72 ANALISIS KINERJA KEPALA RUANGAN RAWAT INAP DI RSUD Dr SAM RATULANGI TONDANO

  

ANALISIS KINERJA KEPALA RUANGAN RAWAT INAP DI RSUD Dr SAM

RATULANGI TONDANO Meitha Tinggogoy*, A. J. M. Rattu** , J. Porotu’o***, S. Rampengan***

  • *Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado ***Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

  ABSTRAK

Keperawatan merupakan tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit secara umum, sehingga asuhan

keperawatan yang merupakan suatu esensi dari pelayanan perawat harus diberikan secara

bermutu, aman bagi pasien, keluarga dan masyarakat. Perawat sebagai salah satu Profesional

Pemberi Asuhan (PPA) yang secara 24 jam berada di dekat pasien perlu selalu meningkatkan

mutu asuhannya. Tanggung jawab yang demikian beratnya kadang belum di tunjang oleh sumber

daya manusia yang memadai sehingga kinerja perawat menjadi sorotan baik oleh profesi lain

maupun pasien atau keluarganya. Tuntutan dan harapan masyarakat akan pelayanan yang

paripurna memerlukan manajemen bangsal yang baik dan terencanaMasalah manajerial dalam

pengelolaan ruangan selalu dikaitkan dengan bagaimana manajer atau kepala ruang mengatur

dan merencanakan manajemen ruangan untuk pengelolaan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan informasi yang lebih mendalam dengan melakukan analisis kinerja kepala ruangan

rawat inap di RSUD DR Sam Ratulangi Tondano. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

metode penelitian kualitatif. Informan berjumlah 6 orang ditentukan berdasarkan prinsip

kesesuaian dan kecukupan yaitu Direktur, Kepala Bidang Keperawatan, Kepala Sub Bidang

Keperawatan, dan 3 perawat pelaksana. Sumber data primer diperoleh melalui wawancara

mendalam dan observasi lapangan, dan data sekunder diperoleh dari laporan dokumen yang ada

di rumah sakit. Validasi data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Data hasil

wawancara dirangkum dalam bentuk matriks kemudian disajikan dalam bentuk narasi. Hasil

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kinerja kepala ruangan terkait pelaksanaan fungsi

perencanaan, fungsi penggerakkan dan pelaksanaan dan fungsi pengawasan, pengendalian dan

penilaian di ruang rawat inap RSUD DR Sam Ratulangi Tondano sudah dilaksanakan namun

belum optimal.

  Kata Kunci: Kinerja, Kepala Ruangan ABSTRACT

Nursing is a quality measure of hospital services in general, so that nursing care is an essence of

nursing services should be given quality, safe for patients, families and society. Nurse as one of

the profesional caregiver who 24 hours near with the patient have to always improve the quality of

care. Such responsibility weighs sometimes not in the back by inadequate human resources so that

the nurse performance in the spotlight either by other professions and patients or their families.

The demands and expectations of society will require a complete service management which good

wards and planned. Managerial problems in the room management is always related with how the

manager or room head organize and plan for the room management of patient. This research

aimed to obtain indepth informatioan by analyzing the performance of the head nurse in inpatient

room at the Regional General Hospital of DR. Sam Ratulangi Tondano. This study used a

qualitative methods. Informants amounted to 6 is determined based on the principles of suitability

and adequacy of the Managing Director, Head of Nursing, Division Head of Nursing, and 3

nurses. Sources of primary data obtained through interviews and observation, and secondary data

obtained from the report documents at the hospital.Validation data using triangulation and

triangulation methods.Validation data using triangulation and triangulation methods.Interview

data are summarized in a matrix form is then presented in narrative form. The results of this study

can be concluded that the performance of the head of the room on the implementation of the

planning function, the function of mobilizing and implementation and functions of monitoring,

control and assessment in inpatient hospital room Dr. Sam Ratulangi Tondano already

implemented but not yet optimal.

  Key Words: Performance, Head Nurse

  PENDAHULUAN

  Rumah Sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Anonim, 2009). Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan rumah sakit diwajibkan memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan efektif sesuai dengan standar pelayanan di rumah sakit (Sitorus, 2011).

  Keperawatan merupakan tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit secara umum, sehingga asuhan keperawatan yang merupakan suatu esensi dari pelayanan perawat yang harus diberikan secara bermutu, aman bagi pasien, keluarga dan masyarakat. Perawat sebagai pemberi jasa merupakan ujung tombak pelayanan di rumah sakit. Perawat sebagai salah satu Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang secara 24 jam berada di dekat pasien perlu selalu meningkatkan mutu asuhannya (Anonim, 2012).

  Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini. Hal tersebut terjadi sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan prima atau pelayanan yang bermutu tinggi yang tidak terpisahkan dari standar, karena kinerja diukur berdasarkan standar. Perawat diharapkan dapat menunjukkan kontribusi profesionalnya secara nyata dalam meningkatkan mutu keperawatan, yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan secara umum pada organisasi tempatnya bekerja, dan dampak akhir bermuara pada kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat (Anonim, 2006).

