ziarah ke makam tuhan

Daftar Isi :
1. Konferensi Lintas Dim ensi ....................................................................
2. Ziarah Ke Mak am Tuhan .......................................................................
3. Sanggupk ah Tuhan Menerim a Musibah .............................................
4. Ketik a Tuhan Menik ahi Pelacur ...........................................................
5. Derita Al-Quran …………………………………………………………………………..
6. Um at-Um at Proselitis …………………………………………………………………
7. Lukisan Cinta dari Denm ark ……………………………………………………….
8. Dikejar-kejar Surga, Ditolak Nerak a ……………………………………………
9. Tuhan-Tuhan Yang Mencari Tuhan ………………………………………………
10 . Perem puan-Perem puan Yang Ingin Diperkosa ……………………………
11 . Mem bebask an Tuhan dari Penjara …………………………………………….
12 . Liburan Jibril Ke Bumi ………………………………………………………………..
13 . Kucit Menggugat ………………………………………………………………………..
14 . Revolusi Mata Hati ……………………………………………………………………..
15 . Keluarga Pelangi ………………………………………………………………………..
16 . Rhapsody Seorang Bidadari ………………………………………………………..
17 . Ketik a Hawa Tidak Mencintai Adam ……………………………………………
18 . Istri Keem pat Seorang Kiai …………………………………………………………
19 . Kem balikan Senyum ku ………………………………………………………………
20 . Dejavu All Over Again ………………………………………………………………….

21 . Kartini, Pelacur Kelas Teri …………………………………………………………..
22 . Anjing Dan Kucing (bag.1) ………………………………………………………….
23 . Anjing Dan Kucing (bag.2) …………………………………………………………..
24 . Menyerah Pada Sang Cinta …………………………………………………………
25 . Cintam u Terlalu Muda …………………………………………………………………

1
7
12
15
19
22
25
28
32
36
39
42
46
51

61
66
69
75
77
79
83
86
89
92
96

Konferensi Lintas Dim ensi
Butiran2 halus berwarna putih m enyapa ram butku yang tak teratur diterjang
angin pergantian m usim , langit sedang gem bira m enurunkan m anik 2 putihnya
untuk dinik m ati m akhluk2 bum i. Salju yang telah m em belai bum i sudah m ulai
m engeras, m em buatku harus berhati2 karena licinnya jalan. Minus 1 derajat
tadi kulihat, dan m alam ini akan sem ak in dingin nam paknya. Aku sangat lelah
setelah seharian bekerja, sehingga jalan setapak m enuju ke rum ah pun rasanya
sangat panjang. Masih juga k ulihat tetangga2ku saling m elem par salju sam bil

tertawa gem bira, aku pun ingin bergabung, tapi rasanya m alas juga, dingin
nam pak nya m erayuku untuk segera m enyam but hangatnya k am arku.
Kubuka pintu k am arku, k unyalakan lam pu, hhm m m ada surat, dibungk us
am plop berwarna biru dengan tulisan di pojoknya "Very Confidential". Tergesa2
kubuka surat itu, tak biasanya aku m enerim a surat dengan tulisan very
confidential, pasti ada sesuatu yang sangat penting di dalam surat itu.
"Anak m uda,
m alam ini jam 12.00 tengah m alam , kutunggu k am u di Meeting Point kita
seperti biasanya. Awas k alau tidak datang.
Tertanda,
Tuhan"
tuhan, ah dia lagi. Not in the right tim e, seenaknya saja dia bikin undangan
tanpa konfirm asi dulu. Padahal dia pasti tahu k alau aku hari ini sangat capek,
karena habis kuliah aku langsung k erja hingga m alam . Pake intim idasi lagi,
pak e awas2an. Kurang ajar m em ang dia, dari dulu selalu begitu. Walaupun aku
juga k urang ajar sebenarnya, kalau m au ketem u dia juga seenak perutku,
kapanpun ak u m au.
tuhan : "Ehem ...ehem m m m ...anak m uda, m atahari, dan bum i.....kalian
kuundang dalam pertem uan ini untuk kum intai pendapat tentang konstelasi
tata surya kalian saat ini, aku hanya agak prihatin, koq akhir2 ini aku sering

dapat laporan dari Jibril k alau ada sem acam keresahan global. Sem akin banyak
yang m enggunakan nam ak u untuk hal2 yang tidak baik. Sem akin banyak yang
m em pertanyak an dan m eragukan k eberadaanku, bahk an sem akin banyak pula
yang sam a sek ali tak percaya keberadaanku. Mulai ada pula yang m encari
"theory of everything". Terus terang aku tersinggung m endengar laporan Jibril,
kehebatan dan keagungank u sebagai tuhan terhina, dan aku lebih tersinggung
lagi, k arena yang m enghinakan hanyalah m ak hluk jelek m acam kalian."
m atahari : " Sabar...sabar... Yang Mulia. Yang m elakukan itu cum a binatang
yang m engaku m anusia itu Yang Mulia. Ham ba, Matahari.., akan selalu
m engagungk an Paduka. Ham ba m asih setia m engem ban tugas m enghidupi
tata surya. Walau terus terang, tugas yang Paduka lim pahkan kepada ham ba
sebenarnya tugas yang am at m em bosankan. Tapi percayalah, ham ba akan
selalu m enjunjung tinggi arasy Paduka."

1

bum i : "Iya...iya...ham ba juga setuju pada pendapat Matahari Paduka Yang
Mulia. Hanya m anusia saja yang m erusak tatanan k osm os Paduk a, ham ba pun
m erasa m alu sebenarnya dihinggapi tubuh ham ba oleh m anusia. Tapi ya
bagaim ana lagi, itu sudah m enjadi tugas ham ba. Walaupun ham ba jijik , tapi

ham ba tetap m elakukannya dem i kesetiaan ham ba pada Paduk a Yang Mulia.
Lihatlah diri ham ba Paduk a, yang cantik m olek, biru m enarik, indah m enawan.
Dalam tata surya ham balah yang tercantik dan terindah Paduka. Manusia2 itu
pula yang m au m erusak k eelok an ham ba, tapi ham ba bersabar. Karena apapun
yang Paduk a berikan kepada ham ba, ham ba yakin itulah yang terbaik buat
ham ba."
Aku tersenyum 2 , m au tertawa tapi gak tega, narsis juga bum i ini, bisa2nya
pam er di depan tuhan. Dalam kegelapan pem bicaraan ini, terus terang aku
m asih agak kebingungan, aku tak bisa m elihat apa2. Otakk u berpikir keras dari
tadi, ada rasa tak ut juga, gila...yang datang dalam pem bicaraan ini m atahari,
wah wah bisa hancur berkeping2 dirik u ini, m ungk in tidak hancur, lenyap tanpa
bek as bahkan. Helium dan hydrogen dalam tungk u fusi dan fisi yang m am pu
m enggeletarkan ruang dan waktu, aku jadi m erinding m em bayangk annya.
tuhan : "Anak m uda, kam u jangan diam saja. Tenang..tenang...ak u tahu apa
yang kam u tak utkan. Dim ensi panas m atahari sudah kuredam , jadi jangan
takut. Hayo..gim ana pendapat kam u..?"
aku : " Ak u sebenarnya ngantuk sekali, lagi2 kau undang aku untuk hal2 nggak
berm utu kaya gini. Lain kali lihat sikon dong tuhan, jangan m ain sikat aja. Apa
badan intelijenm u nggak cukup untuk m em beri laporan kom prehensif tentang
konstelasi tata surya..?"


