EKONOMI PEMBANGUNAN PERTANIAN Modul 5 Ke

EKONOMI PEMBANGUNAN PERTANIAN
Modul 5: Ketahanan Pangan

Disusun Oleh :
Kelompok 2

Ilham Agus K.

125040100111054

Andre Bayu Prakasa

125040100111068

Cantika Mega Pratiwi

125040100111075

Kristin Karra Lovina

125040100111077


Indra R. Sihombing

125040100111104

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2014

I.

Pendahuluan
Pembangunan

suatu

negara


tidak

terlepas

dengan

kepuasaan

masyarakatnya dengan cara setiap orang didalam negara tersebut dapat memenuhi
atau pemerintah dapat menyediakan kebutuhan dari masyarakatnya, jika kebutuhan
masyarakatnya terpenuhi maka akan meningkatkan kemakmuran hidupnya,
sehingga pembangunan suatu negara akan berjalan dengan baik dan cenderung
meningkat. Salah satu kebutuhan manusia adalah kebutuhan akan pangan, karena
hal ini dibutuhkan oleh setiap manusia baik menengah atas atau yang kurang
mampu. Terkadang pangan menjadi pokok masalah yang sulit dikendalikan oleh
suatu negara, akibat jumlah penduduk yang meningkat setiap tahunnya, namun
ketersediaan pangan yang terdapat dinegara tersebut tidak dapat memenuhi
kebutuhannya. Ketersediaan pangan jika di tarik pada ukuran yang lebih kecil maka
dapat dibahas ketersediaan pangan antar daerah, terkadang antara daerah satu

dengan daerah lain mengalami krisis atau kekurangan pasokan bahan pangan
sehingga pemerintah daerah sering melakukan penyetokan atau menyimpan
persediaan pada musim panen, atau menjualnya kepada daerah yang lain.
Kemudian jika daerah tersebut mengalami kekurangan maka pemerintah akan
mengeluarkan persediaannya atau membeli bahan pangan dari daerah yag lain
untuk digunakan didaerah tersebut. Tindakan ini juga dilakukan tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan tetapi juga menyeimbangkan harga, agar harga yang diterima
konsumen tidak terlalu tinggi, sehingga menghambat masyarakat didaerah tersebut
tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Jika harga yang harus dibayar oleh
konsumen atau masyarakat tinggi maka akan terjadi kemiskinan secara tidak
langsung sehingga akan berdampak pada berbagai aspek lainnya.
Terpenuhnya kebutuhan tidak hanya menyangkut jumlah saja tetapi juga
mutu dari bahan pangan tersebut sehingga Badan Pangan sering melakukan
pengecekan sebelum pangan tersebut berada ditangan konsumen. Terkadang
berita yang sering dimunculkan adalah pengecekan untuk pangan yang impor dari
negara lain, karena dari bahan pangan yang diterima dari negara lain terkadang
tidak layak makan atau mengandung penyakit/virus yang membahayakan bagi
kesehetan masayrakat. Untuk itu jumlah saja tidak bisa menjadi patokan ketahanan
pangan suatu negara sudah berjalan dengan baik. Selain itu tersebarnya pangan
secara merata, tidak hanya satu wilayah saja menikmati atau merasa dipuaskan.

Beberapa oknum sering bermain dengan area ini untuk mendapatkan keuntungan.

II. Uraian Sesuai Topik
Ketersediaan Pangan adalah ketersediaan pangan secara fisik di
suatu wilayah dari segala sumber, baik itu produksi pangan domestik,
perdagangan pangan dan bantuan pangan. Ketersediaan pangan ditentukan
oleh produksi pangan di wilayah tersebut, perdagangan pangan melalui
mekanisme pasar di wilayah tersebut, stok yang dimiliki oleh pedagang dan
cadangan pemerintah, dan bantuan pangan dari pemerintah atau organisasi
lainnya. Berikut data ketersediaan pangan komoditas Jagung di Indonesia:
Tabel Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2005-2009

Sumber : Data BPS diolah BKP

Produksi bahan pangan berdasarkan tabel diatas mengalami fluktuasi
tiap tahunnya. Pada komoditas jagung cenderung mengalami peningkatan tiap
tahun, hanya pada tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 915, kemudian
meningkat pada tahun 2007 sebesar 1679, setelah itu pada tahun selanjutnya
mengalami peningkatan yang cukup besar. pertumbuhan tersebut sebesar
9,5%.


