KONSEP KEBUDAYAAN NASIONAL INDONESIA D

KONSEP KEBUDAYAAN NASIONAL INDONESIA
BAB II
KAJIAN TEORI
A.

Definisi Kebudayaan Nasional
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kebudayaan berarti hasil

kegiatan dan penciptaan batin atau akal budi manusia seperti kepercayaan,
kesenian, dan adat istiadat.
Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan
kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti
perasaan-perasaan dan emosi-emosi manusia serta menjadi sumber bagi sistem
penilaian sesuatu yang baik dan

yang buruk, sesuatu yang berharga atau

tidak, sesuatu yang bersih atau kotor, dan

sebagainya. Hal ini bisa terjadi


karena kebudayaan itu diselimuti oleh nilai-nilai moral,

yang

sumber

nilai-nilai moral tersebut adalah pada pandangan hidup dan pada etos

dari

atau

sistem etika yang dipunyai oleh setiap manusia (Geertz, 1973b).
Dalam UUD pasal 32 juga telah menjelaskan tentang kebudayaan:
“Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.” Ditambah dengan
penjelasannya: “Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah
usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang
terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah seluruh Indonesia
terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah
kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru

dari kebudayaan asing yang dapat mengembangkan atau memperkaya kebudayaan
bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.”
Dengan demikian jelas bahwa Indonesia memiliki budaya nasional, yang berasal
dari budaya etnik, bukan penjumlahan budaya etnik sekaligus mengandung
budaya asing yang dapat memperkaya budaya nasional. Konsep Kebudayaan
Nasional Indonesia, terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, para

1

intelektual dan aktivis budaya telah memiliki gagasan tentang kebudayaan
nasional. Dalam konteks ini mereka mengajukan pemikirannya masing-masing
sambil berpolemik apa itu kebudayaan nasional dan ke mana arah tujuannya.
berbagai tulisan membahas gagasan itu dari berbagai sudut pandang, yang terbit
dalam kurun masa dekade 1930-an.
Sutan Takdir Alisyahbana berpendirian bahwa gagasan kebudayaan
nasional Indonesia, yang dalam artikel (tajuk tulisan)nya diistilahkan dengan
Kebudayaan Indonesia Raya, sebenarnya baru mulai timbul dan disadari pada
awal abad kedua puluh, oleh generasi muda Indonesia yang berjiwa dan
bersemangat keindonesiaan. Menurutnya, sebelum gagasan Indonesia Raya
disadari dan dikembangkan, yang ada hanyalah kebudayaan-kebudayaan suku

bangsa di daerah. Ia menganjurkan agar generasi muda Indonesia tidak terlalu
tersangkut dalam kebudayaan pra-Indonesia itu, dan dapat membebaskan diri
daripada kebudayaan etniknya--agar tidak berjiwa provinsialis, tetapi dengan
semangat Indonesia baru. Kebudayaan Nasional Indonesia merupakan suatu
kebudayaan yang dikreasikan, yang baru sama sekali, dengan mengambil banyak
unsur dari kebudayaan yang kini dianggap paling universal, yaitu budaya Barat.
Unsur yang diambil terutama adalah teknologi, orientasi ekonomi, organisasi, dan
sains. Begitu juga orang Indonesia harus mempertajam rasio akalnya dan
mengambil dinamika budaya Barat. Pandangan ini mendapat sanggahan sengit
dari beberapa pemikir lainnya. Sanusi Pane menyatakan bahwa kebudayaan
Nasional Indonesia sebagai kebudayaan Timur harus mementingkan aspek
kerohanian, perasaan dan gotong-royong, yang bertentangan dengan kebudayaan
Barat yang terlalu berorientasi kepada materi, intelektualisme dan individualisme.
Ia tidak begitu setuju dengan Sutan Takdir Alisyahbana yang dianggapnya terlalu
berorientasi kepada kebudayaan Barat dan harus membebaskan diri dari
kebudayaan pra-Indonesia, kerana itu bererti pemutusan diri dari kesinambungan
sejarah budayanya dalam rangka memasuki zaman Indonesia baru.

2


B.

