Sistem Perkawinan dan Keluarga dan Keluarga

1

Families in Global Perspective
-Families as relationships in which people live together with commitment,
form an economic unit and care for any young, and consider their identity
to be significantly attached to the group.
Keluarga merupakan hubungan orang-orang yang hidup bersama dengan
komitmen, membentuk suatu unit ekonomi dan merawat setiap yang
muda (anak atau bayi) serta mempertimbangkan identitas secara
signifikan yang melekat kedalam kelompok.
-Kinship a social network of people based on common ancestry, marriage
or adoption.
Kekerabatan merupakan suatu jaringan sosial berdasarkan nenek moyang
yang sama, perkawinan atau adopsi.
-Family of Orientatation is the family into which a person is born and in
which early socialization usually takes place.
Keluarga Orientasi adalah keluarga di mana seseorang dilahirkan dan di
mana sosialisasi awal biasanya terjadi.
-Family of procreation is the family that a person forms by having or
adopting children.
Keluarga prokreasi adalah keluarga yang memiliki anak-anak dengan cara

mengadopsi.
-Extended Family is a family unit composed of relatives in addition to
parents and children who live in the same household.
Keluarga Besar adalah unit keluarga yang terdiri dari kerabat, di samping
orang tua dan anak-anak yang tinggal di rumah yang sama.
-Nuclear Family is a family composed of one or two parents and their
dependent children, all of whom live apart from other relatives.
Keluarga nuklir adalah keluarga yang terdiri dari satu (ayah atau ibu saja)
atau sepasang orang tua dengan anak-anak yang menggantungkan
hidupnya pada mereka dan terpisah dari sanak keluarga lainnya.
-Marriage is a legally recognized and/or socially approved arrangement
between two or more individuals that carries certain rights and obligations
and usually involves sexual activity.
Pernikahan adalah aturan yang diakui secara hukum dan / atau disetujui
secara sosial antara dua atau lebih individu yang memiliki hak dan
kewajiban tertentu dan melibatkan aktivitas seksual.
-Monogamy a marriage between two parents, usually a woman and man.
Monogami adalah pernikahan antara dua orangtua, terdiri dari seorang
wanita dan seorang pria.


2

-Poligamy the concurrent marriage of one man with two or more women.
Poligami adalah pernikahan bersamaan sorang pria dengan dua atau lebih
wanita, begitu juga sebaliknya, pernikahan antara seorang wanita dengan
dua atau lebih pria.
-Polyandry the concurrent marriage of one woman with two or more men.
Poliandri adalah pernikahan seorang wanita dengan dua atau lebih pria.
-Polygyny the concurrent marriage of one woman with two or more men.
Poligini adalah pernikahan seorang wanita dengan dua atau lebih pria.
-Patrilineal descent a system of tracing descent through the father’s side
of the family.
Keturunan Patrilineal adalah sistem keturunan menelusuri melalui pihak
ayah keluarga.
-Matrilineal descent a system of tracing descent through both the
mother’s side of the family.
Keturunan Matrilinieal adalah sistem keturunan menelusuri melalui pihak
ibu keluarga.
-Bilateral descent a system of tracing descent through both the mother’s
and father’s side of the family.

Keturunan Bilateral adalah sistem keturunan menelusuri kedua belah
pihak, baik ayah dan ibu.
-Patriarchal Family a family structure in which authority is held by the
eldest male (usually father).
Keluarga Patriarchal adalah struktur keluarga di mana otoritas dipegang
oleh laki-laki tertua (biasanya ayah).
-Matriarchal Family a family structure in which authority is hed by the
eldest female (usually mother).
Keluarga Matriarchal adalah struktur keluarga di mana otoritas dipegang
oleh perempuan tertua (biasanya ibu).
-Egalitarian Family a family strucutre in which both partners share power
and authority equally.
Keluarga Egaliter adalah struktur keluarga di mana kedua pasangan
berbagi kekuasaan dan wewenang yang sama.
-Patrilocal Residence the custom of a married couple living in the same
household (or community) as the husband’s family.
Kediaman Patrilokal, merupakan lokasi kediaman pasangan menikah yang
tinggal di lingkungan rumah (atau komunitas) yang sama dengan keluarga
suami.


