Makalah Sejarah Penurunan dan Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan suatu pedoman hidup bagi umat muslim di muka
bumi ini. Oleh karena itu, umat muslim diwajibkan mengikuti peraturanperaturan yang ada di dalamnya. Dan Al-Qur’an itu memiliki sejarah yang
menakjubkan, dan proses penulisannya itu sangatlah sulit dirasakan oleh para
sahabat. Dengan jerih payah merekalah Al-Qur’an itu tetap ada di muka bumi
ini. Dan penulis pun ingin mengingatkan kembali kepada kita semua sejarah
yang berharga itu dengan membuat makalah yang sederhana namun bermanfaat
ini.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah sejarah turunnya Al-Qur’an itu?
2.
Bagaimanakah proses turunnya Al-Qur’an itu?
3.
Bagaimanakah sejarah penulisan Al-Qur,an itu pada zaman nabi Muhammad SAW?
4.
Bagaimanakah sejarah penulissan Al-Qur’an itu pada zaman Khulafaur Rasyidin?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini ialah untuk memenuhi tugas
yang diberikan Dosen Mata Kuliah Hukum Ekonomi Syariah kepada penulis,
dan juga untuk mengetahui sejarah turunnya dan penulisan Al-Qur’an yang
menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi penulis dan para pembaca.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Turunnya Al-Qur’an (Nuzul Qur’an)
Allah menurunkan Al-Qur’an kepada rasul kita Muhammad saw. untuk
membimbing manusia. Turunnya Al-Qur’an merupakan peristiwa besar yang
sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi. Turunnya
Al-Qur’an pertama kali pada malam lailatul qadar merupakan pemberitahuan
kepada alam samawi yang dihuni oleh para malaikat. Tentang kemuliaan umat
Muhammad.
Menurut para ulama ahli tarikh, Al-quran itu diturunkan pada tanggal 17
Ramadhan saat Muhammad berusia 40 tahun, bertepatan dengan tanggal 6
Agustus 610 Masehi. Pada saat itu Muhammad sedang berkhalwat dan
bertahannuts di gua Hira, tiba-tiba datanglah malaikat Jibril memeluknya
dengan erat lalu menyuruh beliau untuk membaca. “Bacalah!” Kata Jibril. “Aku
tidak pandai membaca” sahut Muhammad. Jibril menyuruh membaca kepada
beliau sampai tiga kali, tetapi beliau hanya dapat menjawab: “Aku tidak pandai
membaca”. Akhir-nya Jibril membacakan ayat-ayat yaitu surah Al-Alaq ayat 15. Inilah ayat-ayat Al-Quran yang pertama diturunkan. Setelah itu nabi lansung
pulang ke rumah dan dan berkata pada Khadijah “Sellimuti aku, selimuti aku”.
lalu Siti Khadijah pun menyelimuti nabi, dan Siti Khadijah melihat nabi sangat
ketakutan dan sangat dingin.
Adapun alasan alquran diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan ialah
firman Allah sendiri dalam Surat Al-Anfal ayat 41:
ْال َج ْم َعا ِن ْالتَقَىيَوْ َم ْالفُرْ قَا ِنيَوْ َم َع ْب ِدنَا َعلَىأَ ْنز َْلنَا َو َمابِ ل
الِآ َم ْنتُ ْم ُك ْنتُ ْمإِ ْن
“Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada
hamba Kami (Muhammad) di hari Furqan, yaitu di hari bertemunya dua
pahlawan”
Hari furqan yaitu hari perbedaan atau hari diturunkannya Al-Qur’an ialah
pada hari bertemunya dua pasukan. Dua pasukan adalah tentara kaum muslimin
dan tentara kaum musyrikin Mekkah, kedua pasukan itu bertemu (berperang) di
6
medan Perang Badar yang terjadi pada tanggal 17 Ramadhan. Ayat-ayat AlQuran yang di turunkan itu tidak sekaligus melainkan berangsur-angsur menurut
keadaan tempat, waktu dan kebutuhan. Setiap ayat-ayat Al-Quran diturunkan,
nabi membacakannya di hadapan para sahabatnya
B. Proses Turunnya Al-Qur’an
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 185:
ت ِمنَ ْالهُدَى َو ْالفُرْ قَا ِن
ٍ اس َوبَيّنَا
َ َش ْه ُر َر َم
ِ ضانَ الل ِذي أُ ْن ِز َل فِي ِه ْالقُرْ آَنُ هُدًى ِللنل
“Bulan Ramadhan adalah bulan yang diturunkan padanya permulaan AlQur’an yang menjadi petunjuk bagi manusia, dan mengandung penjelasanpenje-lasan tentang petunjuk itu, juga sebagai pembeda antara yang hak dan
yang bathil” (Q.S. Al-Baqarah:185)
Dan firman-Nya,
“Sesungguhnya kami telah menurunkan (Al-Qur’an) pada malam lailatul
qadar”. (Q.S. Al-Qadar:1)
Kedua ayat di atas tidak bertentangan, karena lailatul qadar itu hanya ada
di dalam bulan Ramadhan saja. Tetapi zhahir ayat-ayat itu yang bertentangan
dengan realitas kehidupan Rasulullah, dimana Al-Qur’an turun kepadanya
selama dua puluh tiga tahun. Dalam hal ini, para ulama terbagi kepada beberapa
madzhab pokok.
a.
Madzhab pertama: Pendapat Ibnu Abbas dan sejumlah ulama, kemudian
dipegang oleh jumhur ulama, bahwa “Yang dimaksud dengan turunnya AlQur’an dalam kedua firman di atas ialah turunnya Al-Qur’an sekaligus ke
Baitul ‘Izzah di langit dunia untuk menunjukkan kepada para malaikat-Nya
bahwa betapa besar masalah ini. Selanjutnya Al-Qur’an diturunkan kepada
nabi saw. secara bertahap selama dua puluh tiga tahun sesuai dengan
peristiwa-peristiwa yang mengiringinya sejak beliau diutus hingga
wafatnya. Selama tiga belas tahun beliau tinggal di Mekkah, dan selama itu
pula wahyu turun kepadanya. Sesudah hijrah, beliau tinggal di Madinah
selama sepuluh tahun”.
b.
Madzhab kedua, yaitu yang diriwayatkan Asy-Sya’bi bahwa yang dimaksud dengan turunnya Al-Qur’an dalam kedua firman di atas ialah
6
permulaan turunnya Al-Qur’an itu dimulai pada lailatul qadar di bulan
Ramadhan. Kemudian sesudah itu, turun secara bertahap sesuai dengan
berbagai peristiwa yang mengiringinya selama kurang lebih dua puluh tiga
tahun. Dengan demikian, Al-Qur’an hanya satu macam cara turun, yaitu
turun secara bertahap kepada Rasulullah saw., sebab yang demikian inilah
yang dinyatakan Al-Qur’an dalam surah Al-Isra’ ayat 106:
“Dan Al-Qur’an telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia, dan Kami menurunkannya bagian demi bagian”. (Q.S. Al-Isra’:106)
c.