Fungsi Kebudayaan Indonesia
Fungsi sebuah gagasan bisa saja relatif sedikit, namun boleh pula

menjadi banyak. Demikian pula gagasan kebudayaan nasional memiliki berbagai
fungsi dalam negara Indonesia merdeka. Koentjaraningrat menyebutkan bahwa
kebudayaan nasional Indonesia memiliki dua fungsi: (i) sebagai suatu sistem
gagasan dan pralambang yang memberi identitas kepada warga negara Indonesia
dan (ii) sebagai suatu sistem gagasan dan pralambang yang dapat dipergunakan
oleh semua warga negara Indonesia yang bhinneka itu, untuk saling
berkomunikasi, sehingga memperkuat solidaritas. Dalam fungsinya yang pertama,
kebudayaan nasional Indonesia memiliki tiga syarat: (1) harus merupakan hasil
karya warga negara Indonesia, atau hasil karya orangorang zaman dahulu yang
berasal dari daerah-daerah yang sekarang merupakan wilayah negara Indonesia;
(2) unsur itu harus merupakan hasil karya warga negara Indonesia yang tema
pikirannya atau wujudnya mengandung ciri-ciri khas Indonesia; dan (3) harus
sebagai hasil karya warga negara Indonesia lainnya yang dapat menjadi
kebanggaan mereka semua, sehingga mereka mau mengidentitaskan diri dengan
kebudayaan tersebut. Dalam fungsi kedua, harus ada tiga syarat yaitu dua di

antaranya sama dengan syarat nomor satu dan dua fungsi pertama, syarat nomor
tiga yaitu harus sebagai hasil karya dan tingkah laku warga negara Indonesia yang
dapat difahami oleh sebahagian besar orang Indonesia yang berasal dari
kebudayaan suku-suku bangsa, umat agama, dan ciri keturunan ras yang aneka
warna, sehingga menjadi gagasan kolektif dan unsurunsurnya dapat berfungsi
sebagai wahana komunikasi dan sarana untuk menumbuhkan saling pengertian di
antara aneka warna orang Indonesia, dan mempertingi solidaritas bangsa.
Dalam proses pembentukan budaya nasional Indonesia selain orientasi
dan fungsinya, juga harus diperhatikan keseimbangan etnisitas, keadilan, dan
kejujuran dalam mengangkatnya dari lokasi daerah (etnik) ke tingkat nasional.
Sebaiknya proses ini terjadi secara wajar, alamiah dan natural, dan bukan bersifat
pemaksaan pusat terhadap daerah atau sebaliknya. Di samping itu proses itu harus
pula menyeimbangkan antara bhineka dan ikanya budaya Indonesia. Perlu
disadari pula bahwa budaya nasional bukan penjumlahan kuantitatif budaya etnik

3

Indonesia. Budaya nasional terjadi sebagai proses dialogikal antara budaya etnik
dan setiap etnik merasa memilikinya. Dari uraian-uraian di atas jelas tergambar
kepada kita adanya perbedaan pendapat di antara pemikir-pemikir budaya: (a) ada

yang berorientasi kepada budaya Barat yang dinamis dan rasional, (b) adapula
yang mengemukakan perlunya meneruskan budaya lama pra-Indonesia sambil
menerima dan mengolah kebudayaan asing yang dapat memperkuat jatidiri
nasional Indonesia. Dalam konstitusi Indonesia, UUD 1945, tampaknya pendapat
kedualah yang tercermin. Namun secara konseptual para pemikir budaya juga
memiliki persamaan persepsi yaitu mereka setuju akan adanya dan Bab II: Konsep
Kebudayaan Nasional Indonesia 27 terbentuknya kebudayaan nasional Indonesia
sejak lahirnya negara Republik Indonesia, yang berasal dari daerah-daerah di
wilayah Indonesia. Selaras dengan era reformasi, maka berbagai tatanan negara
dan masyarakat Indonesia akan berubah bentuk dan fungsinya, yang tentu sahaja
akan berpengaruh kepada kebudayaan nasional. Saat ini Indonesia menerapkan
sistem pemerintahan gabungan antara "unitarianisme dan federalisme" yang
dikonsepkan ke dalam otonomi daerah, begitu juga dengan kedudukan legislatif,
eksekutif, dan judikatif yang ditata dan dikaji ulang agar terjalin keseimbangan
kekuasaan. Demikian juga kebudayaan Nasional Indonesia seharusnya dapat
mengekspresikan kepribadian bangsa Indonesia. Dalam Perundang-undangan
Indonesia kebudayaan nasional adalah puncak-puncak dari kebudayaan daerah.
Kata puncak memiliki nosi parsial, bahwa suatu unsur budaya nasional harus
bermutu. Yang menjadi pertanyaan adalah siapa yang akan mengukur mutu atau
puncak budaya daerah itu, dan bagaimana parameternya secara akurat. Padahal

