LAPORAN PRAKTIKUM Ekologi Perilaku Satwa (1)

LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI DAN PERILAKU SATWA LIAR
PENGAMATAN SATWALIAR Macaca fascicularis
DI TAMAN WISATA ALAM PELANGAN LOMBOK BARAT

OLEH:

NAMA

: NUR ZAKIAH ULFA

NIM

: C1L 015 062

KELOMPOK

: 10 (SEPULUH)

PROGRAM STUDI KEHUTANAN
UNIVERSITAS MATARAM

2017

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi syarat
kelulusan dalam mata kuliah Ekologi dan Prilaku Satwa Liar.

Mataram, 5 Mei 2017
Mengetahui,
Praktikan

Co. Assistant

Nur Zakiah Ulfa
C1L015062

M. Agisni Syukur
C1L014072

BAB 1. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Keanekaragaman satwa liar Indonesia sangat beragam sehubungan dengan variasi
keadaan tanah, letak geografi, dan keadaan iklim. Hal ini ditambah pula dengan
keanekaragaman tumbuhan sebagai habitat satwa. Indonesia sebagai salah satu negara yang
memiliki hutan tropika yang sangat luas dan merupakan gudang keanekaragaman biologis
yang penting di dunia, karena didalamnya terdapat sumber daya alam hayati lebih dari 25 ribu
jenis tumbuhan berbunga dan 400 ribu jenis satwa daratan serta berbagai perairan yang belum
banyak diketahui.

Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan sumber daya alam yang
dimanfaatkan untuk banyak kepentingan manusia. Primata merupakan hewan pertama
yang berharga bagi manusia sebagai hewan kesayangan dan juga tercatat sebagai hewan
tertua yang digunakan untuk subyek penelitian ilmiah. Salah satu diantaranya yang sering
digunakan dalam penelitian ilmiah adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dari
genus Macaca (Bennet, 1995). Di Indonesia, monyet ini dapat ditemukan di Kalimantan,
Sumatera, Jawa, Sulawesi dan pulau-pulau kecil lainnya (Napier dan Napier, 1985).
Menurut Alikodra (1990) perilaku adalah kebiasaan–kebiasaan satwaliar dalam
aktivitas hariannya seperti sifat kelompok, waktu aktif, wilayah pergerakan, cara mencari
makan, cara membuat sarang, hubungan sosial, tingkah laku bersuara, interaksi dengan

spesies lainnya, cara kawin dan melahirkan anak.
Primata merupakan salah satu jenis satwa liar yang sangat menarik untuk diamati dan
diteliti. Dari 250 jenis primata tersebar di seluruh dunia, 35 jenis primata tersebut tidak
ditemukan dimanapun di dunia. Satwa–satwa saat ini terancam punah karena habitatnya
menyempit sebagai akibat aktivitas manusia antara lain, perburuan liar, dan penebangan hutan
secara besar – besaran tanpa memperhatikan azas kelestarian. Untuk mempertahankan
hidupnya, satwa liar membutuhkan keseimbangan ekosistem (Odum, EP., 1996).

Pengamatan ini penting dilakukan untuk mengetahui wilayah jelajah, perilaku serta
habitat dari Monyet Ekor Panjang (MEP) (Macaca fascicularis) yang terdapat pada
kawasan TWA Pelangan.

1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakan praktikum Ekologi dan Prilaku Satwa Liar pengamatan Monyet
Ekor Panjang (MEP) (Macaca fascicularis) ini adalah:
1. Mengetahui jenis aktivitas yang dilakukan oleh Macaca fascicularis pada kawasan
TWA Pelangan.
2. Mengetahui pohon atau tempat Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
melakukan aktivitas yang pada kawasan TWA Pelangan.


TINJAUAN PUSTAKA

Keanekaragaman satwa liar Indonesia sangat beragam sehubungan dengan variasi
keadaan tanah, letak geografi, dan keadaan iklim. Hal ini ditambah pula dengan
keanekaragaman tumbuhan sebagai habitat satwa. Indonesia sebagai salah satu negara yang
memiliki hutan tropika yang sangat luas dan merupakan gudang keanekaragaman biologis
yang penting di dunia, karena didalamnya terdapat sumber daya alam hayati lebih dari 25 ribu
jenis tumbuhan berbunga dan 400 ribu jenis satwa daratan serta berbagai perairan yang belum
banyak diketahui (Departemen Kehutanan, 1991).
Primata merupakan salah satu jenis satwa liar yang sangat menarik untuk diamati dan
diteliti. Dari 250 jenis primata tersebar di seluruh dunia, 35 jenis primata tersebut tidak
ditemukan dimanapun di dunia. Satwa–satwa saat ini terancam punah karena habitatnya
menyempit sebagai akibat aktivitas manusia antara lain, perburuan liar, dan penebangan hutan
secara besar – besaran tanpa memperhatikan azas kelestarian. Untuk mempertahankan
hidupnya, satwa liar membutuhkan keseimbangan ekosistem (Djuwantoko, 2000).
Wilayah jelajah merupakan total area yang digunakan oleh sekelompok binatang didalam
melaksankan aktivitasnya selama periode tertentu. Menurut Kappeler (1981) indikasi untuk
membatasi wilayah jelajah adalah dengan melihat jalur yang dipilih setiap kelompok selama
penjelajahan. Berdasarkan hasil pengamatan, monyet ekor panjang memiliki daerah wilayah
jelajah di sekitar arboretum hutan bambu rektorat. Luas wilayah jelajah kelompok Macaca