Madzhab ketiga, Al-Qur’an diturunkan ke langit dunia pada dua puluh tiga
malam kemuliaan (lailatul qadar), yang pada setiap malamnya selama
malam-malam kemuliaan itu ada yang ditentukan Allah untuk diturunkan
pada setiap tahunnya. Dan jumlah untuk masa satu tahun penuh itu
kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah sepanjang
tahun. Madzhab ini adalah hasil ijtihad sebagian mufassir. Dan pendapat ini
tidak mempunyai dalil. Adapun madzhab kedua yang diriwayatkan dari
Asy-Sya’bi, dengan dalil-dalil yang shahih dan dapat diterima, tidaklah
bertentangan dengan madzhab per-tama yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas.
Pendapat yang kuat ialah; Al-Quranul Karim itu diturunkan dua kali.
Pertama, diturunkan sekaligus pada lailatul qadar ke baitul izzah di dunia.
Kedua, diturunkan dari langit dunia ke bumi secara berangsur-angsur
selama dua puluh tiga tahun.
d.
Madzhab keempat, ada juga sebagian ulama yang berpandangan bahwa AlQur’an turun pertama-tama secara berangsur-angsur ke lauhul mahfuz
berdasarkan firman Allah Ta’ala, “tiada lain ia adalah Al-Qur’an yang
mulia di Lauh Mahfuz……..” Kemudian setelah itu ia turun dari Lauh
Mahfuz turun secara serentak ke Baitul Izzah. Selanjutnya, ia turun sedikit
demi sedikit. Dengan demikian, ini berarti turun dalam tiga tahap.
C. Sejarah Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Nabi Muhammad SAW
Penulisan atau pengumpulan Al-Qur’an dimasa Rasulullah dikelompokkan
menjadi dua kategori, yaitu: pertama, pengumpulan dalam dada berupa hafalan
6
dan penghayatan, kedua, pengumpulan dalam catatan berupa penulisan kitab.
Berkaitan dengan kondisi Nabi yang ummi, maka perhatian utama beliau
adalah menghafal dan menghayati ayat-ayat yang diturunkan. Ibnu Abbas
meriwayatkan, karena besarnya konsentrasi Rasul kepada hafalan, hingga ketika
wahyu belum selesai disampaikan Malaikat Jibril, Rasulullah menggerakgerakkan bibirnya agar dapat menghafalnya. Karena itu, turunlah ayat:
“janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk memebaca Al-Qur’an karena hendak
cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tangan Kamilah mengumpulkannya di (dadamu)dan membacakannya. Maka ikutilah bacaan itu.
Ke-mudian, sesungguhnya atas tangan Kamilah penjelasannya”. (Q.S. Al-Qiyamah/75: 16-19)
Nabi Muhammad saw. setelah menerima wahyu langsung menyampaikan
wahyu tersebut kepada sahabat agar mereka menghapalnya sesuai dengan
hapalan Nabi, tidak kurang dan tidak lebih. Dalam rangka menjaga kemurnian
Al-Qur’an, selain ditempuh lewat jalur hapalan, juga dilengkapi dengan tulisan.
Fakta sejarah menginformasikan bahwa setelah menerima ayat Al-Qur’an, nabi
saw. memanggil para sahabat yang pandai menulis, untuk menulis ayat-ayat
yang baru saja diterimanya disertai informasi tempat dan urutan setiap ayat
dalam suratnya. Ayat-ayat tersebut ditulis dalam pelepah-pelepah kurma, batubatu, kulit-kulit atau tulang-tulang binatang.
Penulisan pada masa ini belum terkumpul menjadi satu mushaf
disebabkan beberapa faktor, yakni: pertama, tidak adanya faktor pendorong
untuk membukukan Al-Qur’an menjadi satu mushaf mengingat Rasulullah
masih hidup dan banyaknya sahabat yang menghapal Al-Qur’an, dan sama
sekali tidak ada unsur-unsur yang diduga akan mengganggu kelestarian AlQur’an. Kedua, Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur, maka suatu hal
yang logis bila Al-Qur’an baru bisa dibukukan dalam satu mushaf setelah Nabi
SAW.
wafat. Ketiga selama
proses
turun
Al-Qur’an,
kemungkinan adanya ayat-ayat Al-Qur’an yang mansukh.
6
masih
terdapat
Rasulullah saw. menunjuk beberapa orang sahabatnya yang dapat
menulis dan membaca untuk menuliskan wahyu,antara lain khulafaur Rasyidin,
Mu’awiyah, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Khalid bin Walid. Para penulis
wahyu itu bertugas menuliskan wahyu dan meletakkan urutan-urutannya sesuai
dengan petunjuk Nabi (tauqifi) berdasarkan petunjuk Allah melalui malaikat
jibril. Semua ayat-ayat Al-Qur’an yang telah ditulis di hadapan Nabi pada benda
yang bermacam-macam kulit atau krtas (ruq’ah), tulang unta atau domba
(katfun), lembaran-lembaran punggung unta (qatbun), pelepah kurma, dan
sebagainya, itu disimpan di rumah Nabi dalam keadaan yang masih terpencarpencar, ayat-ayatnya belum dihimpun dalam satu mushaf/suhuf. Di samping itu
para penulis wahyu secara pribadi membuat pula naskah dari tulisan ayat-ayat
Al-Qur’an bagi kepentingan pribadi masing-masing.
D. Sejarah Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Khulafaur Rasyidin
1.
Pada Masa Khalifah Abu Bakar Shiddiq
Sesudah Rasulullah saw. wafat, para sahabat baik Anshar maupun
Muhaji-rin, sepakat mengangkat Abu Bakar menjadi Khalifah. Pada awal
masa pemerinta-hannya banyak di antara orang-orang Islam yang belum
kuat imannya. Terutama di Nejed dan Yaman banyak di antara mereka yang
menjadi murtad dari agama-nya, dan banyak pula yang menolak membayar
zakat. Di samping itu ada juga yang mengakui dirinya sebagai nabi. Hal ini
dihadapi oleh Abu Bakar dengan te-gas, sehingga ia berkata terhadap orangorang yang menolak membayar zakat itu demikian: “Demi Allah, kalau
mereka menolak untuk menyerahkan seekor anak kambing sebagai zakat
(seperti apa) yang pernah mereka serahkan terhadap Rasulullah, niscaya
aku akan memerangi mereka”. Maka terjadilah peperangan yang hebat
untuk menumpas orang-orang murtad dan pengikut-pengikut yang mengakui dirinya sebagai nabi. Di antara peperangan-peperangan itu yang
terkenal adalah Yamamah. Tentara Islam yang ikut dalam peperangan ini,
kebanyakan ter-diri dari para sahabat dan para penghapal Al-Qur’an. Dalam
peperangan ini telah gugur 70 orang penghafal Al-Qur’an (pada tahun 12
H). Bahkan sebelum itu gu-gur pula hampir sebanyak itu dari penghapal Al-
6
Qur’an di masa nabi pada suatau pertempuran di sumur Ma’unah dekat kota
Madinah.