tuhan : " Dasar anak m uda pem alas, aku tidak m inta banyak wak tum u. Kau
m ak hlukku, tapi m enyem bahk u hanyalah kewajiban sukarela buatm u.
Kuundang k alian sebagai penyeim bang atas laporan badan intelijenku, karena
kau tahu sendiri, sum ber prim er lebih k upercayai daripada sum ber sekunder."
Tiba2 k epalaku seperti terbentur sesuatu, atau lebih tepatnya seperti ditam par.
Sak it juga......
aku : " Heh, berani2 nya m enam par dalam gelap. Siapa tadi..?"
tuhan : " Aku...anak m uda tolol. Ganjaran atas k em alasanm u."
aku : " Lagi2 kau sering m enghukum tanpa sebab, m engadili tanpa
m em buk tik an bersalah. Tapi baiklah, aku akan m enjawab pertanyaanm u.
Kuak ui m em ang ada k eresahan global itu, penyalahgunaan nam am u, keraguan
atas ek sistensim u, dan pencarian am bisius akan "blue chip" sem estam u. Tapi
kukira penyebabnya juga dirim u sendiri k oq, k ejadian2 itu hanyalah "tripple
effect" atas k ediktatoran dan keegoanm u. Kalau engkau tidak bersem bunyi
dibalik jubah sem esta, m ereka m ungkin akan lebih santun dalam hidup."
tuhan : " Aku m au bersem bunyi atau tidak, itu hak prerogatifku anak m uda.
Akulah penguasa tunggal sem esta. Akulah tuhan segala tuhan. Akulah tuhan

2


besar dari segala tuhan2 kecil yang kalian ciptakan. Siapapun yang hidup di
sem estaku, harus tunduk pada kekuasaanku."
aku : " Tuh..k an..!!!. Kau m em ang Maha Som bong, Maha Keras Kepala, Maha
Sok Tahu. Tapi kau m usti m ikir tuhan, trend sek arang sudah berubah. Sem ua
m ak hluk m erinduk an k eadilan dan dem okrasi. Sudah jarang yang m au tunduk
kepada tirani, sem ua kebenaran harus teruji di hadapan m etode ilm iah.
Term asuk percaya keberadaanm u, itupun harus dihadapkan dengan m etode
ilm iah. Kam i bukan m akhluk bodoh lagi yang percaya begitu saja akan
dongeng2 yang diceritakan oleh nenek m oyang, k am i tidak segoblog yang kau
bayangk an m au meyakini dogm a2 indah yang ternyata kosong isinya."
Bum i : " Maafk an ham ba Paduka Yang Mulia, sekali lagi m aaf. Kayaknya anak
m uda ini ada benarnya juga, setidaknya it ulah yang ham ba am ati akhir2 ini.
Trend m em pertanyakan segala hal itu bahkan terakselerasi dengan sem akin
pesatnya perkem bangan teknologi, seakan tak ada tabir lagi di dunia."
aku : " tuhan, begini saja...,selam a kau m enikm ati singgasanam u, apak ah kau
tidak m elihat bahwa sebenarnya dari keresahanlah akhirnya tim bul solusi baru,
dari pem berontakan atas nilai2 bakulah akhirnya m uncul ilm u2 baru. Jik a saja
kam i diam m em bisu dan tidak m ulai bertanya akan kejadian2 di sem esta, k am i
akan jalan di tem pat dan tidak m enem uk an hal2 baru di dunia. Renaissance,

Aufk larung, Englightm ent, Pencerahan, Reform asi, Kelahiran Kem bali, atau
apapun m anusia m enyebutnya adalah hasil dari keresahan itu Tuhan. Jadi
m engapa k au juga ikut resah, toh bagaim anapun polah tingkah m anusia, tak
sam pai m enggoyang arasym u"
tuhan :" Kalian boleh resah dan m enggerutu, tapi jangan sam pai m enyek utukan
aku dong. Gim ana sih kalian ini...?. Harga diriku sangat terobek2 karena kalian
hanya m enyekutukan aku dengan reform is gagal k ayak Yesus, dengan nabi
buta huruf kayak Muham m ad, dengan tua bangka kayak Guru Nanak, dengan
tiran som bong k ayak Stalin dan Lenin, dengan diktator narsis k ayak Mao dan
Kim , dengan dewa2 tolol, dan juga dengan keterbatasan otak k alian."
m atahari : " Maaf m enyela sebentar, cum an m au nanya Paduk a tuhan Yang
Mulia. Sebenarnya batas otak kita itu sam pai dim ana sih..?"
tuhan : " Satu prinsip m atahari, berpikirlah tentang ciptaanku, jangan berpikir
tentang dzatk u, karena otak k alian tak m am pu m enjangkaunya."
aku : " Nggak bisa gitu dong tuhan. Ketika kam i berpikir tentang ciptaanm u,
otom atis kam i juga berpikir tentangm u, k arena pencipta dan yang diciptakan
itu terikat hukum sebab akibat. Karena itu lebih baik m enganggap otak k ami
tak terbatas daripada sebaliknya, karena k au tak pernah jelas m enggariskan
batas itu dim ana. Kau bilang k am i tak m am pu m enjangk au dzatm u, lagi2 kau
prejudice banget dalam hal ini, sedangk an k au belum pernah m em perlihatkan

dzatm u pada siapapun di dunia ini."
tuhan :" Dasar anak m uda tolol, gunakan otak m u dong. Apakah kau tidak
m elihat tanda2 keberadaanku di sem esta ini, begit u banyak tanda dan kau
m asih buta. Tanpa m elihat wujudk u pun, kalau k au m am pu berpikir, kau pasti

3

tahu bahwa aku ini eksis."
Kali ini nada bicara tuhan m ulai k eras, kayaknya dia m ulai naik darah.
m erasakan hawa panas sekali m eram bat di sekujur tubuhk u. Dalam hati
m asih harap2 cem as sem oga tuhan tidak seenak udelnya m engelim inasi
dari pertem uan ini, atau lebih gawat lagi m enegasik an hakku untuk hidup
berpendapat.

Aku
aku
aku
dan

bum i : " Anak m uda, dari k em esraanku dengan m atahari k au dapat belajar,

bagaim ana gabungan antara gravitasi dan anti gravitasi berkolaborasi dengan
indah sehingga m enduk ung k ehidupan di perm ukaank u. Dari m atahari kau
dapat belajar dan m em buktik an bagaim ana tuhan m enciptakan hal2 besar dari
hal2 yang sederhana dan sepele. Dariku sendiri kau dapat pula belajar,
bagaim ana perputarank u begitu persisnya sehingga kestabilank u terjaga
sedangk an bila satu detik saja perputaran itu berhenti, aku akan hancur
terberai. Dan itu sem ua m em butuhk an superior intelligent yang m engaturnya
dalam Lauh Mahfudz atau Grand Design sem esta."
aku : " Maaf saja bum i, bukti2 yang k am u tawark an itu sudah terbukti tidak
m anjur lagi. Sem esta ini terbukti chaos, ribut, centang perenang. Tidak ada
keteraturan seperti yang kau bilang itu, apalagi desain ek sak atas k ejadian2.
Jikapun ada keteraturan, itu tak lebih hanya kebetulan saja. Karena lebih dari
99 ,9% berupa ketidak teraturan. Hukum sebab akibat m em ang selalu terjadi,
tetapi hukum sebab akibat yang ada adalah huk um yang harus dalam arti luas
diartikan. Satu sebab bisa m enghasilk an akibat ribuan bahkan jutaan atau
m ilyaran, dan akibat yang satu m ungkin juga dari sebab yang berlainan. Dan
sejauh penelitian m anusia atas sem esta, tidak ditem ukan satupun bukti
em piris dan m eyakinkan bahwa ada sesuatu dibalik terciptanya bintang,
galaksi, planet, black hole, pulsar, nebula, dan apapun itu. Sem ua adalah
rangkaian kejadian dem i k ejadian, tidak ada sesuatupun yang ex-nihilo, sesuatu