  Tanggung jawab yang demikian beratnya kadang belum di tunjang oleh sumber daya manusia yang memadai sehingga kinerja perawat menjadi sorotan baik oleh profesi lain maupun pasien atau keluarganya.Tuntutan dan harapan masyarakat akan pelayanan yang paripurna memerlukan manajemen bangsal yang baik dan terencana (Nursalam, 2011).

  Masalah manajerial dalam pengelolaan ruangan selalu dikaitkan dengan bagaimana manajer atau kepala ruang mengatur dan merencanakan manajemen ruangan untuk pengelolaan pasien. Agar pengelolaan ruang perawatan dapat dilakukan dengan baik maka kepala ruangan dituntut memiliki kemampuan manajerial dan kemampuan profesional dalam mengatur terlaksananya pelayanan perawatan dimana manajer atau kepala ruangan mengatur dan merencanakan manajemen ruangan untuk pengelolaan pasien yang pada umumnya berhubungan dengan pelaksanaan fungsi manajemen (Kuntoro,2010).

  Kepala ruangan adalah seorang tenaga perawat profesional yang diberikan tanggungjawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di suatu ruang rawat. Berdasarkan Depkes RI (1999), kepala ruangan mempunyai 3 fungsi utama manajemen yaitu perencanaan (PI), pergerakan dan pelaksanaan (P2), dan pengendalian,penilaian,pengawasan (P3). Tugas kepala ruangan sebagai manajer keperawatan adalah melakukan koordinasi dan integrasi sumber -sumber yang tersedia melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan efesien bagi pasien dan keluarganya. (Huber,1996 dalam Sitorus, 2011).

  RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano adalah Rumah Sakit Tipe C milik Pemda Kabupaten Minahasa dengan kapasitas berisi 122 tempat tidur.Fasilitas pelayanan rawat inap memiliki 7 ruangan rawat inap dan kamar operasi, pelayanan rawat jalan sebanyak 11 klinik dan IGD serta Instalasi Penunjang. Laporan data bulan Maret 2016 di Bidang Keperawatan jumlah tenaga perawat yang ada sebanyak 161 perawat.

  Hasil pengamatan di RSUD DR Sam Ratulangi Tondano kepala ruangan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya hanya berorientasi pada kegiatan rutinitas saja, masih ada elemen-eleman dalam fungsi manajemen kepala ruangan yang belum dilakukan, diantaranya belum menyusun perencanaan sesuai standar yang ditetapkan, metode pemberian asuhan keperawatan masih metode fungsional, kepala ruangan jarang mengawasi atau melakukan supervisi langsung saat perawat pelaksana melakukan tindakan keperawatan, pengisian dokumentasi asuhan keperawatan tidak lengkap, pengawasan yang dilakukan masih bersifat temporer jika ada masalah, evaluasi/penilaian kinerja terhadap perawat pelaksana belum dilakukan sebagaimana seharusnya dan penilaian kinerja kepala ruangan sebagai manajer lini belum pernah dilakukan.

  Hal ini didukung dengan penelitian Kairupan (2016), tentang analisis pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD DR Sam Ratulangi Tondano yang menyatakan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD DR Sam Ratulangi Tondano pada tahap pengkajian keperawatan sampai tahap evaluasi keperawatan ada tiga ruangan rawat inap yang tidak melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan dan satu ruangan rawat inap yang melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mutu pelayanan keperawatan di RSUD DR Sam Ratulangi Tondano masih rendah dan asuhan keperawatan belum terlaksana sesuai standar.

  • – Maret 2017. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam kepada 6 informan yaitu Direktur, Kepala Bidang Keperawatan, Kepala Sub Bidang Keperawatan , dan 3 perawat pelaksana. Pemilihan informan pada penelitian ini berdasarkan prinsip kesesuaian (appropriatness) dan kecukupan (adequency).

  Fenomena ini menggambarkan tidak adanya landasan yang kuat untuk menggerakan organsisasi sehingga memberikan pelayanan yang bermutu. Keberhasilan perawat memberikan pelayanan keperawatan sangat ditentukan oleh kinerja para perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan ini merupakan tugas tanggung jawab kepala ruangan menggerakkan perawat pelaksana. Berdasarkan data- data di atas penulis merasa perlu melakukan penelitian tentang kinerja kepala ruang rawat inap di RSUD DR Sam Ratulangi Tondano terkait dengan pelaksanaan fungsi perencanaan, fungsi penggerakan dan pelaksanaan, fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian. Adapun penelitian ini belum pernah di lakukan di RSUD DR Sam Ratulangi Tondano.

  METODE

  Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dengan melakukan analisis kinerja kepala ruangan rawat inap di RSUD DR Sam Ratulangi Tondano. Penelitian ini dilakukan di RSUD DR Sam Ratulangi Tondano. Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan bulan Desember 2016

  HASIL DAN PEMBAHASAN Kinerja Kepala Ruangan dalam Melaksanakan Fungsi Perencanaan

  Kepala ruangan memegang peranan penting dalam proses perencanaan manajemen, karena tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam kegiatan perencanaan seorang kepala ruangan dapat mengenal masalah, merencanakan tujuan serta bagaimana tujuan tersebut dapat dicapai (Kuntoro, 2010).