Oleh karena itu Umar bin Khattab khawatir akan gugurnya para
sahabat penghapal Al-Qur’an yang masih hidup, maka ia datang kepada
Abu Bakar me-musyawarahkan hal ini. Dalam buku-buku Tafsir dan Hadits
percakapan yang ter-jadi pada Abu Bakar, Umar dan Zaid bin Tsabit
mengenai pengupulan Al-Qur’an diterangkan sebagai berikut:
Umar berkata kepada Abu Bakar: “Dalam peperangan Yamamah
para saha-bat yang hapal Al-Qur’an telah banyak yang gugur. Saya khawatir
akan gugurnya para sahabat yang lain dalam peperangan selanjutnya.
sehingga banyak ayat-ayat Al-Qur’an itu perlu dikumpulkan”.
Abu Bakar menjawab: “Mengapa aku akan melakukan sesuatu yang
tidak diperbuat oleh Rasulullah?”
Umar menegaskan: “Demi Allah, ini adalah perbuatan yang baik”.
Dan ia berulang kali memberikan alasan-alasan kebaikan mengumpulkan
Al-Qur’an ini, sehingga Allah membukakan hati Abu Bakar untuk
menerima pendapat Umar itu. Kemudian Abu Bakar memanggil Zaid bin
Tsabit dan berkata kepadanya: “Umar mengajakku mengumpulkan AlQur’an”. Lalu diceritakannya segala pembica-raannya yang terjadi antara
dia dengan Umar. Kemudian Abu Bakar berkata: “Engkau adalah pemuda
yang cerdas yang kupercayai sepenuhnya. Dan engkau adalah penulis
wahyu yang selalu disuruh oleh Rasulullah. Oleh karena itu, maka
kumpulkanlah ayat-ayat Al-Qur’an itu”. Zaid menjawab: “Demi Allah, ini
adalah pekerjaan yang berat bagiku. Seandainya aku diperintahkan untuk
memindahkan satu bukit, maka hal itu adalah tiddak lebih berat
bagiku daripada mengumpulkan Al-Qur’an yang engkau perintahkan itu”.
Dan ia selanjutnya berkata kepada Abu Bakar dan Umar: “Mengapa kalian
melakukan sesuatu yang tidak diperbuat na-bi?”. Abu Bakar menjawab:
“Demi Allah, ini adalah perbuatan yang baik”. Ia lalu memeberikan alasanalasan kebaikan mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an itu, sehingga
membukakan hati Zaid, kemudian ia mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an
6
dari daun, pelepah kurma, batu, tanah keras, tulang unta atau kambing dan
dari sahabat-sahabat yang hapal Al-Qur’an.
Dalam usaha mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an itu Zaid bin Tsabit
bekerja amat teliti. Sekalipun beliau hapal Al-Qur’an seluruhnya, tetapi
untuk kepentingan pengumpulan Al-Qur’an yang sangat penting bagi umat
Islam itu, masih memandang perlu mencocokkan hapalan atau catatan
sahabat-sahabat lain dengan disaksikan oleh dua orang saksi. Dengan
demikian Al-Qur’an seluruhnya telah ditulis oleh Zaid bin Tsabit dalam
lembaran-lembaran, dan diikatnya dengan benar, tersusun menurut urutan
ayat-ayatnya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Rasulullah, kemudian
diserahkan kepada Abu Bakar. Mushaf ini tetap di tangan Abu Bakar
sampai ia meninggal, kemudian dipindahkan ke rumah Umar bin Khattab
dan tetap ada disana selama pemerintahannya. Sesudah beliau wafat, mushaf
itu dipindahkan ke rumah Hafshah putri Umar istri Rasulullah, sampai masa
pengumpulan dan pe-nyusunan Al-qur’an di masa Khalifah Utsman.
2.
Pada Masa Khalifah Umar bin Khattab
Pada masa ini tidak ada perubahan yang signifikan yang
berhubungan dengan kodifikasi Al-Qur’an. Hal ini disebabkan karena
khalifah kedua ini bertugas melanjutkan apa yang telah dicapai oleh
khalifah pertama yaitu mengembangkan misi untuk menyebarkan Islam dan
mensosialisasikan ajaran Islam yaitu Al-Qur’an ke berbagai wilayah daulah
islamiyah baru yang dikuasai. Salah satu yang dilakukan khalifah ini adalah
dengan mengirim para sahabat yang menguasai Al-Qur’an seperti Mu’az bin
Jabal, Ubaidah bin Shamith, dan Abu Darda.
3.
Pada Masa Khalifah Utsman bin Affan
Penghimpunan Al-Qur’an pada masa Khalifah Utsman bin Affan
berbeda dengan masa Khalifah Abu Bakar. Pada masa Utsman, pemukapemuka Islam semakin meluas, perpecahan antara sesama kaum muslimin
terjadi di berbagai tempat. Dampak perpecahan ini salah satu-nya adalah
perbedaan pembacaan ayat Al-Qur’an, hal ini disebabkan karena terjadinya
6
perluasan daerah Islam di luar jazirah arab yang otomatis bahasa asli mereka
bukan bahasa Arab.
Kemudian kelihatanlah tanda-tanda bahwa perbedaan tentang bacaan
Al-Qur’an ini kalau dibiarkan, akan mendatangkan perselisihan dan
perpecahan yang tidak diinginkan dalam kalangan kaum Muslimin. Orang
yang mula-mula memperhatikan hal ini adalah seorang sahabat yang
bernama Huzaifah bin Yaman. Ketika beliau ikut dalam pertempuran
menaklikkan Armenia dan Azerbaiyan, dalam perjalanan, ia mendengar
pertikaian kaum Muslimin tentang bacaan beberapa ayat Al-Qur’an, dan
pernah mendengar perkataan seorang Muslim kepa-da temannya: “Bacaan
saya lebih baik dari bacaanmu”.
