PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN TEKS FABEL MELALUI PERMAINAN “DONGENG BERANTAI” DI SMP MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA

  PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN TEKS FABEL MELALUI PERMAINAN “DONGENG BERANTAI” DI SMP MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA Naning Hidayati SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta Email : hidayatilast1213@yahoo.com

  

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menyusun teks fabel melalui

permainan “Dongeng Berantai” pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII H SMP

Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan rancangan Model Spiral

dari Kemmis–Mc Taggart yang terdiri dari 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 2

pertemuan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi, tes,

wawancara, dan dokumentasi. Penerapan strategi permainan “Dongeng Berantai” terbukti

dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun teks fabel di kelas VIII H SMP

Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Hal ini tampak pada peningkatan keaktifan siswa dan

hasil tes siswa selama pembelajaran. Pada siklus I hasil keaktifan siswa sebesar 74.48 %

(masuk dalam kualifikasi aktif), dengan nilai rata-rata test 75.88. Pada siklus II keaktifan

siswa sebesar sebesar 82.29 (masuk kategori aktif). Terjadi peningkatan sebesar 9.49 %,

dengan nilai rata-rata test sebesar 83.81 sehingga ada kenaikan 9.46 %.

  Kata Kunci : dongeng berantai, teks fabel, bahasa Indonesia

  T a j d i d u k a s i , Volume VII, No. 2 Juli 2017 PENDAHULUAN

  Mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat aspek ketrampilan, yaitu membaca, menulis, berbicara, d a n m e n y i m a k . K e e m p a t a s p e k tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Keterampilan membaca berkaitan sekali dengan menulis. Sedangkan keterampilan berbicara sangat erat kaitannya dengan menyimak. Dari keempat aspek tersebut, keterampilan yang paling dianggap sulit adalah menulis. Karena dalam keterampilan menulis dituntut untuk menuangkan ide-ide atau gagasan- gagasan yang cara memperolehnya pun tergolong sulit. Untuk memperoleh sebuah gagasan atau ide, penulis yang dalam hal ini adalah siswa, harus membutuhkan waktu khusus agar ide tersebut dapat muncul dalam pikirannya. Dengan kendala ini, menulis menjadi pembelajaran yang kurang disukai siswa. Jika berawal dari rasa tidak suka, siswa akan sulit untuk memahaminya. Sehingga menulis dianggap sebagai beban yang memberatkan. Hal ini akan berdampak pada kemampuan menulis siswa yang menjadi relatif rendah, selanjutnya juga akan berpengaruh pada penilaian keterampilan menulis.

  Di sisi lain, metode atau strategi mengajar yang disampaikan guru menyebabkan pembelajaran menulis tidak disukai oleh sebagian besar siswa, misalnya pembelajaran menulis h a n y a b e r s i f a t t e o r i t i s . K u r a n g adanya penerapan dari teori yang disampaikan. Guru lebih menekankan teori dan pengetahuan bahasa daripada mengutamakan keterampilan atau praktek membuat karya tulisan. Kenyataan di lapangan menunjukkan b a h w a g u r u m e n g a k u i b a h w a mengajarkan kemampuan menulis lebih bahasa. Hal inilah yang menyebabkan banyak guru lebih suka menghindari pembelajaran menulis atau mengarang.

  Sehubungan dengan hal tersebut di atas, guru perlu membuat variasi-variasi strategi dalam proses pembelajaran, agar pembelajaran menulis tidak berkesan sulit, rumit, dan membosankan. Banyak strategi yang sebenarnya bisa dipilih untuk membantu mempermudah para guru mengajarkan keterampilan menulis pada para siswanya, tanpa harus membebani siswa namun justru menyenangkan bagi siswa.

  Salah satu sasaran pembelajaran menyusun teks dalam Kurikulum 2013 adalah agar siswa memiliki pengalaman berekspresi. Pengalaman berekspresi ini dilakukan sebagai kegiatan pengembangan daya cipta dan mengekspresikan diri dalam wujud bahasa. Walaupun kurang diminati, pengalaman berekspresi ini dituangkan dalam salah satu pembelajaran teks sastra di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu menyusun teks cerita moral fabel. Teks fabel diajarkan pada pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII semester 1 Kurikulum 2013. Tidak banyak siswa yang tertarik dalam pembelajaran menyusun teks fabel, karena selain sulit juga membutuhkan imajinasi yang tinggi. Imajinasi tingkat tinggi diperlukan dalam menyisipkan pesan moral dan nilai-nilai karakter yang dapat diserap oleh orang yang membacanya.

  

Naning Hidayati - Peningkatan Kemampuan Menyusun Teks Fabel Melalui Permainan “Dongeng Berantai”

  Semakin jelas bahwa tantangan guru semakin berat. Walaupun demikian sebenarnya banyak strategi yang bisa ditempuh guru untuk mepermudah menyusun teks fabel. Salah satunya d e n g a n p e r m a i n a n “ D o n g e n g Berantai” dapat dipilih sebagai model pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan menyusun teks fabel. Model pembelajaran ini dapat mengubah paradigma lama yang semula menganggap menyusun teks fabel adalah sulit dan rumit menjadi pembelajaran yang menarik, efektif, inovatif, dan menyenangkan.