  Teori kinerja menyatakan bahwa perilaku dan kinerja individudi pengaruhi oleh variabel individu, organisasi, serta psikologis. Variabel- variabel tersebut sangat berpengaruh terhadap kelompok pegawai, yang pada akhirnya berpengaruh pula terhadap kinerjapegawai. Tindakan yang berhubungandengan kinerja pegawai berhubungandengan kerja yang dilakukan untukmencapai sasaran sesuai tugas kerja (Gibson at. al. 2008).

  Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada informan dan observasi dokumen bahwa kinerja kepala ruangan dalam melaksanakan fungsi perencanaan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah DR Sam Ratulangi Tondano sudah dilakukan namun belum optimal, hal ini ditunjukan dengan tidak adanya dokumen perencanan di masing-masing ruangan dan informan menyatakan belum ada perencanaan tertulis dari kepala ruangan baik itu tentang kebutuhan tenaga, peralatan ataupun rencana kegiatan pelayanan keperawatan. . Perencanaan yang diusulkan umumnya terkait kebutuhan tenaga dan peralatan / fasilitas dan sebatas menyampaikan secara lisan ke bidang perawatan. Dengan demikian kegiatan perencanaan tidak berdasarkan standar yang ada tetapi lebih bersifat rutinitas untuk memenuhi kebutuhan pasien .

  Hasil penelitian ini, menunjukan bahwa fungsi perencanaan dari Kepala Ruangan di Rumah Sakit Umum Daerah DR Sam Ratulangi Tondano belum berjalan dengan baik . Agar peran kepala ruangan dalam pelaksanaan fungsi perencanaan berjalan baik perlu dilakukan pembinaan, pengembangan berkesinambungan tentang manajemen kepala ruangan secara umum dan fungsi perencanaan secara khusus . Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Tawalujan (2016) dengan judul Analisis Kinerja Kepala Ruangan di Ruang Rawat Inap RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Kota Manado diperoleh hasil wawancara dengan informan secara mendalam bahwa kinerja Kepala Ruangan dalam melaksanakan fungsi perencanaan di ruang rawat inap RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Kota Manado sudah cukup baik, namun selalu ada terkendala karena rumah sakit tersebut sebagai teaching hospital, di mana banyak mahasiswa keperawatan yang harus dibimbing terus.

  Perawat dalam melakukan tugasnya sangat tergantung pada kemampuan manajerial kepala ruangan. Al-Jebory at.al 2015 meneliti tentang evaluasi kinerja perawat manajer dalam perencanaan di Rumah Sakit Gubernuran Efrat Tengah. Hasil penelitian disimpulkan bahwa manajer perawat memiliki tingkat kinerja yang relatif baik terhadap peran dan tugas manajerialnya. Dan bekerja sebagai perawat manajer di rumah sakit pendidikan meningkatkan pengetahuan mereka tentang fungsi perencanaan yang menentukan kualitas kinerja perawat manajer.

  Hasil penelitian Parmin (2010) dengan judul hubungan pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruangan dengan motivasi perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUP Undata Palu menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi manajemen perencanaan kepala ruangan dengan motivasi perawat pelaksana (p=0,032, a=0,05). Rizal, dkk(2016) meneliti tentang hubungan pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruang dengan motivasi perawat pelaksana dalam memberikan layanan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara fungsi manajemen perencanaan dengan motivasi perawat pelaksana. Hasil penelitian Anwar, dkk (2016) yang berjudul hubungan fungsi manajemen kepala ruang dengan penerapan patient safety culture di rumah sakit umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara fungsi perencanaan dengan penerapan patient safty culture (p value= 0,002).

  Penelitian ini bertolak belakang dengan Kumajas (2011), yang menyatakan fungsi perencanaan kepala ruangan kurang baik menjadikan pelaksanaan kinerja perawat pelaksana kurang baik adalah 9.6% ini lebih kecil dibanding dengan pelaksanaan kinerja perawat pelaksana baik sebesar 33,9 % sedangkan persepsi perawat pelaksana mengenai fungsi perencanaan kepala ruang yang baik menjadikan pelaksanaan kinerja perawat pelaksana baik adalah 43.5 % hasil ini lebih besar dibanding pelaksanaan pelaksanaan kinerja perawat pelaksana kurang baik yaitu 13.0%. Hasil uji Chi-squares menunjukan nilai p = 0.891 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara fungsi perencanaan kepala ruang dengan pelaksanaan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap BLU RSUP Prof. Dr R.D Kandou Manado.

  Menurut peneliti perencanaan bila dilaksanakan akan memudahkan usaha yang dilakukan dalam mencapai tujuan. Dengan perencanaan yang baik, manajer dan staf akan mengetahui dengan jelas tujuan suatu organisasi. Mereka mengetahui jenis dan kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Salah satu fungsi perencanaan adalah menempatkan orang/staf berdasarkan bakat, pendidikan formal, pengalaman, kepribadian sehingga memenuhi asas penempatan orang yang tepat pada bidang pekerjaan yang tepat, pada waktu yang tepat dan dengan tingkat imbalan yang tepat.

