Penguatan Keamanan dan Pertahanan Rusia

PENGUATAN KEAMANAN DAN PERTAHANAN FEDERASI RUSIA
DI ERA KEPEMIMPINAN VLADIMIR PUTIN
(Security and Defense Reinforcement of the Russian Federation in Vladimir Putin’s Leadership Era)
Sebagai tugas untuk memenuhi Ujian Akhir Politik dan Pemerintahan Rusia

Disusun oleh:
Mawaddah Fauziah
20130510102

Mata Kuliah: Politik dan Pemerintahan Rusia – A
Pengampu: Drs. Bambang Sunaryono M.Si.

PENDAHULUAN
PROGRAM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

Keamanan dan pertahanan merupakan sektor yang paling penting dalam suatu negara
untuk melindungi kedaulatannya. Sistem keamanan dan pertahanan yang baik tentunya akan
berdampak positif dalam menjaga keberlangsungan hidup bernegara dari berbagai serangan

negara lain. Sebagaimana yang dinyatakan Hans J. Morgenthau bahwa kesiagaan militer
memerlukan pranata militer yang mampu mendukung politik luar negeri yang ditempuh.
Kemampuan itu diperoleh dari sejumlah faktor dan yang terpenting diantaranya, inovasi
teknologi, kepemimpinan, dan kuantitas maupun kualitas angkatan bersenjata. 1 Hal ini lah yang
juga diperhatikan oleh negara Rusia. Republik Federasi Rusia dalam perjalanannya memiliki
sejarah yang erat dengan keamanan dan pertahanan. Mengingat, Rusia kala itu pernah ikut
terlibat dalam Perang Dunia. Dan hingga kini sisa-sisa persenjataan masih eksis dan justru
dikembangkan lebih lanjut. Selain itu juga, anggaran militer pun kian ditingkatkan seiring
meningkatnya perekonomian Rusia.
Keamanan dan pertahanan sangat berkaitan erat dengan kondisi ekonomi suatu negara.
Jika kondisi ekonomi yang stagnan tentunya membawa dampak pada melemahnya sistem
keamanan dan pertahanan. Karena sistem keamanan dan pertahanan membutuhkan dana yang
tidak sedikit. Bahkan bisa dibilang bahwa dana terbesar yang dikeluarkan oleh suatu negara
ialah untuk keamanan dan pertahanan.
Maka, melalui paper ini akan menilik lebih lanjut mengenai kondisi keamanan dan
pertahanan Rusia di era Vladimir Putin. Pada paper ini penulis menggunakan konsep keamanan
dan pertahanan guna menjadi landasan pembahasan agar memperjelas cakupan yang hendak
dibahas. Selain itu juga, dengan adanya data konkrit dan contoh diharapkan mampu menunjang
paper ini untuk dipahami. Pada paper ini akan tersusun dari dua rumusan masalah yang hendak
dibahas yakni sebagai berikut,

1. Bagaimana korelasi antara meningkatnya ekonomi Rusia dengan anggaran
keamanan dan pertahanan?
2. Apa saja kah yang menjadi faktor dalam mempengaruhi kebijakan yang dikeluarkan
Putin dalam bidang keamanan dan pertahanan?

PEMBAHASAN
1 Kenneth W. Thompson; penerjemah, S. Maiomoen (2010), Politik Antar Bangsa, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, hal. 148

2

Peningkatan Anggaran Militer
Pasca runtuhnya Uni Soviet, Federasi Rusia seakan melupakan sejenak mengenai
pertahanan militernya. Hal ini dikarenakan di awal pemerintahan Rusia yang di bawah Boris
Yeltsin, Rusia memfokuskan diri dalam membenahi sektor ekonominya. Layaknya negara baru,
Rusia di bawah Yeltsin bisa dikatakan masih tidak berdaya dan belum berdiri sendiri.
Kemunduran angkatan bersenjata Rusia tersebut disebabkan karena ketidakmampuan
pemerintahan Boris Yeltsin dalam membiayai proses modernisasi peralatan militernya,
ketidakmampuan dalam menggaji sumber daya manusia yang bekerja di angkatan bersenjata
dan industri senjata Rusia, ketidakmampuan dalam menciptakan sebuah inovasi teknologi

