T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Model Pengembangan Komponen Standar Perpustakaan Sekolah Di SMA Negeri 12 Semarang T2 BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan sangat pesat
dengan
dukungan
semakin
canggih
dari
akan
kemajuan
berdampak
teknologi
pada
yang
kualitas
pendidikan. Kualitas pendidikan yang sebenarnya juga
memberi gambaran akan kualitas ilmu pengetahuan.
Tingkat keberhasilannya dipengaruhi oleh berbagai
aspek mulai dari kurikulum, proses pembelajaran,
penilaian, pendidik, tenaga kependidikan, pembiayaan,
pengelolaan dan sarana prasarana. Sarana prasarana
memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang
sistem pembelajaran yang sekaligus akan menentukan
kualitas pembelajaran itu sendiri. Salah satu sarana
yang harus ada dan digunakan untuk menunjang
efektifitas pembelajaran adalah perpustakaan.
Perpustakaan didefinisikan sebagai tempat untuk
mengakses informasi dalam format apa pun dengan
koleksi dalam berbagai bentuk dan jenis yang disusun
secara sistematis untuk digunakan bagi pengguna
sesuai dengan keberadaaan perpustakaan tersebut.
Batasan tersebut diperjelas oleh pendapat Bafadal
(2011: 4) yang menyatakan perpustakaan sekolah
adalah perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah
guna menunjang program belajar mengajar di lembaga
pendidikan formal tingkat sekolah, baik sekolah dasar
maupun
sekolah
menengah,
baik
sekolah
umum
maupun sekolah kejuruan.
1
Prastowo
(2012:
45)
menjelaskan
bahwa:
”Perpustakaan sekolah sesungguhnya adalah sarana
penunjang
pendidikan
di
sekolah
yang
berupa
kumpulan bahan pustaka, baik berupa buku-buku
maupun bukan buku”. Darmono (2007: 2) menyatakan
bahwa
perpustakaan
sebagai
salah
satu
bentuk
organisasi sumber belajar yang menghimpun berbagai
informasi dalam bentuk buku dan bukan buku yang
dapat dimanfaatkan oleh pemakai (guru, siswa, dan
masyarakat)
dalam
upaya
mengembangkan
kemampuan dan kecakapannya. Perpustakaan sekolah
berfungsi sebagai pusat sumber belajar dan sumber
informasi bagi pemakainya.
Fungsi perpustakaan sekolah sebagai sumber
belajar
siswa
didukung
dapat
oleh
berjalan
optimal
penyelenggaraan
dan
seyogyanya
pengelolaan
perpustakan yang ideal. Pengelolaan perpustakaan
sekolah yang ideal memperhatikan standar nasional
perpustakaan. Standar nasional perpustakaan terdiri
atas: a) standar koleksi perpustakaan; b) standar
sarana
dan
prasarana;
c)
standar
pelayanan
perpustakaan; d) standar tenaga perpustakaan; e)
standar sumber pendanaan; f) standar pengelolaan dan
pengembangan (Undang-Undang Perpustakaan nomor
43 tahun 2007 bab VII pasal 23).
Keberadaan
perpustakaan
sekolah
akan
meningkatkan minat baca siswa untuk gemar membaca
sehingga
dapat
memperluas
menambah
wawasan.
pengetahuan
Perpustakaan
dan
dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh siswa, bila siswa
mempunyai minat untuk mengunjungi perpustakaan
2
sekolah. Beberapa faktor yang mempengaruhi minat
siswa untuk mengunjungi perpustakaan, antara lain:
adanya tugas dari guru, sarana dan prasarana yang
memadai,
lokasi
yang
strategis,
dan
pengelolaan
perpustakaan yang baik. Perpustakaan menyediakan
berbagai bahan pustaka yang sangat berguna bagi
pelaksanaan dan peningkatan proses belajar mengajar
di sekolah. Eksistensi perpustakaan diharapkan dapat
menunjang proses kegiatan belajar mengajar, karena
perpustakaan
juga
sebagai
perangkat
pelengkap
pendidikan.
SMA Negeri 12 Semarang merupakan salah satu
sekolah negeri di Kota Semarang Propinsi Jawa Tengah
dengan jumlah rombongan belajar sebanyak 30 rombel.