yang datang begitu saja, tanpa perm ulaan dan tanpa sebab. Kun fayakun, abrah
kadabrah, hocus pocus.............."
Kudengar ada yang tertawa k ecil2 sam bil sepertinya ditahan, tak beberapa
lam a juga terdengar suara m engaduh kesakitan.
m atahari : " Maaf, m aaf, beribu m aaf Paduk a Yang Mulia. Ham ba bukan
hendak m enertawak an forum ini apalagi Paduka, ham ba hanya m enertawakan
gaya dia ngom ong abrah k adabrah, k ayak crita Aladdin saja. Sekali lagi m aaf
Paduka."
Ah rupanya m atahari yang k etiban pulung hukum an kecil dari tuhan. Dalam
hatiku aku nyukurin, bete banget atas penghorm atan hirarkisnya dari awal
percakapan tadi.
aku : " tuhan, k au pasti setuju k an kalau waktu itu relatif. Dalam kerangka
waktu yang dipunyai m anusia, kau punya waktu tidak terlalu lam a untuk
m em buk tik an keberadaanm u. Mereka sudah sam pai pada tahap siapa yang
berada dibalik "big bang" yang diyakini sebagai awal sem esta, k arena setelah
big bang, sekali lagi aku bilang tidak ada bukti yang bisa m ereka tem ukan
bahwa ada sesuatu dibalik terciptanya benda2 di sem esta. Jik a saja, m ereka

4

tidak juga m enem ukan sesuatu yang m enciptakan big bang, ditam bah lagi
m ereka m enem ukan theory of everything, kalau kalkulasiku tidak salah, akan
sem akin banyak yang m em unggungim u tuhan. Dan itu berarti pula lengkaplah
kegagalanm u, setidak nya kegagalanm u di bum i."
tuhan :" Mem ang m enjengk elk an m ak hlukk u m anusia itu, term asuk k am u anak
m uda. Lebih m enjengk elkan kesok-tahuan kalian tentangku, bertem u aja belum
pernah sudah berani2nya bilang utusanku, bagian dari dirik u, m enjadi m akhluk
yang m engerti pesan2 ku dan m au m elaksanak an pesan2ku, dan juga apa itu
aku lupa nam anya, anggapan bahwa wujud m anusia adalah juga
perwujudank u...hhm m m aku lupa nam anya..."
bum i : " Im ago Dei..tuhan."
tuhan : " Pinter kam u bum i, nah itu Im ago Dei. Evolusi dari m onyet saja m au
m em bandingk an wujudnya denganku, alangkah lancangnya k alian ini. Tetapi
dari laporan Jibril, aku kadang m engerti m engapa m anusia begitu narsisnya,
karena dengan kenarsisan dan am bisi m erek a itu ternyata m erek a bisa
bertahan hidup dan m enjadi pem enang dalam "survival of the fittest". Walau
jujur aku bilang, kem enangan bagi m anusia sangat sering m erupakan bentuk
penindasan terhadap m ak hluk2 lain. Dari Jibril aku tahu juga, m anusia2 yang
m em bawa pesan kebaikan seperti Muham m ad, Yesus, Mani, Zarathustra,
Baha'ullah,
dan
beberapa
yang
lain
kadang2
terpak sa
untuk
m entransendenkan pesan m ereka, bilang bahwa itu dariku, dari tuhan seru
sekalian alam , karena m em ang m anusia pada um um nya terlalu bodoh untuk
percaya pada kebaikan dan m elakukannya dengan senang hati tanpa disertai
em bel2 bahwa sang pencipta yang m em erintahkan itu. Ditam bah lagi m usti
ditam bah diim ingi nikm at surga dan ditakuti dengan siksa neraka."
bum i : " wah tuhan, m aaf m enyela sebentar. Apak ah neraka dan surga itu juga
m itos...?"
tuhan : " Hahahaa.....tentu saja bum i. Surga k alian adalah ketik a k alian gem bira
berbuat baik tanpa pam rih apapun, dan neraka kalian adalah rasa tersik sa
ketika m enyakiti dan berbuat tidak adil terhadap m akhluk lain. Dan tentu saja
kenikm atan terbesar m akhluk bukanlah surga, tetapi m elihat wujudku, bukan
dengan m ata, m elainkan dengan nurani. Mendengark an suaraku, bukan
dengan telinga, m elainkan dengan k ejernihan hati. Merasakan k eberadaanku,
buk an dengan k ulit, tetapi dengan kepek aan jiwa."
aku : " Nah tuhan, k au sek arang telah m asuk neraka buatanm u sendiri, rasa
resah dan tersik sa karena ketidakadilanm u."
Tiba2 ada getaran hebat, aku m erasakan pusing yang am at sangat, panas
sekali serasa api m em bakar kulitk u, k udengar juga suara teriakan sangat keras
yang aku tahu pasti buk an dariku sendiri, m ungkin m atahari atau m ungkin
bum i, aku tak tahu pasti karena gelap m enguasai. Setelah beberapa lam a,
akhirnya getaran dan panas berk urang sedik it dem i sedikit.
tuhan : " m aaf, m aaf, aku lepas kontrol tadi. Kau berani sekali m ulutm u anak
m uda tolol. Bum i, k au sak si atas ucapanku. Makhluk2 ku yang bernam a

5

m anusia yang telah berani m engatasnam akan aku dalam ajarannya, apakah
m ereka pernah bertem u aku...?"
bum i : " Tidak pernah Paduka Yang Mulia, itu tak lebih hanyalah im ajinasi
kreatif m erek a saja. Tapi ngom ong2, ada beberapa yang jujur m inta am pun lho
Paduka Yang Mulia. Sidharta Gautam a, Blaise Pascal, Ghazali, dan beberapa
yang lain lagi telah dengan terang2an bilang bahwa kedekatan denganm u itu
hanyalah im ajinasi k reatif m erek a saja."
tuhan : " Kau dengar sendiri anak m uda, betapa dirik u dicatut sana sini tanpa
sam a sekali ijin dariku. Kenapa aku tak berhak m arah...?, coba k atakan..!!!"
aku : " Sabar dikit napa sih tuhan. Kau berhak m arah, itu m em ang hakm u k oq.
Tapi k au juga harus introspeksi diri, jik a saja engk au lebih transparan m engenai
dirim u, m erek a tidak akan dengan gam pangnya m enghayal tentangm u dan
m enggunakan nam am u seenak udelnya."
m atahari : " Maaf beribu m aaf Paduka Yang Mulia. Jika Paduka sudah tidak
tahan lagi dengan m ak hluk Paduka yang bernam a m anusia, ijinkanlah ham ba
m em eluk k ekasih ham ba bum i, biark anlah kam i bersatu. Sek ian lam a ham ba
berpisah dengannya, rindu ham ba sudah m eluluhlantakkan jiwa Paduka.
Ham ba ingin bersatu dengannya, walaupun setelah itu diri k ami hancur
bersam a. Biarlah setelah itu awal baru tercipta, dengan m atahari baru, planet2
baru, m akhluk 2 baru, sehingga Paduka lebih puas."
tuhan : " Belum waktunya. Kalian, m atahari dan bum i, selesaik anlah tugas
kalian. Aku tahu k alian saling m encintai, tetapi yakinlah, jarak bukanlah
penghalang atas cinta yang tulus nan abadi."
aku : " Wah, begini saja. Boleh atau tidak, bersatulah kalian. Berpelukanlah
kalian. tuhan sek alipun tak berhak m elarang dua insan yang sedang jatuh
cinta."
Cuh..ciuh...cuh....wah sialan, tega2nya tuhan m eludahiku, berkali2 pula....
aku : " Kunyuk kau tuhan, dik tator tak tahu diri. Oke..oke..!!!!, kuakui aku
m em ang kritis terhadapm u, tetapi sekali lagi itu dem i kebaikanm u. Daripada
stem pel nam am u digunakan untuk m engotori tata surya, daripada atas
nam am u m anusia m enjadi tiran bagi sesam anya, daripada karena perilakum u
sem ua m akhluk sem esta kebingungan m encari jati dirinya. Sudahlah, akhirilah
keegoanm u itu. Bersikaplah dem ok ratis dan transparan."
tuhan : " Kau pulang sana, besok pagi kau m usti k uliah. Dari tadi kau bukan
m elaporkan sesuatu m alah protes terus isinya. Tapi jangan lupa anak m uda
tolol, berbuat baiklah tanpa pam rih, itu saja pesank u."
aku : " Ya deh...., tapi jangan lupa pula pertim bangkan k ritikku. Tapi anyway,
untungnya aku dari dulu tidak pernah m engharapkan surgam u. Aku pergi dulu
ya...Bye tuhan, m atahari, bum i..........."
Am sterdam , 7 Maret 20 05