Keadaan ini mengagetkan Huzaifah, maka di waktu dia telah
kembali ke Madinah, segera ditemuinya Utsman bin Affan, dan
diceritakannya apa yang dili-hatnya mengenai pertikaian kaum Muslimin
tentang bacaan Al-Qur’an itu seraya berkata: “Susullah umat Islam itu
sebelum mereka berselisih tentang Al-Qur’an, sebagaimana perselisihan
Yahudi dan Nasrani”. Lalu Utsman mengirim surat kepada Hafshah yang
isinya: “Kirimkanlah kepada kami lembaran-lembaran yang bertuliskan AlQur’an, kami akan menyalinnya dan setelah ditulis, kami akan
mengembalikannya kepada anda”. Hafshah pun meminjamkan shuhuf yang
dipegangnya untuk disalin panitia yang telah dibentuk Utsman, di
antaranya: Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Al-‘Ash,
Abdurrahman bin Al-Haris. Maka pengumpulan yang dilakukan oleh
Utsman adalah penyalinannya dalam satu huruf untuk mempersatukan kaum
Muslimin dalam satu mushaf.
Ketika penyalinan dilakukan, Utsman berpesan kepada panitia
penulisan ya-itu apabila terjadi perbedaan dalam pelafalan, maka hendaklah
ditulis menurutqira’at orang Quraisy, karena Al-Qur’an dituraunkan dengan
gaya bahasa suku Quraisy. Setelah itu Utsman bin Affan pun mengirim ke
tiap-tiap kota kota besar satu mushaf, dan memerintahkan supaya mushafmushafyang lain dan berbeda de-ngan mushaf yang dikirim ini supaya
dibakar.
6
Pengiriman mushaf dikirim ke kota-kota besar yaitu Kufah, Basrah,
Mesir, Syam dan Yaman, sehingga perselisihan di antara mereka dapat
diredam. Dan mushaf ini dikenal dengan Mushaf Utsmani. Mushaf yang
ditulis atas perintah Utsman tidak memiliki syakal (harakat) dan tanda titik
(nuqath). Baru ada tanda baca pada masa Ali bin Abi Thalib. Hal ini
menimbulkan masalah ketika banyak orang non-Arab yang memeluk Islam,
mereka merasa kesulitan membaca mushaf itu.
4.
Pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa pada masa Utsman bin
Affan belum memiliki harakat dan tanda baca, maka diadakanlah
penyempurnaanya pada masa Ali bin Abi Thalib. Pada masa ini Al-Qur’an
sudah diberi harkat dan tanda baca. Secara berangsur-angsur terus
disempurnakan. Tercatat tiga nama yang disebut-sebut sebagai orang yang
pertama kali meletakkan tanda titik pada mushaf ini, yaitu Abu Al-aswad
Ad-Du’ali, Yahya ibn Ya’mar (45-129 H), dan Nashr ibn “Ashim Al-Laits
(w. 39 H), sedangkan orang yang pertama kali meletakkanhamzah, tasydid,
ar-raum, dan al-isyam adalah Al-Khalil ibn Ahmad A-Farahidi Al-Azdi
yang diberi kunyah Abu ‘Abdurrahman.
Penyempurnaan tulisan Al-Qur’an terus dilakukan, hal ini terbukti
dengan adanya perin-tah Khalifah Al-Walid (86-96 H) kepada Khalid ibn
Abi Al-Hayyaj yang terkenal keindahan tulisannya untuk menulis di
Bundaqiyyah pada tahun 1530 M, tetapi ketika dikeluarkan, penguasa gereja
mengeluarkan pemusnahan kitab suci agama Islam ini. Terakhir Al-Qur’an
dicetak di Hamburgh (Jerman) pada tahun 1113 H.
Disamping perhatian Ali bin Abi Thalib terhadap penyempurnaan
tulisan Al-Qur’an, beliau juga memperhatikan Ad-Da’uli untuk menetapkan
dasar-dasar kaidah bahasa Arab bagi Al-Qur’an. Maka muncullah Ilmi
Nahwu yang diikuti dengan Ilmu I’rab Al-Qur’an. Perintah Ali inilah yang
membuka gerbang pengko-difikasian ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an itu diturunkan pada 17 Ramadhan, ketika Rasulullah sedang
berkhalwat di gua Hira. Al-Qur’an diturunkan pada malam lailatul qadar ke
baitul izzah dunia, lalu diturunkan ke bumi secara berangsur-angsur selama dua
puluh tiga tahun. Adapun Al-Qur’an itu ditulis kedalam mushaf-mushaf
dikarenakan dengan kekhawatiran sahabat akan hilangnya Al-Qur’an. Karena
sering terjadi peperang-an yang menghilangkan nyawa para penghapal AlQur’an. Penulisannya terbagi menjadi dalam dua priode yaitu priode Rasulullah
dan priode para Khulafaur Rasyidin.
B. Saran
Jika terdapat suatu kesalahan di dalam makalah yang penulis buat ini,
maka penulis selaku pemakalah memohon ampun kepada Allah dan meminta
maaf yang sebesar-besarnya kepada para pembaca. Dan mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya. Aamiin!.
6
DAFTAR PUSTAKA
Dra. Asnil Ritonga Aidah, MA, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Medan, Cita Pustaka Media
Perintis, 2009
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 1971
Drs. Sirojuddin Mashuri, Drs. A. Fudlali, Pengantar Ilmu Tafsir,Bandung, Angka-sa
Bandung,1987
Syaikh Al-Qhaththan Manna’, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta, 2006
Prof. Dr. H. Munawar Said Agil Husin al,MA, Al-Qur’an, Bandung, Cipta Press,
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat,
Karunia, serta Taufik dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang Sejarah Penuurunan dan Penulisan Al-Qur’an ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya, dan juga kami berterima kasih pada Bapak Agusri
Fauzan, MA selaku Dosen Mata Kuliah Hukum Ekonomi Syariah IAIN Bengkulu
yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai sejarah penurunan dan penulisan AlQur’an. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis
sendiri maupun orang yang membacanya. Akhir kata penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.
Wassalam,
Penulis
6
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................
1
B. Rumusan Masalah .............................................................................
1
C. Tujuan Penulisan ..............................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Turunnya Al-Qur’an (Nuzul Qur’an) ...................................
