Deskripsi Perang Badar dan Perang Uhud

Deskripsi Perang Badar & Perang Uḥud
Dede Komarudin Soleh1

Abstract
The hostility of Quraish to the Prophet Muhammad (PBUH) and his companions was
getting harder. The muslims were tortured and their property were seized, until they left
their homeland towards Medina. One time, the Prophet Muhammad (PBUH) and his
companions got a news about a trade group of Abū Sufyān towards Shām. Muslims
planned to seek compensation to them on the property that had been seized when they
were in Mecca. But they failed and even had to deal with the forces of Mecca. Then there
was the Battle of Badr, and the muslims won. So that the Quraish wanted to revenge on
the Battle of Uhud. This paper aims to explain the story of the Battle of Badr and the
Battle of Uhud.
Kata Kunci: Kafilah, Abū Sufyān, Syām, Quraisy, Mekah, Abū Jahal, Madinah, Badar, Uhud
A. Pendahuluan
Nabi Muhammad Saw. dilahirkan di Mekah sekitar tahun 571 M2 dari keluarga Banī
Hasyim. Pada usia 40 tahun, ia menerima wahyu ketika sedang menyendiri di Gua Hira.
Kemudian ia mulai berdakwah secara sembunyi-sembunyi dan setelah itu baru berdakwah secara
terbuka. Ia mendapatkan respon yang beragam dari masyarakat Quraisy, ada yang menerima
namun lebih banyak yang menentang. Pada periode ini, Nabi Muhammad Saw. dilindungi oleh
pamannya Abū Ṭālib. Sepeninggal pamannya, kepemimpinan Banī Hasyim dilanjutkan oleh

salah seseorang yang keras permusuhannya terhadap beliau., yakni Abū Jahal3, yang
menghilangkan perlindungan serta meningkatkan penganiayaan terhadap warga Muslim.
Derasnya penghinaan dan penganiayaan yang dilontarkan oleh kaum kafir Quraisy terhadap
Nabi Saw. akhirnya berujung pada hijrahnya Nabi Saw. dan para sahabatnya ke Madinah.
B. Perang Badar4
Perang Badar merupakan peperangan besar pertama dalam sejarah Islam. Pada
peperangan ini, kaum muslimin yang berjumlah 305 orang 5, berhadapan dengan kaum kafir
1 Penulis adalah alumnus Program Studi Tafsir Hadis STAI Persis Bandung, saat ini (2014) sedang menempuh
pendidikan pada program pascasarjana UIN SGD Bandung, Prodi Ilmu Hadis.
2 Philip K Hitti. History of The Arabs (London, 1970) hal 111. Demikian pula disebutkan dalam Safiyu Rahman AlMubarakfuri. Al-Rahīqul Makhtūm. Terj. Hanif Yahya Lc. et. al. Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad Saw
dari Kelahiran hingga Detik-Detik Terakhir (Jakarta, 2005) hal 64
3 Yakni ‘Amr bin Ḥisyām
4 Nama sebuah perairan yang terletak dibawah lembah antara Mekah dan Madinah (Lihat: Dr. Syauqi Abu Khalil.
Aṭlas Al-Ḥadīṡ Al-Nabawi. Terj. Muhammad Sani & Dedy Januarsyah. Atlas Hadits. Cet-2. 2008. Jakarta: Almahira)
5 Muhammad Husain Haekal. Ḥayat Muḥammad. Terj. Ali Audah. Sejarah Hidup Muhammad (Bogor, 2013) hal 249.
Sumber lain menyebutkan 300, 313, dan 314 orang. Sementara dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim dari
Umar bin Khatab r.a. disebutkan bahwa pada saat itu sahabat Nabi Saw. berjumlah 309 orang.

1


Quraisy yang kuantitasnya lebih banyak, yakni sekitar 1000 orang. 6 Peperangan ini terjadi pada
tanggal 17 Ramadan tahun ke 2 Hijriah, atau sekitar tanggal 17 Maret 624 Masehi.

1. Ekspedisi Dagang Abū Sufyān menuju Syām dan Upaya Pencegatan Kaum Muslimin
Pada tahun ke 2 Hijriah, serombongan kaum Quraisy berjumlah 30 hingga 40 orang
melakukan ekspedisi perdagangan ke Syām dibawah pimpinan Abū Sufyān bin Ḥarb dengan
membawa dagangan yang cukup besar, mencapai kurang lebih 50.000 dinar. 7 Karena dalam
perdagangan ini hampir seluruh penduduk Mekah memiliki saham. Berita ekspedisi dagang
tersebut sampai ditelinga kaum muslimin, maka dibawah komando Nabi Muhammad Saw. kaum
muslimin bermaksud untuk mencegat mereka. Pencegatan tersebut sebagai upaya menuntut ganti
rugi atas harta kekayaan kaum muslimin yang dirampas oleh kaum musyrik semasa di Mekkah.8
Akan tetapi, setibanya Nabi Saw. di ‘Usyairah, kafilah Abū Sufyān telah lewat (baca:
lolos) 2 hari sebelumnya. Selanjutnya kaum muslimin bertekad untuk menunggu kembalinya
mereka dari Syām. Dalam penantian tersebut Rasulullah Saw. mengutus Ṭalḥah bin ‘Ubaidillah
dan Sa’īd bin Zayd untuk menghimpun informasi tentang keberadaan kafilah dagang itu. Kedua
utusan itu bergerak hingga ke daerah Ḥaura’. Kemudian mereka segera kembali dan
memberitahukan kepada Nabi Saw. tentang keadaan kafilah dagang itu. Sebetulnya Abū Sufyān
telah mencium adanya rencana pencegatan yang akan dilakukan oleh kaum muslimin ketika
mereka hendak menuju Syām.9 Oleh karena itu ia merasa khawatir kalau-kalau ia dicegat
sekembalinya dari Syām.