  “Dongeng Berantai” merupakan nama sebuah permainan yang dilakukan oleh sekelompok siswa (minimal 5 siswa) yang menyampaikan sebuah dongeng. Langkah pertama dimulai dengan meminta lima siswa maju ke depan kelas, berdiri berjajar dari kanan ke kiri. Guru menyampaikan penggalan dongeng bagian perkenalan atau orientasi yang terdiri dari beberapa kalimat saja. Siswa yang berdiri paling kanan melanjutkan dongeng dari guru selama minimal 30 detik dan maksimal 1 menit. Setelah satu menit habis, siswa yang berdiri di sampingnya harus melanjutkan dongeng tersebut secara spontan dengan batas waktu yang sama dengan teman yang lainnya. Begitu seterusnya sampai dengan siswa yang berdiri pada deretan terakhir atau paling kiri. Tugas siswa yang paling kiri menutup akhir cerita dongeng dengan sebuah penyelesaian. Penyelesaian dongeng diserahkan pada siswa yang paling kiri, sehingga siswa tersebut memegang peranan penting.

  Akhir cerita akan dibuat happy ending atau sad ending tergantung pada siswa yang paling kiri. Guru mencatat siswa yang tidak bisa atau kesulitan dalam akan memperoleh pengurangan nilai pada fortofolio teks fabel yang nantinya akan dikumpulkan kepada guru. Hal ini bertujuan agar seluruh siswa aktif dan berpikir kritis terhadap dongeng – dongeng yang akan merekan lanjutkan ceritanya. Dongeng yang digunakan sebagai permainan berantai belum tentu berupa fabel. Namun dongeng yang masih umum. Tugas siswa selanjutnya secara individu adalah menyusun teks fabel berdasarkan dongeng yang disampaikan oleh kelompok pasangannya, dengan memperhatikan syarat-syarat atau ciri-ciri sebuah fabel. Teks fabel yang telah disusun diserahkan guru untuk dinilai.

  Dongeng itu sendiri oleh Liberatus Tengsoe(1988:166) diartikansebagai cerita khayal yang sulit dipercaya k e b e n a r a n n y a . D a l a m d o n g e n g disajikan hal-hal yang ajaib, aneh, dan tidak masuk akal. Dahulu dongeng diciptakan untuk anak kecil, isinya penuh dengan nasihat. Dan karena dongeng muncul pertama kali pada zaman sastra Purba di Indonesia maka pada mulanya tergolong sastra lisan yang disampaikan dari mulut ke mulut.

  Menurut Tjahjono (1988: 166) dongeng terbagi menjadi beberapa jenis yaitu: 1) M i t e a d a l a h d o n g e n g y a n g menceritakan kehidupan makhluk halus, setan, hantu, ataupun dewa- dewi. Contohnya dongeng Nyi Rara Kidul dan Nyi Blorong.

  T a j d i d u k a s i , Volume VII, No. 2 Juli 2017

  2) Legenda adalah dongeng yang diciptakan masyarakat sehubugan dengan keadaan alam dan nama suatu daerah. Contohnya dongeng

  3) Sage adalah dongeng yang di dalamnya mengandung unsur s e j a r a h , n a m u n t e t a p s u k a r dipercaya kebenaranya karena unsur sejarahya terdesak oleh unsur fantasi. Contohnya dongeng Ciung Wanara dan Jaka Tarub. 4) F a b e l a d a l a h d o n g e n g y a n g mengangkat kehidupan binatang sebagai bahan ceritanya. Contohnya Hikayat sang Kancil dan Hikayat Pelanduk Jenaka. 5) P a r a b e l a d a l a h d o n g e n g perumpamaan yang di dalamnya mengandung kiasan-kiasan yang bersifat mendidik. Contohnya Sepasang Selot Kulit. 6) Dongeng orang pendir adalah jenis cerita jenaka yang di dalamnya dikisahkan kekonyolan-kekonyolan yang menimbulkan gelak tawa dari tingkah laku seseorang karena kebodohannya, bahkan sering kali karena kecerdikannya. Contohnya Si Kabayan dan Aki Bolang. Dari pemaparan tersebut ditemukan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu apakah penerapan permainan “Dongeng Berantai” dapat meningkatkan kemampuan menyusun teks fabel siswa kelas VIII H di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta.