fascicularis adalah 200 m2. Wilayah jelajah relatif tidak luas disebabkan oleh keragaman jenis
makanan yang rendah, populasi yang rendah serta habitat yang tidak terlalu besar (Kartono,
A. P. dan Y. Santosa, 1995).
Menurut Alikodra (1990) perilaku adalah kebiasaan–kebiasaan satwaliar dalam aktivitas
hariannya seperti sifat kelompok, waktu aktif, wilayah pergerakan, cara mencari makan, cara
membuat sarang, hubungan sosial, tingkah laku bersuara, interaksi dengan spesies lainnya,
cara kawin dan melahirkan anak.
Menurut Hadinoto (1993), Monyet ekor panjang menggunakan vegetasi sebagai sumber
pakan, tempat berlindung, tempat bermain, memelihara anak, dan berkembang biak. Kondisi
habitat yang dibutuhkan oleh satwa ini yaitu menghasilkan sumber pakan yang cukup untuk
mendapatkan energi dan tempat yang layak untuk melakukan aktivitas hariannya. Kebutuhan
pakan monyet ekor panjang setiap ekor perhari sebanyak 4% dari bobot tubuhnya, serta
memerlukan air untuk minum sebanyak 1 liter per ekor setiap harinya. Untuk memperoleh air

dalam memenuhi kebutuhannya, selain minum dari sumber air, Macaca fascicularis
memanfaatkan embun yang menempel pada dedaunan dan air yang menggenang pada
batang-batang pohon (Alikodra 1990).

BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu pelaksanaan praktikum Ekologi dan Prilaku Satwa Liar ini adalah
pada pukul 06.00 – 11.00 WITA dan tempat pelaksanaannya di kawasan Pantai Makiki
TWA Pelangan, Lombok Barat.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum yaitu :
1. ATK
2. Kamera
3. Teropong/Binokuler
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu:
1. Kawasan TWA Pelangan
2. Monyet Ekor Panjang (MEP) (Macaca fascicularis).
3.3 Langkah Kerja
Langkah kerja yang digunakan dalam praktikum Ekologi dan Prilaku Satwa Liar
Pengamatan Macaca fascicularis adalah sebagai berikut :
1. Diamati satwa tersebut yaitu Macaca fascicularis dari jarak yang kemungkinan tidak
mengganggu satwa Macaca fascicularis
2. Dicatat perilaku atau aktivitas dari satwa tersebut (Macaca fascicularis) setiap 5 menit

yang telah ditentukan.
3. Dicatat vegetasi atau tempat melakukan aktivitas atau perilaku oleh Macaca
fascicularis.
3.4 Metode Pengamatan
Metode pengamatan yang digunakan dalam praktikum Ekologi dan Perilaku Satwa
Liar Pengamatan Monyet Ekor Panjang (MEP) (Macaca fascicularis) ini adalah
observasi. Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan langsung, yaitu
pengamat mengamati secara langsung objek yang akan diamati.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Aspek 1. Karakteristik Habitat Monyet Ekor Panjang (MEP)
Jenis Pohon 1

: Pulai (Alstonia scholaris)

Diameter

: 7,9


Tinggi

: 15 m

Lebar tajuk

:4m

Suhu dibawah tegakan

: 27o

Bentuk tajuk

: Irreguler

Jenis Pohon 2

: Loa (Ficus racemosa)


Diameter

: 50

Tinggi

: 17 m

Lebar tajuk

:6m

Suhu dibawah tegakan

: 30o

Bentuk tajuk

: Payung


Jenis Pohon 3

: Suren

Diameter

: 25

Tinggi

: 40 m

Lebar tajuk

:4m

Suhu dibawah tegakan

: 28o


Bentuk tajuk

: Kubah

Aspek 2. Pengamatan Perilaku Monyet Ekor Panjang (MEP)
Metode diagram perilaku (Ethogram) – primata
1.

