Ekonomi makro dan siklus (9)

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ilmu ekonomi adalah sebuah studi mengenai bagaimana manusia akan memilih
penggunaan sumber daya yang langkah untuk berproduksi, melakukan penukaran dan
mengkonsumsi
terbatas.

barang dan jasa,

Ekonomi makro

dalam usaha memenuhi

mempelajari kegiatan

keinginan yang

ekonomi secara

tidak


keseluruhan

(agregatif). Makro berarti besar, Jelas ekonomi makro memiliki cara kerja dan tingkat
analisis yang berbeda dengan ekonomi mikro. Ekonomi makro dapat di jelaskan
sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang khusus membahas tentang gejala - gejala
ekonomi di suatu Negara pada suatu kesatuan/keseluruhan kegiatan perekonomian.
Teori ekonomi mikro tidak lagi memperhatikan pada kegiatan ekonomi yang
oleh bagian-bagian dalam suatu

perekonomian, melainkan melihat kegiatan tersebut

sebagai suatu kesatuan kegiatan yang yang saling pengaruh mempengaruhi. Ekonomi
makro mempelajari kegiatan Ekonomi yang bersifat agregatif. Jika ekonomi mikro
mengkaji perilaku kamu sebagai pembeli, maka ekonomi makro akan melakukan
kajian secara keseluruhan terhadap pembeli yang termasuk dalam lingkupan umur
kamu, misalnya perilaku konsumsi remaja sekolah.
Tradisi teori ekonomi makro bersumber dari Keynes. Tradisi kajian ini timbul
sebagai


reaksi-reaksi

terhadap kegagalan tradisi ekonomi

Adam Smith

dalam

menjelaskan timbunya resesi, pengangguran, kemiskinan, dan masalah kegagalan
proses pembangunan ekonomi. Dalam tradisi ini, kedudukan negara/pemerintah
sebagai regulator perekonomian justru ditonjolkan. Kajian ekonomi saat ini trerutama
dilakukan pada tingkat negara dan juga sangat didominasi oleh kebijkan yang dibuat
Negara. Sehingga melaului cara ini sering terjadi kekeiruan penafsiran bahwa teori
makro ekonomi adalah kajian tentang ekonomi Negara - negara. Jelas pandangan ini
keliru, negara/pemerintah hanyalah salah satu aktor ekonomi yang memang cukup
penting kedudukannya dalam menghasilkan regulasi untuk mengatasi masalah dan
beban social akibat perubahan ekonimi. Oleh karena itu, dalam hal ini penulisan akan
membahas tentang pendahuluan ekonomi makro menengah yang mencakup tentang

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi

1

Page

alasan mengapa perlunya kita mempelajari ekonomi makro, pengukuran aktivitas
ekonomi, Konsumsi dan Investasi.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat ditarik

beberapa

rumusan

masalah yang akan dibahas yaitu adalah apa yang menjadi alasan pentingnya kita
mempelajari ekonomi makro, apa-apa sajakah perhitungan yang akan di gunakan
dalam pengukuran aktivitas ekonomi, dan Teori Konsumsi dan Investasi serta
perhitungannya.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
pembahasan dan pertumbuhan ekonomi makro, bagaimana menghitung PNB (Produk
Nasional Bruto), PDB (Produk Domestik Bruto), PNN (Produk Nasional Netto), PN
(Pendapatan Nasional) pada pengukuran aktivitas ekonomi, dapat mengetahui

perhitungan dalam mempelajari Konsumsi dan Investasi.

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
2

Page

BAB II
PEMBAHASAN
 
II.1 Alasan Pentingnya Mempelajari Ekonomi Makro
Secara indivudial atau perilaku pelaku-pelaku ekonomi, suatu tujuan yang ingin
dicapai dalam melakukan kegiatan ekonomi adalah terpenuhinya setiap kebutuhan
hidup dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Sementara apabila dibahas
tujuan perekonomian secara luas maka tujuan yang hendak dicapai adalah:
1.Tercapainya Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan dinamis
2.Tercapainya kesempatan kerja penuh atau Full Employment
3.Tercapainya Stabilitas harga
4.Tercapainya Kebebasan berusaha dan berekonomi
5.Tercapainya Distribusi pendapatan yang merata

6.Terjaminnya keamanan atau jaminan ekonomis
Dari tujuan-tujuan tersebut maka ilmu ekonomi dibedakan menjadi dua cabang
yaitu ekonomi Mikro dan Makro. Analisis Mikro adalah pembahasan ekonomi yang
ditujukan pada subyek ekonomi secara individual (rumah tangga konsumen dan
rumah tangga produsen atau perusahaan secara individual) dan bagaimana mereka
berinteraksi di dalam pasar. Analisis Makro mempelajari subyek ekonomi secara
agregatif (keseluruhan) meliputi keterkaitan antara masing-masing pelaku ekonomi
seperti konsumen, produsen, Negara / pemerintah.dan luar negeri, variable-variabel
yang terdapat di dalamnya antara lain:
Pendapatan Nasional, kesempatan kerja dan pengangguran, jumlah uang beredar, laju
inflasi , pertumbuhan ekonomi maupun neraca pembayaran internasional.
Ilmu ekonomi makro mempelajari masalah-masalah di ekonomi utama sebagai
berikut:
a. Sejauh mana berbagai sumber daya telah dimanfaatkan di dalam suatu kegiatan
ekonomi.

Apabila seluruh sumber daya telah dimanfaatkan keadaan ini disebut

full employment. Sebaliknya bila masih ada sumber daya yang artinya belum
dimanfaatkan berarti perekonomian dalam keadaan under employment atau

terdapat pengangguran/belum berada pada kesempatan kerja penuh.
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
3

Page

b. Sejauh mana Perekonomian dalam keadaan stabil khususnya stabilitas di dalam
bidang moneter. Apabila nilai uang cenderung menurun dalam jangka panjang
berarti berarti terjadi inflasi. Sebaliknya terjadi deflasi.
c. Sejauh mana perdistribusi pendapatan
ekonomi

dan

maksudnya

pemerataan

adalah


dalam

yang

membaik

distribusi

antara

pertumbuhan

pendapatanterdapat trade off

bila yang satu membaik yang lainnya

cenderung

akan


memburuk. Ilmu ekonomi makro hanya akan membahas variable-variabel yang
berhubungan

dengan

gejala-gejala

perekonomian

secara

keseuruhan,

secara totalitas, atau gejala umum, bukan perilaku dari pelaku ekonomi secara
individual. Secara umum terdapat beberapa variabel yang menjadi isu utama
ekonomi makro, yaitu antara lain:
1) Output agregat.
Output Agregat adalah jumlah nilai seluruh output barang dan jasa yang di
produksi


pada

suatu

perekonomian

dalam

jangka

waktu

tertentu.