khususnya alutsista.2
Pasca mundurnya Yeltsin dan majunya Vladimir Putin sebagai presiden, Rusia seakan
berubah haluan kembali. Rusia kembali mengaktifkan industri persenjataannya yang beberapa
waktu yang lalu sempat diabaikan. Dengan pengaruh Putin, Rusia seakan bangkit lagi untuk
menguatkan militernya dan dijadikan sebagai kepentingan nasional Rusia. Hal ini dilakukan
karena Putin melihat bahwa ketergantungan asing di era Yeltsin tidak membawa dampak yang
signifikan kepada Rusia. Alhasil, Putin pun ingin mengembalikan kejayaan Rusia lagi.
Time Frame
August 1991 –
December 1993

Watershed
Military coup

Consolidation of

Confrontation

Yeltsin’s regime


in Moscow

Tasks for Military
Withdrawals,
downsizing,
peacemaking
Fighting,

Struggle for

Chechnya
Financial

peacekeeping
Restructuring,

Invasion of

succession
Consolidation of


meltdown
War in

peacekeeping
Fighting, Projecting

Chechnya

Putin’s regime

Chechnya

power

Parliamentary

September 1996
October 1996 –


elections

present

Major Crisis

War in

January 1994 –

September 1999
October 1999 –

Political Context

Peace in Chechnya

Yeltsin’s re-election

TABEL 1.1 Empat Periode Transformasi Militer Rusia 3

Sumber: Pavel K. Baev dalam The Russian Military: Power and Policy

2 A. Fahrurodji (2005), Rusia Baru Menuju Demokrasi: Pengantar Sejarah dan Latar Belakang Budaya, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia
3 Steven E. Miller & Dmitri V. Trenin (2004), The Russian Military: Power and Policy, United States: American
Academy of Arts and Sciences, hal. 46

3

Diawali dengan pemulihan politik, Putin mulai membenahi institusi-institusi di
Kremlin. Diikuti dengan sistem perekonomian yang menerapkan nasionalis dan liberalis. Putin
kembali menghidupkan kekuatan sentralisasi, termasuk penguatan keamanan dan pertahanan.
Terlebih latar belakang Putin ialah dari intelijen KGB. Tetapi penguatan keamanan dan
pertahanan yang dilakukan Putin juga disinkronisasi dengan pulihnya perekonomian terlebih
dahulu. Setelah politik dan ekonomi stabil, kemudian ia baru memfokuskan pada keamanan dan
pertahanan. Hal ini dilakukan karena, keamanan dan pertahanan membutuhkan dana yang tidak
sedikit. Untungnya, perubahan ekonomi sangat menunjukkan
angka yang positif di era Putin. Hal ini ditandai dengan
lunasnya hutang Republik Federasi Rusia ke IMF sebesar USD
40 miliar.4 Rusia di bawah Putin berada di peringkat ke 22

pada tahun 1999. Kemudian naik ke ranking 10 pada tahun
2006.5 Maka dari itu, ekonomi yang stabil mampu dijadikan
sebagai penopang keamanan dan pertahanan Rusia.
Rusia di era 1999 hingga sekarang, dibawa menjadi negara yang memiliki karakteristik
yang kuat. Penguatan keamanan dan pertahanan militer memang sangat identik melekat.
Karena baginya, kekuatan militer merupakan salah satu instrumen kekuatan di kancah
internasional. Hal ini terbukti dengan dikeluarkannya doktrin militer yang secara resmi
diumumkan pada tahun 1990. Tetapi kemudian baru disetujui pada 2014 yang lalu. Selain itu,
ditandai dengan peningkatan anggaran militer bagi Republik Federasi Rusia. Kemudian,
rancangan pertahanan terbaru dibuat untuk periode 2016 – 2020 telah dibahas Presiden Rusia
Vladimir Putin dalam pertemuan di Sochi 13 November 2015. Rancangan ini dibuat sebagai
respon yang dilakukan Rusia pasca munculnya strategi pertahanan AS. Rancangan sistem
pertahanan tersebut merupakan dokumen yang berisi pedoman atau panduan yang
menunjukkan arah dan lingkup aktivitas negara di bidang pertahanan sekaligus memberikan
tugas yang sesuai untuk berbagai kementerian dan departemen. Rancangan ini merupakan
pertama kalinya yang dilakukan Rusia sepanjang sejarah.