2
B. Proses Turunnya Al-Qur’an Qur’an .................................................
3
C. Sejarah Penulisan Al-Quran Pada Masa Nabi Muhammad SAW ....
5
D. Sejarah Penulisan Al-Quran Pada Masa Khulafaur Rasyidin ..........
6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 11
B. Kritik dan saran ................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA
6
MAKALAH
SEJARAH PENURUNAN DAN PENULISAN
AL-QUR’AN
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Ekonomi Syariah
Oleh :
AMINAH
Dosen Pengampuh : Bapak Agusri Fauzan, MA
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
6
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan suatu pedoman hidup bagi umat muslim di muka
bumi ini. Oleh karena itu, umat muslim diwajibkan mengikuti peraturanperaturan yang ada di dalamnya. Dan Al-Qur’an itu memiliki sejarah yang
menakjubkan, dan proses penulisannya itu sangatlah sulit dirasakan oleh para
sahabat. Dengan jerih payah merekalah Al-Qur’an itu tetap ada di muka bumi
ini. Dan penulis pun ingin mengingatkan kembali kepada kita semua sejarah
yang berharga itu dengan membuat makalah yang sederhana namun bermanfaat
ini.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah sejarah turunnya Al-Qur’an itu?
2.
Bagaimanakah proses turunnya Al-Qur’an itu?
3.
Bagaimanakah sejarah penulisan Al-Qur,an itu pada zaman nabi Muhammad SAW?
4.
Bagaimanakah sejarah penulissan Al-Qur’an itu pada zaman Khulafaur Rasyidin?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini ialah untuk memenuhi tugas
yang diberikan Dosen Mata Kuliah Hukum Ekonomi Syariah kepada penulis,
dan juga untuk mengetahui sejarah turunnya dan penulisan Al-Qur’an yang
menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi penulis dan para pembaca.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Turunnya Al-Qur’an (Nuzul Qur’an)
Allah menurunkan Al-Qur’an kepada rasul kita Muhammad saw. untuk
membimbing manusia. Turunnya Al-Qur’an merupakan peristiwa besar yang
sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi. Turunnya
Al-Qur’an pertama kali pada malam lailatul qadar merupakan pemberitahuan
kepada alam samawi yang dihuni oleh para malaikat. Tentang kemuliaan umat
Muhammad.
Menurut para ulama ahli tarikh, Al-quran itu diturunkan pada tanggal 17
Ramadhan saat Muhammad berusia 40 tahun, bertepatan dengan tanggal 6
Agustus 610 Masehi. Pada saat itu Muhammad sedang berkhalwat dan
bertahannuts di gua Hira, tiba-tiba datanglah malaikat Jibril memeluknya
dengan erat lalu menyuruh beliau untuk membaca. “Bacalah!” Kata Jibril. “Aku
tidak pandai membaca” sahut Muhammad. Jibril menyuruh membaca kepada
beliau sampai tiga kali, tetapi beliau hanya dapat menjawab: “Aku tidak pandai
membaca”. Akhir-nya Jibril membacakan ayat-ayat yaitu surah Al-Alaq ayat 15. Inilah ayat-ayat Al-Quran yang pertama diturunkan. Setelah itu nabi lansung
pulang ke rumah dan dan berkata pada Khadijah “Sellimuti aku, selimuti aku”.
lalu Siti Khadijah pun menyelimuti nabi, dan Siti Khadijah melihat nabi sangat
ketakutan dan sangat dingin.
Adapun alasan alquran diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan ialah
firman Allah sendiri dalam Surat Al-Anfal ayat 41:
ْال َج ْم َعا ِن ْالتَقَىيَوْ َم ْالفُرْ قَا ِنيَوْ َم َع ْب ِدنَا َعلَىأَ ْنز َْلنَا َو َمابِ ل
الِآ َم ْنتُ ْم ُك ْنتُ ْمإِ ْن
“Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada
hamba Kami (Muhammad) di hari Furqan, yaitu di hari bertemunya dua
pahlawan”
Hari furqan yaitu hari perbedaan atau hari diturunkannya Al-Qur’an ialah
pada hari bertemunya dua pasukan. Dua pasukan adalah tentara kaum muslimin
dan tentara kaum musyrikin Mekkah, kedua pasukan itu bertemu (berperang) di
6
medan Perang Badar yang terjadi pada tanggal 17 Ramadhan. Ayat-ayat AlQuran yang di turunkan itu tidak sekaligus melainkan berangsur-angsur menurut
keadaan tempat, waktu dan kebutuhan. Setiap ayat-ayat Al-Quran diturunkan,
nabi membacakannya di hadapan para sahabatnya
B. Proses Turunnya Al-Qur’an
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 185:
ت ِمنَ ْالهُدَى َو ْالفُرْ قَا ِن
ٍ اس َوبَيّنَا
َ َش ْه ُر َر َم
ِ ضانَ الل ِذي أُ ْن ِز َل فِي ِه ْالقُرْ آَنُ هُدًى ِللنل
“Bulan Ramadhan adalah bulan yang diturunkan padanya permulaan AlQur’an yang menjadi petunjuk bagi manusia, dan mengandung penjelasanpenje-lasan tentang petunjuk itu, juga sebagai pembeda antara yang hak dan
yang bathil” (Q.S. Al-Baqarah:185)
Dan firman-Nya,
“Sesungguhnya kami telah menurunkan (Al-Qur’an) pada malam lailatul
qadar”. (Q.S. Al-Qadar:1)
Kedua ayat di atas tidak bertentangan, karena lailatul qadar itu hanya ada
di dalam bulan Ramadhan saja. Tetapi zhahir ayat-ayat itu yang bertentangan
dengan realitas kehidupan Rasulullah, dimana Al-Qur’an turun kepadanya
selama dua puluh tiga tahun. Dalam hal ini, para ulama terbagi kepada beberapa
madzhab pokok.
a.
Madzhab pertama: Pendapat Ibnu Abbas dan sejumlah ulama, kemudian
dipegang oleh jumhur ulama, bahwa “Yang dimaksud dengan turunnya AlQur’an dalam kedua firman di atas ialah turunnya Al-Qur’an sekaligus ke
Baitul ‘Izzah di langit dunia untuk menunjukkan kepada para malaikat-Nya
bahwa betapa besar masalah ini. Selanjutnya Al-Qur’an diturunkan kepada
nabi saw. secara bertahap selama dua puluh tiga tahun sesuai dengan
peristiwa-peristiwa yang mengiringinya sejak beliau diutus hingga
wafatnya. Selama tiga belas tahun beliau tinggal di Mekkah, dan selama itu
pula wahyu turun kepadanya. Sesudah hijrah, beliau tinggal di Madinah
selama sepuluh tahun”.
b.
Madzhab kedua, yaitu yang diriwayatkan Asy-Sya’bi bahwa yang dimaksud dengan turunnya Al-Qur’an dalam kedua firman di atas ialah
6
permulaan turunnya Al-Qur’an itu dimulai pada lailatul qadar di bulan
Ramadhan. Kemudian sesudah itu, turun secara bertahap sesuai dengan
berbagai peristiwa yang mengiringinya selama kurang lebih dua puluh tiga
tahun. Dengan demikian, Al-Qur’an hanya satu macam cara turun, yaitu
turun secara bertahap kepada Rasulullah saw., sebab yang demikian inilah
yang dinyatakan Al-Qur’an dalam surah Al-Isra’ ayat 106:
“Dan Al-Qur’an telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia, dan Kami menurunkannya bagian demi bagian”. (Q.S. Al-Isra’:106)
c.
