POLA PENERAPAN PIDANA TAMBAHAN UANG PENGGANTI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI ARTIKEL

POLA PENERAPAN PIDANA TAMBAHAN UANG PENGGANTI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI ARTIKEL

  Oleh :

WAWAN KURNIA NPM. 1410018412017 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BUNG HATTA 2016

  

POLA PENERAPAN PIDANA TAMBAHAN UANG PENGGANTI DALAM TINDAK

PIDANA KORUPSI

  1

  2

  1 Wawan Kurnia , Fitriati , Miko Kamal 1)

  Program Studi Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta

  2)

  Program Studi Ilmu Hukum Universitas Taman Siswa

  E-mail: wawankurnia789@yahoo.com

ABSTRAK

  Tindak pidana korupsi merupakan salah satu bagian dari hukum pidana khusus. Ancaman pidana khusus tidak sebagaimana tindak pidana lainnya, sebagaimana terdapat dalam Pasal 18 Ayat (1) Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian keuangan negara. Kerugian keuangan negara itu harus dikembalikan atau diganti oleh pelaku tindak pidana korupsi. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Penerapan Pidana Tambahan Uang Pengganti Pada Tindak Pidana Korupsi? 2. Bagaimana Pola Penerapan Pidana Tambahan Uang Pengganti Pada Tindak Pidana Korupsi? Metode Penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif. Teknik pengumpulan data yang gunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder kemudian data dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian 1. Penerapan pidana tambahan uang pengganti sudah diterapkan pada setiap putusan tindak pidana korupsi yang mengakibatkan kerugian negara. 2. Pola penerapan pidana tambahan uang pengganti dalam tindak pidana korupsi dilihat dari tuntutan jaksa, kerugian negara dan pertimbangan hakim.

  Kata Kunci: Pola, Penerapan, Uang Pengganti, Korupsi.

  ABSTRACT

Corruption is one part of a special criminal law. No specific criminal threats as other crimes, as

contained in Article 18 Paragraph (1) of the Law on Corruption Eradication. One element in the

crime of corruption is the existence of the state financial losses. Losses to the state it must be

returned or replaced by the perpetrators of corruption. Formulation of the problem. 1. How

Application of Criminal Extra Money Substitutes On Corruption? 2. How Patterns of Criminal

Supplementary Application Money Substitutes On Corruption? Methods used are normative.

  

Data collection techniques used in this research is secondary data consists of primary legal

materials and secondary legal materials and then the data is analyzed qualitatively. Research

result 1. Application of additional criminal compensation has been applied to every decision

corruption resulting in state losses. 2. The pattern of the application of additional criminal

restitution in corruption seen from the prosecution, the loss of state and consideration of the

judge.

  Key Words: Patterns, Implementation, Compensation, Corruption.

  

A. Pendahuluan Pidana pokok diatur dalam Pasal 10 KUHP,

  yaitu pidana mati, pidana penjara, pidana Tindak pidana korupsi merupakan salah kurungan, dan pidana denda. Sedangkan satu bagian dari hukum pidana khusus (ius pidana tambahan, diatur lebih detail dalam

  singulare, ius speciale atau bijzonder

  Undang-Undang Pemberantasan Tindak

  strafrecht ) dan ketentuan hukum positif (ius Pidana Korupsi. constitutum ) Indonesia, yang diatur dalam

  Tindak pidana korupsi merupakan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tindak pidana khusus, karena itu ancaman sebagaimana diubah dengan Undang- pidananya juga khusus tidak sebagaimana Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang tindak pidana lainnya, sebagaimana terdapat Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 dalam Pasal 18 Ayat (1) Undang-Undang Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

  Nomor

  31 Tahun 1999 Tentang Pidana Korupsi. Dalam beberapa perkara, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. beberapa jenis pidana tersebut dapat