  Untuk membuktikan permasalahan tersebut, dilakukan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dalam bahasa inggris disebut dengan istilah

  classroom action research.Model

  penelitian yang dipakai adalah Model Spiral dari Kemmis – Mc Taggart (1988). Desain penelitian ini dibagi menjadi 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

  1. Rancangan Tindakan Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan rancangan penelitian Model

  Spiral dari Kemmis – Mc Taggart yang diawali dengan tindakan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus. Hasil refleksi pada siklus I digunakan untuk menentukan langkah- langkahperbaikan pada siklus II. Tahap- tahap penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.

  a. Persiapan Penelitian Kegiatan persiapan dalam peneltian ini meliputi:

  1) Membuat RPP yang sesuai dengan penelitian ini 2) Membuat Lembar Kerja Siswa 3) Membuat Lembar Penilaian 4) Membuat Lembar Obervasi guru 5) Membuat Lembar Obervasi siswa 6) Membuat panduan wawancara 7) Menyiapkan media permainan

  ”Dongeng Berantai” yaitu kumpulan dongeng.

  b. Pelaksanaan Siklus Pelaksanaan siklus dibagi menjadi 2 yaitu :

  1) Siklus I

  a) Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan meliputi: (1) Menyusun Rencana Pelaksanaan

  

Naning Hidayati - Peningkatan Kemampuan Menyusun Teks Fabel Melalui Permainan “Dongeng Berantai”

  Pembelajaran (2) m e n y i a p k a n m e d i a pembelajaran berupa dongeng (3) menyusun pedoman observasi;

  b) Pelaksanaan Hal-hal yang dilakukan guru pada kegiatan iniadalah : (1) Guru menjelaskan materi teks fabel beserta contohnya (2) Guru menjelaskan langkah- langkah pembelajaran dengan permainan “Dongeng Berantai” kepada seluruh siswa

  (3) Guru mengelompokkan siswa menjadi 6 kelompok (4) Guru menjodohkan keenam k e l o m p o k t a d i m e n j a d i berpasang-pasangan. Kelompok 1 berpasangan dengan kelompok

  2. Kelompok 3 berpasangan dengan kelompok 4. Kelompok 5 dengan kelompok 6. (5) Guru membagikan nomor undian untuk giliran maju ke depan kelas menceritakan sebuah dongeng secara berantai. (6) Guru menugasi kelompok lain untuk menyimak dongengyang disampaikan

  (7) Setelah keenam kelompok sudah berhasil maju guru mengintruksikan pada seluruh kelompok untuk berdiskusi m e n e n t u k a n k e l e b i h a n dan kelemahan penampilan kelompok pasangannya. (8) Guru menugasi seluruh siswa secara individu untuk menulis teks fabel berdasarkan dongeng yang disampaikan kelompok pasangannya.

  (9) Guru menugasi siswa untuk membacakan teks fabelnya ke depan kelas, satu kelompok satu perwakilan siswa. yang telah ditulis semua siswa.

  c) Pengamatan (Observasi) Pelaksanaan pengamatan melibat- kan beberapa pihak diantaranya guru sekaligus peneliti, dan teman sejawat. Pelaksanaan observasi dilakukan pada saat proses pembe- lajaran berlangsung dengan berpe- doman pada lembar observasi yang telah dibuat oleh peneliti. Hal yang harus diamati oleh observer adalah aktivitas siswa selama berlangsung- nya proses pembelajaran, dan pro- ses pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya dilaku- kan analisis hasil observasi untuk mengetahui keaktifan siswa, guru dan jalannya pembelajaran.

  d) Refleksi Seluruh hasil observasi, evaluasi s i s w a , d a n c a t a t a n l a p a n g a n d i a n a l i s i s , d i j e l a s k a n , d a n disimpulkan pada tahap refleksi.

  Tujuan dari refleksi adalah untuk mengetahui keberhasilan dari proses pembelajaran menyusun teks fabel dengan menggunakan permainan “Dongeng Berantai”. Peneliti bersama observer menganalisis hasil tindakan pada siklus I untuk mempertimbangkan apakah perlu dilakukan siklus lanjutan.

  T a j d i d u k a s i , Volume VII, No. 2 Juli 2017

  2) Siklus II Tabel 2. Hasil Pengamatan Keaktifan Siklus II merupakan tindakan Siswa perbaikan dari siklus I yang masih

  No Kelompok Nilai Kualifikasi

  b e l u m b e r h a s i l . S e c a r a u m u m ,

  1. Kelompok I

  62.50 Kurang Aktif

  2. Kelompok 2

  71.87 Aktif

  sama dengan penerapan pembelajaran

  3. Kelompok 3

  59.38 Kurang Aktif

  pada siklus I, hanya saja dilakukan lebih

  4. Kelompok 4

  59.39 Kurang Aktif

  cermat dan memperhatikan hal-hal yang

  5. Kelompok 5

  62.50 Kurang Aktif

  masih belum tercapai pada saat siklus

  6. Kelompok 6

  75.00 Aktif

  I. Hal ini dilakukan untuk mencapai

  7. Kelompok 7

  65.62 Kurang Aktif tujuan yang diharapkan.

  8. Kelompok 8

  78.13 Aktif R a t a - r a t a

  66.79 Kurang Aktif

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Keaktifan

1. Deskripsi Kondisi Awal

  Dalam pembelajaran menyusun teks Dari 8 kelompok hanya 3 kelompok fabel, siswa cenderung kurang berminat. yang menunjukkan keaktifan. Sisanya

  Hal ini terjadi karena menyusun sekitar 5 kelompok cenderung ribut dan teks fabel merupakan aktifitas yang pikiran tidak fokus pada pembelajaran membutuhkan imajinasi tinggi dan yang disampaikan. Keaktifan pada berpikir kritis. Indikikasi dari kurang kondisi awal hanya masih tergolong berminatnya siswa terlihat dari aktifitas rendah atau kurang aktif yaitu 66.79 %. siswa yang cenderung ribut dan enggan