  Kinerja Kepala Ruangan dalam Melaksankan Fungsi Penggerakan dan Pelaksanaan

  Fungsi penggerakan dan pelaksanaan kepala ruangan menurut Anonim (1999), yaitu mengkoordinasi semua kegiatan pelayanan perawatan diruangan, mengatur jadwal dinas perawat, memberikan orientasi kepada tenaga perawat atau tenaga lainnya, memberikan pengarahan dan motivasi, mengadakan pertemuan berkala, mengusahakan pengadaan peralatan sesuai kebutuhan ruangan dan pemeliharaanya, menyusun kebutuhan rutin alat obat dan bahan, mendampingi dokter pada saat visite, mengunjungi pasien setiap hari untuk lebih mengenal pasien dan mengetahui perkembangan kesehatannya menampung keluhan serta membantu memecahkan masalah yang dihadapinya atau memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhnnya, mempertahankan dan meningkatkan sistem pencatatan dan pelaporan, mengadakan kerja sama dan memelihara hubungan baik dengan semua petugas yang terkait serta menciptakan suasana yang nyaman bagi pasien dan keluarga.

  Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan dan observasi dokumen menunjukan bahwa kinerja kepala ruangan dalam melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan di ruang rawat inap Rumah

  Sakit Umum Daerah DR Sam Ratulangi Tondano sudah dilaksanakan namun belum berjalan baik. Kepala Ruangan sudah mengatur, mengkoordinir pelayanan di ruang rawat. Kepala ruangan masih menerapkan metode penugasan fungional. Pelaksanaan operan/timbang terima pasien tidak dilakukan secara konsisten seperti pernyataan informan bahwa timbang terima hanya dilakukan diruangan tidak validasai ke pasien dan tidak dilakukan pada setiap shift. Program orientasi yang diberikan kepada tenaga perawat baru atau tenaga lain sebatas pengarahan tentang disiplin dan situasi ruangan pada umumnya. Pengarahan dan motivasi kepala ruangan kepada perawat pelaksana sebatas mengingatkan supaya melaksankan tugas dengan baik. Kepala ruangan belum melakukan pertemuan rutin/rapat berkala secara teratur dan supervisi kepala ruangan dilakukan ketika ada keluhan terkait pelayanan perawat .

  Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kepala ruangan sudah melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan namun belum optimal. Hal ini sejalan dengan penelitian Tawalujan (2016) dengan judul Analisis Kinerja Kepala Ruangan di Ruang Rawat Inap RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Kota Manado diperoleh hasil wawancara dengan informan secara mendalam bahwa kinerja Kepala Ruangan dalam melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan di ruang rawat inap sudah cukup baik, namun masih perlu ditingkatkan melalui terciptanya iklim organisasi yang kondusif.

  Rashed at.al.2015 meneliti tentang kinerja kepala ruangan dalam pelaksanaan fungsi manajemen dan pengaruhnya terhadap produktivitas perawat di Rumah Sakit Universitas Assiut. Hasil penelitian disimpulkan ada hubungan antara fungsi manajemen kepala ruangan dan produktivitas perawat di ruangan interna, ruangan bedah dan ICU.

  Hasil penelitian Mandagi, dkk (2016) tentang analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan di rumah sakit umum Bethesda GMIM Tomohon yang menunjukan ada hubungan antara motivasi dengan kinerja perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan. Hasil penelitian Anwar, dkk(2016) tentang hubungan fungsi manajemen kepala ruang dengan penerapan patient safety culture di rumah sakit umum DR.

  Zainoel Abidin Banda Aceh menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara fungsi pengorganisasian dengan penerapan

  pateint safety culture (p value= 0,023).

  Penelitian Fithriyani (2016) dengan judul analisis hubungan fungsi manajerial kepala ruangan dan faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja perawat dengan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan di rawat inap RSUD Pariaman menunjukan adanya hubungan antara fungsi pengarahan dengan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan (p value=0,042).

  Penelitian ini sesuai dengan fungsi penggerakan dan pelaksanaan menurut Anonim (1999) bahwa kepala ruangan sebagai koordinator kegiatan perlu menciptakan kerja sama yang baik, pemberian tanggung jawab dan kewenangan yang sesuai dan saling menunjang satu sama lain sehingga tercipta suasana kerja yang menyenangkan. Mengupayakan tersedianya fasilitas yang mendukung dan menunjang kelancaran tugas perawat sehingga dapat lebih bersemangat dalam melakukan pekerjaanya. Hal ini sangat besar pengaruhnya dalam merangsang motivasi perawat pelaksana. Kinerja staf dapat meningkat dengan pengarahan diantarnya melalui motivasi serta memberikan bimbingan kepada staf. Hal ini didukung dengan pendapat Gibson

  at. al. 2008 yang menyatakan bahwa

  faktor yang mempengaruhi kinerja salah satunya adalah faktor dari variabel psikologi, yaitu motivasi. Makin meningkatnya motivasi perawat secara individu akan meningkatkan kinerja individu, kelompok maupun rumah sakit tersebut.