  Selain pidana tambahan sebagaimana dijatuhkan secara bersamaan karena dimaksud dalam Undang-Undang hukum diancam secara kumulatif (yaitu pidana pidana, sebagai pidana tambahan adalah; penjara, pidana denda, dan pembayaran a. Perampasan barang bergerak dan uang pengganti). Salah satu unsur dalam berwujud atau yang tidak berwujud tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian atau barang tidak bergerak yang keuangan negara. Terhadap kerugian digunakan untuk atau yang diperoleh keuangan negara ini, pemerintah membuat dari tindak pidana korupsi, termasuk undang-undang korupsi, baik yang lama perusahaan milik terpidana di mana yaitu undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tindak pidana korupsi dilakukan, maupun yang baru yaitu Undang-Undang begitu pula dari barang yang

  Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang menggantikan barang-barang Nomor 20 Tahun 2001, menetapkan tersebut; kebijakan bahwa kerugian keuangan negara

  b. Pembayaran uang pengganti yang itu harus dikembalikan atau diganti oleh jumlahnya sebanyak-banyaknya pelaku tindak pidana korupsi. Sebagaimana sama dengan harta benda yang berlaku pada tindak pidana umumnya, diperoleh dari tindak pidana korupsi; pelaku tindak pidana korupsi diancam c. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu 1 (satu) tahun;

  d. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh Pemerintah kepada terpidana. Ayat (2), jika terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana yang dimaksud dalam Ayat (1) huruf b paling lama dalam 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut.

  Ayat (3) Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) huruf b, maka dipidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai dengan ketentuan dalam Undang- Undang ini dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan.

  Berdasarkan uraian di atas yang melatarbelakangi masalah dalam penelitian ini, maka menarik perhatian penulis untuk

  PENERAPAN PIDANA TAMBAHAN UANG PENGGANTI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI”.

  B. Rumusan Permasalahan

  Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah:

  1. Bagaimana Penerapan Pidana Tambahan Uang Pengganti Pada Tindak Pidana Korupsi?

  2. Bagaimana Pola Penerapan Pidana Tambahan Uang Pengganti Pada Tindak Pidana Korupsi?

  C. Metode Penelitian

  1. Tipe Penelitian Penelitian yang dilakukan untuk tesis ini adalah penelitian hukum normatif

  (normative law research) adalah penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek tetapi tidak mengkaji aspek terapan atau implementasinya. Ilmu hukum normatif bersifat sui generis, maksudnya ia tidak dapat dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain.

  Fokus kajiannya adalah hukum positif, hukum positif yang dimaksud di sini adalah tempat tertentu, yaitu suatu aturan atau (conceptual approach) yang beranjak dari norma tertulis yang secara resmi dibentuk pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin dan diundangkan oleh penguasa, disamping yang berkembang dalam ilmu hukum. hukum yang tertulis tersebut terdapat norma

  3. Instrumen Pengumpulan Bahan Hukum di dalam masyarakat yang tidak tertulis yang secara efektif mengatur perilaku anggota Dalam penelitian ini diperlukan sumber data yang berasal dari literatur yang berhubungan masyarakat. Penelitian normatif seringkali dengan penelitian, sebab penelitian ini disebut dengan penelitian hukum dogmatik yaitu objek penelitiannya adalah dokumen merupakan penelitian dengan pendekatan normatif yang bersumber pada sekunder. perundang-undangan, dokumen hukum, putusan pengadilan, laporan hukum, catatan

  Data yang dipergunakan dalam hukum dan bahan pustaka. penelitian ini adalah data sekunder yang

  Hal yang paling mendasar dalam terdiri dari: penelitian ilmu hukum normatif, adalah

  a. Bahan hukum primer, yaitu bahan bagaimana seorang peneliti menyusun dan hukum yang mempunyai kekuatan yang merumuskan masalah penelitiannya secara mengikat yang terdiri dari peraturan tepat dan tajam, serta bagaimana seorang perundang-undangan, bahan hukum peneliti memilih metode untuk menentukan yang tidak dikodifikasi, yurisprudensi. langkah-langkahnya dan bagaimana ia melakukan perumusan dalam membangun

  Data yang diperoleh dari perundang- teorinya. undangan terdiri dari:

  2. Sifat Penelitian 1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

  (KUHP) Penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach),

  2) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yakni suatu penelitian dengan menggunakan Tentang Pemberantasan Tindak Pidana legislasi dan regulasi yang bergantung pada Korupsi bahan hukum primer yang merupakan bahan

  3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 hukum Autoritatif (mempunyai otoritas), Tentang Perubahan Atas Undang- bahan hukum sekunder dan bahan hukum Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang sebagai jawaban masalah yang dikemukakan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam penulisan ini.

