ANALISA EMISI NOx PADA BOILER FIRETUBE BERBAHAN BAKAR BIODIESEL SAWIT

  

ANALISA EMISI NOx PADA BOILER FIRETUBE

BERBAHAN BAKAR BIODIESEL SAWIT

  • *

    Leily Nurul K , Batara Kharizpati Wasito, Muhammad Zakaria

  • Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662

  Em

  

ABSTRAK

  Boiler merupakan peralatan industri yang intensif mengkonsumsi bahan bakar, pada saat ini penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif semakin banyak mengingat sifatnya sebagai energi yang dapat diperbaharui dan lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar konvensional, oleh karena itulah pada Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral No. 25 Tahun 2013 mewajibkan industri mengganti bahan bakar minyak dengan bahan bakar nabati secara bertahap. Penggunaan biodiesel dapat menurunkan kadar emisi CO, CO

  2 , dan SOx, akan tetapi meningkatkan kadar NOx pada emisi

  pembakaran walaupun ada juga beberapa penelitian sebelumnya menemukan adanya penurunan kadar NOx. Ketidakpastian naik-turunnya kadar emisi NOx pada penggunaan biodiesel inilah yang mendasari penelitian ini dilakukan.

  Kata Kunci: boiler, biodiesel, pembakaran, NOx

ABSTRACT

  Boiler is an industrial equipment that intensively consume fuels, nowadays utilization of the biodiesel as an alternative fuels will be popular reckoning its trait as renewable energy and more enviro-friendly than the conventional diesel fuel, because that in ministerial regulation of energy and mineral resources no. 25 year 2013 obligate the industrial to subtitute fossil fuels with biofuels gradually. Utilization of biodiesel will decrease CO, CO

  2 , and SOx emission but increase the NOx emission on combustion although some

  previous researches found decreases on NOx emission. The uncertainly increase-decrease of NOx emission on biodiesel combustion underlie this research.

  Keywords : boiler, biodiesel, combustion, NOx 1.

  jumlah persediaan bahan bakar fosil semakin

   PENDAHULUAN Boiler, termasuk ke dalam peralatan lama semakin berkurang dan dapat habisi.

  industri kimia yang intensif mengkonsumsi Dalam pengaplikasiannya pada mesin diesel bahan bakar. Boiler berbentuk tabung atau atau peralatan pembakaran seperti boiler, bejana yang berfungsi untuk menghasilkan biodiesel umumnya digunakan dalam bentuk

  

steam dengan cara memanaskan air hingga campuran antara biodiesel murni dengan

  menjadi uap. Bahan bakar yang digunakan pada minyak solar boiler bermacam-macam tergantung pada Pada penelitian sebelumnya, Hoekmann et

  al

  rancang proses dan keperluan. Bahan bakar (2012), Macor et al (2008), Basha et al boiler dapat berupa minyak solar, biomassa (2009) dan J.Xue (2010) menyatakan bahwa padat, batubara, ataupun gas alam. Emisi gas penggunaan biodiesel dapat menurunkan kadar buang dari pembakaran di boiler merupakan emisi CO, CO

  2 , dan SOx dengan kompensasi masalah yang timbul akibat penggunaan bahan bahwa kadar emisi NOx akan meningkat.

  bakar diesel karena efeknya berdampak negatif Walaupun demikian, Ghorbani et al (2011) dan ke lingkungan. Emisi gas buang ini terdiri dari Dorado et al (2003) justru menemukan CO

  2 , CO, SOx, dan NOx, serta abu yang dapat penurunan kadar emisi NOx pada penggunaan mencemari lingkungan sekitar. Selain faktor biodiesel.

  emisi, penggunaan biodiesel sebagai bahan Dari beberapa hasil penelitian tersebut, bakar alternatif akan meningkat mengingat terdapat ketidakpastian mengenai naik-turunnya

  Prompt NOx Dibandingkan kedua sumber sebelumnya, prompt NOx merupakan sumber terkecil pada pembentukan NOx. Seperti namanya, prompt NOx terjadi sangat cepat dalam rekasi pembakaran, hanya dalam seperlima milisekon karena adanya keberadaan zat organik yang teroksidasi parsial ikut pada nyala api burner.