  Rendahnya kemampuan siswa mengumpulkan tugas. Dari jumlah siswa dalam menyusun teks fabel juga terlihat yang 32 anak hanya mengumpulkan 85 dari nilai awal pretest yang dilaksanakan

  % saja atau sekitar 27 siswa. Sisanya sebelum tindakan dilakukan. Pretest yang berjumlah 5 siswa tidak selesai yang dilaksanakan berupa test esai mengerjakan atau beralasan tidak bisa untuk menyusun teks fabel berdasarkan menyusun teks fabel. Aktivitas pada penjelasan guru dan contoh yang ada kondisi awal diamati pada pembelajaran di buku paket. Perolehan nilai siswa sebelum dilaksanakan tindakan. sebelum dilakukan tindakan terlihat

  Pengamatan dilakukan pada aspek pada tabel berikut : keaktifan, kerjasama dan diskusi dalam pembelajaran.

  Tabel 3 : Perolehan Nilai Siswa Pada Kondisi awal keaktifan siswa

  Kondisi Awal terlihat pada tabel berikut ini :

  No Nilai Frekuensi Ketuntasan Persentase

1.

  88

  2 Tuntas 18.51 %

  

2.

  76

  3 Tuntas

3.

  72

  7 Tidak Tuntas 81.48 %

  

4.

  68

  10 Tidak Tuntas

5.

  52

  5 Tidak Tuntas Rata-rata

  68.37

  

Naning Hidayati - Peningkatan Kemampuan Menyusun Teks Fabel Melalui Permainan “Dongeng Berantai”

N i l a i Tertinggi

  88.00 N i l a i Terendah

  52.00 Dari tabel tersebut dapat dijelaskan

  bahwa pada kegiatan pretest menyusun teks fabel rata-rata nilai kelas VIII H masih di bawah KKM yaitu 68.37. Kriterian Ketuntasan Minimal ( KKM ) KD Menyusun Teks Fabel adalah

  76. Nilai tertinggi adalah 88 diraih oleh 2 siswa saja. Nilai terendahnya masih dijumpai 5 siswa dengan nilai

  52.00. Jumlah siswa yang belum tuntas nilainya masih mendominasi yaitu 81.48 % dari jumlah seluruh siswa yang mengerjakan pretest. Sehingga ketuntasan pada kondisi awal ini hanya 18.52 %. Pada saat pretest ini, guru belum menerapkan strategi permainan “Dongeng Berantai” sehingga hasil yang diperoleh masih tergolong kurang baik.

  a. Tahap Perencanaan

  Tahap perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan permainan “Dongeng Berantai”. Selain itu peneliti juga menyiapkan instrumen penilaian, pedoman wawancara, media pembelajaran yang berupa kumpulan dongeng, lembar kerja siswa dan lembar observasi atau pengamatan aktivitas belajar siswa.

  b. Pelaksanaan Tindakan

  Tindakan yang dilakukan pada p e m b e l a j a r a n m e n g a c u p a d a perencanaan tindakan yang telah dibuat.

  Siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan (4 jam pelajaran). Pertemuan pertama pada hari Senin, 17 Oktober 2016 sebanyak 2 jam pelajaran masing- Kamis 20Oktober 2016 sebanyak 2 jam pelajaran. Berikut ini adalah langkah- langkah kegiatan yang dilakukan pada siklus I: 1) Pertemuan Pertama

  Pada pertemuan pertama siklus I ini dilaksanakan pada jam ke-6 dan ke-7. Atau tepatnya pada pukul 11.10 – 13.10. Pada pertemuan pertama ini terbagi menjadi 3 langkah kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Kegiatan awal didahului dengan berdoa. Kemudian guru mengecek kehadiran siswa. Dilanjutkan dengan menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran. Sebelum menyampaikan materi guru melakukan apersepsi yaitu mengingatkan siswa tentang materi yang sudah pernah dipelajari kaitannya dengan fabel. Pembelajaran pertama guru memberikan contoh satu buah teks fabel. Dalam kegiatan inti Guru membagi kelompok menjadi 6 kelompok kemudian memasang- masangkan kelompok. Kelompok 1 berpasangan dengan kelompok 2, kelompok 3 dengan kelompok 4, kelompok 5 dengan kelompok 6. Pasangan-pasangan tersebut berfungsi untuk saling menuliskan teks fabel yang mereka presentasikan. Guru memberikan pengarahan tentang permainan “Dongeng Berantai”. Selanjutnya siswa mempersiapkan d i r i u n t u k m e m u l a i p e r m a i n a n . Pembelajaran diakhiri dengan refleksi yaitu mengklarifikasi materi yang

2. Deskripsi Hasil Siklus I

  T a j d i d u k a s i , Volume VII, No. 2 Juli 2017

  3. Kelompok 3

  Pada pertemuan kedua siswa mengerjakan tes esai yaitu menyusun teks fabel berdasarkan dongeng yang telah dirangkai oleh siswa. Dari 32 siswa ada 3 siswa yang belum selesai mengerjakan tes. Sedangkan nilai siswa

  Sebagian besar siswa sudah aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dengan persentase 83.33 % . Dari 6 kelompok masih ditemukan 1 kelompok yang kurang aktif atau sekitar 16.67 %. Sedangkan rata-rata keaktifan siswa sebesar 74.48 % masuk dalam kualifikasi aktif.