6

Ziarah ke Makam Tuhan
Minggu lalu ada undangan takziyah, tapi seperti biasanya karena kesibuk anku,
aku tidak bisa m em enuhi undangan itu. Allah telah wafat, tapi itu sudah k uduga
sebelum nya, k arena dia sudah lam a sakit2 an. Aku sendiri tidak begitu perduli,
hidup tidaknya tidak terlalu berpengaruh pada diriku.
Maka hari dem i hari berlalu begitu saja, sam pai hari ini. Dalam rapat redaksi di
tem pat aku bekerja, aku m endapatkan tugas untuk m eliput penyebab kem atian
tuhan2 itu. Dari m eja redaktur tadi, tugas ini harus selesai secepat m ungkin,
karena deadlinenya m inggu ini juga. Dasar nasib, terpaksa m alam 2 aku
blusukan ke k uburan k husus tuhan2 . Ya aku anggap sebagai ziarah saja, toh
sejak dulu k alau ada undangan tak ziyah aku gak pernah datang. Bagiku
kem atian adalah awal dari k ehidupan baru, jadi tidak ada yang perlu dijadikan
sebab sedih hati.
Kuburan ini gelap gulita, hanya ada beberapa kunang2 yang kelap kelip di
beberapa sudut. Angin dingin m ulai m enusuk kulit dan tulangk u, bulu kudukku
berdiri. Buk an karena aku takut hantu, tapi karena aku hanya pake kaos
oblong, sehingga ujung2 angin itu seenak jidatnya m em belai pori2ku. Kubuka
pintu gerbang kuburan itu, suara besi yang sudah tua m em ecah keheningan.
Tengok k anan k iri, sem ak in serem saja kelihatannya. Kukeluarkan lam pu
senter yang tadi kubawa, kunyalakan, oh tapi ternyata tidak nyala. Wah m ati
aku pik irku. Ku goyang2 senter itu, sam pai bunyi k lothak klothak. Kunyalakan
lagi, tidak nyala juga. Wah tam at sudah riwayatku, sudah tengah m alam lagi.
Bagaim ana aku bisa m elakukan penyelidikan penyebab m atinya tuhan2 itu,
kalau senter aja aku tidak punya. Padahal peralatan lain sudah aku siapkan
sem ua sebenarnya, untuk penelit ian forensik.
“Heh, ngapain loe di sini?”
Aku k aget bukan alang kepalang, sam pai terkencing2 di celanaku. Geragapan
aku di dalam gelapnya pem akam an itu. Tiba2 ada suara tanpa rupa dan
suaranya berat, seperti orang m arah.
“ Eh hm m , anu, anu, saya m au m elakukan penelitian tentang k em atian tuhan,
saya wartawan koran ‘Suara Alam Lain’ . Hhm m , anu kalau boleh tahu, siapa
Anda..?”
“ Perkenalkan, ak u penjaga kuburan ini.”
Tiba2 tangank u digenggam benda besar, aku diajak salam an rupanya. Spontan
aku goyang2kan tangank u sebagai tanda kenalan juga.
“ Senang bisa berkenalan dengan Anda, jadi Anda m au ketem u tuhan2 itu..?”
“ Lho k oq k etem u, saya m au m elakuk an penyelidikan, saya m au m enyelidiki
m ayat2 m ereka. “
“Haahahahaha…OK, m ari saya antar”

7

Dia m enggandengk u, aku tidak m elihat wajahnya k arena sangking gelapnya,
aku hanya m engikuti saja. Kadang2 kakik u tersandung pathok2 kuburan yang
rupanya bertebaran sepanjang jalan yang kulalui. Dari agak kejauhan, aku lihat
sam ar2 ada cahaya, dan suara orang yang sedang bercakap2 dan tertawa2.
Pintu dibuk a, wow…m ataku seakan2 tidak percaya apa yang dilihatnya, sebuah
café lengkap dengan m eja pool, dart dan bar, di pojok sana ada layar tv sedang
m em pertontonkan pertandingan sepak bola. Kuk edipkan2 m ataku, hanya
untuk m em astikan bahwa ak u tidak sedang berm im pi.
“ Hey, jangan bengong. Oh ya tadi kita kenalan belum nyebutin nam a, aku iblis,
ganti profesi akhir2 ini sebagai penjaga kuburan tuhan2. “
Aku m enoleh, m ataku terbelalak, jantungk u seperti copot, selangk ah aku
m undur k e belakang. Terasa celanaku agak basah, aku terkencing2 lagi
rupanya, sialan bener. Iblis ini sungguh m enyeram kan, grandongnya Mak
Lam pir pun m asih kalah serem . Untung saja tidak dari tadi aku m elihat
wajahnya, di pelataran kuburan tadi gelap sekali.
Hahahahahahahahaha…………………………….!!!!!!!!!!!!!
Seluruh café rupanya m enertawakan ak u.
“ Hey iblis, siapa pula yang k au bawa ini, jangan pula k au bilang hasil buruanm u
ya…hahahhahaha….”
Iblis : “ Selam at m alam tuhan2 sek alian, ini perkenalkan seorang wartawan dari
Koran “ Suara Alam Lain” , m au m elakukan penelitian atas k em atian tuhan2.
Mas Wartawan, saya perkenalk an juga tuhan2 ini kepada Anda, yang lagi m ain
pool itu, Khrisna dan Shang Ti. Yang duduk di bar itu Bapa, Baha’i, dan Cao Dai.
Yang di m eja itu, dari yang m erokok itu adalah Allah, kem udian sebelahnya
Waheguru, dan yang diujung itu Ahuram azda. Sebenarnya ada beberapa tuhan
lain, tapi m erek a sedang nonton sinetron Tersanjung, jadi m alam ini tidak
hadir.”
Aku : “ Senang berkenalan dengan Anda2 sem ua. Maaf terus terang saya kaget,
saya datang untuk m enem uk an penyebab k em atian Anda2 sekalian, tapi m alah
m enem ukan Anda sedang kongk ow di cafe. Jadi, Anda2 ini, para tuhan2,
sebenarnya tidak m ati..?”
Cao Dai : “ Oh tidak anak m uda, kam i hanya pura2 m ati. Kam uflase strategis.”
Allah : “Aku m em ilih m ati, biar tidak ada yang m em belaku lagi, wong aku tidak
butuh dibela k oq. Tidak ada itu perang dem i agam a atau dem i tuhan. Yang ada
perang dem i nafsu.”
Bapa : “Ya m anusia goblog, sek uat apa m erek a itu m au m elindungi tuhan, wong
prestasi terbesarnya saja hanya m enginjakk an k aki di satelit bum i yaitu bulan.
Yang pake bom hydrogen pake reaksi fusi saja tidak m am pu, apalagi
senjatanya cum an clurit, parang , dan cangkul.”