Pergerakan (G)
- Memanjat (G1)
- Turun (G2)
- Pindah pohon (G3)
- Bergelantung (G4)
- Lompat pohon (G5)

3. Istirahat (I)
- Tidur (I1)
- Duduk (I2)
5.

Aksi sendiri/merawat diri (S)
Berkutu (S1)
Bermain (S2)
Menggaruk (S3)

2. Foraging (F)
- Makan (F1)
- Minum (F2)

4. Aktifitas sosial afiliasi (SF)
Berkutu ke teman (SF1)
Bermain (SF2)
Memberi makanan (SF3)
6. Aktifitas sosial agresi (SG)
Mengancam (SG1)
Berpelukan (SG2)
Berkelahi (SG3)

7.

Posisi (P)
Lapisan tajuk A (P1)
Lapisan tajuk B (P2)
Lapisan tajuk C (P3)
Lapisan tajuk D (P4)
Lapisan tajuk E (P5)

8.

Lapisan C (P3) : Lapisan ketiga, tinggi
total pohon 4-20 m, tajuk kontinyu
(rapat), rendah, kecil, dan banyak
cabang.

1 Jam pertama = 07.35 WITA
Waktu
00.00 – 00.05
00.05 – 00.10
00.10 – 00.15
00.15 – 00.20
00.20 – 00.25
00.25 – 00.30
00.30 – 00.35
00.35 – 00.40
00.40 – 00.45
00.45 – 00.50
00.50 – 00.55
00.55 – 00.60

Jenis Aktifitas
I
G
G
F
I
G
G
G
SF
SF
I
SF

Detail Aktifitas
I2
G2
G3
F1
I2
G5
G3
G3
SF3
SF1
I2
SF1

Posisi
P3
P3
P3
P3
P3
P3
P3
P3
P3
P3
P3
P3

5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
I
I(

t)
ha
a
r
sti
G

(P

n)
ka
a
er
erg

F

o
(F

ng
gi
ra

SF

(A

)

tas
ifi
t
k

s
So

A
ial

i)
as
if li

1 Jam kedua = 08.40
Waktu
00.00 – 00.05
00.05 – 00.10
00.10 – 00.15
00.15 – 00.20
00.20 – 00.25
00.25 – 00.30
00.30 – 00.35
00.35 – 00.40
00.40 – 00.45
00.45 – 00.50
00.50 – 00.55

Jenis Aktifitas
I
I
SG
SG
I
I
I
I
G
I
G

Detail Aktifitas
I2
I2
SG3
SG3
I2
I2
I2
I2
G3
I1
G3

Posisi
P3
P3
P3
P3
P3
P3
P3
P3
P3
P3
P3

00.55 – 00.60

SG

SG1

P3

8
7
6
5
4
3
2
1
0

4.2 Pembahasan
Macaca fascicularis adalah hewan pemakan tumbuhan, jadi diperkirakan Macaca
fascicularis berada di lokasi tersebut karena tersedianya sumber air dan makanan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara langsung dengan memasuki kawasan
secara langsung dan pengamatan dilakukan dengan jarak antara objek dan pengamat
adalah kurang lebih 10 meter. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) pertama kali
atau pada 5 menit pertama diamati sedang duduk dan kelompok Macaca fascicularis yang
terlihat sekitar 5-6 ekor pada kelompok tersebut. Kelompok Macaca fascicularis ini
memulai aktifitasnya pada sekitar pukul 07.35 WITA dan langsung bergerak pada pohon
yang menjadi sumber pakannya yaitu pohon Pulai (Alstonia scholaris) dengan ketinggian
± 7 meter dari permukaan tanah. Kegiatan pertama yang dilakukan oleh kelompok
Macaca fascicularis ini berdasarkan pengamatan pada jam pertama yaitu pada jam 07.35
adalah duduk. Kemudian pada 5 menit kedua dan ketiga kelompok Macaca fascicularis
ini mulai turun dan pindah pohon. Setelah itu, pada 5 menit keempat beberapa Macaca
fascicularis ini makan dan sebagian lainnya lompat dan pindah pohon dari satu pohon ke
pohon yang lain. Beberapa Macaca fascicularis yang berkutu dengan temannya serta
sebagian lainnya tetap apada posisi duduk pada 5 menit kelima, 5 menit keenam, ketujuh
dan kedelapan aktifitas yang dilakukan yaitu lompat dan pindah pohon, 5 menit
kesembilan dan kesepuluh yang memberi makanan pada yang lainnya dan berkutu ke
temannya, 5 menit kesebelas dan keduabelas duduk dan berkutu pada temannya.
Sedangkan pada jam kedua yaitu jam 08.40, pengamatan dilakukan pada tempat
yang berbeda dari jam pertama tetapi masih pada kawasan TWA Pelangan. Pada jam
kedua ini ditemukan aktifitas yang berbeda dari jam pertama yaitu aktifitas sosial agresi
dalam hal ini beberapa ekor dari kelompok tersebut ada yang melakukan aktifitas seperti
berkelahi yaitu pada 5 menit ketiga dan keempat. Berdasarkan pengamatan penyebab dari
aktifitas tersebut seperti berkelahi diprediksikan akibat adanya perebutan baik tentang