Berdasarkan UU Perpustakaan Nomor 43 tahun 2007
dan Permendiknas Nomor 24 tahun 2007, SMA Negeri
12 Semarang sudah menyediakan sumber belajar
termasuk
perpustakaan.
Berdasarkan
hasil
studi
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti diperoleh
informasi bahwa perpustakaan SMA 12 Semarang
merupakan salah satu sumber belajar yang dapat
dimanfaatkan guru dan siswa
bahan
pustaka
ilmu
untuk memperoleh
pengetahuan
dan
informasi.
Perpustakaan sekolah ini pernah meraih juara ke-3
dalam lomba perpustakaan sekolah kelompok SMA
tingkat kota Semarang pada tahun 2004. Hasil tersebut
mengindikasikan
bahwa
perpustakaan
SMA
12
Semarang memiliki potensi untuk dikembangkan.
Hasil observasi awal penelitian ditemukan kondisi
faktual berkaitan dengan komponen perpustakaan di
SMAN
12
Semarang
mencakup:
(1)
Koleksi
3
perpustakaan; (2) sarana dan prasarana; (3) layanan
perpustakaan; (4) tenaga perpustakaan; (5) pendanaan
dan (6) pengelolaan dan pengembangan. Ditampilkan
dalam bagan berikut ini:
4
Gambar 1.1
Model Awal Komponen Standar Perpustakaan Sekolah
SMA Negeri 12 Semarang
Koleksi
1. Buku teks pelajaran
2. Buku panduan
pendidik
3. Buku referensi
4. Buku fiksi
5. Koleksi serial
6. Koleksi digital
Pengadaan koleksi
dari sekolah,
bantuan pemerintah
Sarana dan prasarana
1. Ruang di lantai dua
2. Buku
3. Perabot
Sarana teknologi belum
lengkap
4. Media pendidikan
5. Perlengkapan lain
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Layanan
Kurang prima
Ada tata cara layanan
Sirkulasi masih
manual
Memanfaatkan
sumber daya
perpustakaan
Sebagian mengacu
SNP
Belum ada kerjasama
antarperpustakaan
Katalog on-line
Tenaga perpustakaan
1.
Kepala
perpustakaan
2.
Pustakawan
3.
Tenaga teknis
(belum bintek/
diklat)
Pengelolaan dan pengembangan
1. Jarang ada lomba menulis
resensi buku
2. Koleksi serial belum memiliki
barcode
3. Koleksi digital belum
diinventaris
1.
2.
3.
Pendanaan
APBN
APBD
Tidak ada dana dari:
a. Komite
b. Sumbangan
masyarakat
c. Kerja sama
d. Bantuan luar
negeri
e. Hasil usaha jasa
5
Berdasarkan
diterangkan
gambar
model
di
atas
dapat
bahwa struktur organisasi perpustakaan
belum dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsinya
sesuai dengan enam komponen standar perpustakaan
sekolah yaitu: 1) Koleksi buku. Pengadaan koleksi buku
teks pelajaran, buku panduan pendidik, buku refrensi,
buku
fiksi,
koleksi
perpustakaan
SMAN
serial,
12
koleksi
Semarang
digital
di
sementara
ini
mengandalkan bantuan pemerintah. 2) Sarana dan
prasarana belum lengkap. Ruang berada di lantai dua
sehingga
memerlukan
waktu
untuk
mengakses
perpustakaan. Sarana teknologi belum lengkap. Perabot
mebelair model lama. Suasana di dalam perpustakaan
kurang nyaman, ruang baca cenderung berantakan,
terasa panas, penerangan redup menjadikan guru atau
siswa
tidak
betah
berlama-lama.
perpustakaan
belum
optimal.
