D1 Pajak Barang yang Dikenakan dan Tidak

Barang yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai
Semua barang pada prinsipnya merupakan Barang Kena Pajak (dikenakan PPN) kecuali
yang ditentukan lain oleh Undang-Undang PPN itu sendiri. Menurut pasal 1 angka 3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Barang Kena Pajak adalah
barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang ini.
Barang Kena Pajak tersebut terdiri dari barang berwujud (bergerak dan tidak bergerak)
dan barang tidak berwujud.
-

Barang berwujud, dibagi dua,
a. Barang bergerak, yaitu barang yang menurut sifatnya dapat berpindah sendiri atau
dapat dipindahkan, contoh : uang kas, mobil, mesin dan lain-lain
b. Barang tidak bergerak, yaitu barang yang pada dasarnya tidak dapat berpindah
sendiri dan dipindahkan, contoh : tanah dan bangunan

-

Barang tidak berwujud
Barang tidak berwujud adalah barang yang tidak ada wujudnya tetapi mempunyai nilai.
contoh : sekuritas, software hak cipta yang dipatenkan, merek dagang yang dipatenkan,

dan lainnya. Dipatenkan artinya didaftarkan didaftarkan di Direktorat Paten
Kementerian Hukum dan HAM.

Barang yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai:
Sebagaimana yang telah diterangkan diatas, pada dasarnya semua barang dikenai PPN,
kecuali barang barang tertentu yang disebutkan dalam UU PPN ini, barang yang tidak dikenai
PPN sebagaimana disebutkan dalan Pasal 4A ayat 2 UU PPN 1984 didasarkan atas
kelompok-kelompok barang sebagai berikut:
a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya.
Diambil langsung dari sumbernya artinya barang tersebut belum diolah atau belum
diproses. Sesuai dengan penjelasan pasal 4A ayat (2) UU PPN 1984 huruf a, yang
dimaksud dengan barang hasil pertambangan dan hasil pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya seperti:
1) Minyak mentah (crude oil)
2) Gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi langsung oleh
masyarakat
3) Panas bumi

4) Asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata,

bentonit, dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite), grafit, granit/andesit, gips,
kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil,
pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk, tanah serap (fullers earth), tanah diatome,
tanah liat, tawas (alum), tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit
5) Batubara sebelum diproses menjadi briket batubara
Hal ini berarti bahwa sejak 1 Januari 2001, batubara yang sudah melalui proses
pengolahan berupa pemecahan, disliming, konsentrasi, dan penyaringan dari bahan
galian atau sizing, bukan BKP.
6) Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, dan bijih perak serta bijih
bauksit.
b. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak
Yang dimaksud dengan kebutuhan pokok dalam hal ini, diatur dalam penjelasan pasal 4A
ayat (2) huruf b yang kemudian diadaptasi oleh pasal 1 jo. Pasal 3 PP No. 144 Tahun
2000. Selanjutnya, penjabaran lebih lanjut mengenai hal ini dilakukan dalam Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 653/KMK.03/2001 tanggal 27 Desember 2001 tentang Barangbarang kebutuhan pokok yang atas impor dan penyerahannya tidak dikenakan pajak
pertambahan nilai, yang berlaku surut sejak 1 Januari 2001. Peraturan pelaksanaannya
diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-68/PJ./2002 tanggal 4
Februari 2002. Adapun petunjuk pelaksanaannya dituangkan dalam Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak Nomor SE-01/PJ.51/2002 tanggal 4 Februari 2002. Dalam peraturan
pelaksaanaan ini dirinci jenis barang kebutuhan pokok dimaksud yang meliputi:

1) Beras
2) Gabah
Yaitu segala jenis beras dan gabah, seperti beras putih, beras merah, beras hitam, atau
beras ketan putih, sepanjang berbentuk sebagai berikut:
-