makanan, tempat melakukan aktifitas di atas pohon dan lain-lain. Selebihnya kegiatan
pada 5 menit yang lainnya hampir sama dengan aktifitas pada jam pertama (07.35) seperti
pada 5 menit pertama dan kedua Macaca fascicularis terlihat duduk, 5 menit ketiga dan
keempat sebagian Macaca fascicularis melakukan aktifitas sosial agresi (berkelahi), 5
menit kelima sampai kedelapan kegiatan Macaca fascicularis duduk, 5 menit kesembilan
beberapa ekor yang pindah pohon, 5 menit kesepuluh tidur, 5 menit kesebelas pindah
pohon dan 5 menit keduabelas ada Macaca fascicularis yang mengancam yang lainnya.
Kegiatan yang dilakukan atau perilaku monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
pada jam pertama dan kedua dilakukan pada jenis pohon seperti:
1. Pohon Pulai (Alstonia scholaris) dengan diameter 7,9 dan tingginya 15 meter dengan
bentuk tajuknya irreguler.
2. Pohon Arak dengan diameter 35 dan tingginya 19 meter dengan bentuk tajuknya
seperti payung.
3. Pohon Suren dengan diameter 20 dan tingginya 12 meter dengan bentuk tajuknya
seperti kubah.
Sehingga disimpulkan bahwa kegiatan pada jam pertama dan kedua juga dilakukan
pada lapisan tajuk C (tinggi total 4-20 meter, tajuk rapat, rendah, kecil dan banyak
bercabang).

BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dihasilkan berdasarkan praktikum yang telah dilakukan yaitu
sebagai berikut:
1. Jenis aktivitas yang dilakukan oleh Macaca fascicularis pada kawasan TWA Pelangan
pada jam pertama yaitu istirahat, pergerakan, foraging dan kegiatan sosial afiliasi.
Kegiatan pada jam kedua yaitu istirahat, aktifitas sosial agresi, dan pergerakan.
2. Pohon atau tempat Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) melakukan aktivitas
yang pada kawasan TWA Pelangan yaitu:
- Pohon Pulai (Alstonia scholaris) dengan diameter 7,9 dan tingginya 15 meter
dengan bentuk tajuknya irreguler.
- Pohon Arak dengan diameter 35 dan tingginya 19 meter dengan bentuk tajuknya
seperti payung.
- Pohon Suren dengan diameter 20 dan tingginya 12 meter dengan bentuk tajuknya
seperti kubah.
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan praktikum Ekologi dan Prilaku Satwa
Liar yang telah dilaksanakan adalah:
1. Dalam upaya pengelolaan satwaliar khususnya Monyet ekor panjang perlu adanya
perhatiaan khusus dari dinas terkait dengan pengaturan populasinya sehingga tidak
akan menyebabkan kerugian terhadap masyarakat sekitar khususnya di daerah Nusa
Tenggara Barat.
2. Mengurangi kegiatan yang tidak perlu selama pengamatan agar tidak mengganggu
dalam proses pengamatan salah satunya seperti berbicara yang tidak berhubungan
dengan praktikum tersebut karena yang diamati adalah satwa yang tergolong sensitif.

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra HS. 1990. Studi Ekologi Bekantan (Nasalis Larvatus) Di Hutan Lindung Bukit
Soeharto Kalimantan Timur. Laporan penelitian kerjasama Depdikbud dan JICA.
Bennet, B. T., R. C. Abee, and R. Henrickson. 1995. Nonhuman Primates in Biomedical
Research Biology ang Management. Academic Press. New York.
Direktorat Jenderal Kehutanan, Departemen Kehutanan, 1991. Pedoman
Investarisasi/Sensus Satwa. Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam, Bogor.

Teknis

Djuwantoko, 2000. Pemamfaatan Monyet Ekor Panjang (Macaca Fascicularis) Bagi
Ekowisata. Fakulas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada.
Hadinoto. 1993. Studi perilaku dan populasi monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis Raffles, 1821) [Skripsi]. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor
Kappeler M. 1981. The Gibbon In Java. Edinburg: The Edinburg University Pr.
Kartono, A. P. dan Y. Santosa, 1995. Teknik Pengukuran dan Monotoring Keanekaragan
Satwa Liar. Skripsi Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Napier, J. R. and P. H. Napier. 1985. The Natural History of the Primates. The MIT Press,
Cambridge, Massachusetts.
Odum, EP., 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Gajah Mada University Press. Yogyakararta.