3)
Layanan
Infrastruktur
yang
dibutuhkan untuk pencarian dan pengolahan data
serta
layanan
online
dan
offline
masih
terbatas
ditunjukkan dengan fasilitas yang ditemui peneliti
masih kurang terutama fasilitas berbasis teknologi
seperti digital library dan penggunaan barcode untuk
atribut koleksi buku. 4) Tenaga perpustakaan belum
memadai. Ketersediaan tenaga perpustakaan belum
memenuhi
kebutuhan
minimal
baik
dari
segi
kemampuan maupun kuantitas. Terdapat hanya satu
orang pustakawan dengan latar belakang pendidikan
D-2 Ilmu Perpustakaan dan untuk tenaga teknis
menggunakan bantuan guru mapel yang diberi tugas
tambahan
mengelola
keterampilan
petugas
perpustakaan.
dalam
Keahlian
penerapan
dan
teknologi
6
informasi dan komunikasi masih rendah diindikasikan
dengan
penggunaan
sistem
konvensional
antara
pustakawan dan pengguna yang antara lain adalah
siswa dalam melaksanakan proses transaksi maupun
sirkulasi
sehingga
terkesan
lambat.
Kebijakan
cenderung terpusat dan pasif. 5) Pendanaan belum
maksimal.
Alokasi
anggaran
untuk
pengelolaan
perpustakaan dan pengembangan sumber daya belum
memadai ditunjukkan dengan keterbatasan dana yang
masuk hanya berasal dari APBN dan APBD serta
minimnya
dana
pustakawan
pelatihan
atau
guru
kepustakaan
yang
bagi
berkompeten.
6)
Pengelolaan dan pengembangan perpustakaan sekolah
belum maksimal. Kondisi tersebut menjadikan minat
siswa atau guru dalam menggunakan perpustakaan
dan
memanfaatkan
sumber
daya
informasi
yang
dimiliki masih rendah ditunjukkan ketika terdapat
waktu istirahat sebagian siswa memilih pergi ke kantin
atau duduk di dalam kelas. Terdapat siswa atau guru
masih memiliki persepsi bahwa perpustakaan sebagai
unit pengadaan koleksi untuk menunjang tugas belajar
semata
dan
informasi
mengabaikan
dan
berdekatan
pusat
dengan
fungsi
penelitian.
waktu
sebagai
pusat
Ditunjukkan
ulangan
jika
akhir
semeter
menunjukkan
bahwa
peminjaman buku menurun.
Fenomena
di
atas
pengelolaan perpustakaan sekolah di SMA Negeri 12
Semarang
belum
berjalan
optimal,
cenderung
menggunakan sistem konvensional, kurang efektif dan
efisien.
Kondisi
tersebut
menjadikan
pengelolaan
perpustakaan sekolah di SMA Negeri 12 Semarang
7
tidak
maksimal.
Diperlukan
model
pengembangan
komponen perpustakaan yang sesuai dengan standar
pengelolaan
perpustakaan
sekolah
sebagaimana
termaktub dalam UU Perpustakaan No 43 Tahun 2007
mengenai standar nasional perpustakaan sekaligus
linear dengan karakteristik sekolah. Diperkuat oleh
pendapat Sutarno (2006: 79-120) bahwa pengelolaan
dan pembinaan perpustakaan sekolah mencakup aspek
struktur organisasi, aspek koleksi, aspek pelayanan,
aspek sarana dan prasarana, aspek sumber daya
manusia, aspek anggaran serta aspek manajerial.
Pengembangan model komponen perpustakaan sekolah
di SMA Negeri 12 Semarang diharapkan mampu
mengadopsi semua aspek tersebut untuk mewujudkan
pengelolaan perpustakaan yang kreatif dan inovatif.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami
bahwa
model
pengembangan
komponen
standar
perpustakaan sekolah menjadi dasar penting dalam
meningkatkan pembinaan perpustakaan sekolah. Hal
itu menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai model pengembangan komponen
standar perpustakaan sekolah, di samping terbatasnya
hasil
penelitian
pengembangan
yang
mengkaji
komponen
mengenai
standar
model
perpustakaan
sekolah khususnya di tingkat SMA.
8
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat
dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana model pengembangan komponen standar
perpustakaan sekolah di SMA Negeri 12 Semarang?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian
mengembangkan
ini
model
adalah
komponen
untuk
standar
perpustakaan sekolah di SMA Negeri 12 Semarang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
a) Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang
model
pengembangan
komponen
standar
perpustakaan sekolah yang kreatif dan inovatif.
b) Hasil penelitian dapat memberikan bukti empiris
terhadap
pentingnya
model
pengembangan
komponen standar perpustakaan sekolah yang
kreatif dan inovatif dapat meningkatkan potensi
perpustakaan sekolah.