Output agregat menggambarkan kekayaan suatu Negara dalam jangka waktu
tertentu.
2) Pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi berasal dari nilai laju pertumbuhan GDP. Pertumbuhan
ekonomi yang positif menandakan perekonomian dalam


keadaan ekspansif,

sedangkan pertumbuhan ekonomi yang negatif menandakan perekonomian
dalam keadaan resesi.
3) Inflasi.
Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang yang bersifat continue

dan terus

menerus, mempengaruhi individu-individu, bisnis, dan pemerintah.
4) Pengangguran
Pengangguran adalah kondisi dimana seseorang
masuk

tidak

bekerja, padahal ia

kedalam angkatan kerja dan memang mencari pekerjaan.


Seseorang

baru dikatakan menganggur bila ia ingin bekerja dan telah berusaha mencari
kerja, namun tidak mendapatkannya.
Pemahaman yang sangat mendasar tentang ekonomi makro adalah mutlak ingin
mempelajari ilmu-ilmu ekonomi lainnya yang berkaitan,baik secara langsung maupun
tidak langsung. Ini dikarenakan banyaknya konsep-konsep dalam teori ekonomi
makro yang sangat diperlukan dan bisa dijadikan bahan

pertimbangan untuk

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
4

Page

melakukan suatu tindakan ekonomi

baik

tindakan

berproduksi,

berkonsumsi,

berdagang atau tindakan dalam berinvestasi. 

II.2 MENGUKUR AKTIVITAS EKONOMI
Salah satu indikator telah terjadinya alokasi yang efisien secara makro adalah
nilai output nasional yang dihasilkan sebuah perekonomian pada suatu periode
tertentu. Sebab, besarnya output nasional dapat menunjukkan beberapa hal penting
dalam sebuah perekonomian.
Yang pertama, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang
seberapa efisien sumber daya alam yang ada dalam perekonomian (tenaga kerja,
barang modal, uang dan kemampuan kewirausahawanan) digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa. Secara umum, makin besar pendapatan nasional suatu
Negara, semakin baik efisiensi alokasi sumber daya ekonominya.
Yang kedua, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang
produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu Negara. Alat ukur yang disepakati
tentang tingkat kemakmuran adalah output nasional per kapital. Nilai output per
capital diperoleh dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah
penduduk pada tahun yang bersangkutan. Jika output per kapital makin besar, Tingkat
kemakmuran dianggap makin tinggi. Sementara itu alat ukur tenteng produktivitas
rata-rata adalah output per tenga kerja. Makin besar angkanya, makin tinggi
produktivitas tenga kerja.
Yang ketiga, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang
masalah-masalah structural (mendasar) yang dihadapi suatu perekonomian. Jika
sebagian besar output nasional dinikmati oleh sebagian kecil penduduk, maka
perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi pendapatannya. Jika
sebagian besar output nasional berasal dari sector pertanian (ekstraktif), maka
perekonomian tersebut berhadapan dengan masalah ketimpangan struktur produksi.
Dalam arti, perekonomian harus segera memodernisasi diri,dengan memperkuat
industrinya, agar ada keseimbangan kontribusi antara sector pertanian yang dianggap
sebagai sector ekonomi tradisional dengan sector industry yang dianggap sebagai
sector ekonomi modern.

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
5

Page

Istilah yang paling sering digunakan dalam menghitung peningkatan aktivitas
ekonomi atau sering dikatatakan juga pendapatan nasioanal adalah Produk Domestik
Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) yang pengertian nya adalah:
“Nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar, yang diproduksi oleh
sebuah perekonomian dalam suatu periode (kurun waktu) dengan menggunakan
factor-faktor produksi yang berada (berlokasi) dalam perekonomian tersebut”.
“The total market value of all final goods and services produced within a given
period, by factors of production located within a countr.”
Tercakup dalam defenisi di atas adalah :
1. Produk dan jasa akhir, dalam pengertian barang dan jasa yang dihitung dalam
PDB adalah barang dan jasa yang digunakan pemakaian terakhir(untuk konsumsi).
2. Harga pasar , yang menunjukan bahwa nilai output nasional tersebut dihitung
berdasarkan tingkat harga yang berlaku pada periode yang bersangkutan.
3. Faktor-faktor produksi yng beralokasidi Negara yang bersangkutan, dalam arti
perhitungan PDB tidak memper-timbangkan asal factor prouksi (milik
perekonomian atau milik asing) yang digunakan dalam menghasilkan output.
II.2.1 Silklus Aliran Pendapatan (Circular Flow) dan Interaksi antar Pasar
a.

Siklus aliran pendapatan ( Circular Flow )

Siklus aliran pendapatan (circular flow) seperti yang akan ditunjukan oleh
Diagram 2.1 dibawah adalah sebuah model yang menggambarkan bagaimana
interaksi antarpara pelaku ekonomi menghasilkan pendapatan yang digunakan sebagai
pengeluaran dalam upaya memaksimalkan nilai kegunaan (utility) masing-masing
pelaku ekonomi.
1. Sektor rumah tangga (Households Sector), yang terdiri atas sekumpulan individu
yang dianggap homogen dan identik.
2. Sektor Perusahaan (Firms Sector), yang terdiri atas sekumpulan perusahaan yang
memproduksi barang dan jasa.
3. Sektor Pemerintah (Government Sector), yang memiliki kewenangan politik
untuk mengatur kegiatan masyarakat dan perusahaan.
4. Sektor Luar negeri (Foreign Sector), yaitu sektor perekonomian dunia, dimana
perekonomian melakukan transaksi ekspor-impor.

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
6

Page

Diagram II.1
Circular flow of Economic Activity
Pembelian Barang dan Jasa

(4)
Pembelian Barang dan Jasa

Pajak

(5)

(3)

Rumah Tangga

Pemerintah

Perusahaan

(6)
Pajak

(2)
Gaji Pembayaran Bunga,
Penghasilan Non Balas Jasa

(1)
Gaji,Upah, Bunga, Deviden, Sewa

(7)
Ekspor

b.

Dunia
Internasional

(8)
Impor

Tiga Pasar Utama

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
7

Page

Uraian di atas berdasarkan asumsi bahwa tingkat harga ditentukan lewat
mekanisme pasar. Untuk analisis ekonomi makro, pasar-pasar yang begitu banyak
dikelompokkan menjadi tiga pasar utama yaitu:
 Pasar Barang dan Jasa (Goodscand services Market)
 Pasar Tenaga Kerja (abour Market)
 Pasar Uang dan Modal (Money and Capital Market)

II.2.2 Metode-metode Perhitungan Pendapat Nasional
Ada tiga cara perhitungan pendapatan Nasional , yaitu cara output (output
approach),cara pendapatan (income approach) dan cara pengeluaran (expenditure
approach). Masing – masing cara (metode) melihat pendapatan nasional dari sudut
pandang yang berbeda , tetapi hasilnya saling melengkapi.
a. Metode Output (output approach) atau Metode Produksi
Menurut metode ini, PDB adala output (produksi yang dihasilkan) oleh suatu
perekonomian. Jumlah output masing-masing sektor merupakan jumlah output
seluruh perekonomian.
Dalam peritungan PDB dengan metode produksi ,yang dijumlahkan adalah nilai
tambah (value added) masing-masing sektor. Yang dimaksud dengan nilai tambah
adalah selisih antara nilai output dengan nilai input antara.
NT =NO−¿ … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .2.1
Dimana:
NT = Nilai tambah
NO = nilai output
NI = Nilai input antara
Dari persamaan (2.1) sebenarnya dapat dikatakan bahwa proses produksi
merupakan proses menciptakan atau meningkatkan nilai tambah. Aktivitas produksi
yang baik adalah aktivitasyang menghasilkan NT>0. Dengan demikian besarnya PDB
adalah :
n

PDB=∑ NT … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … 2.2
i=1

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
8

Page

Dimana :
i = sektor produksi ke 1,2,3,...n

1. Contoh Menghitung PDB dengan Metode Produksi :
Tabel 2.1
OutputSektoral Negara Medar , Tahun 2003
Sektor Produksi

Nilai output

Nilai
input

1.
2.
3.
4.
5.