3

-Matrilocal Residence the custom of a married couple living in the same
household (or community) as the wife’s parents.
Kediaman Patrilokal, merupakan lokasi kediaman pasangan menikah yang
tinggal di lingkungan rumah (atau komunitas) yang sama dengan
orangtua isteri.
-Neolocal Residence the custom of married couple living in their own
residence apart from both the husband’s and the wife’s parents.
Kediaman Neolokal, merupakan lokasi kediaman pasangan menikah yang
tinggal di lingkungan rumah (atau komunitas) yang menjadi bagian dari
keduanya, baik orangtua suami maupun orangtua isteri.
-Endogamy cultural norms prescribing that people marry within their
social groups or category.
Norma-norma budaya endogami menentukan bahwa seseorang menikah
(hanya) dalam kelompok sosial atau sesuai kategori mereka.
-Homogamy the pattern of individuals marrying those who have similar
characteristics, such as race/ ethnicity, religious background, age,
education or social class.
Homogamy merupakan pola individu menikahi mereka yang memiliki

karakteristik yang sama, seperti ras /etnis, latar belakang agama, usia,
pendidikan atau kelas sosial.
-Exogamy is the practice of marrying outside one’s own social group or
category.
Eksogami adalah praktek menikah di luar kelompok sosial atau diluar
kategori mereka.

4

IN-DEPTH INTERVIEW (WAWANCARA MENDALAM)
HTTP://QMC.BINUS.AC.ID/2014/10/28/IN-DEPTH-INTERVIEW-WAWANCARAMENDALAM/

Wawancara­Mendalam (In­depth Interview) adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden atau orang yang diwawncarai, dengan atau
tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara dimana pewawancara dan
informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Sutopo 2006: 72)

Wawancara adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna

dalam suatu topik tertentu (Esterberg, 2002). Wawancara juga merupakan alat
mengecek ulang atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang
diperoleh sebelumnya dan juga merupakan teknik komunikasi langsung antara
peneliti dan responden.
Menurut (Moleong, 2005 : 186) wawancara mendalam merupakan proses
menggali informasi secara mendalam, terbuka, dan bebas dengan masalah dan
fokus penelitian dan diarahkan pada pusat penelitian. Dalam hal ini metode
wawancara mendalam yang dilakukan dengan adanya daftar pertanyaan yang
telah dipersiapkan sebelumnya.
Wawancara merupakan bagian dari metode kualitatif. Dalam metode kualitatif ini
ada
dikenal
dengan
teknik wawancara­mendalam (In-depth
Interview). Pengertian wawancara-mendalam (In-depth Interview) adalah
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara
dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif
lama (Sutopo 2006: 72).

Ciri khusus/Kekhasan dari wawancara-mendalam ini adalah keterlibatannya
dalam kehidupan responden/informan. Dalam wawancara-mendalam melakukan
penggalian secara mendalam terhadap satu topik yang telah ditentukan
(berdasarkan tujuan dan maksud diadakan wawancara tersebut) dengan
menggunakan pertanyaan terbuka. Penggalian yang dilakukan untuk mengetahui
pendapat mereka berdasarkan perspective responden dalam memandang
sebuah permasalahan. Teknik wawancara ini dilakukan oleh seorang

