laporan praktikum Dan pasang surut
LAPORAN PRAKTIKUM
OSEANOGRAFI FISIKA
Data Pasang Surut Tanjung Pandan
OLEH
Juaini Anggraini A
08111005006
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Dasar teori
Pasang surut adalah proses naik turunnya muka air laut secara periodik
(hampir teratur), dibangkitkan terutama oleh gaya tarik bulan dan matahari.
Pasang merupakan perubahan gerak relatif dari materi suatu planet, bintang dan
benda-benda astronmis lainnya yang diakibatkan aksi gravitasi benda-benda
angkasa di luar materi itu berada. Gelombang pasang (tidal waves) adalah
gelombang yang mempunyai periode antara 12 jam sampai dengan 24 jam,
disebabkan adanya gaya gravitasi dan percepatan gaya coriolis, tumbuh akibat
gaya tarik benda-benda langit terutama matahari dan bulan. (Yogi,2010).
Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap
bumi yang besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik
menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar
dibanding matahari. Hal ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil
dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya ini mengakibatkan
air laut, yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada sumbu
yang menghadap ke bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang
berada di bawah muka air yang menggelembung ini, yang mengakibatkan
kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik. Gaya
tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang
lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut
selama periode sedikit di atas 24 jam (Rio, 2012).
Pasang surut terjadi disebabkan gaya tarik menarik antara matahari dan
bumi, bumi dan bulan, serta matahari-bulan dan bumi. Gaya tarik menarik antara
bumi dan palnet lainnya kecil, sehingga bisa diabaikan. Gerakan-gerakan yang
penting dalam sistem matahari-bumi-bulan adalah revolusi dari bumi mengitari
matahari dan revolusi bulan mengelilingi bumi. Bidang dimana bumi mengitari
matahari disebut bidang “ecliptic”, sumbu roasi bumi membuat sudut dengan
bidang Ecliptic ini sebesar (Soebyakto, 2009).
Pasang surut merupakan sebuah fenomena yang terjadi sehari-hari. Pasang
surut dapat dijumpai di sekitar kita setiap harinya.banyak ilmuwan yang meneliti
tentang pasnag surut. Dengan melakukan pengamatan pasnag surut kita dapat
memperoleh data sifat dan fenomena perairan yang berbeda-beda di tiap tempat,
tergantung pada topografi tempat, letak geografis, sifat masing-masing lautan
maupun karakteristik tempat tersebut (Wibowo, 2007).
Dengan waktu selama 15 atau 29 piantan (hari) pengamatan pasang surut
dilakukan. Hasilnya kemuudian dianalisis dengan metode Admiralty dengan
pertimbangan unsur bulan dan matahari. Metode Admiralty dilakukan dengan perhitungkan unsur bulan dan matahari. Dari perhitungan dengan metode ini akan
didapatkan data pasang surut. Data pasang surut dimanfaatkan sebagai referensi
pembangunan daerah pantai, seperti coastal engineering, pengerukan (dredging),
keselamat-an pelayaran (safety of navigation), untuk pembangunan pertambakan.
Selain itu dapat digunakan untuk mengetahui dampak dari Sea Level Rise
terhadap pesisir. Selain itu dapat juga digunakan sebagai upaya perencanaan
proteksi ter-hadap bahaya tsunami dan abrasi (Wibowo, 2007).
Fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara
berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan
bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang
surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air
laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik
menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan.
Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau
ukurannya lebih kecil.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami bagaimana cara pengolahan data pesang surut
dengan metode admiralty
2. Mahasiswa dapat mengetahui nilai komponen harmonic serta mengetahui
tipe pasang surut di suatu perairan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pasang Surut
Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer
(atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat
(tide of the solid earth) (Yogi,2010).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi
bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap
jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan
dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang
surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya
tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua
tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang
surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital
bulan dan matahari
(Wibowo, 2007).
2.2.a Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac
Newton (1642-1727).
Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara
kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi
oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan
bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit
pasang surut (King, 1966). Untuk memahami gaya pembangkit passng surut
dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari
menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari (Pond dan
Pickard, 1978).
Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan
kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding
dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force)
yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan
dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya
pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air
rendah pada dua lokasi
(Gross, 1987).
2.2.b Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory)
Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang
homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang
konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang dengan
periode sesuai dengan konstitue-konstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk
dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan
pengaruh gesekan dasar. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace
(1796-1825). Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut
dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut
menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan
gaya pembangkit pasut. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor
lain yang perlu diperhitungkan selain GPP.
Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah :
1. Kedalaman perairan dan luas perairan
2. Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
3. Gesekan dasar
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi
akan berubah arah (Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda membelok ke
kanan, sedangkan di belahan bumi selatan benda membelok ke kiri. Pengaruh ini
tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan dengan garis lintang dan
mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya juga bervariasi tergantung
pada kecepatan pergerakan benda tersebut. (Yogi,2010).
Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan dengan fenomeana
pasut, gaya Coriolis mempengaruhi arus pasut. Faktor gesekan dasar dapat
mengurangi tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (Phase
lag) serta mengakibatkan persamaan gelombang pasut menjadi non linier
semakin dangkal perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya
(Pond dan Pickard, 1978).
2.3 Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan
teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap
matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis
adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan
gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat
mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar selat,
bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut
yang berlainan (Khayana, 2012).
2.4 Tipe Pasang Surut
Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit
pasang surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir.
Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu :
1. Pasang surut diurnal
Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut. Biasanya
terjadi di laut sekitar katulistiwa.
2. Pasang surut semi diurnal
Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang hampir
sama tingginya.
3. Pasang surut campuran
Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi khatulistiwa (deklinasi
kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati
maksimum, terbentuk pasut diurnal.
Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam
satu hari, ini terdapat di Selat Karimata
2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya
hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.
3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing
Diurnal)
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut
tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda
dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai
Utara Jawa Barat.
4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi
Diurnal)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari
tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi
dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian
Timur.
F=
(AO1+AK1)
___________
(AM2+AS2)
Tipe pasang surut dapat ditentukan menggunakan rumus Formzahl
dimana:
AO1 = unsur pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
AK1 = unsur pasut tunggal yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
AM2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
AS2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
Dimana :
F ≤ 0.25
: Pasut ganda
0.25 < F ≤ 1.5 : Pasut tunggal
1.5 < F ≤ 3.0 : Pasut campuran dominan ganda
F > 3.0
: Pasut campuran dominan tunggal
2.5 Alat-alat Pengukuran Pasang Surut
2.5.1 Tide Staff
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi
meter. Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan.Tide Staff
(papan Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya
digunakan untuk mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air laut.
Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain
yang di cat anti karat. (Yogi,2010).
2.5.2 Tide Gauge
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara
mekanik dan otomatis. Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian
permukaan air laut yang kemudian direkam ke dalam komputer. Tide gauge
terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Floating tide gauge (self registering)
Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang dapat
diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording
unit). Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun yang lebih
banyak dipakai adalah dengan cara rambu pasut.
2. Pressure tide gauge (self registering)
Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide gauge, namun
perubahan naik-turunnya air laut direkam melalui perubahan tekanan pada dasar
laut yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Alat ini dipasang
sedemikian rupa sehingga selalu berada di bawah permukaan air laut tersurut,
namun alat ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan pasang surut
(Sahala dan Steward, 2008)
2.5.3. Satelit
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya
sistem satelit Geos-3. Pada saat ini secara umum sistem satelit altimetri
mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan
global, memantau volume dari lempengan es kutub, dan mengamati perubahan
muka laut rata-rata (MSL) global. Prinsip Dasar Satelit Altimetri adalah satelit
altimetri dilengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsa
radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini,
altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang
elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik
oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit (Wibowo, 2007).
Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik altimetri
yaitu pada dasarnya satelit altimetri bertugas mengukur jarak vertikal dari satelit
ke permukaan laut. Karena tinggi satelit di atas permukaan ellipsoid referensi
diketahui maka tinggi muka laut (Sea Surface Height atau SSH) saat pengukuran
dapat ditentukan sebagai selisih antara tinggi satelit dengan jarak vertikal. Variasi
muka laut periode pendek harus dihilangkan sehingga fenomena kenaikan muka
laut dapat terlihat melalui analisis deret waktu (time series analysis). Analisis
deret waktu dilakukan karena kita akan melihat variasi temporal periode panjang
dan fenomena sekularnya (Sahala dan Steward, 2008)
2. 6 Pasang Surut di Perairan Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan
yaitu Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik serta posisinya yang berada di
garis katulistiwa sehingga kondisi pasang surut, angin, gelombang, dan arus laut
cukup besar. Hasil pengukuran tinggi pasang surut di wilayah laut Indonesia
menunjukkan beberapa wilayah lepas laut pesisir daerah Indonesia memiliki
pasang surut cukup tinggi. Gambar 15 memperlihatkan peta pasang surut wilayah
lautan Indonesia. Dari gambar tersebut tampak beberapa wilayah lepas laut pesisir
Indonesia yang memiliki pasang surut cukup tinggi antara lain wilayah laut di
timur Riau, laut dan muara sungai antara Sumatera Selatan dan Bangka, laut dan
selat di sekitar pulau Madura, pesisir Kalimantan Timur, dan muara sungai di
selatan pulau Papua (muara sungai Digul) (Sumotarto, 2003).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun pelaksanaan praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 18
Desember 2012 pukul 08.00 – 09.30 WIB bertempat di Laboratorium
Penginderaan Jarak Jauh , Program studi Ilmu Kelautan, Fakultas MIPA,
Universitas Sriwijaya, Inderalaya.
3.2 Alat dan Bahan
1. 1 PC komputer
2. Modul Praktikum
3. Aplikasi Ms. Excel
3.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum Pasang Surut ini adalah:
Sebelum dilakukan pengolahan data pasut dilakukan terlebih dahulu
smoothing pada data lapangan yang diperoleh dari pengukuran alat, hal
ini dilakukan untuk menghilangkan noise.
Isi tiap kolom – kolom pada skema II ini dengan bantuan Tabel2
yaitu denganmengalikan nilai pengamatan dengan harga pengali
pada Tabel 2 untuk setiap hari pengamatan
Karena pengali dalam daftar hanya berisi bilangan 1 dan -1 kecuali
untuk X4ada bilangan 0 (nol) yang tidakdimasukkan dalam
perkalian, maka lakukan perhitungan dengan menjumlahkan
bilangan yang harus dikalikan dengan 1 dan diisikan pada kolom
yang bertanda (+) dibawah kolom X1, Y1, X2, Y1, X4,dan Y4.
Lakukan hal yang sama untuk pengali -1 dan isikan kedalam kolom
di bawah tanda (-).
Untuk mengisi kolom – kolom pada skema-III, setiap kolom pada
kolom –kolom skema-IIImerupakan penjumlahan dari perhitungan
pada kolom – kolom pada skema-II.
Mengisi seluruh kolom – kolom pada skema-IV, diisi dengan data
setelah penyelesaian skema-III dibantu dengan daftar 2 (Tabel-5)
Mengisi kolom – kolom pada skema-V dan kolom – kolom pada
skema-VI dengan bantuan daftar 3a skema-V (Tabel 7) mempunyai
10 kolom, kolom kedua disisi pertama kali sesuai dengan perintah
pada kolom satu dan angka – angkanya dilihat pada skema-V
Untuk kolom 3,4,5,6,7,8,9 dan 10 dengan melihat angka –
angka pada kolom 2 dikalikan dengan faktorpengali sesuai
dengan kolom yang ada pada daftar 3a
Format isian pada skema VII dapat dilihat pada Tabel 9
Tabel-VIII dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok.
Setelah selesai pindahkan harga amplitude (A) dan kelambatan fase
(go) untuk setiap komponen dari skema-VII ke hasil terakhir dengan
nilai pembulatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Skema 1
Tabel 1. Penyusunan untuk Skema I
Tanggal
0
1
2
3
4
5
6
1-Dec-12
151.2
125.1
100.6
80.4
67.3
63.3
69.2
2-Dec-12
156.9
136.8
117.1
100.3
88.7
84.4
3-Dec-12
153
139.3
125.8
114.3
106.7
4-Dec-12
139.9
132
125
119.8
5-Dec-12
120
116.2
114.6
6-Dec-12
97
94.8
7-Dec-12
75.1
8-Dec-12
7
8
9
10
11
84.6
107.5
135.1
164
191
88.5
100.7
119.9
143.5
168.5
192
104.6
109.2
120.4
137.4
158
179.8
200
117.9
120.2
127.5
140
156.7
176.1
195.8
213.6
115.7
120
128.1
140.1
155.8
174.3
194.2
213.6
230.3
96.7
102.8
112.9
126.9
144.5
164.9
187
209.2
229.8
247
71.8
74.6
83.4
97.8
117
140.1
165.8
192.4
218.3
241.6
260.5
58.4
51.4
52.4
61.3
77.6
100.3
127.9
158.4
189.8
219.9
246.7
268.5
9-Dec-12
49.8
37.5
34.2
40.6
56.3
80.2
110.3
144.4
179.7
213.9
244.4
269.6
10-Dec-12
51
32.5
23.6
25.4
38
60.5
90.8
126.5
164.5
201.7
235.4
263.6
11-Dec-12
61.6
37.3
22.3
18.4
26.1
45
73.4
108.5
147.1
185.8
221.6
252
12-Dec-12
79.4
51
30.7
20.9
22.9
36.8
61.3
93.8
131.1
169.6
205.8
237.2
13-Dec-12
100.9
70.8
47
32.5
29.1
37.5
57
85.5
119.8
156.2
191.3
222.1
14-Dec-12
122
92.9
68.2
50.9
43.4
47
61.5
85.2
115.4
148.5
181.1
210
15-Dec-12
138.5
112.9
90
72.6
63.2
63.5
73.8
93
118.8
148.1
177.3
203.3
16-Dec-12
147.1
127.1
108.3
93.4
84.7
84.7
91.8
107.6
129.7
155.1
180.7
203.3
+
21
22
23
1996
205.4
2004
187.3
2020
165.8
2039
144.8
2058
128.2
2074
119
2084
118.9
2085
127.7
2077
143.7
2063
163.6
2043
2000
191.9
1993
177.2
1994
156.7
2004
134.2
2021
113.9
2041
99.4
2061
93.4
2076
96.9
2085
109.1
2084
127.5
2075
148.5
112.9
b. Skema II
Tabel 2. Hasil Penyusunan untuk Skema II
X1
Y1
X2
+ 12 - 13 + 14
- 15
2160 1836 2656 1339
213.41831
229.82500
239.7 1497
243.7
2166
211.21776
224.72365
231.7 1649
232.9
2237
226.42278
230.3 1765
228.1
2363 2161680