4 Muchammad Farid (2015), Skripsi: Kebijakan Pertahanan Rusia di bawah Kepemimpinan Vladimir Putin,
Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, hal. 18
5 Bambang Sunaryono (2012), Rusia Pascalomunisme: Jalan Panjang Menuju Perubahan, Yogyakarta: Prudent

Media, hal . 170

4

Menyadari ketertinggalannya dari segi teknologi dibandingkan Amerika Serikat, Rusia
mendongkrak belanja militer secara spektakuler sejak 2009. Kemudian di tahun 2015, Moskow
menggelontorkan 3,2 triliun rubel atau setara dengan 4,5% persen dari PDB Rusia, yang
dihabiskan untuk sektor pertahanan. Jumlah itu naik dari 3,6% dari PDB Rusia sejak Putin
berkuasa pada tahun 2000.6 Upaya lainnya ialah mendukung dan memenuhi kualitas sumber
daya manusia Vladimir Putin menetapkan kebijakan wajib militer dan sistem kontrak terhadap
perekrutan tentara selama 5 tahun. Penetapan kebijakan sistem kontrak pengrekrutan tentara
selama 5 tahun bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan pasukan bersenjata Republik
Federasi Rusia yang akan digunakan dalam melindungi kepentingan nasional Republik
Federasi Rusia yang berada di luar wilayah Federasi Rusia.7
Korelasi antara meningkatnya ekonomi Rusia berbanding lurus dengan pembelanjaan
anggaran militer untuk sistem keamanan dan pertahanan negara. Seiring berjalannya waktu,
ekonomi yang semakin menguat juga butuh perlindungan. Salah satu manifestasi perlindungan
tersebut ialah memperkuat keamanan dan pertahanan, agar diharapkan ekonomi juga stabil.
Putin yang berhasil memulihkan krisis ekonomi kemudian memutuskan untuk mengembalikan
kejayaan militer Federasi Rusia. Dengan bangkitnya ekonomi

dan militer Rusia, bukan tidak mungkin publik internasional
akan kembali melihat Rusia sebagai negara yang besar. Selain
itu juga, Rusia akan dicitrakan sebagai negara yang kuat dan
nantinya memiliki bargaining position yang bagus di kancah
global, terlebih bagi negara-negara superpower seperti Amerika Serikat, China, dan negaranegara Eropa lainnya.
Pada 2016 ini, penurunan anggaran militer terjadi di Rusia. Menurut, Stockholm
International Peace Research Institute (SIPRI) mengantarkan Rusia duduk di posisi ke-4
sebagai negara yang paling besar mengeluarkan belanja militernya, padahal Rusia duduk di
posisi ke-3 sebelumnya.8 Hal ini dilakukan karena harga minyak dunia semakin merosot
6 Valens Daki-Soo (2016), Kebangkitan Militer Rusia dalam http://indonesiasatu.co/detail/fenomena-kebangkitanmiliter-rusia diakses pada 27 Mei 2016 pukul 16.29 WIB
7 Muchammad Farid, Op. Cit., hal. 51
8 The Moscow Time (2016), Russia’s Military Budget Ranks Forth Worldwide – Report dalam
http://www.themoscowtimes.com/business/article/russias-military-budget-ranks-fourth-worldwide-report/564782.html diakses pada 27 Mei 2016 pukul 16.12 WIB

5

belakangan ini dan menyusutnya ekonomi Rusia sebesar 3,7% dari tahun sebelumnya.
Pemotongan anggaran dilakukan sebanyak 5% sebagaimana yang dikatakan Tatiana Shevtsova,
Wakil Menteri Pertahanan Rusia. Tetapi penurunan anggaran militer dianggap suatu hal yang
wajar mengingat pendapatan negara juga menurun. Maka dari itu, korelasi antara ekonomi serta