2. Laporan ke Mekah dan Keberangkatan Pasukan Qurays
Demi melindungi aset perdagangan yang dibawanya, Abū Sufyān memberikan upah
kepada Ḍamḍam bin ‘Amr Al-Gifārī untuk pergi ke Mekah, untuk memberitahukan kaumnya
serta meminta bala bantuan mereka. Setibanya di Mekah, utusannya itu meneriakan bahwa
kafilah dagang yang dipimpin Abū Sufyān sedang dalam ancaman dan memerlukan pertolongan.
Mendengar berita tersebut Abū Jahal memanggil orang-orang disekitar Ka’bah untuk segera
dikerahkan.10 Kemudian berangkatlah kaum kafir Quraisy dari Mekah untuk melindungi
kaumnya yang tengah diintai dan hendak dicegat oleh kaum muslimin pada perjalanan pulang
dari Syām. Diantara mereka turut serta para gembong Quraisy Mekah, kecuali Abū Lahab yang
diwakili oleh Al-‘Ās bin Hisyām Ibn Al-Mugīrah yang berhutang kepadanya. Tokoh-tokoh
Quraisy yang ikut serta adalah Abū Jahal, Walīd bin ‘Utbah, Syaibah bin Rabī’ah, dan Umayyah
bin Khalaf.11 Keikutsertaan mereka karena memiliki saham atas barang dagangan yang dibawa
6 Muhammad Sa’īd Ramadan Al-Būṭi. Fiqhu Sirah (tt, 1990) hal 214
7 Haekal. Op.Cit. hal 246
8 Al-Būṭi. Op.Cit. hal 214
9 Haekal. Op.Cit. hal 247
10 Ibid
11 ‘Umayyah bin Khalaf adalah tokoh Quraisy yang pernah berupaya memurtadkan Bilal bin Rabah dengan cara
menyiksanya ditengah-tengah panasnya padang pasir di Mekkah. Namun pada saat itu Bilal berhasil


2

oleh kafilah dagang itu, dan juga sebagai agenda balas dendam atas tewasnya ‘Amr bin AlḤaḍrami ketika sedang berjaga di Nakhlah.12
3. Misi Pencegatan dan Kedatangan Pasukan Qurays
Sementara dari pihak muslimin, pada suatu malam13 tepatnya pada tanggal 8 Ramaḍan 2
Hijriah,14 mereka berangkat meninggalkan Madinah. Dalam perjalanan ini mereka yang
berjumlah 300-an orang menggunakan 70 ekor unta yang dinaiki secara bergantian, tak
terkecuali Nabi Saw. Beliau bergantian dengan Ali bin Abī Ṭālib dan Martad Ibnu Abi Martad
Al-Ganawi. Dari ketiga ratus lima orang tersebut terdiri dari 83 orang Muhājirīn, 61 orang Aus,
dan sisanya orang Khajraz.15 ‘Uṡman bin Affan yang kelak menjadi khalifah ke 3 tidak ikut serta
dikarenakan menjaga istrinya, Ruqayah, putri ke 2 Rasulullah yang sedang sakit.16
Khawatir Abū Sufyān kembali lolos, sesegera mungkin kaum muslimin berangkat sambil
terus mencari informasi. Ketika sampai disebuah lembah bernama Żafirān mereka mendapatkan
berita bahwa kaum Quraisy Mekah berangkat untuk melindungi kafilah mereka.17. Hal itu
menuntut Nabi Saw. untuk bermusyawarah dengan para tentaranya. Dari kalangan Muhājirīn
memberikan dukungan kepada beliau, diantaranya Miqdād bin ‘Amr dengan penuh setia
mengatakan, “Rasulullah, teruskanlah apa yang sudah ditunjukan Allah. Kami akan bersama
Anda. Kami tidak akan seperti orang Israil yang berkata kepada Musa: ‘Pergilah kamu bersama
Tuhanmu, dan berperanglah. Kami disini akan tinggal menunggu’. Tetapi, ‘pergilah bersama
Tuhanmu dan berperanglah, kami bersamamu akan juga ikut berjuang.’”18

Akan tetapi Nabi Saw. terus memandang kepada mereka dan berkata, “Berikanlah
pendapatmu sekalian kepadaku wahai manusia!”.19 Kata-kata ini ditujukan kepada kaum Ansār
yang mana mereka telah menyatakan Iqrār ‘Aqabah untuk melindungi beliau seperti kepada
keluarga sendiri.20 Sadar akan siapa yang dituju oleh Nabi Saw., kemudian dari pihak Ansār,
Sa’ad bin Mu’āż berkata, “Demi Allah, sepertinya Anda menghendaki ketegasan sikap kami
mempertahankan aqidahnya.
12 Suatu ketika Rasulullah Saw. mengutus beberapa orang Muhājirīn ke Nakhlah. Setibanya disana para utusan itu
bertemu dengan kafilah Quraisy yang membawa barang-barang dagangan dibawah pimpinan ‘Amr bin Al-Ḥaḍrami.
Teringat akan kekejaman kafir Quraisy dan harta benda yang terampas, lalu mereka bermaksud untuk membalas
dendam. Setelah menimbang-nimbang dan berunding kemudian salah seorang diantara mereka, yakni Wāqid bin
Abdullah Al-Tamīmi, melepaskan anak panah dan mengenai ‘Amr bin Al-Ḥaḍrami hingga tewas. Awalnya Rasulullah
tidak merestui tindakan mereka, mengingat hal itu mereka lakukan di bulan Rajab yang notabene termasuk salah
satu bulan suci yang didalamnya dilarang untuk melakukan peperangan. Akan tetapi kemudian Rasulullah
mendapat wahyu QS. Al-Baqarah ayat 217 yang melegitimasi tindakan para utusannya itu. (Lihat: Muhammad
Husein Haekal. Hayatu Muhammad. Terj. Ali Audah. Sejarah Hidup Muhammad. Cet-41. 2013. Bogor: Litera
Antarnusa)
13 Al-Būṭi. Op.Cit. hal 214
14 Haekal. Op.Cit. hal 248
15 Ibid
16 KH. Munawar Khalil. Kelengkapan Tarikh Nabi (Jakarta, 1983) hal 119