5
pewawancara dengan mewawancarai satu orang secara tatap muka (face to
face).
Kegunaan atau manfaat dilakukannya wawancara-mendalam adalah :
1.
Topik/pembahasan masalah yang ditanyakan bisa bersifat kompleks
atau sangat sensitif
2.
Dapat menggali informasi yang lengkap dan mendalam mengenai
sikap, pengetahuan, pandangan responden mengenai masalah
3.
Responden tersebar à maksudnya bahwa siapa saja bisa mendapatkan

kesempatan untuk diwawancarai namun berdasarkan tujuan dan maksud
diadakan penelitian tersebut
4.
Responden dengan leluasa dapat menjawab pertanyaan yang diajukan
tanpa adanya tekanan dari orang lain atau rasa malu dalam
mengeluarkan pendapatnya
5.
Alur pertanyaan dalam wawancara dapat menggunakan pedoman
(guide) atau tanpa menggunakan pedoman. Jika menggunakan pedoman
(guide), alur pertanyaan yang telah dibuat tidak bersifat baku
tergantung kebutuhan dilapangan
Sedangkan kelemahan dari wawancara-mendalam ini adalah adanya keterikatan
emosi antara ke duanya (pewawancara dan orang yang diwawancarai), untuk itu
diperlukan kerjasama yang baik antara pewawancara dan yang
diwawancarainya.
Materi dalam wawancara-mendalam tergantung dari tujuan dan maksud
diadakannya wawancara tersebut. Agar hasil dari wawancara tersebut sesuai
dengan
tujuan
penelitian,

diperlukan
keterampilan
dari
seorang
pewawancaranya agar nara sumbernya (responden) dapat memberikan jawaban
yang sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Beberapa teknik dalam
wawancara
agar
berjalan
dengan
baik,
adalah:
a. Menciptakan dan menjaga suasana yang baik.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara :

Adakan pembicaraan pemanasan: dengan menanyakan biodata
responden (nama, alamat, hobi dll), namun waktunya jangan terlalu
lama (±5 menit)

Kemukakan tujuan diadakannya penelitian, dengan maksud agar

responden memahami pembahasan topik yang akan ditanyakan dan
supaya lebih transparan kepada responden (adanya kejujuran).

Timbulkan suasana bebas: maksudnya responden boleh melakukan
aktifitas yang lain ketika sesi wawancara ini berlangsung sehingga
memberikan rasa “nyaman” bagi responden (tidak adanya tekanan),
misalnya responden boleh merokok, minum kopi/teh, makan dan lain-lain

Timbulkan perasaan bahwa ia (responden) adalah orang yang penting,
kerjasama dan bantuannya sangat diperlukan: bahwa pendapat yang
responden berikan akan dijaga kerahasiannya dan tidak ada jawaban
yang salah atau benar dalam wawancara ini. Semua pendapat yang
responden kemukakan sangat penting untuk pelaksanaan penelitian ini.
b. Mengadakan probing
Probes adalah cara menggali keterangan yang lebih mendalam, hal ini dilakukan
karena :
– Apabila jawaban tidak relevan dengan pertanyaan