8

Ahuram azda : “Ya, lebih baik m anusia m elupak an tuhan saja, k alau perlu
ditaruh di undang2 dasar bahwa tuhan telah m ati, wong dari dulu tidak ada
buk ti koq k alau tuhan itu m em bantu m anusia, kalaupun k elihatannya
m em bantu, itu lebih k arena sugesti atau k arena k ebetulan saja dapat rejeki,
trus dikaitkan begitu saja dengan tuhan. Jadi kupikir, lebih baik agam a2 itu
dibubarkan saja. Nah k am u sendiri m as wartawan, k am u percaya tuhan..?”
Aku : “ Aku netral saja, kalau sedetik lagi ada bukti bahwa tuhan itu ada, aku
akan percaya tuhan. Tapi bisa juga sebaliknya, jika sedetik lagi ada buk ti bahwa
tuhan tidak ada, aku ak an t idak percaya adanya tuhan. Aku tidak m au gegabah
percaya atau tidak percaya begitu saja. Yang pasti adalah aku tidak percaya
tuhan2 m acam k alian, k arena kalaupun m isalnya tuhan itu ada, aku yakin
tuhan tidak seterbatas seperti kalian2 ini. Yang m enurunkan kitab suci, yang
m enurunkan m akhluk terbaik , yang terjebak dalam sui generis, yang tidak bisa
ditem patkan dalam kom pleksitas k osmos. Maaf jika m enyinggung k alian, tapi
kalian tidak pantas jadi tuhan.”
Shang Ti : “Jadi kam u jelas bukan theis, tetapi bukan pula atheis, deis juga
buk an. Pantheis bukan, panentheis bukan, fideis juga bukan. Pusing deh akika,
m au loe apa dong...?”
Khrisna : “ Aliran baru rupanya hahahhaha......, tapi tentang m em bubarkan
agam a2 , jangan buru2 gitu dong. Loe2 pade m usti tahu m en, kalau 90% lebih
m anusia it u butuh sim bol, butuh balasan, butuh sandaran vertik al. Nah,
m ayoritas m anusia yang goblog ini, yang tidak bisa berpikir m erdeka, yang perlu
dogm a dan aturan, yang tidak m au susah2 pusing berfilsafat, ini m asih butuh
sam a yang nam anya agam a. Punya agam a itu lebih baik sebagai penuntun
m ereka daripada tidak punya sam a sek ali. Tapi juga harus disadari, tidak
percaya tuhan alias atheis itu tidak sepenuhnya juga lepas dari penyak it sejarah
pengkultusan, gak nyem bah tuhan tapi nyem bah Mao, Lenin, St alin, ato Hitler
itu sam a saja bahayanya. Kecenderungan berlebihan itu m em ang sifat
m anusia, sehingga m anusia susah kadang m em bedakan antara k em anusiaan
dan k etuhanan. Nah m as wartawan, anda sekarang sudah tahu bahwa k am i
tidak m ati, anda m au apa...?”
Aku : “Lho saya sekedar m au tabayun, apakah tuhan2 ini bener2 m ati. Nah
ternyata kalian ini pada belum m ati, tapi m anusia m em ang berusaha
m em bunuh kalian, dan celak anya yang m au m em bunuh itu adalah pengikut2
kalian sendiri. Nietszche, Marx, dan sayap2 kiri Hegelian saja kalah
sophisticated, karena m ereka m elawan agam a hanya ketik a agam a itu k orup
dan represif, m enjadi legitim ator dalam pertarungan antar kelas. Sedangkan
banyak um at2 beragam a m em bunuh tuhan m ereka di saat tiap hari m ereka
juga m enyem bah2 tuhan2 itu. Reduksi atas kem ahaanm u adalah pem bunuhan
karakter terbesar sepanjang sejarah m anusia.”
Bapa m em egang gelas birnya, m eneguknya berkali2. Sedangkan Allah tam pak
m urung dan berpikir k eras. Khrisna yang dipojok m anggut2 sam bil sesek ali
m enyodok bola dengan sticknya. Shang Ti yang jadi lawan ngepool Khrisna
tam pak sesekali m elotot kalau nada bicarak u sudah m engganggunya.
Allah : “ Nah wartawan tolol, kam i m em ang belum m ati. Kam i hanya pura2

9

m ati, biar m anusia bisa m encerahkan diri tanpa kam i. Kau jangan pula bilang
bahwa keputusan kam i salah, k am i para tuhan2 sudah rapat m engenai hal itu,
sudah k am i pertim bangkan baik dan buruknya. Di saat science sudah cukup
m aju seperti saat ini, lonceng kem atian untuk tuhan2 tradisional m acam k am i
sudah berdentang, sebelum lonceng itu sem akin keras m endayu, k ami
m em utusk an untuk ‘m ati’. Tuhan2 pagan sudah m ati sejak dari beratus2 tahun
lalu, sekarang giliran kam i. Kam i sadar sesadar-sadarnya, bahwa m ayoritas
m anusia m asih butuh sandaran vertik al, tetapi itu tugas m anusia2 tercerahkan
untuk terpanggil m em beri rasionalitas dan m oralitas m urni m akhluk tanpa
stem pel tuhan. Sekali lagi karena stem pel tuhan adalah hal yang paling am bigu
dan paling sering disalah gunakan.”
Aku :” Jadi, aku harus m enulis apa untuk artik elku ini, apakah aku harus jujur
ataukah..”
Waheguru : “ Dem i kem aslahatan um at, saranku, ini hanya saran lho ya.
Beritakan apa yang dibilang Allah tadi saja, biarlah kam i m ati di sini. Pers bebas
m enulis, sebagai bagian tak terpisahkan dari dem okrasi, dan sebagai tanggung
jawab dari k ebebasan itu adalah kewajiban untuk m enebarkan pencerahan2
intelek tual, bukan sebagai agen propaganda kapitalis, fasis dan puritanis.”
Bapa tiba2 berjalan ke arahku, rupanya dia m enawarkan bir ke aku. Gelas
cukup panjang dengan sedikit busa di puncaknya disodorkan ke aku.
Aku : “ Maaf, aku tidak m inum bir Bapa. Pahit banget di lidahku, bukan karena
dianggap haram atau apa lho ya. Ntar deh, k alau ada bir rasa duren aku coba
m inum . “
Bapa tersenyum kecut, kem udian dia tertawa, dielusnya kepalak u.
Bapa : “ Dasar wong ndeso k owe...”
Aku :” Sebentar tuhan2 sek alian, kem bali ke m asalah tadi, aku m enghorm ati
keputusan kalian, tapi kalian harus tahu, ketim pangan antar m anusia ini
sungguh besar. Di saat yang satu sudah bisa m engintip galaksi dan quasar,
yang lain m asih hidup pak ai cawat dan hidup berburu. Di saat yang satu sudah
bisa keliling dunia dalam hitungan jam , yang satu k akinya bengkak kebanyakan
jalan. Yang satu hidup m ewah di istana2, yang satu di k olong2 jem batan. Jadi
m atinya kalian m ungkin m alah m em punyai akibat buruk bagi sebagian
m anusia, karena m ereka bisa m enjadi layangan yang tiba2 putus, ini m ungkin
lepas dari pengam atan kalian.”
Khrisna : “ Ak selerasi, akum ulasi, distribusi pengetahuan dan kesejahteraan itu
tugas m anusia, bukan tugas tuhan. “
Ahuram azda : “ Tepat Bung Khrisna, m asak kita2 ini harus m elakukan
penelitian, bikin LSM, propaganda tausiyah, ekstensifikasi tarbiyah, bikin
website, nulis artikel, bikin k operasi, ya lucu aja gitu lho. Itu tugas m anusia, tapi
buk an sebagai k ewajiban, tetapi datang sebagai rasa cinta k asih ikhlas
seikhlas2nya terhadap sesam a m anusia, syukur2 k alau sudah m enem bus
kecintaan terhadap sem ua m akhluk , term asuk setan dan iblis hahahha......”