  2 , ataupun dari nitrogen yang

  2

  4 3,78

  2

  Δ merupakan entalpi reaksi mewakili panas yang dilepaskan oleh proses pembakaran e.

   Emisi

  Emisi adalah hasil dari sisa pembakaran (polutan) yang berupa zat kimia, materi partikel ataupun material biologis yang dapat merusak atau mengganggu kehidupan makhluk hidup,dan berdampak buruk bagi lingkungan dan atmosfir. Emisi yang berlebihan umumnya disebabkan oleh kondisi pembakaran yang tidak sempurna, antara lain rasio udara

  f. NOx

  Nitrogen oksida adalah salah satu polutan pada udara, dimana sumber antropogeniknya yang utama berasal dari pembakaran. Sebagian besar kendaraan bermotor ikut ambil bagian dalam menyumbang pembentukan dari emisi nitrogen oksida, namun sumber pembakaran stasioner mulai dari plant pembangkit listrik ataupun kompor masak berbahan bakar gas juga menghasilkan nitrogen oksida.

  NOx dapat terbentuk dari nitrogen atmosperik, N

  terkandung dalam bahan bakar. Walaupun ada banyak penyebab tebentuknya emisi NOx pada pembakaran, ada beberapa faktor utama dalam pembentukan NOx yaitu: a)

  →

  Thermal NOx

  Thermal NOx terbentuk dari reaksi

  nitrogen dan oksigen yang dipasok oleh aliran udara pembakaran dan sangat bergantung pada suhu yang tinggi. Puncak pembentukan NOx berada pada suhu 1900-2000 derajat celcius.

  b) Fuel NOx

  NOx yang terbentuk dari ikatan nitrogen di dalam bahan bakar disebut dengan

  fuel NOx. Proses oksidasi kandungan nitrogen

  di dalam bahan bakar dapat menghasilkan NO dan NO

  2 . Tingkat konversi nitrogen menjadi

  NOx akan meningkat disaat kandungan nitrogen di dalam bahan bakar meningkat c)

  2

  2

  4 3,78

  2

  4

  Reaksi dapat digambarkan oleh rumus umum pembakaran sebagai berikut:

  2 ).

  ) dan uap air (

  2

  emisi NOx pada penggunaan biodiesel, hal inilah yang menjadi dasar penelitian sebagai pertimbangan penggunaan biodiesel sebagai campuran bahan bakar boiler.

  a. Boiler

  Boiler adalah alat penghasil steam yang berbentuk tabung silindris pada industri yang digunakan untuk pembangkit daya dan juga panas, boiler membutuhkan energi yang berasal dari bahan bakar. Berdasarkan sumber panas dan sirkulasinya boiler dapat diklasifikasikan menjadi:

  • 2
  • ∆ dimana

  nozzle menjadi tetesan-tetesan kecil agar memperbesar area kontak bahan bakar dengan udara sehingga terjadilah reaksi pembakaran secara simultan.

  spray

  adalah alat yang mereaksikan udara dengan bahan bakar di dalam ruang bakar pada kecepatan, turbulensi, dan konsentrasi yang dibutuhkan untuk memulai pengapian dan membakar bahan bakar di dalam ruang pembakaran. Bahan bakar diinjeksikan melalui

   Burner Burner

  2) Firetube Boiler b.

  1) Watertube Boiler

  • – bahan bakar yang tidak ideal, adanya kontaminan pada bahan bakar, dan kinerja burner yang buruk.