17 Haekal. Op.Cit. hal 249
18 Ibid.
19 Al-Būṭi. Op.Cit. hal 214
20 Haekal. Op.Cit. hal 250

3

wahai Rasulullah” Nabi menjawab, “Benar!”. Sa’ad berkata lagi, “Kami telah beriman dan
membenarkan kenabian dan kerasulan Anda. Dan kami telah menjadi saksi bahwa apa yang
Anda bawa adalah al-Haq. Atas dasar itulah kami telah menyatakan janji dan kepercayaan kami
untuk setia dan taat kepada Anda. Jalankanlah apa yang Anda kehendaki dan kami bersama
Anda. Demi Zat yang mengutusmu dengan kebenaran, sekiranya Anda menghadapi lautan dan
terjun kedalamnya, kami pasti akan ikut bersama Anda.”21 Mendengar statemen ini Nabi Saw.
nampak bahagia dan merasa puas. “ Berangkatlah dalam kegembiraan! Karena sesungguhnya
Allah telah menjanjikan kepadaku salah satu diantara dua golongan. 22 Demi Allah, seakan-akan
aku kini melihat tempat-tempat mereka bergelimpangan” jawab beliau.23
4. Pasukan Muslimin Berangkat ke Badar
Berangkatlah Nabi Saw. dan para sahabatnya menuju Badar. Setibanya disuatu tempat
didekat Badar, Rasulullah pergi menemui seorang Arab tua. Dari orang ini beliau mengetahui
bahwa kafilah Quraisy berada tidak jauh dari tempat itu. 24 Sekembalinya beliau kepada para

sahabatnya, ditugaskanlah Ali bin Abī Ṭālib, Zubayr bin Al-‘Awwām, Sa’ad bin Abi Waqqās dan
beberapa sahabat lainnya untuk menjadi intel disebuah sumber air di Badar. Para intel ini
kembali dengan dua orang anak. Dari keterangan dua orang anak ini diketahui bahwa rombongan
Qurays dari Mekah telah berada dibalik bukit pasir ditepi lembah. Diketahui pula bahwa setiap
hari rombongan itu memotong 9 hingga 10 ekor ternak. Maka Nabi Saw. menyimpulkan bahwa
mereka berjumlah 900 hingga 1000 orang. Disamping itu diketahui pula bahwa para tokoh
Quraisy ikut serta didalamnya.25
Penugasan intel untuk memata-matai tidak sampai disana. Sekembalinya Ali bin Abi
Ṭālib dengan kedua orang anak itu, diutus kembali dua orang sahabat lainnya untuk mengintai
dilembah Badar. Hingga sampai beritanya kepada Abū Sufyān melalui Majdi bin ‘Amr yang
melihat kedua orang utusan itu. Kemudian ia (Abū Sufyān) menemui kafilahnya untuk
membatalkan perjalanan pulang melalui jalan itu. Sehingga sampai keesokan harinya, kaum
muslimin tidak menemui rombongan kafilah dagang itu. Keadaan tentu menjadi berubah, rival
yang tadinya hendak ditemui oleh kaum muslimin adalah kafilah dagang yang baru kembali dari
perniagaan di Syām, kini tinggal pasukan besar yang datang dari Mekah. Beberapa orang
diantara mereka bertukar pikiran dengan Nabi Saw. dan mengusulkan untuk kembali saja ke
Madinah. Ketika itu turun wahyu kepada Nabi Saw., Allah Swt. berfirman,
“Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang
kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai


21 Al-Būṭi. Op.Cit. hal 214
22 Ihdā Ṭā’ifatain, yakni antara kafilah dagang yang pulang dari Syam dan kafilah yang dating dari Mekkah
23 Ibid
24 Haekal. Op.Cit. hal 251
25 Ibid

4

kekuatan senjatalah26 yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar
dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir.” (QS. Al-Anfal [8]:7)
Keraguan untuk melanjutkan rencana peperangan terjadi pula dikalangan kafir Quraisy.
Hal itu dikarenakan rombongan yang hendak dilindungi telah selamat dari cegatan kaum
muslimin. Untuk apa mereka berada disana. Akan tetapi Abū Jahal bersikeras untuk tetap
melangsungkan peperangan. Ia berkata,
“Demi Allah, kami tidak akan kembali sebelum tiba di Badar. Disana kami akan tinggal selama
tiga hari, memotong hewan ternak, makan-makan dan minum arak, dan menyaksikan para
biduanita menyanyikan lagu-lagu hiburan. Biarlah semua orang Arab mendengar tentang
perjalanan kita dan biarlah mereka gentar kepada kita selamanya.”27
Lantas mereka bergerak hingga sampai disebelah sebrang lembah Badar -kecuali Banī
Zuhrah yang patuh kepada Al-Akhnas bin Syuraiq, mereka lebih memilih untuk kembali ke