  4) Putusan Pengadilan

  A. Penerapan Pidana Tambahan Uang Pengganti Dalam Tindak Pidana

  i. Putusan Nomor: 4/Pid.Sus-

  Korupsi

  TPK/2014/PN.Pdg Ditemukan Aturan Tentang Uang ii. Putusan Nomor: 16/Pid.Sus-

  Pengganti yaitu Pasal 18 Undang-Undang TPK/2015/PN.Pdg

  Nomor

  31 Tahun 1999 Tentang iii.Putusan Nomor: 18/Pid.Sus- Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. TPK/2014/PN.Pdg

  Penerapan uang pengganti tersebut ditemukan dalam 5 (lima) kasus : iv. Putusan Nomor: 20/Pid.Sus-

  TPK/2014/PN.Pdg

  1. Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2014/PN.Pdg v. Putusan Nomor : 5/Pid.Sus-

  Memperhatikan Pasal 2 jo Pasal 18 ayat TPK/2014/PN.Pdg

  (1) huruf a dan huruf b, ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999

  b. Bahan hukum sekunder, yaitu berupa Tentang Pemberantasan Tindak Pidana buku, majalah, makalah, pendapat para Korupsi Sebagaimana Diubah Dan pakar.

  Ditambah Dengan Undang-Undang Nomor

  c. Bahan hukum tersier, yaitu berupa

  20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas kamus hukum, ensklopedia hukum Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana

  4. Analisis Data Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP,

  Metode yang digunakan dalam analisis Mengadili : Menyatakan terdakwa RO telah data adalah analisis kualitatif, yaitu terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah memberikan arti dari setiap data yang melakukan tindak pidana korupsi secara diperoleh dengan cara menggambarkan atau bersama-sama sebagaimana dakwaan menguraikan hasil penelitian dalam bentuk primair. Menjatuhkan pidana terhadap uraian kalimat secara terperinci, kemudian terdakwa RO oleh karena itu dengan pidana dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan penjara selama 4 (empat) tahun dan pidana denda sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar maka diganti dengan hukuman kurungan selama

  3 (tiga) bulan. Menghukum terdakwa RO membayar uang pengganti sebesar Rp.64.252.815,73 (enam puluh empat juta dua ratus lima puluh dua ribu delapan ratus lima belas koma tujuh puluh tiga rupiah) dan jika terdakwa tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap maka harta bendanya disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut dalam hal terdakwa tidak mempunyai harta benda yang tidak cukup untuk membayar uang pengganti tersebut maka dipidana penjara selama 6 (enam) bulan. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Memerintahkan terdakwa tetap dalam tahanan.

  2. Putusan nomor 16/Pid.Sus-TPK/2015 /PN.Pdg Memperhatikan Pasal 2 jo Pasal 18 ayat

  (1) huruf b Undang-undang nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi yang telah diubah dengan undang- ayat (1) ke-1 KUHP, kitab undang-undang hukum acara pidana (KUHAP) serta peraturan lain yang bersangkutan, Mengadili : Menyatakan terdakwa R telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama sebagaimana dakwaan primair. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa R oleh karena itu dengan pidana penjara selama 4 (empat) tahun dan pidana denda sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar maka diganti dengan hukuman kurungan selama 3 (tiga) bulan. Menghukum terdakwa R membayar uang pengganti sebesar Rp.257.680.000,- (dua ratus lima puluh tujuh juta enam ratus delapan puluh ribu rupiah) dan jika terdakwa tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap maka harta bendanya disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut dalam hal terdakwa tidak mempunyai harta benda yang tidak cukup untuk membayar uang pengganti tersebut maka dipidana penjara selama 1 (satu) tahun. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Memerintahkan terdakwa tetap dalam tahanan.