kalau kita lihat pemikiran di dalam estetika (falsafah keindahan), para filosof pada
umumnya mengesahkan sahaja keindahan itu ditentukan secara parsial oleh
masyarakat pendukungnya--kerana akan ditemui kesulitan dalam menentukan
unsur-unsur universal dalam menilai kesenian atau keindahan. Dalam hal ini, kita
akan dihadapkan pada berbagai kendala dalam menentukan "puncak" atau
"lembah" kebudayaan daerah. Mungkin kata yang lebih pas adalah "inti sari" atau
“sublimasi” kebudayaan daerah atau sejenisnya.

4

C.

Kebudayaan Indonesia dan Kebudayaan Di Indonesia
Di dalam Pasal 32, UUD 45, dijelaskan bahwa pernerintah Indonesia

memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Pengertian kebudayaan nasional
Indonesia ini, dijelaskan dalarn Penjelasan Tentang Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia yaitu kebudayaan bangsa. Kebudayaan bangsa adalah
kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi-daya rakyat Indonesia
seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak

kebudayaan. di daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan
bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab budaya dan
persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang
dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta
mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia. Berdasarkan penjelasan
yang diberikan pasal 32 di atas, terdapat perbedaan istilah antara, pasal 32 dengan
penjelasannya. Pada pasal 32 disebut istilah kebudayaan nasional Indonesia,
sedangkan pada penjelasan disebut kebudayaan bangsa. Kebudayaan bangsa ini
dijelaskan adalah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi-daya rakyat
Indonesia seluruhnya. Adanya perbedaan istilah ini, dimaknai bahwa pengertian
kebudayaan Indonesia, pada saat UUD 45 tersebut disusun dianggap belum ada,
yang ada baru kebudayaan bangsa, yaitu kebudayaan lama dan asli (etnik) yang
terdapat di Indonesia, dan ini sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerahdaerah (etnik) di seluruh Indonesia. Maka dari penjelasan ini makna sebenarnya
kebudayaan Indonesia itu dalam bentuk konkritnya belum jelas, yang ada baru
unsur pendukungnya yaitu kebudayaan etnik dan kebudayaan asing.
D.

Sistem dan Pengembangan Sistem Kebudayaan
Menyadari bahwa bangsa Indonesia terdiri atas bermacam-macam


suku dan bangsa dengan masing-masing kebudayaannya, dan telah adanya
pengaruh kebudayaan asing, maka diciba dicari suaru kebudayaan yang dapat
diterima oleh semua bangsa Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika. Pada tahun
1935 diadakan polemik kebudayaan anta Sutan Takdir Alisyahbana dan
5

kelompoknya sebagai wakil Indonesia muda dengan Sanusi Pane, Ki Hajar
Dewantara dan Dr. Sutomo(Polemik Kebudayaan, Balai Pustaka, 1948).
Sutan Takdir mengemukakan bahwa perlu dibangun kebudayaan
nasional yang

baru sama sekali dengan banyak mengambil pengaruh barat.

Unsur-unsur kebudayaan barat yang terutama penting untuk mengkreasikan
kebudayaan Indonesia baru itu, menurut Alisyahbana terutama adalah teknologi,
orientasi ekonomi, ketrampilan berorganisasi secara luas dan ilmu pengetahuan.
Sanusi pane menyatakan bahwa kebudayaan Indonesia nasional sebagai
Kebudayaan Timur harus mementingkan kerohanian, perasaan dan gotongroyong,
yang bertentangan dengan Kebudayaan Barat yang mementingkan materi,
intelektualisme dan individualism. Oleh karena itu sanusi Pan tidak setuju dengan