keamanan dan pertahanan negara sangat berkaitan erat satu sama lain dan menjadi suatu hal
yang tidak bisa terpisahkan.
Kemandirian Rusia di Era Putin
Dengan kekuatan baru dalam sistem keamanan dan pertahanan Federasi Rusia di era
Vladimir Putin menunjukkan eksistensi negara Rusia di dunia internasional. Kacamata
internasional akan melihat Rusia sebagai negara yang kuat seperti sedia kala. Berkat figur
Vladimir Putin, kekuatan nasional Rusia juga kembali menguat. Maka dari itu tidak
mengherankan sebagian masyarakat Rusia mengagumi sosok Putin. Putin dianggap sosok yang
mengembalikan wibawa Republik Federasi Rusia yang menjadi pewaris Kerajaan Byzantium,
Imperium Rusia Raya, dan Uni Soviet. Sejarah yang gemilang nan panjang terukir dalam benak
negara ini. Sehingga apa yang dicapai Putin setidaknya merupakan suatu kemajuan yang
mengingatkan masyarakat Rusia akan jati diri berdasarkan historis tersebut.
Kemandirian ekonomi yang dilakukan Putin memang bertolak belakang dengan
pendahulunya, Yeltsin. Kemandirian ekonomi juga menggiring Rusia ke arah pengaktifan
kembali industri militer dan senjata. Putin yakin bahwa keamanan dan pertahanan Rusia bisa
mandiri secara penuh. Agar tujuan bisa dicapai, maka perlu memfokuskan terhadap kualitas,
harga dan ketepatan waktu pembuatan. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, menyatakan
pihak Rusia tidak munafik dengan mengklaim sanksi tidak akan memberikan pengaruh pada
Rusia. Lavrov menegaskan sanksi embargo senjata mungkin akan memberikan sedikit
goncangan bagi Rusia, namun sanksi juga bisa menjadi lecutan bagi Rusia untuk mandiri.
Dengan kemandirian, menurut Putin, Rusia tidak akan bergantung dan mudah dijatuhkan oleh
negara lain.
Tak bisa dielakkan, semua kebijakan yang dilakukan Putin berlandaskan rasa nasionalis
dalam diri Putin. Selain rasa nasionalis tersebut, adanya pengaruh eksternal yang membuat
kebijakan penguatan sistem keamanan dan pertahanan semakin ditingkatkan. Hal ini tidak
6

terlepas dengan hadirnya Amerika Serikat yang semakin mendominasi dunia pasca Perang
Dingin. Terlebih munculnya negara superpower baru seperti China. Bagi Rusia, siapapun bisa
menjadi ancaman selama negara lain menghalangi kepentingan nasionalnya. Walaupun di satu
sisi, Rusia tidak menganggap musuh secara utuh. Layaknya Amerika Serikat, walaupun
terkadang dikatakan sebagai rival dan sering bersitegang dalam beberapa konflik, entah secara
langsung maupun tidak langsung, mereka berdua tetap melakukan berbagai kerja sama. Tetapi
bagi Rusia, kerja sama yang dilakukan Rusia dengan Amerika Serikat bukan berarti Rusia
bergantung pada Amerika Serikat seperti negara lain. Justru, keduanya saling membutuhkan
satu sama lain, seperti dalam kerja sama melawan terorisme internasional.
Bagi Rusia, dunia saat ini berada dalam kekuatan multipolar. Beda halnya dengan
perspektif Amerika Serikat yang menyatakan bahwa dunia saat ini unipolar atau dengan kata
lain bertumpu pada dirinya. Rusia memandang bahwa dunia bertumpu pada banyak kekuatan
sehingga memungkinkan bahwa salah satu kekuatan itu berasal dari negara Republik Federasi
Rusia. Dengan asumsi seperti itu, Rusia pun secara mandiri dan berdiri di atas kakinya sendiri
dalam mengurusi kebutuhannya dan tidak bergantung terhadap negara-negara Barat ataupun
AS.
Kebijakan peningkatan anggaran militer dan penguatan sistem keamanan dan
pertahanan Federasi Rusia tidak terlepas dari perilaku Amerika Serikat terhadap Rusia maupun
terhadap negara lain. Arogansi dan mudahnya intervensi yang dilakukan Amerika Serikat
mengundang Rusia untuk ikut serta di dalamnya guna mengurangi pengaruh dan dominasi AS.
Hal ini terlihat dengan kasus Ukraina dan Suriah, dimana AS ikut campur di dalamnya.
Tentunya perilaku AS membuat Rusia tidak nyaman. Sehingga Rusia pun ingin memunculkan
diri dan menunjukkan bahwa bukan AS saja yang merupakan negara superpower, tetapi Rusia
juga. Kebangkitan Rusia di era Vladimir Putin memang membawa kebijakan dalam dan luar
negeri Rusia berubah secara signifikan. Dan secara tidak langsung, persaingan antara Rusia
dengan AS kembali meruak di permukaan layaknya Perang Dingin walaupun belum secara utuh
peristiwa tersebut terulang kembali. Sebagaimana yang dikatakan negara Barat,
“Indeed, Putin sees the rules defining the international system as a threat not
only to Russian interests but to his regime’s very survival. It is this logic that