Madinah- Nabi Saw. telah tiba disebelah sebrang lainnya. Hingga posisinya nyaris berhadaphadapan, dekat mata air Badar.28 Ketika itu Habāb bin Munżir bertanya kepada Nabi,
“‘Ya Rasulullah, apakah pemilihan tempat ini atas dasar wahyu dari Allah Swt yang tidak dapat
diubah lagi? atau hanya sebuah siasat perang?’ Rasulullah menjawab, ‘Tempat ini ku pilih
hanya sebagai tipu muslihat peperangan’ Kemudian Hābab mengusulkan, ‘Ya Rasulullah, jika
demikian, ini bukan tempat yang tepat. Ajaklah pasukan pindah ke tempat air yang terdekat
dengan musuh. Kita buat kubu pertahanan disana dan menggali sumur-sumur dibelakangnya.
Kita buat kubangan dan kita isi dengan air hingga penuh. Dengan demikian kita akan
berperang dengan memiliki air yang cukup, sedangkan mereka tidak akan memperoleh air
minum.’ Rasulullah menjawab, ‘pendapatmu benar’”.29
Kemudian Nabi Saw. dan para sahabatnya bergerak menuju tempat yang diusulkan oleh
Habāb. Kemudian Sa’ad bin Mu’āż mengusulkan agar dibuatkan kemah untuk Nabi Saw.
sebagai tempat perlindungan serta menyiapkan kendaraan untuk beliau, apabila terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan Nabi Saw. dapat menyelamatkan diri ke Madinah. Lalu Nabi Saw.
menerima baik usulan itu.
5. Terjadinya Peperangan
Pada suatu pagi tanggal 17 Ramadan tahun ke 2 Hijriah dihari jum’at terjadilah
peperangan itu, dimulai dengan duel antara Ḥamzah bin Abdul Muṭalib dengan Al-Aswad bin
Abdul Asad. Ḥamzah berhasil melumpuhkan Al-Aswad yang hendak menghancurkan kolam air.
Menyaksikan hal itu, ‘Utbah bin Rabī’ah, Syaibah, dan Walīd bin ‘Utbah maju untuk
menyerang. Dari pihak muslim tampil menghadang Ḥamzah bin Abdul Muṭalib, Ali bin Abī

26 Maksudnya kafilah Abū Sufyān yang membawa dagangan dari Syām. sedangkan kelompok yang datang dari
Mekah dibawah pimpinan ‘Utbah bin Rabī'ah bersama Abū Jahal.
27 Al-Būṭi. Op. Cit. hal 215
28 Ibid
29 Ibid

5

Ṭālib, dan ‘Ubaydah bin Al-Ḥāriṡ. Ketiga pasukan Quraisy itu berhasil ditebas dan semuanya
tewas. Melihat kenyataan demikian, maka pasukan Quraisy semuanya maju untuk menyerbu.30
Karena besarnya jumlah pasukan Quraisy yang menyerbu, Nabi Saw. kembali ke kemahnya
ditemani Abu Bakr. Dalam penuh kecemasan beliau menghadapkan wajahnya ke kiblat dan
berdoa,

‫اللهمم هذه قريش قد أتت بخيلئها تحاول ان تكمذ ب رسولك اللهمما فنصرك املذي وعد تني اللهمما إن‬
‫تهلك هذه العصابة اليوم ل تعبد‬
Allahummā hāihi quraisyun qad ‘atat bikhuyalā’ihā tuḥāwilu an tukadzdziba raṣūlaka
Allahummā fa naṣruka lladzī wa’adtanī Allahummā in tahluka hādzihi l’iṣābatu lyauma lā
tu’bad
“Ya Allah ini kaum Quraisy yang datang dengan segala kecongkakannya, berusaha untuk

mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, berikanlah pertolongan-Mu yang telah Kau janjikan
kepadaku. Ya Allah, jika pasukan ini31 sekarang binasa tidak ada lagi ibadah kepada-Mu.”32
Dalam kehanyutan do’a beliau, Abu Bakr berusaha menangkan hati Nabi Saw. seraya
berkata, “Wahai Rasulullah, bergembiralah! demi diriku yang berada ditangan-Nya.
Sesungguhnya Allah pasti menunaikan apa yang telah dijanjikan kepadamu.”33
Sekarang Nabi Saw. keluar menemui para sahabatnya dan berkata,
“Demi dia yang memegang hidup Muhammad. Setiap orang yang sekarang bertempur dengan
tabah, bertahan mati-matian, terus maju dan pantang mundur, lalu ia tewas, maka Allah akan
menempatkannya didalam syurga”
Kata-kata ini membangkitkan semangat juang para sahabat. Tanpa ragu lagi mereka maju
berperang. Akhirnya satu per satu nyawa berguguran, dari kelompok kafir Quraisy terbunuh
hingga 70 orang. Termasuk didalamnya Abū Jahal dan Umayyah bin Khalaf. Abū Jahal tewas
ditangan Mu’āż bin ‘Amr bin Jamuh, sementara Bilāl berhasil membayar kekejaman yang ia
terima dari Umayyah bin Khalaf ketika di Mekah. Peperangan ini dimenangkan oleh kaum
muslimin dengan jumlah syuhada sebanyak 14 orang. Disamping 70 orang tewas dari pasukan
Quraisy, sebanyak 70 orang juga menjadi tawanan. Allah Swt. benar-benar menurunkan
pertolongan-Nya, betapa tidak tentara muslimin yang berjumlah sedikit itu mampu menaklukan
tentara kafir yang berjumlah tiga kali lipat lebih banyak atas pertolongan-Nya.
Hari peperangan itu disebut pula dengan Yaum Al-Furqān (hari pembeda),34 dimana
melalui peperangan itu Allah Swt. hendak membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Dia
telah mengangkat derajat kebenaran. Keterbatasan jumlah serdadu muslimin yang berjalan diatas
30 Haekal. Op.Cit. hal 256
31 Pasukan Muslimin
32 Haekal. Ibid
33 Al-Būṭi. Op.Cit. hal 216
34 Lihat: QS. Al-Anfal (8):41