1.4.2
Manfaat praktis
a) Bagi pustakawan diharapkan dapat membantu
mempermudah
pengelolaan
perpustakaan
di
sekolah.
b) Memacu
guru
mata
pelajaran
untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pengelolaan
perpustakaan sekolah.
c) Bagi
siswa
agar
termotivasi
menggunakan
fasilitas on line dan off line di perpustakaan
sekolah .
9
d) Bagi
kepala
komponen
suatu
sekolah,
dapat
pengelolaan
dukungan
program
mendukung
perpustakaan
sistem
pembinaan
sebagi
terselenggaranya
dan
pengembangan
perpustakaan sekolah.
1.5
Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Spesifikasi produk yang akan dikembangkan
dalam
penelitian
ini
adalah
pengembangan
komponen
sekolah.
pengembangan
Model
perpustakaan
sekolah
mengembangkan
standar
model
perpustakaan
komponen
standar
dimaksud
adalah
yang
enam
berupa
komponen
standar
perpustakaan sekolah mencakup koleksi buku, sarana
dan
prasarana
perpustakaan,
pengelolaan
pendukung,
pendanaan,
dan
layanan,
dan
pengembangan
tenaga
tahapan
sehingga
nyata
mampu
memaksimalkan fungsi perpustakaan bagi pengguna.
1.6
Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
Model
pengembangan
perpustakaan
sekolah
ini
komponen
memiliki
standar
keterbatasan
sebagai berikut:
1.6.1 Model
pengembangan
komponen
standar
perpustakaan sekolah akan mudah diterapkan
oleh pustakawan serta staf sekolah lainnya jika
dilakukan secara bertahap.
1.6.2 Pengetahuan
perpustakaan
dapat
diperoleh
melalui pengalaman langsung dan tidak langsung
10
yang diperoleh melalui cara pendidikan, pelatihan
dan partisipasi langsung.
1.6.3 Pengelolaan perpustakaan sekolah dengan cara
kreatif dan inovatif akan mampu memaksimalkan
fungsi perpustakaan bagi pengguna.
11
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan sangat pesat
dengan
dukungan
semakin
canggih
dari
akan
kemajuan
berdampak
teknologi
pada
yang
kualitas
pendidikan. Kualitas pendidikan yang sebenarnya juga
memberi gambaran akan kualitas ilmu pengetahuan.
Tingkat keberhasilannya dipengaruhi oleh berbagai
aspek mulai dari kurikulum, proses pembelajaran,
penilaian, pendidik, tenaga kependidikan, pembiayaan,
pengelolaan dan sarana prasarana. Sarana prasarana
memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang
sistem pembelajaran yang sekaligus akan menentukan
kualitas pembelajaran itu sendiri. Salah satu sarana
yang harus ada dan digunakan untuk menunjang
efektifitas pembelajaran adalah perpustakaan.
Perpustakaan didefinisikan sebagai tempat untuk
mengakses informasi dalam format apa pun dengan
koleksi dalam berbagai bentuk dan jenis yang disusun
secara sistematis untuk digunakan bagi pengguna
sesuai dengan keberadaaan perpustakaan tersebut.
Batasan tersebut diperjelas oleh pendapat Bafadal
(2011: 4) yang menyatakan perpustakaan sekolah
adalah perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah
guna menunjang program belajar mengajar di lembaga
pendidikan formal tingkat sekolah, baik sekolah dasar
maupun
sekolah
menengah,
baik
sekolah
umum
maupun sekolah kejuruan.
1
Prastowo
(2012:
45)
menjelaskan
bahwa:
”Perpustakaan sekolah sesungguhnya adalah sarana
penunjang
pendidikan
di
sekolah
yang
berupa
kumpulan bahan pustaka, baik berupa buku-buku
maupun bukan buku”. Darmono (2007: 2) menyatakan
bahwa
perpustakaan
sebagai
salah
satu
bentuk
organisasi sumber belajar yang menghimpun berbagai
informasi dalam bentuk buku dan bukan buku yang
dapat dimanfaatkan oleh pemakai (guru, siswa, dan
masyarakat)
dalam
upaya
mengembangkan
kemampuan dan kecakapannya. Perpustakaan sekolah
berfungsi sebagai pusat sumber belajar dan sumber
informasi bagi pemakainya.