Alisyahbana yang berorientasi ke kebudayaan Barat. Sanusi Pane berpendirian
bahwa manusia Indonesia tidak boleh melupakan sejarahnya, walaupun ia setuju
dengan Alisyahbana bahwa orang Indonesia harus tidak bersifat provinsialistis,
yaitu dengan mengutamakan sifat kedaeran yang berlebih-lebihan.
Seperti Sanusi Pane, Poerbajaraka yang menganjurkan orang-orang
Indonesia banyak mempelajari sejarah dan sejarah kebudayaannya, karena dengan
mempelajari kebudaynnya di masa lalu, ia dapat membangun kebudayaan yang
baru. Hal itu tentu berarti bahwa kebudayaan Indonesia seharusnya berakar pada
kebudayaan suku-suku didaerah. Pendirian itu sebenarnya juga dianut oleh Ki
Hajar Dewantara yang pernah menyataka bahwa kebudayaan nasional Indonesia
adalah “punca-puncak dari kebudayan daerah”. Disini tampak bahwa Ki Hajar
memasukkan

aspek

mutu

ke

dalam


kosepnya,

karena

dengan

metafor “puncak” itu dimaksudnya unsur-unsur dari kebudayaan daerah yang
paling tinggi mutunya.
Sedangkan Koentjaraningrat mengatakan, kebudayaan nasional perlu
berorientasi kepada kejayaan nenek moyang dan masa kini. Identitas kebudyaan
itu merupakan suatu kontinuitas. Kebudayaan nasional adalah keseluruhan
kebudayaan kolektif dari masyarakat Indonesia yang bhineka. Menurut UUD
1945 Pasal 32: “ Kebudayaan bangsa Indonesia ialah kebudayaan yang timbul
sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya”.

6

Dari pendapat-pendapat diatas ditarik kesimpulan sementara bahwa
kebudayaan nasional adalah puncak-uncak keudayaan daerah ditambah unsureunsur kebudayan luar yang masuk yang positif.
E.

Unsur – unsur Kebudayaan Nasional
Unsur-unsur kebudayaan nasional yang bisa mempunyai fungsi yang

pertama, yaitu fungsi member identitas kepada aneka warna orang Indonesia,
adalah bahasa nasional Indonesia dan bahasa-bahasa daerah, beberapa unsure
teknologi, dan ilmu pengetahuan tradisional, beberapa unsure yang termasuk
organisasi social, dan beberapa cabang kesenian (Lihat table).
Unsur-unsur Pemberi Identitas Indonesia
Unsur Universal

Unsur Khusus

Bahasa

Bahasa Indonesia nasional
Bahasa-bahasa daerah

Teknologi

Teknologi arkeologi dan prahistori
Arsitektur tradisional

Organisasi Sosial

Organisasi adat untuk mengelola irigasi di Bali
Tata krama adat

Sistem Pengetahuan

Ilmu obat-obatan tradisional (usada di Bali dan Jawa)

Kesenian

Seni tekstil tradisional (batik, seni ikat dan lain-lain)
Seni relief dan ukir
Seni arsitektur (candi)
Seni rias (pakaian daerah untuk wanita)
Seni lukis tradisional

7

Seni suara tradisional (Bali, Jawa)
Seni tari bela diri (pencak silat, Minangkabau,
Sunda, Jawa)
Seni drama tradisional (wayang)
Seni masak
Unsur-unsur yang yang dapat dipakai sebagai contoh fingsi
kebudayaan nasional Indonesia yang kedua, yaitu sebagai “gagasan kolektif”,
wahana komunikasi dan penguat solidaritas diantara orang-orang Indonesia yang
beraneka warna, adala juga: bahasa Indonesia, beberapa unsure organisasi social,
serta beberapa kesenian (lihat tabel).
Unsur-unsur Wahana Komunikasi dan Penguat Solidaritas Nasional
Unsur Universal

Unsur Khusus

Bahasa

Bahasa Indonesia nasional

Ekonomi

Pengelolaan gaya Indonesia

Organisasi Sosial

Ideologi Negara (Pancasila)
Hukum nasional
Tata krama nasional

Kesenian

Seni lukis masa kini
Seni sastra dalam bahasa nasional
Seni drama masa kini, termasuk seni
film

F.

