askep hipertensi HIPERTENSI dan Tekanan Darah Tinggi

askep hipertensi
HIPERTENSI

I.

PENGERTIAN

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas
140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 ) Menurut WHO,
penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi
sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan
diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic
karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).

1. II.

PENYEBAB

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany

Gunawan, 2001 )
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya
disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
1. Ciri perseorangan

Cirri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur
( jika umur
bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras
( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
1. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang

tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain
misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

1. III.

PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.

Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh
perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ),
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner &
Suddarth, 2002 ).

1. IV.

TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward K Chung, 1995 )
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah,
selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial
tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

1. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan
kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis.

1. V.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan

1. VI.

PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat

Gejala

: kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton

Tanda

: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea

1. Sirkulasi
Gejala
: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit

serebrovaskuler

Tanda

: Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin

1. Integritas Ego
Gejala

:Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor stress multipel

Tanda
: Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang
meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara
1. Eliminasi
Gejala

: gangguan ginjal saat ini atau yang lalu

1. Makanan / Cairan

Gejala
kolesterol

: makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan

Tanda

: BB normal atau obesitas, adanya edema

1. Neurosensori
Gejala
: keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan
penglihatan, episode epistaksis
Tanda

:, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik

1. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala
abdomen


: Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri

1. Pernapasan
Gejala
: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal
proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda
sianosis

: distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan,

1. Keamanan
Gejala

: Gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda

: episode parestesia unilateral transien, hipotensi psotural


1. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala
ginjal

: factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit

Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon

VII.

PENATALAKSANAAN

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah
140/90 mmHg.(5) Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : (2,8)
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan
suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
1. Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c). Penurunan berat badan
d). Penurunan asupan etanol

e). Menghentikan merokok
f). Diet tinggi kalium
1. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi
adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan
lain-lain

b). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut
nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus
220 – umur
c). Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona

latihan


d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
1. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a). Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda
mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan

biofeedback

terutama

dipakai untuk mengatasi

gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
b). Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau
kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks
1. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
1. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat(1).
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar
yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON
DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 )
menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE
dapat digunakan sebagai

obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita(2).
Pengobatannya meliputi :
1. Step 1
2. Step 2

: Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
: Alternatif yang bisa diberikan

1)

Dosis obat pertama dinaikan

2)

Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

3)
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa
blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
1. Step 3

: alternatif yang bisa ditempuh

1)

Obat ke-2 diganti

2)

Ditambah obat ke-3 jenis lain
1. Step 4

: alternatif pemberian obatnya

1)

Ditambah obat ke-3 dan ke-4

2)

Re-evaluasi dan konsultasi
1. Follow Up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik
antara pasien dan petugas kesehatan
( perawat, dokter ) dengan cara pemberian
pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas
kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
2. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
3. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa
dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
4. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah
atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur
memakai alat tensimeter
5. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
6. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
7. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
8. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat
mengukur tekanan darahnya di rumah

9. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x
sehari
10. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan
masalah-masalah yang mungkin terjadi
11. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat
untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
12. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
13. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
14. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali
pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard
Intervensi keperawatan :
1. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
5. Catat edema umum
6. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
7. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
8. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
9. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher
10. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
11. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
12. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
13. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi

Hasil yang diharapkan :
Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima

Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

1. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
Intervensi keperawatan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
Batasi aktivitas
Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan
Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman,
tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi

Hasil yang diharapkan :
Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman

1. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan
gangguan sirkulasi
Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu
Intervensi :
1. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
2. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan
arteri jika tersedia
3. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan
4. Amati adanya hipotensi mendadak
5. Ukur masukan dan pengeluaran
6. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan
7. Ambulasi sesuai kemampuan; hibdari kelelahan

Hasil yang diharapkan :

Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD
dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium
dalam batas normal.
Haluaran urin 30 ml/ menit
Tanda-tanda vital stabil

1. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit dan perawatan diri
Tujuan ;Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi
1. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
2. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
3. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek
samping atau efek toksik
4. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
5. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit
kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.
6. Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
7. Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
8. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan
9. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang
diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol
10. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan

Hasil yang diharapkan :
Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan penatalaksanaan perawatan dini
Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000

Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit
2001

Kanisius,

Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit
Hipokrates, 1999

Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003

Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta,
Penerbit Arcan, 1995

Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan,
1996

Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002

Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh
Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995

Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit
Arcan, 1995

Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi ,
Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hipertensi ( Tekanan Darah Tinggi ) adalah penyakit dimana umumnya penderita tidak
mengetahui dirinya mengidap penyakit hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.
Dimana tekanan darah itu sendiri adalah tekanan didalam pembuluh arteri ketika darah dipompa
oleh jantung keseluruh anggota tubuh. Tekanan darah dapat dilihat dengan mengambil dua
ukuran dan biasanya ditunjukkan dengan angka seperti berikut 120/180 mmHg. Angka 120
menunjukkan tekanan sistolik. Angka 80 menunjukkan tekanan ketika jantung sedang
berelaksasi, disebut dengan tekanan diastolik.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan di dapat dua angka. Dikatakan tekanan darah tinggi jika
tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau
lebih. Dikatakan hipertensi jika didapatkan ukuran yang tinggi ( misalnya 160/90 mmHg )
sebanyak dua kali dalam tiga kali pengukuran, selama paling sedikit dua bulan (8minggu).
1.2. Tujuan
• Untuk mempelajari Asuhan keperawatan Hipertensi pada keluarga
• Untuk memberikan pengetahuan pada keluarga tentang : tanda, gejala dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan hipertensi
• Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan keluarga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA2.1 Konsep Keperawatan Keluarga
Pengertian
Asuhan keperawatan keluarga menurut Salvicion G. Bail.on dan Aracelis Maglaya 1978.
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan
atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang di rawat dengan sehat sebagai
tujuan melalui perawatan sebagai sarana atau penyalur.2.2 Konsep CVA
CVA / Stroke disebut juga dengan serangan otak, merupakan jenis penyakit yang paling banyak
dialami oleh orang yang berusia sudah tua. Stroke terjadi karena aliran darah yang mengalir ke
daerah otak menjadi terputus sehingga sel-sel otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen
dan glukosa yang dibawa oleh darah pada akhirnya tidak berfungsi afektif dan menjadi mati.
Ada 2 tipe stroke :
1. Stoke iskemik kurang lebih memiliki pola kerja atau gangguan yang hamper sama seperti
serangan jantung. Perbedaannya adalah terjadinya gangguan ini ada didalam pembuluh darah
yang terdapat dalam otot. Stroke iskemik juga dapat terjadi apabila terlalu banyak plak (endapan
lemak dan kolesterol yang menyumbat pembuluh darah di otak).