6
– Apabila jawaban kurang jelas atau kurang lengkap

– Apabila ada dugaan jawaban kurang mendekati kebenaran
c. Tidak memberikan sugesti untuk memberikan jawaban-jawaban tertentu
kepada responden yang akhirnya nanti apa yang dikemukakan (pendapat)
responden bukan merupakan pendapat dari responden itu sendiri
d. Intonasi suara
Jika pewawancara merasa lelah atau bosan atau tidak suka dengan jawaban
responden, hendaknya intonasi suara dapat dikontrol dengan baik agar
responden tetap memiliki rasa “nyaman” dalam sesi wawancara tersebut. Hal
yang dapat dilakukan misalnya; mengambil minum, ngobrol hal yang lain,
membuat candaan dll)
e. Kecepatan berbicara
Agar responden dapat mencerna apa yang ditanyakan sehingga memberikan
jawaban yang diharapkan oleh pewawancara
f. Sensitifitas pertanyaan
Pewawancara mampu melakukan empati kepada responden sehingga membuat
responden tidak malu dalam menjawab pertanyaan tersebut
g. Kontak mata
Agar responden merasa dihargai, dibutuhkan selama proses wawancara tersebut
h. Kepekaan nonverbal
Pewawancara mampu melihat gerakan dari bahasa tubuh yang ditunjukan oleh
responden, misalnya responden merasa tidak nyaman dengan sikap yang
ditunjukan oleh pewawancara, pertanyaan atau hal lainnya. Karena hal ini dapat
menyebabkan informasi yang diterima tidak lengkap
i. Waktu
Dalam pelakasanaan wawancara-mendalam ini pewawancara dapat mengontrol
waktu. Hal ini dikuatirkan responden dapat menjadi bosan, lelah sehingga
informasi yang diharapkan tidak terpenuhi dengan baik. Waktu yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan wawancara-mendalam yang dilakukan secara tatap muka
adalah 1-2 jam, tergantung isu atau topik yang dibahas.
Sebelum dilakukan wawancara-mendalam, perlu dibuatkan pedoman (guide)
wawancara. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pewawancara dalam
menggali pertanyaan serta menghindari agar pertanyaan tersebut tidak keluar
dari tujuan penelitian. Namun pedoman (guide) wawancara tersebut tidak
bersifat baku  dapat dikembangkan dengan kondisi pada saat wawancara
berlangsung dan tetap pada koridor tujuan diadakannya penelitian tersebut.
Agar dalam pembuatan report serta analisa wawancara-mendalam berjalan
dengan baik, diperlukan alat dokumentasi untuk menunjang pelaksanaan
wawancara-mendalam tersebut. Alat dokumentasi adalah :
1. Recoder (alat perekam suara)
Hal ini bertujuan untuk memudahkan pewawancara mengingat kembali
mengenai wawancara yang telah dilakukan. Sehingga dapat membantu dalam
pembuatan report dan analisanya
2. Kamera
Dilakukan untuk kepentingan arsip dan juga untuk mencegah terjadinya

7
pelaksanaan wawancara dengan responden yang sama agar informasi yang
diberikan tidak bias
3. Catatan lapangan
Hal ini dilakukan sebagai informasi tambahan (faktor pendukung) dalam
melakukan analisa.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Metode dan Tehnik Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif . Diakses
darihttp://salimafarma.blogspot.com/2011/05/metode-dan-teknik-pengumpulandata.html
2.
TEKNIK WAWANCARA (In-depth Interview). Diakses
darihttp://penelitianpasar.blogspot.com/2012/03/teknik-wawancara-dalampengumpulan-data.html
3.
Metode Wawancara Mendalam (Indepth-Interview) dalam Penelitian Kualitatif.
Diakses dari http://www.menulisproposalpenelitian.com/2011/04/wawancaramendalam-indepth-interview.html
4.
Wawancara Mendalam. Diakses
darihttp://202.43.93.13/ppk/file.php/1/moddata/forum/24/156/Wawancara_mend
alam.pdf.
5.
7-teknik-wawancara-sae. Diakses dari http://uripsantoso.files.wordpress.com
6.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diakses dari
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3fisippdf/207612030/bab3.pdf

Tugas Individu untuk mahasiswa:
Buat laporan hasil wawancara mendalam tentang kehidupan berkeluarga
seseorang. Sebaiknya diluar lingkungan keluarga kalian (bukan orangtua,
keluarga kakak atau adik). Upayakan menggali keterangan yang berkaitan
dengan pembahasan yang tercakup dalam materi kuliah tentang sistem
perkawinan dan keluarga.
Ketentuan :
1. Minimal 3 halaman, diluar foto (bila ada) dan kesimpulan.
2. Size font 12, Times New Roman.
3. Buat kesimpulan yang terkait dengan materi kuliah.
4. Boleh memakai nama samaran, bila yang diwawancarai tidak ingin
namanya tercantum.