Wujud Kebudayaan

8

Pada umumnya, setiap kebudayaan mempunyai wujud, apakah
itudisebut wujud ide atau gagasan, maupun wujud materi sebagai benda-benda
hasil karya. Kebudayaan dalam pengertian luas, pun demikian, tetap mempunyai
wujud Secara umum wujud kebudayaan dapat juga dibagi atas empat yaitu: (a)
wujud kebudayaan sebagai suatu ide-ide, cita-cita, rencana-rencana, gagasangagasan, keinginan, kernauan. Ini adalah wujud ideal yang berfungsi memberi
arah pada. tingkah laku manusia di dalam di kehidupannya; (b) wujud kebudayaan
sebagai nilai-nilai, norma-norma, peraturan, pedoman, cara-cara dan sebagainya.
Ini adalah wujud yang berfungsi mengatur, mengendalikan dan penunjuk arah
pada tingkah laku manusia, di dalarn bermasyarakat; (c) wujud kebudayaan suatu
kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia-- wujud ini disebut juga
sistern sosial yaitu sistem yang mengatur dan menata aktivitas-aktivitas manusia
dalam berinteraksi dan bergaul; (d) wujud kebudayaan benda-benda hasil karya
manusia. Wujud kebudayaan ini merupakan benda-benda yang dapat diraba,
dilihat melalui pancaindra, seperti arca, sarkopagus, gendang nekara, komputer,
mobil, kapal, dan lain-lainnya. Koentjaraningrat (1980) mereduksi keempat wujud
budaya itu dalam tiga wujud saja, yaitu: ide, aktivitas, dan benda-benda. Dalam
konteks pembangunan di Indonesia, kebudayaan mereka ini, dilihat dari empat
wujud kebudayaan di atas
Wujud Kebudayaan

Kategori Wujud

Wujud cita-cita
Wujud pedoman
Wujud aktivitas
Wujud benda

Membangun masyarakat Indoensia
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN)
Pelaksanaan pembangunan
Hasil yang dicapai melalui aktivitas
pembangunan, seperti gedung DPR/MPR,
monumen nasional, gedung perkuliahan,
gedung sekolah, Masyarakat Kesenian di
Indonesia 30 dan lain-lain

9

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kebudayaan berarti hasil

kegiatan dan penciptaan batin atau akal budi manusia seperti kepercayaan,
kesenian, dan adat istiadat.
Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan
kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti
perasaan-perasaan dan emosi-emosi manusia serta menjadi sumber bagi sistem
penilaian sesuatu yang baik dan

yang buruk, sesuatu yang berharga atau

tidak, sesuatu yang bersih atau kotor, dan

sebagainya. Hal ini bisa terjadi

karena kebudayaan itu diselimuti oleh nilai-nilai moral,

yang

sumber

nilai-nilai moral tersebut adalah pada pandangan hidup dan pada etos

dari

atau

sistem etika yang dipunyai oleh setiap manusia (Geertz, 1973b).
Secara nyata diakui atau tidak, gagasan kolektif yang telah menjadi
kebudayaan Indonesia sudah ada. Maka kebudayaan Indonesia saat ini, (a) ada
yang sudah terbentuk, seperti antara lain bentuk Negara Indonesia, Pancasila, dan
UUD 45, sebagai pandangan Masyarakat Kesenian di Indonesia 34 hidup dan
dasar negara, bahasa Indonesia, produk-produk hukum selama Indonesia merdeka,
teknologi yang diambil dari luar, pendidikan, moderenisasi dalarn segala
lapangan, sistem politik, kesenian seperti musik dengan variasinya yang banyak
digandrungi oleh lapisan tertentu, dengan melewati batas agama, suku, daerah,
pendidikan dan status sosial, tanpa mempersoalkan asal-usul musik tersebut, dan
sebagainya, (b) ada yang sedang dalam proses pembentukan, misalnya semangat
berdemokrasi. Negara Indonesia dikatakan menganut demokrasi Pancasila, (c) ada
yang sedang dalam proses pencarian, misalnya bagaimana, menata hubungan
antar umat beragama, agar tidak mudah tersinggung bila timbul gesekan antar
umat lapisan bawah, bagaimana memandirikan masyarakat Indonesia secara
individu, sehingga tidak mudah diprovokasi dan sebagainya.

10