2. Stroke hemoragik, stroke ini terjadi karena adanya keretakan atau terpecahnya pembuluh
darah yang ada di otak. Akibat terjadinya pemecahan ini, maka darah yang mengalir ke dalam
jaringan otak menyababkan terjadinya kerusakan, terutama pada sel-sel otak.Gejala umum
terjadinya stroke ditandai dengan beberapa hal, antara lain :
• Mengalami kelemahan, atau bahkan mati rasa, terutama pada bagian wajah, lengan, dan tungkai
pada salah satu sisi tubuh.
• Mengalami kekaburan penglihatan, atau bahkan mungkin hilangnya penglihatan dan kekaburan
pada salah satu mata.
• Mengalami kesulitan untuk berbicara atau sulit memahami apa yang sedang dibicarakan orang
lain kepadanya.
• Mengalami sakit kepala yang amat sangat, tanpa diketahui sebab-sebabnya.
• Mengalami kehilangan keseimbangan tubuh atau mengalami ketidakstabilan pada saat
berjalan.Ada dua factor resiko yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya stroke :
1. Factor resiko yang dapat dikendalikan.
Faktor resiko bagi penderita stroke yang masih dapat dikendalikan sehingga mereka masih
memiliki peluang untuk disembuhkan, meliputi : sekaligus menderita hipertensi, menderita
diabetes, mengalami peningkatsn kolesterol yang cukup tinggi, pecandu alcohol, perokok,
mengalami kelebihan BB, dan menderita penyakit arteri koroner.
2. Faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan
Sementara penderita stroke yang factor resikonya tidak dapat dikendalikan sehingga ulit
disembuhkan secara medis, antara lain : factor usia yang sudah mencapai 65 thn ke atas, jenis
kelamin (seorang pria memiliki potensi yang lebih banyak mengalami stroke, sedangkan wanita
lebih berpotansi mengalami stroke yang lebih mematikan), factor sejarah keluarga, artinya
seseorang yang memiliki gen dari sebuah keluarga yang mengalami stroke, maka factor itu
secara medis biasanya akan sullit dikendalikan.2.3 Konsep Hipertensi
A. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal. Seseoarang dianggap mengalami
hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg sistolik atau 90 mmHg
diastol. (Elisabet Corwin, hal 356).
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih dan
tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah
diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg
atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih. (Barbara Hearrison 1997)
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
yang abnormal dengan tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg menetap atau telkanan
diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnosa dipastikan dengan mengukur rata-rata dua atau
lebih pengukuran tekanan darah pada dua waktu yang terpisah. Patologi utama pada hipertensi
adalah peningkatan tahanan vaskuler perifer pada tingkat arteriol.
B. Etiologi
Hipertensi adalah asimtomatik. Gejala-gejala menandakan kerusakan pada organ targeet seperti

otak, ginjal, mata, dan jantung. Bila tak teratasi, hipertensi dapat menimbulkan stroke, gagal
ginjal, dan kebutaan, dan gagal jantung kongestif. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi
menjadi 2 bagian yaitu :
(Mansjoer Arif,dkk,1999 hal 518)
1. Esensial (primer/idiopatik) etiologi tak diketahui, dapat dipercepat atau maligna, namun
banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf
simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress
2. Sekunder atau hipertensi renal disebabkan oleh proses penyakit dasar. Dapat diakibatkan
karena penyakit parenkim renal/vakuler renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan
endokrin dll.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai
respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa factor
yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
c. Stress Lingkungan
d. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran pembuluh
darah.
Faktor-faktor yang mempertinggi resiko terjadinya hipertensi antara lain:
• Keturunan
• Usia
• Berat badan
• Perokok
• Pola makan dan gaya hidup
• Aktivitaas olah raga
C. Patofisiologi
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan
ginjal. Penurunan kesadaran, daan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.
Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel jugularis. Dari sel
jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan
mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya
perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh
darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah. Selain itu juga dapat meningkatkan hormone
aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan
tekanan darah. Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada
organ organ seperti jantung.
D. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Hipertensi (JNL, 1997) : The sixt Report of Join National Committee on Prevention
1997 dikutip oleh Mansjoer Arif, dkk, 1999 hal 519, dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Sistolik mmHg Diastolik mmHg
a. Normal 130 – 139 85 – 89
b. Perbatasan 140 – 159 90 – 99
c. Hipertensi tingkat I 160 – 179 100 – 109
d. Hipertensi tingkat 2 > 180 < 85