Pertanian (Kapas)
Pabrik Benang
Pabrik Tekstil
Industri Garmen
Perdagangan
(Pakaian)

Nilai

300

0

Tambah
300

400

300

100

600

400

200

800

600

200

1000

800

200

Untuk menghindarai perhitungan ganda, maka nilai PDB dihitung dengan
menjumlahkan nilai tambah masing-masing sektor produksi. Karena itu perhitungan
Produksi adalah:
n

PDB2003 =∑ NT=300+100+200+200+200=1000
i=1

b. Metode Pendapatan (Income Approach)
Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai nilai total
balas jasa atas faktor produksi yang digunkan dalam proses produksi.
Q=f ( L, K , U , E ) … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .2.3
Dimana:
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
9

Page

Q = output
L = tenaga kerja
K = barang modal
U = uang/finansial
E = kemampuan enterpreneuer atau kewirausahaan
Persamaan 2.3 menunjukkan bahwa untuk memproduksi output dibutuhkan
input berupa tenaga kerja,barang modal,uang/finansial dan dan kemampuan
enterpreneuer atau sering disebut sebagai pengusaha.
Balas jasa untuk tenaga kerja adalah upah ataugaji. Untuk barang dan
modaladalah pendapatan sewa. Untuk pemilik uang / aset finansial adalah pendapatan
bunga. Sedangkan untuk pengusaha adalah keuntungan . Total balas jasa atas seluruh
faktor produksi disebut Pendapatan Nasional (PN).
PN =w +i+ r +π
2. Contoh Menghitung PN dengan Metode Pendapatan :

Pendapatan NasionalAmerika Serikat
Tahun 1994 Berdasarkan Pendekatan Pendapatan
(Dalam US$ Miliar)
Pendapatan Upah/Gaji (Compulation of Employes)
Pendapatan Non Gaji (Properties Income)
Pendapatan Perusahaan (Corporate Profits)
Pendapatan Bunga Netto (Net Interest)
Pendapatan Sewa (Rental Income)

4.004,6
473,7
542,7
409,7
27,7

Pendapatan Nasional (National Income)

5.458,4

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
10

Page

c. Metode Pengeluaran (Expenditure Approach)
Menurut metode pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai total pengeluaran
dalam perekonomian selama periode tertentu. Menurut metode ini ada beberapa jenis
pengeluaran agregat dalam suatu perekonomian :
1. Konsumsi rumah tangga
2. Konsumsi pemerintah
3. Pengeluaran investasi
4. Ekspor neto
Nilai PDB berdasarkan metode pengeluaran adalah nilai total lima jenis
pengeluaran tersebut:
PDB=C+G+ I +( X−M )
Dimana:
C = Konsumsi rumah tangga
G = Konsumsi pemerintah
I = Pengeluaran investasi
X = ekspor
M = impor
3. Contoh Menghitung PDB dengan Metode Pengeluaran :

Produk Domestik Bruto Indonesia 1996
Harga Berlaku Meenurut Pengeluaran
(Dalam Miliar Rupiah)
Konsumsi rumah tangga
Konsumsi pemerintah
Pembentukan Modal Tetap (PMT)
ekspor barang dan jasa
impor barang dan jasa
Total PDB

308.469
40.695
172.777
138.675
-131.660

528.956

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
11

Page

Catatan : Ekspor Bersih (Net Export) = Ekspor – Impor = 7.015, angka positif
menunjukan ekspor barang dan jasa tahun 1996 lebih besar Rp 7.015 miliar dari pada
impor barang dan jasa.
II.2.3 Beberapa Pengertian Dasar Tentang Perhitungan Agregatif
Tujuan Perhitungan output maupun pengeluaran dan ukuran-ukuran agregat
lainnya adalah untuk menganalisis dan menentukkan kebijakan ekonomo guna
memperbaiki/meningkatkan kemakmuran/kesejahteraan rakyat. Beberapa pengertian
yang harus dipelajari berkaitan dengan hal tersebnut adalah :
a. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)
Produk domestik bruto menghitung hasil produksi suatu perekonomian tanpa
memperhatikan siapa pemilik faktor produksi tersebut. Akibatnya, PDB kurang
memberikan gambaran tentang berapa sebenarnya output yang dihasilkan oleh faktorfaktor produksi milik perekonomian domestik.

b. Produk Nasional Bruto (Gross National Product)
Nilai produksi yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi milik perekonomian
disebut sebagai Produk Nasional Bruto. PDB tidak memperhatika produksi yang
dihasilkan oleh faktor produksi milik domestik (perekonomian) yang berada di luar
perekonomian itu sendiri (berada di luar negeri). Sedangkan PNB sangat
memperhatikannya.
Jika pendapatan faktor-faktor produksi luar negeri yang ada dalam
perekonomian dinotasikan dengan PFLN sedangkan pendapatan faktor-faktor
produksi perekonomian yang ada dalam negeri dinotasikan dengan PFDN .
Maka :

PNB=PDB−PFLN + PFDN

c. Produk Nasional Neto (Net National Product)
Untuk memproduksi barang dan jasa dibutuhkan barang modal (capital goods).
Itulah sebabnya sektor perusahaan (dunia usaha) melakukan investasi guna mengganti
barang modal yang sudah aus (usang) dan menambah stok barang modal yang sudah
ada. Maka untuk mencari gambaran output yang lebih akurat, maka PNB harus
dikurangi depresiasi (penyusutan).
PNN =PNB−Depresiasi
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
12

Page

d. Pendapatan Nasional (National Income)
Untuk mendapatkan hasil PN kita harus mengurangi PNN dengan angka pajak
tidak langsung (PTL) dan menambahkan angka subsidi (S). Pajak tidak langsung
harus di kurangkan karena tidak mencerminkan balas jasa atas faktor produksi.
Sedangkan subsidi harus ditambahkan karena merupakan balas jasa atas faktor
produksi.
PN =PNN −PTL+ S
e. Pendapatan Nasional (Personal Income)
Pendapatan Personal (PP) adalah bagian pendapatan nasional yang merupakan
hak individu-individu dalam perekonomian , sebagai balas jasa atas keikutsertaan
mereka dalam proses produksi. Untuk memperoleh PP maka PN harus mengurangi
LTB (Laba tidak langsung). Sebab LTB merupakan hak perusahaan, selain itu
Pembayaran-pembayaran asuransi sosial (PAS) jugak harus dikurangi. Namun PP
jugak diperoleh dari pendapatan bunga yang diterima dari pemerintah dan konsumen
(PIGK) dan pendapatan non balas jasa (PNBJ)
Maka