6

kebenaran mampu mengalahkan serdadu kafir Quraisy yang berjalan diatas kebatilan meski
dengan jumlah personil yang jauh lebih besar.
Itulah deskripsi peristiwa perang Badar. Sebuah peristiwa besar yang menjadi awal
pembuka episode peperangan-peperangan selanjutnya.
C. Perang Uḥud35
Kekalahan di Badar meninggalkan kesan yang mendalam bagi kaum kafir Quraisy di
Mekah. Para perempuan mereka setiap hari berduka, teringat para suami, anak, bapak, dan
kawan yang menjadi korban pada peperangan itu. Sehingga para tokoh Quraisy yang selamat
pada peperangan Badar bersepakat untuk melancarkan balas dendam. Terlebih setelah satuan
Zayd bin Ḥāriṡah berhasil merampas perdagangan mereka dalam perjalanan dagang menuju
Syām melalui Irak, kebencian mereka kepada kaum muslimin semakin menjadi-jadi. Para
pembesar Quraisy seperti Jubayr bin Muṭ’im, Ṣafwān bin Umayyah, Iqrimah bin Abī Jahal,
Ḥāriṡ bin Hisyām, Ḥuwayṭib bin ‘Abdul‘Uzza, dan yang lainnya bersepakat untuk menjual aset
dagangan yang selamat dari Badar.36 Mereka menghimbau para pemegang saham dalam
perdagangan itu agar membantu dengan harta tersebut untuk memerangi Nabi Muhammad Saw.37
1. Keberangkatan Pasukan Quraisy Menuju Madinah
Setelah dilakukan perundingan, akhirnya pasukan Quraisy berangkat menuju Madinah38
dengan membawa serta kaum perempuan mereka. Para perempuan ini dipimpin oleh Hindun
binti ‘Utbah. Wanita inilah yang memiliki dendam kesumat terhadap kaum muslimin dan juga
yang paling bersikeras meminta untuk ikut serta ke Madinah pada saat perundingan. Pasukan ini
diikuti pula oleh suku-suku yang bersekutu dengan Quraisy, diantaranya suku Al-Ḥābīsy,
Kinanah, dan penduduk Tihamah.39 Disebutkan, jumlah pasukan itu mencapai lebih dari 3000
orang, yang terdiri dari 200 pasukan berkuda, dan 3000 unta serta 700 diantaranya adalah
pasukan berbaju besi.40
2. Korespondensi ‘Abbās bin Abdul Muṭalib kepada Nabi Muhammad Saw.
Sementara kaum muslimin di Madinah telah mengetahui –dari persiapan hingga
keberangkatan- kaum Quraisy yang hendak menyerang. Informasi itu didapatkan dari paman
Nabi Saw., yakni ‘Abbās bin Abdul Muṭalib yang berkorespondensi melalui seseorang dari
kabilah Gifār untuk disampaikan kepada Nabi Saw. di Madinah. Surat itu sampai dalam waktu 3
35 Nama sebuah gunung yang letaknya hamper 1 mil dari Madinah (Lihat: Dr. Syauqi Abu Khalil. Aṭlas Al-Ḥadīṡ AlNabawi. Terj. Muhammad Sani & Dedy Januarsyah. Atlas Hadits. Cet-2. 2008. Jakarta: Almahira)
36 Haekal. Op.Cit. hal 290
37 Al-Mubarakfuri. Op.Cit. hal 364
38 Ketika mereka sampai di Abwa’, ekspresi kebencian sebagian orang diantara mereka semakin memanas setelah
melihat makam ibunda Nabi, Aminah binti Wahb. Sampai-sampai mereka hendak membongkarnya. Tetapi pemukapemuka mereka mencegahnya, karena jika hal itu dilakukan maka Banu Bakr dan Banu Khuza’ah akan membongkar
pula kuburan mayat-mayat mereka (Lihat: Haekal. Ibid. hal 291)
39 Al-Mubarakfuri. Op.Cit. hal 365
40 KH. Munawar Kholil. Op.Cit. hal 135.