  Metil ester yang terbuat dari minyak nabati, atau yang juga sering disebut sebagai "biodiesel" merupakan kandidat utama sebagai bahan bakar diesel alternatif. Nama biodiesel diberikan untuk minyak nabati yang telah ditransesterifikasi sebagai penggambaran atas penggunaannya sebagai bahan bakar diesel. Minyak nabati dapat dikonversi menjadi metil ester melalui proses transesterifikasi dengan bantuan katalis. Metil, etil, 2-propil, dan butil ester telah dibuat dari minyak nabati melalui reaksi transesterifikasi dengan menggunakan potassium atau natrium alkoksida sebagai katalisnya. Idealnya, transesterifikasi berpotensi menjadi cara yang lebih efisien untuk mengubah struktur molekul minyak dari yang besar menjadi lebih kecil, dari yang bercabang menjadi molekul rantai lurus berdasarkan jenis yang diperlukan dalam mesin pembakaran minyak solar biasa.

  d. Pembakaran

  Pembakaran adalah reaksi eksotermik antara bahan bakar dengan oksidator yang diiringi dengan produksi panas dan pengkonversian senyawa kimia. Pada pembakaran yang sempurna senyawa hidrokarbon ( ) akan terkonversi menjadi karbon dioksida (

  c. Biodiesel

2. METODE PENELITIAN

  boiler dengan penambahan biodiesel pada bahan bakar Pada penggunaan B5, NOx yang dihasilkan dengan FDN 4 dan 4,3 meningkat

  4 4,3 4,6 4,9

  50 K andung an NO x (ppm ) dal am g as buang % Biodiesel dalam campuran bahan bakar

  20

  10

  5

  40.0

  35.0

  30.0

  25.0

  20.0

  15.0

  10.0

  5.0

  0.0

  a. Variasi Campuran Bahan Bakar

  Biodiesel (B100)

  Fire Tube Boiler 2. Gas Analyzer IMR 1400 3. Stopwatch

  Solar (B0)

  Kode 0% 100% B0 5% 95% B5

  10% 90% B10 20% 80% B20 50% 50% B50

  b. Variasi Fan Damper Number 1.

  4 2. 4,3 3. 4,6 4. 4,9

  c. Alat Yang Digunakan 1.

  d. Bahan Yang Digunakan 1.

  Pembahasan ini berdasarkan dari data pengamatan dan pengukuran yang diambil, meliputi: kandungan NOx pada gas buang, temperatur gas buang, temperatur ruang pembakaran, dan perhitungan excess air. Data- data yang didapat dari operasi selama satu jam telah dirata-ratakan dan disajikan dalam bentuk grafik. dibandingkan B0, sedangkan dengan FDN 4,6 dan 4,9 terlihat NOx yang dihasilkan pada B5 menurun. Untuk penggunaan B10, terlihat penurunan kadar NOx disetiap variasi FDN. Kemudian pada B20, kadar NOx mengalami peningkatan dibandingkan sebelumnya dengan variasi FDN 4; 4,3; dan 4,6. Kadar NOx kembali mengalami penurunan pada penggunaan B50 dengan variasi FDN 4; 4,3; peningkatan kadar NOx.

  Minyak Solar produksi kilang

  Pertamina Refinery Unit (RU) III Palembang 2. Biodiesel PT. Sumi Asih Oleochemical

  Industry di Bekasi Jawa Barat 3. Air umpan boiler

  e. Skema Alat

  f. Prosedur Penelitian

  3.HASIL DAN PEMBAHASAN

  a. Pengaruh penambahan biodiesel pada bahan bakar terhadap pembentukan NOx Gambar 1. Profil emisi NOx pada gas buang

  Secara keseluruhan, dari grafik tersebut terlihat bahwa kadar NOx yang terkandung dalam gas buang cenderung semakin turun seiring dengan penambahan biodiesel pada bahan bakar. Hal ini berlawanan dengan hipotesa penelitian yang digunakan bahwa penambahan biodiesel pada bahan bakar akan meningkatkan emisi NOx yang dihasilkan karena pada biodiesel terkandung lebih banyak nitrogen (fuel-bound nitrogen) (Sara et al, 2011). Penurunan NOx ini diduga disebabkan oleh penurunan temperatur ruang pembakaran, yang akan dibahas pada bagian selanjutnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kandungan nitrogen yang terkandung pada bahan bakar (Fuel NOx) tidak berpengaruh terhadap pembentukan emisi NOx.