10

Iblis : “ Bung Ahuram azda, jangan rasis gitu dong, please deh. Begini2 aku
sekarang sudah sadar, m erasa k alah sam a m anusia. Mereka bisa lebih bejat
dan psikopat daripada aku, jadi daripada aku k alah pam or, aku juga
m em utusk an untuk m enjadi baik.”
Baha’i : “ Sudah2, begini saja Mas wartawan, m alam ini nginep saja di k uburan
kam i, ada satu tem pat khusus buat tam u, jadi besok pagi kita bisa disk usi lagi.
Sekarang m ari k ita m ak an2 dulu, saya yang trak tir deh. Plat du jour nya k ali ini
gudeg jogja, disertai teh anget tanpa gula. Mari2 m akan….”
Aku yang m em ang lapar segera m engham piri kuali besar isi gudeg itu, diikuti
oleh tuhan2 . Malam itu kam i m akan bersam a sam bil bercanda tak tentu arah,
tentunya ditem ani oleh senyum genit m bak pelayan bar yang juga pak e rok
m ini.
Am sterdam , 19 Februari 200 6

11

Sanggupkah Tuhan Menerim a Musibah
Sudah lam a aku tidak bertem u Mbah Maridjan, dikarenakan ak u harus pergi ke
luar kota m enuntut ilm u. Setelah gem pa di Jogja yang m em bikin hati m iris itu,
pesantren tem pat aku belajar libur, sem ua santri disuruh pulang. Aku segera
teringat Mbah Maridjan, bagaim ana k abar orang tua itu yang dulu sering
m engajari aku filsafat Jawa.
Tergopoh2 aku m enem ui Mbah Maridjan, kucari tadi di rum ahnya beliau tidak
ada. Setengah berlari aku m enyusuri pem atang sawah yang m asih agak basah,
sam bil sesekali m enghirup arom a batang padi yang m erasuk. Kata tetangga
Mbah Maridjan, beliau sering m enyendiri di gubug di tengah sawah kalau sore2
begini. Dari jauh sudah kulihat gubug k ecil beratapk an daun k elapa dan dam en
( batang padi kering). Setelah dek at, kulihat Mbah Maridjan yang sedang
m enyalakan rokok lintingannya. Baunya m enyengat, tetapi segar apalagi
ditam bah suasana sore yang sem ilir.
“ Mbah, Mbah, bagaim ana ini Mbah, m usibah datang silih berganti, sepertinya
sudah waktunya k ita m elakukan tobat nasional. Mbah Maridjan m alah tenang2
saja”
“ Musibah itu bisa jadi rahm at, sebagaim ana rahm at juga bisa jadi m usibah. Ini
hanya kejadian alam biasa Le.”
“ Gim ana sih Mbah, m usibah ini peringatan dari Tuhan Mbah atas dosa2 k ita,
sekaligus juga ujian apak ah kita tabah m enghadapi m usibah.”
“ Tuhan pun tak sanggup m enerim a m usibah, Le”
Aku seperti ditam par langsung di otakk u, apa pula m ak sud Mbah Maridjan ini.
“ Hhhm m , m aksud Mbah Maridjan…?”
“ Tuhan itu Le, baru diduakan saja sudah m arah2 , baru perintahnya tidak
dilaksanakan saja sudah ngirim bencana, lha piye…Tuhannya saja nggak tabah,
ciptaannya bisa lebih gak tabah lagi”
“ Sebentar2 , aku m asih tidak m engerti apa m aksud Mbah Maridjan.”
“ Kam u ini pancen bodho Le, kam u ingat kisah Adam dan Hawa, yang
dikeluarkan dari surga hanya k arena m akan buah Khuldi yang terlarang itu, itu
kan kesalahan sepele, tapi Tuhan m arah, terus Adam dan Hawa ditundung dari
surga. Terus kam u ingat k isah Iblis dan Adam , Iblis disuruh m enghorm ati Adam ,
suruh sujud di depan Adam , lha wong Iblis itu pinter, ya dia nggak m au, dia
hanya m au sujud dan horm at kepada Tuhan, lagi2 Tuhan m arah, purik, akhirnya
Iblis dilak nat. Ingat pulakah kau tentang Sodom dan Gom ora, hanya karena
hom osek sualit as saja seluruh kota dihancurk an. Tuhannya saja k urang dewasa,
jangan pula salahkan um atnya kalau kekanak2an. “
Aku hanya bengong, m endengark an tutur kata Mbah Maridjan yang m engalir
sam bil m engepulkan asap rokok k retek di jari2 tangannya. Sungguh2 gila Mbah

12

Maridjan ini, berani2nya m enggoyang tahta diktatur Tuhan.
“ Aceh sudah lebur, Jogja sudah hancur, Merapi njeblug, kita harus lebih banyak
berdoa Mbah Maridjan, supaya Tuhan m engam puni dosa2 kita.”
“ Hahahahahaha…………………..”
Mbah Maridjan tertawa terkekeh2, sam pai terbatuk2 , sam bil m elihat dengan
pandangan lucu kepadak u.
“ Kam u ini Le, produk jam an m odern koq berpikirnya idiot kaya gitu. Kalau
banyak orang berdosa, dosa m ereka kan kepada alam dan sesam a m anusia.
Minta am pun lah k epada alam , dengan m erawat m ereka dengan baik , m enjadi
bagian dari alam buk an m alah m em perkosanya. Minta am punlah k epada
m anusia2 , berhenti k orupsi, bantulah para fakir m iskin, peliharalah yatim piatu,
jalank an negara dengan jujur dan bersih. Itu yang nam anya m ohon am pun,
kalau m ohon am punnya cum a sam a Tuhan, kam u m alah akan ditertawakan
sam a Dia.”
“ Ya, tapi Mbah Maridjan, kita perlu pertolongan Tuhan untuk bisa lepas dari
derita ini.”
“ Percayalah Le, Tuhan itu egois. Kita harus m em bantu diri kita sendiri, k am u
boleh m inta tolong sam pai air m atam u habis, tapi kalau kam u tidak
m em perbaiki dirim u sendiri, ya percum a. Lihat itu orang Jepang, k ena gem pa
m ereka itu, tapi terus m erek a belajar, bikin gedung dan rum ah yang tahan
gem pa. Lihat orang Belanda, k ena banjir banding m ereka itu, tapi m ereka
bangkit, bikin dam 2 rak sasa, sekarang selam atlah m erek a dari petaka banjir.
Lihat orang2 Eropa, dik aruniai penyakit pes, sam pai separuh penduduknya
m ati, tapi m ereka m em perbaiki diri, dan hidup sehatlah m erek a sek arang.
Bencana itu untuk dipelajari, buk an untuk disesali.”
Dongkol hatik u bukan m ain sam a Mbah Maridjan, dari dulu dia selalu bisa
m em bolak-balik perpektif. Dan dia sudah berani m em perm ainkan syaraf
otakku sekarang, tapi aku berusaha m enguasai diriku.
“Mbah, kita ini m anusia yang egois. Tuhan telah m enciptakan alam dengan
sem purna, dan m enitahkan kita sebagai kalifahnya di dunia ini. Kitalah yang
telah tidak sanggup m em egang am anat Tuhan it u.”
Mbah Maridjan kem bali m eringis, seolah m engejek. Matanya yang kecil bulat
itu m enatap jauh ke ham paran sawah di depannya.
“ Oalah Le, kalau m au jujur sih. Karena konsep Tuhan it u diejawantahkan oleh
m anusia yang egosentris, akhirnya m anusia tam bah kelihatan egois.
Seharusnya kau yang sekolah itu tahu hal kayak gitu, dan itu pandangan
antroposentrism u, kuno sekali cara berpikirm u Le. Manusia itu bagian alam Le,
buk an penguasa alam .”
“ Ya biarin Mbah, pandangan antroposentris kan lebih baik daripada percaya
hal2 m istis kaya sam peyan, ada Nyi Roro Kidul, Tom bak Kiai Plered, Kebo Kiai