227.11559
234.72256
235.8 1823
230.5
2520
242.31437
248.22302
247.3 1814
239.6
2678
258.91336
264.42406
262.6 1738
253.7
2809
273.712742802549
278.9 1613
270.1
2888
284.11261
292.32701
292.9 1461
285.7
2901
298.92833302 1314
297.4
2846 2881300
284.91382
298.62919
304.5 1199
302.9
2736
275.5
291.5
299.9
301.1
261.9
279.2
289.2
246.7
264.1
233
249.2
223.8
220.7
Y2
X4
+16
- 17 + 18 - 19 +
2123 1873 1997 1999 1336
239.12037 233
2113243 1884
1960 225.4
1336
229.3
222.7
214.5
205.6
2099 1914 2076 1937 1341
221.1 1958
210.72108198.9
2085
1935 187
1349
219.8
205.5
189.2
172.9
2072 2007 2126 1953 1359
207.92127187.3
2063226 2052
1989 166.1
1370
238.3
217.6
193.4
167.7
2060 2085 2110 2035 1378
254.4 2100
232.72078206.4
2061
2084 177.4
1383
271.2
250.1
223.7
193.2
2068 2093 2037 2125 1384
285.4 2067
266.61995241.8
2080
2152 212
1379
294.1
278.7
257.1
230.1
2092 2026 1959 2159 1371
20 -
1329
216.3
1329
196.6
1336
175.8
1347
157.8
1360
145.9
1373
142.3
1384
147.5
1390
160.6
1390
178.7
1385
198.4
1374
215.7
Y4
183.5
175.7
165.8
148.2
126
103.4
84.5
72.7
70.2
77.3
92.6
295.7
284.1
266.7
243.7
292.4
289.7
281.6
268.4
250.3
227.2
199.4
167.9
134.3
274.4
278.5
277.2
271.5
261.8
248.2
230.3
208.1
181.9
152.6
258.5
261.9
260.6
255.8
248
237.7
224.4
207.8
187.5
164
237.6
244.7
246
243
237.2
229.6
220.7
210.4
198.2
183.6
166.4
220.7
235.6
233.9
227.8
219.3
209.8
200.2
190.8
181.2
170.8
159.1
2593
2444
2321
2247
2226
1489
1601
1694
1750
1757
X0
+
3996
3997
4014
4043
4079
4115
4145
4161
4162
4147
4118
4082
4045
4015
3996
3983
2942
2895
2788
2641
2470
X1+
2000
2325
2334
2461
2683
2960
3241
3473
3614
3639
3546
3355
3104
2844
2627
2497
2469
1141
1150
1226
1355
1514
Y1+
2000
3317
3002
2717
2514
2433
2488
2668
2936
3240
3520
3720
3801
3746
3562
3286
2956
2106
2116
2123
2124
2110
1976
1929
1892
1872
1874
X2+
2000
2250
2229
2185
2127
2065
2011
1975
1962
1975
2013
2067
2129
2187
2231
2253
2236
1936
1930
1943
1973
2003
2146
2115
2071
2023
1980
Y2+
2000
1998
2077
2139
2174
2173
2138
2075
1994
1912
1843
1799
1789
1815
1872
1950
2023
c. Hasil Skema IV
Tabel 4. Hasil Penyusunan untuk Skema IV
1361
1350
1341
1336
1336
X4+
500
507
507
505
503
500
497
494
493
493
495
497
500
503
506
507
508
1361
1347
1336
1329
1328
Y4+
500
496
512
526
534
537
533
523
509
493
479
469
465
468
478
491
495
2024
2007
1996
1994
1989
2059
2039
2019
2002
1994
00
+
65096
10
+
47171
49906
-
30000
30000
+
23970
22372
-
23200
27533
(29)
(-) (+)
2000
2000
1b
+
20766
18758
-
17972
21634
+
17626
16083
-
29544
33823
(29)
(-) (+)
2000
2000
1c
+
20880
20330
-
19968
+
Y
JUMLAH
65096
17171
19906
-7161
2795
-2877
-13918
-19740
23822
912
-3492
33894
31770
3894
1770
-
30000
30000
(29)
+
(-) (+)
14131
19763
2000
13550
18220
2000
2b
+
16804
16766
-
12879
11069
+
9991
9623
-
23904
22148
(29)
(-) (+)
2000
2000
2c
+
17171
+
1647(-) (+)
-10427
+
3894
-13329
+
-13740
-2401
(-) (+)
+
-
20
22
23
42
X12 - Y1b =
X13 - Y1c (29)
=
X20
TAMBAHAN
X
-1230
13
X00
=
X10
=
Y
TANDA
12
V
X
INDEX
4b
=
X22 - Y2b =
44
X23 - Y2c =
X42 - Y4b (29)
=
4d
65096
ma V
dan
-7632
VI
-6670
Tabel
5.
3925
5697
Hasil
penyusun
untuk skema
-15913
12667
12052
15060
14225
-2393
171.705
-171.705
171.705
515.115
3469
3470
-148.185
4545 148.2 4537-16.465 -1576
-32.93
500
500-104.268 -1355.48
-417.072 729.876
3497 5.8 36743894.1
1129.3
-38.941
3009
2849
489
-13329.4 1866.116
-8130.9
-133.294
3510
3475
8931.19
-3435.08 -1495
-13740.3
4505 5 4532
274.806
-24.007
500 -24.007 500
3000
3002
-507
3506
3521
65096.1
d. Ske
-14525
V dan VI
-2173
17170.5
-1201.9
171.705
-148.185
-1567
1646.5
-32.93
-2085.36
6151.812
-312.804
38.941
825
266.6
-412.209
-1558
-519
32.93
-77.882
-399.9
-399.882
399.9
687.015
137.403
-240.07
-2400.7
X44 - Y4d =
Y10
VI
-976
9.759
-9.759
-19.518
-199.055
398.11
20104.56
-985.659
-48.8
-1592.4
199.055
199.055
=
19906
Y12 + X1b =
-4367
-218.3
-43.665
218.325
524.0
-4584.83
130.995
-43.7
Y13 + X1c =
-18828
376.552
376.552
-1694.48
-4518.62
12237.94
-753.104
376.552
=
1770
-283.248
1770.3
531.1
-17.703
35.406
-53.109
-17.703
Y22 + X2b =
-2746
-2855.63
-411.9
1674.9
-54.916
274.6
-109.832
54.9
Y23 + X2c =
-16918
11842.3
-4398.58
-17425.1
507.528
1065.809
1184.232
507.528
Y42 + X4b =
-1078
-21.6
-118.6
-1078.4
Y44 + X4d =
-2064
61.92
-2064
123.8
Y20
-20.64
-103.2
e. Skema VII
Tabel 6. Hasil penyusun untuk skema VII
V : PR cos r
S0
M2
S2
N2
K1
O1
M4
MS4
64920.4
-3700.3
2366.4
-21774.0
14830.3
6196.5
-1190.5
-1879.3
-16400.3
16544.8
7436.5
-1584.4
-631.0
VI : PR sin r
8902.0
PR
2927.0
64920.4
9640.4
3763.9
27259.5
22218.6
9679.8
1981.8
1982.4
360.0
175.0
214.0
166.0
217.0
177.0
273.0
280.0
Daftar 5 : f
1.0
1.0
1.0
0.9
0.8
1.0
1.0
VII
1.0
0.8
1.2
1.3
1.0
1.0
0.8
109.5
0.0
155.9
348.1
121.4
219.0
109.5
1.7
0.0
1.7
7.9
-10.1
3.5
1.7
10.6
2.6
4.1
0.0
0.0
10.6
Daftar 3a : P
: 1+W
: V
VII
Daftar 9 : u
VIII
: w
Daftar 3a : p
333.0
345.0
327.0
173.0
160.0
307.0
318.0
Daftar 4 : r
112.6
129.0
217.0
228.1
230.2
233.1
198.6
Jumlah = g
556.8
484.5
704.3
761.3
501.4
762.6
638.4
360.0
360.0
360.0
360.0
360.0
720.0
360.0
53.9
21.3
136.6
81.6
65.0
6.95161
8.4
196.8
124.5
344.3
401.3
141.4
42.6
278.4
n x 360°
PR:((P* f *(1+W)) = A
180.3
g°
f. Skema VIII
Tabel 7. Hasil Penyusun untuk Skema VIII
w dan (1+W), S2 , MS4
VII
: K1 : V =
348.1
VII
: K1 : u =
7.9
Jumlah
: V+u =
356.0
Daftar 10 : S2 : w/f =
12.4
Daftar 10 : S2 : W/f =
-0.2
Daftar 5 : K2 : f =
0.9
w =
10.6
W =
-0.2
1 + W =
0.8
w dan (1+W) utk K1
VII
: K1 : 2V =
696.3
VII
: K1 : u =
7.9
Jumlah : 2V + u =
344.2
