modal saham dan laba ditahan

MODAL SAHAM DAN LABA
DITAHAN

PERSEROAN DAN MODAL
SAHAM


MODAL adalah hak pemilik atas perusahaan yang timbul sebagai
akibat penanaman atau investasi yang dilakukan oleh pemilik atau
para pemilik.



Struktur modal dalam suatu perusahaan tergantung pada bentuk
badan usahanya.



Diantara bentuk-bentuk badan usaha tersebut yang paling banyak
dijumpai adalah badan usaha perorangan, persekutuan dan perseroan.




Dibandingkan dengan kedua badan usaha lainnya, persero mempunyai
beberapa keunggulan tertentu yang jika ditangani dengan baik dapat
membawanya berkembang dan lebih menguntungkan. Salah satu
kelebihan perseroan adalah terletak pada permodalannya.



Setiap orang yang memiliki saham yang dikeluarkan oleh suatu
perseroan disebut pemegang saham, yang pada hakekatnya
merupakan pemiik perseroan.

Karakteristik perseroan


Beberapa hal yang membedakan antara perseroan dengan
badan usaha lainnya adalah :




KESATUAN USAHA TERPISAH
dari segi akuntansi, suatu perseroan yang telah berdiri
dengan sah akan dipandang sebagai suatu kesatuan
akuntansi yang terpisah dari para pemilik (para pemegang
saham). Di dalam akuntansi, baik perusahaan perorangan
maupun persekutuan dipandang sebagai suatu kesatuan
akuntansi (seperti halnya perseroan), tetapi dari segi hukum
perusahaan perorangan maupun persekutuan tidak
merupakan subyek hukum sebab para pemilik baik secara
terpisah maupun bersama-sama tetap harus
bertanggungjawab atas kewajiban-kewajiban
perusahaannya.

Lanjutan...


TANGGUNG JAWAB TERPISAH
tanggungjawab para pemegang saham atas kewajiban-kewajiban (utangutang) perseroan biasanya terbatas pada jumlah penyertaannya dalam
perseroan yang bersangkutan. Hal ini berarti pemegang saham tidak

bertanggungjawab dengan seluruh harta kekayaan yang dimilikinya
seandainya perseroan tidak mampu melunasi hutang-hutangnya.
sebagai contoh : misalkan Winarno memiliki 50 lembar saham PT. SINAR
SURYA yang seluruhnya bernilai Rp 25.000.000. seandainya PT. SINAR SURYA
jatuh pailit (bangkrut), maka perseroan harus menjual seluruh kekayaan yang
dimiliki untuk melunasi kewajibannya dan kalau ada sisa maka jumlah sisa
bisa dibagikan kepada para pemegang saham. Ada kemungkinan pemegang
saham tidak mendapat pembagian dari sisa penjualan kekayaan perusahaan
karena seluruhnya habis digunakan untuk melunasi kewajiban pada para
kreditur. Kadang2 kekayaan perusahaan tidak cukup untuk melunasi
kewajiban kepada para kreditur. Dalam situasi yang demikian para pemegang
saham tidak dapat dituntut untuk melunasi sisa utang perseroan yang belum
terlunasi. Kerugian winarno terbatas pada Rp 25.000.000 setoran modalnya
(saham yang dimilikinya). Itulah sebabnya dikatakan bahwa “ pemegang
saham hanya bertanggungjawab sebesar nilai saham yang dimilikinya”, dan
oleh sebab itu pulalah bentuk badan usaha ini disebut Perseroan Terbatas.

Lanjutan...



PEMINDAHAN KEPEMILIKAN
saham-saham yang dikeluarkan oleh suatu perseroan
dapat dipindahtangankan tanpa mempengaruhi operasi
perusahaan. Apabila saham dijual oleh pemegangnya
kepada pihak lain, maka hal itu tidak perlu dibukukan oleh
perseroan yang mengeluarkan saham tersebut, tetapi
cukup dengan membuat suatu catatan atau keterangan
dalam buku saham. Sudah barang tentu perseroan
memiliki daftar pemegang saham yang diperlukan untuk
mengundang mereka dalam rapat umum pemegang saham
atau untuk pembayaran deviden, tetapi hal ini tidak
membutuhkan pengakuan akuntansi

Lanjutan...