7

conflates opposition to Russian policies and behavior with an active Western
strategy to promote regime change.”9

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan penguatan keamanan dan pertahanan
Rusia terbagi menjadi dua, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yakni
untuk mempertahankan kedaulatan negara Rusia sendiri. Adanya konflik seperti Crimea dan
Ukraina membuat Rusia melihat bahwa sektor ini memang patut untuk difokuskan. Selain itu,
agar situasi domestik juga bisa stabil. Adapun faktor
eksternal sangat jelas terlihat yakni dengan hadirnya
negara-negara kuat dalam mendominasi dunia. Amerika
Serikat merupakan salah satu alasan mengapa penguatan
sistem keamanan dan pertahanan Rusia dilakukan. Tak bisa
dipungkiri, Amerika Serikat yang merupakan teman sekaligus rival di masa lalu menjadi faktor
yang cukup kuat dalam mempengaruhi kebijakan yang dilakukan Putin. Bahkan banyak yang
berasumsi bahwa justru faktor eksternal lah yang menjadi faktor terbesar Rusia dalam
melakukan berbagai kebijakan seperti bidang keamanan dan pertahanan. Tetapi faktor eksternal
yang dimaksud disini ialah secara umum, bukan hanya Amerika Serikat saja, tetapi negaranegara lain semisal Eropa. Selain itu, keinginan untuk menjadi kekuatan dunia, yang juga
membuat Rusia di bawah Putin ingin memperbaiki keadaan di dalam negeri, baik secara
eekonomi, sosial, politik dan militer. Rusia yakin, setelah misi domestic itu tercapi, barulah
Rusia bisa memiliki kekuatan untuk menjadi negara yang berperan penting secara positif bagi
negara-negara lain.10
Penyusunan kebijakan keamanan dan pertahanan Rusia selalu mengalami peningkatan.
Peningkatan tersebut dilakukan karena adanya kebutuhan dan persiapan Federasi Rusia dalam
menghadapi segala bentuk potensi ancaman, entah yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
Potensi ancaman yang berasal dari dalam negeri bisa ditanggulangi dengan baik karena situasi
masyarakat Republik Federasi Rusia terjalin dan berkoordinasi dengan baik dengan
Pemerintahan. Potensi ancaman yang berasal dari luar negeri justru berasal dari masuknya
intervensi Amerika Serikat melalui NATO di wilayah Eropa Timur. 11 Selain itu juga perluasan
9 Paul Bernstein (2015), Putin’s Russia and US Defense Strategy, Washington D.C: National Defense University,
hal. 2
10 Simon Saragih (2008), Bangkitnya Rusia: Peran Putin dan Eks KGB, Jakarta: Kompas Media, hal. 138
11 Spiegel (1995)

8

keanggotan NATO juga menjadi ancaman tersendiri bagi Kremlin. Sebagaimana pernyataan
yang diungkapkan Putin dalam wawancara Corriere della Sera,
“You yourself have mentioned NATO’s expansion to the east. As for us, we are not
expanding anywhere; it is NATO infrastructure, including military infrastructure.
That is moving towards our borders. Is this a manifestation of our aggression?
Everything we do is just a response to the threats emerging against us. Besides,
what we do is limited in scope and scale, which are, however, sufficient to ensure
Russia’s security. Or did someone expect Russia to disarm unilaterally?”12