Charlotte Maramis
Sekeping Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI dari Sydney

8

Charlotte Maramis, yang akrab dipanggil Tante Lottie, usianya sudah tidak muda,
yakni 83 tahun. Lahir di Waverly, Sydney Australia tanggal 28 November 1927. Namun
beliau masih memiliki daya ingat yang luar biasa, mampu bercerita secara runtun
kisah-kisah kehidupannya tahun demi tahun pada saat perjuangan kemerdekaan
Republik Indonesia, dimana beliau pernah terlibat. Ya, Tante Lotte seorang
Indonesianis, pemerhati Indonesia yang mencintai Indonesia.
Kecintaannya terhadap Indonesia, tidak semata-mata karena suaminya seorang
pejuang Indonesia bernama Anton Jan Maramis. Namun, saksi sejarah Konferensi
Tingkat Tinggi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955 ini juga memiliki kesan yang
mendalam terhadap Indonesia, beliau senantiasa menyelipkan pesan bahwa
kemerdekaan Indonesia tidak diraih dengan mudah, bukan pemberian atau hadiah
melainkan dengan perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa dari para pahlawan,
tokoh pendiri bangsa dan rakyat Indonesia saat itu yang bahu membahu bahkan
mengorbankan nyawanya demi kemerdekaan Republik Indonesia.
Tante Lottie, tidak sekedar bicara tentang hal tersebut, karena saat para pejuang
mempertahankan kemerdekaan RI beliau turut memberi dukungan, meski dia tinggal
di Sydney. Dikatakan, bahwa saat Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945,
sebenarnya Indonesia belum merdeka sepenuhnya, karena harus terus berjuang
mempertahankan kemerekaan dari penjajah yang masih ingin terus menguasai tanah
air. Tahun 1945-1950, adalah tahun-tahun yang sangat genting dan Belanda terus
melancarkan agresi militer ke Indonesia. Tahun 1947 terjadi Agresi Militer I dan tahun
1948, terjadi Agresi Militer Belanda II.

9

Charlotte bertemu Anton Jan Maramis saat berusia 16 tahun. Tidak banyak yang
tahu, bahwa Anton J Maramis adalah salah satu pejuang Indonesia.. Maramis yang
berasal dari Menado, bekerja di perusahaan pelayaran Belanda, KPM. Kapal ini
berlayar ke Australia. Tiba di Sydney tahun 1942,
Maramis berupaya membentuk hubungan perdagangan Australia dan Indonesia, juga
memohon ijin kepada pemerintah Australia untuk menerbitkan buletin sebulan sekali,
bernama Seaman’s Indonesia Journal. Buletin tersebut dimanfaatkan untuk
mengobarkan semangat perjuangan dan rasa nasionalisme kepada para buruh kapal
Indonesia. Aksi ini diketahui oleh polisi rahasia Belanda yang melaporkan Maramis
sebagai imigran gelap dan dikirim ke Sydney Long Bay Gaol, lembaga pemasyarakatan
yang terletak di kawasan Malabar, Sydney. Maramis ditahan sampai akhir perang
dunia kedua,tahun 1945.
Dalam sebuah film dokumenter berdurasi 20 menit, berjudul Indonesia Calling, karya
Joris Ivens tahun 1946, menggambarkan bagaimana para buruh yang berasal dari
Indonesia dengan semangat berkobar menyuarakan aksinya untuk kemerdekaan
Indonesia. Aksi ini mendapat dukungan dari para pekerja Australia, India dan Cina.
Mereka melakukan aksi mogok, ketika kapal Belanda yang akan bertolak ke Indonesia
memuat senjata dan amunisi untuk merebut kembali Indonesia sebagai negara
jajahannya.Warga Indonesia yang saat itu mayoritas buruh pelayaran meminta pihak
Australia memboikot kapal-kapal Belanda yang hendak menyerbu Indonesia.
Selepas dari tahanan, Maramis memulai kembali aktivitas politiknya. Ia tergabung
dalam Indonesian Club-sebuah perkumpulan serikat pekerja Indonesia di Australia.
Organisasi ini semakin lama menjadi sebuah wadah untuk menyalurkan aspirasi para
pejuang kemerdekaan di Australia. Anton Maramis beserta rekan-rekannya mencari
dukungan dari warga Australia untuk membantu perjuangan mereka. Di sanalah
Anton bertemu dengan Charlotte yang saat itu bersama rekan-rekannya warga
Australia turut berjuang menyuarakan kemerdekaan Indonesia. Charlotte merupakan
salah satu pendiri Australia Indonesia Association tahun 1945, beberapa bulan sebelum
Indonesia merdeka. Organisasi ini juga mengirimkan delegasi yang dipimpin oleh Tom