13

Slam et hahahaha………., kebo koq dianggep kiai.”
“ Lho siapa bilang Mbah percaya sam a Nyi Roro Kidul, Nyi Roro Kidul itu kan
cum an m itos Le, para kawulo cilik seperti k ita ini kan sering ditipu sam a para
penggede2 istana. Raja2 Mataram jam an dulu m alu k arena di Segoro Lor (Laut
Jawa= red) m ereka kalah dengan tentara Kum peni Walanda dan tentara
Portugis, jadi m ereka m enghibur diri dengan m enciptakan m itos Nyi Roro Kidul,
seolah2 m erek a m asih m enguasai Segoro Kidul (Sam udra Hindia= red),
m em peristri penguasa Segoro Kidul. Cilokone, kita sem ua percaya adanya Nyi
Roro Kidul, kekuatan pusaka2, kita ini m em ang bodho k oq Le, wis bodho
m bodhoni wong m esisan.”
Lagi2 Mbah Maridjan bikin aku klenger, dia bilang dia tidak percaya Nyi Roro
Kidul, ngoyoworo (m engada2) saja Mbah tua satu ini.
“ Mbah, m usibah dem i m usibah ini m enyelim uti k ita, kita harus bergerak
Mbah.”
“ Sim bah di sini saja Le, m engabdikan diri untuk penduduk Merapi. Kam u yang
m asih m uda yang harus bergerak, sadark an orang dari tidurnya, sadarkan orang
dari sik ap fatalis m enghadapi m usibah. Sudah sana, belajar yang bener, santri
kalau k erjaannya m ain PS terus ya kayak kam u ini jadinya. Ilm une nggedabus,
pangertene m bladhus. Belajar sana bagaim ana m engatur bantuan yang tepat
guna dan tepat sasaran, jangan hanya kitab kuning k au pelajari, kitab putih pun
harus k au pelajari, dan jangan lupa sekarang banyak kitab digital yang bisa
dipelajari.“
Sam bil m enggerakkan tangannya m enyuruh aku pergi, Mbah Maridjan m erogoh
sakunya, dikeluarkannya selem bar duit 50 ribu.
“ Ini hanyalah lem baran 50 ribuan Le, k userahkan padam u. Duit ini ak an benar2
jadi m ilikm u k alau kam u m em berikannya kepada yang m em butuhkan, banyak
itu sepanjang k aki Merapi.”
Dilem parkannya duit itu k epadaku, aku m engam bilnya sam bil bingung
m em ikirkan apa m aksud k ata2 Mbah Maridjan yang terakhir tadi.

14

Ketika Tuhan Menikahi Pelacur
Serabut m endung berarak di horizon, sem ilir sang bayu tam pak sem akin keras
m enelusuri sang bahana. Tetapi lelaki itu tertawa2 , sem akin lam a sem akin
keras dia tertawa. Ram but panjang tak terawat yang dipunyainya juga sem akin
awut2an diterjang sang bayu. Sekejap kem udian dia diam , tercenung, m uk anya
jauh m em andang ke haribaan bum i, seolah2 ingin m enelanjangi bum i,
m enem busnya hingga ke pusat2 syarafnya yang panas penuh m agm a. Sekejap
kem udian dia m enangis, m engingat m asa2 itu, m asa k ebodohannya, m asa
dim ana dia tidak sanggup m entransform asik an ide2 revolusionernya kedalam
strategi yang sistem atik . Dia sem akin sesenggukan, bulir2 air jatuh dari kelopak
m atanya.
“ Aku, akulah tuhan itu, aku….aku…aku..iya ak u…”
Dia sem akin tertunduk , airm atanya sem akin deras. Sungguh dia m enyesali satu
ucapannya, yang kelak akan m enjadi boom erang bagi kedewasaan m anusia. “
Pintu k erajaan surga, hanya m elaluiku”, k enapa dulu dia bilang seperti itu.
Jengah dia sudah m elihat tingkah laku m anusia yang m engak u m enjadi
pengik utnya. Dipandang dari sudut m anapun tidak patut dia m enjadi tuhan,
hanya m enam bah m alu saja daftar rentetan kebodohan m anusia sepanjang
m asa. Setelah beribu2 tahun m anusia m enyem bah2 petir, m enyem bah
m atahari, m enyem bah bintang, m enyem bah api, nah ini sekarang m alah
m enyem bah m anusia, m anusia yang m enyem bah m anusia. Kedengaran sangat
klise, tetapi itu terjadi. Di saat m anusia sudah tahu bahwa sem esta punya
m ilyaran galaksi, trilyunan m atahari, dan m ilyaran trilyun planet, m asih saja ada
yang percaya bahwa bum i adalah pusat sem esta, tuhan m enurunkan m akhluk
terbaiknya di bum i, m anusia adalah kalifah bum i, dan sebagainya dan
seterusnya. Serasa
ingin m untah, m elihat k em unafikan dan k ebodohan
m anusia2 yang ditinggalkannya.
Aku sudah tidak perduli, toh di saat ini, di m asa ini, di jam an k om puter ini,
diperbaikinya sikap itu dengan teosofi dan filsafat perennial tetap tak
m engubah pandangan m anusia akan kesuperioran ajaran yang dibawanya.
Adakah keselam atan di luar aku, jawabnya k eras sek ali, tidak
tidak….tidaaaakkk dan tidaaaaaaak .
“Sudah k uputuskan, aku ak an m enik ahinya”
dem ikianlah sabda tuhan waktu itu. Tetapi m anusia m em ang pintar m engak ali
tuhan, sehingga keputusan tuhan pun dibelokkan oleh m anipulasi sejarah. Aku
m aklum walaupun aku m arah, sejarah m em ang tak lepas dari k em auan yang
m em buatnya. Sejarah sering dikorupsi dem i kepentingan politik yang
m enulisnya. Sem ua m urid laki2k u tidak m enyetujuinya, bahk an terkesan sinis,
tapi aku tak bergem ing dengan keputusanku. Bukan k einginan nafsuku yang
m em buat aku m em utusk an untuk m enik ah, tetapi dari keinginan terdalam ku
untuk m elawan stigm a perspektif negatif tentang sex sek aligus m engentaskan
perem puan dari penindasan yang m ereka alam i.
Yang tidak orang ketahui, dia bukanlah pelacur. Dia adalah seorang wanita
cerdas yang k uangk at sebagai sahabat sek aligus istrik u. Dan dia adalah nabiku,