  0.0

  5.0

  10.0

  15.0

  20.0

  25.0

  30.0

  35.0

  40.0 260 270 280 290 300 310 320 330

  5

  10

  20

  50 Ka ndung an NO x (ppm ) Tem p. R uang B ak ar

  ( ̊ C ) % Biodiesel Dalam Bahan Bakar Temp.

  NOx

  2.0

  (a.) FDN 4 (b.)

  4.0

  6.0

  8.0

  10.0

  12.0

  14.0

  16.0

  50 100 150 200 250 300 350 400

  5

  10

  20

  50 Ka ndung an NO x (ppm ) Tem p. R uang B ak ar

  ( ̊ C ) % Biodiesel Dalam Bahan Bakar Temp.

  NOx

  0.0

  NOx

  ( ̊ C ) % Biodiesel Dalam Bahan Bakar Temp.

b. Hubungan temperatur ruang bakar terhadap kandungan NOx yang terbentuk

  10

  FDN 4,3 (c.) FDN 4,6

  (d.) FDN 4,9 Gambar 2 . Hubungan Antara Temperatur

  Ruang Bakar Terhadap Kandungan NOx Dari grafik 2. (a) dan (b) terlihat pada penggunaan B5 ketika temperatur ruang bakar meningkat, kandungan NOx yang dihasilkan juga ikut meningkat. Pada saat terjadi penurunan temperatur ruang bakar di B10, maka kandungan NOx ikut menurun. Begitu juga pada penggunaan B20, terjadi peningkatan temperatur ruang bakar sehingga kandungan NOx-nya naik, kemudian mengalami penurunan

  0.0

  5.0

  10.0

  15.0

  20.0

  25.0

  30.0

  35.0

  50 100 150 200 250 300 350 400

  5

  20

  50 Ka ndung an NO x (ppm ) Tem p. R uang B ak ar

  30.0

  20

  10

  5

  50 100 150 200 250 300 350 400

  40.0

  35.0

  25.0

  ndung an NO x (ppm ) Tem p. R uang B ak ar ( ̊ C ) % Biodiesel Dalam Bahan Bakar Temp.

  20.0

  15.0

  10.0

  5.0

  0.0

50 Ka

  NOx

  2 , ∆ = 242,174 /

  10

  dengan berkurangnya udara yang bereaksi, maka karbon dioksida dan uap air yang dihasilkan juga berkurang sehingga energi panas reaksi yang dihasilkan biodiesel lebih rendah dan menyebabkan penurunan temperatur pembakaran.

  Gambar 3.

  Profil Temperatur Gas Buang Dari gambar 3. terlihat bahwa temperatur gas buang juga cenderung menurun seiring bertambahnya kandungan biodiesel di dalam campuran bahan bakar, walaupun pada pengunaan B5 dengan FDN 4 dan 4,3 mengalami peningkatan temperatur ruang bakar. Hal ini diduga pada saat pengunaan B5 dengan FDN 4 - 4,3 pembakaran di ruang bakar boiler sedang berada di titik puncak sehingga temperatur gas buang meningkat.

  Ghorbani (2011) juga menemukan adanya penurunan kandungan NOx saat terjadi penurunan temperatur boiler pada penelitiannya, selain itu ia menyatakan bahwa peningkatan aliran udara yang masuk juga menurunkan temperatur pembakaran karena temperatur udara yang masuk ke ruang bakar lebih rendah dibandingkan temperatur di dalam boiler sehingga temperatur dalam boiler menurun.