Ketersediaan pangan tersebut dipengaruhi oleh produksi pada tabel
diatas, seperti pada tabel diatas pada tahun 2006 ketersediaan jagung pada
tahun ini mengalami penurunan sebesar 805 (000Ton) kemudian terus
mengalami peningkatan pada tahun 2007 hingga 2009. Perumbuhan pada
tahun 2005 hingga 2009 sebesar 9,49%.

Jagung tidak hanya digunakan untuk konsumsi manusia tetapi juga
sebagai pakan ternak, sebagian besar produksi jagung dimanfaatkan sebagai
pakan ternak. Berdasarkan data diatas konsumsi jagung pada tahun 2005
hingga 2009 mengalami peningkatan, namun tidak mengalami defisit atau

kekurangan. Defisit hanya terjadi pada tahun 2006, ketika produksi menurun
sebesar 11,61 (ton ha) sedangkan konsumsi yang dibutuhkan sebesar 12,51
Juta ton, hal mengakibatkan defisit sebesar 0,9 Juta ton. Keadaan produksi dan
konsumsi suatu negara akan mengakibatkan komoditas tersebut mengalami
defisit atau surplus. Jika mengalami defisit negara tersebut akan cenderung
melakukan impor, sedangkan jika surplus negara tersebut mempunyai
kesempatan untuk ekspor.


Ekspor merupakan kegiatan mengirim atau menjual barang dari dalam
negeri keluar negeri. Pada komoditas jagung ekspor tertinggi pada tahun 2008
sebesar 107.001 Ton, sedangkan yang terendah pada tahun 2006 sebesar
28.074, dari tahun 2007 hingga 2007 mengalami pertumbuhan sebesar 5,17 %.
Hal ini dinilai baik bagi kegiatan ekspor Indonesia. Kegiatan ekspor sendiri
semakin meningkat dari tahun 2006 hingga 2008.

Sedangkan impor jagung terbilang cukup besar dari tahun 2004 hingga
2008, impor tertinggi pada 2006 sebesar 1.775.321 sedangkan yang terendah
pada tahun 2005 sebesar 588.533. pertumbuhan impor jagung pada tahun 2007
hingga 2008 sebesar – 62,30% hal ini dapat terbilang tidak baik karena
impornya lebih besar dibanding ekspor, ini menandakan bahwa produksi dalam
negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan jagung dalam negeri.

III. Pembahasan
Jagung merupakan komoditas strategis bagi perokonomian nasinal,
karena selain sebagai bahan pangan juga menjadi bahan baku utama pangan
ternak. Dengan meningkatkan kebutuhan jagung nasional maka, produksi
jagung menjadi


pertimbangan dan butuh usaha serta kerja keras untuk

mewujudkannya. Untuk komoditas jagung, negara yang menjadi penghasil
utama adalah Amerika dan China.
Dua negara ini mampu mengekspor jagung setelah berhasil dalam
mendorong produksi yang tinggi dan mampu memenuhi kebutuhan dalam
negerinya. AS mengolah 79,3 juta hektar lahan untuk tanaman jagung. China
menanam jagung di atas lahan seluas 74,3 juta hektar. Dalam kurun waktu lima
tahun terakhir, sekitar 60 persen dari total 786 juta ton produksi jagung dunia
dihasilkan oleh AS dan China. Dalam periode yang sama, ekspor jagung AS
rata-rata mencapai 52 juta ton per tahun. Ekspor jagung di AS sudah dimulai

tahun 1989-1990. China pun sudah mengalami ekspor jagung yang tinggi tahun
2002, dengan volume mencapai 15,2 juta ton.
Tabel Ketersediaan Jagung di ASEAN