  3. Putusan nomor 18/Pid.Sus/ TPK/ 2014/ PN.Pdg Mengingat Pasal 2 jo Pasal 18 ayat (1) huruf b, ayat (2) dan ayat (3) Undang- undang RI No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Undang-undang RI No 20 tahun 2001 jo

  Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP, Mengadili : Menyatakan terdakwa SA telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana dakwaan primair. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa SA oleh karena itu dengan pidana penjara selama 4 (empat) tahun dan pidana denda sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar maka diganti dengan hukuman kurungan selama

  3 (tiga) bulan. Menghukum terdakwa SA membayar uang pengganti sebesar Rp. 129.225.000,- (seratus dua puluh sembilan juta dua ratus dua puluh lima ribu rupiah) dan jika terdakwa tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap maka harta bendanya disita oleh jaksa tersebut dalam hal terdakwa tidak mempunyai harta benda yang tidak cukup untuk membayar uang pengganti tersebut maka dipidana penjara selama 1 (satu) tahun. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Memerintahkan terdakwa tetap dalam tahanan.

  4. Putusan Nomor : 20/Pid.Sus-TPK/ 2014/ PN.Pdg Memperhatikan Pasal 2 jo Pasal 18

  Undang-undang No 31 tahun 1999 jo Undang-undang No 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Mengadili : Menyatakan terdakwa AS telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana dakwaan primair. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa AS oleh karena itu dengan pidana penjara selama 4 (empat) tahun dan pidana denda sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar maka diganti dengan hukuman kurungan selama

  3 (tiga) bulan. Menghukum terdakwa AS membayar uang pengganti sebesar Rp.102.155.285,27 (seratus dua juta seratus lima puluh lima puluh tujuh sen) dan jika terdakwa tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap maka harta bendanya disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut dalam hal terdakwa tidak mempunyai harta benda yang tidak cukup untuk membayar uang pengganti tersebut maka dipidana penjara selama 2 (dua) bulan. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Memerintahkan terdakwa tetap dalam tahanan.

  5. Putusan No:5/Pid.Sus/2014/PN.Pdg.

  Memperhatikan Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18 ayat (1) huruf b, ayat (2) dan ayat (3) undang-undang nomor 31 tahun 1999 sebagaimana yang telah ditambah dan diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi serta ketentuan Undang- Undang yang terkait selainnya, Mengadili : Menyatakan terdakwa B telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa B oleh karena itu dengan pidana penjara sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar maka diganti dengan hukuman kurungan selama

  3 (tiga) bulan. Menghukum terdakwa B membayar uang pengganti sebesar Rp.342.671.950,- (tiga ratus empat puluh dua juta enam ratus tujuh puluh satu ribu sembilan ratus lima puluh rupiah) dan jika terdakwa tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap maka harta bendanya disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut dalam hal terdakwa tidak mempunyai harta benda yang tidak cukup untuk membayar uang pengganti tersebut maka dipidana penjara selama 6 (enam) bulan. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Memerintahkan terdakwa tetap dalam tahanan.

  B. Pola Penerapan Pidana Tambahan uang Pengganti Pada Tindak Pidana Korupsi

  1. Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2014/PN.Pdg Tuntutan Jaksa Rp.64.252.815,73,

  Kerugian Negara Rp.64.252.815,73, kerugian negara yang dapat dibebankan kepada terdakwa adalah sejumlah yang dinikmati atau yang dipakai oleh terdakwa untuk kepentingan pribadinya, sedangkan yang tidak dinikmati oleh terdakwa tidak dapat dibebankan kepada diri terdakwa. Uang Pengganti Rp.64.252.815,73.