:

PP=PN−LTB−PAS + PIGK + PNBJ

f. Pendapatan Nasional Disposable (Disposable Personal Income)
Yang

dimaksud

pendapatan

personal

dengan
yang

pendapatan
dapat

nasional

dipakai

disposable

(PPD)adalah

individu,

baik

oleh

untuk

membiayaikonsumsinya maupun untuk ditabung. Besarnya adalah pendapatan
personal dikurangi dengan pendapatan personal (PAP).
Dari Produk DomestikBruto sampai ke Pendapatan Personal Disposable dapat
diringkaskan sebagai berikut .
C + G + I + (X-M)

=

Produk Domestik Bruto (PDB)

Ditambah

:

Pendapatan Faktor Produksi yang ada di luar negeri

Dikurang

:

Pembayaran Faktor Produksi yang ada di dalam negeri

=

Produk Nasional Bruto (PNB)

:

Penyusutan

=

Produk Nasional Neto (PNN)

:

Pajak Tidak Langsung

Dikurang

Dikurang

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
13

Page

Ditambah

:

Subsidi

=

Pendapatan Nasional (PN)

Dikurang

:

Laba Ditahan

Dikurang

:

Pembayaran Asuransi Sosial

Ditambah

:

Pendapatan Bunga personal dari pemerinah/Konsumen

Ditambah

:

Penerimaan bukan balas jasa

=

Pendapatan Personal (PP)

:

Pajak Pendapatan Nasional

=

Pendapatan Personal Disposable

Dikurang

4. Contoh Menghitung PDB, PNB, PNN, PN, PP dan PPD
PDB,PNB, Pendapatan Nasional,
Pendaptan Personal dan Pendapatan Disposable
Amerika Serikat, 1994
(Dalam US$ Miliar)

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
14

Page

Produk Domestik Bruto (PDB)
Ditambah

: Pendapatan Faktor Produksi yang ada di luar negeri

Dikurang

: Pembayaran Faktor Produksi yang ada didalam

negeri

167,1
(178,6)
6.726,9

= Produk Nasional Bruto (PNB)
Dikurang

6.738,4

: Penyusutan

(715,3)
6.011,5

= Produk Nasional Neto (PNN)
(553,1)
Dikurang

: Pajak Langsung - Subsidi
= Pendapatan Nasional (PN)

5.458
(384,3)

Dikurang

: Laba Ditahan

Dikurang

: Pembayaran Asuransi Sosial

Ditambah

: Pendapatan Bunga personal dari pemerinah

254,3

Ditambah

: Penerimaan bukan balas jasa

963,4

= Pendapatan Personal (PP)
Dikurang

: Pajak Pendapatan Nasional
= Pendapatan Personal Disposable

(626,0)

5.701,7
(742,1)
4.959,6

II.2.4 PDB harga Berlaku dan Harga Konstan
Nilai PDB suatu periode tertentu sebenarnya merupakan hasil perkalian antara
harga barang yang diproduksi dengan jumlah barang yang dihasilkan. Contoh dalam
perekonomian jenis poduk baju selama tahun 2002 diproduksi sebanyak 1000 potong
baju dengan harga jual per potong Rp 120,00 maka PDB 2002 besarnya adalah
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
15

Page

Rp120.000,00 sedangkan PDB tahun 2001 sebesar Rp 100.000,00, sehingga sering
dikatakan telah terjadi pertumbuhan output sebesar 20% per tahun karena PDB 2002
lebih besar dar PDB 2001.
Namun demikian Nilai PDB yang lebih besar tidaklah berarti jumlah output
otomatis lebih besar. Seandainya harga sepotong baju pada tahun 2001 adalah Rp
80,00 maka jumlah pakaian yang diproduksi pada tahun 2001 adalah Rp 100.000 : Rp
80.000 = 1.250 unit. Ternyata walaupun harga PDB lebih besar tahun 2002 namun
outputnya jauh lebih sedikit. Hal tersebut disebabkan karena naiknya harga baju
selama tahun 2002 sebesar 50% dari Rp80,00 menjadi Rp 120,00.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat, maka perhitungan PDB sering
menggunakan perhitungan berdasarkan harga konstan. Hasil perhitungan ini
menghasilkan nilai PDB atas harga konstan. Yang dimaksud dengan harga konstan
adalah harga yang dianggap tidak berubah. Untuk memprolehnya kita harus
menentukaan tahun dasar yang merupakan tahun dimana perekonomian berada dalam
kondisi baik atau stabil. Sehingga kita dapat menghitung besar
PDBnominal

PDBrill dan

nya.

PDB2001 =Q2001 x P2001
PDB2002 =Q2002 x P2002

PDBrill =Q2002 x P2001
Secara umum hubungan antara PDB rill dengan PDB nominal dapat dinyatakan dalam
bentuk persamaan berikut

PDBrill =

PDB nominal
Deflator

Dimana Deflator = (harga tahun t : Harga tahun t-1) x 100% selain tiu juga dapat
mengitung harga inflasiyaitu
inflasi=

( Deflator tahunt−Deflator tahunt −1)
x 100
(Deflator tahun t−1)

1. Contoh mengitung nilai konstan :

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
16

Page

Misalkan Kondisi pada tahun 2001 merupakan kondisi yang relative baik,
Q2001=1.250 dan

P2001=Rp 80

Q2002=1.000

P2002=Rp 120

dan

PDB2001 , PDB2002 , PDBrill

Hitunglah

dianggap sebagai harga dasar. Dengan

?

PDB2001 =Q2001 x P2001

Maka

¿ 1250 x 80
¿ 100.000

Sedangkan

PDB2002 =Q2002 x P2002

¿ 1000 x 120

¿ 120.000
PDB2001

dan

PDB2002

disebut sebagai PDB nominal (dihitung

berdasarkan harga yang berlaku)
PDBrill =Q2002 x P2001
¿ 1000 x 80

¿ 80.000
Deflator = (Rp 120,00 : Rp 80,00) x 100% = 150% dengan
PDBrill =Rp 120.000,00 :150 =Rp80.000,00

inflasi=

¿

( Deflator 2002−Deflator 2001)
x 100
( Deflator 2001)

x 100
{150−100
100 }
¿ 50

II.3 KONSUMSI DAN INVESTASI
II.3.1 Teori Konsumsi
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
17

Page

Pengeluaran

konsumsi

terdiri

atas

konsumsi

pemerintah

(government

consumption) dan konsumsi rumah tangga/masyarakat (household consumption
/private consumption). Namun pengeluaran konsumsi rumah tangga akan cenderung
lebih dibahas karena pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki porsi terbesar
dalam total pengeluaran agregat, konsumsi pemerintah yang bersifat eksogenus
sedangkan konsumsi rumah tangga bersifat endogenus artinya besarnya konsumsi
rumah

tangga

berkaitan

erat

dengan

faktor-faktor

lain

yang

dianggap

mempengaruhinya, selain itu perkembangan masyarakat yang begitu cepat
menyebabkan perilaku-perilaku konsumsi juga berubah cepat.
II.3.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi
Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah
tangga. Faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
a. Faktor-faktor Ekonomi
Faktor-faktor ekonomi yang menentukan tingkat konsumsi adalah:
1.

Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat
konsumsi karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah
tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi semakin besar.

2. Kekayaan Rumah Tangga (Household Wealth)
Kekayaan rumah tangga adalah kekayaan riil (misalnya rumah, tanah dan
mobil) dan finansial (deposito berjangka, saham, dan surat-surat berharga).
Kekayaan-kekayaan

tersebut

dapat

meningkatkan

konsumsi,

karena

menambah pendapatan disposabel. Misalnya, bunga deposito yang diterima
tiap bulan dan dividen yang diterima setiap tahun menambah pendapatan
rumah tangga.
3. Tingkat Bunga (Interest Rate)
Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi, baik
dilihat dari masyarakat yang mampu dan masyarakat yang tidak mampu.
Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi (opportunity cost)
dari kegiatan konsumsi akan semakin tinggi pula. Bagi masyarakat tidak
mampu yang ingin mengonsumsi dengan meminjam uang di bank atau
menggunakan fasilitas kartu kredit, biaya bunga semakin tinggi, sehingga
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
18

Page

masyarakat akan mengurangi konsumsi. Begitu juga dengan masyarakat
mampu atau yang memiliki banyak uang, tingkat bunga yang tinggi
menyebabkan menyimpan uang di bank terasa lebih menguntungkan daripada
dihabiskan untuk konsumsi.
4. Perkiraan Tentang Masa Depan (household expectation about the future)
Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin baik, mereka
akan meras lebih leluasa untuk melakukan konsumsi karena pengeluaran
konsumsi cenderung meningkat. Jika rumah tangga memperkirakan masa
depannya semakin buruk, mereka pun mengambil ancang-ancang dengan
menekan pengeluaran konsumsi.
b. Faktor-faktor demografi (kependudukan)
Yang tercakup dalam faktor-faktor kependudukan adalah jumlah dan komposisi
penduduk.
1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi
secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau per
keluarga relatif rendah. Misalnya, walaupun tingkat konsumsi rata-rata
penduduk Indonesia lebih rendah daripada penduduk Singapura, tetapi secara
absolut tingkat pengeluaran konsumsi Indonesia lebih besar daripada
Singapura karena jumlah penduduk Indonesia lebih banyak daripada
Singapura, sehingga tingkat konsumsi rumah tangga akan sangat besar.
2. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk suatu negara dapat dilihat dari beberapa klasifikasi,
diantaranya: usia (produktif dan tidak produktif), pendidikan (rendah,
menengah, tinggi), dan wilayah tinggal (perkotaan dan pedesaan). Adapun
pengaruh komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi adalah:
a. Semakin banyak penduduk yang berusia kerja atau usia produktif (15-64
tahun), semakin besar tingkat konsumsi, terutama bila sebagian besar dari
mereka mendapat kesempatan kerja yang tinggi, dengan upah yang tinggi
pula.
b. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, tingkat konsumsinya juga
semakin tinggi, ini disebabkan karena kebutuhan yang semakin banyak

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
19

Page

yaitu selain kebutuhan primer ,kebutuhan informasi, pergaulan masyarakat
serta eksistensinya juga harus dipenuhi.
c. Semakin banyak penduduk yang tinggal diwilayah perkotaan (urban),
pengeluaran konsumsi juga semakin tinggi, karena pola hidup masyarakat
perkotaan lebih konsumtif dibanding masyarakat pedesaan.

c. Faktor-faktor non-ekonomi
Faktor-faktor non-ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya
konsumsi adalah faktor sosial-budaya masyarakat. Misalnya, berubahnya pola
kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok
masyarakat lain yang dianggap lebih hebat (tipe ideal). Contoh paling kongkret di
Indonesia adalah berubahnya kebiasaan berbelanja dari pasar tradisional ke pasar
swalayan.

II.3.2 Teori Keynes (Keynesian Consumption Model)
a. Hubungan Pendapatan Disposabel dan Konsumsi
Keynes menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current consumption) sangat
dipengaruhi oleh pendapatan nasional saat ini (current disposable income). Menurut
Keynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung tingkat pendapatan.
Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama
dengan nol. Inilah yang disebut dengan konsumsi otonomus (autonomous
consumption). Jika pendapatan disposabel meningkat, maka konsumsi tersebut tidak
sebesar peningkatan pendapatan disposabel.
C = a + bY

Dimana;

C = tingkat konsumsi
a = konsumsi rumah tangga secara nasional pada saat pendapatan 0
b = marginal propensity to consume (MPC)
Y = pendapatan disposabel
0 ≤ b ≤1

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
20

Page

b. Kecenderungan Mengonsumsi Marjinal (Marginal Propensity to Consume)
Kecenderungan mengonsumsi marginal yaitu perbandingan antara pertambahan
konsumsi (AC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposabel (AY).
MPC= ∆C/∆Yd
Keterangan:
MPC = Marginal Propensity to concume (kecondongan mengosumsi
marginal)
∆C

= pertambahan konsumsi

∆Yd

= pertambahan pendapatan

Jumlah tambahan konsumsi tidak akan lebih besar daripada tambahan
pendapatan disposabel , sehingga angka MPC tidak akan lebih besar dari satu. Angka
MPC juga tidak mungkin negatif, dimana jika pendapatan disposabel terus meningkat,
konsumsi terus menurun sampai nol (tidak ada konsumsi), sebab manusia tidak
mungkin hidup dibawah batas konsumsi minimal. Karena itu, 0 ≤ MPC ≤ 1.
c. Kecenderungan Mengonsumsi Rata-rata (Average Propensity to Consume)
Kecenderungan mengonsumsi rata-rata yaitu perbandingan antara tingkat
konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan diposabel serta konsumsi itu dilakukan (Yd).
APC

= C/Yd
Keterangan:
APC

= konsumsi rata-rata

C

= tingkat konsumsi

Yd

= besarnya pendapatan disposabel

d. Hubungan Konsumsi dan Tabungan
Pendapatan disposabel yang diterima rumah tangga sebagian besar digunakan
untuk konsumsi, sedangkan sisanya ditabung. Dengan demikian didapat:
Y=C+S
Dimana : S = tabungan (saving)
Setiap tambahan pengahasilan disposabel akan di alokasikan untuk menambah
konsumsi dan tabungan . Besarnya tambahan pendapatan disposabel yang menjadi