Fungsi perpustakaan sekolah sebagai sumber
belajar
siswa
didukung
dapat
oleh
berjalan
optimal
penyelenggaraan
dan
seyogyanya
pengelolaan
perpustakan yang ideal. Pengelolaan perpustakaan
sekolah yang ideal memperhatikan standar nasional
perpustakaan. Standar nasional perpustakaan terdiri
atas: a) standar koleksi perpustakaan; b) standar
sarana
dan
prasarana;
c)
standar
pelayanan
perpustakaan; d) standar tenaga perpustakaan; e)
standar sumber pendanaan; f) standar pengelolaan dan
pengembangan (Undang-Undang Perpustakaan nomor
43 tahun 2007 bab VII pasal 23).
Keberadaan
perpustakaan
sekolah
akan
meningkatkan minat baca siswa untuk gemar membaca
sehingga
dapat
memperluas
menambah
wawasan.
pengetahuan
Perpustakaan
dan
dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh siswa, bila siswa
mempunyai minat untuk mengunjungi perpustakaan
2
sekolah. Beberapa faktor yang mempengaruhi minat
siswa untuk mengunjungi perpustakaan, antara lain:
adanya tugas dari guru, sarana dan prasarana yang
memadai,
lokasi
yang
strategis,
dan
pengelolaan
perpustakaan yang baik. Perpustakaan menyediakan
berbagai bahan pustaka yang sangat berguna bagi
pelaksanaan dan peningkatan proses belajar mengajar
di sekolah. Eksistensi perpustakaan diharapkan dapat
menunjang proses kegiatan belajar mengajar, karena
perpustakaan
juga
sebagai
perangkat
pelengkap
pendidikan.
SMA Negeri 12 Semarang merupakan salah satu
sekolah negeri di Kota Semarang Propinsi Jawa Tengah
dengan jumlah rombongan belajar sebanyak 30 rombel.
Berdasarkan UU Perpustakaan Nomor 43 tahun 2007
dan Permendiknas Nomor 24 tahun 2007, SMA Negeri
12 Semarang sudah menyediakan sumber belajar
termasuk
perpustakaan.
Berdasarkan
hasil
studi
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti diperoleh
informasi bahwa perpustakaan SMA 12 Semarang
merupakan salah satu sumber belajar yang dapat
dimanfaatkan guru dan siswa
bahan
pustaka
ilmu
untuk memperoleh
pengetahuan
dan
informasi.
Perpustakaan sekolah ini pernah meraih juara ke-3
dalam lomba perpustakaan sekolah kelompok SMA
tingkat kota Semarang pada tahun 2004. Hasil tersebut
mengindikasikan
bahwa
perpustakaan
SMA
12
Semarang memiliki potensi untuk dikembangkan.
Hasil observasi awal penelitian ditemukan kondisi
faktual berkaitan dengan komponen perpustakaan di
SMAN
12
Semarang
mencakup:
(1)
Koleksi
3
perpustakaan; (2) sarana dan prasarana; (3) layanan
perpustakaan; (4) tenaga perpustakaan; (5) pendanaan
dan (6) pengelolaan dan pengembangan. Ditampilkan
dalam bagan berikut ini:
4
Gambar 1.1
Model Awal Komponen Standar Perpustakaan Sekolah
SMA Negeri 12 Semarang
Koleksi
1. Buku teks pelajaran
2. Buku panduan
pendidik
3. Buku referensi
4. Buku fiksi
5. Koleksi serial
6. Koleksi digital
Pengadaan koleksi
dari sekolah,
bantuan pemerintah
Sarana dan prasarana
1. Ruang di lantai dua
2. Buku
3. Perabot
Sarana teknologi belum
lengkap
4. Media pendidikan
5. Perlengkapan lain
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Layanan
Kurang prima
Ada tata cara layanan
Sirkulasi masih
manual
Memanfaatkan
sumber daya
perpustakaan
Sebagian mengacu
SNP
Belum ada kerjasama
antarperpustakaan
Katalog on-line
Tenaga perpustakaan
1.