Daftar 10 : K1 : wf =
3.9
Daftar 10 : K1 : Wf =
0.3
Daftar 5 : K1 : f = 0.94268
w =
W =
1 + W =
4.1
0.3
1.3
w dan (1+W) utk N2
VII
VII
: M2 : 3V =
: N2 : 2V
328.5
=
311.8
Selisih (M2 - N2) =
16.7
Daftar 10 : N2 : w =
2.6
Daftar 10 : N2 : 1+W
M2 , O1 , M4 :
=
1.2
W = 0; w = 0
S2
:
f = 1 ; V, u = 0
N2, MS4
:
f, u sama dengan M2
M4
:
f = ( f M2 ) ²
V = ( V M2 ) x 2
u = ( u M2 ) x 2
MS4
:
V = V M2
K2
:
A = A S2 x 0.27
g = g S2
P1
:
A = A K1 x 0.33
g = g K1
HASIL TERAKHIR
A Cm
S0
M2
S2
N2
K1
O1
M4
MS4
K2
P1
118
77
37
117
35
18
13
21
10
12
343
194 354
317
145
5
226
194
317
g°
0.46491
2
F
g. Grafik pasang Surut
Pasang Surut
4500
4000
41259
41257
41255
41253
41251
41249
41247
41245
Tanggal
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
41258
41256
41254
41252
41250
41248
41246
41244
4.2 Pembahasan
Pada praktikum oseanografi kali ini, pengamatan pasang surut dilakukan di
daerah Tanjung Pandan yang termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan
Tanjung Pandan ini terletak di Kabupaten Belitung, Pulau Bangka. Secara
geografis daerah Tanjung Pandan terletak antara 107°08' BT- 107°58' BT dan
02°30' LS sampai 03°15' LS. Melihat kondisi topografi Pulau Belitung yang pada
umumnya bergelombang dan berbukit-bukit telah membentuk pola aliran sungai
di daerah ini menjadi pola Sentrifugal, dimana sungai-sungai yang ada berhulu di
daerah pegunungan dan mengalir ke daerah pantai. Sedangkan daerah aliran
sungai mempunyai pola aliran sungainya berbentuk seperti pohon
Data yang digunakan untuk penelitian ini berupa data-data numerik yang
disusun dalam tabel kedudukan tinggi air laut (dalam satuan sentimeter) tiap jam
(24 jam) untuk 15 hari pengamatan dan sudah terkoreksi sehingga sudah siap
untuk dilakukan perhitungan selanjutnya.
Pada praktikum kali ini juga, menggunakan etode perhitungan Adiralti.
Perhitungan dengan metode Admiralty, yaitu hitungan untuk mencari harga
amplitudo (A) dan beda fase (g0) dari data pengamatan selama 15 piantan (hari
pengamatan) dan mean sea level (S0) yang sudah terkoreksi. Dari besaran
amplitudo (A) dan beda fase (g0) konstanta harmonik pasang surut air laut yang
diperoleh, dapat dianalisis sifat-sifat perairan Tanjung Pandan melalui tabiat
pasang surutnya, yaitu: Tipe pasang surutnya melalui nilai F (Formzal), pada
kriteria Courtier.
Nilai F pada saat pengamatan diperoleh 0.464912 sehingga tipe pasang surut
di perairan Tanjung Pandan adalah pasang surut campuran condong ke harian
ganda. Hal ini diakibatkan karena nilai Formzal berkisar antara 0.25 < F < 1.50
berdasarkan kriteria Courtier.
Terdapat 9 komponen harmonic dalam perhitungan pasang surut dengan
metode admiralty yaitu M2 yang merupakan Harian ganda: bulan orbit lingkaran
dan ’equatorial orbit’, S2 Harian ganda: bulan orbit lingkaran dan ’equatorial
orbit’, K2 Harian ganda: deklinasi bulan dan deklinasi matahari, N2 Harian ganda:
orbit bulan yang eliptis, K1 Harian ganda: deklinasi bulan dan deklinasi matahari,
O1 Harian ganda: deklinasi bulan, P1 Harian ganda: deklinasi matahari, M4
’quarter diurnal’: perairan dangkal dan MS4 yang merupakan ’quarter diurnal:
perairan dangkal, interaksi M2 dan S2.
Dengan waktu selama 15 atau 29 piantan (hari) pengamatan pasang surut
dilakukan. Hasilnya kemuudian dianalisis dengan metode Admiralty dengan
pertimbangan unsur bulan dan matahari. Metode Admiralty dilakukan dengan perhitungkan unsur bulan dan matahari. Dari perhitungan dengan metode ini akan
didapatkan data pasang surut
BAB V
KESIMPULAN
1. Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turun-nya
permukaan air laut secara berkala yang dipengaruhi oleh gaya tarik benda
astronomi terutama oleh matahari, bumi, dan bulan.
2. Gaya-gaya pembangkit pasang surut ditimbulkan oleh gaya tarik menarik
antara bumi, bulan dan matahari.
3. Tipe-tipe pasang surut antara lain adalah pasang surut harian tunggal, pasang
surut harian ganda, pasang surut campuran condong harian tunggal, pasang
surut campuran condong harian ganda.
4. Metode perhitungan pasang surut laut dengan menggunakan metode
admiralty adalah perhitungan untuk menentukan Muka Laut Rata-rata
(MLR).
5. Perhitungan Formzhal digunakan untuk penentuan tipe pasang surut suatu
perairan.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Syekh.dkk. 1997. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jakarta: PT Delta
Pamungkas
Anonim .2013. Alat-alat Pengukuran Pasang Surut. from
http://gdl.geoph.itb.ac.id. diakses pada tanggal 4 Desember 2013 pukul
20.00WIB.
Dronkers, J. J. 1964. Tidal Computations in rivers and coastal waters. North
Holland
Publishing Company. Amsterdam
Hutabarat, Sahala dan M.Evans, Stewart. 2008. Pengantar Oseanografi. Jakarta:
Universitas Indonesia (UI-Press).
Heron Surbakti, M.Si. 2007. Oseanografi : Pasang Surut . from
http://surbakti77.wordpress.com/2007/09/03/pasang-surut/ . Akses pada
tanggal 6 Desember 2013 pukul 19.25 WIB.
Pond dan Pickard, 1978. Introductory to Dynamic Oceanography. Pergamon
Press, Oxford
Wyrtki, K. 1961. Phyical Oceanography of the South East Asian Waters. Naga
Report Vol. 2 Scripps, Institute Oceanography, California.
Wibowo, Henky. 2007. Oseanografi Fisika. From
http://www.ilmukelautan.com/oseanografi/fisika-oseanografi/408-faktorpenyebab-terjadinya-arus . Diakses tanggal 6 Desember 2013 16.45 WIB.
Yogi Suardi. 2010. Oseanografi Fisika – Pasang Surut. From
http://www.ilmukelautan.com/oseanografi/fisika-oseanografi/402-pasansurut. Akses pada tanggal 6Desember 2013 pukul 21.15 WIB.