  Gambar 4. Hubungan Temperatur Ruang Bakar

  Terhadap FDN Walaupun pada hasil yang didapat (Gambar 4.) hanya pada penggunaan B0, B5 dan B10 terlihat penurunan temperatur seiring bertambahnya bukaan udara, sedangkan pada B20 dan B50 temperatur ruang bakar cenderung meningkat dengan bertambahnya skala bukaan udara. Hal ini dikarenakan saat jumlah udara yang masuk

  70

  80

  90 100 110 120 130

  5

  20

  50 Tem p.

  F lue Gas ( °C) % Biodiesel Dalam Campuran Bahan Bakar

  4 4,3 4,6 4,9

  • 2
  • ∆ ..eq 1.
  • 2

  • ∆ ..eq 2.
  • 2 ∆
  • 1

  250 270 290 310 330 350 370 390

  4.0

  4.3

  4.6

  4.9 Tem p.

  R uang B ak ar (̊C)

  2

  2 ∆

  4 3,78

  temperatur ruang bakar lagi pada penggunaan B50 diiringi dengan penurunan kandungan NOx.

  Grafik 2. (c) menunjukkan pola yang serupa dari dari (a.) dan (b.), hanya saja pada penggunaan B5 terjadi penurunan temperatur dan kandungan NOx disaat (a.) dan (b.) mengalami peningkatan. Akan tetapi pada grafik 2. (d.) terlihat anomali pada penggunaan ketika temperatur ruang bakar meningkat, kandungan NOx menurun. Kemudian di B50 justru pada saat temperatur ruang bakar menurun, kandungan NOx terlihat meningkat.

  Menurut Richard (2008) kadar NOx pada gas buang cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya temperatur pembakaran, oleh karena itu temperatur pada ruang bakar yang rendah berpotensi menurunkan kadar NOx yang dihasilkan. Penurunan temperatur ini diduga disebabkan akibat reaksi pembakaran dari biodiesel. Dibandingkan dengan reaksi pembakaran minyak solar (eq. 1), pada reaksi pembakaran biodiesel udara yang dibutuhkan lebih sedikit karena adanya oksigen yang terkandung pada biodiesel (eq. 2).

  4

  2

  4 3,78

  2 →

  2

  2

  2

  2

  4 −

  2

  2

  4 3,78

  2 →

  2

  2

  4 3,78

  2

  2 , ∆ = 394,088 /

  Fan Damper Number B0 B5 B10 B20 B50 meningkat, maka kandungan oksigen pada pembakaran juga meningkat sehingga bahan bakar terkonversi lebih sempurna dan menyebabkan kenaikan temperatur reaksi pembakaran (Hendershot, 2010)

  c. Hubungan FDN & Excess air terhadap kandungan NOx yang terbentuk Gambar 5.

  98 100 102 104 106 108 110

  2.4

  2.6

  2.8

  4.0

  4.3

  4.6

  xce ss A ir (%) Fan Damper Number B0 B5 B10 B20 B50

  94

  96

  0.0

  2.0

  0.5

  1.0

  1.5

  2.0

  2.5

  4.0

  4.3

  4.6

  4.9 T e m p.F lue G as (̊C) E x ce ss A ir (% ) FDN

  Excess Temp

  2.2

  1.8

  Hubungan Antara FDN Terhadap

  meningkat. Di grafik B5 (6.b.) terlihat pada FDN 4,0 - 4,3 terjadi peningkatan

  Excess Air

  Selain dipengaruhi oleh temperatur, pembentukan NOx juga dipengaruhi oleh jumlah udara yang dipasok kedalam burner. Pengukuran udara excess dalam hal ini yang ditentukan berdasarkan pengukuran jumlah udara sisa yang terdapat pada gas buang.

