disimpulkan bahwa tanah bergradasi baik dengan sejumlah
lempung. Karena dari hasil grafik terdapat persebaran butiran dari yang terbesar sampai
terkecil. Grafik ini dibuat dalam bentuk logaritmik dan data ini didapat dari plot hasil
tabel analisis saringan dan tabel hasil pengujian, yaitu diameter saringan dan persen
lolos pada saringan
Pada percobaan kali ini didapat hasil butiran tanah yang besar diameternya kurang dari
2mm adalah 1,7mm dan 2,4mm
Pada percobaan ini ada beberapa faktor kesalahan yang mungkin terjadi dalam
percobaan distribusi ukuran butir kali ini yang dapat menyebabkan kesalahan
penginputan data, yaitu :
-

Pada saat pengukuran hidrometer dan termometer, posisi mata tidak sejajar
dengan pembaca skala sehingga terjadi kesalahan dalam pembacaan hidrometer
dan termometer

-

Kesalahan ketika mindahkan butiran-butiran tanah yaitu tertinggalnya butiran
tanah pada gelas ukur ketika membersihkan sehingga mempengaruhi berat butir
tanah itu sendiri

-

Kesalahan pada alat timbangan karena belum dikalibrasi sehingga penimbangan
menjadi kurang akurat

66

BAB V
PENUTUP
5.1

Kesimpulan

-

Praktikan dapat melakukan percobaan distribusi ukuran butir menggunakan
hidrometer dengan baik dan benar sesuai prosedur, dari hasil percobaan
praktikan dapat memplotkan hasil pengujian kedalam grafik dan menarik
kesimpulan gradasi dari hasil gambar grafik

-

Dari percobaan ini didapat ukuran butir tanah yang lebih kecil dari 2 mm adalah
sebagai berikut :
Saringan No 10

: 0 gram

Saringan No 30

: 0 gram

Saringan No 40

: 0 gram

Saringan No 50

: 0 gram

Saringan No 100

: 1,7 gram

Saringan No 200

: 2,4 gram

5.2

Saran

-

Dalam melakukan percobaan, sebaiknya dibuat minimal 3 (tiga) sampel dari
tanah yang sama, agar hasil yang didapat lebih akurat dari hasil rata-rata

-

Dalam pembacaan hidrometer usahakan dilakukan dengan baik agar tidak terjadi
kesalahan dalam perhitungan koreksi, dan jangan lupa mencatat jenis hidrometer
yang digunakan karena mempengaruhi proses perhitungan pengoreksiannya

67

DAFTAR PUSTAKA

Braja M.Das,dkk.1988.Mekanika Tanah.Erlangga:Surabaya
Das Braja. 1988. Mekanika Tanah ( Prinsip-prinsip rekayasa geoteknis )jilid
1.Erlangga:
Hardiyatmo,

Hary

Cristady.2002.Mekanika

Tanah

I.Gajah

Mada

University

Press:Yogyakarta
Shirley LH,Ir.1994.Geoteknik dan Mekanika Tanah.Nova:Bandung
Sunggono.1984.Mekanika Tanah.Nova:Bandung.

LAMPIRAN

68

BAB I
PENDAHULUAN

1.3

Latar Belakang

Mekanika Tanah adalah salah satu mata kuliah utama yang harus diketahui
oleh seluruh mahasiswa sipil. Pada saat proses belajar-mengajar dikelas
mahasiswa akan diajarkan tentang pengenalan tanah hingga klasifkasinya
dan berbagai jenis tanah dengan beberapa metode seperti metode UNIFIED
dan ASHTO. Pada saat dikelas mahasiswa diajarkan lebih fokus kepada teori
dari materi serta perhitungan yang dibahas tetapi tidak terlibat langsung
69

dalam pengerjaannya. Sehingga, dilakukan praktikum agar mahasiswa tidak
hanya paham tentang teori dari materi-materi yang dibahas tapi juga
paham tentang proses mendapatkan nilai nilai tersebut dilapangan.

Bila ingin menentukan klasifkasi tanah, terlebih dahulu harus ditentukan
batas – batas atterberg yaitu batas cair, batas plastis dan batas susut.
Batas-batas tersebut bisa didapat dari hasil pengujian langsung atau
praktikum. Sehingga, di bangku kuliah ini diharapkan Mahasiswa telah
paham proses untuk untuk menentukan batas atterberg, karena itu
diperlukannya Praktikum Mekanika Tanah 1.

Pada praktikum Mekanika Tanah 1 ini akan dilakukan Pengujian batas-batas
atterberg yang berupa batas cair, batas plastis dan batas susut. Dalam
proses pengujian batas atterberg ini akan didapatkan nilai indeks plastisitas
yang merupakan selisih dari batas cair dan batas plastis pada akhir
perhitungan. Diharapkan setelah melakukan percobaan ini, praktikan dapat
memahami

tentang

penentuan

batas

atterberg

serta

dapat

mengaplikasikannya baik di dalam kegiatan laboratorium maupun di
lapangan.

1.4

Tujuan Percobaan

-

Agar praktikan dapat melakukan uji batas atterberg

-

Untuk memperoleh besaran atau nilai dari batas-batas atterberg

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

70

Tanah terbagi dari dua bagian, yaitu bagian padat dan bagian rongga.
Bagian padat terdiri dari partikel – partikel padat, sedangkan bagian
berongga terisi air atau udara setengahnya bila tanah tersebut jenuh atau
kering. Apabila gumpalan tanah tidak sepenuhnya dalam keadaan basah
atau jenuh, maka rongga tanah akan terisi oleh air dan udara. Tanah tidak
seperti besi atau baja dan beton yang tidak banyak ragam sifat – sifat
fsiknya. Keragaman ini menentuakn sifat tanah dengan berbagai persoalan
sesuai dengan kondisi tertentu yang dikehendaki dalam pelaksanaan. Tanah
berbutir kasar (coarse grained soil) adalah tanah dengan ukuran butir ≥
0,075 mm atau tanah yang tertahan pada saringan no. 200. Tanah berbutir
halus (fne grained soil) adalah tanah dengan ukuran butir < 0,075 mm atau
tanah yang lolos ayakan no. 200. Sifat – sifat penting tanah untuk sebuah
proyek tergantung pada jenis atau fungsi proyek. Sesuai dengan sifat –
sifatnya penting diketahui tipe proyek yang dilaksanakan. Adapun sifat –
sifatnya antara lain:
-

Konsolidasi (Consolidaiion)
Pada konsolidasi dihitung dari perubahan isi pori tanah akibat beban.
Sifat ini dipergunakan untuk menghitung penurunan bangunan.

-

Tegangan geser (Shear Sirengih)
Untuk menentukan kemampuan tanahn menahan tekanan – tekanan
tanpa mengalami keruntuhan.
Sifat ini dibutuhkan dalam perhitungan stabilitas pondasi atau dasar
yang dibebani, stabilitas tanah isian atau timbunan di belakang
bangunan penahan tanah dan stabilitas timbunan tanah.

-

Permeabilitas (Permeabiliity)
Sifat ini untuk mengukur atau menentukan kemampuan tanah dilewati
air melalui pori – porinya.

Sifat ini penting dalam konstruksi bendung tanah urugan dan persoalan
dra