  74.48 Aktif

  84.38 Aktif R a t a - r a t a Keaktifan

  6. Kelompok 6

  75.00 Aktif

  5. Kelompok 5

  65.63 Kurang Aktif

  4. Kelompok 4

  68.75 Aktif

  71.88 Aktif

  sulit dipahami. Setelah itu guru dan siswa menarik kesimpulan tentang pembelajaran yang baru saja mereka lalui

  2. Kelompok 2

  81.25 Aktif

  1. Kelompok I

  No Kelompok Nilai Kualifikasi

  Tabel 4. Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa

  Keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

  Beberapa kelompok sudah terlihat aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Saat satu kelompok maju untuk merangkai dongeng, kelompok lain terlihat serius Bahkan tidak jarang para siswa tertawa dan bertepuk tangan karena dongeng yang disampaikan dapat diselesaikan dengan akhir cerita yang lucu dan menyimpang jauh dari akhir cerita sebenarnya.

  P a d a p e r t e m u a n p e r t a m a i n i suasana kelas sudah terlihat antusias.

  Pada pertemuan pertama siklus 1 ini beberapa kelompok siswa terlihat masih ragu-ragu dan malu-malu dalam melanjutkan dongeng. Terutama pada kelompok-kelompok yang mendapat giliran awal maju. Selain itu juga pada kelompok siswa perempuan. Mereka masih takut jika apa yang disampaikan akan salah dan ditertawakan oleh teman- temannya. Namun pada kelompok siswa laki-laki yang biasa ramai, justru dongeng yang dilanjutkan bisa lebih berkembang ceritanya.

  Pertemuan kedua ini dilaksanakan hari Kamis, 20 Oktober 2016 pada jam ke-5 dan ke-6. Atau pukul 10.30 sampai dengan 11.45. Langkah-langkah kegiatan ini diawali dengan berdoa bersama, mengecek kehadiran siswa, dan melakukan apersepsi. Kegiatan inti yang dilakukan guru yaitu membagikan lembar kerja kepada siswa, kemudian m e n j e l a s k a n t u g a s y a n g h a r u s dilakukan siswa. Secara individu siswa mengerjakan tes esai yaitu menyusun teks fabel sesuai dengan “Dongeng Berantai” yang telah mereka dengar dari kelompok pasangannya. Kemudian guru menugaskan siswa perwakilan dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan teks fabel yang telah mereka susun. Siswa yang lain memberikan tanggapan. Kegiatan diakhiri dengan penarikan kesimpulan.

c. Hasil Pengamatan ( Observasi )

  

Naning Hidayati - Peningkatan Kemampuan Menyusun Teks Fabel Melalui Permainan “Dongeng Berantai”

  setelah pelaksanaan siklus 1 dijelaskan

  d. Refleksi

  dalam tabel berikut : Pada siklus I telah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Tabel 5. Perolehan Nilai Siswa Pada permainan “Dongeng Berantai”. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan

  

No Nilai Frekue- Ketun- Persen- dibandingkan dengan kondisi awal.

nsi tasan tase

  Jika dibandingkan dengan kondisi awal, 1.

  92

  2 Tuntas nilai terendahnya 50 berjumlah 5 siswa.

  46.88 % 2.

  88

  5 Tuntas

  Sedangkan nilai tertinggi pada kondisi 3.

  80

  3 Tuntas

  awal 88 diraih oleh 2 siswa. Pada siklus 4.

  76

  5 Tuntas

  I ada kenaikan 4.4% dari 88 menjadi 5.

  72

  10 Tidak

  92. Nilai 90 diraih oleh 2 siswa. Rata-

  Tuntas

  rata nilai naik 9.9% dari 68,37menjadi

  53.13 % 6.

  68

  4 Tidak

  75,88. Persentase jumlah siswa yang

  Tuntas

  telah tuntas belajar juga meningkat dari 7.

  64

  3 Tidak Tuntas

  5 siswa menjadi 15 siswa. Berarti ada

  Rata-rata

  75.88

  kenaikan ketuntasan belajar sebanyak

  Nilai Tertinggi 92.00 66.6 % dari kondisi awal. Ketuntasan Nilai Terendah 64.00 belajar siswa pada siklus I ditunjukkan pada tabel berikut.