  Berbeda dengan penelitian Kumajas (2011) yang menunjukan bahwa fungsi pengorganisasian kepala ruangan kurang baik menjadikan pelaksanaan kinerja perawat pelaksana kurang baik adalah 10,4% ini lebih kecil dibanding dengan pelaksanaan kinerja perawat yang baik 33,9 % sedangkan fungsi pengorganisasian kepala ruang yang baik menjadikan pelaksanaan kinerja perawat baik 43,5 % lebih besar dibanding pelaksanaan kinerja perawat kurang baik 12,2 %. Hasil uji Chi-

  squares menunjukkan nilai p = 0.833

  maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara fungsi pengorganisasian kepala ruangan dengan pelaksanaan kinerja perawat pelaksana di BLU RSUP Prof. Dr R.D Kandou Manado. Sejalan dengan penelitian Rotti (2011) tentang hubungan fungsi manajemen kepala ruangan dengan pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di ruang rawat inap RSUP Prof DR.R.D.Kandou yang menunjukkan fungsi pengarahan baik dan melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi sebanyak 48 orang (80%), dan yang kurang 6 orang (10%), sedangkan responden yang mengatakan fungsi pengarahan kurang baik dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi dengan baik 5 orang (8,3%), dan yang kurang baik 7 orang (11,7). Hasil uji statistic Chi

  Square test diperoleh nilai p

  (1.000) > α (0,05), dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara fungsi manajemen Kepala ruangan dengan pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi.

  Kepala ruangan sebagai manajer dalam menggerakan dan mengarahkan sumber daya manusia perlu memperhatikan peranannya, motivasi staf, kerja sama dan komunikasi antar staf. Aly, at. al. 2016 meneliti tentang peran kepala ruangan dalam pengelolaan keamanan obat high alert di unit perawatan darurat. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kepala ruangan di pandang sebagai kunci keberhasilan untuk keamanan obat high alert di unit mereka. Kepala ruangan harus meningkatkan kemampuan manajerial untuk mengelola perawatan pasien dan mendidik staf mereka. Kepala ruangan merupakan panutan bagi staf untuk mengelola perawatan pasien. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Gibson at.al. 2008 bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja adalah dari faktor variabel individu yaitu kemampuan dan keterampilan. Manajer harus mencocokan setiap kemampuan dan keterampilan dengan persyaratan kerja agar dalam bekerja dapat mencapai kinerja.

  Tujuan dari fungsi penggerakan dan pelaksanaan ini (aktuasi) adalah 1) menciptakan kerja sama yang lebih efesian. 2) mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf. 3) menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan. 4) mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf. 5) membuat organisasi berkembang lebih dinamis (Kuntoro, 2010). Sesuai dengan hasil penelitian Parmin (2010) yang berjudul hubungan pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruangan dengan motivasi perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUP Undata Palu bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi manajemen pengorganisasian kepala ruangan dengan motivasi perawat pelaksana (p=0,022, a=0,05). Menurut Kuntoro (2010), kegagalan manajer menumbuhkan motifasi stafnya merupakan hambatan utama fungsi penggerakan dan pelaksanaan ini. Hal ini dapat terjadi karena manajer kurang memahami hakekat perilaku dan hubungan antar manusia.Seorang manajer yang berhasil akan menggunakan pengetahuannya tentang perilaku manusia untuk menggerakkan stafnya agar mereka bekerja secara optimal dan lebih produktif.

  Kurniati dan Efendi (2012) mengatakan bahwa rendahnya kualitas SDM kesehatan dan kompetensi tenaga kesehatan berimplikasi pada rendahnya kualitas layanan yang diberikan dan lemahnya daya saing bangsa. Penguatan kompetensi SDM sebagai bagian utama dalam penguatan mutu tenaga kesehatan memerlukan keselarasan pola pembinaan pelatihan dan keterampilan kerja.

  Soejitno, dkk (2012) mengatakan bahwa penggerakan dan pelaksanaan di dalam organisasi merupakan pengaturan sumber daya melalui integrasi dan koodinasi untuk menjamin kesinambungan pelayanan secara efektif dan efisien. Pelaksanaan organisasi di dalam manajemen merupakan penentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut kearah tujuan, penugasan tanggung jawab tertentu, dan pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada setiap kepala ruangan untuk melaksanakan tugas-tugasnya.

  Kinerja Kepala Ruangan Dalam Melaksanakan Fungsi Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian

  Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Tanpa pengawasan atau pengawasan yang lemah, berbagai penyalahgunaan wewenang akan terjadi. Keberhasilan dalam pelayanan keperawatan sangat ditentukan oleh kinerja para perawat. Oleh karena itu ,evaluasi terhadap kinerja perawat perlu dan harus selalu dilaksanakan melalui suatu sistem yang terstandar sehingga hasil dan evaluasi lebih objektif.

  Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap informan dan observasi dokumen didapatkan bahwa kepala ruangan memeriksa kembali catatan asuhan keperawatan sedangkan pada observasi didapatkan bahwa catatan asuhan keperawatan tidak di isi lengkap. Dokumentasi tidak lengkap akan membentuk kerangka kerja yang tidak baik yang akan memperburuk kerangka kerja tim kesehatan, karena dokumentasi penting kaitannya dengan praktek profesional sehingga pelayanan yang diberikan kepada pasien tidak akurat dan tidak efesien dan akan menimbulkan dampak negatif terhadap kinerja tenaga kesehatan dan profesi lainnya, seperti tuntuan hukum masyarakat yang semakin meningkat karena pengetahuan hak-hak masyarakat sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan (Dinarti, dkk. 2009).