Madzhab ketiga, Al-Qur’an diturunkan ke langit dunia pada dua puluh tiga
malam kemuliaan (lailatul qadar), yang pada setiap malamnya selama
malam-malam kemuliaan itu ada yang ditentukan Allah untuk diturunkan
pada setiap tahunnya. Dan jumlah untuk masa satu tahun penuh itu
kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah sepanjang
tahun. Madzhab ini adalah hasil ijtihad sebagian mufassir. Dan pendapat ini
tidak mempunyai dalil. Adapun madzhab kedua yang diriwayatkan dari
Asy-Sya’bi, dengan dalil-dalil yang shahih dan dapat diterima, tidaklah
bertentangan dengan madzhab per-tama yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas.
Pendapat yang kuat ialah; Al-Quranul Karim itu diturunkan dua kali.
Pertama, diturunkan sekaligus pada lailatul qadar ke baitul izzah di dunia.
Kedua, diturunkan dari langit dunia ke bumi secara berangsur-angsur
selama dua puluh tiga tahun.
d.
Madzhab keempat, ada juga sebagian ulama yang berpandangan bahwa AlQur’an turun pertama-tama secara berangsur-angsur ke lauhul mahfuz
berdasarkan firman Allah Ta’ala, “tiada lain ia adalah Al-Qur’an yang
mulia di Lauh Mahfuz……..” Kemudian setelah itu ia turun dari Lauh
Mahfuz turun secara serentak ke Baitul Izzah. Selanjutnya, ia turun sedikit
demi sedikit. Dengan demikian, ini berarti turun dalam tiga tahap.
C. Sejarah Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Nabi Muhammad SAW
Penulisan atau pengumpulan Al-Qur’an dimasa Rasulullah dikelompokkan
menjadi dua kategori, yaitu: pertama, pengumpulan dalam dada berupa hafalan
6
dan penghayatan, kedua, pengumpulan dalam catatan berupa penulisan kitab.
Berkaitan dengan kondisi Nabi yang ummi, maka perhatian utama beliau
adalah menghafal dan menghayati ayat-ayat yang diturunkan. Ibnu Abbas
meriwayatkan, karena besarnya konsentrasi Rasul kepada hafalan, hingga ketika
wahyu belum selesai disampaikan Malaikat Jibril, Rasulullah menggerakgerakkan bibirnya agar dapat menghafalnya. Karena itu, turunlah ayat:
“janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk memebaca Al-Qur’an karena hendak
cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tangan Kamilah mengumpulkannya di (dadamu)dan membacakannya. Maka ikutilah bacaan itu.
Ke-mudian, sesungguhnya atas tangan Kamilah penjelasannya”. (Q.S. Al-Qiyamah/75: 16-19)
Nabi Muhammad saw. setelah menerima wahyu langsung menyampaikan
wahyu tersebut kepada sahabat agar mereka menghapalnya sesuai dengan
hapalan Nabi, tidak kurang dan tidak lebih. Dalam rangka menjaga kemurnian
Al-Qur’an, selain ditempuh lewat jalur hapalan, juga dilengkapi dengan tulisan.
Fakta sejarah menginformasikan bahwa setelah menerima ayat Al-Qur’an, nabi
saw. memanggil para sahabat yang pandai menulis, untuk menulis ayat-ayat
yang baru saja diterimanya disertai informasi tempat dan urutan setiap ayat
dalam suratnya. Ayat-ayat tersebut ditulis dalam pelepah-pelepah kurma, batubatu, kulit-kulit atau tulang-tulang binatang.
Penulisan pada masa ini belum terkumpul menjadi satu mushaf
disebabkan beberapa faktor, yakni: pertama, tidak adanya faktor pendorong
untuk membukukan Al-Qur’an menjadi satu mushaf mengingat Rasulullah
masih hidup dan banyaknya sahabat yang menghapal Al-Qur’an, dan sama
sekali tidak ada unsur-unsur yang diduga akan mengganggu kelestarian AlQur’an. Kedua, Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur, maka suatu hal
yang logis bila Al-Qur’an baru bisa dibukukan dalam satu mushaf setelah Nabi
SAW.
wafat. Ketiga selama
proses
turun
Al-Qur’an,
kemungkinan adanya ayat-ayat Al-Qur’an yang mansukh.
6
masih
terdapat
Rasulullah saw. menunjuk beberapa orang sahabatnya yang dapat
menulis dan membaca untuk menuliskan wahyu,antara lain khulafaur Rasyidin,
Mu’awiyah, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Khalid bin Walid. Para penulis
wahyu itu bertugas menuliskan wahyu dan meletakkan urutan-urutannya sesuai
dengan petunjuk Nabi (tauqifi) berdasarkan petunjuk Allah melalui malaikat
jibril. Semua ayat-ayat Al-Qur’an yang telah ditulis di hadapan Nabi pada benda
yang bermacam-macam kulit atau krtas (ruq’ah), tulang unta atau domba
(katfun), lembaran-lembaran punggung unta (qatbun), pelepah kurma, dan
sebagainya, itu disimpan di rumah Nabi dalam keadaan yang masih terpencarpencar, ayat-ayatnya belum dihimpun dalam satu mushaf/suhuf. Di samping itu
para penulis wahyu secara pribadi membuat pula naskah dari tulisan ayat-ayat
Al-Qur’an bagi kepentingan pribadi masing-masing.
D. Sejarah Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Khulafaur Rasyidin
1.
Pada Masa Khalifah Abu Bakar Shiddiq
Sesudah Rasulullah saw. wafat, para sahabat baik Anshar maupun
Muhaji-rin, sepakat mengangkat Abu Bakar menjadi Khalifah. Pada awal
masa pemerinta-hannya banyak di antara orang-orang Islam yang belum
kuat imannya. Terutama di Nejed dan Yaman banyak di antara mereka yang
menjadi murtad dari agama-nya, dan banyak pula yang menolak membayar
zakat. Di samping itu ada juga yang mengakui dirinya sebagai nabi. Hal ini
dihadapi oleh Abu Bakar dengan te-gas, sehingga ia berkata terhadap orangorang yang menolak membayar zakat itu demikian: “Demi Allah, kalau
mereka menolak untuk menyerahkan seekor anak kambing sebagai zakat
(seperti apa) yang pernah mereka serahkan terhadap Rasulullah, niscaya
aku akan memerangi mereka”. Maka terjadilah peperangan yang hebat
untuk menumpas orang-orang murtad dan pengikut-pengikut yang mengakui dirinya sebagai nabi. Di antara peperangan-peperangan itu yang
terkenal adalah Yamamah. Tentara Islam yang ikut dalam peperangan ini,
kebanyakan ter-diri dari para sahabat dan para penghapal Al-Qur’an. Dalam
peperangan ini telah gugur 70 orang penghafal Al-Qur’an (pada tahun 12
H). Bahkan sebelum itu gu-gur pula hampir sebanyak itu dari penghapal Al-
6
Qur’an di masa nabi pada suatau pertempuran di sumur Ma’unah dekat kota
Madinah.