  Pada siklus 1 ini terlihat ada Tabel 6 : Ketuntasan belajar siswa peningkatan nilai yang signifikan dari pada siklus I kondisi awal. Dari 32 siswa terdapat

  Persentase

  2 siswa yang memperoleh nilai 92 dan

  Jumlah Belum Tuntas ketun-

  masih tersisa 3 siswa yang memperoleh siswa Tuntas

  tasan

  nilai terendah yaitu 64. Rata-rata nilai

  32

  15 17 46.88 %

  pun mengalami kenaikan yang cukup pesat dari 68. 37 menjadi 75.88, atau Ketuntasan belajar pada siklus 9.90 %. I mencapai 46.88 %, berarti belum

  B e r d a s a r k a n j a w a b a n s i s w a memenuhi indikator kinerja penelitian melalui wawancara, sebagian siswa yaitu 70 % siswa memperoleh nilai juga menyatakan bahwa pembelajaran hasil belajar ≥ 76 pada siklus I. Dengan Menyusun Teks Fabel menggunakan demikian perlu diadakan penelitian lagi permainan “Dongeng Berantai” ini pada siklus II. terasa lebih seru dan lebih bervariasi. Siswa yang lain menyatakan bahwa

  3. Deskripsi Hasil Siklus II

  pembelajaran dengan “Dongeng

  1. Tahap Perencanaan

  Berantai” ini menjadikan mereka lebih Tahap perencanaan tindakan ada gambaran untuk menyusun teks yang dilakukan pada siklus II adalah fabel. menyediakan media pembelajaran berupa kumpulan dongeng yang

  T a j d i d u k a s i , Volume VII, No. 2 Juli 2017

  berbeda dari siklus I. Hal ini bertujuan agar siswa berpikir hal yang baru lagi. Selain itu untuk melatih siswa agar lebih kritis lagi dalam merangkai dan pedoman wawancara masih sama dengan siklus I.

2. Pelaksanaan Tindakan

  Tindakan yang dilakukan pada p e m b e l a j a r a n m e n g a c u p a d a perencanaan tindakan yang telah dibuat. Siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan (4 jam pelajaran), pertemuan pertama pada hari Kamis,27 Oktober 2016, pertemuan kedua pada hari Jumat, 28 Oktober 2016.

  a. Pertemuan Pertama

  Kegiatan ini dilaksanakan pada jam ke-5 dan ke-6 atau pukul 10.30 sampai dengan 11.45. Kegiatan diawali dengan berdoa bersama. Setelah itu guru memberikan motivasi yang lebih menarik dari siklus I kemudian menghimbau pada seluruh siswa untuk kembali kepada kelompok pada siklus

  I. Guru menginformasikan teknis pembelajaran yang digunakan masih sama seperti pada siklus I. Pada kegiatan inti, guru memulai permainan “Dongeng Berantai” kepada kelompok 1 sampai dengan kelompok 6. Siswa yang lain menyimak dongeng yang disampaikan kelompok pasangannya. Dongeng yang digunakan untuk permainan pada siklus II berbeda dengan dongeng pada siklus 1. Hal ini bertujuan agar siswa memperoleh suasana cerita baru. Guru dan siswa menutup pembelajaran dengan berdoa.

  b. Pertemuan Kedua

  Pertemuan kedua dilaksanakan pada jam ke-7 dan ke-8 atau tepatnya pukul 12.30 sampai dengan 14.50. Setelah berdoa,guru membagikan lembar kerja kepada siswa, kemudian menjelaskan Secara individu siswa mengerjakan tes esai yaitu menyusun teks fabel sesuai dengan “Dongeng Berantai” y a n g t e l a h m e r e k a d e n g a r d a r i kelompok pasangannya. Kemudian guru menugaskan siswa perwakilan dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan teks fabel yang telah mereka susun. Siswa yang lain memberikan tanggapan. Guru memberikan kesimpulan tentang hasil kegiatan pembelajaran yang telah mereka lakukan.

  3. Hasil Pengamatan ( Observasi )

  Pada pertemuan pertama dan kedua siklus II ini siswa terlihat semakin antusias. Para siswa sudah tidak ragu-ragu lagi dalam menyampaikan d o n g e n g y a n g m e r e k a r a n g k a i . Dongeng yang mereka rangkai lebih berkembang walaupun dengan akhir cerita yang jauh menyimpang dari cerita sebenarnya. Hal ini tidak menjadi masalah karena justru hal inilah yang menjadi tujuan utama. Yaitu cerita terus berkembang. Siswa terus dapat berpikir kritis mengembangkan cerita sehingga tercipta sebuah teks fabel yang lebih baik dan bervariasi. Dengan demikian kemampuan mereka menjadi terus terpupuk dan mengalami peningkatan. Dalam kegiatan pembelajaran seluruh siswa sudah aktif terlibat dalam tahapan-tahapan kegiatan yang mereka lalui. Keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran ini dapat dilihat pada tabel

  

Naning Hidayati - Peningkatan Kemampuan Menyusun Teks Fabel Melalui Permainan “Dongeng Berantai”

  76

  92

  4 Tuntas 3.

  88

  3 Tuntas 4.

  84

  6 Tuntas 5.

  80

  6 Tuntas 6.

  4 Tuntas 7.

  5 Tuntas 87.50 %

  70

  2 Tidak Tuntas 12.50 % 8.

  66

  1 Tidak Tuntas Rata-rata

  83.81 Nilai Tertinggi

  96.00 Nilai Terendah

  68.00 Pada siklus II ini terlihat ada

  peningkatan nilai yang signifikan dari siklus I. Dari 32 siswa terdapat 5 siswa yang memperoleh nilai 96 dan masih tersisa 3 siswa yang memperoleh nilai belum tuntas yaitu 66 diperoleh oleh dua siswa.Rata-rata nilai pun mengalami kenaikan yang cukup pesat dari 75.88 menjadi 83.81 sehingga ada kenaikan 9.46 %.