Beras berkulit (padi atau gabah) selain untuk benih

-

Beras dan gabah yang digiling

-

Beras setengah giling atau digiling seluruhnya, disosoh, dikilapkan maupun tidak

-

Beras pecah


-

Menir (groats) dari beras

3) Jagung
Yaitu segala jenis jagung, seperti jagung putih, jagung kuning, jagung kuning
kemerahan atau popcorn (jagung brondong), sepanjang berbentuk sebagai berikut:
- Jagung yang telah dikupas/jagung tongkol dan biji jagung/jagung pipilan
- Menir (groats) /beras jagung, sepanjang masih dalam bentuk butiran

4) Sagu
Yang berbentuk:
-

Empulur sagu

-

Tepung, tepung kasar dan bubuk dari sagu


5) Kedelai
Yaitu segala jenis kedelai, seperti kedelai putih, kedelai hijau, kedelai kuning atau
kedelai hitam, sepanjang berbentuk kacang kedelai pecah atau utuh
6) Garam, baik yang berjodium maupun yang tidak berjodium, baik yang berbentuk
curah maupun briket.
7) Daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses disembelih,
dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak dikemas, digarami,
dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/atau direbus
8) Telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan, diasinkan, atau
dikemas
9) Susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun
dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau dikemas
atau tidak dikemas
10) Buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah melalui proses
dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading, dan/atau dikemas atau tidak
dikemas, dan
11) Sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau disimpan
pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah.
c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun

tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau
catering
Pengecualian untuk kelompok ini ditujukan untuk menghindari pajak berganda, karena
sudah merupakan objek pengenaan Pajak Daerah. Sampai tahun 2009 catering dikenakan
PPN, tapi mulai tahun 2010 ke atas catering tidak dikenakan PPN tetapi dikenakan pajak
restoran
d. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.
Uang dan surat berharga tidak dikenakan PPN karena antara nilai nominal dengan nilai
fisiknya berbeda. Selain itu, dalam penjelasan bagian umum UU No. 18 Tahun 2000,
menegaskan bahwa untuk lebih memberikan kepastian hukum mengenai barang-barang
yang tidak dikenakan pajak antara lain barang-barang yang merupakan alat tukar. Uang
dan emas batangan dikelompokkan sebagai alat tukar sehingga tidak dikenakan PPN.
e. Impor dan/atau Penyerahan BKP Tertentu yang Dibebaskan dari PPN

Dalam rangka mendorong perkembangan dunia usaha dan meningkatkan daya saing maka
pemerintah menetapkan jenis-jenis barang kena pajak tertentu yang bersifat strategis yang
dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, yang bertujuan untuk menjamin
ketersesiaan barang barang tersebut. Pemberian fasilitas ini hanya bersifat sementara.
Pemberian fasilitas pembebasan PPN ini diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 11/ PMK.03/2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Keputusan Menteri Keuangan

Nomor

155/KMK.03/2001

Tentang

Pelaksanaan

Pajak

Pertambahan

Nilai

Yang Dibebaskan atas Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang
Bersifat Strategis yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 2007
a. Impor dan/atau Penyerahan BKP yang Dibebaskan dari pengenaan PPN
1. Barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaan terpasang
maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang;
2. Makanan ternak, unggas dan ikan dan/atau bahan baku untuk pembuatan makanan

ternak, unggas dan ikan;
3. Barang hasil pertanian;
Barang hasil pertanian adalah barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di
bidang:
-

pertanian, perkebunan, dan kehutanan;

-

peternakan, perburuan atau penangkapan, maupun penangkaran; atau

-

perikanan baik dari penangkapan atau budidaya yang dipetik langsung, diambil
langsung atau disadap langsung dari sumbernya termasuk yang diproses awal
dengan tujuan untuk memperpanjang usia simpan atau mempermudah proses
lebih lanjut sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah
Nomor 7 Tahun 2007.


4. Bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan,
penangkaran, atau perikanan;
b. Penyerahan BKP yang Dibebaskan dari pengenaan PPN
1. air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum; dan
2. listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6.600 (enam ribu enam
ratus) watt.
Sumber:
-

ortax.org

-

http://zqzakky.blogspot.co.id/2012/05/barang-kena-pajak-dan-jasa-kena-pajak.html

-

http://dedylondong.blogspot.co.id/2011/11/bagaimana-proses-pembuatan-ban-mobil.html
-