Oleh karena itu Umar bin Khattab khawatir akan gugurnya para
sahabat penghapal Al-Qur’an yang masih hidup, maka ia datang kepada
Abu Bakar me-musyawarahkan hal ini. Dalam buku-buku Tafsir dan Hadits
percakapan yang ter-jadi pada Abu Bakar, Umar dan Zaid bin Tsabit
mengenai pengupulan Al-Qur’an diterangkan sebagai berikut:
Umar berkata kepada Abu Bakar: “Dalam peperangan Yamamah
para saha-bat yang hapal Al-Qur’an telah banyak yang gugur. Saya khawatir
akan gugurnya para sahabat yang lain dalam peperangan selanjutnya.
sehingga banyak ayat-ayat Al-Qur’an itu perlu dikumpulkan”.
Abu Bakar menjawab: “Mengapa aku akan melakukan sesuatu yang
tidak diperbuat oleh Rasulullah?”
Umar menegaskan: “Demi Allah, ini adalah perbuatan yang baik”.
Dan ia berulang kali memberikan alasan-alasan kebaikan mengumpulkan
Al-Qur’an ini, sehingga Allah membukakan hati Abu Bakar untuk
menerima pendapat Umar itu. Kemudian Abu Bakar memanggil Zaid bin
Tsabit dan berkata kepadanya: “Umar mengajakku mengumpulkan AlQur’an”. Lalu diceritakannya segala pembica-raannya yang terjadi antara
dia dengan Umar. Kemudian Abu Bakar berkata: “Engkau adalah pemuda
yang cerdas yang kupercayai sepenuhnya. Dan engkau adalah penulis
wahyu yang selalu disuruh oleh Rasulullah. Oleh karena itu, maka
kumpulkanlah ayat-ayat Al-Qur’an itu”. Zaid menjawab: “Demi Allah, ini
adalah pekerjaan yang berat bagiku. Seandainya aku diperintahkan untuk
memindahkan satu bukit, maka hal itu adalah tiddak lebih berat
bagiku daripada mengumpulkan Al-Qur’an yang engkau perintahkan itu”.
Dan ia selanjutnya berkata kepada Abu Bakar dan Umar: “Mengapa kalian
melakukan sesuatu yang tidak diperbuat na-bi?”. Abu Bakar menjawab:
“Demi Allah, ini adalah perbuatan yang baik”. Ia lalu memeberikan alasanalasan kebaikan mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an itu, sehingga
membukakan hati Zaid, kemudian ia mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an
6
dari daun, pelepah kurma, batu, tanah keras, tulang unta atau kambing dan
dari sahabat-sahabat yang hapal Al-Qur’an.
Dalam usaha mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an itu Zaid bin Tsabit
bekerja amat teliti. Sekalipun beliau hapal Al-Qur’an seluruhnya, tetapi
untuk kepentingan pengumpulan Al-Qur’an yang sangat penting bagi umat
Islam itu, masih memandang perlu mencocokkan hapalan atau catatan
sahabat-sahabat lain dengan disaksikan oleh dua orang saksi. Dengan
demikian Al-Qur’an seluruhnya telah ditulis oleh Zaid bin Tsabit dalam
lembaran-lembaran, dan diikatnya dengan benar, tersusun menurut urutan
ayat-ayatnya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Rasulullah, kemudian
diserahkan kepada Abu Bakar. Mushaf ini tetap di tangan Abu Bakar
sampai ia meninggal, kemudian dipindahkan ke rumah Umar bin Khattab
dan tetap ada disana selama pemerintahannya. Sesudah beliau wafat, mushaf
itu dipindahkan ke rumah Hafshah putri Umar istri Rasulullah, sampai masa
pengumpulan dan pe-nyusunan Al-qur’an di masa Khalifah Utsman.
2.
Pada Masa Khalifah Umar bin Khattab
Pada masa ini tidak ada perubahan yang signifikan yang
berhubungan dengan kodifikasi Al-Qur’an. Hal ini disebabkan karena
khalifah kedua ini bertugas melanjutkan apa yang telah dicapai oleh
khalifah pertama yaitu mengembangkan misi untuk menyebarkan Islam dan
mensosialisasikan ajaran Islam yaitu Al-Qur’an ke berbagai wilayah daulah
islamiyah baru yang dikuasai. Salah satu yang dilakukan khalifah ini adalah
dengan mengirim para sahabat yang menguasai Al-Qur’an seperti Mu’az bin
Jabal, Ubaidah bin Shamith, dan Abu Darda.
3.
Pada Masa Khalifah Utsman bin Affan
Penghimpunan Al-Qur’an pada masa Khalifah Utsman bin Affan
berbeda dengan masa Khalifah Abu Bakar. Pada masa Utsman, pemukapemuka Islam semakin meluas, perpecahan antara sesama kaum muslimin
terjadi di berbagai tempat. Dampak perpecahan ini salah satu-nya adalah
perbedaan pembacaan ayat Al-Qur’an, hal ini disebabkan karena terjadinya
6
perluasan daerah Islam di luar jazirah arab yang otomatis bahasa asli mereka
bukan bahasa Arab.
Kemudian kelihatanlah tanda-tanda bahwa perbedaan tentang bacaan
Al-Qur’an ini kalau dibiarkan, akan mendatangkan perselisihan dan
perpecahan yang tidak diinginkan dalam kalangan kaum Muslimin. Orang
yang mula-mula memperhatikan hal ini adalah seorang sahabat yang
bernama Huzaifah bin Yaman. Ketika beliau ikut dalam pertempuran
menaklikkan Armenia dan Azerbaiyan, dalam perjalanan, ia mendengar
pertikaian kaum Muslimin tentang bacaan beberapa ayat Al-Qur’an, dan
pernah mendengar perkataan seorang Muslim kepa-da temannya: “Bacaan
saya lebih baik dari bacaanmu”.