  2. Putusan Nomor :16/Pid.Sus-TPK/ 2015 /PN.Pdg Tuntutan Jaksa Rp.257.680.000,-,

  Kerugian Negara Rp.257.680.000,-, Pertimbangan Hakim, Penghitungan jumlah kerugian negara yang dapat dibebankan kepada terdakwa adalah sejumlah yang dinikmati atau yang dipakai oleh terdakwa untuk kepentingan pribadinya, sedangkan yang tidak dinikmati oleh terdakwa tidak dapat dibebankan kepada diri terdakwa. Uang Pengganti Rp.257.680.000,-.

  3. No:18/Pid.Sus/TPK/2014/PN.Pdg Tuntutan Jaksa

  Rp.129.225.000,-, Kerugian Negara Rp.129.225.000,-, Pertimbangan Hakim,

  Penghitungan jumlah kerugian negara yang dapat dibebankan kepada terdakwa adalah sejumlah yang dinikmati atau yang dipakai oleh terdakwa untuk kepentingan pribadinya, sedangkan yang tidak dinikmati oleh terdakwa tidak dapat dibebankan kepada diri terdakwa. Uang Pengganti Rp.129.225.000,-.

  4. No:20/Pid.Sus-TPK/2014/PN.Pdg Tuntutan Jaksa Rp.270.000.000,-,

  Kerugian Negara Rp.270.000.000,-, Pertimbangan Hakim, Penghitungan jumlah kerugian negara yang dapat dibebankan kepada terdakwa adalah sejumlah yang dinikmati atau yang dipakai oleh terdakwa untuk kepentingan pribadinya, sedangkan yang tidak dinikmati oleh terdakwa tidak dapat dibebankan kepada diri terdakwa. Uang Pengganti Rp.102.155.285,27.

  5. No:5/Pid.Sus/2014/PN.Pdg.

  Tuntutan Jaksa Rp.357.401.950,-, Kerugian Negara Rp.357.401.950,-, Pertimbangan Hakim, Penghitungan jumlah kerugian negara yang dapat dibebankan kepada terdakwa adalah sejumlah yang dinikmati atau yang dipakai oleh terdakwa untuk kepentingan pribadinya, sedangkan yang tidak dinikmati oleh terdakwa tidak dapat dibebankan kepada diri terdakwa. Uang Pengganti Rp.342.671.950,-.

  Pola penerapan pidana tambahan uang pengganti dalam tindak pidana korupsi dilihat berdasarkan tuntutan jaksa, kerugian negara dan pertimbangan hakim, namun tertentu dikarenakan dari 5 (lima) kasus

  2. Pola penerapan pidana tambahan uang yang diteliti ada 2 (dua) kasus yang tidak pengganti dalam tindak pidana korupsi sama antara tuntutan jaksa dan jumlah dilihat dari tuntutan jaksa, kerugian kerugian negara yang ditimbulkan. keuangan negara dan pertimbangan hakim, yaitu kerugian yang secara nyata dinikmati

  PENUTUP

  atau memperkaya terdakwa, hukuman

  Simpulan

  pembayaran uang pengganti wajib dikenakan kepada terdakwa yang benar-

  1. Penerapan pidana tambahan uang benar menikmati keuangan secara rill pengganti sudah diterapkan pada setiap dengan melawan hukum. putusan tindak pidana korupsi yang mengakibatkan kerugian negara. Penerapan

DAFTAR PUSTAKA

  pidana tambahan uang pengganti dalam Arif , Barda Nawawi, 2011, Kebijakan

  Putusan Pengadilan Negeri Padang Nomor

  Hukum Pidana, Bunga Rampai,

  4/Pid.Sus/2014/PN.Pdg, Nomor 16/Pid.Sus- Jakarta. TPK/2015/PN.Pdg, Nomor

  Asikin, Zainal, dan Amirudin, 2004, 18/Pid.Sus/TPK/2014/PN.Pdg, Nomor

  Pengantar Metode Penelitian

  20/Pid.Sus-TPK/2014/PN.Pdg, Nomor Hukum , PT RajaGrafindo, Jakarta. 5/Pid.Sus/2014/PN.Pdg, ditemukan aturan