7

hari ketika Nabi berada di Qubā’, dibacakan oleh Ubay bin Ka’ab dihadapan Nabi Saw. Setelah
mendengar isi surat itu, Nabi Saw. memerintahkan agar dirahasiakan. Akan tetapi ketika Nabi
Saw. kembali ke Madinah dan membicarakan isi surat itu kepada Sa’ad bin al-Rabī’ dirumahnya,
istri Sa’ad mendengar percakapan Nabi Saw. dengan suaminya sehingga isi surat itu menjadi
tidak rahasia lagi.41
Kemudian Nabi Saw. mengutus 2 orang anak Fuḍālah yang bernama Anas dan
Mu’nis untuk menyelidiki keadaan pasukan Quraisy. Berdasarkan penyelidikan mereka ternyata
pasukan Quraisy telah mendekati Madinah. Lalu Nabi Saw. mengutus kembali Habāb bin AlMunżir bin Al-Jamuh. Ternyata benar seperti apa yang telah digambarkan oleh ‘Abbās bin Abdul
Muṭālib dalam surat itu. Pada saat itu keadaan mencekam, masyarakat muslim Madinah khawatir
atas serbuan yang hendak dilakukan oleh pasukan yang datang dari Quraisy. Sehingga
disepanjang malam itu para pemuka muslimin di Madinah berjaga-jaga.
3. Musyawarah Nabi Saw. dan Para Sahabat
Selanjutnya, dikeesokan harinya Nabi Saw. bermusyawarah dengan para sahabatnya dan
juga dihadiri kaum munāfiq terkait tindakan yang akan dilakukan dalam menghadapi pasukan
itu. Satu sumber menyebutkan bahwa Nabi Saw. berpendapat untuk tinggal saja di Madinah, 42
sedang sumber yang lain menyebutkan bahwa Nabi Saw. menawarkan dua pilihan kepada
mereka antara bertahan didalam kota Madinah atau pergi keluar menjemput musuh. 43 Diantara
mereka yang memilih pendapat pertama adalah ‘Abdullah bin Ubay bin Salūl yang diikuti oleh
sebagian besar sahabat Nabi Saw. Akan tetapi sebagian besar diantara mereka yang pernah dan
yang tidak merasakan atmosfir peperangan Badar memilih untuk berangkat keluar. Mereka
berkata, “Ya Rasulullah, bawalah kami keluar menghadapi musuh supaya mereka tidak
memandang kita takut dan tidak sanggup menghadapi mereka.”44
Setelah terus menerus didesak, akhirnya Nabi Saw. menyetujui pendapat mereka yang
ingin berangkat menghadapi musuh diluar kota Madinah. Tetapi ketika Nabi Saw. melakukan
persiapan didalam rumahnya dan dibantu oleh Abū Bakr dan ‘Umar mengenakan serban dan baju
besinya, orang-orang yang berada diluar yang memaksa Nabi Saw. untuk menghadapi musuh
diluar kota menyesal setelah Usayd bin Ḥuḍayr dan Sa’ad bin Mu’āż mengatakan kepada
mereka bahwa sebaiknya mereka mentaati saja apa yang menjadi pilihan Nabi Saw. 45 Akhirnya
ketika Nabi Saw. keluar menemui mereka, mereka yang telah memaksa itu berkata kepadanya,
“Ya Rasulullah, kami telah memaksa anda untuk keluar padahal tidak sepatutnya kami berbuat
demikian. Karena itu jika anda suka, duduklah!.” Lalu Nabi menjawab, “Tidak pantas bagi
seorang Nabi apabila telah mengenakan pakaian perangnya bermaksud untuk meletakannya
kembali sebelum berperang”46
41 Haekal. Op.Cit. hal 292
42 Ibid
43 Al-Būṭi. Op.Cit. hal 236
44 Ibid
45 Haekal. Op.Cit. 295
46 Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr Aṭ-Ṭabari. Tārīkh aṭ-Ṭabari (Beirut, 1987) Jilid 2 hal 60

8

4. Menjemput Musuh
Kemudian pada hari sabtu, tanggal 7 Syawwal tahun ke 3 Hijriah Nabi Saw. keluar
bersama pasukannya yang berjumlah 1000 orang. Namun ketika tiba di Syauṭ,47 ditengah
perjalanan antara Madinah dan Uḥud, ‘Abdullah bin Ubay melakukan desersi dan diikuti oleh
sepertiga pasukan yang umumnya adalah para pendukungnya 48 dan juga kelompok Yahudi.49
Akibat desersi tersebut, jelas jumlah pasukan dari Madinah menjadi semakin lebih sedikit, yakni
hanya 700 orang, dari kalangan orang-orang yang benar-benar beriman. Lagipula Nabi Saw.
tidak merekomendasikan untuk meminta pertolongan kepada kaum musyrikīn untuk melawan
musyrikīn. Dalam ungkapan lain Nabi Saw. tidak memerlukan mereka. Ketika sampai di
Syaikhān Nabi Saw. sempat melakukan inspeksi pasukan, mereka yang dianggap belum cukup
usia tidak diizinkan untuk ikut serta berperang, kecuali Rafi’ bin Khudayj dan Samurah bin
Jundab. Meskipun baru berusia 15 tahun keduanya diizinkan untuk berperang, berhubung Rafi’
mahir dalam memanah, sedangkan Samurah baru mendapatkan izin setelah diketahui bahwa ia
lebih kuat daripada Rafi’ dalam berduel.50
5. Terjadinya Peperangan
Setelah sampai di Uḥud, Nabi Saw. mengatur barisan dan ditempatkannya sebanyak 50
pemanah dilereng-lereng gunung yang dipimpin oleh ‘Abdullah bin Jubayr. Kepada para
pemanah itu Nabi Saw. mengintruksikan agar mereka melindungi dari belakang dan tetap
bertahan pada posisinya, tidak bergerak walaupun pasukan menyerang maupun diserang. Tugas
mereka adalah menghujani dengan panah barisan pasukan berkuda. Demikian halnya di pihak
pasukan Quraisy, mereka menyusun barisan yang terbagi kepada barisan sayap kanan, yang
dipimpin oleh Khālid bin Al-Walīd, dan barisan sayap kiri, yang dipimpin oleh Iqrimah bin Abī
Jahal.51 Sementara para perempuan mereka menabuh genderang dan meneriakan nyanyiannyanyian untuk memberikan semangat.
Menjelang pertempuran, Nabi Saw. menyerahkan pedangnya kepada Abū Dujānah untuk
digunakan sesuai fungsinya untuk menghantamkan pedang tersebut kepada musuh. 52 Dari pihak
muslimin panji diserahkan kepada Muṣ’ab bin Umayr, sementara di pihak Quraisy dipegang
oleh ‘Abdul Uzza Ṭalḥah bin Abī Ṭalḥah. Peperangan pun pecah disekitar panji kaum Quraisy,
baik dari pihak muslimin maupun pihak Quraisy, satu persatu pahalawan mereka berguguran.
Uṡmān bin Abī Ṭalḥah mengambil alih panji setelah terbunuhnya Ṭalḥah ditangan Ali bin Abī
47 Al-Mubarakfuri. Op.Cit. hal 371
48 Disebutkan dalam Ṣahīhul Bukhāri bahwa kaum muslimin berselisih dalam menanggapi tindakan desersi itu,
sehingga turun ayat ke 88 surat An-Nisa, “Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam
(menghadapi) orang-orang munafik, Padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan
usaha mereka sendiri ? Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan
Allah Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk)
kepadanya”
49 Haekal. Op.Cit. hal 296
50 Al-Mubarakfuri. Op.Cit. hal 371, Al-Buthy. Op.Cit. hal 237
51 Ibid. hal 297
52 Ibid. hal 297, Al-Buthy. Op.Cit. hal 238