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
21

Page

tambahan tabungan disebut kecenderungan menabung marjinal (Marginal Propensity
to Save, disingkat MPS).
MPS= ∆S/∆Yd
Keterangan :
MPS : Marginal Prospensity to saving (kecondongan menabung marginal)
S : pertambahan tabungan
Yd : pertambahan pendapatan
Sedangkan rasio antara tingkat tabungan dengan pendapatan disposabel disebut
kecenderungan menabung rata-rata (Average Proprnsity to Save, disingkat APS).
MPC dan MPS
Jika tiap tambahan pendapatan disposabel dialokasikan sebagai tambahan konsumsi
dan tabungan, maka:
∆ Y =∆ C+ ∆ S
Jika kedua sisi dibagi dengan ∆ Y , maka:
∆Y ∆C ∆S
=
+
∆Y ∆Y ∆Y
1=MPC + MPS atau MPS=1−MPC
Pada saat pendapatan disposabel masih rendah, setiap unit tambahan pendapatan
sebagian besar dialokasikan untuk konsumsi. Nilai MPC mendekati 1. Nilai MPS
mendekati nol. Hal ini yang menyebabkan negara-negara miskin kemampuan
menabungnya sangat rendah, sehingga jika mereka ingin melakukan investasi harus
meminjam dari luar negeri. Umumnya, dana pinjaman tersebut berasal dari negaranegara kaya, yang nilai MPC-nya sudah semakin mengecil, sementara MPS-nya
semakin besar.
Nilai APC ditambah dengan APS juga sama dengan satu, dapat dibuktikan
dengan:
Y=C+S
Kedua sisi dibagi dengan Y, sehingga:
Y C S
= +
Y Y Y
1= APC + APS

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
22

Page

1. Contoh
Pada tahun 2008 tingkat pendapatan 1000 dan pada tahun 2009 tingkat pendapatannya
1500. Pada tahun yang sama tingkat konsumsi 700 dan pada tahun 2009 tingkat
konsumsi 1000.
Jawab:
C = a+bY
Maka kita terlebih dahulu mencari nilai b
b=MPC=∆ C /∆ Y ∆
b=

300
=0,6
500

Kemudian mencari nilai a
APC
( MPC
)Y

a=

a=

{( ) }

700
−0,6 1000
1000

a={ 0,7−0,6 } 1000
a=( 0,1 ) 1000=100

Jadi, fungsi konsumsi adalah
C=100+0,6 Y

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
23

Page

II.3.2 Investasi (Penanaman Modal)
II.3.2.1 Definisi Investasi dan Penentu-Penentunya
Sering terdapat kekeliruan dalam masyarakat berkaitan dengan istilah investasi.
Suatu asuransi, misalnya membeli saham-saham perusahaan di pasaran saham.
Tindakan ini tidak dapat dipandang sebagai investasi. Begitu juga seseorang yang
menggunakan tabungannya untuk membeli saham perusahaan atau tanah selalu
dikatakan sebagai “melakukan investasi”. Dalam analisis makroekonomi tindakan
individu atau perusahaan asuransi tersebut membeli saham tidak dipandang sebagai
investasi. Untuk menghindari kekeliruan ini, sebagai langkah pertama dalam
membahas hal-hal yang berhubungan dengan investasi perusahaan, terlebih dahulu
akan diterangkan arti dari pengertian tersebut.
a. Arti Investasi
Investasi yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal atau
pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat
pengeluaran agregat. Apabila para pengusaha menggunakan uang tersebut untuk
membeli barang-barang modal, maka pengeluaran tersebut dinamakan investasi.
Dengan demikian istilah investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau
pengeluaran penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barangbaranng

modal

dan

perlengkapan-perlengkapan

produksi

untuk

menambah

kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian.
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
24

Page

b. Penentu-Penentu Investasi
Berbeda dengan yang dilakukan oleh para konsumen (rumah tangga) yang
membelanjakan bagian terbesar dari pendapatan mereka untuk membeli barang dan
jasa yang mereka butuhkan, penanam-penanam modal melakukan investasi bukan
untuk memenuhi kebutuhan mereka tetapi untuk mencari keuntungan. Dengan
demikian banyaknya keuntungan yang akan diperoleh besar sekali peranannya dalam
menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha. Disamping
ditentukan oleh harapan di masa depan untuk memperoleh untung, beberapa faktor
lain juga penting perananya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan
dalam perekonomian. Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah :
i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.

Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh
Suku bunga
Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan
Kemajuan teknologi
Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya
Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan

Ada 3 elemen yang penting untuk memahami penentu-penentu investasi adalah :
1. Revenue
Investasi akan memberikan perusahaan revenue tambahan jika investasi itu
membantu perusahaan menjual lebih banyak produk.Ketika pabrik-pabrik
menganggur, perusahaan relatif mempunyai sedikit kebutuhan atas pabrikpabrik yang baru, sehingga investasinya rendah. Lebih umum lagi, investasi
bergantung pada revenue yang akan dihasilkan oleh status dari aktivitas
ekonomi keseluruhan.
2. Biaya
Penentu kedua yang penting dari tingkat investasi adalah biaya berinvestasi.
Karena barang-barang investasi bertahan selama bertahun-tahun, maka
memperhitungkan biaya investasi agak lebih rumit daripada memperhitungkan
biaya untuk komoditas yang lain seperti batubara atau gandum. Untuk barangbarang bertahan lama, biaya modal meliputi bukan hanya harga dari barang
modal tetapi juga suku bunga yang dibayarkan oleh para peminjam untuk
mendsanai modal selain pajak yang dibayar oleh perusahaan-perusahaan atas
pendapatan mereka.
3. Ekspektasi

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
25

Page

Elemen ketiga dalam penentu investasi adalah ekspektasi laba dan
kepercayaan bisnis. Investasi terutama sekali, merupakan spekulasi atas masa
depan,suatu taruhan bahwa revenue dari suatu investasi akan melebihi
biayanya. Jadi keputusan-keputusan investasi bergantung pada ekspektasi dan
ramalan-ramalan. Tetapi, seperti yang dikatakan orang bijak, meramal itu
berbahaya, terutama mengenai masa depan. Bisnis banyak bergantung pada
energi yang menganalisainvestasi dan yang mencoba untuk mempersempit
ketidakpastian mengenai investasi-investasi mereka.
Kita dapat merangkum pandangan kita mengenai kekuatan yang berada dibalik
keputusan investasi sebagai berikkut :
Bisnis berinvestasi untuk memperoleh laba. Karena barang modal dapat
bertahan bertahun-tahun, keputusan investasi bergantung pada (1) permintaan untuk
output yang dihasilkan oleh investasi baru, (2) suku bunga dan pajak yang
mempengaruhi biaya investasi, dan (3) ekspektasi bisnis mengenai keadaan
perekonomian.
II.3.2.2 Klasifikasi Investasi
Dalam rangka akuntansi dan pelaporan aset investasi pemerintah secara garis
besar diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Investasi jangka pendek
2. Investasi jangka panjang.
Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan
dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang. Investasi
jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua
belas) bulan atau lebih.
Menurut sifat kepemilikannya investasi jangka panjang dibedakan menjadi
investasi nonpermanen dan investasi permanen. Investasi nonpermanen adalah
investasi jangka panjang yang tidak dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan.
Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki
Investasi Jangka

secara berkelanjutan atau tidak direncanakan
Pendekuntuk dijual kembali.
Klasifikasi Investasi dapat digambarkan sebagaimana Bagan sebagai berikut :