Sumber : Jurnal Ketersediaan Jagung dalam rangka menghadapi Perdagangan

Ketersediaan yang stabil merupakan salah satu kebutuhan untuk
mencukupi kebutuhan nasional. Secara umum perkembangan ketersediaan

Jagung ASEAN memiliki fluktuasi berbeda antar negara, khususnya untuk
Indonesia, Thailand dan Filipina yang merupakan ketiganya merupakan produsen
utama Jagung di ASEAN. Thailand cenderung memiliki ketersediaan sebelum
tahun 1988, Indonesia cenderung memiliki ketersediaan di sekitar tahun 1990
namun selanjutnya menghilang lagi, dan Filipina di sekitar tahun 2004-2007
menunjukkan keberadaannya dalam ketersediaan jagung. Dari tabel diatas
Indonesia sendiri memiliki ketersedian yang terbesar dibanding negara lainnya
yaitu rata-rata sebesar 17.500 ton.
Kebutuhan jagung yang sangat bervariasi untuk berbagai macam
kebutuhan. Jagung digunakan untuk tiga tujuan utama yaitu untuk pakan ternak,
konsumsi pangan dan industri. Pakan ternak yang digunakan mencapai 65 % dari
total produksi jagung dunia, 15 % digunakan untuk konsumsi pangan dan sisanya
20 % digunakan berbagai macam industri (UNDP, 2010).

Oleh karena itu

kawasan ASEAN hendaknya berperan aktif dalam menyediakan sendiri melalui
penguatan produksi dalam negeri.

IV. Rekomendasi

Untuk mengatas permasalahan yang muncul dalam meningkatkan
produksi jagung sehingga dapat meningkatkan ketersediaan jagung, yang dapat
memenuhi kebutuhan dalam negeri (swasembada) maka rekomendasi yang
ditawarkan adalah


Meningkatkan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan dengan konservasi
dan rehailitasi lahan, serta pelestarian sumberdaya dan pengelolaan daerah
alisan sungai



Mengembangkan infrastruktur pertanian dan pedesaan



Meningkatkan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam
negeri dengan mengembangkan kemampuan pengelolaan cadangan
pangan pemerintah dan masyarakat.
Selain itu peran pemerintah untuk ikut mengatur dan mengolah lahan


pertanian yang baik untuk budidaya jagung diharapkan dapat bertindak adil,
tegas dan cepat agar dapat menindaklanjuti ketidak terjadi penyimpangan.
Bantuan dana dari pemerintah juga perlu dikeluarkan dan diberikan kepada
petani-petani secara tepat saasaran sehingga tidak disalahgunakan. Kebijakan
seperti menata ruang dan wilayah untuk menyediakan dan memastikan lahan
yang cocok dan tidak mengurangi keindahan suatu wilayah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. Proyeksi Penduduk Indonesia Per Provinsi 2005-2015.
Dewan Ketahanan Pangan. Kebijakan Umum Pemantapan Ketahanan Pangan
Nasional, 2006.
Departemen Pertanian. Rencana Pembangunan Pertanian 2005-2009.
Dewan Ketahanan Pangan dan World Food Programme. Peta Kerawanan Pangan
Indonesia (FIA), 2005.
Departemen Pertanian. 2009. Proyeksi Produksi Jagung Nasional 2010-2014 dan
Proyeksi Kebutuhan Jagung Nasional 2010-2014. Bahan Rapim Bulan
Agustus 2009. Departemen Pertanian.
Malian, A.H. 2004. Kebijakan Perdagangan Internasional Komoditas Pertanian

Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian. Vol. 2, No.2, Juni 2004:135-156
Zakaria, Amar. K. 2011. Kebijakan Antisipasi dan Strategi Penggalangan Petani
Menuju Swamsebada Jagung Nasional. Hal 261-274. Pusat Sosial Ekonomi
dan Kebijakan Pertanian