15

karena aku ingin m engguncang alam pem ikiran m anusia, wanita pun berhak
m enjadi nabi. Dia bahkan k uangk at sebagai nabi diantara nabi. Walau ak hirnya
aku harus m erasa kalah dengan um atku sendiri, bias patriarki dalam hirarki
ajaranku akhirnya m em bawa kam panye hitam atas istriku. Istrik u dicap sebagai
pelacur, tanpa satu buktipun yang m enduk ung. Tapi peduli am at, m em angnya
kenapa kalau aku m enikahi pelacur, pelacur adalah profesi yang perlu
dihorm ati. Apalagi jika itu dilakukan dengan sepenuh hati dan tanpa paksaan,
dan aku percaya pelacur raga m asih punya hati nurani, yang bejat adalah
pelacur jiwa, pelacur2 intelektual. Dan aku m erasa k alah lagi, um atku terlalu
m engagungk an m oralism e tradisionalnya, m oralisme konservatif yang tidak
berdasar. Moralism e tradisional biasanya m alah justru m elegitim asi represi atas
nam a gender. Dan aku sudah m uak dengan m oralism e tradisional dan
penjaga2nya yang sok suci. Moralism eku adalah m oralism e substansi, bahwa
siapapun berhak m enentukan preferensi esk presi hidupnya dengan koridor
tidak m enindas pihak lain.
Mem ang jejak2ku sengaja dihapuskan atau dibelokkan, tapi aku tidak putus
asa karenanya. Karena aku tahu bagaim ana roda dunia perlu berputar, karena
aku tahu bagaim ana sejarah itu dibentuk, dan aku tahu bagaim ana
kepercayaan itu diciptak an. Ajaranku yang diinstitutisionalkan m enjadi
kendaraan politik paling wahid.
Sekarang betapa jauh asap daripada api, dan asap m em bubung m em enuhi
angkasa luas. Kadang, aku bangga juga dengan tersebar luasnya ajaranku,
ham pir sepertiga penduduk bum i m em eluk ajaranku, tetapi aku tidak bisa
m enjam in bahwa aplikasi teologinya akan m enopang teologi intinya.
Kunyalakan sekedar api unggun didepanku untuk m enghangatkan kebek uan
hatiku, karena otakku m em ang sudah tidak bisa k ugunakan untuk berpikir lagi.
Aku sudah jenuh dan tidak tahu lagi harus berbuat apa, nasi sudah m enjadi
bubur, dan m uk jizat apapun belum tentu bisa m em balik kan situasi yang sudah
m engk ooptasi alam pem ikiran m anusia saat ini.
“Kisanak, jangan bersedih, ini waktunya m engobarkan revolusi pem ikiran
spiritualitas. Jika engkau sudah m erasa kalah sek arang, siapa lagi yang akan
m am pu m enang.”
Kuusap m ataku, berkali2 dan k ulihat k anan kiri, dan secepat kilat k umenoleh
ke belakang. Bajingan, wanita berbaju putih itu yang bicara tadi, m engaget kan
aku saja. Kulihat dia tersenyum , dan m enyalam ik u dengan santun.
“Siapa engkau..?” kuberanik an diri langsung bertanya kepadanya.
“Aku ‘Bum i' anakku, putih bajuku adalah kesadaranku akan rentangk u yang
m enyem ik an k ebijaksanaanku, aku datang kepadam u hanya untuk
m ewartakan bahwa engk au tidak sendiri anakku.”
“Jangan ngawur kau Nenek Tua, aku tidak pernah tahu siapa itu bapakku,
karena ibuku selalu m enyem bunyik annya. Dan kau datang2 m em anggil aku
anak. Ibuk u hanya m engatakan dua hal, bapakk u bukanlah laki2 yang ak hirnya
m enikahi ibuku, dan bapakku adalah m anusia biasa.”

16

“ Anakk u, sem ua yang ada di bum i ini adalah anakk u. Ak ulah yang
m enyaksikan sem ua tingkah laku m erek a dari lahir sam pai m ati. Ak ulah ibu
segala ibu.”
Aku akhirnya m anggut2 , walaupun bingung kepada wanita tua yang m engaku
bernam a Bum i ini.
“ Anakk u, orang2 sepertim u adalah orang2 revolusioner, berani m enentang
status quo, m elawan arus m ayorit as, dan tentunya pecinta2 sejati. Tetapi
seringkali sepeninggal orang2 sepertim u, para pengik utm u m elabeli hidupm u
dengan m ukjizat dan cerita2 irasional, dan tentunya banyak yang
m engk ultusk anm u. Tapi sekali lagi anakku, k am u tidak sendiri. Pem bawa
ajaran besar yang pernah kusaksikan selalu diperlakuk an sam a oleh um atnya.
Dikorupsi sejarah hidupnya untuk kem udian diagungkan m elebihi yang
sem estinya, dan pada akhirnya digunak an untuk kepentingan politik. Tentu
saja, selalu ada hal2 baik dalam ajaran kalian yang m asih digunakan, tetapi
sedikit banyak ajaran kalian salah dim engerti.”
“ Sebentar2 Nenek Tua, kalau benar apa yang engkau bilang, aku ingin ketem u
dengan m erek a.”
“ Hussss, dasar pem berontak k am u, nam ak u Bum i nak . Jangan panggil nenek,
tak jewer kam u ntar. Ikutlah denganku, aku akan pertem ukan k am u dengan
pendahulu ataupun penerusm u. Tapi sebelum nya, k am u tak ajak nonton film .”
Digelandanglah aku sam a nenek tua bernam a Bum i itu, lho nenek tua lagi,
sem oga dia tidak bisa m em baca pikiranku. Mem angnya aku anak kecil m au
dibego2in, kalau dia gadis cantik ya aku panggil gadis cantik, kalau
kenyataannya nenek tua ya m au bagaim ana lagi. Dan cilaka dua belas, dia
ngajak nonton film , nonton film sam a nenek tua oh oh oh , is there anything
better..?.
Aku diajak m em asuki sebuah tirai yang belakangnya gelap sek ali, berdiri
sebentar tangank u dipegang oleh nenek tua itu. Wah jangan2, hhm m jangan2,
….aku sudah agak tak ut2 gitu jangan2 ada sesuatu yang ingin dilakuk an nenek
tua ini terhadapk u. Tiba2 cahaya m em ancar terang, kulihat beberapa fragm en
film di layar besar. Eit tzz, sepertinya aku kenal dengan wanita itu, oww itu ibuku.
Dia sedang berm ain2 dengan tem an sebayanya, di fragm en yang lain aku lihat
kelahiran seorang bayi, oh oh oh itu ibuku yang m elahirkan aku. Ak u lahir di
m usim sem i, bukan di m usim dingin seperti yang sebagian besar m anusia
percayai. Fragm en yang lain lagi aku sedang berk hotbah di tam an dikelilingi
oleh m urid2 kepercayaanku. Nenek tua itu ternyata m enipuk u, ini bukan film
biasa, ini benar2 nyata kehidupanku dulu. Tubuhku bergetar, m engenang
m asa2 berat perjuanganku m elawan ketidak adilan dan penindasan. Di saat
yang sam a aku juga bingung, kekuatan apa yang dipunyai nenek tua ini bisa
m elihat balik kehidupanku dulu.
Tak terasa sem alam suntuk aku m enonton film bersam a nenek tua itu. Setelah
film selesai kantuk segera m enyerangk u. Aku tertidur pulas.

17

Plaakkk….!!!!
Sesuatu yang keras m endarat di pipik u.
“ Hey pem berontak , bangun. Katanya ingin ketem u saudara2 m u”
“ Eh iya iya Nek eh salah iya Bum i. Habis ini kita kem ana...?”
“ Hayo ikut aku..”
Aku digandeng m enuju tirai yang satunya lagi. Tirai dibuka, wah gedung film lagi
seperti yang tadi, bedanya ini yang nonton lebih banyak.
“ Segera sana gabung dengan k awan2 yang senasib denganm u, itu ada
Muham m ad, ada Sidharta, ada Ahm ad Baha’i, ada Mani, ada Zarathustra, dan
banyak yang lain. Sengaja kubuatkan klub film dokum enter buat kalian biar
kalian lebih ‘sadar sejarah’.”

18

Derita Al-Quran
Perkenalkan pem baca, nam aku Al-Quran. Anda pasti sudah kenal saya, secara
langsung m aupun tidak langsung. Saya m ewarnai dunia ini sejak abad ke 7
sam pai sekarang ini, dikum andangkan di seluruh pelosok dunia. Dikenal dari
kolong jem batan Jakarta sam pai istana raja Arabia di pegunungan Alpen. Dari
Bronx di m egapolitan Rio de Janeiro sam pai kantor2 elit di Silicon Valley. Dari
syukuran kelahiran sam pai berkabung atas kem atian. Dari lorong2 sem pit
shantytown di Uganda sam pai di laptop2 m ahasiswa m uslim di Eropa. Aku
praktis ada dim ana2 pem baca, setiap de