Investasi
Permanen
Investasi
Jangka Investasi dan Konsumsi
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas
Ekonomi,
Panjang
26
Nonpermanen

Page

1. Contoh Investasi Jangka Pendek:
Misalkan Rudi ditawari sebuah rencana usaha dengan investasi awal sebesar Rp
100 juta. Berdasarkan proposal, 5 tahun kemudian nilai nominal uang yang dia
peroleh adalah Rp 161 juta. Yang menjadi pertanyaannya adalah apakah nilai Rp 161
juta lima tahun mendatang itu lebih besar daripada Rp 100 juta saat ini ? Jika ya,
proposal usaha tersebut layak diterima. Sebaliknya, jika tidak.
Bagaimana kita mengetahui nilai sekarang dari Rp 161 juta tersebut di atas ? Hal ini
sangat tergantung dari tingkat pengembalian investasi yang Rudi harapkan.
Seandainya, untuk menjalankan usahanya Rudi harus meminjam dari Bank dengan
bunga pinjaman 15

per tahun. Rudi berharap tingkat pengembalian investasi

setidak-tidaknya sama dengan 15
15

. Karena itu nilai 161 juta harus dideflasi sebesar

per tahun. Dalam perhitungan manajemen keuangan, angka 15

tersebut

dikenal sebagai factor diskonto.
Jika nilai sekarang dari Rp 161 juta yang akan diterima 5 tahun mendatang
dinotasikan

V , nilai Rp 161 juta adalah

factor diskonto adalah

r

X , sedang waktu adalah

t , dan

, maka berdasarkan manipulasi matematika sederhana,

hubungan antara elemen-elemen tersebut adalah :
V=

X
(1+r )t

Dengan menggunakan data di atas :

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
27

Page

V=

161
(1+ 0,15)5

V=

161
161
=
=80,1
5
(1,15) 2,01

Nilai sekarang dari Rp 161 juta yang akan diterima 5 tahun mendatang adalah Rp 80,1
juta. Karena nilainya lebih kecil daripada investasi awal, yang sebesar Rp 100 juta,
proposal usaha ditolak. Sebab usaha tersebut justru membuat nilai riil uang yang
diinvestasikan makin kecil. Dapat juga dikatakan bahwa return dari investasi lebih
kecil daripada tingkat bunga pinjaman. Ini bias dibuktikan dengan menggunakan
persamaan eksponensial sederhana di bawah ini.
Jika nilai Rp 161 juta, 5 tahun mendatang dinotasikan sebagai
investasi awal dinotasikan sebagai Z 0

Z t , sedangkan

,maka :

Z t =Z 0 (1+ r)t
Karena nilai

Z t , Z 0 dan

t

sudah diketahui , maka

r

dapat diketahui. Dengan

menggunakan data-data di atas :
161=100(1+r )5
log 161=log100+5 log(1+ r)5
2,2068=2,000+ 5 log(1+r )5
5 log(1+r )5=0,2068
log ( 1+r )=0,0414
anti log ( 1+r )=1,10

r=0,1=10
Tingkat pengembalian investasi ternyata hanya
biaya bunga pinjaman yang 15

10

per tahun, lebih kecil daripada

per tahun.

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
28

Page

2. Contoh Investasi Jangka Panjang:
Menghitung nilai masa mendatang adalah kebalikan dari menghitung nilai
sekarang dari output investasi yang direncanakan. Sekalipun melihat dari sudut
pandang yang bertolak belakang, keputusan yang dihasilkan tetap sama. Dalam kasus
di atas,dilihat dari nilai uang masa mendatang , dasar pengambilan keputusan
terhadap proposal yang ditawarkan adalah berapa nilai 5 tahun mendatang dari uang
yang diinvestasikan saat ini. Jika nilai Rp 161 juta , 5 tahun mendatang adalah lebih
besar daripada nilai masa mendatang yang diharapkan, proposal usaha diterima.
Sebaliknya, jika tidak (nilainya lebih kecil).
Jika investasi awal dinotasikan sebagai
adalah

F ,waktu adalah

A , nilai masa mendatang yang diharapkan

t , dan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan

adalah ≥15 , maka :
F=A (1+r )t
F=100(1+0,15)5
¿ 100 ( 2,01 )
¿ 201 juta.

Nilai mendatang ( 5 tahun mendatang ) yang diharapkan Rudi dari investasi saat ini
adalah minimal Rp 201 juta. Sedangkan yang ditawarkan proposal usaha hanya Rp
161 juta, karena tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan hanyalah 10

.

Proposal ditolak.

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
29

Page

II.3.2.3 Kriteria Investasi
Ada empat kriteria investasi yaitu:
1. Payback Period
2. Net Present Value
3. Profitability Index
4. Internal Rate of Return
1. Payback Period
Payback period adalah periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali
pengeluaran investasi yang menggunakan aliran cash netto/proceed. Waktu yang
diperlukan agar dana yang ditanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali
seluruhnya.
Metode penilaian investasi memiliki kelemahan yaitu:
1.

Metode ini mengabaikan penerimaan investasi (proceed) sesudah Payback
Period, hanya mengukur kecepatan kembalinya dana.

2.

Mengabaikan time Value Of Money.

Rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Payback Period =
Dimana:

Outlay
x 1 ta hun
Procee d

Outlay

= Jumlah uang yang dikeluarkan atau investasi

Proceed

= Jumlah uang yang ditenima

1. Contoh Payback Period :
PD. Semakin Jaya melakukan investasi sebesar $.45.000, jumlah proceed per tahun
adalah $. 22.500,- maka Payback Periodnya adalah:
Payback Period=

45.000
x 1 ta hun=2ta h un
22.500

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
30

Page

Sehingga nilai Payback Period adalah dua tahun. Artinya dana yang tertanam dalam
aktiva sebesar $. 45.000 akan dapat diperoleh kembali dalam jangka waktu dua tahun.
2. Net Present Value
Net Present Value adalah selisih Present Value dari keseluruhan Proceed dengan
Present Value dari keseluruhan investasi.


Bila present value proceed lebih besar atau sama dengan present value
investasi maka usul investasi diterima.



Bila present value proceed lebih kecil present value investasi maka usul
investasi ditolak.