OSEANOGRAFI FISIKA
Data Pasang Surut Tanjung Pandan
OLEH
Juaini Anggraini A
08111005006
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Dasar teori
Pasang surut adalah proses naik turunnya muka air laut secara periodik
(hampir teratur), dibangkitkan terutama oleh gaya tarik bulan dan matahari.
Pasang merupakan perubahan gerak relatif dari materi suatu planet, bintang dan
benda-benda astronmis lainnya yang diakibatkan aksi gravitasi benda-benda
angkasa di luar materi itu berada. Gelombang pasang (tidal waves) adalah
gelombang yang mempunyai periode antara 12 jam sampai dengan 24 jam,
disebabkan adanya gaya gravitasi dan percepatan gaya coriolis, tumbuh akibat
gaya tarik benda-benda langit terutama matahari dan bulan. (Yogi,2010).
Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap
bumi yang besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik
menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar
dibanding matahari. Hal ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil
dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya ini mengakibatkan
air laut, yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada sumbu
yang menghadap ke bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang
berada di bawah muka air yang menggelembung ini, yang mengakibatkan
kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik. Gaya
tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang
lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut
selama periode sedikit di atas 24 jam (Rio, 2012).
Pasang surut terjadi disebabkan gaya tarik menarik antara matahari dan
bumi, bumi dan bulan, serta matahari-bulan dan bumi. Gaya tarik menarik antara
bumi dan palnet lainnya kecil, sehingga bisa diabaikan. Gerakan-gerakan yang
penting dalam sistem matahari-bumi-bulan adalah revolusi dari bumi mengitari
matahari dan revolusi bulan mengelilingi bumi. Bidang dimana bumi mengitari
matahari disebut bidang “ecliptic”, sumbu roasi bumi membuat sudut dengan
bidang Ecliptic ini sebesar (Soebyakto, 2009).
Pasang surut merupakan sebuah fenomena yang terjadi sehari-hari. Pasang
surut dapat dijumpai di sekitar kita setiap harinya.banyak ilmuwan yang meneliti
tentang pasnag surut. Dengan melakukan pengamatan pasnag surut kita dapat
memperoleh data sifat dan fenomena perairan yang berbeda-beda di tiap tempat,
tergantung pada topografi tempat, letak geografis, sifat masing-masing lautan
maupun karakteristik tempat tersebut (Wibowo, 2007).
Dengan waktu selama 15 atau 29 piantan (hari) pengamatan pasang surut
dilakukan. Hasilnya kemuudian dianalisis dengan metode Admiralty dengan
pertimbangan unsur bulan dan matahari. Metode Admiralty dilakukan dengan perhitungkan unsur bulan dan matahari. Dari perhitungan dengan metode ini akan
didapatkan data pasang surut. Data pasang surut dimanfaatkan sebagai referensi
pembangunan daerah pantai, seperti coastal engineering, pengerukan (dredging),
keselamat-an pelayaran (safety of navigation), untuk pembangunan pertambakan.
Selain itu dapat digunakan untuk mengetahui dampak dari Sea Level Rise
terhadap pesisir. Selain itu dapat juga digunakan sebagai upaya perencanaan
proteksi ter-hadap bahaya tsunami dan abrasi (Wibowo, 2007).
Fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara
berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan
bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang
surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air
laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik
menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan.
Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau
ukurannya lebih kecil.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami bagaimana cara pengolahan data pesang surut
dengan metode admiralty
2. Mahasiswa dapat mengetahui nilai komponen harmonic serta mengetahui
tipe pasang surut di suatu perairan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pasang Surut
Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer
(atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat
(tide of the solid earth) (Yogi,2010).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi
bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap
jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan
dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang
surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya
tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua
tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang
surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital
bulan dan matahari
(Wibowo, 2007).
2.2.a Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac
Newton (1642-1727).
Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara
kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi
oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan
bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit
pasang surut (King, 1966). Untuk memahami gaya pembangkit passng surut
dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari
menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari (Pond dan
Pickard, 1978).
Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan
kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding
dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force)
yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan
dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya
pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air
rendah pada dua lokasi
(Gross, 1987).
2.2.b Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory)
Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang
homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang
konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang dengan
periode sesuai dengan konstitue-konstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk
dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan
pengaruh gesekan dasar. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace
(1796-1825). Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut
dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut
menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan
gaya pembangkit pasut. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor
lain yang perlu diperhitungkan selain GPP.
Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah :
1. Kedalaman perairan dan luas perairan
2. Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
3. Gesekan dasar
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi
akan berubah arah (Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda membelok ke
kanan, sedangkan di belahan bumi selatan benda membelok ke kiri. Pengaruh ini
tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan dengan garis lintang dan
mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya juga bervariasi tergantung
pada kecepatan pergerakan benda tersebut. (Yogi,2010).
Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan dengan fenomeana
pasut, gaya Coriolis mempengaruhi arus pasut. Faktor gesekan dasar dapat
mengurangi tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (Phase
lag) serta mengakibatkan persamaan gelombang pasut menjadi non linier
semakin dangkal perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya
(Pond dan Pickard, 1978).
2.3 Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan
teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap
matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis
adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan
gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat
mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar selat,
bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut
yang berlainan (Khayana, 2012).
2.4 Tipe Pasang Surut
Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit
pasang surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir.
Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu :
1. Pasang surut diurnal
Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut. Biasanya
terjadi di laut sekitar katulistiwa.
2. Pasang surut semi diurnal
Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang hampir
sama tingginya.
3. Pasang surut campuran
Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi khatulistiwa (deklinasi
kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati
maksimum, terbentuk pasut diurnal.
Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam
satu hari, ini terdapat di Selat Karimata
2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya
hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.
3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing
Diurnal)
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut
tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda
dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai
Utara Jawa Barat.
4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi
Diurnal)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari
tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi
dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian
Timur.
F=
(AO1+AK1)
___________
(AM2+AS2)
Tipe pasang surut dapat ditentukan menggunakan rumus Formzahl
dimana:
AO1 = unsur pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
AK1 = unsur pasut tunggal yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
AM2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
AS2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
Dimana :
F ≤ 0.25
: Pasut ganda
0.25 < F ≤ 1.5 : Pasut tunggal
1.5 < F ≤ 3.0 : Pasut campuran dominan ganda
F > 3.0
: Pasut campuran dominan tunggal
2.5 Alat-alat Pengukuran Pasang Surut
2.5.1 Tide Staff
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi
meter. Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan.Tide Staff
(papan Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya
digunakan untuk mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air laut.
Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain
yang di cat anti karat. (Yogi,2010).
2.5.2 Tide Gauge
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara
mekanik dan otomatis. Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian
permukaan air laut yang kemudian direkam ke dalam komputer. Tide gauge
terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Floating tide gauge (self registering)
Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang dapat
diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording
unit). Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun yang lebih
banyak dipakai adalah dengan cara rambu pasut.
2. Pressure tide gauge (self registering)
Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide gauge, namun
perubahan naik-turunnya air laut direkam melalui perubahan tekanan pada dasar
laut yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Alat ini dipasang
sedemikian rupa sehingga selalu berada di bawah permukaan air laut tersurut,
namun alat ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan pasang surut
(Sahala dan Steward, 2008)
2.5.3. Satelit
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya
sistem satelit Geos-3. Pada saat ini secara umum sistem satelit altimetri
mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan
global, memantau volume dari lempengan es kutub, dan mengamati perubahan
muka laut rata-rata (MSL) global. Prinsip Dasar Satelit Altimetri adalah satelit
altimetri dilengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsa
radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini,
altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang
elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik
oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit (Wibowo, 2007).
Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik altimetri
yaitu pada dasarnya satelit altimetri bertugas mengukur jarak vertikal dari satelit
ke permukaan laut. Karena tinggi satelit di atas permukaan ellipsoid referensi
diketahui maka tinggi muka laut (Sea Surface Height atau SSH) saat pengukuran
dapat ditentukan sebagai selisih antara tinggi satelit dengan jarak vertikal. Variasi
muka laut periode pendek harus dihilangkan sehingga fenomena kenaikan muka
laut dapat terlihat melalui analisis deret waktu (time series analysis). Analisis
deret waktu dilakukan karena kita akan melihat variasi temporal periode panjang
dan fenomena sekularnya (Sahala dan Steward, 2008)
2. 6 Pasang Surut di Perairan Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan
yaitu Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik serta posisinya yang berada di
garis katulistiwa sehingga kondisi pasang surut, angin, gelombang, dan arus laut
cukup besar. Hasil pengukuran tinggi pasang surut di wilayah laut Indonesia
menunjukkan beberapa wilayah lepas laut pesisir daerah Indonesia memiliki
pasang surut cukup tinggi. Gambar 15 memperlihatkan peta pasang surut wilayah
lautan Indonesia. Dari gambar tersebut tampak beberapa wilayah lepas laut pesisir
Indonesia yang memiliki pasang surut cukup tinggi antara lain wilayah laut di
timur Riau, laut dan muara sungai antara Sumatera Selatan dan Bangka, laut dan
selat di sekitar pulau Madura, pesisir Kalimantan Timur, dan muara sungai di
selatan pulau Papua (muara sungai Digul) (Sumotarto, 2003).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun pelaksanaan praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 18
Desember 2012 pukul 08.00 – 09.30 WIB bertempat di Laboratorium
Penginderaan Jarak Jauh , Program studi Ilmu Kelautan, Fakultas MIPA,
Universitas Sriwijaya, Inderalaya.
3.2 Alat dan Bahan
1. 1 PC komputer
2. Modul Praktikum
3. Aplikasi Ms. Excel
3.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum Pasang Surut ini adalah:
Sebelum dilakukan pengolahan data pasut dilakukan terlebih dahulu
smoothing pada data lapangan yang diperoleh dari pengukuran alat, hal
ini dilakukan untuk menghilangkan noise.
Isi tiap kolom – kolom pada skema II ini dengan bantuan Tabel2
yaitu denganmengalikan nilai pengamatan dengan harga pengali
pada Tabel 2 untuk setiap hari pengamatan
Karena pengali dalam daftar hanya berisi bilangan 1 dan -1 kecuali
untuk X4ada bilangan 0 (nol) yang tidakdimasukkan dalam
perkalian, maka lakukan perhitungan dengan menjumlahkan
bilangan yang harus dikalikan dengan 1 dan diisikan pada kolom
yang bertanda (+) dibawah kolom X1, Y1, X2, Y1, X4,dan Y4.
Lakukan hal yang sama untuk pengali -1 dan isikan kedalam kolom
di bawah tanda (-).
Untuk mengisi kolom – kolom pada skema-III, setiap kolom pada
kolom –kolom skema-IIImerupakan penjumlahan dari perhitungan
pada kolom – kolom pada skema-II.
Mengisi seluruh kolom – kolom pada skema-IV, diisi dengan data
setelah penyelesaian skema-III dibantu dengan daftar 2 (Tabel-5)
Mengisi kolom – kolom pada skema-V dan kolom – kolom pada
skema-VI dengan bantuan daftar 3a skema-V (Tabel 7) mempunyai
10 kolom, kolom kedua disisi pertama kali sesuai dengan perintah
pada kolom satu dan angka – angkanya dilihat pada skema-V
Untuk kolom 3,4,5,6,7,8,9 dan 10 dengan melihat angka –
angka pada kolom 2 dikalikan dengan faktorpengali sesuai
dengan kolom yang ada pada daftar 3a
Format isian pada skema VII dapat dilihat pada Tabel 9
Tabel-VIII dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok.
Setelah selesai pindahkan harga amplitude (A) dan kelambatan fase
(go) untuk setiap komponen dari skema-VII ke hasil terakhir dengan
nilai pembulatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Skema 1
Tabel 1. Penyusunan untuk Skema I
Tanggal
0
1
2
3
4
5
6
1-Dec-12
151.2
125.1
100.6
80.4
67.3
63.3
69.2
2-Dec-12
156.9
136.8
117.1
100.3
88.7
84.4
3-Dec-12
153
139.3
125.8
114.3
106.7
4-Dec-12
139.9
132
125
119.8
5-Dec-12
120
116.2
114.6
6-Dec-12
97
94.8
7-Dec-12
75.1
8-Dec-12
7
8
9
10
11
84.6
107.5
135.1
164
191
88.5
100.7
119.9
143.5
168.5
192
104.6
109.2
120.4
137.4
158
179.8
200
117.9
120.2
127.5
140
156.7
176.1
195.8
213.6
115.7
120
128.1
140.1
155.8
174.3
194.2
213.6
230.3
96.7
102.8
112.9
126.9
144.5
164.9
187
209.2
229.8
247
71.8
74.6
83.4
97.8
117
140.1
165.8
192.4
218.3
241.6
260.5
58.4
51.4
52.4
61.3
77.6
100.3
127.9
158.4
189.8
219.9
246.7
268.5
9-Dec-12
49.8
37.5
34.2
40.6
56.3
80.2
110.3
144.4
179.7
213.9
244.4
269.6
10-Dec-12
51
32.5
23.6
25.4
38
60.5
90.8
126.5
164.5
201.7
235.4
263.6
11-Dec-12
61.6
37.3
22.3
18.4
26.1
45
73.4
108.5
147.1
185.8
221.6
252
12-Dec-12
79.4
51
30.7
20.9
22.9
36.8
61.3
93.8
131.1
169.6
205.8
237.2
13-Dec-12
100.9
70.8
47
32.5
29.1
37.5
57
85.5
119.8
156.2
191.3
222.1
14-Dec-12
122
92.9
68.2
50.9
43.4
47
61.5
85.2
115.4
148.5
181.1
210
15-Dec-12
138.5
112.9
90
72.6
63.2
63.5
73.8
93
118.8
148.1
177.3
203.3
16-Dec-12
147.1
127.1
108.3
93.4
84.7
84.7
91.8
107.6
129.7
155.1
180.7
203.3
+
21
22
23
1996
205.4
2004
187.3
2020
165.8
2039
144.8
2058
128.2
2074
119
2084
118.9
2085
127.7
2077
143.7
2063
163.6
2043
2000
191.9
1993
177.2
1994
156.7
2004
134.2
2021
113.9
2041
99.4
2061
93.4
2076
96.9
2085
109.1
2084
127.5
2075
148.5
112.9
b. Skema II
Tabel 2. Hasil Penyusunan untuk Skema II
X1
Y1
X2
+ 12 - 13 + 14
- 15
2160 1836 2656 1339
213.41831
229.82500
239.7 1497
243.7
2166
211.21776
224.72365
231.7 1649
232.9
2237
226.42278
230.3 1765
228.1
2363 2161680
227.11559
234.72256
235.8 1823
230.5
2520
242.31437
248.22302
247.3 1814
239.6
2678
258.91336
264.42406
262.6 1738
253.7
2809
273.712742802549
278.9 1613
270.1
2888
284.11261
292.32701
292.9 1461
285.7
2901
298.92833302 1314
297.4
2846 2881300
284.91382
298.62919
304.5 1199
302.9
2736
275.5
291.5
299.9
301.1
261.9
279.2
289.2
246.7
264.1
233
249.2
223.8
220.7
Y2
X4
+16
- 17 + 18 - 19 +
2123 1873 1997 1999 1336
239.12037 233
2113243 1884
1960 225.4
1336
229.3
222.7
214.5
205.6
2099 1914 2076 1937 1341
221.1 1958
210.72108198.9
2085
1935 187
1349
219.8
205.5
189.2
172.9
2072 2007 2126 1953 1359
207.92127187.3
2063226 2052
1989 166.1
1370
238.3
217.6
193.4
167.7
2060 2085 2110 2035 1378
254.4 2100
232.72078206.4
2061
2084 177.4
1383
271.2
250.1
223.7
193.2
2068 2093 2037 2125 1384
285.4 2067
266.61995241.8
2080
2152 212
1379
294.1
278.7
257.1
230.1
2092 2026 1959 2159 1371
20 -
1329
216.3
1329
196.6
1336
175.8
1347
157.8
1360
145.9
1373
142.3
1384
147.5
1390
160.6
1390
178.7
1385
198.4
1374
215.7
Y4
183.5
175.7
165.8
148.2
126
103.4
84.5
72.7
70.2
77.3
92.6
295.7
284.1
266.7
243.7
292.4
289.7
281.6
268.4
250.3
227.2
199.4
167.9
134.3
274.4
278.5
277.2
271.5
261.8
248.2
230.3
208.1
181.9
152.6
258.5
261.9
260.6
255.8
248
237.7
224.4
207.8
187.5
164
237.6
244.7
246
243
237.2
229.6
220.7
210.4
198.2
183.6
166.4
220.7
235.6
233.9
227.8
219.3
209.8
200.2
190.8
181.2
170.8
159.1
2593
2444
2321
2247
2226
1489
1601
1694
1750
1757
X0
+
3996
3997
4014
4043
4079
4115
4145
4161
4162
4147
4118
4082
4045
4015
3996
3983
2942
2895
2788
2641
2470
X1+
2000
2325
2334
2461
2683
2960
3241
3473
3614
3639
3546
3355
3104
2844
2627
2497
2469
1141
1150
1226
1355
1514
Y1+
2000
3317
3002
2717
2514
2433
2488
2668
2936
3240
3520
3720
3801
3746
3562
3286
2956
2106
2116
2123
2124
2110
1976
1929
1892
1872
1874
X2+
2000
2250
2229
2185
2127
2065
2011
1975
1962
1975
2013
2067
2129
2187
2231
2253
2236
1936
1930
1943
1973
2003
2146
2115
2071
2023
1980
Y2+
2000
1998
2077
2139
2174
2173
2138
2075
1994
1912
1843
1799
1789
1815
1872
1950
2023
c. Hasil Skema IV
Tabel 4. Hasil Penyusunan untuk Skema IV
1361
1350
1341
1336
1336
X4+
500
507
507
505
503
500
497
494
493
493
495
497
500
503
506
507
508
1361
1347
1336
1329
1328
Y4+
500
496
512
526
534
537
533
523
509
493
479
469
465
468
478
491
495
2024
2007
1996
1994
1989
2059
2039
2019
2002
1994
00
+
65096
10
+
47171
49906
-
30000
30000
+
23970
22372
-
23200
27533
(29)
(-) (+)
2000
2000
1b
+
20766
18758
-
17972
21634
+
17626
16083
-
29544
33823
(29)
(-) (+)
2000
2000
1c
+
20880
20330
-
19968
+
Y
JUMLAH
65096
17171
19906
-7161
2795
-2877
-13918
-19740
23822
912
-3492
33894
31770
3894
1770
-
30000
30000
(29)
+
(-) (+)
14131
19763
2000
13550
18220
2000
2b
+
16804
16766
-
12879
11069
+
9991
9623
-
23904
22148
(29)
(-) (+)
2000
2000
2c
+
17171
+
1647(-) (+)
-10427
+
3894
-13329
+
-13740
-2401
(-) (+)
+
-
20
22
23
42
X12 - Y1b =
X13 - Y1c (29)
=
X20
TAMBAHAN
X
-1230
13
X00
=
X10
=
Y
TANDA
12
V
X
INDEX
4b
=
X22 - Y2b =
44
X23 - Y2c =
X42 - Y4b (29)
=
4d
65096
ma V
dan
-7632
VI
-6670
Tabel
5.
3925
5697
Hasil
penyusun
untuk skema
-15913
12667
12052
15060
14225
-2393
171.705
-171.705
171.705
515.115
3469
3470
-148.185
4545 148.2 4537-16.465 -1576
-32.93
500
500-104.268 -1355.48
-417.072 729.876
3497 5.8 36743894.1
1129.3
-38.941
3009
2849
489
-13329.4 1866.116
-8130.9
-133.294
3510
3475
8931.19
-3435.08 -1495
-13740.3
4505 5 4532
274.806
-24.007
500 -24.007 500
3000
3002
-507
3506
3521
65096.1
d. Ske
-14525
V dan VI
-2173
17170.5
-1201.9
171.705
-148.185
-1567
1646.5
-32.93
-2085.36
6151.812
-312.804
38.941
825
266.6
-412.209
-1558
-519
32.93
-77.882
-399.9
-399.882
399.9
687.015
137.403
-240.07
-2400.7
X44 - Y4d =
Y10
VI
-976
9.759
-9.759
-19.518
-199.055
398.11
20104.56
-985.659
-48.8
-1592.4
199.055
199.055
=
19906
Y12 + X1b =
-4367
-218.3
-43.665
218.325
524.0
-4584.83
130.995
-43.7
Y13 + X1c =
-18828
376.552
376.552
-1694.48
-4518.62
12237.94
-753.104
376.552
=
1770
-283.248
1770.3
531.1
-17.703
35.406
-53.109
-17.703
Y22 + X2b =
-2746
-2855.63
-411.9
1674.9
-54.916
274.6
-109.832
54.9
Y23 + X2c =
-16918
11842.3
-4398.58
-17425.1
507.528
1065.809
1184.232
507.528
Y42 + X4b =
-1078
-21.6
-118.6
-1078.4
Y44 + X4d =
-2064
61.92
-2064
123.8
Y20
-20.64
-103.2
e. Skema VII
Tabel 6. Hasil penyusun untuk skema VII
V : PR cos r
S0
M2
S2
N2
K1
O1
M4
MS4
64920.4
-3700.3
2366.4
-21774.0
14830.3
6196.5
-1190.5
-1879.3
-16400.3
16544.8
7436.5
-1584.4
-631.0
VI : PR sin r
8902.0
PR
2927.0
64920.4
9640.4
3763.9
27259.5
22218.6
9679.8
1981.8
1982.4
360.0
175.0
214.0
166.0
217.0
177.0
273.0
280.0
Daftar 5 : f
1.0
1.0
1.0
0.9
0.8
1.0
1.0
VII
1.0
0.8
1.2
1.3
1.0
1.0
0.8
109.5
0.0
155.9
348.1
121.4
219.0
109.5
1.7
0.0
1.7
7.9
-10.1
3.5
1.7
10.6
2.6
4.1
0.0
0.0
10.6
Daftar 3a : P
: 1+W
: V
VII
Daftar 9 : u
VIII
: w
Daftar 3a : p
333.0
345.0
327.0
173.0
160.0
307.0
318.0
Daftar 4 : r
112.6
129.0
217.0
228.1
230.2
233.1
198.6
Jumlah = g
556.8
484.5
704.3
761.3
501.4
762.6
638.4
360.0
360.0
360.0
360.0
360.0
720.0
360.0
53.9
21.3
136.6
81.6
65.0
6.95161
8.4
196.8
124.5
344.3
401.3
141.4
42.6
278.4
n x 360°
PR:((P* f *(1+W)) = A
180.3
g°
f. Skema VIII
Tabel 7. Hasil Penyusun untuk Skema VIII
w dan (1+W), S2 , MS4
VII
: K1 : V =
348.1
VII
: K1 : u =
7.9
Jumlah
: V+u =
356.0
Daftar 10 : S2 : w/f =
12.4
Daftar 10 : S2 : W/f =
-0.2
Daftar 5 : K2 : f =
0.9
w =
10.6
W =
-0.2
1 + W =
0.8
w dan (1+W) utk K1
VII
: K1 : 2V =
696.3
VII
: K1 : u =
7.9
Jumlah : 2V + u =
344.2