KELANGSUNGAN HIDUP
karena kepemilikan saham bisa dipindahtangankan atau
dioperkan kepada pihak lain tanpa mengganggu jalannya
operasi perusahaan, maka kelangsungan hidup perseroan

lebih terjamin bila dibandingkan dengan persekutuan.

Lanjutan...


KEMAMPUAN MENINGKATKAN MODAL
tanggungjawab terbatas pemegang saham dan kemudahan
dalam menjual kembali saham merupakan daya tarik yang
menyebabkan perseroan mudah meningkatkan modalnya
apabila dikehendaki. Baik pemegang saham dalam jumlah
besar maupun kecil, sama-sama mempunyai hak pemilikan
dalam perseroan. Dengan demikian perseroan tidak hanya
menarik bagi orang-orang kaya tetapi juga penanam modal
kecil. Oleh karena itu di negara-negara yang sudah maju
seperti di Amerika Serikat tidak jarang kita jumpai adanya
perseroan yang mengedarkan jutaan lembar saham dan
memiliki ribuan pemegang saham. Keadaan itulah yang
menyebabkan perseroan umumnya bermodal besar.

Jenis-jenis saham



Saham biasa



Saham preferen

Dividen


Dividen adalah bagian laba yang dibagikan kepada pemegang saham.
Apabila dewan komisaris mengumumkan pembagian divide maka
pemegang saham preferen akan mendapat sejumlah dividen tahunan
tertentu sebelum ditentukan dividen untuk pemegang saham biasa.
Besarnya dividen tahunan untuk pemegang saham preferen ini
ditetapkan dalam akte pendirian perseroan yaitu dalam bentuk
presentase tertentu dari nilai pari saham atau dari nilai tertentu bila
saham tidak mempunyai nilai pari.. Sebagai contoh bila tiap lembar
saham preferen bernilai Rp 100.000 dengan tingkat divide 6%, maka

pemegang saham preferen akan emnerima dividen sebesar Rp 6000
untuk tiap lembar saham yang dimilikinya.



Namun demikian saham preferen bersifat kumulatif artinya bila pada
suatu tahun tertentu dividen preferen tidak dibayar, maka pada tahun
berikutnya sebelum menentukan dividen untuk pemegang saham biasa,
terlebih dahulu diperhitungkan untuk pemegang saham preferen
termasuk dividen preferen tahun yang lalu. Saham prefren semacam ini
disebut dengan saham preferen kumulatif.

Lanjutan...


Apabila pemegang saham preferen telah mendpaat bagian
dividen, maka berikutnya merupakan giliran pemegang saham
biasa untuk dihitung dividennya apabila masih terdapat sisa laba
yang akan dibagikan. Dalam situasi tertentu, pemegang saham
preferen mungkin masih akan menerima dividen tambahan

bersama-sama dengan pemegang saham biasa. Saham preferen
demikian disebut saham preferen partisipatif, tetapi jika tidak
mempunyai hak atas tambahan dividen amka saham tersebut
disebut saham preferen non partisipatif.



Contoh : saham perseroan yang beredar terdiri atas 2000 lembar
saham biasa yang masing-masing bernilai pari Rp 100.000 dan
1000 lembar saham preferen 6% partisipatif, yang masing-masing
bernilai pari Rp 100.000. seandainya perseroan memutuskan
untuk membagikan dividen sejumlah Rp 27.000.000, maka
pembagiannya akan dilakukan sbb :

TABEL PEMBAGIAN DIVIDEN
(dalam ribuan rupiah)
Preferen

Biasa


Jumlah

Saham yang
beredar

Rp 100.000

Rp 200.000

Rp 300.000

Deviden
preferen 6%
dan dividen
untuk saham
biasa juga 6%

Rp 6000

Rp 12.000


Rp 18.000

Sisa sebesar
Rp 9000
dibagi rata
kepada semua
pemegang
saham : Rp
9000/Rp
300.000 = 3%

Rp 3000

Rp 6000

Rp 9000

Jumlah dividen
yang

dibagikan

Rp 9000

Rp 18.000

Rp 27.000

Tarif
pembagian

9%

9%

SAHAM BERNILAI PARI DAN
TIDAK BERNILAI PARI


Akte pendirian biasanya menyebutkan nilai tertentu untuk tiap nilai
lembar saham yang disebut nilai pari saham. Pada waktu saham
pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat, biasanya harga jual
saham sama dengan nilai parinya. Tetapi bila telah berjalan
beberapa tahun maka harga saham dipasaran mungkin lebih tinggi
atau lebih rendah dari nilai parinya. Hal ini akan sangat tergantung
pada penilaian masyarakat terhadap perseroan yang bersangkutan.
Salah satu faktor yang berpengaruh atas nilai pari saham adalah
tingkat keuntungan perseroan pada masa yang lalu dan prospek
perseroan di masa depan. Nilai pari sangat penting artinya dalam
rangka melakukan pencatatan akuntansi atas saham.



Seperti yang telah disebutkan, saham mungkin dijual dengan harga
yang berbeda dengan nilai parinya. Bila saham dijual dengan harga
lebih tinggi dari nilai parinya, maka selisih kelebihan harga jual di
atas nilai pari disebut agio saham, sebaliknya jika selisih kurang
disebut disagio saham.

PENGELUARAN SAHAM
SECARA TUNAI
1. Menjual 1000 lembar saham preferen 7%, nilai pari Rp
100.000 kurs 105
jurnalnya :
kas Rp 105.000.000
saham preferen 7%

Rp 100.000.000

agio saham preferen

Rp

5.000.000

2. Menjual 1000 lembar saham preferen 6% nilai pari Rp
100.000 kurs 98
jurnalnya :
kas Rp 98.000.000
disagio saham preferen Rp 2.000.000
saham preferen 6%

Rp 100.000.000

Lanjutan...
3. Menjual 5000 lembar saham biasa tanpa nilai pari, harga
yang ditetapkan Rp 20.000 per lembar, dengan harga jual
Rp 30.000
jurnalnya :
kas

Rp 150.000.000
saham biasa

Rp 100.000.000

agio saham biasa

Rp 50.000.000

SAHAM YANG DIPEROLEH
KEMBALI


Apabila suatu perseroan membeli kembali saham-sahamnya yang telah
beredar tetapi tidak bermaksud menghentikan saham tersebut (disimpan
oleh perusahaan) maka saham ini disebut saham diperoleh kembali.



Pembelian kembali saham yang sudah beredar ini bisa dilakukan karena
berbagai tujuan, misalnya apabila perseroan menginginkan agar saham2
dimiliki oleh karyawannya, maka saham2 yang telah dibeli kembali oleh
persero akan dijual kepada para karyawannya. Namun apapun alasannya,
apabila perseroan membeli kembali sahamnya, maka untuk suatu jangka
waktu tertentu akan terjadi pengurangan modal pemilik. Oleh karena itu
saham yang dibeli kembali tidak boleh dipandang sebagai aset.



Saham terbian sendiri yang berada di tangan perseroan tidak memiliki
hak suara dan juga tidak akan mendapat pembagian dividen. Hal ini
mudah dimengerti karena akan kelihatan ganjil apabila perseroan
memiliki sebagian dari dirinya sendiri atau membayar pembagian divide
kepada dirinya sendiri.

Lanjutan...


Prosedur yang umum digunakan untuk mencatat pembelian kembali
saham adalah dengan mendebet akun saham diperoleh kembali sebesar
harga perolehannya. Didalam neraca harga perolehan tersebut harus
dikurangkan terhadap jumlah aku2 modal.



Contoh : suatu perseroan memiliki 2000 lembar saham biasa yang beredar
dengan nilai pari Rp 100.000 per lembar. Perseroan tersebut bermaksud
membeli kembali 100 lembar sahamnya dengan harga Rp 120.000 per
lembar. Jurnal yang harus dibuat untuk menctat transaksi pembelian
kembali saham adalah sbb :



Saham diperoleh kembali
kas

Rp 12.000.000

Rp 12.000.000

Bila dikemudian hari perseroan bermaksud menjual kembali saham yang
diperoleh kembali, maka perseroan bisa menentukan harga tertentu
yang dikehendaki. Tetapi jika penjualan kembali dilakukan dengan harga
yang lebih tinggi dari harga belinya, maka selisih harga yang terjadi
tidak boleh dipandang sebgaia laba dan oleh karenanya tidak boleh
ditambahkan pada laba ditahan.

LABA DITAHAN


Deviden adalah laba yang dibagikan kepada para
pemegang saham.



Tidak jarang dewan komisaris memutuskan untuk
menyisihkan sebagian dari laba ynag diperoleh perseroan
untuk tujuan2 tertentu seperti misalnya untuk perluasan
perusahaan atau untuk menghadapi kemungkinan adanya
kerugian besar di masa yang akan datang.

DIVIDEN TUNAI


Pada umumnya dividen dibayarkan dalam bentuk tunai dan
pembayarannya dilakukan setahun sekali. Dalam perusahaan
yang besar kadang2 deviden dibayar tiap kwartal dan pada
akhir tahun dibayar sejumlah dividen extra.



Contoh : suatu perseroan memiliki 1000 lembar saham
preferen 6% dengan nilai pari Rp 100.000 dan 3000 lembar
saham biasa dengan nilai pari Rp 50.000. perseroan tersebut
mengumumkan akan membayar deviden tetap untuk saham
preferen sebesar Rp 6.000 per lembar dan untuk saham biasa
akan dibayar dividen sebesar Rp 4.000. dengan demikian laba
yang akan dibagikan sebagai deviden seluruhnya berjumlah
Rp 18.000.000. maka jurnal pada saat pengumuman adlah :
laba ditahan

Rp 18.000.000

utang deviden saham preferen

Rp 6.000.000

utang deviden saham biasa

Rp 12.000.000

Lanjutan..


Selama deviden belum dibayar, dalam pembukuan akan
nampak utang deviden kepada para pemegang saham.
Pada saat deviden dibayar tunai, perlu dibuat jurnal
pengeluaran kas sebagai berikut :
utang deviden

Rp 6.000.000

utang deviden biasa
kas

Rp 12.000.000
Rp 18.000.000

Dividen
Dividen dan
dan Kebijakan
Kebijakan Dividen
Dividen

Contoh
Contoh Kebijakan
Kebijakan Dividen
Dividen

Dividen
Dividen dan
dan Kebijakan
Kebijakan Dividen
Dividen

Dividen
Dividen dan
dan Kebijakan
Kebijakan Dividen
Dividen

Cash Dividend: dividen yang dibayarkan dalam bentuk
kas.
Contoh 1: (Cash dividend). Pada tanggal 10 Juni 2006,
PT Renjana mengumumkan dividen tunai sebesar
Rp2.500,00 per lembar saham untuk 1.800.000 lembar
saham yang tercatat pada tanggal 16 Juni 2006.
Dividen ini akan dibayarkan pada tanggal 16 Juli 2006.

Property Dividend: dividen yang dibayarkan dalam bentuk Aset
selain kas.

Contoh 2: (Property dividend). PT Belladona ingin menyerahkan
investasi dalam sekuritas yang memiliki kos Rp2.500.000.000
kepada para pemegang saham dengan mengumumkan property
dividen pada tanggal 28 Desember 2006. Penyerahan ini akan
dilakukan pada tanggal 30 Januari 2007 untuk pemegang saham
yang tercatat pada tanggal 15 Januari 2007. Pada saat dividen ini
diumumkan, nilai pasar sekuritas adalah Rp4.000.000.000.

Scrip Dividend: yaitu dividen yang pembayarannya
ditunda, dengan cara mengeluarkan scrip, yang
menyerupai utang wesel.

Contoh 3: (Scrip dividend). PT Mutiara saat ini tidak
memiliki kas dalam jumlah yang cukup untuk membayar
dividen, oleh karena itu pada tanggal 27 Mei 2006
perusahaan mengumumkan scrip dividend, berupa wesel
berjangka 2 bulan senilai Rp1.600 per lembar untuk
2.531.250 lembar saham yang tercatat pada tanggal 5 Juni
2006. Wesel tersebut berbunga 10% dan jatuh tempo
pada tanggal 27 Juli 2006.

Liquidating Dividend (dividen likuidasi)
Contoh 4: (Liquidating dividend). PT Cempaka
mengumumkan dividen tunai sebesar Rp2.400.000.000
dengan catatan Rp900.000.000 merupakan pembagian
laba, sedangkan sisanya merupakan pengembalian
modal.

Stock Dividend (dividen saham): yaitu dividen yang
diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk saham.
Contoh 5. (Stock Dividend). PT Indragiri saat ini memiliki
1.000 lembar saham beredar yang memiliki nilai nominal
Rp200.000 per lembar, dan saldo laba ditahan sebesar
Rp100.000.000. Perusahaan mengumumkan stock
dividend 10%, dengan mengeluarkan 100 lembar saham.
Nilai pasar saham pada saat itu adalah Rp260.000 per
lembar.

Dividen
Dividen dan
dan Kebijakan
Kebijakan Dividen
Dividen

Dividen
Dividen dan
dan Kebijakan
Kebijakan Dividen
Dividen

Dividen
Dividen dan
dan Kebijakan
Kebijakan Dividen
Dividen



Saham :






Saham Biasa
Saham Preferen mendapatkan prioritas
terlebih dulu untuk mendapatkan dividen

SAHAM PREFEREN
Kumulatif >< Tidak Kumulatif




Kumulatif: dividen yang tidak dibagikan
dianggap sebagai tunggakan .
Tidak Kumulatif: dividen yang tidak dibagikan
dianggap hilang.



Partisipasi: pembagian dividen dibagi
sama (dgn prosentase tertentu) dengan
saham biasa.





Tidak Berpartisipasi
Partisipasi penuh: selain mendapatkan
dividen dgn prosentase tertentu, juga
mendapatkan tambahan dividen (jika
terdapat sisa) secara proporsional dgn
saham biasa.
Partisipasi tidak penuh (parsial): selain
mendapatkan dividen dgn prosentase
tertentu, juga mendapatkan tambahan
dividen (jika terdapat sisa) dgn prosentase
sebesar sisa partisipasinya.

Perhitungan
Perhitungan Dividen
Dividen

Perhitungan
Perhitungan Dividen
Dividen

Perhitungan
Perhitungan Dividen
Dividen

Perhitungan
Perhitungan Dividen
Dividen

Perhitungan
Perhitungan Dividen
Dividen

Stock
Stock Splits
Splits

Pencadangan
Pencadangan Laba
Laba Ditahan
Ditahan
1. Merupakan penyisihan/pencadangan sebagian
dari laba ditahan untuk keperluan khusus,
seperti reinvestasi, ekspansi, dsb.
2. Diatur dengan FASB Statement No. 5
"Accounting for Contingencies": Pembatasan
laba ditahan merupakan praktik yang dapat
diterima, namun harus disajikan sebagai bagian
dari kelompok rekening Modal di dalam Neraca,
dan harus diidentifikasikan dengan jelas sesuai
dengan tujuan pencadangan tersebut.

Pencadangan
Pencadangan Laba
Laba Ditahan
Ditahan
3. Pada dasarnya "hanya" merupakan reklasifikasi
laba ditahan, yang mencerminkan keinginan
manajemen untuk tidak membagikan "bagian
yang dicadangkan" untuk dibagikan sebagai
dividen, karena perusahaan ingin
menggunakannya untuk keperluan khusus.
4. Apabila pencadangan dipandang tidak
diperlukan lagi, maka saldo laba ditahan yang
disisihkan tersebut harus dikembalikan ke
rekening Laba Ditahan.

Pencadangan
Pencadangan Laba
Laba Ditahan
Ditahan
Pencatatan Pembatasan LDT
• Dibentuk cadangan untuk perluasan pabrik sebesar
Rp800.000.000,00 per tahun selama 5 tahun dengan
cara mentransfer dari Laba Ditahan