Kepala
perpustakaan
2.
Pustakawan
3.
Tenaga teknis
(belum bintek/
diklat)
Pengelolaan dan pengembangan
1. Jarang ada lomba menulis
resensi buku
2. Koleksi serial belum memiliki
barcode
3. Koleksi digital belum
diinventaris
1.
2.
3.
Pendanaan
APBN
APBD
Tidak ada dana dari:
a. Komite
b. Sumbangan
masyarakat
c. Kerja sama
d. Bantuan luar
negeri
e. Hasil usaha jasa
5
Berdasarkan
diterangkan
gambar
model
di
atas
dapat
bahwa struktur organisasi perpustakaan
belum dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsinya
sesuai dengan enam komponen standar perpustakaan
sekolah yaitu: 1) Koleksi buku. Pengadaan koleksi buku
teks pelajaran, buku panduan pendidik, buku refrensi,
buku
fiksi,
koleksi
perpustakaan
SMAN
serial,
12
koleksi
Semarang
digital
di
sementara
ini
mengandalkan bantuan pemerintah. 2) Sarana dan
prasarana belum lengkap. Ruang berada di lantai dua
sehingga
memerlukan
waktu
untuk
mengakses
perpustakaan. Sarana teknologi belum lengkap. Perabot
mebelair model lama. Suasana di dalam perpustakaan
kurang nyaman, ruang baca cenderung berantakan,
terasa panas, penerangan redup menjadikan guru atau
siswa
tidak
betah
berlama-lama.
perpustakaan
belum
optimal.
3)
Layanan
Infrastruktur
yang
dibutuhkan untuk pencarian dan pengolahan data
serta
layanan
online
dan
offline
masih
terbatas
ditunjukkan dengan fasilitas yang ditemui peneliti
masih kurang terutama fasilitas berbasis teknologi
seperti digital library dan penggunaan barcode untuk
atribut koleksi buku. 4) Tenaga perpustakaan belum
memadai. Ketersediaan tenaga perpustakaan belum
memenuhi
kebutuhan
minimal
baik
dari
segi
kemampuan maupun kuantitas. Terdapat hanya satu
orang pustakawan dengan latar belakang pendidikan
D-2 Ilmu Perpustakaan dan untuk tenaga teknis
menggunakan bantuan guru mapel yang diberi tugas
tambahan
mengelola
keterampilan
petugas
perpustakaan.
dalam
Keahlian
penerapan
dan
teknologi
6
informasi dan komunikasi masih rendah diindikasikan
dengan
penggunaan
sistem
konvensional
antara
pustakawan dan pengguna yang antara lain adalah
siswa dalam melaksanakan proses transaksi maupun
sirkulasi
sehingga
terkesan
lambat.
Kebijakan
cenderung terpusat dan pasif. 5) Pendanaan belum
maksimal.
Alokasi
anggaran
untuk
pengelolaan
perpustakaan dan pengembangan sumber daya belum
memadai ditunjukkan dengan keterbatasan dana yang
masuk hanya berasal dari APBN dan APBD serta
minimnya
dana
pustakawan
pelatihan
atau
guru
kepustakaan
yang
bagi
berkompeten.
6)
Pengelolaan dan pengembangan perpustakaan sekolah
belum maksimal. Kondisi tersebut menjadikan minat
siswa atau guru dalam menggunakan perpustakaan
dan
memanfaatkan
sumber
daya
informasi
yang
dimiliki masih rendah ditunjukkan ketika terdapat
waktu istirahat sebagian siswa memilih pergi ke kantin
atau duduk di dalam kelas. Terdapat siswa atau guru
masih memiliki persepsi bahwa perpustakaan sebagai
unit pengadaan koleksi untuk menunjang tugas belajar
semata
dan
informasi
mengabaikan
dan
berdekatan
pusat
dengan
fungsi
penelitian.
waktu
sebagai
pusat
Ditunjukkan
ulangan
jika
akhir
semeter
menunjukkan
bahwa
peminjaman buku menurun.
Fenomena
di
atas
pengelolaan perpustakaan sekolah di SMA Negeri 12
Semarang
belum
berjalan
optimal,
cenderung
menggunakan sistem konvensional, kurang efektif dan
efisien.