10

Critchley untuk turut memberikan dukungan suara bagi kemerdekaan Indonesia di
PBB tahun 1947.
Semakin lama dukungan terhadap perjuangan mempertahanakan kemerdekaan RI
semakin kuat. Namun aktivitas politiknya di Indonesian Club membuat Anton
Maramis dideportasi dari Australia. Pasangan ini pun terpaksa harus berpisah. Anton
Maramis pulang ke Indonesia. Setahun setelah dideportasi, ia kembali ke Australia dan
menikahi Charlotte tahun 1947. Tahun 1949 mereka tinggal di Indonesia sampai tahun
1962. Anton Jan Maramis menjadi anggota parlemen yang pertama saat itu.
Pada tahun 1955, saat berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika pertama
di Bandung, seorang pendiri Koran Indonesia Observer, Herawati Diah mengajaknya
untuk meliput kegiatan konferensi yang diikuti oleh 26 negara di Asia Afrika.
Konferensi tersebut diprakarsai oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Srilanka,
India dan Pakistan. Dikoordinir oleh Roeslan Abdulgani, Menteri Luar Negeri RI.
Hadir saat itu PM Indonesia: Ali Sastroamidjojo, PM India: Jawaharlal Nehru, PM
Srilanka: John Kotelawala, PM Pakistan: Mohamad Ali Bogra dan PM Myanmar: U
Nu. Kegiatan yang berlangsung dari tanggal 18-24 April 1955 di Gedung Merdeka
Bandung menghasilkan 10 dasa sila Bandung, yang intinya pernyataan dukungan bagi
kedamaian dan kerjasama dunia. Kegiatan ini sangat berkesan bagi dirinya dan
mengasah kemampuannya sebagai jurnalis. Selama beberapa tahun, Charlotte bekerja
di Indonesian Observer.
Sosok Tante Lottie yang bersahaja
Charlotte sangat dikenal dikalangan masyarakat Indonesia di Australia, khususnya
Sydney. Bila ada acara yang diselenggarakan oleh konsulat, sosok tokoh yang akrab
dipanggil Tante Lottie ini senantiasa hadir memenuhi undangan. Tante Lottie tinggal di
daerah Rose Bay Sydney, sebuah kawasan perumahan dengan pemandangan teluk yang
indah. Pertama kali bertemu di pesawat Garuda dalam perjalanan dari Sydney menuju
Jakarta lalu ke Bandung dalam rangka peringatan Konferensi Asia Afrika 19-24 April
2011. Ditemui di rumah keponakannya yang asri di kawasan Pamulang Tangerang,
Tante Lottie menunjukkan tiga buku karyanya. Buku pertama, “Echoes”. Sebuah buku
yang berkisah tentang kehidupan seorang pejuang kemerdekaan RI di Sydney tahun
1942-1949 yang mendapat dukungan dari warga Australia kala itu untuk kemerdekaan
negerinya. Kenangan terhadap almarhum suaminya yang wafat tahun 1999 membekas
hingga kini. Ketika memperlihatkan sampul depan buku yang bergambar wajah
suaminya, Tante Lottie mengatakan’, “hmm.. lihat nih, handsome ya.. good looking,”
katanya sambil tertawa. He’s ten years older than me. He’s my first love, good
husband, orangnya baik dan penuh pengertian..” sambungnya lagi dengan Bahasa
Indonesia yang fasih.