e. Hipertensi tingkat 3 < 130 > 110
E. Manifestasi Klinik
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala bila demikian, gejala
baru ada setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering
ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdenging, mata berkunang-kunang
dan pusing . (Mansjoer Arif, dkk, 1999).
Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala meskipun secara tidak
sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah
tinggi (padahal sesungguhnya tidak).Pada tingkat awal sesungguhnya, Hipertensi asimtomatis,
mempunyai gejala :
1. Sakit kepala : pada occipital,, seringkali timbul pada pagi hari.
2. Vertigo dan muka merah.
3. Epistaksis sppontan.
4. Kelelahan
5. Mual dan muntah
6. Sesak nafas
7. Gelisah
8. Penglihatan kabur atau scotomas dengan perubahan retina.
9. Kekerapan nocturnal akibat peningkatan tekanan dan bukan oleh gangguan ginjal.
10. Sebagai akibat hipertensi yang berkepanjangan, maka akan terjadi :
a. Insufiensi koronen dan penyumbatan.
b. Gagal jantung.
c. Gagal ginjal.
d. Cerebrovaskular accident (stroke).
F. PNP
Pathway Keperawatan disusun dengan mengambil sumber dari ;Kapita Selecta Kedokteran, Jilid
I, Ed. Ketiga, 1999 dan Nasrul Effendy, Asuhan Keperawatan Keluarga, 1999
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Demografi :
• Usia : Terjadi pada usia 30-40 tahun
• Ras : terjadi dua kali lebih besar pada orang kulit hitam (orang afrika)
• Jenis kelamin : meningkat pada laki-laki
B. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko :
• Kegemukan / obesitas
• Riwayat keluarga positif
• Peningkatan kadar lipid serum
• Merokok sigaret berat
• Penyakit ginjal
• Terapi hormon kronis
• Gagal jantung
• Diet
• Kehamilan
C. Pemeriksaan fisik :
• Otak : sakit kepala, mual, muntah,kebas kaki atau kesemutan pada ekstremitas,ensefalopati

hipertensif (mengantuk, kacau mental, kejang atau koma).
• Mata :retinopati (hanya dapat dideteksi dengan menggunakan oftalmoskop yang menunjukkan
hemoragi retinal dan eksudat dengan papiledema), penglihatan kabur
• Jantung :gagal jantung (dispnea ppada pengerahan tenaga,takikardia)
• Ginjal : penurunan pengeluaran urin dalam hubungannya dengan pemasukan cairan,
penambahan berat badan tiba-tiba dan edema.
D. Pemeriksaan Diagnostik
• Sinar X dada dapat menunjukkan kardiomegali
• EKG dapat menunjukkan proteinuria, hematuria mikroskopik
• Survei kimia dapat menunjukkan peningkatan kreatinin serum dan nitrogen urea darah (BUN)
• Profil lipid dapat menunjukkan peningkatan kolesterol dan trigliserida
• Elektrolit serum dapat menunjukkan peningkatan natrium
Kadar katekolamin meningkat bila hipertensi disebabkan oleh feikromositoma (tumor medulla
adrenal)
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan
dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, pengobatan, faktor
resiko.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
3.3 Intervensi
1. Diagnosa : Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang
berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, pengobatan,
faktor resiko.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi kenaikan tekanan
darah diatas 140/90 mmHg.
Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan dan penyuluhan, keluarga mampu mengenal masalah
kesehatan.
Intervensi :
• Gali pengetahuan keluarga mengenai hipertensi.
Rasional : persepsi yang salah dapat menghambat program pengobatan .
• Jelaskan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala hipertensi.
Rasional : keluarga dapat meningkatkan pengetahuan tentang pengertian, penyebab , tanda dan
gejala dari hipertensi.
• Jelaskan cara pencegahan hipertensi
Rasional : untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang pencegahan hipertensi
• Beri kesempatan pada keluarga untuk mengelompokkan makanan yang tidak boleh/dikurangi.
Rasional : makanan yang tinggi garam dan tinggi lemak akan memperberat hipertensi.
• Jelaskan pada keluarga akibat lanjut dari hipertensi.
Rasional : keluarga mengetahui akibat lanjut hipertensi bila tidak ditangani.
• Bimbing keluarga untuk mencegah serangan.
Rasional : dengan membimbing keluarga diharapkan tidak terjadi serangan ulang.
• Diskusikan bersama keluarga cara pengolahan makanan untuk penderita hipertensi.
Rasional : memberikan pengetahuan pengolahan makanan dimana keluarga membuat
pertimbangan dalam mengolah makanan untuk penderita hipertensi.
• Bimbing keluarga untuk melakukan pencegahan dan perawatan hipertensi.
Rasional : keluarga mengetahui dan memahami perawatan hipertensi dengan benar.

• Jelaskan pada keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan.
Rasional : keluarga dapat memilih fasilitas kesehatan yang sesuai dengan pilihannya.
• Tanyakan pada keluarga fasilitas mana yang akan digunakan apabila ada keluarga yang sakit.
Rasional : untuk mengetahui respon keluarga apabila ada keluarga yang sakit.
• Anjurkan untuk mengunjungi tempat pelayanan kesehatan bila sakit.
Rasional : keluarga dapat mengunjungi fasilitas kesehatan yang ada.
2. Diagnosa : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan atau penyuluhan , diharapkan nyeri
berkurang sampai dengan hilang.
Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan atau penyuluhan kesehatan diharapkan
keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk mengurangi nyeri.
Intervensi :
• Gali pengetahuan keluarga tentang relaksasi.
Rasional : untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai relaksasi.
• Diskusikan cara relaksasi.
Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana keluarga dapat membuat pertimbangan dalam
melakukan relaksasi.
• Beri penjelasan tentang relaksasi.
Rasional : memberikan informasi yang benar sehingga tahu tentang relaksasi.
• Demonstrasikan tekhnik relaksasi
Rasional : melihat secara langsung tekhnik relaksasi.
• Beri kesempatan redemonstrasi relaksasi.
Rasional : dapat melakukan relaksasi tanpa bantuan.
• Jelaskan penyebab nyeri
Rasional : keluarga tahu penyebab nyeri sehingga tidak salah dalam menangani atau mengobati
nyeri.
• Bimbing keluarga untuk mengurangi nyeri.
Rasional : keluarga mampu mengurangi / menanggulangi nyeri.
• Diskusikan cara mengurangi nyeri
Rasional : keluarga membbuat pertimbangan untuk mengatasi nyeri.
• Jelaskan tentang akibat nyeri
Rasional : keluarga mampu menangani nyeri sedini mungkin.
• Ulangi penjelasan yang kurang dimengerti.
Rasional : keluarga mengerti betul akibat nyeri.
• Jelaskan pada keluarga tempat–tempat pelayanan kesehatan yang dapat digunakan.
Rasional : untuk mengarahkan keluarga ke mana harus membawa anggota keluarganya yang
sakit.
• Tanyakan fasilitas kesehatan mana yang akan digunakan keluarga kaitannya dengan sakit yang
di derita anggota keluarganya.
Rasional : untuk mengetahui respon keluarga tentang adanya fasilitas kesehatan yang ada.
• Anjurkan pada keluarga untuk mengunjunginya.
Rasional : keluarga dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
3.4 Implementasi
1. Diagnosa 1 :
• Menggali pengetahuan keluarga mengenai hipertensi.