9

Ṭālib.53 Sementara dari pihak muslimin panji diambil alih oleh Ali bin Abī Ṭālib setelah Muṣ’ab
bin Umayr tewas terbunuh. Lalu Uṡmān bin Abī Ṭalḥah pun tewas ditangan Ḥamzah bin Abdul
Muṭalib. Begitulah dari pihak Quraisy silih berganti memegang panji hingga 10 kali berpindah
tangan dan seluruhnya tewas. Sementara Abū Dujānah, dengan pedang Nabi dan khas ikat kepala
berwarna merah dikepalanya maju menyerang dan berhasil membunuh siapa saja yang
dihadapinya.
Akan tetapi kerugian besar dialami pihak muslimin, Ḥamzah bin Abdul Muṭalib tewas
dalam peperangan ini. Singa Allah itu tewas ditangan seorang budak berdarah Abisinia bernama
Waḥsyi bin Ḥarb. Dengan diming-imingi akan dimerdekakan oleh majikannya Jubayr bin
Muṭ’im, dengan penuh semangat ia mencari Ḥamzah bin Abdul Muṭalib ditengah-tengah
pergumulan orang banyak. Lalu ia melemparkan tombaknya hingga menembus perut Ḥamzah.54
Tidak puas dengan kematian Ḥamzah, Hindun binti ‘Utbah membedah perut jenazahnya dan
mengunyah jantungnya.55
6. Kemenangan yang Berbalik menjadi Kekalahan
Walau demikian, pasukan muslimin telah berada digaris kemenangan. Selanjutnya
mereka terus mengejar para musuh Allah sambil memungut barang rampasan perang.
Menyaksikan hal tersebut, para pemanah yang berjaga diatas bukit tertarik untuk ikut serta
memungut dan akhirnya mereka turun dari bukit, kecuali ‘Abdullah bin Jubayr yang setia pada
perintah Nabi Saw. untuk melindungi pasukannya dari atas bukit. Melihat bukit yang telah
terbebas dari penjagaan para pemanah, Khālid bin Walīd bersama pasukannya melancarkan aksi
serangan balik dan diikuti oleh Iqrimah. Akhirnya para pemanah yang setia itu terbunuh,
termasuk ‘Abdullah bin Jubayr. Peristiwa ini memberikan dampak yang luar biasa. Seketika
kaum muslimin terhenyak dan terdesak. Barisan mereka menjadi tidak teratur, serangan kaum
kafir Quraisy semakin gencar mendekati Nabi Saw. dan semuanya berambisi untuk ambil bagian
dalam melakukan pembunuhan terhadapnya. Ketika itu kaum muslimin yang berdekatan dengan
Nabi Saw. segera melindunginya dan mereka tersadar dari kilauan kesenangan dunia. Tetapi
kaum Quraisy berhasil melempari Nabi Saw. dengan batu yang mengakibatkan luka parah
dibagian rahangnya.56 Kemudian Nabi Saw. berjalan dibawah pengawalan para sahabatnya
mendaki gunung Uḥud dan dapat menyelamatkan diri.
Dalam situasi kritis seperti itu sempat muncul desas-desus bahwa Nabi Saw. telah wafat.
Sehingga terguncanglah hati kaum muslimin, orang-orang yang lemah iman diantara mereka
berkata, “Untuk apa kita disini jika Rasulullah Saw. telah wafat?”. Mendengar kata-kata itu,
Anas bin Al-Naḍr menanggapi, “Bahkan untuk apa lagi kalian hidup setelah Nabi Saw
wafat?”.57 Kemudian ia kembali maju menghadapi musuh, setelah bertempur mati-matian,

53 Haekal. Op.Cit. hal 299. Sumber lain menyebutkan bahwa Ṭalḥah tewas ditangan Az-Zubayr
54 Ibid. hal 300
55 Ibid. hal 308
56 Al-Būṭi. Op.Cit. hal 239
57 Ibid

10

akhirnya ia bertemu dengan ajalnya setelah mendapatkan 70 pukulan hingga jenazahnya tidak
dapat dikenali seandainya tidak datang saudara perempuannya.
Setelah tiba dibukit yang paling tinggi, kaum muslimin terlihat begitu kepayahan,
sampai-sampai Nabi Saw. shalat dzuhur sambil duduk dan diikuti oleh para sahabatnya.
Sementara di pihak Quraisy, dengan penuh suka cita mereka merayakan kemenangan dan merasa
telah berhasil membalas dendam. Abū Sufyān berkata, “Hari ini sebagai pembalasan perang
Badar, sampai jumpa tahun depan!.”58
Kini kedua kubu secara bergantian menguburkan mayat-mayat mereka, setelah selesai
menguburkan mayat pasukan mereka, kaum Quraisy pergi. Selanjutnya giliran kaum muslimin
kembali ke garis depan untuk menguburkan jenazah-jenazah mereka. Setelah prosesi
pemakaman selesai, Nabi Saw. hendak mencari jenazah pamannya, Ḥamzah bin Abdul Muṭālib.
Betapa ia terpukul ketika melihat jenazah pamannya telah dicampakan dan perutnya telah
dibedah. “Demi Allah, kalau pada suatu ketika Allah memberikan kemenangan kepada kami
melawan mereka, maka akan kuaniaya mereka dengan cara yang tidak pernah dilakukan orang
Arab!” ucap Nabi Saw. Lalu turunlah firman Allah Swt. yang berbunyi,
        