Kondisi
tersebut
menjadikan
pengelolaan
perpustakaan sekolah di SMA Negeri 12 Semarang
7
tidak
maksimal.
Diperlukan
model
pengembangan
komponen perpustakaan yang sesuai dengan standar
pengelolaan
perpustakaan
sekolah
sebagaimana
termaktub dalam UU Perpustakaan No 43 Tahun 2007
mengenai standar nasional perpustakaan sekaligus
linear dengan karakteristik sekolah. Diperkuat oleh
pendapat Sutarno (2006: 79-120) bahwa pengelolaan
dan pembinaan perpustakaan sekolah mencakup aspek
struktur organisasi, aspek koleksi, aspek pelayanan,
aspek sarana dan prasarana, aspek sumber daya
manusia, aspek anggaran serta aspek manajerial.
Pengembangan model komponen perpustakaan sekolah
di SMA Negeri 12 Semarang diharapkan mampu
mengadopsi semua aspek tersebut untuk mewujudkan
pengelolaan perpustakaan yang kreatif dan inovatif.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami
bahwa
model
pengembangan
komponen
standar
perpustakaan sekolah menjadi dasar penting dalam
meningkatkan pembinaan perpustakaan sekolah. Hal
itu menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai model pengembangan komponen
standar perpustakaan sekolah, di samping terbatasnya
hasil
penelitian
pengembangan
yang
mengkaji
komponen
mengenai
standar
model
perpustakaan
sekolah khususnya di tingkat SMA.
8
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat
dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana model pengembangan komponen standar
perpustakaan sekolah di SMA Negeri 12 Semarang?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian
mengembangkan
ini
model
adalah
komponen
untuk
standar
perpustakaan sekolah di SMA Negeri 12 Semarang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
a) Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang
model
pengembangan
komponen
standar
perpustakaan sekolah yang kreatif dan inovatif.
b) Hasil penelitian dapat memberikan bukti empiris
terhadap
pentingnya
model
pengembangan
komponen standar perpustakaan sekolah yang
kreatif dan inovatif dapat meningkatkan potensi
perpustakaan sekolah.
1.4.2
Manfaat praktis
a) Bagi pustakawan diharapkan dapat membantu
mempermudah
pengelolaan
perpustakaan
di
sekolah.
b) Memacu
guru
mata
pelajaran
untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pengelolaan
perpustakaan sekolah.
c) Bagi
siswa
agar
termotivasi
menggunakan
fasilitas on line dan off line di perpustakaan
sekolah .
9
d) Bagi
kepala
komponen
suatu
sekolah,
dapat
pengelolaan
dukungan
program
mendukung
perpustakaan
sistem
pembinaan
sebagi
terselenggaranya
dan
pengembangan
perpustakaan sekolah.
1.5
Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Spesifikasi produk yang akan dikembangkan
dalam
penelitian
ini
adalah
pengembangan
komponen
sekolah.
pengembangan
Model
perpustakaan
sekolah
mengembangkan
standar
model
perpustakaan
komponen
standar
dimaksud
adalah
yang
enam
berupa
komponen
standar
perpustakaan sekolah mencakup koleksi buku, sarana
dan
prasarana
perpustakaan,
pengelolaan
pendukung,
pendanaan,
dan
layanan,
dan
pengembangan
tenaga
tahapan
sehingga
nyata
mampu
memaksimalkan fungsi perpustakaan bagi pengguna.
1.6
Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
Model
pengembangan
perpustakaan
sekolah
ini
komponen
memiliki
standar
keterbatasan
sebagai berikut:
1.6.1 Model
pengembangan
komponen
standar
perpustakaan sekolah akan mudah diterapkan
oleh pustakawan serta staf sekolah lainnya jika
dilakukan secara bertahap.
1.6.2 Pengetahuan
perpustakaan
dapat
diperoleh
melalui pengalaman langsung dan tidak langsung
10
yang diperoleh melalui cara pendidikan, pelatihan
dan partisipasi langsung.
1.6.3 Pengelolaan perpustakaan sekolah dengan cara
kreatif dan inovatif akan mampu memaksimalkan
fungsi perpustakaan bagi pengguna.
11