  Kepala ruangan memberikan teguran dan nasihat kepada perawat pelaksana apabila melakukan kesalahan . Kepala ruangan melakukan evaluasi kepada perawat pelaksana tetapi berdasarkan observasi tidak dilakukan penilaian secara kontinyu . Penilaian yang ada sebatas mengisi DP3/SKP yang dilakukan pada saat kenaikan pangkat untuk PNS dan untuk pegawai pemerintah dengan perjanjian kontrak belum dilaksankan penilaian . Penilaian untuk kepala ruangan terkait pelaksanaan fungsi manajerial sesuai tupoksi belum dilakukan . Dan sistem

  reward and puishment belum juga di lakukan .

  Penelitian ini sejalan dengan penelitian Tawalujan (2016) dengan judul Analisis Kinerja Kepala Ruangan di Ruang Rawat Inap RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Kota Manado diperoleh hasil wawancara dengan informan secara mendalam bahwa kinerja Kepala Ruangan dalam melaksanakan Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian di ruang rawat inap sudah cukup baik terlaksana, namun kegiatan supervisi sangat perlu dilakukan secara terus menerus untuk mengevaluasi kinerja perawat di rumah sakit, agar diperoleh kinerja perawat yang profesional.

  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Parmin (2010) tentang hubungan pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruangan dengan motivasi perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUP Undata Palu menunjukan ada hubungan yang signifikan antara fungsi manajemen kepala ruangan pada fungsi pengawasan dengan motivasi kerja perawat pelaksana. Penelitian Rumampuk dkk 2013 tentang hubungan supervisi dengan penerapan patient

  safety di RSU Gunung Maria Tomohon

  menunjukkan bahwa responden yang menyatakan penerapan patient safety baik, supervisi kepala ruangan baik (95,2%) dan kurang (4,8%). Berdasarkan hasil uji statistik dengan korelasi Pearson diperoleh nilai p=0,04 (p<0,05), r = 0,43 berarti ada hubungan supervisi dengan penerapan patient

  safety di ruang rawat inap. Disimpulkan

  ada hubungan peran kepala ruangan melakukan supervisi dengan penerapan

  patient safety di ruang rawat inap RSU Gunung Maria Tomohon.

  Berbeda dengan hasil penelitian Kumajas (2011) yang menunjukan fungsi pengawasan kepala ruang kurang baik menjadikan pelaksanaan kinerja perawat kurang baik adalah 7,8 % ini lebih kecil dibanding dengan fungsi pengawasan yang baik menjadikan kinerja perawat baik 26,1% sedangkan fungsi pengawasan kepala ruang yang baik menjadikan pelaksanaan kinerja perawat baik 51,3% lebih besar dibanding pelaksanaan kinerja perawat kurang baik 14,8 %. Uji Chi-squares menunjukkan nilai p= 0.931 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan fungsi pengawasan kepala ruang dengan pelaksanaan kinerja perawat di ruangan rawat inap BLU RSUP Prof Dr R.D Kandou Manado. Hasil analisis menunjukan perawat pelaksana yang melaksanakan kinerja baik maupun kurang baik tidak terkait dengan fungsi pengawasan kepala ruang baik maupun tidak baik. Kurangnya pengawasan kepala ruangan mengakibatkan kinerja perawat tidak maksimal.

  Penilaian kinerja merupakan kegiatan mengevaluasi hasil kerja pegawai dalam menyelesaikan tugas- tugasnya sesuai sasaran kerja dengan menggunakan suatu alat atau pedoman penilaian. Pelayanan keperawatan sangat ditentukan oleh kinerja para perawat itu sendiri. Oleh sebab itu, evaluasi terhadap kinerja perawat perlu dan harus dilaksanakan melalui suatu sistem yang terstandar sehingga hasil dari evaluasi dapat lebih objektif (Wijaya, 2012). Penilaian kinerja perawat adalah cara mengevaluasi kualitas dan kuantitas pekerjaan perawat dibandingkan pedoman standar kerja (SAK/SOP) yang ditetapkan dalam kurun waktu tertentu (Kurniadi, 2013). Standar penilaian kinerja yaitu standar minimal hasil kerja yang harus dicapai oleh pegawai, baik itu secara perseorangan maupun kelompok yangdisesuaikan dengan indikator sasaran kerjanya. Artinya bila hasil kerja pegawaidi bawah standar hasil pekerjaan minimal, maka hasil kinerjanya tidak baik, tidakdapat diterima, dan buruk. Bila hasil kerja pegawai ada pada ketentuan standar atau diatasnya, maka dapat disimpulkan bahwa hasil kerjanya sedang, hasil baik atau hasil kerja sangat baik. Standar kerja mencakup standar minimal untuk pelaksanaan semua indikator kerja.