  4. Refleksi

  2.

  96

  berikut ini : Tabel 7. Hasil Pengamatan Keaktifan

  4. Kelompok 4

  Siswa pada Siklus II

  Kualifikasi

  1. Kelompok I

  87.50 Sangat Aktif

  2. Kelompok 2

  81.25 Aktif

  3. Kelompok 3

  75.00 Aktif

  75.00 Aktif

  No Nilai Frekue- nsi Ketun- tasan Persen- tase 1.

  5. Kelompok 5

  84.38 Aktif

  6. Kelompok 6

  90.63 Sangat Aktif Rata-rata Keaktifan

  82.29 Aktif

  R a t a - r a t a s i s w a s u d a h a k t i f mengikuti kegiatan pembelajaran terbukti dengan rata-rata keaktifan sebesar 82.29. Dibandingkan dengan rata-rata keaktifan pada siklus I yaitu 74.48 terdapat kenaikan sebasar 9.49 %.Dari tabel terlihat semua siswa aktif, bahkan ada 2 kelompok yang tergolong sangat aktif. Dengan demikian siklus

  II ini benar-benar ada dampak postif terhadap peningkatan keterampilan siswa dalam menyusun teks fabel.

  H a s i l t e s t e k s f a b e l y a n g dikumpulkan menunjukkan adanya peningkatan hasil yang membanggakan. Pada siklus I terdapat siswa yang belum selesai dalam menyusun teks fabel, namun pada siklus II ini semua siswa selesai mengumpulkan teks fabel. Bahkan berdasarkan kriteria penilaian terdapat peningkatan yang signifikan. Peningkatan nilai tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

  Tabel 8. Perolehan Nilai Siswa Pada Siklus II

  Setelah melalui siklusII, hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Jika dibandingkan dengan siklus I, nilai terendahnya 64 berjumlah 3 siswa. Sedangkan nilai tertinggi pada siklus I adalah 92 diraih oleh 2 siswa. Pada siklus I ada kenaikan 4.4% dari 92 menjadi 96. Nilai 96 diraih oleh 5 siswa. Rata-rata nilai naik 13.8 % dari 75,88menjadi 83.81. Persentase jumlah siswa yang telah tuntas belajar juga

  T a j d i d u k a s i , Volume VII, No. 2 Juli 2017

  meningkat dari 16 siswa menjadi 29 Tabel 10 : Perbandingan Ketuntasan siswa. Berarti ada kenaikan ketuntasan belajar siswa siklus I dan Siklus II belajar sebanyak 55.17 % dari siklus I. Jum- Belum Pen-

  Tun- Persen- Siklus lah Tun- ingka-

  Ketuntasan belajar siswa pada siklus II

  tas tase Siswa tas tan Sik-

  32

  16 16 46.88 % lus I

  40.62 Tabel 9 : Ketuntasan belajar siswa % Siklus

  32

  3 29 87.50%

  pada siklus II

  II Jumlah Belum Persentase ketun- Tuntas siswa tuntas tasan

  Ketuntasan belajar pada siklus

  32

  3 29 87.50 %

  II mencapai 87.50 % berarti telah memenuhi indikator kinerja penelitian Pada siklus II masih dijumpai 3 yaitu 70 % siswa memperoleh nilai siswa yang tidak tuntas dalam penilaian hasil belajar ≥ 76 pada siklus II. teks fabel. Ada beberapa aspek yang

  Kegiatan sampai dengan siklus II telah menyebabkan siswa tidak bisa tuntas. mencapai target yang ingin dicapai. Jika dilihat dari pedoman penilaian

  Proses pembelajaran menggunakan teks fabel, aspek tersebut terdapat pada permainan “Dongeng Berantai” sudah struktur dan isi teks fabel. Beberapa efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa yang tidak tuntas struktur teks menyusun teks fabel sehingga untuk fabelnya tidak lengkap. Masih ada siklus selanjutnya tidak dilaksanakan. unsur yang kurang yaitu unsur koda.

  Agar lebih jelas perbandingan hasil Koda adalah perubahan sikap si tokoh penelitian yang telah dilakukan dapat jahat. Hal ini masih sering dilupakan dilihat pada tabel berikut ini : siswa, sehingga mengurangi jumlah nilai. Selain itu juga aspek isi teks.

  Tabel 11 : Perbandingan Beberapa siswa yang belum tuntas, isi

  Perkembangan Hasil Kegiatan teks yang dicerikan tidak sesuai dengan Penelitian apa yang disampaikan oleh kelompok

  No Data Kondisi Sik- Siklus Ket-

  lain ketika permainan “Dongeng

  Awal lus I

  II eran- gan

  B e r a n t a i ” b e r l a n g s u n g . N a m u n

  1. Akti- 66.79 % 7 4 . 4 8 8 2 . 2 9 menin-

  demikian ketuntasan siswa pada siklus

  % % gkat fitas

  I dan siklus II sudah menunjukkan

  Siswa peningkatan yang sangat signifikan.