• Menjelaskan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta pencegahan hipertensi.
• Mendiskusikan cara pencegahan hipertensi.
• Memberi kesempatan pada keluarga untuk mengelompokkan makanan yang tidak
boleh/dikurangi.
• Menjelaskan pada keluarga komplikasi dari penyakit hipertensi.
• Mendiskusikan cara pengolahan makanan untuk penderita hipertensi.
• Memberikan bimbingan cara pengolahan makanan.
• Menggali pengetahuan keluarga tentang perawatan hipertensi.
• Membimbing keluarga tentang pencegahan dan perawatan hipertensi.
• Mengulangi penjelasan cara perawatan hipertensi.
• Menjelaskan pada keluarga berbagai fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat didunakan.
• Menanyakan pada keluarga fasilitas kesehatan yang akan digunakan.
• Memberikan dorongan untuk mengunjungi pelayanan kesehatan terdekat.
2. Diagnosa 2 :
• Menanyakan pada keluarga tentang relaksasi.
• Mendiskusikan cara menangani nyeri.
• Memberi penyuluhan tentang relaksasi.
• Melakukan demonstrasi relaksasi.
• Memberikan keempatan pada keluarga untuk redemonstrasi relaksasi.
• Menjelaskan pada keluarga tentang penyebab nyeri.
• Mendiskusikan dengan keluarga untuk mengurangi nyeri.
• Memberikan bimbingan untuk mengurangi nyeri.
• Menjelaskan tentang akibat nyeri.
• Mengulangi penjelasan agar lebih jelas lagi.
• Menjelaskan pada keluarga tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat digunakan.
• Menanyakan pada keluarga fasilitas mana yang akan digunakan.
• Memberikan dorongan untuk mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat.
3.5 Evaluasi
1. Diagnosa 1 :
• Keluarga mengatakan sudah mengerti tentang hipertensi.
• Keluarga sudah tahu tentang tanda dan gejala serta pencegahan dari hipertensi.
• Keluarga mampu menyebutkan jenis makanan yang tidak boleh/dikurangi.
• Keluarga mengatakan sudah jelas dengan materi yang disampaikan oleh perawat.
• Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang komplikasi dari hipertensi.
• Keluarga mampu menyebutkan cara pengolahan makanan bagi penderita hipertensi.
• Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang perawatan hipertensi dengan di bantu oleh
penyuluh.
• Keluarga mampu menyebutkan cara pencegahan dan perawatan hipertensi.
• Keluarga mengatakan penjelasan yang disampaikan cukup jelas.
• Keluarga mampu menyebutkan jenis fasilitas pelayanan kesehatan,
• Keluarga mengatakan mau mengunjungi Puskesmas untuk mengobati sakitnya.
2. Diagnosa 2 :
• Keluarga sudah tahu tentang relaksasi.
• Keluarga mampu melakukan relaksasi.
• Keluarga mampu menyebutkan penyebab nyeri.
• Keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengurangi nyeri.

• Keluarga mampu menyebutkan akibat nyeri yang berkelanjutan.
• Keluarga dapat mengerti fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat digunakan.
• Keluarga mengatakan akan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada bila ada yang
mengalami gangguan kesehatan, mau mengunjungi Puskesmas.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
• Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan tekanan sistolik lebih
tinggi dari 140 mmHg menetap atau telkanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnosa
dipastikan dengan mengukur rata-rata dua atau lebih pengukuran tekanan darah pada dua waktu
yang terpisah. Patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan tahanan vaskuler perifer pada
tingkat arteriol.
• Hipertensi disebabkan oleh pola makan dan kebiasaan yang kurang baik, begitu juga factor usia
dan keturunan termasuk factor resiko terjadinya hipertensi.
• Keluarga dengan salah satu anggota mengalami hipertensi harus mengetahui pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, pencegahan hipertensi dan komplikasi hipertensi yang bisa
menyebabkan CVA / stroke.
4.2 Saran
• Hindari makanan yang tinggi garam dan tinggi lemak karena hal itu akan memperberat
hipertensi.
• Olahraga yang cukup dan terapkan pola hidup yang sehat, berhenti merokok.
• Pergilah ke pelayanan kesehatan untuk memeriksa keadaan tubuh jika dirasa ada yang sakit,
sehingga penyakit akan diketahui sedini mungkin.
DAFTAR
PUSTAKA
Engram, Barbara. 1998. Keperawatan Medikal Bedah Vol.2. Jakarta : EGC.
FK UI, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta : 2001.
Mansjoer Arif, dkk, The sixt Report of Join National Committee on Prevention (JNL, 1997).
Scribd,
Askep
Hipertensi
dan
CVA,
2009.
Susilawati.
Kumpulan
Askep.
29
Februari
2008.
Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi. Jakarta : EGC.