11

Buku “Echoes” yang kedua berisi kisah kehidupannya selama di Indonesia, dari tahun
1949 hingga tahun 1962 dengan mengambil kisah setelah masa revolusi kemerdekaan
RI, dan menyaksikan bagaimana awal negeri ini dibangun. Gambar sampul depannya
diambil saat Tante Lotte berkunjung ke Keraton Solo, dan diterima oleh Gusti Ayu.
“Lihat nih.. I dressed like this..” begitu katanya sambil menunjuk gambar saat
mengenakan pakaian tradisional.
Buku ketiga, “Life’s Way”, berkisah tentang potret perjalanan hidupnya yang penuh
makna serta gambaran hal-hal yang menarik tahun demi tahun yang dilewatinya.
Mulai menulis buku, ketika berusia 75 tahun, ketika itu Tante Lottie menyadari bahwa
perjalanan hidup dan berbagai pengalaman yang dialami diri dan suaminya mungkin
saja dapat diambil mafaatnya oleh yang membaca, karena mengandung kisah sejarah
yang cukup berarti. Tante Lottie kini mendedikasikan dirinya untuk Indonesia, dengan
mendirikan sekolah khusus untuk tuna netra di Menado. Dan mendirikan Yayasan Bali
Hati untuk membantu anak-anak Indonesia yang tidak mampu agar dapat bersekolah.

12

Mengenai kemerdekaan Indonesia yang kini hampir
berusia 67 tahun, Tante Lottie mengatakan bahwa pembangunan di Indonesia cukup
pesat. Bila terjadi kekurangan disana sini adalah sesuatu hal yang wajar asal ada upaya
untuk perbaikan. Dibandingkan dengan negara lainnya, seperti Australia yang sudah
merdeka ratusan tahun, maka umur 67 tahun adalah masih muda. Suatu saat Indonesia
akan bertambah maju dan semakin maju.
Mengenai masyarakat Indonesia di Australia, Tante Lottie mengharapkan wanti-wanti
(sambil berkali-kali saya suruh catat) bahwa orang Indonesia semakin banyak yang
tinggal di Australia. Hal ini baik, karena jumlah penduduk Australia tidak banyak
apabila dibandingkan dengan negaranya yang luas. Namun sebaiknya mereka harus
membaur dengan penduduk setempat. Kami, orang Australia tidak suka bila ada
kelompok-kelompok, contohnya ada suburb (daerah) untuk orang Cina, ada suburb
untuk orang Vietnam di Kabramata, ada daerah Orang Lebanon di Lakemba, ada
daerah orang Korea di Campsie dll. Sangat bagus bila Orang Indonesia tinggal
menyebar, bagus untuk anak-anak mereka kelak, karena mudah beradaptasi. Mereka
dapat bersama-sama penduduk setempat untuk kesekolah, ke gereja atau ke mesjid.
Semua bangsa membaur, tidak berkelompok disuatu tempat. Saya memang melihat
orang-orang Indonesia tinggal menyebar di berbagai kawasan di Sydney, dan mereka
berkumpul bila ada suatu acara. Mereka sangat kompak dan bagus.
Mengakhiri percakapan dengan Tante Lottie, sungguh sangat beruntung dapat
mengenalnya. Seorang yang berpandangan luas namun senantiasa berpikir positif. Dia
enggan mencela bahkan enggan membicarakan hal-hal yang negatif di negeri ini.
Namun pesannya adalah, bahwa kita harus menghargai para pejuang bangsa, para
pahlawan dan tokoh pendiri bangsa. Bahwa kemerdekaan yang diraih oleh bangsa
Indonesia bukanlah pemberian. Tapi perjuangan yang mengorbankan darah dan air
mata. Hmm.., patut dicamkan, betapa mahalnya harga sebuah kemerdekaan, semoga
negeri ini dapat maju dan sejahtera !

13

Jakarta, 17 Mei 2011
Meita.
http://indooz-withlove.blogspot.co.id/