  Chazawi, Adami, 2008. Hukum Pembuktian tentang uang pengganti yaitu berdasarkan

  Tindak Pidana Korupsi , Alumni,

  Pasal 18 ayat (1) huruf b Undang-Undang Bandung. Nomor

  31 Tahun 1999 Tentang

  • , 2002, Pelajaran Hukum Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

  Pidana Bagian I, PT. Raja Grafindo

  menyatakan bahwa pembayaran uang Persada, Jakarta. pengganti yang jumlahnya sebanyak-

  Girsang, Juniver, 2012, Abuse of Power , banyaknya sama dengan harta benda yang

  Penyalahgunaan Kekuasaan Aparat

  diperoleh dari tindak pidana korupsi, dan

  Penegak Hukum Dalam Penanganan

  sanksi pidana uang pengganti dari segi Tindak Pidana Korupsi , J.G. penerapan penjatuhan sanksi dalam putusan Publishing. pengadilan tindak pidana korupsi sudah

  Hamzah, Andi, 2005, Asas-asas Hukum berperan dengan baik.

  • , 2008, Pemberantasan

  Muladi, dan Arief, Barda Nawawi, 1992,

  • , 1977,

  Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung.

  Mulyadi, Lilik, 2007 Tindak Pidana Korupsi

  di Indonesia (Normatif, Teoritis, Praktik, dan Masalahnya), PT.

  Alumni, Bandung. Nasution, Bahder Johan, 2008, Metode

  Penelitian Hukum , Mandar Maju, Bandung.

  Pelaksanaan penjara di indonesia cetakan pertama , Refika Aditama,

  Priyatno, Dwidja, 2006, Sistem

  Bandung. Prodjohamidjojo, Martiman, 2001.

  Penerapan Pembuktian Terbalik dalam Delik Korupsi UU No. 31 Tahun 1999), CV Mandar Maju.

  Bandung. Schravendijk, H.J. Van, Buku Pelajaran

  Tengtang Hukum Pidana Indonesia,

  (Jakarta – Groningen : J.B Wolters, 1986). Soekanto, Soerjono, 2001, Penelitian

  Hukum Normatif, Raja Grafindo Persada, , Jakarta.

  dan Penelitian Hukum , PT.Citra Aditya Bakti Bandung.

  Hukum:Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta.

  Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum

  Metodologi Riset Sosial . Mandar Maju, Bandung.

  Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional Revisi 4,

  Rajawali Pers, Jakarta.

  Hukum Pidana Ekonomi, Cetakan

  1 Erlangga, Jakarta. Hartati, Evi, 2005. Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grfika, Jakarta. Irsan, Koesparmono, 2005, Kejahatan

  Korporasi suatu Pengantar dan Korupsi, Jakarta.

  Kartono, Kartini, 1996, Pengantar

  Laila Kholis, Efi, 2010, Pembayaran Uang

  Bogor. Mertokusumo, Sudikno, 2005, Mengenal

  Pengganti Dalam Perkara Korupsi, Solusi Publishing, Depok.

  Lamintang, Dalam Simons, 1997. Dasar-

  Dasar Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung.

  Lamintang, P.A.F, 1984, Hukum Penitensier

  Indonesia, Cetakan

  1 Armico, Bandung. Mas, Marwan, 2014. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi . Ghalia Indonesia.

  Sudarto, 1990, Hukum Pidana I, Yayasan Suparni, Niniek, 2007, Eksistensi Pidana

  Denda Dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan, , Sinar Grafika,

  Jakarta. Suryani Nilma, Aria Zurneti dan Neng

  Sarmida, 2002, Diktat Hukum

  Pidana, Bagian Hukum Pidana

  Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang. Triyandani, Luh Nyoman Dewi, Budaya

  Korupsi Ala Indonesia Cetakan Pertama, Jakarta, Pusata Studi

  Pengembangan Kawasan (PSPK). Tongat, 2008, Dasar-dasar Hukum Pidana

  Indonesia Dalam Perspektif Pembaruan, , Universitas

  Muhammadiyah, Malang. Waluyo, Bambang, 2007, Pidana dan

  Pemidanaan Cetakan Pertama, Sinar Grafika, Jakarta.