  Kvas at.al. 2016 dalam penelitian tentang Penilaian kinerja berbasis kompetensi bagi para pemimpin perawat di Rumah Sakit Umum Slovenia ditemukan bahwa ada perbedaan signifikan dalam penilaian kinerja di antara para pemimpin dalam keperawatan. Sebanyak 203 (86%) pimpinan perawat dinilai tidak efisien dan perlu meningkatkan kinerja atau kepemimpinan mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Gibson at. al 2008 bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor dari variabel organisasi yaitu kepemimpinan. Hasil penelitian Ibrahim, at. al. 2016 tentang hubungan antara gaya kepemimpinan kepala ruangan dan kinerja perawat pelaksana menunjukkan bahwa tingkat kinerja di antara perawat pelaksana relatif rendah. Tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara gaya kepemimpinan dan kinerja perawat. Penelitian tersebut merekomendasikan bahwa, program pelatihan tentang gaya kepemimpinan tingkat lanjut dan penilaian kinerja harus dilakukan untuk perawat kepala dan perawat pelaksana.

  Hasil penelitian Mandagi (2016), menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara sistem penghargaan dan kinerja perawat pelaksana dalam menerapkan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum GMIM Bethesda Tomohon. Penelitian yang dilakukan oleh Indrawaty (2012), dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat di instalasi rawat inap rumah sakit Datoe Binangkang Kota Kotamobagu mendapatkan bahwa ada hubungan antara pemberian imbalan dengan kinerja perawat. Hal ini sejalan dengan penelitian Kambey (2016) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado yang menyatakan bahwa berdasarkan hasil analisis Chi-Square pada tingkat kemaknaan 95% atau nilai

  α = 0,05, diperoleh p value sebesar 0,039.

  Kesimpulannya, ada hubungan antara imbalan dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado dan berdasarkan hasil analisis Chi- Square pada tingkat kemaknaan 95% atau nilai

  α = 0,05, diperoleh p value

  sebesar 0,009. Kesimpulannya, ada hubungan antara sistem penghargaan dengan kinerja perawat. Penelitian ini sesuai pendapat Gibson at. al. 2008 3.

  Kinerja kepala ruangan dalam yang menyatakan bahwa salah satu melaksankan fungsi pengawasan, faktor yang mempengaruhi kinerja pengendalian, dan penilaian di ruang adalah faktor dari variabel organisasi rawat inap RSUD DR Sam Ratulangi yaitu kompensasi. Sasaran utama Tondano sudah di laksanakan namun program imbalan adalah menarik yang belum optimal. berkualifikasi untuk bergabung dalam organisasi, mempertahankan karyawan

  SARAN

  untuk tetap bekerja, dan memotivasi 1.

  Bagi RSUD DR Sam Ratulangi karyawan mencapai prestasi tinggi. Tondano Sabarguna (2010), berpendapat a.

  Agar melakukan refreshing tugas bahwa faktor dominan dari isi pekerjaan dan fungsi kepala ruangan terkait yang menyebabkan kepuasan kerja 1) fungsi perencanaan, perawat dan Kepala Ruang yaitu faktor 2) penggerakan dan fungsi pemberian penghargaan atau reward dan pelaksanaan, otonomi, sedangkan faktor dari 3) pengawasan, fungsi lingkungan pekerjaan sangat berkaitan pengendalian dan penilaian. dengan faktor hubungan dengan rekan b.

  Mengikutsertakan kepala ruangan sekerja, hubungan dengan atasan dalam pelatihan manajemen langsung dan kondisi tempat kerja yang kepala ruangan atau manajemen mampu memberikan rasa nyaman dalam bangsal perawatan . bekerja.

  c.

  Meningkatkan supervisi dan evaluasi dari Kepala Bidang

  

KESIMPULAN Keperawatan dan Kepala Sub

1.

  Bidang Keperawatan sehingga Kinerja kepala ruangan dalam melaksankan fungsi perencanaan di dapat memotivasi kerja kepala ruang rawat inap RSUD DR Sam ruangan.

  Ratulangi Tondano sudah di d.

  Menyusun kebijakan tentang laksanakan namun belum optimal. sistem seleksi dalam

  2. pengangkatan kepala ruang yang

  Kinerja kepala ruangan dalam melaksankan fungsi penggerakan dan berbasis kompetensi. pelaksanaan di ruang rawat inap

  e. instrumen Mengembangkan

  RSUD DR Sam Ratulangi Tondano penilaian kinerja kepala ruangan sudah di laksanakan namun belum f.

  Memberikan penghargaan atau optimal. reward and punishment.

  2. Bagi Peneliti Kegiatan ini berguna menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan analisis kompetensi kinerja kepala ruangan dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang telah ditetapkan.

  3. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi terkait kinerja kepala ruangan sehingga memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan manajemen keperawatan pada tingkat ruang rawat dan dapat di manfaatkan sebagai acuan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian pada lingkup yang sama.

  DAFTAR PUSTAKA Al-Jebory, M. K., and M, Khalifa.

  2015.Evaluation of Nurse Manager Performance of Planning in Middle Euphrates Governorates Hospitals. Kufa Journal For Nursing Sciences.