  2. Rata-

  68.37

  75.88 83.81 menin-

  J i k a d i b a n d i n g k a n d e n g a n

  rata gkat Test

  ketuntasan pada siklus I dapat dicermati

  3. Ketun- 18.51 % 4 6 . 8 8 8 7 . 5 0 menin-

  pada tabel berikut :

  tasan % % gkat

  4. Nilai

  88.00

  92.00 96.00 menin- Ter- gkat tinggi

  

Naning Hidayati - Peningkatan Kemampuan Menyusun Teks Fabel Melalui Permainan “Dongeng Berantai”

  2. Kegiatan penelitian ini meliputi

5. Nilai

  52.00

  64.00 68.00 menin- Teren- gkat

  2 tahapan siklus. Siklus I terdiri

  dah

  dari 2 pertemuan. Pertemuan pertama yaitu tanggal 17 Oktober Jika dibentuk diagram, perbandingan perkembangan hasil kegiatan penelitian tanggal 20 Oktober 2016. Masing- dapat dilihat pada diagram batang masing pertemuan terdiri dari dari berikut : kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Sedangkan masing- masing siklus terdiri dari 4 kegiatan,

  PENUTUP

  yaitu perencanaan, pelaksanaan Berdasarkan pembahasan yang tindakan, observasi, dan refleksi. telah dilakukan, dapat disimpulkan hal-

  Pada siklus I belum terbukti tentang hal sebagai berikut : permainan “Dongeng Berantai”

  1. Permainan “Dongeng Berantai” dapat meningkatkan keterampilan dapat meningkatkan keterampilan penyusunan teks fabel. Hal ini terjadi menyusun teks fabel siswa kelas karena tingkat ketuntasan siswa

  VIII H SMP Muhammadiyah 2 belum memenuhi indikator kinerja Yo g y a k a r t a . K e s i m p u l a n i n i penelitian. Siklus 2 dilaksanakan diperkuat dengan hasil penelitian pada 2 pertemuan yaitu tanggal 27 sebagai berikut : dan 28 Oktober 2016. Pada siklus 2 a. Peningkatan keterampilan kegiatan sama dengan siklus I. Hasil menyusun teks fabel terlihat dari yang dicapai menunjukkan sebuah nilai rata-rata test kondisi awal peningkatan yang signifikan. Hasil 68.37 ke siklus I meningkat pada siklus 2 telah memenuhi menjadi 75.88 dan terakhir ke indikator kinerja penelitian yaitu siklus II menjadi 83.81 atau 70 % siswa mencapai ketuntasan. meningkat sekitar 18.42%

  Kegiatan sampai dengan siklus 2 terhitung dari kondisi awal. telah mencapai target yang ingin

  b. Rata-rata ketuntasan hasil dicapai. Sehingga dapat disimpulkan belajar dari kondisi awal 18.52% proses pembelajaran menggunakan ke siklus I menjadi 46.88% dan permainan “Dongeng Berantai” terakhir siklus II menjadi 87.50 sudah efektif untuk meningkatkan %. Sebuah peningkatan yang kemampuan menyusun teks fabel . signifikan.

  c. Peningkatan aktifitas siswa dari kondisi awal 66.79 % ke

DAFTAR PUSTAKA

  siklus I menjadi 74.48 % dan Danandjaja.2007. PengantarSastra terakhir siklus II menjadi 82.29

  I n d o n e s i a . S u r a k a r t a : P T.

  % artinya terjadi perbaikan TigaSerangkaiPustakaMandiri. ketertarikan siswa terhadap

  Depdikbud.1999. KamusBesarBahasa materi menyusun teks fabel.

  Indonesia.Jakarta: BalaiPustaka

  T a j d i d u k a s i , Volume VII, No. 2 Juli 2017

  J a l i l , J a s m a n . 2 0 1 4 . P e n e l i t i a n Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian

  TindakanKelas ( PTK ). Jakarta : Otentik Dalam Pembelajaran

  Prestasi Pustaka Bahasa. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. K e m e n d i k b u d . 2 0 1 3 .

  PedomanPelatihanKurikulum Pardjonodkk. 2007. Panduan Penelitian 2 0 1 3 . J a k a r t a : B a d a n Ti n d a k a n K e l a s . Yo g y a k a r t a

  Pengembangan Sumber Daya :Lembaga Penelitian Universitas Manusia Pendidik dan Kebudayaan Negeri Yogyakarta. dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan

  Website :

  Guru Implementasi Kurikulum

  http://www.planetxperia.tk/2014/ 2013 SMP/MTs. Bahasa Indonesia.

  Kumpulan DongengAnak

  Jakarta : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidik dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.

  Kemendikbud. 2014. Bahasa Indonesia

  Wahana Pengetahuan Kelas

VIII. Jakarta :Pusat Kurikulum

  d a n P e r b u k u a n , B a l i t b a n g , Kemendikbud.