Dengan pandangan yang saling bertolak belakang antara Rusia dan negara-negara Barat,
menjadi hal yang wajar bahwa Rusia memang secara implisit dituntut mandiri. Kemandirian
Rusia di era Vladimir Putin menjadi terlihat jelas arahnya. Seakan Rusia tidak mau diatur oleh
Barat karena Rusia memiliki pandangan dan caranya sendiri. Maka dari itu, semakin
menguatnya perekonomian serta keamanan dan pertahanan Republik Federasi Rusia akan
menjadi tumpuan Rusia untuk berdiri dan menghadapi negara-negara lain. Kemandirian Rusia
yang dibentuk ala Putin ini mengisyaratkan bahwa Rusia memang sudah bangkit dan mampu
bersaing di dunia internasional. Walaupun secara tidak langsung, Rusia di era Putin
mengembalikan dunia menjadi dua kubu lagi. Di sisi lain, penguatan sistem keamanan dan
pertahanan juga merupakan upaya negara dalam melindungi warga negaranya dari berbagai
ancaman.

KESIMPULAN

12 Corriere della Sera (2015), Putin: “Publish a world map and mark all the U.S. military bases on it. You will see
the difference between Russia and the US” dalam
http://www.mintpressnews.com/putin-publish-a-world-map-and-mark-al-the-u-s-military-bases-on-it-you-willsee-the-difference-between-russia-and-the-us/206343/ diakses pada 27 Mei 2016 pukul 17.48 WIB

9

Republik Federasi Rusia di bawah era Putin membawa perubahan yang signifikan di
berbagai sektor. Diawali dengan membaiknya perekonomian membawa Rusia ingin
menguatkan sistem keamanan dan pertahanannya kembali. Putin yang berusaha mempin
dengan karakteristik nasionalisnya yang cukup melekat menggiring Rusia bangkit kembali.
Penguatan sistem keamanan dan pertahanan Moskow dilakukan dengan cara meningkatkan
anggaran belanja militer. Dengan penguatan di sektor ini, Rusia melakukan upaya preventif
dalam melindungi negaranya dari berbagai ancaman. Selain itu juga, penguatan ini memberikan
citra yang kuat dan berwibawa di hadapan panggung internasional.
Alasan yang dilakukan Putin dalam masa kepemimpinannya tidak terlepas dari berbagai
faktor. Faktor internal meliputi berbagai konflik yang melibatkan Rusia di dalamnya seperti
kasus Ukraina dan Crimea. Adapun faktor eksternal, negara-negara Barat juga menjadi alasan
penguatan sistem keamanan dan pertahanan ini. Federasi Rusia yang kembali bangkit berkat
jasanya Putin, di bidang keamanan dan pertahanan serta lainnya, membawa kejayaan Rusia
kembali lagi seperti sedia kala tetapi dengan tantangan-tantangan yang baru di era global ini.

DAFTAR PUSTAKA
10

A. Fahrurodji (2005). Rusia Baru Menuju Demokrasi: Pengantar Sejarah dan Latar Belakang
Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Daki-Soo, Valens (2016). Kebangkitan Militer Rusia dalam
http://indonesiasatu.co/detail/
fenomena-kebangkitan-militer-rusia diakses pada 27 Mei 2016
Farid, Muchammad (2015). Skripsi: Kebijakan Pertahanan Rusia di bawah Kepemimpinan
Vladimir Putin. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Miller. Steven E. & Dmitri V. Trenin (2004). The Russian Military: Power and Policy. United
States: American Academy of Arts and Sciences
Saragih, Simon (2008). Bangkitnya Rusia: Peran Putin dan Eks KGB. Jakarta: Kompas Media
Sera, Corriere della (2015), Putin: “Publish a world map and mark all the U.S. military bases
on it. You will see the difference between Russia and the US” dalam

http://www.mintpressnews.com/putin-publish-a-world-map-and-mark-al-the-u-s-militarybases-on-it-you-will-see-the-difference-between-russia-and-the-us/206343/ diakses pada
27 Mei 2016
Sunaryono, Bambang (2012). Rusia Pascalomunisme: Jalan Panjang Menuju Perubahan.
Yogyakarta: Prudent Media
The Moscow Time (2016). Russia’s Military Budget Ranks Forth Worldwide – Report dalam

http://www.themoscowtimes.com/business/article/russias-military-budget-ranks-fourthworldwide-report/564782.html diakses pada 27 Mei 2016
Thompson, Kenneth W.; penerjemah, S. Maiomoen (2010). Politik Antar Bangsa. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia

11