Rumus yang dapat digunakan adalah:
n

NPV =
Dimana:

CF

∑i (1+i)n

- Io

CF = Cashf low = Proceeds = jumlah uang yang diterima,

Tingkat Bunga

n

= Periode Waktu,

lo

i

=

= Nilai lnvestasi awal

( tahun 0)
2. Contoh Net Present Value :
PD. Maju Jaya melakukan investasi sebesar Rp. 45.000,Proceed adalah selama tiga tahun adalah Rp. 22.500,-.Tingkat suku bunga 10 maka
Net Present Valuenya adalah:
Net Present Value=
Net Present Value

Rp 22.500 Rp 22.500 Rp22.500
+
+
(1+10 )1
(1+10 )2
(1+10 )3

= 20.454,5 + 18.595 + 16.904 = Rp 55.953,58 – Rp 45.000 =

Rp. 10.954,Usul diterima, karena PD. Maju Jaya memiliki nilai NPV positif, yaitu Rp.10.954.
Apabila nilai NPV PD. Maju Jaya negatif maka proyek tersebut akan ditolak.
3. Profitability Index (Pi)
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
31

Page

Merupakan metode perhitungan kelayakan investasi yang membagi antara Present
Value dari Proceeds dengan Present Value dari Outlays. Bila hasilnya Iebih besar dari
1 maka investasi diterima. Bila hasilnya kurang dari 1, maka investasi ditolak.
Rumus yang digunakan adalah:
Profitability Index=
Dimana :

PV Proceeds
PV Outlays

PV

= Present Value

Outlay

= Jumlah uang yang dikeluarkan atau investasi

Proceeds

= Jumlah uang yang diterima

4. Internal Rate Of Return (Irr)
Internal Rate of Return adalah tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai
sekarang dari proceeds sama dengan nilai sekarang dari outlay.
Rumus yang dapat digunakan dalam IRR adalah:
P
P2−P1
C 2−C 1
IRR=¿

(¿ ¿ 1−C 1)

Dimana:

P1 = nilai persentasi (i) yang menghasilkan NPV positif
P2 = nilai persentasi (i) yang menghasilkan NPV negatif
C1 = NPV positif

C2 = NPV negative

3. Contoh Internal Rate Of Return (Irr) :
Tuan Yatna Supriyatna memiliki sebidang tanah yang akan dibangun sebuah usaha
yaitu Pabrik Susu. Adapun nilai investasi Tuan Yatna adalah Rp.640 juta. Proyek
penerimaan untuk kedua usaha adalah sebagai berikut:
Tahun
Pabrik Susu

Berapakah

1

Rp. 50 Juta

2

Rp. 150 Juta

3

Rp. 200 Juta

nilai IRR-Pabrik Susu tersebut?

Ekonomi Makro Mengukur
Aktivitas
Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
4
Rp. 250 Juta
32

5

Rp. 300 Juta

6

Rp. 350 Juta

Page

Pembahasan:

IRR = P1 – C1 x
Dimana:

P 2−P 1
C 2−C 1

P1 adalah presentasi yang menghasilkan NPV Positif
P2 adalah presentasi yang menghasilkan NPV Negatif
C1 adalah NPV Positif

C2 adalah NPV Negatif

Gunakan metode coba-coba. Misalnya nilai P1 adalah 19%. Maka nilai C1 adalah:
Besarnya PV dapat dilihat dan tabel Present Value Interest Factor (tabel Ill) sebagai
berikut:
Tahun

Cashflow

PVIF (19%)

PV

1

Rp. 50 Juta

0,840

Rp. 42,02 Juta

2

Rp. 150 Juta

0,706

Rp. 105,92 Juta

3

Rp. 200 Juta

0,593

Rp. 118,68 Juta

4

Rp. 250 Juta

0,499

Rp. 124,67 Juta

5

Rp. 300 Juta

0,419

Rp. 125,71 Juta

6

Rp. 350 Juta

0,352

Rp. 123,25 Juta

Total PV

Rp. 640,26 Juta

NPV = PV Proceed — PV Outlays
NPV = Rp. 640,26 juta — Rp. 640 juta
NPV = Rp. 260.000
Nilai P1 dan C1 telah diketahui yaitu :
P1 adalah 19%
C1 adalah Rp.260.000

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
33

Page

Sedangkan untuk mencari nilai C2, kita gunakan P2 misalnya 20%, sehingga nilai P2
dan C2 adalah:
Tahun

Cashflow

PVIF (20%)

PV

1

Rp. 50 Juta

0,833

Rp. 41,67 Juta

2

Rp. 150 Juta

0,694

Rp. 104,17 Juta

3

Rp. 200 Juta

0,579

Rp. 115,74 Juta

4

Rp. 250 Juta

0,482

Rp. 120,56 Juta

5

Rp. 300 Juta

0,402

Rp. 120,56 Juta

6

Rp. 350 Juta

0,402

Rp. 117,21 Juta

Total PV

Rp. 619,91 Juta

NPV = PV Proceed – PV Outlays

NPV = Rp.619,91 juta – Rp.640 juta

NPV = Rp.20,09 juta
P
P2−P1
C 2−C 1
IRR=¿

(¿ ¿ 1−C 1)

IRR= (19 −0,26 )

20 −19
=19 +0,01 =19,01
−20,09−0,26

Sehingga IRA dan Pabrik Susu Tuan Yatna adalah 19,01%
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPUAN
 Ada tiga cara perhitungan pendapatan Nasional , yaitu cara output (output
approach),cara pendapatan (income approach) dan cara pengeluaran (expenditure
approach).
 GDP Nominal (atau disebut GDP Atas Dasar Harga Berlaku) merujuk kepada nilai
GDP tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan GDP Riil (atau di sebut
GDP Atas Dasar Konstan) mengoreksi angka GDP nominal dengan memasukkan
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
34

Page

pengaruh dari harga.

GDP

ini

dapat

juga

dihitung dengan memakai

dua

pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan juga pendekatan pendapatan.
 Konsumsi (atau lebih tepatnya, pengeluaran konsumsi pribadi) adalah pengeluaran
oleh rumah tangga atas barang jadi dan jasa. Tabungan adalah bagian dari
pendapatan pribadi setelah pajak yang tidak dikonsumsi.
 Investasi yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal atau
pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat
pengeluaran agregat.
 sekarang pendapatan dimasa depan dapat dihitung denagn menggunakan
persamaan berikut :

NS=

Y1
Y2
Yn
+
+…+
2
( 1+r ) ( 1+r )
( 1+r )n

 faktor-faktor penting yang menentukan jumlah tingkat investasi pada pengusaha
meliputi beberapa factor:
Faktor-faktor utama yang menentukannya adalah :
Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh
Suku bunga
Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan
Kemajuan teknologi
Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya
Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan

DAFTAR PUSTAKA

Sukkirno,Saddono.2006.Makro Ekonomi.Edisi ke-3.Jakarta:Penerbit PT Rajagrafindo
Persada.
A.Samuelson,Paul.2004.Ilmu Makro Ekonomi.Edisi ke-17.Jakarta:Penerbit PT.Media
Global Edukasi.
TimPengampuh.2011.

Pengantar

Ekonomi

Makro.Medan:Fakultas

Ekonomi.

Univeritas Negeri Medan
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi,