PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEDIA LKS MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 5 KODI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam masyarakat modern dewasa ini, seperti Indonesia telah

  menjadi wacana publik. Dari kemajuan negara-negara industri modern dewasa ii tampak dengan jelas peranan pendidikan. Bahkan, kemajuan suatu bangsa tidak terlepas pula dari upaya untuk mengembangkan prinsip hidup berdemokrasi. Pendidikan bukan lagi urusan keluarga seperti dalam masyarakat tradisional (Tilaar, 2016:3).

  Pendidikan di indonesia mempunyai permasalahan yang sangat kompleks, salah satu diantaranya adalah rendahnya kualitas proses dan hasil pembelajaran.

  Usaha untuk meningkatkan kualitas tidak dapat hanya dibebankan kepada Departemen Pendidikan Nasional, tetapi semua pihak yang terlibat di dunia pendidikan. Perbaikan kualitas harus dimulai dari lapangan. Guru mengadakan perbaikan kualitas harus dimulai dari lapangan. Guru mengadakan perbaikan di kelas tempat mengajar dan kepala sekolah di sekolah yang di pimpin melalui penelitian pendidikan (Daryanto, 2010:1).

  Menurut Trianto (2011:1) salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak dalam rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Hal ini disebabkan oleh pola pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu.

  Artinya, sampai saat ini model pembelajaran dengan guru sebagai pusat dari semua proses belajar mengajar masih sangat dominan. Akibatnya peserta didik yang harusnya bisa berkembang lewat proses menemukan sendiri informasi dan ilmu pengetahuan untuk diolah dan dianalisa sendiri mengalami kemandekan.

  Keberhasilan pencapaian kompetensi satu mata pelajaran tergantung kepada beberapa aspek. Salah satu aspek yang sangat mempengaruhi adalah bagaiamana cara seorang guru dalam melaksanakan pelajaran. Kecenderungan pembelajaran saat ini masih berpusat pada guru dengan bercerita atau berceramah.

  Siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Akibatnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran rendah. Di samping itu, media jarang digunakan dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi kering dan kurang bermakna (Uno, 2011: 75).

  Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk membuat siswa mendapatkan pemahaman yang baik dalam proses belajarnya adalah dengan menerapkan problem based learning (PBL). Menurut Arends (2008: 41), PBL adalah pembelajaran yang menyuguhkan berbagai situasi masalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi se-bagai batu loncatan untuk invetigasi dan penyelidikan. Sedangkan Sanjaya ( 2009: 214) juga berpendapat bahwa PBL dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.

  Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian PBL adalah pembelajaran yang memberikan masalah kepada siswa dan siswa diharapkan untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan melaksanakan pembelajaran yang aktif. Sehingga pada pembelajaran ini siswa yang selalu aktif, guru hanya sebagai fasilitator.

  Model pembelajaran dapat tercapai dan suskses dilakukan sesuai dengan tujuan pembelajaran apabila dipadukan dengan media pembelajaran yang tepat. Pencapaian tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik karena adanya media. Menurut Arsyad (2011: 4) media pembelajaran merupakan suatu perantara yang membawa pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran. Hal ini sejalan yang diungkapkan oleh Angkowo (2007: 11) media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat terlibat dalam proses pembelajaran. Banyak media yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah media cetak.

  Media cetak dapat berupa diktat, handout, modul, LKS, LDS dan charta. Media Cetak yang digunakan dapat berupa gambar. Agar siswa lebih mudah memahami materi sistem peredaran darah maka dalam pengaplikasian model pembelajaran ditambahkan dengan media LKS (Angkowo, 2007: 11)

  Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran. Secara umum, LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan rencana pembelajaran. Lembar kerja siswa berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaaan yang harus dijawab oleh siswa). LKS sangat baik dipakai untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar, baik dipergunakan dakan strategi heuristik maupun strategi ekspositorik. Dalam rancangan heuristik, LKS dipakai dalam penerapan metode terbimbing, sedangkan strategi ekspositorik, LKS dipakai untuk memberikan latihan pengembangan (Hamdani, 2011:74).

  Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Kodi yang terletak di Kecamatan Kodi. SMP Negeri Negeri 5 Kodi adalah sekolah yang terletak di pedesaan. Dimana kesadaran dan motivasi anak dalam pendidikan tidak terlalu baik. Menghadapai perkembangan anak yang berinteraksi dengan lingkungan khususnya dengan lingkungan sosialnya, maka metode yang dipakai adalah yang sesuai dengan kekuatan serta minat peserta-didik. Pembelajaran biologi memiliki beberapa materi pelajaran seperti materi sistem peredaran darah yang membutuhkan strategi belajar yang tepat. Pemahaman siswa didapatkan tidak cukup hanya dengan memahami konsep yang berasal dari guru, siswa juga perlu berkembang secara mandiri melalui proses berpikir dan bekerja sama. Materi sistem peredaran darah ini membutuhkan pemahaman konsep yang matang karena banyaka materi hafalan terutama bahasa ilmiah yang digunakan. Selain itu, buku LKS yang digunakan siswa berisi gambar hitam putih yang tidak jelas.

  LKS yang digunakan kurang menarik karena tidak disertai dengan peta konsep, gambar hanya sedikit yang mewakili materi dan materinya terlalu singkat. sehingga siswa merasa kesulitan untuk memahami suatu konsep materi dalam sistem peredaran darah ini.

  Model pembelajaran dan media pembelajaran yang tepat dapat membuat siswa dapat memperbaiki hasil belajarnya. Menurut Sudjana (2011:222) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya . hasil belajar biasanya menggunakan angka-angka yang tercantum di rapor siswa. Digunakan untuk mengukur keterampilan dan pengetahuan siswa selama proses belajar mengajar.

  Penelitian yang dilaksanakan akan menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan kualitatif. Untuk mengukur hasil belajar, peneliti menggunakan soal-soal tes yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem peredaran darah pada manusia.

  Sebagai bahan rujukan, maka peneliti menggunakan beberapa penelitian yang relevan. Salah satunya adalah penelitian oleh Tarmizi (2017) dengan judul penelitian, Penggunaan Lks Berbasis PBL Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Cahaya Di SMPN 1 Kembang Tanjong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis PBL dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam belajar pada materi cahaya di SMPN 1 Kembang Tanjong. Hal ini dapat dilihat tingginya perolehan skor rata-rata N- Gain pada kelas eksperimen sebesar 0,86 dibandingkan dengan kelas kontrol yang diterapkan pembelajaran konvensional hanya mencapai 0,74.

  Berdasarkan deskripsi di atas, maka hasil belajar dipengaruhi oleh model pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan. Siswa yang memiliki minat belajar baik akan dapat mencapai hasil belajar kognitif yang baik. Judul yang diajukan dalam penelitian ini adalah, “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Leaning (PBL) dengan media LKS materi sistem peredaran darah terhadap hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Kodi.”

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada Pengaruh Model Pembelajaran Problem

  Based Leaning (PBL) dengan media LKS materi sistem peredaran darah

  terhadap hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Kodi?”

  C. Tujuan Masalah

  Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran objektif tentang pengaruh model pembelajaran Problem Based Leaning (PBL) dengan media LKS materi sistem peredaran darah terhadap hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Kodi.

  D. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.

  1) Manfaat Teoritis

  a) Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah hasil penelitian akan bermanfaat bagi referensi model pembelajaran yang bervariasi untuk membuat siswa berminat dalam pembelajaran. Dengan model pembelajaran yang dinamis siswa akan dapat membuat konsep diri yang lebih baik. Dengan demikian maka hasil belajar siswa akan semakin memuaskan b) Manfaat teoritis berikutnya adalah model pembelajaran ini akan menjadi rujukan bagi pengembangan model pembelajaran yang dapat mengasah hasil belajar siswa.

  2) Manfaat Praktis

  a) Untuk Siswa Hasil penelitian ini akan membuat siswa berminat dan menikmati proses belajar mengajar. Dengan model pembelajaran yang tepat maka siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan lebih baik

  b) Untuk Guru Hasil penelitian akan dapat menjadi referensi bagi guru dalam pengembangan model pembelajaran dalam kelas. Dengan model pembelajaran yang dinamis kelas akan menjadi hidup dan siswa senang dalam proses pembelajaran.

  .

E. Definisi Istilah

  1. Problem Based Learning

  Menurut Arends (2008: 41), PBL adalah pembelajaran yang menyuguhkan berbagai situasi masalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi se-bagai batu loncatan untuk invetigasi dan penyelidikan.

  2. LKS

  Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran. Secara umum, LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan rencana pembelajaran. (Hamdani, 2011:74).

3. Hasil Belajar

  Menurut Sudjana (2011:222) hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya . hasil belajar biasanya menggunakan angka-angka yang tercantum di rapor siswa. Digunakan untuk mengukur keterampilan dan pengetahuan siswa selama proses belajar mengajar.

BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang menjadi dasar penelitian yaitu, (1) Belajar Biologi, (2) ) model pembelajaran, (3) PBL, (4) Media LKS, (5) hasil

  belajar kognitif, (6) Materi sistem peredaran darah, (7) penelitian yang relevan, (8) hipotesis penelitian.

A. Belajar Biologi

  Belajar didefinisikan sebagai proses dan usaha untuk menguasaan materi dan ilmu pengetahuan dan merupakan kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman, 2011: 22). Definisi ini memuat beberapa unsur yang menyatakan bahwa belajar, yaitu: (1) proses penguasaan materi, (2) usaha untuk mengkolaborasi antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru, dan (3) membentuk kepribadian seutuhnya.

  Pandangan kontruktivisme lebih menekankan bahwa belajar adalah hasil penalaran yang merupakan proses pembentukan pengetahuan. Kukla (Wardoyo, 2013: 23) menyatakan ” all our concepts are constructed”, hal tersebut dapat diartikan bahwa semua konsep yang didapat oleh setiap organisme merupakan suatu hasil dari proses konstruksi, sehingga setiap individu yang memperoleh informasi merupakan sebuah hasil penalaran yang merupakan proses konstruksi. Proses belajar kontruktivisme memerlukan beberapa kemampuan: 1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, 2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, dan 3) kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dan lainnya.

  Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan usaha sengaja, terarah dan bertujuan agar orang lain dapat memperoleh pengalaman yang bermakna (BSNP, 2006: 30). Pembelajaran biologi di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta proses pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari. Penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa (Oemar Hamalik, 2010:36).

  Biologi sebagai ilmu memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang lain. Biologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup dan kehidupannya dari berbagai aspek persoalan dan tingkat organisasinya. Produk keilmuan biologi berwujud kumpulan faktafakta maupun konsep-konsep sebagai hasil dari proses keilmuan biologi(Sudjoko, 2001:2).

  Proses pembelajaran biologi sebagai suatu sistem, pada prinsipnya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara komponenkomponen raw input (peserta didik), instrumental input (masukkan instrumental), environment (lingkungan), dan outputnya (hasil keluaran). Keempat komponen tersebut mewujudkan sistem pembelajaran biologi dengan prosesnya berada di pusatnya.

  Komponen masukan instrumental, yang berupa kurikulum, guru, sumber belajar, media, metode dan sarana dan prasarana pembelajaran, nampaknya sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran biologi. Dalam teori modern, proses pembelajaran tidak tergantung pada keberadaan guru (pendidik) sebagai pengelola proses pembelajaran (Suhardi, 2010: 1).

  Proses belajar bologi menurut Djohar merupakan perwujudan dari interaksi subjek (anak didik) dengan objek yang terdiri dari benda dan kejadian, proses dan produk. Pendidikan biologi harus diletakkan sebagai alat pendidikan, bukan sebagai tujuan pendidikan, sehingga konsekuensinya dalam pembelajaran hendaknya memberi kesempatan kepada subjek belajar untuk melakukan interaksi dengan objek belajar secara mandiri, sehingga dapat mengeksplorasi dan menemukan konsep. (Suratsih, 2010: 8).

  Berdasarkan KTSP (BSNP, 2006: 452), mata pelajaran biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar dan penyelesaian masalah bersifat kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam bidang lainnya.

B. Model Pembelajaran

  Model pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa. Istilah “model pembelajaran” berbeda dengan strategi pembelajaran, model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran meliputi suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar psikolohi dengan pendekatan setting eksperimen yang dilakukan (Amri, 2013:4).

  Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, model atau prosedur. Ciri- ciri tersebut seperti yang dikutip Trianto (2007:6):

  1) Rasional teoretik logis yang disususn oleh para pencipta atau pengembangnya; 2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai); 3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan 4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat dicapai (Kardi dan Nur, 2000:9).

  Menurut Nieveen (1999) yang dikutip Trianto (2007:8), suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) Sahih, (2) Praktis, (3) Efektif.

  Menurut Amri (2013:4) model pembelajaran mempunya empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau model tertentu, yaitu: a) Rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya

  b) Tujuan pembelajaran yang akan dicapai

  c) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil d) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

  Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks (pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai contoh pengklasifikasian berdasarkan tujuan adalah pembelajaran langsung, suatu model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar seperti tabel perkalian atau untuk topik-topik yang banyak berkaitan dengan penggunaan alat. Akan tetapi ini tidak sesuai bila digunakan untuk mengarkan konsep-konsep matematika tingkat tinggi (Amri, 2013:5).

  Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaraan adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan guru sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran.

C. Problem Based Learning

  Menurut Arends (2008: 41), PBL adalah pembelajaran yang menyuguhkan berbagai situasi masalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi se-bagai batu loncatan untuk invetigasi dan penyelidikan. Sedangkan Sanjaya (2009:214) juga berpendapat bahwa PBL dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian PBL adalah pembelajaran yang memberikan masalah kepada siswa dan siswa diharapkan untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan melaksanakan pembelajaran yang aktif. Sehingga pada pembelajaran ini siswa yang selalu aktif, guru hanya sebagai fasilitator.

  Menurut Wulandari (2013:183) metode PBL merupakan metode pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan dunia nyata. PBL merupakan pembelajaran aktif progresif dan pendekatan pembelajaran berpusat pada masalah yang tidak terstruktur yang digunakan sebagai titik awal dalam proses pembelajaran. PBL menggunakan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemam-puan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan masalah-masalah yang dimunculkan. PBL sering dilakukan dengan pendekatan tim melalui penekanan pada pembangunan ke-terampilan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, diskusi, pemeliharaan tim, manajemen konflik, dan kepemimpinan tim.

  Karakteristik metode PBL adalah: (1) pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah yang mengambang yang berhubungan dengan kehidupan nyata; (2) masalah dipilih sesuai dengan tujuan pembelajaran; (3) siswa menyelesaikan masalah dengan penyelidikan auntetik; (4) secara bersama-sama dalam kelompok kecil, siswa mencari solusi untuk memecahkan masalah yang diberikan; (5) guru bertindak sebagai tutor dan fasilitator; (6) siswa bertanggung jawab dalam memperoleh pengetahuan dan informasi yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja; (7) siswa mem-presentasikan hasil penyelesaian masalah dalam bentuk produk tertentu (Wulandari, 2013:183).

  Langkah-langkah metode problem based learning dalam penelitian mata pelajaran biologi materi system peredaran darah pada manusia yaitu : (1) Memberikan permasalahan kepada siswa dimana permasalahan tersebut berhubungan dengan kehidupan sehari-hari (2) Guru mengorganisasikan siswa dalam beberapa kelompok.

  (3) Guru membantu siswa mengorganisasi-kan tugas belajar sesuai dengan masalah (4) Siswa mengumpulkan pengetahuan dan melakukan percobaan sesuai dengan pemecahan masalah yang diberikan (5) Siswa mengembangkan dan menyajikan hasil karya

  Kelebihan model PBL menurut Sekarwinahayu (2005:65) yaitu: fokus pada kebermaknaan, meningkatkan kemampuan siswa untuk berinisiatif, pengembangan keterampilan dan pengetahuan, pengembangan sikap, dan jenjang pencapaian pembelajaran dapat di tingkatkan.

D. Media LKS

  Media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Adapun media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan intruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran (Hamdani, 2013: 243).

  Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri atas buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide (gambar), foto, gambar, grafik, televise, dan computer. Media yang dapat diproyeksikan bisa berupa gambar diam (still

  

picture) atau bergerak (motion Picture). Selain membangkitkan motivasi dan

  minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpecaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

  Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran. Secara umum, LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan rencana pembelajaran. Lembar kerja siswa berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaaan yang harus dijawab oleh siswa). LKS sangat baik dipakai untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar, baik dipergunakan dakan strategi heuristik maupun strategi ekspositorik. Dalam rancangan heuristik, LKS dipakai dalam penerapan metode terbimbing, sedangkan strategi ekspositorik, LKS dipakai untuk memberikan latihan pengembangan (Hamdani, 2011:74).

  Menurut Hamdani (2011:75) LKS sebaiknya dirancang oleh guru sesuai dengan pokok bahasan dan tujuan pembelajarannya. LKS dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan pada tahap penanaman konsep (menyampaikan konsep baru) atau pada tahap pemahaman konsepp (tahap lanjutan dari penanaman konsep) karena LKS dirancang untuk membimbing siswa dalam mempelajari topik. Pada tahap pemahaman konsep, LKS dimanfaatkan untuk mempelajari pengetahuan tentang topik yang telah dipelajari, yaitu penanaman konsep.

  LKS yang digunakan siswa harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dikerjakan siswa dengan baik dan dapat memotivasi belajar siswa. Menurut Tim Penatar Provinsi Dati 1 Jawa tengah, hal-hal yang diperlukan dalam penyusunan LKS adalah (Hamdani, 2011:75):

  (1) Berdasarkan buku pegangan siswa (2) Mengutamakan bahan yang penting

  (3) Menyesuaikan tingkat kematangan berpikir siswa Menuru Pandoyo (Hamdani, 2011:75) kelebihan dari penggunaan LKS adalah”

  (1) Meningkatkan aktivitas siswa (2) Mendorog siswa mampu bekerja sendiri (3) Membimbing siswa secara baik ke arah pengembangan konsep

E. Hasil Belajar Kognitif

  Menurut Suprijono (2013:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pada Gagne, hasil belajar berupa:

  (1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan atau tulisan. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tudak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan. (2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sitesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. (3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

  (4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan kordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. (5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan esternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standart perilaku.

  Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afeektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowlegde (pengetahuan, ingatan),

  

comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application

  (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk banguanan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan

  

routinized. Psikomotor juga meliputi ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial,

managerial, dan intelektual.

  Menurut Sudjana (2011:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

F. Materi Sistem Peredaran Darah

  SK : Memahami berbagai sistem dalam kehidupan sehari-hari KD : Mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

  Materi pokok: Sistem peredaran darah manusia. Materi yang akan dibahas adalah:

  (1) Darah

  Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya tedapat unsur-unsur padat yaitu sel darah, yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira 5 liter. Sekitar 55% cairan, sedangkan 45% persen sekitarnya terdiri atas sel darah.

  (2) Plasma darah

  Plasma darah atau cairan darah terdiri atas 90% air, 8% protein, yang terdiri dari albumin, globulin, protombin, dan fribinogen. Dan 0,9% mineral yang terdiri dari NaCl, natrium, bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor, magnesium, besi, serta 0,1 % berupa sejumlah bahan organik yaitu enzim, antigen, glukose, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kholesterol, asam amino.17Protein yang larut didalam darah adalah protein darah.

  Protein darah yang penting antara lain fibrinogen yang penting untuk proses pembekuan darah, albumin penting untuk menjaga tekanan osmotik darah, dan globulin penting untuk membentuk antibodi (zat kebal).

  (3) Sel darah Merah Sel darah merah berbentuk pipih dengan garis tengah 7,5 tm.

  Eritrosit cekung di bagian tengahnya (bikonkaf) dan tidak berinti, sehingga nampak dari samping seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Setiap 1mm³ (ml) darah mengandung lebih kurang 5 juta sel darah merah. Sel darah merah mengandung hemoglobin (Hb). Hemoglobin atau zat warna darah adalah suatu protein yang mengandung unsur besi. Fungsi utama hemoglobin adalah mengikat oksigen. Oksigen tersebut diangkut dari paru-paru dan diedarkan ke seluruh tubuh. Hemoglobin yang mengikat oksigen membentuk oksihemoglobin dengan rumus sebagai berikut 2Hb2+ 4O2 4HbO2. Sel darah merah dibentuk oleh sumsum merah tulang pada tulang pipa dan tulang pipih.

G. Penelitian Relevan

  Sebagai bahan rujukan, maka peneliti menggunakan beberapa penelitian yang relevan sebagai berikut.

  Tarmizi (2017) dengan judul penelitian, Penggunaan Lks Berbasis PBL Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Cahaya Di Smpn 1 Kembang Tanjong. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dengan menggunakan LKS berbasis PBL pada materi cahaya. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Kembang Tanjong. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan melibatkan dua kelompok belajar yaitu kelas eksperimen dan kontrol. Masing-masing kelas terdiri atas 20 orang siswa. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah tes untuk melihat peningkatan berpikir kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis PBL dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam belajar pada materi cahaya di SMPN 1 Kembang Tanjong. Hal ini dapat dilihat tingginya perolehan skor rata-rata N- Gain pada kelas eksperimen sebesar 0,86 dibandingkan dengan kelas kontrol yang diterapkan pembelajaran konvensional hanya mencapai 0,74.

  Fadel Rista Perdana (2017) Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Lembar Kerja Siswa Berbasis Problem Based Learning Pada Materi Fluida Statis Terhadap Hasil Belajar Fisika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan lembar kerja siswa berbasis problem based learning pada materi fluida statis terhadap hasil belajar fisika dan untuk meningkatkan hasil belajar fisika. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 6 dan 5 SMAN 16 Bandarlampung sebanyak 64 siswa. Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Hasil uji independent sample t-test didapatkan nilai t hitung > t tabel (9,965>1,670) dan signifikansi (0,000≤0,05) artinya terdapat pengaruh hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rata-rata nilai N-gain pada kelas eksperimen sebesar 0,570, sedangkan 0,298 untuk kelas kontrol. Artinya terjadi peningkatan yang lebih besar jika dilihat dari perbedaan rata-rata Ngain hasil belajar fisika kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

H. Hipotesis

  Ha= Ada Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Leaning (PBL) dengan media LKS materi sistem peredaran darah terhadap hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Kodi. H0= tidak ada pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Leaning (PBL) dengan media LKS materi sistem peredaran darah terhadap hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Kodi

H. Kerangka Berpikir

  Kondisi awal pada pembelajaran sistem peredaran darah pada manusia di kelas VIII adalah kelas terkesan monoton karana guru tidak menggunakan model pembelajaran yang menarik. Hal ini mengakibatkan siswa kurang aktif dalam belajar dan mengakibatkan rendahnya pemahaman siswa pada materi peredaran darah. Agar poses pembelajaran dapat menarik minat siswa, maka guru perlu menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. Salah satunya adalah problem based learning dengan media LKS.

  Penelitian yang dilaksanakan akan menggunakan metode eksperimen menggunakan model pembelajaran PBL dengan media LKS. Untuk mengukur hasil belajar, peneliti menggunakan soal-soal tes yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem peredaran darah pada manusia. Secara sederhana kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah,

  Observasi Awal Siswa kurang aktif di kelas Siswa sulit menguasai materi Hasil belajar rendah

  Solusi Penerapan Problem Based Learning dengan media LKS Pengaruh PBL dengan media LKS Hasil Belajar / prestasi siswa meningkat

  Hasil Penelitian Pembelajaran menyenangkan Kesimpulan Siswa lebih aktif di kelas

  Rasa percaya diri siswa meningkat

Bagan 2.1 Kerangka Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan tentang (1) rancangan penelitian, (2) Lokasi

  dan tempat penelitian, (3) Sumber data, (4) Populasi dan Sampel, (5) Pengumpulan Data, (6) Analisis Data.

A. Rancangan Penelitian

  Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Desain dalam penelitian ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yag dilakukan sebelum eksperimen (0 ) disebut pre-test, dan observasi sesudah eksperimen (0 )

  1

  2

  disebut post-test. Perbedaan antara 0

  

1 dan 0

2 yakni 0 2 -0 1 diasumsikan merupakan efek dari treatment atau eksperimen (Arikunto, 2013:212).

  Menurut Arikunto (2013:212) desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut : O1 → X → O2

  Keterangan : O1 : pretest / tes awal X : eksperimen

  O2 : posttest / tes akhir

B. Lokasi Dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 5 Kodi Kecamatan Kodi.

  SMP Negeri 5 Kodi beralamat di jalan Kodi -Waitabula sekitar 60 Km dari pusat kota.

  C. Data dan Sumber Data

  Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data pertama untuk dilaksanakan menggunakan kuisioner dalam pengumpulan datanya (Arikunto, 2013:172). Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber asli, sumber tangan pertama penyelidik. Dari sumber data ini akan dihasilkan data primer yaitu data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh penyelidik untuk tujuan khusus. Sumber data penelitian ini adalah:

  1) Hasil Tes pada materi sistem peredaran darah 2) Lembar observasi Guru 3) Lembar Aktivitas Siswa

  D. Populasi Dan Sampel 1) Populasi

  Menurut Arikunto (2013: 15) dasar populasi adalah keseluruhan dan obyek penelitian. Maka dapat dikatakan bahwa populasi adalah seluruh objek yang memiliki kesamaan sifat. Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang memiliki ciri-ciri yang akan diteliti. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 5 Kodi.

2) Sampel

  Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto (2012:57), apabila subyek yang diteliti kurang dari 100 maka lebih baik subyek tersebut diambil seluruhnya, tetapi apabila subyek tersebut melebihi 100 maka subyek tersebut dapat diambil 10-15 % atau 20-25 %. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah satu kelas VIII B yang terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol.

E. Instrumen Penelitian

  Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti. Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah.

  1) Lembar Observasi Lembar observasi digunakan oleh guru untuk mencatat kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Guru mencatat segala aktivitas siswa dan hasil observasi akan digunakan untuk evaluasi. lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat sebagai berikutt Dengan catatan: Skor 4 = Sangat Baik, Skor 3 = Baik. Skor 2 = Cukup, dan Skor 1 = Kurang.

Tabel 3.1 Lembar Observasi Guru

  No Aspek Yang Dinilai Skor/ Penilaian

  1

  2

  3

  4

  1. Menunjukkan keterampilan guru dalam membuka pelajaran

  2. Menunjukkan adanya sumber belajar/media belajar

  3. Menunjukkan adanya pengkondisikan kelas/siswa dalam belajar

  4. Menunjukkan adanya pemberian motivasi bagi siswa untuk belajar

  5. Menunjukkan adanya penginformasian tujuan pembelajaran

  6. Menunjukkan aktivitas guru dalam mengakses pengetahuan siswa dengan memberikan apersepsi yaitu mengaitkan konsep sebelumnya dan yang akan dipelajari

  7. Menunjukkan aktivitas guru dalam mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok yang heterogen

  8. Menunjukkan aktivitas guru dengan memberikan permasalahan dalam bentuk mengubah anggota kelompok.

  9. Menunjukkan aktivitas guru dengan memberi siswa kebebasan dalam melakukan kegiatan pembelajaran

  10. Menunjukkan aktivitas guru dengan mengarahkan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok

  11. Menunjukkan aktivitas guru dengan mendorong siswa/kelompok untuk menjelaskan konsep yang diperoleh dalam kegiatan pembelajaran melalui presentase kelompok.

12. Menunjukkan adanya interaksi siswa dengan guru (timbal balik).

  13. Menunjukkan aktivitas guru dengan mengarahkan siswa untuk mengembangkan konsep.

  14. Menunjukkan aktivitas guru dengan membimbing (mengarahkan) siswa yang kesulitan

  15. Menunjukkan aktivitas guru dengan memberikan penghargaan kepada individu/kelompok.

  16. Menunjukkan aktivitas guru dengan mengatur kegiatan pembelajaran sehingga kondusif dan efektif.

  17. Menunjukkan aktivitas guru dalam memberikan test performance sebagai kegiatan evaluasi.

  18. Menunjukkan aktivitas guru dengan menanyakan kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran.

  19. Menunjukkan aktivitas guru dalam mengarahkan siswa membuat kesimpulan ∑Total Skor maksimal aktivitas guru : Skor Total aktivitas Guru

  skor total

  Skor Aktivitas Guru:

  Skor maksimal x 100

Tabel 3.1 Lembar Observasi Siswa

  Skor/ Penilaian Aspek Yang Dinilai

  1

  2

  3

  4

  1. Menjawab sapaan guru

  2. Menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan guru

  3. Menyimak penjelasan dari guru tentang materi terkait

  4. Merespon kegiatan guru

  5. Siswa membentuk kelompok sesuai dengan arahan guru

  6. Siswa melaksanakan model pembelajaran Pembelajaran

  Problem Based Leaning

  (PBL) dengan media LKS secara kelompok

  7. Siswa bebas model pembelajaran Pembelajaran

  Problem Based Leaning

  (PBL) dengan media LKS

  8. Siswa bekerjasama dalam kelompok

9. Siswa berani berpendapat

  dalam kegiatan presentase kelompok

  10. Siswa dapat menerapkan rencana yang disusun sebelumnya

  11. Siswa bersama guru membuat kesimpulan Total criteria catatan:

  Skor 4 = Sangat Baik Skor 3 = Baik Skor 2 = Cukup Skor 1 = Kurang

  2) Tes Menurut Arikunto (2013: 192) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

  F. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode test.

  Metode test adalah sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur kemampuan siswa terkait subjek pembelajaran. Metode test yang digunakan adalah test hasil belajar. Artinya, test yang dilakukan sebagai data variabel terikat dilakukan melalui post-test untuk mengukur keberhasilan model pembelajaran.

  G. Analisis Data

  Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kuantitatif dan kualitatif. Teknik analisa data kuantitatif menggunakan model analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan skor rata-rata, skor minimal, skor maksimal, dan presentase keberhasilan tiap kelompok belajar.

  Data yang terkumpul masih berupa data mentah (row score) yang belum diolah, oleh karena itu perlu diadakan pengolahan dan penganalisaan data. Data- data yang ada terdiri dari dua kelompok data dan tiap kelompok data terdiri dari satu item tes yang sama, kemudian kedua kelompok data tersebut dalam penelitian ini dibandingkan. Membandingkan data merupakan prosedur untuk mengetahui perbedaaan data tes awal (pre-test) dengan data akhir (post test) dengan perhitungan-perhitungan statistik.

  Hipotesa yang diajukan ada kemungkinan ditolak dan ada kemungkinan diterima. Hal ini tergantung dari perhitungan statistik untuk menjawabnya. Dalam perhitungan statistik nantinya akan menggunakan t-test atau uji-t. Apabila ternyata hasil perhitungan t-test lebih kecil dari t-tabel dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan atau db=N-1, maka hipotesa alternatif (Ha) ditolak. Sebaliknya, jika hasil perhitungan t-test lebih besar dari t-tabel dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan atau db=N-1, maka hipotesa alternatif (Ha) diterima.

  Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menganalisa data secara rinci, sebagai berikut :

  1. Penyusunan Data Mentah

  Terdiri dari dua kelompok tes, yaitu kelompok pre-test dan post-test dari masing-masing item tes.

  2. Perhitungan t-test

  Sebelum dihitung dengan menggunakan rumus t-test, dicari dulu rata-rata dari nilai atau skor tes pada data kelompok satu (tes awal) dan kelompok dua (tes akhir) dengan teknik statistik deskriptif.

  Perhitungan t-test dalam penelitian ini berpedoman pada teknik analisis t-

  test Arikuto (2013:349) dengan rumus:

MD

  2 X d

  

N ( N −1 )

  t =

  √

  Keterangan: MD = Mean dari perbedaan tes pertama dan tes akhir

  2

  ∑Xd = Jumlah kuadrat Deviasi

  N = Jumlah sampel Untuk dapat dikatakan signifikan pada tingkat signifikansi 5%, maka nilai

t haruslah lebih besar dari t-tabel. Derajat kebebasan dari tes ini adalah N-1.

  Untuk mencari uji t Beda Mean Posttest rumus yang di pergunakan adalah (Arikuto, 2013:349):

  M dM d

  X Y t

  =

  test

  2

  2 x y

  1

  1

  ∑ ∑

  n n

  • X Y

  2 n n

  X Y ( ) ( )

  √

  Keterangan: Md : Nilai rata-rata hasil per kelompok n : Banyak subyek

  2 x : Deviasi setiap X dan X

  2

  1 ∑

  2 y : Deviasi setiap nilai Y 2 dari mean Y

  1 ∑

  Untuk dapat dikatakan signifikan pada tingkat signifikansi 5%, maka nilai t haruslah lebih besar dari t-tabel. Derajat kebebasan dari tes ini adalah N-1.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah, mengetahui mengetahui model pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Leaning (PBL) dengan media LKS materi

  sistem peredaran darah terhadap hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Kodi.

  Desain dalam penelitian ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yag dilakukan sebelum eksperimen (0

  1 ) disebut pre-test, dan observasi sesudah eksperimen (0 2 ) disebut

  post-test. Perbedaan antara 0 dan 0 yakni 0 -0 diasumsikan merupakan efek dari

  1

  2

  2

  1

  treatment atau eksperimen. Berdasarkan desain penelitian maka peneliti menggunakan dua kelas sebagai sampel penelitian yang disebut dengan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

1. Hasil Belajar Kelas Eksperimen

  Sebelum peneliti melaksanakan penelitian dengan menerapkan Pembelajaran Problem Based Leaning (PBL) dengan media LKS materi sistem peredaran darah, maka peneliti akan melaksanakan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum penerapan model pembelajaran dilaksanakan. Pretest berguna sebagai acuan keberhasilan penerapan Pembelajaran Problem Based Leaning (PBL) dengan media LKS materi sistem peredaran darah.

  Langkah-langkah metode problem based learning dalam penelitian mata pelajaran biologi materi sistem peredaran darah pada manusia yaitu : (6) Memberikan permasalahan kepada siswa dimana permasalahan tersebut berhubungan dengan kehidupan sehari-hari (7) Guru mengorganisasikan siswa dalam beberapa kelompok. (8) Guru memberikan LKS dengan materi yang relevan yaitu sistem peredaran darah pada manusia.

  (9) Guru membantu siswa mengorganisasikan tugas belajar sesuai dengan masalah yaitu sistem peredaran darah pada manusia.