Keadaan ini mengagetkan Huzaifah, maka di waktu dia telah
kembali ke Madinah, segera ditemuinya Utsman bin Affan, dan
diceritakannya apa yang dili-hatnya mengenai pertikaian kaum Muslimin
tentang bacaan Al-Qur’an itu seraya berkata: “Susullah umat Islam itu
sebelum mereka berselisih tentang Al-Qur’an, sebagaimana perselisihan
Yahudi dan Nasrani”. Lalu Utsman mengirim surat kepada Hafshah yang
isinya: “Kirimkanlah kepada kami lembaran-lembaran yang bertuliskan AlQur’an, kami akan menyalinnya dan setelah ditulis, kami akan
mengembalikannya kepada anda”. Hafshah pun meminjamkan shuhuf yang
dipegangnya untuk disalin panitia yang telah dibentuk Utsman, di
antaranya: Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Al-‘Ash,
Abdurrahman bin Al-Haris. Maka pengumpulan yang dilakukan oleh
Utsman adalah penyalinannya dalam satu huruf untuk mempersatukan kaum
Muslimin dalam satu mushaf.
Ketika penyalinan dilakukan, Utsman berpesan kepada panitia
penulisan ya-itu apabila terjadi perbedaan dalam pelafalan, maka hendaklah
ditulis menurutqira’at orang Quraisy, karena Al-Qur’an dituraunkan dengan
gaya bahasa suku Quraisy. Setelah itu Utsman bin Affan pun mengirim ke
tiap-tiap kota kota besar satu mushaf, dan memerintahkan supaya mushafmushafyang lain dan berbeda de-ngan mushaf yang dikirim ini supaya
dibakar.
6
Pengiriman mushaf dikirim ke kota-kota besar yaitu Kufah, Basrah,
Mesir, Syam dan Yaman, sehingga perselisihan di antara mereka dapat
diredam. Dan mushaf ini dikenal dengan Mushaf Utsmani. Mushaf yang
ditulis atas perintah Utsman tidak memiliki syakal (harakat) dan tanda titik
(nuqath). Baru ada tanda baca pada masa Ali bin Abi Thalib. Hal ini
menimbulkan masalah ketika banyak orang non-Arab yang memeluk Islam,
mereka merasa kesulitan membaca mushaf itu.
4.
Pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa pada masa Utsman bin
Affan belum memiliki harakat dan tanda baca, maka diadakanlah
penyempurnaanya pada masa Ali bin Abi Thalib. Pada masa ini Al-Qur’an
sudah diberi harkat dan tanda baca. Secara berangsur-angsur terus
disempurnakan. Tercatat tiga nama yang disebut-sebut sebagai orang yang
pertama kali meletakkan tanda titik pada mushaf ini, yaitu Abu Al-aswad
Ad-Du’ali, Yahya ibn Ya’mar (45-129 H), dan Nashr ibn “Ashim Al-Laits
(w. 39 H), sedangkan orang yang pertama kali meletakkanhamzah, tasydid,
ar-raum, dan al-isyam adalah Al-Khalil ibn Ahmad A-Farahidi Al-Azdi
yang diberi kunyah Abu ‘Abdurrahman.
Penyempurnaan tulisan Al-Qur’an terus dilakukan, hal ini terbukti
dengan adanya perin-tah Khalifah Al-Walid (86-96 H) kepada Khalid ibn
Abi Al-Hayyaj yang terkenal keindahan tulisannya untuk menulis di
Bundaqiyyah pada tahun 1530 M, tetapi ketika dikeluarkan, penguasa gereja
mengeluarkan pemusnahan kitab suci agama Islam ini. Terakhir Al-Qur’an
dicetak di Hamburgh (Jerman) pada tahun 1113 H.
Disamping perhatian Ali bin Abi Thalib terhadap penyempurnaan
tulisan Al-Qur’an, beliau juga memperhatikan Ad-Da’uli untuk menetapkan
dasar-dasar kaidah bahasa Arab bagi Al-Qur’an. Maka muncullah Ilmi
Nahwu yang diikuti dengan Ilmu I’rab Al-Qur’an. Perintah Ali inilah yang
membuka gerbang pengko-difikasian ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an itu diturunkan pada 17 Ramadhan, ketika Rasulullah sedang
berkhalwat di gua Hira. Al-Qur’an diturunkan pada malam lailatul qadar ke
baitul izzah dunia, lalu diturunkan ke bumi secara berangsur-angsur selama dua
puluh tiga tahun. Adapun Al-Qur’an itu ditulis kedalam mushaf-mushaf
dikarenakan dengan kekhawatiran sahabat akan hilangnya Al-Qur’an. Karena
sering terjadi peperang-an yang menghilangkan nyawa para penghapal AlQur’an. Penulisannya terbagi menjadi dalam dua priode yaitu priode Rasulullah
dan priode para Khulafaur Rasyidin.
B. Saran
Jika terdapat suatu kesalahan di dalam makalah yang penulis buat ini,
maka penulis selaku pemakalah memohon ampun kepada Allah dan meminta
maaf yang sebesar-besarnya kepada para pembaca. Dan mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya. Aamiin!.
6
DAFTAR PUSTAKA
Dra. Asnil Ritonga Aidah, MA, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Medan, Cita Pustaka Media
Perintis, 2009
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 1971
Drs. Sirojuddin Mashuri, Drs. A. Fudlali, Pengantar Ilmu Tafsir,Bandung, Angka-sa
Bandung,1987
Syaikh Al-Qhaththan Manna’, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta, 2006
Prof. Dr. H. Munawar Said Agil Husin al,MA, Al-Qur’an, Bandung, Cipta Press,
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat,
Karunia, serta Taufik dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang Sejarah Penuurunan dan Penulisan Al-Qur’an ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya, dan juga kami berterima kasih pada Bapak Agusri
Fauzan, MA selaku Dosen Mata Kuliah Hukum Ekonomi Syariah IAIN Bengkulu
yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai sejarah penurunan dan penulisan AlQur’an. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis
sendiri maupun orang yang membacanya. Akhir kata penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.
Wassalam,
Penulis
6
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................
1
B. Rumusan Masalah .............................................................................
1
C. Tujuan Penulisan ..............................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Turunnya Al-Qur’an (Nuzul Qur’an) ...................................
2
B. Proses Turunnya Al-Qur’an Qur’an .................................................
3
C. Sejarah Penulisan Al-Quran Pada Masa Nabi Muhammad SAW ....
5
D. Sejarah Penulisan Al-Quran Pada Masa Khulafaur Rasyidin ..........
6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 11
B. Kritik dan saran ................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA
6
MAKALAH
SEJARAH PENURUNAN DAN PENULISAN
AL-QUR’AN
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Ekonomi Syariah
Oleh :
AMINAH
Dosen Pengampuh : Bapak Agusri Fauzan, MA
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
6