Daftar 10 : K1 : wf =
3.9
Daftar 10 : K1 : Wf =
0.3
Daftar 5 : K1 : f = 0.94268
w =
W =
1 + W =
4.1
0.3
1.3
w dan (1+W) utk N2
VII
VII
: M2 : 3V =
: N2 : 2V
328.5
=
311.8
Selisih (M2 - N2) =
16.7
Daftar 10 : N2 : w =
2.6
Daftar 10 : N2 : 1+W
M2 , O1 , M4 :
=
1.2
W = 0; w = 0
S2
:
f = 1 ; V, u = 0
N2, MS4
:
f, u sama dengan M2
M4
:
f = ( f M2 ) ²
V = ( V M2 ) x 2
u = ( u M2 ) x 2
MS4
:
V = V M2
K2
:
A = A S2 x 0.27
g = g S2
P1
:
A = A K1 x 0.33
g = g K1
HASIL TERAKHIR
A Cm
S0
M2
S2
N2
K1
O1
M4
MS4
K2
P1
118
77
37
117
35
18
13
21
10
12
343
194 354
317
145
5
226
194
317
g°
0.46491
2
F
g. Grafik pasang Surut
Pasang Surut
4500
4000
41259
41257
41255
41253
41251
41249
41247
41245
Tanggal
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
41258
41256
41254
41252
41250
41248
41246
41244
4.2 Pembahasan
Pada praktikum oseanografi kali ini, pengamatan pasang surut dilakukan di
daerah Tanjung Pandan yang termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan
Tanjung Pandan ini terletak di Kabupaten Belitung, Pulau Bangka. Secara
geografis daerah Tanjung Pandan terletak antara 107°08' BT- 107°58' BT dan
02°30' LS sampai 03°15' LS. Melihat kondisi topografi Pulau Belitung yang pada
umumnya bergelombang dan berbukit-bukit telah membentuk pola aliran sungai
di daerah ini menjadi pola Sentrifugal, dimana sungai-sungai yang ada berhulu di
daerah pegunungan dan mengalir ke daerah pantai. Sedangkan daerah aliran
sungai mempunyai pola aliran sungainya berbentuk seperti pohon
Data yang digunakan untuk penelitian ini berupa data-data numerik yang
disusun dalam tabel kedudukan tinggi air laut (dalam satuan sentimeter) tiap jam
(24 jam) untuk 15 hari pengamatan dan sudah terkoreksi sehingga sudah siap
untuk dilakukan perhitungan selanjutnya.
Pada praktikum kali ini juga, menggunakan etode perhitungan Adiralti.
Perhitungan dengan metode Admiralty, yaitu hitungan untuk mencari harga
amplitudo (A) dan beda fase (g0) dari data pengamatan selama 15 piantan (hari
pengamatan) dan mean sea level (S0) yang sudah terkoreksi. Dari besaran
amplitudo (A) dan beda fase (g0) konstanta harmonik pasang surut air laut yang
diperoleh, dapat dianalisis sifat-sifat perairan Tanjung Pandan melalui tabiat
pasang surutnya, yaitu: Tipe pasang surutnya melalui nilai F (Formzal), pada
kriteria Courtier.
Nilai F pada saat pengamatan diperoleh 0.464912 sehingga tipe pasang surut
di perairan Tanjung Pandan adalah pasang surut campuran condong ke harian
ganda. Hal ini diakibatkan karena nilai Formzal berkisar antara 0.25 < F < 1.50
berdasarkan kriteria Courtier.
Terdapat 9 komponen harmonic dalam perhitungan pasang surut dengan
metode admiralty yaitu M2 yang merupakan Harian ganda: bulan orbit lingkaran
dan ’equatorial orbit’, S2 Harian ganda: bulan orbit lingkaran dan ’equatorial
orbit’, K2 Harian ganda: deklinasi bulan dan deklinasi matahari, N2 Harian ganda:
orbit bulan yang eliptis, K1 Harian ganda: deklinasi bulan dan deklinasi matahari,
O1 Harian ganda: deklinasi bulan, P1 Harian ganda: deklinasi matahari, M4
’quarter diurnal’: perairan dangkal dan MS4 yang merupakan ’quarter diurnal:
perairan dangkal, interaksi M2 dan S2.
Dengan waktu selama 15 atau 29 piantan (hari) pengamatan pasang surut
dilakukan. Hasilnya kemuudian dianalisis dengan metode Admiralty dengan
pertimbangan unsur bulan dan matahari. Metode Admiralty dilakukan dengan perhitungkan unsur bulan dan matahari. Dari perhitungan dengan metode ini akan
didapatkan data pasang surut
BAB V
KESIMPULAN
1. Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turun-nya
permukaan air laut secara berkala yang dipengaruhi oleh gaya tarik benda
astronomi terutama oleh matahari, bumi, dan bulan.
2. Gaya-gaya pembangkit pasang surut ditimbulkan oleh gaya tarik menarik
antara bumi, bulan dan matahari.
3. Tipe-tipe pasang surut antara lain adalah pasang surut harian tunggal, pasang
surut harian ganda, pasang surut campuran condong harian tunggal, pasang
surut campuran condong harian ganda.
4. Metode perhitungan pasang surut laut dengan menggunakan metode
admiralty adalah perhitungan untuk menentukan Muka Laut Rata-rata
(MLR).
5. Perhitungan Formzhal digunakan untuk penentuan tipe pasang surut suatu
perairan.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Syekh.dkk. 1997. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jakarta: PT Delta
Pamungkas
Anonim .2013. Alat-alat Pengukuran Pasang Surut. from
http://gdl.geoph.itb.ac.id. diakses pada tanggal 4 Desember 2013 pukul
20.00WIB.
Dronkers, J. J. 1964. Tidal Computations in rivers and coastal waters. North
Holland
Publishing Company. Amsterdam
Hutabarat, Sahala dan M.Evans, Stewart. 2008. Pengantar Oseanografi. Jakarta:
Universitas Indonesia (UI-Press).
Heron Surbakti, M.Si. 2007. Oseanografi : Pasang Surut . from
http://surbakti77.wordpress.com/2007/09/03/pasang-surut/ . Akses pada
tanggal 6 Desember 2013 pukul 19.25 WIB.
Pond dan Pickard, 1978. Introductory to Dynamic Oceanography. Pergamon
Press, Oxford
Wyrtki, K. 1961. Phyical Oceanography of the South East Asian Waters. Naga
Report Vol. 2 Scripps, Institute Oceanography, California.
Wibowo, Henky. 2007. Oseanografi Fisika. From
http://www.ilmukelautan.com/oseanografi/fisika-oseanografi/408-faktorpenyebab-terjadinya-arus . Diakses tanggal 6 Desember 2013 16.45 WIB.
Yogi Suardi. 2010. Oseanografi Fisika – Pasang Surut. From
http://www.ilmukelautan.com/oseanografi/fisika-oseanografi/402-pasansurut. Akses pada tanggal 6Desember 2013 pukul 21.15 WIB.