  Aly, N. A. E. A., A. M. G. Tamer, and O. S. Hassan. 2016. Role of Head Nurses in Managing the Safety of High Alert Medications in Critical Care Units. Journal of Natural Sciences ISSN 2224- 3186 (Paper) ISSN 2225-0921 (Online) Vol.6, No.8, 2016

  Anonimous. 1999. Pedoman Uraian Tugas Tenaga Keperawatan Di Rumah Sakit. Cetakan II, Jakarta : DepkesRI.dirjen pelayanan medik Anwar., K. R. Rochadi., D. Wardiyah. dan Yuswardi .2016. Hubungan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan Dengan Penerapan Patient safety Culture di Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidnin Banda Aceh.

  Dinarti., dan R. Aryani. 2013.

  Dokumentasi Keperawata. Cetakan Kedua. Jakarta: CV.Trans Info Media

  Fithriyani. 2016. Analisis Hubungan Fungsi Manajerial Kepala Ruangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat dengan Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rawat Inap RSUD Pariaman.

  Gibson, J. L., J. M. Ivancevich, dan Donnelly, J. H. 2008. Organisasi, Perilaku, Struktur, dan Proses, Jakarta : Binapura Aksara Publisher Indrawati, D. P, dan A. J. M.

  Rattu.2012.Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Datoe Binangkang Kota Kotamobagu. JIKMU.

  2012;2(1):44-52. Kairupan, M. J., A. J. M. Rattu, dan J.

  H. Raule. 2016. Analisis Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUD DR Sam Ratulangi Tondano. Tesis. Pascasarjana.

  Kurniati, A., dan F. Efendi. 2012. Kajian SDM Kesehatan di Indonesia.

  Tesis FIK UI Rashed, S. A. E., M. A. M A. Torky, dan S. M. Morsey. 2015.

  Fungsi Manajemen Kepala Ruangan Dengan Motivasi Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUP Undata Palu.

  Jakarta: Salemba Medika Parmin. 2010. Hubungan Pelaksanaan

  Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan Profesional.

  J. M . Rattu. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat Dalam Menerpakan Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Umum Bethesda GMIM Tomohon.

  Edisi ke-5. Penerbit Salemba Medika. Jakarta. Mandagi, F. M., J.M.L. Umbohdan A.

  Teori dan Aplikasi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

  Universitas Sam Ratulangi. Manado. Kambey, F. V. T., J.M.L. Umbohdan A.

  A. 2013. Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya:

  Kurniadi,

  A. 2010.Manajemen Keperawatan,Yokyakarta,Nuha Medika.

  6.50.1.90 Kumajas, S. S., A. Saleh dan B. Bahar. 2011. Hubungan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan Dengan Kinerja Perawat Di BLU RSUP Prof Dr.R.D Kandou Manado. Kuntoro,

  Pascasarjana. Universitas Sam Ratulangi. Manado. Kvas, A. dan J. Seljak. 2016. A competency-based performance appraisal for nurse leaders.Obzornikzdravstvenenege, 50(1),pp.10 –19. http://dx.doi.org/10.14528/snr.201

  J. M . Rattu. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado. Tesis.

  Performance Of Head Nurses Management Functions And Its Effect On Nurses Productivity At Assiut University Hospital.IOSR Journal of Nursing and Health Science (IOSR-JNHS) e-ISSN: 2320 –1959.p- ISSN: 2320–1940 Volume 4, Issue 5 Ver. II (Sep. - Oct. 2015), PP 38-49 www.iosrjournals.org Rizal, A. A. F., S. Chasania, dan B. E.

  Warsito. 2016. Hubungan Pelaksanaan Fungsi Manajemen Kepala Ruang Dengan Motivasi Perawat Pelaksana Dalam Memberikan Layanan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Semarang. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 4 No.1 Juli 2016 Rumampuk, M. V. H., Budu, dan W.

  Nontji. 2013. Peran Kepala Ruangan Melakukan Supervisi perawat Dengan Menerapkan Patient Safety Di ruang Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Gunung Maria Tomohon. http://pasca.unhas.ac.id/jurnal. Rotti G., E.Sjattar, dan Budu. 2011.

  Hubungan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan DenganPelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

  Umum Pusat Prof R.D Kandou Manado. Sabarguna,

  B. 2010. Manajemen Strategik Rumah Sakit.

  Konsorsium Rumah Sakit Islam Jawa Tengah-D.I . Yogyakarta.

  Yogyakarta. Sitorus, R. dan R. Panjaitan. 2011.

  Manajemen keperawatan: Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat . Jakarta: CV.

  Sagung Seto. Soejitno, S., A. Alkatiri, dan E. Ibrahim.

  2012. Reformasi Perumahsakitan Indonesia . Penerbit PT Grasindo. Jakarta. Tawalujan, K.S., J.M.L. Umboh, dan

  G.D. Kandou. 2016. Analisis

  Kinerja Kepala Ruangan di Ruang Rawat Inap RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Kota Manado .

  Tesis. Pascasarjana. Universitas Sam Ratulangi. Manado. Wijaya, G. 2012. Pemasaran Jasa

  Pendidikan . Jakarta: Penerbit Salemba Empat.