  Dari gambar 4. terlihat pada FDN 4,3; campuran bahan bakar B5, B20 dan B50 mengalami peningkatan excess air akan tetapi pada bahan bakar campuran B0 dan B10 terjadi penurunan excess air. Kemudian pada FDN 4,6 penggunaan B0, B20, dan B50 terjadi penurunan excess air sedangkan dengan B5 dan B10, excess air mengalami peningkatan. Pada FDN 4,9; bahan bakar campuran B0, B10, B20 dan B50 terlihat mengalami peningkatan excess

  air namun hanya pada penggunaan B5 yang mengalami penurunan excess air.

  Pada pengunaan minyak solar (B0), bertambahnya skala FDN (4,0-4,6) cenderung menurunkan besaran % excess air. Hal ini diduga bahwa solar memiliki kandungan rantai jenuh yang lebih rendah dibandingkan biodiesel sehingga udara dapat bereaksi sepenuhnya pada bahan bakar (Palash, 2013). Sedangkan penambahan biodiesel pada bahan bakar (B5) membentuk profil yang sebaliknya. Dari keseluruhan plot data pada gambar 4.5, terlihat bahwa excess air cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya skala bukaan udara (FDN). Ini artinya semakin besar aliran udara yang dipasok, maka excess air yang dihasilkan juga akan meningkat.

  Dengan membandingkan data antara %

  excess air dengan temperatur flue gas (Gambar

  6), terlihat bahwa peningkatan excess air berbanding terbalik dengan temperatur flue gas dimana pada saat kandungan excess air meningkat, maka temperatur flue gas menurun, begitu juga sebaliknya. Pada B0 (grafik 6.a.) FDN 4,3 dan 4,6; temperatur flue gas meningkat dan mengalami penurunan di FDN 4,9 disaat

  excess air

  excess air,

  1.6

  diiringi penurunan temperatur flue gas dan excess air menurun pada FDN 4,9. Kemudian di B10 (grafik 6.c.) terlihat penyimpangan pada FDN 4,6 dan 4,9 dimana pada saat excess air meningkat, temperatur flue gas juga meningkat, hal ini terjadi karena pada . Pada B20 (grafik 6.d.) di FDN 4,3 dan 4,6

  excess air meningkat diiringi penurunan

  temperatur flue gas sedangkan pada FDN 4 dan 4,9 excess air menurun dengan kenaikan temperatur flue gas. Terakhir, pada penggunaan B50 dengan FDN 4,3 terlihat penurunan excess

  air

  diikuti peningkatan temperatur flue gas, kemudian di FDN 4,6 excess air meningkat dan temperatur flue gas menurun, pada FDN 4,9

  excess air kembali mengalami penurunan dengan peningkatan temperatur flue gas.

  (a). B0

  1.0

  1.2

  1.4

4.9 E

3.0 T

  (b). B5 (c). B10 (d.) B20

  1.60

  1.78

  1.76

  1.74

  1.72

  1.70

  1.68

  1.66

  1.64

  1.62

  99

  4.0

  98

  97

  96

  95

  94

  93

  92

  91

  90

  1.80

  4.3

  e m p.F lue G as (̊C) E x ce ss A ir (% ) FDN Excess Temp.

  0.5

  Excess Temp.

  4.9 T e m p.F lue G as (̊C) E x ce ss A ir % FDN

  4.6

  4.3

  4.0

  2.5

  2.0

  1.5

  1.0

  0.0

  4.6

  94

  92

  90

  88

  86

  84

  82

  Excess Temp.

  4.9 T e m p.F lue G as (̊C) E x ce ss A ir (% ) FDN

  89

  4.6

4.9 T

  cetane number

  study of combustion performance and emission of biodiesel blends and diesel in an experimental boiler. Ahvaz, Iran Jinlin Xue, Tony E. Grift, Alan C. Hansen.

  G. Afshin & B. Bazooyar. 2011. A comparative

  Dermibas, Ayhan. 2008. Biodiesel. Springer, London

  Universita di Padova, Vicenza

  emissions of biodiesel in a boiler for residential heating.