    ,    
          

Wa’in ‘āqabtum fa’āqibū bimitsli mā ‘ūqibtum bihi wa la’in ṣabartum lahuwa khayrun
liṣṣābirīn waṣbir wamā ṣabruka illa billahi walā tahzan ‘alayhim walā taku fī ḍayqin mimmā
yamkurūn
Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan
yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih
baik bagi orang-orang yang sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu
melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran)
mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. (QS. AnNahl [16] 126-127)
Dengan turunnya ayat ini lantas Nabi Saw. memaafkan mereka dan melarang untuk
melakukan suatu tindakan penganiayaan.
Kemudian Nabi Saw. dan para sahabatnya yang selamat pulang meninggalkan Uhud
menuju Madinah. Ditengah keguncangan hati kaum muslimin akibat kekalahan yang dituai
setelah memetik kemenangan, kaum Yahudi, munāfiqūn, dan musyrikūn menunjukan
kegembiraan melihat kehancuran yang dialami kaum muslimin. Maka, demi menjaga
kewibawaan Nabi Saw. keesokan harinya dengan kekuatan yang lebih besar mereka kaum
muslimin kembali diseru untuk melakukan pengejaran. Hal ini membuat Abū Sufyān ketakutan
setelah ia mendapatkan informasi dari Ma’bad Al-Khuzā’i tentang keberangkatan kaum
58 Haekal. Op.Cit. hal 308

11

muslimin untuk mengejar. Ketika itu ia telah sampai di Rauḥa’. Tetapi rasa gengsi kepada
kabilah-kabilah Arab mendorongnya untuk mengutus sebuah kafilah dari suku ‘Abdul Qays
untuk memberitahukan Nabi Saw. di Madinah bahwa Abū Sufyān akan kembali menyerbu. Saat
Nabi Saw. berada di Hamra’ Al-Asad pesan itu tersampaikan kepadanya. Namun ternyata tidak
membuat semangat Nabi Saw. dan para tentaranya menjadi goyah. Hingga tiga hari berturut-turut
dinyalakan api unggun untuk menunjukan kepada kaum kafir Quraisy bahwa ia dan pasukannya
tetap siap menunggu kedatangan mereka. Tetapi pasukan yang ditunggu-tunggu itu tidak kunjung
datang dan akhirnya Nabi Saw. beserta pasukannya kembali ke Madinah.59
D. Penutup
Demikianlah deskripsi sejarah peperangan Badar dan Uḥud. Terjadinya perang Badar di
latar belakangi oleh motivasi kaum muslimin untuk menuntut ganti rugi atas hilangnya harta
benda mereka karena dirampas oleh kaum kafir Quraisy selagi di Mekah. Sementara perang
Uhud merupakan buntut dari kekalahan kaum Quraisy dalam peperangan Badar, yang berhasrat
untuk melakukan balas dendam.
Hendaklah kaum muslimin pada masa kini dapat memetik hikmah dari kedua peristiwa
tersebut, bahwa kebenaran akan senantiasa berada dalam kemenangan sepanjang kebenaran itu
tidak di nodai dengan kebatilan. Pada peperangan Badar kaum muslimin pada saat itu berhasil
memetik kemenangan. Sementara pada peperangan Uḥud kecenderungan pada keduniaan telah
mengundang ujian Allah Swt. untuk menghendaki kekalahan mereka.

59 Ibid. hal 312

12

DAFTAR PUSTAKA
Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr Aṭ-Ṭabari. 1987. Tārīkh at-Tabari. Beirut: Dār al-Kutub al‘Ilmiyyat
Dr. Muhammad Sa’īd Ramadan Al-Būtī. 1990. Fiqhus Sīrah; Dirāsāt Manhajiyyat ‘Ilmiyat Li
Sīratil Mustafā ‘Alaihis Salām. Tt: Dār al-Kutub al-Islāmiyat
Dr. Syauqi Abu Khalil. Aṭlas Al-Ḥadīṡ Al-Nabawi. Terj. Muhammad Sani & Dedy Januarsyah.
Atlas Hadits. Cet-2. 2008. Jakarta: Almahira
KH. Munawar Kholil. 1983. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw. Jakarta: Bulan Bintang
Muhammad Husein Haekal. Ḥayat Muḥammad. Terj. Ali Audah. 2013. Sejarah Hidup
Muhammad. Bogor: Litera Antarnusa
Philip K Hitti. 1970. The History of Arabs. London: The Macmillan Press Ltd
Syekh Amin bin Abdullah As-Syaqawi. Fadā’ilu Gazwat Badr. Terj. Arif Hidayatullah.
tth. Perang Badar Mengubah Sejarah.
Syekh Ṣafiyyurahman Al-Mubarakfuri. Al-Rahīqul Makhtūm. Terj. Hanif Yahya, Lc. 2012.
Perjalanan Hidup Rasul Yang Agung Muhammad Dari Kelahiran Hingga Detik-Detik
Terakhir. Jakarta: Darul Haq

13