  A. Macor, P. Pavanello. 2008. Performance and

  Sebaiknya dilakukan pembersihan filter bahan bakar dan ruang bakar boiler secara berkala, agar tidak terbentuk prompt NOx pada pembakaran.

  e.

  , viskositas, densitas dll) terhadap pembentukan NOx pada pembakaran.

  Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan karakteristik biodiesel (nitrogen content,

  performances and emissions .

  Saran d.

  Dari hasil grafik 2, dapat disimpulkan bahwa faktor utama penyebab pembentukan NOx pada pembakaran adalah temperatur.

  c.

  Peningkatan udara berlebih (excess air) berbanding terbalik dengan kandungan NOx. Pada saat excess air meningkat, maka temperatur di ruang bakar akan menurun sehingga laju pembentukan NOx pada pembakaran berjalan lambat.

  b.

  Penambahan biodiesel di dalam campuran bahan bakar dapat menurunkan temperatur ruang bakar karena reaksi dari pembakaran biodiesel yang menghasilkan panas lebih rendah , sehingga menyebabkan turunnya kandungan NOx yang terbentuk.

   KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan a.

  Adanya perubahan % excess air terhadap temperatur gas buang berkaitan pada pembentukan NOx dalam gas buang, hal ini dijelaskan Salhab (2011) dalam penelitiannya yang mengungkapkan bahwa dengan excess air yang tinggi, maka temperatur pembakaran akan menurun sehingga laju reaksi pembentukan NOx menjadi lambat, begitupun sebaliknya.

DAFTAR PUSTAKA

  Hubungan Antara Excess Air Terhadap Temperatur Gas Buang

  2010. Effect of biodiesel on engine

  (e). B50 Gambar 6.

  4.3

  80

  4.0

  2.5

  2.0

  1.5

  1.0

  0.5

  0.0

  95 100 105

  90

  85

  e m p.F lue G as (̊C) E x ce ss A ir (% ) FDN Excess Temp.

  2012. Chemical Kinetic Study of Nitrogen

  2.5

  2.0

  1.5

  1.0

  0.5

  0.0

  80 100 120 140

  60

  40

  20

  Junfeng Yang, Valeri. I. Golovitchev, Pau Redón Lurbe, J. Javier López Sánchez.

  B.M.Masum,

  Technology. Sweden. Magin Lapuerta, Octavio Armas, Jose

  Rodriguez-Fernandez. 2008. Effect of biodiesel fuels on diesel engine emissions. University of Castilla-La Mancha, Spain

  M.P. Dorado et all. 2003. Exhaust emissions

  form a diesel engine fueled with

  Reed. J. Hendershot. 2010. Use Oxygen to Improve Combustion and Oxydation.

  Ameican Institute of Chemical Engineer Richard.

C. Flagan. 2008. Combustion

  Fundamentals

  Malaysia Zuhdi Salhab, Mohammad G. Qawasmi,

  combustion on NOx emissions and their reduction approaches. Kuala Lumpur,

  I.M.Rizwanul Fattah,

  Oxides Formation Trends in Biodiesel Combustion. Chalmers University of

  King Khalid University, Saudi Arabia S.K. Hoekman. 2012. Review of the effects of

  biodiesel on NOx emissions in journal Fuel Processing Technology . Desert Research

  Institute, Nevada S.M. Palash, M.A.Kalam, H.H.Masjuki,

  • – Second Edition. California

  Springer, London Syed Ameer Basha, K. Raja Gopal. 2009. A

  Fernandez-Pello. 2011. Fundamentals of Combustion Processes.

  Institute of Technology. USA Sara McAllister, Jyh-Yuan Chen, A. Carlos

  Hussein Amro, Mosa Zalloum, Mohammad S. Qawasmi and Nafez Sharawi. 2011.

  Comparative Performance and Emission Properties of Spark-Ignition Outboard Engine Powered by Gasoline and LPG.

  Hebron,Palestine

  review of the effects of catalyst and additive on biodiesel production, performance, combustion and emission characteristics .